makalah

29
I. Pendahuluan Televisi merupakan salah satu alternatif hiburan yang paling dekat dengan masyarakat. Terbukti dari sekian banyak penelitian, tidak terbantahkan bahwa salah satu diantara media massa (radio, televisi, media cetak, dan internet) yang banyak berpengaruh dan paling disukai masyarakat adalah televisi. 1 Sebagai media yang paling berpengaruh dan digemari masyarakat, stasiun televisi swasta berlomba-lomba membuat program acara yang beragam serta menarik perhatian masyarakat demi menaikkan rating. Salah satu ragam acara yang menarik dan paling diminati oleh pemirsa adalah sinetron (sinema elektronik), terbukti dengan menjamurnya sinetron-sinetron di televisi. Meskipun banyak program sinetron di televisi, tema yang mereka angkat nyaris sama dan serupa. Tema yang mereka angkat seputar perebutan harta warisan, perseteruan 1 J. Thomshon, A Mass Comincation Perspective on Entertaintment Industries, dalam James Curran & Michael Gurevitch. (London : Edward Arnold, 1991), hlm.5. 1

Upload: titi-kamsiati-ii

Post on 05-Jul-2015

466 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah

I. Pendahuluan

Televisi merupakan salah satu alternatif hiburan yang paling dekat

dengan masyarakat. Terbukti dari sekian banyak penelitian, tidak

terbantahkan bahwa salah satu diantara media massa (radio, televisi,

media cetak, dan internet) yang banyak berpengaruh dan paling disukai

masyarakat adalah televisi.1

Sebagai media yang paling berpengaruh dan digemari masyarakat,

stasiun televisi swasta berlomba-lomba membuat program acara yang

beragam serta menarik perhatian masyarakat demi menaikkan rating.

Salah satu ragam acara yang menarik dan paling diminati oleh pemirsa

adalah sinetron (sinema elektronik), terbukti dengan menjamurnya

sinetron-sinetron di televisi. Meskipun banyak program sinetron di televisi,

tema yang mereka angkat nyaris sama dan serupa. Tema yang mereka

angkat seputar perebutan harta warisan, perseteruan mertua dan

menantu, perebutan jabatan, anak yang tertukar, dan lain sebagainya.

Salah satu sinetron yang memberikan sajian yang berbeda dari

sinetron-sinetron lainnya adalah Islam KTP. Sinetron komedi yang

mengangkat isu-isu sosial, ekonomi, dan agama yang tengah hangat

dibicarakan masyarakat. Sinetron ini menjadi sinetron yang memberikan

muatan moral positif bagi pemirsanya, banyak pendidikan karakter yang

secara tidak langsung disampaikan oleh sutradara melalui tokoh-tokoh

1 J. Thomshon, A Mass Comincation Perspective on Entertaintment Industries, dalam James Curran & Michael Gurevitch. (London : Edward Arnold, 1991), hlm.5.

1

Page 2: makalah

dalam sinetron ini. Karena itu, membuat penulis tertarik untuk membahas

lebih dalam persoalan pendidikan karakter yang ada di sinetron Islam KTP

tersebut.

Tujuan makalah ini ditulis oleh penulis adalah untuk mengkritisi

sinetron Islam KTP yang di tayangkan di SCTV. Mengkritisi sisi positif dan

negatif dari tayangan tersebut dalam peran pembentukan karakter anak

sebagai fokus utama.

Batasan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

melihat apa saja kelebihan dan kekurangan sinetron Islam KTP dari sudut

pandang kajian representasi, unsur moral yang terkandung dalam

sinetron Islam KTP sebagai pembentukan karakter anak, dan melihat

peran para tokoh di sinetron Islam KTP dalam merefleksikan realita

dalam kehidupan masyarakat.

II. Pembahasan

Kajian Sinetron Komedi Sinteron Islam KTP Melalui Pendekatan

Representasi

Untuk mengkaji sinetron Islam KTP, penulis menggunakan

pendekatan representasi2. Representasi dalam cultural studies

didefinisikan sebagai produksi makna yang diwujudkan melalui bahasa,

termasuk di dalamnya bahasa visual. Banyak pemaknaan citra visual,

2 Stuart Hall, Hall, Stuart. “Work of Representation”, dalam Stuart Hall (ed). Representation, Cultural Representations and Signifying Practice. (London: Sage Publication in assosiation with The Open University Press, 1997) hlm 121.

2

Page 3: makalah

dalam media televisi, yang bisa diasumsikan memunculkan representasi

ideologis tertentu. Teori representasi memperlakukan tayangan televisi

sebagai teks visual yang mempunyai makna tertentu yang bisa ditemukan

seorang pengkaji. Makna yang ditemukan bisa saja berupa “pengetahuan”

yang lebih mementingkan ideologi kelompok sosial tertentu. Tayangan

”Sinetron komedi Islam KTP” di SCTV sebenarnya juga memunculkan

mitos-mitos dan pengetahuan baru tentang Islam yang bisa berimplikasi

kultural bagi kehidupan khalayak penontonnya di masyarakat.

Kehidupan yang direpresentasikan dalam sinetron Islam KTP,

menunjukkan kehidupan manusia yang sesuai dengan ajaran islam yang

sesungguhnya bukan hanya sekedar Islam KTP. Terlihat dengan adanya

tokoh Bang Ali yang memiliki kemampuan sederajat dengan seorang wali

Allah. Ia menjalani kehidupannya sesuai dengan syariat islam sebagai

muslim sejati.

Pengetahuan tentang Islam yang selama ini hanya bisa didapatkan

secara formal (di Sekolah Islam, Pondok Pesantren, Madrasyah, Masjid,

Pengajian dan sejenisnya) sekarang bisa didapat secara bebas melalui

tayangan media televisi. Tentu pengetahuan Islam yang didapatkan

melalui media televisi, akan sedikit berbeda dangan yang diperoleh secara

formal. Perbedaan itu terletak pada penyesuaian dengan karakteristik

media televisi. Karena tayangan yang berkonsep Islami di televisi

bernuansa nilai komersial. Artinya sepanjang konsep Islami tayangan

televisi akan mendatangkan banyak penggemar (ratingnya tinggi), dan

3

Page 4: makalah

mendatangkan keuntungan bagi media televisi tentu akan di pertahankan

apapun alasannya, dan begitu sebaliknya.3

Kelebihan dan Kelemahan Sinetron Islam KTP Dalam Membangun

Pendidikan Karakter

Dimensi sinetron berbeda dengan dimensi sastra yang berbentuk

tulisan, dan cara mengkajinya pun berbeda. Saat berbentuk naskah,

dimensinya masih sama dengan sastra pada umumnya sehingga dapat

dikaji dengan teori sastra. Namun, ketika naskah tersebut sudah menjadi

sebuah media komunikasi visual seperti sinetron (sinema elektronik).

Dari banyak penelitian tidak terbantahkan bahwa salah satu

diantara media massa (radio, televisi, media cetak dan internet) yang

banyak berpengaruh dan paling di sukai masyarakat adalah televisi (J.

Thomson, 2006 dalam artikel S. Arifianto). Sementara seiring dengan

perkembangan teknologi yang menuju kearah konvergensi televisi

menjadi semakin eksis karena mampu menjangkau khalayak secara

nasional secara simultan.4 Sebagai sebuah institusi ekonomi media

televisi mempunyai produk, informasi dan hiburan, yang dianggap dekat

dengan komunitasnya di masyarakat, yaitu salah satunya adalah sinetron

komedi Islam KTP ini.

3 S. Arifianto, “KONSTRUKSI MAKNA DALAM ”SINETRON KOMEDI ISLAM KTP” DI TELEVISI”. Dalam http://studibudayadanmedia.blogspot.com/2011/02/sinetron-komedi-islam-ktp-di-televisi.html 02 Juni 20114 Harian Kompas, Edisi Penerbitan tanggal,13 April 2008

4

Page 5: makalah

Kelebihan yang tampak jelas dari sinetron Islam KTP adalah

banyaknya unsur pendidikan moral dan karakter yang tersirat maupun

tersurat dalam dialog dan tingkah laku para tokoh dalam sinetron ini.

Mereka bukan hanya menggambarkan tingkah laku positif manusia yang

baik di mata agama dan masyrakat, melainkan menampilkan juga karakter

yang berbanding terbalik dengan hal tersebut.

Adegan yang mereka tampilkan pun terkesan alamiah dan tidak di

buat-buat, tidak seperti sinetron-sinetron lainnya yang melebih-lebihkan

kehidupan masyarakat Indonesia yang nyata. Pada sinetron lainnya,

kebanyakan mengangkat kehidupan keluarga menengah ke atas.

Sehingga tema yang dibicarakan seputar perebutan harta warisan, kisah

cinta tak sampai antara anak konglomerat yang mencintai orang-orang

kalangan bawah, perebutan jabatan dalam perusahaan, dan lain

sebagainya. Tema tersebut seperti lekat dan identik dengan sinetron-

sinetron Indonesia dari tahun ketahun hingga saat ini.

Islam KTP seperti memberikan sesuatu hal yang telah lama

dirindukan masyarakat tentang sinetron yang bukan hanya sebagai

hiburan semata, melainkan juga sebagai pembelajaran dari segi agama

dan moralitas yang sudah jarang ditemukan dalam sinetron-sinetron yang

saat ini tayang di beberapa stasiun televisi. Islam KTP menyuguhkan

sinetron yang mengangkat tema sederhana dalam kehidupan sehari-hari

5

Page 6: makalah

masyarakat. Konsep sinetron yang tidak melulu membahas persoalan

cinta dan harta yang dijadikan topik utama.

Pesan moral dan agama yang terkandung dalam sinetron ini terasa

mengalir dan ringan untuk dinikmati para penonton yang membutuhkan

hiburan santai di tengah jam istirahat seusai pulang kerja. Pesan agama

ditampilkan secara komedi dan satir, membuat para penontonnya tidak

sadar akan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen (sutradara,

produser, penulis skenario).

Bukan hanya pesan moral dan agama yang menonjol dari sinetron

ini, juga kritik kepada pemerintah dari segi ekonomi dan politik. Sindiran

kepada para pemimpin pemerintahan yang sering bermewah-mewahan

dalam kemelaratan yang dihadapi rakyatnya.

Sinetron Islam KTP, meskipun bermuatan pesan moral dan agama

yang positif juga mengandung hal-hal yang negatif bagi pemirsanya.

Sinetron ini tayang secara stripping dan dalam durasi yang panjang yaitu

dua jam sehari, membuat para pemirsanya menghabiskan waktu dua jam

tersebut hanya duduk manis di depan televisi. Selain itu, tokoh antagonis

dalam sinetron tersebut juga memberikan contoh negatif yang tidak baik

jika sampai ditiru oleh masyarakat terutama anak-anak kecil dibawah

umur.

6

Page 7: makalah

Hal yang paling terlihat sisi negatifnya adalah terjadinya islam

televisi. Islam sebagai agama “rahmatan lil alamin” yang, fleksibel,

humanis dan adaptif dengan perubahan demokrasi di-citrakan dalam

kontradiksi komodifikasi Islam televisi. Islam dikonstruksi untuk

mengusung semangat kapitalistik dengan cara memunculkan simbol-

simbol dan ikon Islami untuk di-komodifikasi secara formalis. Konstruksi

Islam itu cenderung ke-arah konsep hiperialitas televisi dalam upaya

membangun citra untuk menarik simpati publik, sehingga muncul Islam

televisi. Dalam Islam televisi, peran aktor (ustadz) tidak lebih sebagai

agen kapitalis. Implikasinya kotbah yang ia lakukan hanya sebuah

sandiwara yang tergantung dari pesanan dan honor yang ia diterima.

Karena apa yang ia dakwahkan dalam “Sinetron Komedi Islam KTP”

hanya untuk mendukung popularitas semu melalui tampilan Islam yang

mencitrakan televisi untuk kepentingan financial, untuk membentuk Islam

televisi. Apa yang ditampilkan Islam televisi merupakan sebuah hegemoni

visual-ideologis yang mengkooptasi kesadaran religi Islam dalam sebuah

konstruksi citra ceritera di televisi agar di ikuti oleh umat Islam mayoritas

di Indonesia sebagai target pangsa pasar audience media televisi yang

bersangkutan.Dewasa ini penonjolan orientasi kapitalis telah menjadi

ideologi yang mendasari semua program dalam televisi komersial.5

Penampilan ustadz dalam memberikan ceramah agama di majelis

taklim maupun diluar majelis taklim, terlihat sangat menggurui dan

5 Morlly David, Television Audience and Cultural Studies, (Routledge : London, 1992) hlm 137

7

Page 8: makalah

Hal yang negatif lainnya yang terdapat dalam sinetron ini adalah

banyaknya kata-kata kasar yang digunakan oleh para pemainnya. Kata-

kata kasar mereka terkesan tidak di sensor oleh KPI, baru akhir-akhir ini

saja kata-kata mereka di sensor. Penggunaan kata-kata kasar dalam

sinetron ini memberikan contoh yang tidak baik bagi para penonton

terutama anak-anak.

Dalam sinetron ini, tokoh antagonis yang diperankan Bang Madit

(Qubil) terlalu ekstrim dalam artian terlalu berlebihan dalam memerankan

karakternya. Mungkin, maksudnya untuk menunjukkan contoh yang tidak

baik dan tidak pantas ditiru oleh masyarakat. Tetapi sebagian masyarakat

yang tidak mampu menyaring informasi yang mereka dapatkan dari

televisi bisa saja menirunya dalam kehidupan sehari-hari.

Jika dianalisis dari model alur cerita masing-masing episode

tayangan “Sinetron Komedi Islam KTP” di SCTV, bisa dilihat adanya

kemiripan atau bahkan kesamaan. Yang membedakan hanyalah bentuk

balasan dari Tuhan kepada masing-masing tokoh antagonis yang

bersangkutan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kecenderungan tampilan yang

homogen merupakan karakteristik dari televisi di Indonesia ketika menjadi

televisi komersial.

8

Page 9: makalah

Mengenai realitas tersebut dalam bukunya Agus Sudibyo6 pernah

menyatakan bahwa:

”Para pengelola televisi tampaknya kerepotan memenuhi tuntutan-tuntutan produksi ketika televisi telah menjadi entitas komersil. Mereka harus mempersiapkan banyak acara untuk mengisi jam siaran yang semakin hari semakin panjang. Padahal produktivitas industri-industri pendukung televisi (production house) belum bisa banyak diharapkan terutama karena keterbatasan SDM dan teknologi. Tanpa banyak disadari pemirsa, sinetron, komedi, dan acara televisi lainnya sebenarnya “serupa tapi tak sama”. Judul boleh berbeda, aktor boleh berganti, namun format cerita, logika kisah, plot, penokohan, dan setting cerita sesungguhnya serupa”.

Jika melihat realitas yang demikian, maka tidak mengherankan

ketika semua tayangan sinetron religius di televisi mempunyai kemiripan

satu sama lain. Di samping keterbatasan SDM teknologi, keseragaman

format model tayangan sinetron religius tersebut juga dipengaruhi oleh

trend tayangan televisi yang sedang berkembang saat ini. Dari sisi

ideologi kapitalis, penayangan sinema religius semacam ini merupakan

alat dominasi dari pengelola industri televisi untuk mendapatkan

keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menarik perhatian umat Islam

untuk menaikkan rating.

Namun demikian jika dilihat dari sisi ideologi Islam, alur cerita

sinetron religius serta tampilan visual cenderung bombastis. Dalam

konteks kajian ini ”Sinetron Komedi Islam KTP” telah menghadirkan

pemahaman-pemahaman baru tentang ajaran Islam, terutama tentang

azab Tuhan kepada umat-Nya, yang sangat distortif. Misalnya dalam

6 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: LKiS bekerjasama dengan ISAI, 2004) hlm 85.

9

Page 10: makalah

setiap episode ”Tuhan”,lebih banyak digambarkan sebagai representasi

yang bisa memberikan hukuman terberat bagi setiap umatnya yang

menentang ajaran Islam. (Contoh : dalam episode tertentu, ketika ustazd

Khodir mengalami kemajuan usaha warungnya, sibuk melayani

langganan, ia melupakan sholat,mengajar ngaji bahkan anaknya yang

sedang sakit keras dirumah. Ustazd Khodir baru sadar ketika anaknya

yang semata wayang itu akhirnya meninggal (sebagai azab Tuhan)

karena isterinya Minah terlambat membawanya ke Rumah sakit gara-gara

tidak ada sarana angkutan). Ini merupakan sebuah hiperealitas yang

terlalu distortif dan bombastis karena pada dasarnya siksaan maupun

azab seperti itu tidak pernah ditabsirkan secara vulgar di dalam kehidupan

nyata. Dan ironisnya, peristiwa seperti itu selalu mendapat legalitas dari

para ustadz (Bang Ali) yang selalu di berikan peran menutup cerita

dengan wejangan-wejangan Islami tentang adegan visual yang

ditayangkan. Lantas bagaimana audience harus memberikan makna

terhadap semua episode alur ceritera dalam teks ”Sinetron Komedi Islam

KTP” selama ini? Dewasa ini memang banyak orang sukses yang

berangkat dari bawah, tetapi seringkali mereka lupa bahwa usaha itu

butuh waktu yang cukup lama untuk mewujudkannya. Keberhasilan

seseorang dalam usaha tertentu bukan berasal dari pemberian orang

kaya yang mirip sebagai Robbin Hood. Namun demikian karena mereka

benar-benar berusaha bekerja keras untuk mencapainya. Bahkan,

diantaranya banyak pula orang yang sudah bekerja keras dan tekun

10

Page 11: makalah

menjalankan ibadah tetapi belum juga mendapatkan rezeki berlimpah dari

Tuhan. Dari paparan di atas jelas kiranya bahwa tayangan ”Sinetron

Komedi Islam KTP” di SCTV cenderung mengusung representasi

pengetahuan tentang Islam yang dimaknai secara hitam-putih. Kehidupan

digambarkan sebagai relasi yang harus dipenuhi dengan hukum-hukum

illahiyah yang begitu kaku dan formal. Dalam konteks ini wajah Islam dan

kehidupan yang islami digambarkan dengan ”Islam” pada konsep

kehidupan yang begitu formal, kaku, dan terbingkai dengan syariat Islam

secara rigit. Padahal tidak selamanya hukum Islam harus dimaknai secara

kaku dan hitam-putih.

Peran Para Tokoh Dalam Merefleksikan Karakter Yang Ada Di Dalam

Masyarakat

Tokoh-tokoh yang terdapat dalam sinetron Islam KTP, bervariasi dari

yang berkarakter protagonis maupun antagonis. Tokoh pertama yaituBang

Ali (Idrus Mardani) yang dalam sinetron tersebut diberikan peran sebagai

seorang ustazd mumpuni, bahkan di sejajarkan dengan wali Allah, tetapi

atas ke-salehannya tidak mau di sebut ustazd, ia lebih senang dipanggil

“Bang Ali” saja. Bang Ali, mempunyai kebiasaan “siwak” yakni

membersihkan giginya dengan potongan rotan kecil yang ujungnya

ditumbuk (pengganti sikat gigi). Pada zaman kenabian Islam, alat

kebersihan tersebut sangat dianjurkan. Ia seorang alim ulama, yang jika

diberikan pertanyaan seputar masalah kehidupan. Jawabannya terkesan

11

Page 12: makalah

membingungkan karena kadang diluar akal sehat dan nalar lawan

bicaranya. Jika lawan bicaranya kebingungan dengan jawaban dari Bang

Ali, maka dengan santai dan tertawa kecil ia akan mengatakan “ada

rahasia dibalik rahasia” dan seketika itu juga ia ngeloyor pergi tanpa

menjelaskan lebih lanjut makna ucapannya.

Karakter selanjutnya sosok Jam’i (Lionil Hendrik) anak pengusaha

sukses, teman kuliah Sabina (Martina Aisyah) anak Bang Ali. Akhirnya

Jam’i dan Sabina pacaran secara sembunyi-sembunyi. Ketika hubungan

mereka diketahui Bang Ali, mereka diminta untuk segerah menikah

dengan syarat Jam’i harus hafal Surat Yasin terlebih dulu. Jam’i di suruh

pergi dari rumah orang tuanya, karena menjalankan syariat agama Islam,

dan menghafalkan surat Yasin. Akhirnya Jam’i menjadi murid Bang Ali

dan mengajar berbagai pengajian anak-anak jalanan. Dalam

kesehariannya Jam’i selalu berbusana muslim, dan rajin sholat di masjid

bersama Bang Ali calon metuanya itu. Perjuangan cintanya dengan

Sabrina pun berliku-liku, dua kali mereka gagal menikah karena adanya

pihak ketiga yang mengacaukan percintaan mereka. Namun, pada

akhirnya mereka menikah juga setelah melewati masa-masa sulit.

Karakter selanjutnya adalah sosokBangMahdit Musyawaroh (Qubil),

di diperankan sebagai seorang ahli musyawaroh dan kaya, tetapi

perilakunya menyimpang dari ajaran Islam. Kebiasaan Mahdit adalah

selalu menghina orang miskin, memberikan sodakhoh tetapi dengan

imbalan bunga (balas jasa), dan mengumpat dengan kata,”bahllul”

12

Page 13: makalah

(bodoh), merakbal, orang kismin, kaum duafa, kaum pinggiran yang

termajinalkan dan seruan sarkasme lainnya. Ia selalu menganggap remeh

orang-orang yang ada disekitarnya, dan menganggap dirinya selalu benar.

Ia berpikir dengan hartanya ia bisa seenaknya saja menghina orang lain

yang lebih miskin darinya. Kata-kata kasar yang sering terlontar dari mulut

Bang Madit, sangat tidak bagus untuk pembentukan karakter seorang

anak yang memiliki sifat “peniru ulung”. Dikhawatirkan anak-anak akan

menganggap menghina seseorang dengan kata-kata kasar seperti itu

diperbolehkan.

Pihak KPI seperti tidak menyensor terlebih dahulu kata-kata yang

dilontarkan Bang Madit, pada beberapa episode lalu KPI menyensor kata-

kata Bang Madit yang kasar tersebut. Namun, sekarang sensor sudah

hilang lagi.

Berkali-kali ia diberikan teguran berupa azab oleh Allah karena

ucapan kasar dan penghinaan tajam yang keluar dari mulutnya dengan

tiba-tiba menjadi bisu atau gagap. Awalnya ia bertaubat, tetapi taubatnya

bukan taubat nasuha yang sebenar-benarnya. Melainkan taubat sambel

yang hanya sementara dan kemudian berulah lagi.

Karakter selanjutnya adalah Pak RT Hasan Hutapea. Karakter yang

ditampilkan Pak RT, adalah sosok pemimpin yang tidak tegas dan

amanah dalam menjalakan kepemimpinannya sebagai seorang RT. Ia

justru sering menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan

pribadinya sendiri. Pernah pada suatu episode, Pak RT melihat ada

13

Page 14: makalah

maling yang akan mencuri sepeda warganya. Lalu ia mengusir maling

tersebut dengan ancaman akan dilaporkan ke polisi jika ia tidak mau

pergi. Bukannya pergi setelah mengusir maling itu, ia justru berniat

mencuri sepeda tersebut. Namun, hal tersebut gagal karena pemilik

sepeda datang dan memergoki Pak RT. Sungguh cerminan pemimpin

yang tidak amanah terhadap kepemimpinannya.

Kata-kata yang menjadi ciri khas Pak RT adalah selorohnya “eh

keceplosan” setelah ia berbicara jujur panjang lebar mengenai tingkah

Bang Madit.

Karakter selanjutnya adalah sabrina, putri tunggal dari Bang Ali. Ia

anak yang sangat penurut kepada orang tuanya. Apa pun yang

diperintahkan oleh Bang Ali, ia selalu mematuhinya. Entah yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan, sebagai anak ia mencoba

menjadi anak yang patuh.

Sementara sosok Karyo (Reza Aditya), dan Mamat (Aiman Rizky)

adalah pengangguran yang kemudian dipekerjakan di toko Bang Ali.

Sosok kedua anak muda ini meski menjadi muridnya Bang Ali, tetapi

pendiriannya tentang Islam masih labil, dan sering tergoda dengan

kebutuhan duniawi, dan glamornya kehidupan modern.

Tokoh lainnya adalah Enting dan Dul, pasangan suami isteri yang

memiliki seorang anak yang bernama Tebe. Di episode yang terbaru,

Enting dan Dul sudah cerai dan masing-masing mereka sudah memiliki

keluarga baru. Karakter Enting yang pada saat menikah dengan Dul

14

Page 15: makalah

sangat berbakti kepada orang tuanya, berubah menjadi seorang anak

durhaka saat ia memiliki suami baru yang kaya raya. Pernah dalam suatu

episode, ayah Enting menjenguk cucunya Tebe di rumah baru Enting

yang mewah. Dia diperlakukan tidak baik oleh Enting dan anak tiri Enting.

Keesokan paginya, suami Enting kehilang jam tangan mahal. Enting

menuduh ayahnya yang melakukan hal tersebut, karena dulu ayahnya

seorang pencuri. Tidak terima dengan tuduhan anaknya, ayah Enting

marah dan tidak lagi menganggap Enting adalah anaknya. Adegan

tersebut mencontohkan bagaimana pengaruh harta benda dalam

memecahkan hubungan kekerabatan, sekalipun ayah dengan anaknya.

Akhirnya Enting menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada

ayahnya. Pada awalnya ayah Enting bersikeras tidak mau memaafkan.

Namun, karena rasa sayang orang tua yang sangat luar biasa membuat

ayah Enting akhirnya mau memaafkan.

Karakter selanjutnya adalah Dul, mantan maling yang terobsesi ingin

menjadi orang kaya seperti Bang Madit. Tetapi tidak berusaha untuk ke

arah sana. Ia hanya luntang-lantung tanpa pekerjaan yang jelas, tidak

bekerja dengan giat dan ibadahpun tidak tekun. Kadang-kadang pikiran-

pikiran untuk maling sering hinggap di kepalanya, imannya yang tipis

membuatnya sering tergoda untuk melakukannya. Tetapi di akhir cerita,

Dul pasti menyadari kesalahannya tersebut dan taubat. Lagi-lagi, sama

seperti karakter Bang Madit. Taubatnya hanyalah taubat sambel, bukan

taubat Nasuha.

15

Page 16: makalah

Karakter selanjutnya adalah Tebe, karakter yang sangat di sukai

anak-anak. Karakter Tebe menggambarkan sosok anak soleh yang

sangat berbakti kepada orang tuanya. Sebagai anak, kadang ia justru

yang menjadi pengingat di kala orang tuanya berbuat salah atau dosa.

Pernah di salah satu episode, ketika Dul akan melancarkan aksinya untuk

mencuri. Tebe, yang tidak rela ayahnya berbuat seperti itu mengikuti Dul

kemanapun Dul pergi yang pada akhirnya membuat Dul malu untuk

mencuri dan akhirnya tidak jadi mencuri.

Salah satu ciri khas yang sering diucapkan Tebe adalah “kata bapak

Tebe….” Di dalam suatu episode, Tebe pernah menasihati ayahnya

dengan ucapan “kata bapak Tebe..” dul yang merasa tidak pernah berkata

seperti itu pada Tebe akhirnya bingung sendiri. Ia menanyakan bapak

Tebe yang mana yang berkata seperti itu. Tebe pun hanya tertawa dan

mengatakan bahwa yang menasihatinya adalah bapak angkatnya yaitu

Bang Ali. Sikap Tebe yang sering mengundang tawa penonton adalah,

kecerdasannya dalam mengakali Bang Madit agar bisa mendapatkan

uangnya dengan cara yang tidak di sadari Bang Madit. Biasanya Bang

Madit selalu tertipu dengan akal bulus yang di lancarkan Tebe, pada

akhirnya Tebe akan mengucapkan “kata bapak Tebe, kalo udah dapet duit

kabur” dan seketika itu juga Bang Madit sadar lalu memaki-maki Tebe.

Peran Tebe dalam sinetron ini yang sangat berkompeten dalam

mempengaruhi anak-anak untuk pembentukan karakter. Tebe, merupakan

cerminan yang baik untuk para anak-anak menjadi anak soleh yang

16

Page 17: makalah

berbakti kepada orang tua. Tetapi, dari pengamatan penulis di lingkungan

sekitar yang penulis temui. Justru bukan sikap soleh Tebe yang dijadikan

contoh oleh anak-anak, melainkan jargon Tebe “kata bapak Tebe, kalo

udah dapet duit kabur”.

Karakter lainnya adalah Julfikar, pengamen yang berdakwah melalui

musiknya. Ia sangat mengidolakan Rhoma Irama yang berdakwah melalui

musik, bahkan gaya bicaranya pun meniru Rhoma Irama.Ia selalu muncul

di saat orang-orang sedang bingung, sedih, atau gembira. Orang yang

sering diganggunya adalah Dul. Ketika Dul sedang sedih duduk sendiri di

pos ronda, mengingat anak isterinya yang sudah pergi di ambil pria lain.

Julfikar muncul membawakan lagu untuk menghibur Dul, namun

kelucuan-kelucuan terjadi pada saat Julfikar menyanyi. Misalkan Julfikar

menyanyikan lagu yang tokoh perempuannya bernama Ani, maka Dul

akan menyelaknya dan meminta nama itu diganti dengan nama Enting.

Kelucuan pun terjadi karena penggantian lirik itu membuat lagu menjadi

aneh. Pendidikan karakter yang dapat diambil dari tokoh Julfikar adalah

kegigihannya berdakwah melalui musik seperti Rhoma Irama.

Karakter selanjutnya adalah ustadz Qodir. Ia merupakan orang alim

kedua setelah Bang Ali. Penampilannya sebagai seorang ustadz terlihat

nyentrik dari Ustadz-ustadz kebanyakan, karena rambutnya dibiarkan

memanjang sebahu. Ia sering melakukan ceramah agama di majelis

taklim. Ceramah yang ia sampaikan membahas seputar masalah

kehidupan sehari-hari masyarakat. Dari masalah yang kecil, sampai

17

Page 18: makalah

masalah yang besar. Terkadang ceramah agama yang dilontarkan ustadz

Qodir terlalu menggurui.

Karakter selanjutnya Mak Amsani, ibu kandung dari Mamat. Peran

yang ditampilkan oleh Mak Amsani adalah sosok keibuan yang sangat

penyayang, bukan saja menyayangi anaknya Mamat tetapi juga kepada

Karyo sahabat anaknya. Mak Amsani juga orang yang sangat sabar,

ketika Bang Madit datang untuk mencaci makinya. Ia hanya bisa diam

mendengar kata-kata Bang Madit yang pedas dan tajam.

Karakter selanjutnya adalah Coker Cowo Keren, yang bernama asli

Rizki dari abahnya. Gaya bicara yang khas yaitu gaya bicara anak gaul.

Karena pribadinya yang masih remaja terkadang masih sering labil, ia

mengikuti semua trend yang sedang berlangsung tanpa peduli dengan

faktor agama. Dengan sabar ayahnya menuntun anaknya yang hampir

sesat, namun sikap Coker yang cuek membuat ayahnya putus asa dan

akhirnya meninggal. Teguran dari Allah yaitu dengan mengambil ayahnya

membuat Coker sadar dan kembali ke jalan Allah. Akhirnya karena iba

dengan Coker yang sebatang kara, Bang Ali mengangkatnya menjadi

anak.

Hampir semua komodifikasi pada sosok para aktor dan artis

pemeran di “Sinetron Komedi Islam KTP” tersebut dicitrakan sebagai ikon

dan simbol Islam untuk di trasformasikan kepada audience.

18

Page 19: makalah

III. Penutup

Kesimpulan

Setiap tayangan pasti memiliki hal yang positif maupun negatif. Begitu

pula dengan tayangan Islam KTP yang memiliki unsur pendidikan karakter

moral dan agama. Juga memiliki unsur negatif yang tidak baik untuk

pembenetukan karakter anak.

Tokoh yang memberikan pendidikan karakter moral dan agama

adalah Bang Ali, Ustad Qodir, Zulfikar, dan Tebe. Sedangkan tokoh yang

memberikan contoh karakter yang buruk adalah Bang Madit dan Pak RT.

Anak-anak yang menonton sinetron ini harus didampingi orang

dewasa untuk membimbing dan mengawasi si anak agar tidak meniru hal-

hal yang tidak baik dari sinetron Islam KTP.

19

Page 20: makalah

Daftar Pustaka

Irone, Majayus. 2011. “Sinetron Islam KTP, Satir Namun Mencerdaskan dengan Pesan Agamis dan Moral” Dalam http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2011/02/22/sinetron-islam-ktp-satir-namun-mencerdaskan-dengan-pesan-agamis-dan-moral/ 02 Juni 2011

S. Arifianto. 2011. “KONSTRUKSI MAKNA DALAM ”SINETRON KOMEDI ISLAM KTP” DI TELEVISI”. Dalam http://studibudayadanmedia.blogspot.com/2011/02/sinetron-komedi-islam-ktp-di-televisi.html 02 Juni 2011

Rokhmansyah, Alfian. 2010. “Teori Resepsi Sastra H.R.Jauss” dalam http://phianzsotoy.blogspot.com/2010/06/teori-resepsi-sastra-hrjauss.html 2 Juni 2011

Ukons, Jhon. 2010. “Analisis Teori Resepsi Jauus Terhadap Syair Karya Abdurahman Addahil” dalam http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/06/teori-resepsi-sastra-jauss.html 2 Juni 2011

Anonim. 2010. “Sinetron Islam KTP Religi Komedi dengan Kecerdasan” dalam http://cekricek.co.id/sinetron-%E2%80%9Cislam-ktp%E2%80%9D-religi-komedi-dengan-kecerdasan/ 2 Juni 2011

Turow, Joseph. A Mass Communication Perspective on Entertainment Industries, dalam James Curran & Michael Gurevitch (eds.).1991. Mass Media and Society. London: Edward Arnold.

Sudibyo, Agus.2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LKiS bekerjasama dengan ISAI.

Hall, Stuart. Work of Representation, dalam Stuart Hall (ed). 1997a. Representation, Cultural Representations and Signifying Practice. London: Sage Publication in assosiation with The Open University Press.

Morlly, David. (1992). Television Audience and Cultural Studies. London: Routledge.

20