makalah

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan tersebut mencakup seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran pola kependudukan terutama pola penyakit di masyarakat. Semula penyakit terbanyak yang ditemukan adalah penyakit infeksi baik infeksi saluran nafas maupun gastro intestinal kepada penyakit – penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya Penyakit limfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam kasus interne/kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh karena itu penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan kasus ini. Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permsalahan tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan tergangguanya pola nafas karena ada

Upload: farlangbastian

Post on 17-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring  perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan

tersebut mencakup seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran pola

kependudukan terutama pola penyakit di masyarakat. Semula penyakit terbanyak

yang ditemukan adalah penyakit infeksi baik infeksi saluran nafas maupun gastro

intestinal  kepada penyakit – penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan

pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya

Penyakit limfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong

dalam kasus interne/kasus penyakit dalam pada penyakit  ini terjadi proliferasi

abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang

kelenjar getah bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh

karena itu penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan  kasus ini.

Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana

permsalahan tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia

baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan

tergangguanya pola nafas karena ada penekanan atau kesulitan dalam menelan

makana sehingga mengakibatkan kurangbnya asupan nutrisi. Secara psikis

penyakit ini dapat menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body

image, ataupun bahkan bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bi

sa mengakibatkan kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau

kurang percaya diri dan secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit

yang diberikan atau mungkin sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin

cepat sembuh.

Melihat hal dan permasalahan diatas penyusun mencoba mengangkat

permasalahan tersebut dalam bentuk asuhan keperawatan dengan harapan dapat

bermanfaat baik bagi teman-teman sesama tenanga kesehatan, maupun

masyarakat pada umumnya.

Page 2: Makalah

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Limfoma Non Hodgkin?

b. Bagaimana etiologi dan faktor resiko limfoma non hodgkin?

c. Bagaimana Manifestasi klinis limfoma non hodgkin?

d. Bagaimana patofisiologi limfoma non hodgkin?

e. Bagaimana penatalaksanaan limfoma non hodgkin?

1.3 Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui pengertian limfoma non hodgkin.

b. Untuk mengetahui etiologi dan faktor resiko limfoma non hodgkin.

c. Untuk mengetahui manifestasi klinis Limfoma non hodgkin.

d. Untuk mengetahui patofisiologi limfoma non hodgkin.

e. Untuk mengetahui penatalaksanaan limfoma non hodgkin.

Page 3: Makalah

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limfoma Non Hodgkin

Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan primer

limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang)

berasal dari sel NK (“natural killer”) yang berada dalam sistem limfe; yang sangat

heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap

pengobatan, maupun prognosis. LNH merupakan kumpulan penyakit keganasan

heterogen yang mempengaruhi sistem limfoid: 80% berasal dari sel B dan yang

lain dari sel T. Pada LNH sebuah sel limfosit berproliferasi secara tak terkendali

yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal dari satu sel

limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien LNH sel B memiliki

imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya.1,2

            Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900 kasus

baru, dan 26.100 orang meninggal karena LNH. Di Amerika Serikat, 5% kasus

LNH baru terjadi pada pria, dan 4% pada wanita per tahunnya. LNH secara umum

lebih sering terjadi pada pria. Insidensi LNH meningkat seiring dengan

bertambahnya usia dan mencapai puncak pada kelompok usia 80-84 tahun. Saat

ini angka pasien LNH di Amerika semakin meningkat dengan pertambahan 5-

10% per tahunnya, menjadikannya urutan kelima tersering dengan angka kejadian

12-15 per 100.000 penduduk. Di Perancis penyakit ini merupakan keganasan

ketujuh tersering. Di Indonesia sendiri LNH bersama-sama dengan penyakit

Hodgkin dan leukemia menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini

belum diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian LNH terus meningkat.

Page 4: Makalah

Adanya hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan LNH kiranya memperkuat

dugaan adanya hubungan antara LNH dengan infeksi.

Klasivikasi Limfoma Non Hodgkin

Penggolongan histologis LNH merupakan masalah yang rumit dan sukar,

yang kerap menggunakan istilah-istilah yang dimaksudkan untuk tujuan yang

berbeda-beda sehingga tidak memungkinkan diadakannya perbandingan yang

bermakna antara hasil dari berbagai pusat penelitian. Terdapat lebih dari 20

klasifikasi yang berbeda untuk NHL. Perkembangan terakhir klasifikasi yang

banyak dipakai dan diterima di banyak pusat kesehatan adalah formulasi praktis

(“Working Formulation”/WF) dan REAL/WHO (Revised European-American

Classification of Lymphoid Neoplasms). WF menjabarkan karakteristik klinis

dengan deskriptif histopatologis, namun belum menginformasikan jenis sel

limfosit B atau T, maupun berbagai patologis klinis yang baru. WF membagi

LNH atas derajat keganasan rendah, menengah dan tinggi yang mencerminkan

sifat agresifitas mereka. Klasifikasi WHO/REAL beranjak dari karakter

imunofenotif (sel B, sel T dan sel NK) dan analisa “lineage” sel limfoma.

Klasifikasi terakhir ini diharapkan menjadi patokan baku cara berkomunikasi di

antara ahli hematologi-onkologi medik.

1. NHL derajat rendah

Ini termasuk penyakit seperti limfoma folikular dan makroglobulinemia

Waldenström. Biasanya kelainan timbul lambat, dengan progresi yang lambat

pula. Kelainan ini biasanya bisa dikontrol dengan kemoterapi oral. Seseorang

dengan limfoma derajat rendah, jaringan limfoid terkait mukosa, yang berbatasan

dengan lambung, dianggap terkait dengan infeksi Helicobacter pylori dan

memberikan respon terhadap antibiotik. Sampai saat ini, belum tersedia

penyembuhan limfoma derajat rendah. Harapan hidup median adalah 8 – 10

tahun, tetapi angka kematian bervariasi.

Page 5: Makalah

2. NHL derajat menengah dan tinggi

Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang agresif dengan onset dan

progresivitas yang cepat. Pasien dengan limfoma derajat sedang, jenis limfositik-

nodular, pada awalnya cenderung berada pada stadium yang lebih lanjut, dengan

sekitar 60 – 80 % insiden terkenanya sumsum tulang. Jaringan limfatik tonsilar

pada orofaring dan nasofaring (disebut cincin Waldeyer) juga merupakan tempat

yang diserang pada 15 – 30 % pasien. Limfoma Burkitt dan imunoblastik

merupakan limfoma derajat tinggi dan mempunyai kecenderungan mengenai SSP.

SSP juga merupakan daerah yang sering terkena pada pasien relaps dengan

penyakit stadium IV bersama daerah lain yang sebelumnya terkena. Meskipun

limfoma derajat sedang dan tinggi sangat agresif dan fatal tanpa pengobatan,

limfoma ini berespon terhadap kemoterapi dan berpotensi untuk sembuh. Dengan

kemoterapi intensif, 20 – 40 % pasien berusia < 60 tahun dapat sembuh. Sisanya

meninggal karena penyakit ini

2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Limfoma Non Hodgkin

Etiologi sebagian besar LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa

faktor resiko terjadinya LNH antara lain :

1. ImunoDefisiensi: 25% kelainan herediter langka yang berhubungan

dengan terjadinya LNH antara lain adalah: severe combined immunodeficiency,

hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott-Aldrich

syndrome, dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan

kelainan-kelainan tersebut seringkali dihubungkan pula dengan Epstein-Barr virus

(EBV) dan jenisnya beragam, mulai dari hiperplasia poliklonal sel B hingga

limfoma monoklonal.

2. Agen Infeksius: EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkitt

endemik, dan lebih jarang ditemukan pada limfoma Burkitt sporadik. Karena tidak

pada semua kasus limfoma Burkitt ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme

EBV terhadap terjadinya limfoma Burkitt belum diketahui. Sebuah hipotesis

Page 6: Makalah

menyatakan bahwa infeksi awal EBV dan faktor lingkungan dapat meningkatkan

jumlah prekursor yang terinfeksi EBV dan meningkatkan resiko terjadinya

kerusakan genetik. EBV juga dihubungkan dengan posttransplant

lymphoproliferative disorders (PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.

3. Paparan Lingkungan dan Pekerjaan: Beberapa pekerjaan yang sering

dihubungkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan

pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

4. Diet dan Paparan Lainnya: Resiko LNH meningkat pada orang yang

mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena

paparan ultraviolet.

Penyebab pasti limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin masih belum

diketahui. Namun diperkirakan aktivasi abnormal gen tertentu mempunyai peran

dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma

HODGKIN : Pada penyakit ini ditemukan adanya perkembangan sel B

abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg akibat pengaruh paparan

virus epstein barr (EBV). Terkait Proses Transkripsi sel B yang terganggu.

NON HODGKIN : Pada limfoma jenis ini penyakit berkembang dari

limfosit yang abnormal yang akan terus membelah dan bertambah banyak

dengan tidak terkontrol akibat faktor keturunan, kelainan sistem

kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, HCV, EBV, Helicobacter Sp)

dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

Pembelahan yang tak terkendali dari limfosit B dan T akibat mutasi sel

menjadi sel ganas.

Penyebab pasti limfoma Hodgkin masih belum diketahui

(idiopatik). Namun, orang yang mengidap penyakit ini atau yang sudah

mengalami remisi memperlihatkan mengalami penurunan imunitas yang

diperantarai oleh sel T. selain itu kelompok – kelompok kasus sporadic

mengisyaratkan bahwa suatu virus, mungkin dari kelompok herpes, ikut berperan.

Page 7: Makalah

Mungkin terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini.

Diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam timbulnya

semua jenis kanker, termasuk limfoma. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun

beberapa ahli menduga bahwa penyebabnya adalah virus, seperti virus Epstein

Barr dan penyakit ini tampaknya tidak menular. Namun terdapat beberapa faktor

risiko terkait timbulnya penyakit limfoma, yaitu :

  Orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau yang

mendapat terapi imunosupresan memiliki risiko tinggi untuk timbulnya limfoma.

Orang yang sering kontak dengan herbisida atau pestisida, misalnya petani

  Infeksi virus Epstien-Barr atau human T-cell lymphocytotropic virus

(HTVL). HTVL menyebabkan limfoma sel T

Genetik

  Jenis kelamin

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala yang biasa muncul pada pasien dengan Limfoma Non-Hodgkin

yaitu           :

1. Demam

2. Berkeringat pada malam hari

3. Kehilangan berat badan

4. Keletihan

5. Sakit perut

6. Pembengkakan

7. Nyeri

8. Pembesaran kelenjar limfe

9. Anoreksia

10. Mual

Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening

di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh tubuh.

Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri.

Page 8: Makalah

Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel)

menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening jauh di

dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan:

a. Gangguan pernafasan

f. Berkurangnya nafsu makan

g. Sembelit berat

h. Nyeri perut

i. Pembengkakan tungkai

Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukemia. Limfoma

dan leukemia memiliki banyak kemiripan. Limfoma non-Hodgkin lebih mungkin

menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak,

gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah,

kulit, usus, otak dan tulang belakang; bukan pembesaran kelenjar getah bening.

Masulknya sel limfoma ini menyebabkan anmeia, ruam kulit dan gejala

neurologis (misalnya kelemahan dan sensasi yang abnormal).

Biasanya yang membesar adalah kelenjar getah bening di dalam, yang

menyebabkan:

a. pengumpulan cairan di sekitar paru-paru sehingga timbul sesak nafas

b. penekanan usus sehingga terjadi penurunan nafsu makan atau muntah

c. penyumbatan kelenjar getah bening sehingga terjadi penumpukan cairan.

2.4 Patofisiologi

Usia, gender, ras, paparan zat kimia dan radiasi, infeksi virus, penyakit

autoimun dan sistem imun yang lemah dapat menyebapkan terjadinya pembesaran

kelenjar getah bening. Poliferasi jaringan limfoid yang tidak terkendali karena

faktor-faktor risiko diatas menyebapkan terjadinya perubahan rangsangan

imunologik yang nantinya akan menimbulkan masalah yaitu adanya ancaman

Page 9: Makalah

status kesehatan, proses penyakit yang akan mengakibatkan destruksi gangguan

saraf serta menimbulkan gangguan metabolisme tubuh.

Masalah ancaman perubahan status kesehatan akan mengakibatkan fungsi

peran pasien berkurang sehingga pola interaksi juga menurun. Penurunan pola

interaksi menyebapkan terjadinya perolehan informasi yang kurang mengenai

penyakitnya sehingga biasanya pasien akan cemas.

Proses penyakit yaitu pembesaran kelenjar limfoid akan menyebapkan

terjadi gangguan pada saraf yaitu adanya tekanan pada saraf oleh kelenjar yang

membesar/tumor sehingga akan memunculkan rasa nyeri.

Perubahan rangsangan imunologik secara tidak langsung akan

mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga ketika rangsangan imunologik

berubah menjadi tidak baik, maka akan terjadi gangguan pada metabolisme tubuh.

Gangguan metabolisme ini akan menimbulkan perasaan mual, kurang nafsu

makan, maupun iritasi lambung karena proses metabolisme yang terganggu.

Semua hal tersebut mengakibatkan pemasukan nutrisi untuk tubuh menjadi

terganggu yang akan mengakibatkan penurunan berat badan, sehingga

memunculkan masalah gangguan nutrisi. 

Page 10: Makalah

2.5 Penatalaksanaan

Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin. Terapi

yang dapat dilakukan adalah:

1. Radioterapi

LNH sangat radiosensitif. Radioterapi ini dapat dilakukan untuk penyakit

lokal, paliatif, dan stadium I limfoma indolen.

Terapi radiasi (atau radioterapi) menggunakan sinar energi tinggi untuk

membunuh sel-sel NHL. Prosedur ini dapat membantu menyusutkan tumor dan

mengendalikan rasa sakit.

Ada 2 tipe radioterapi yang digunakan untuk mengobati pasien dengan limfoma:

Page 11: Makalah

a. Radiasi Eksternal: Mesin penyinar diarahkan pada bagian tubuh

dimana terdapat kumpulan sel limfoma terbesar/terbanyak. Terapi

yang terlokalisir ini hanya berdampak pada sel-sel yang terdapat pada

area pengobatan. Umumnya pasien datang berobat ke rumah sakit atau

klinik selama 5 kali dalam seminggu dan berjalan selama beberapa

minggu.

b. Radiasi Sistemik: Beberapa pasien Limfoma menerima suntikan yang

berisi materi radioaktif yang menyebar ke seluruh tubuh. Materi

radioaktif tersebut diikat pada sistem antibodi yang mengincar serta

menghancurkan sel-sel limfoma.

2. Kemoterapi, dapat dilakukan pada

a. LNH indolen derajat ringan dengan menggunakan klorambusil atau

siklofosfamid, dengan atau tanpa prednison.

b. Limfoma stadium I atau II derajat menengah atau tinggi, biasanya

berespons baik terhadap kombinasi kemoterapi dengan atau tanpa

radioterapi. Angka penyembuhan sekitar 80-90%.

c. Limfoma agresif derajat menengah atau tinggi, seperti limfoblastik atau

limfoma burkitt, dapat langsung mendapatkan regimen kombinasi

kemoterapi, seperti CHOP (siklofosfamid, doksorubisnis, vinkristin, dan

prednison)

Pengobatan Kemoterapi menggunakan obat yang disebut cytotoxics. Obat

ini membunuh sel kanker, namun juga dapat membunuh sel-sel normal seperti sel

darah. Dengan demikian komplikasi seperti anemia dan rentan terhadap infeksi

mungkin terjadi. Karena itu, infeksi mendadak dan infeksi yang mengancam

keselamatan jiwa saat tingkat sel darah putih rendah, sangat dikhawatirkan.

3. Kombinasi radioterapi dan kemoterapi setelah biopsi bedah, biasa

dilakukan sebagai modalitas pengobatan.

Page 12: Makalah

4. Terapi biologis

Prosedur ini umumnya terdiri dari monoclonal antibodies, yang terdiri dari

molekul-molekul protein yang dirancang khusus untuk mengikat sel-sel

limfoma tertentu (melalui cell serface markers) dan membunuh mereka.

Contoh dari monoclonal antibodies MabThera untuk limfoma sel B yang

memiliki CD-20 surface markers dan campath untuk limfoma sel T.

5. Pencangkokan sel punca

Prosedur ini dapat dilakukan sebagai pengobatan limfoma, dalam konteks bila

limfoma kembali menyerang. Prosedur ini juga dikenal sebagai kemoterapi

dosistinggi. Pada prinsipnya, prosedur ini menggunakan dosis besar

kemoterpi untuk membunuh atau mengatasi sel limfoma yang melakukan

perlawanan. Sel punca kemudian digunakan untuk “menyelamatkan” pasien

agar efek samping dari prosedur ini dapat diatasi dengan cepat.

Beberapa penderita bisa mengalami kesembuhan total, sedangkan

penderita lainnya harus menjalani pengobatan seumur hidupnya. Kemungkinan

penyembuhan atau angka harapan hidup yang panjang tergantung kepada jenis

limfoma dan stadkum penyakit pada saat pengobatan dimulai. Biasanya jenis yang

berasal dari limfosit T tidak memberikan respon sebaik limfosit B.

Angka kesembuhan juga menurun pada:

a. Penderita yang berusia diatas 60 tahun

b. Limfoma yang sudah menyebar keseluruh tubuh

c. Penderita yang memiliki tumor (pengumpulan sel-sel limfoma) yang besar

d. Penderita yang fungsinya dibatasi oleh kelemahan yang berat dan ketidak

mampuan bergerak

Penderita pada stadium awal (stadium I dan II) seringkali diobati dengan

terapi penyinaran yang terbatas pada sisi limfoma dan daerah di sekitarnya. Terapi

penyinaran biasanya tidak menyembuhkan limfoma tingkat rendah, tetapi dapat

memperpanjang harapan hidup penderita sampai 5-8 tahun.

Page 13: Makalah

Terapi penyinaran pada limfoma tingkat menengah biasanya akan

memperpanjang harapan hidup penderita sampai 2-5 tahun, sedangkan pada

limfoma tingkat tinggi hanya 6 bulan sampai 1 tahun. Jika dimulai sesegera

mungkin, pemberian kemoterapi dengan atau tanpa terapi penyinaran pada

limfoma tingkat menengah dan tingkat tinggi, bisa menyembuhkan lebih dari

separuh penderitanya.

Sebagian besar penderita sudah mencapai stadium lanjut (stadium III dan

IV) pada saat penyakitnya terdiagnosis. Penderita limfoma tingkat rendah

mungkin tidak memerlukan pengobatan segera, tetapi harus menjalani

pemeriksaan sesering mungkin untuk meyakinkan bahwa penyakitnya tidak

menyebabkan komplikasi yang serius.

Kemoterapi dilakukan pada penderita limfoma tingkat menengah.

Penderita limfoma tingkat tinggi memerlukan kemoterapi intensif segera karena

penyakit ini tumbuh dengan cepat.

Tersedia beberapa sediaan kemoterapi yang sangat efektif. Obat

kemoterapi bisa diberikan tunggal (untuk limfoma tingkat rendah) atau dalam

bentuk kombinasi (untuk limfoma tingkat menengah dan tingkat tinggi).

Pemberian kemoterapi disertai faktor pertumbuhan dan pencangkokan sumsum

tulang masih dalam tahap penelitian.

Pengobatan baru yang masih dalam penelitian adalah antibodi monoklonal

yang telah digabungkan dengan racun, yang memiliki bahan racun (misalnya

senyawa radioaktif atau protein tanaman yang disebut risin), yang menempel di

antibodi tersebut. Antibodi ini secara khusus akan menempel pada sel-sel limfoma

dan melepaskan bahan racunnya, yang selanjutnya akan membunuh sel-sel

limfoma tersebut.

Pada pencangkokan sumsum tulang, sumsum tulang diangkat dari

penderita (dan sel limfomanya dibuang) atau dari donor yang sesuai dan

dicangkokkan ke penderita. Prosedur ini memungkinkan dilakukannya hitung

Page 14: Makalah

jenis darah, yang berkurang karena kemoterapi dosis tinggi, sehingga

penyembuhan berlangsung lebih cepat. Pencangkokan sumsum tulang paling

efektif dilakukan pada penderita yang berusia dibawah 55 tahun dan bisa

menyembuhkan sekitar 30-50% penderita yang tidak menunjukkan perbaikan

terhadap pemberian kemoterapi.

Tetapi pencangkokan sumsum tulang memiliki resiko, sekitar 5%

penderita meninggal karena infeksi pada minggu pertama, sebelum sumsum

tulang membaik dan bisa menghasilkan sel darah putih yang cukup untuk

melawan infeksi. Pencangkokan sumsum tulang juga sedang dicoba dilakukan

pada penderita yang pada awalnya memberikan respon yang baik terhadap

kemoterapi tetapi memiliki resiko tinggi terjadinya kekambuhan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limfoma Non-Hodgkin adalah suatu keganasan primer pada jaringan

limfoid yang bersifat padat. Penyebap LNH belum diketahui secara pasti, namun

terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhinya seperti usia, gender, ras,

pajanan zat kimia dan radiasi, infeksi virus serta kelainan dan kelemahan sistem

imun.

Page 15: Makalah

Gejala klinis pada sebagian besar orang adalah asimptompik yaitu tidak

memunculkan gejala, namun pada beberapa orang yang terkena biasanya

mengalami demam, berkeringat pada malam hari, dan mengalami penurunan berat

badan. Penanganan LNH secara medis dilakukan sesuai dengan stadium penyakit,

yang mana dapat berupa pengobatan secara farmakologik maupun dengan terapi.

Asuhan keperawatan pasien dengan penyakit Limfoma Non-Hodgkin diberikan

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul sehingga penanganan yang

diberikan dapat dilakukan dengan tepat.

3.2 Saran

Limfoma Non-Hodgkin dapat dihindari/dikurangi kemungkinana

terjadinya dengan  mengurangi faktor risiko seperti pajanan zat kimia berbahaya

dan radiasi yang dapat menimbulkan risiko terjadinya LNH. Selain itu dikatakan

mengkonsumsi  makanan yang bai dan sehat, istirahat yang cukup serta

menjalankan prilaku hidup sehat juga dapat membantu mengurangi risiko terkena

penyakit ini. 

Page 16: Makalah

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://sweetspearls.com/naturally-plus/naturally-cara-mencegah-dan-mengatasi-limfoma-hodgkin/

http://www.parkwaycancercentre.com/id/informasi-kanker/jenis-kanker/limfoma-non-hodgkin/