makalah
TRANSCRIPT
MAKALAH DASARBTEKNIK TENAGA LISTRIK
” Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir”
Oleh :
Iwan Setiaji ( H1C009021 )
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN
Proyek penelitian bernama Manhattan yang disponsori pemerintah Amerika Serikat
pada tahun 1930-an telah menjadikan ilmu pengetahuan tentang reaksi nuklir sebagai sebuah
senjata yang mengerikan dengan dalih menciptakan perdamaian untuk menciptakan tatanan
dunia baru. Dengan alasan mengakhiri Perang Dunia Ke-2, dua kota di Jepang menjadi saksi
dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh bom nuklir tersebut. Sebagai catatan, sampai saat ini
hanya Amerika Serikat saja yang pernah menggunakan senjata nuklir pada pertempuran
sebenarnya. Mungkin sejak saat itu masyarakat dunia mempunyai sudut pandang lain yang
tidak bijak mengenai nuklir, walaupun menurut perhitungan sebenarnya bom nuklir tidak
seberapa mengerikan jika dibandingkan dengan bom hidrogen. Ditambah lagi dengan
kejadian-kejadian lain seperti insiden yang terjadi di Chernobyl, Rusia, dimana ratusan orang
tewas dan jutaan lainnya mengungsi dikarenakan ledakan di instalasi pembangkit listrik
tenaga nuklir tersebut. Film-film Holywood juga memperparah persepsi keliru tersebut
dengan seringnya menempatkan nuklir sebagai bagian dari tokoh antagonis yang ingin
merusak tatanan dunia.
Pemanfaatan teknologi nuklir sebagai sumber energi telah lama dilakukan di negara-
negara maju seperti AS, Perancis, Jepang, atau negara yang mempunyai kepentingan politis
seperti India, Pakistan, dan Iran. Secara ekonomis, sumber energi radioaktif ini lebih murah
dibandingkan bahan bakar fosil yang dimungkinkan tidak akan bertahan dalam waktu seratus
tahun lagi. Cadangan zat radioaktif, salah satunya uranium, di dunia ini bila dikonversi ke
satuan energi secara matematis jauh lebih besar jika dibandingkan dengan cadangan bahan
bakar fosil yang ada. Sehingga bisa memberikan waktu yang lebih dari cukup kepada umat
manusia untuk mencari sumber energi alternatif lainnya jika suatu saat energi nuklir juga
habis. Sebenarnya penggunaan elemen nuklir tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari dan
memberikan manfaat yang tidak sedikit. Selain sebagai sumber energi, zat radioaktif tersebut
juga digunakan dalam berbagai bidang misalnya aplikasi MRI dalam bidang kesehatan,
rekayasa genetik bibit dalam pertanian hingga dalam pengetahuan eksplorasi luar
angkasa.
Indonesia, terutama pulau jawa sebagai nadi perekonomian bangsa dalam beberapa
tahun kedepan akan mengalami defisit energi yang semakin parah jika tidak segera
ditanggulangi. Peningkatan kebutuhan listrik untuk sektor rumah tangga dan industri tidak
sejalan dengan tingkat pertumbuhan pembangkit listrik nasional. Hal tersebut jika dibiarkan
akan mengakibatkan kemunduran ekonomi secara agregat dan kekacauan sosial akibat
semakin seringnya pemadaman bergilir. Oleh karena itu untuk menanggulangi hal tersebut,
pemerintah menggulirkan rencana pembangunan PLTN pertama di Muria.
Pada dasarnya Indonesia mempunyai sumberdaya manusia dan alam yang lebih dari
cukup untuk membangun dan mengoperasikan instalasi energi nuklir, bahkan diperkirakan
cadangan tambang uranium Indonesia bisa dimanfaatkan hingga ratusan
tahun. Diharapkan dengan energi yang relatif murah ini, tercipta multiplier effect sehingga
kesejahteraan bangsa bisa terangkat dan kompetensi di dunia Internasional semakin
meningkat. Secara garis besar, masyarakat Indonesia terutama kalangan industri antusias dan
menyambut baik dengan rencana pemerintah untuk mendirikan pembangkit tenaga nuklir
karena secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian bangsa dan menciptakan
jutaan lapangan kerja baru selama beberapa dekade ke depan. Kedepannya, pembangunan
PLTN di luar jawa juga akan memberikan kontribusi positif terhadap sosial ekonomi dan
pertahanan Indonesia secara keseluruhan. Selama ini riset dan pemanfaatan sumber nuklir di
Indonesia belum mencapai taraf pemanfaatan secara massal dikarenakan tarik ulur politik
Indonesia di dunia internasional yang tidak menginginkan dominasi negara maju terhadap
nuklir tergoyahkan. Untuk di dalam negeri sendiri, kendala terjadi karena belum adanya
sosialisasi yang tepat tentang tentang nuklir tersebut. Sebagian kecil masyarakat cenderung
antipati dikarenakan belum paham betul tentang isu tersebut. Disinilah tugas pemerintah
untuk memberikan gambaran obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi seperti yang
diuraikan diatas. Memang energi nuklir bukannya tanpa risiko. Dalam pengoperasiannya,
standar operasi dan prosedur harus dilaksanakan. Pemeliharaan dan evaluasi setiap saat
merupakan kewajiban yang tidak dapat ditawar. Sebagai contoh, insiden yang terjadi di
Chernobyl pada tahun 1980an di curigai akibat kelalaian manusia yang berujung maut.
Belum lagi sampah nuklir sebagai residu dari reaksi berantai, bisa menimbulkan pencemaran
radioaktif jika tidak diolah dan dikemas dengan sempurna. Sampah tersebut cenderung tidak
bisa didaur ulang. Sebagai catatan, radiasi mematikan dari sampah tersebut tidak akan hilang
dalam waktu ratusan tahun. Dari sisi kesehatan, banyak kasus terjadi bahwa pekerja di PLTN
mengalami keracunan radioaktif akibat terpapar radiasi dalam waktu relatif lama saat bekerja
di instalasi nuklir.
Pada dasarnya tidak ada benda yang bisa mengisolasi radiasi nuklir dengan sempurna,
termasuk timbal. Oleh karena itu semakin sedikit kontak fisik langsung manusia dengan
nuklir, maka semakin baik. Faktor geologi juga berperan penting dalam pendirian sebuah
instalasi energi nuklir. Atas dasar itu juga pemerintah berencana memilih daerah Muria
sebagai tempat pertama untuk membangun instalasi karena tempat tersebut kondisi
geologinya relatif stabil dan jauh dari akses sebagian besar penduduk untuk mengeliminasi
kemungkinan yang timbul. Suatu saat nanti dengan semakin banyaknya PLTN yang dibuat di
Indonesia, semoga ketimpangan sosial antara pulau-pulau akan berkurang dan bangsa
Indonesia bisa menatap masa depan dengan lebih cerah dan sejajar dengan negara maju
lainnya.
PEMBAHASAN
Dalam fisika nuklir, sebuah reaksi nuklir adalah sebuah proses di mana dua nuklei atau
partikel nuklir bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang berbeda dari produk awal. Pada
prinsipnya sebuah reaksi dapat melibatkan lebih dari dua partikel yang bertubrukan, tetapi
kejadian tersebut sangat jarang. Bila partikel-partikel tersebut bertabrakan dan berpisah tanpa
berubah (kecuali mungkin dalam level energi), proses ini disebut tabrakan dan bukan sebuah
reaksi.
Dikenal dua reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi nuklir dan reaksi fisi nuklir. Reaksi fusi
nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan menghasilkan
energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan
inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang
bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi
sinar alfa, beta dan gamma yang sagat berbahaya bagi manusia.
Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi di hampir semua inti bintang di alam
semesta. Senjata bom hidrogen juga memanfaatkan prinsip reaksi fusi tak terkendali. Contoh
reaksi fisi adalah ledakan senjata nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah Plutonium dan Uranium
(terutama Plutonium-239, Uranium-235), sedangkan dalam reaksi fusi nuklir adalah Lithium
dan Hidrogen (terutama Lithium-6, Deuterium, Tritium).
Selain itu reaksi fisi juga menyisakan unsur-unsur yang bersifat radioaktif atau
meluruh (memancarkan partikel alfa, beta dan sinar gamma) dalam jangka waktu sangat
lama, bahkan jutaan tahun. Radiasi yang dihasilkan sangat berbahaya bagi manusia, karena
dapat memutasikan manusia secara acak. Mutasi banyak menyebabkan tumbuhnya kanker
atau disfungsi organ manusia. Radiasi ini menyebabkan hal-hal mengerikan hanya dalam
dosis tertentu. Radiasi ini bukan tidak bisa di kontrol. Penanganan yang baik terhadap
sampah sampah sisa reaksi fisi akan menghindarkan kita dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Negara-negara pengguna energi nuklir saat ini juga sedang mencari tempat yang baik untuk
mengubur sampah nuklir ini agar terhindar dari manusia dan hal-hal yang bisa dirusaknya.
Reaksi fisi bukanlah satu-satunya reaksi yang terjadi pada inti. Reaksi fusi
mempunyai prospek yang lebih menjanjikan. Namun pemanfaatannya masih relatif sulit.
Reaksi fusi adalah reaksi bergabungnya dua inti menjadi satu. Pada proses ini inti baru
mempunyai kehilangan massa dari dua inti penyusunnya, kehilangan massa ini berubah
menjadi energi. Saat ini inti yang sering di fusikan adalah isotop hidrogen, yaitu hidrogen
yang mempunyai neotron di intinya. Bagi yang pernah melihat film spiderman2 Vs
Dr.Octopus, bisa kita lihat adegan reaksi fusi menggunakan metode tekanan laser.
Reaksi fusi tidak menyisakan unsur radioaktif, dan otomotasi relatif lebih aman. Dan
lagi bahan untuk reaksi ini tergolong sangat amat banyak dimuka bumi ini. Tapi lagi-lagi
karena kurangnya pemahaman manusia mengenai inti membatasi kita untuk pemanfaatannya.
Saat ini manusia baru mengenal metode thermo nuklir untuk melaksanakan reaksi fusi, dan
terbaru menggunakan teknologi laser. Namun semua itu masih dalam ukuran percobaan.
Seandainya manusia benar-benar mampu membuat reaktor seperti yang ada di film iron man,
maka kita akan terlepas dari yang namanya krisis energi.
Mungkin yang paling menteror dari reaksi inti adalah terciptanya BOM NUKLIR.
Bom tidak lain adalah reaksi cepat dimana melapaskan panas yang luar biasa. Reaksi inti juga
bisa dipercepat untuk dijadikan Bom. Dengan memperbanyak uranium yang bisa melakukan
reaksi fisi maka reaksi fisi bisa mengalami suatu kondisi kritikal. Yaitu kondisi dimana satu
reaksi bisa menyebabkan 3 sampai 4 reaksi lain. Hal ini bisa tercapai karena inti yang
mengalami reaksi fissi akan melepaskan beberapa neutron yang akan memicu reaksi lain bila
neutron cukup lambat menumbuk bidang inti uranium labil lainnya. Bom hasil reaksi fisi
bukan yang terbesar, Bom dari reaksi fusi jauh lebih dahsyat dari itu. Bom ini lebih dikenal
dengan nama bom hidrogen. Bom hidrogen adalah bom yang pemicunya adalah Bom reaksi
fisi uranium atau plutonium. Panas dan tekanan tinggi dari reaksi fissi uranium akan memicu
reaksi fusi pada hidrogen dan menyebabkan ledakan kedua yang amat dahsyat.
Pada dasarnya reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir tidak akan bisa menghasilkan
ledakan seperti bom atom. Ini disebabkan karena jumlah uranium yang dibatasi serta
banyaknya peredam neutron disekitar bahan untuk reaksi nuklir ini. Namun apabila kontrol
atau pengawasan yang kurang, reaksi nuklir di reaktor bisa menyebabkan panas yang sangat
tinggi berakibat kebocoran. Dan yang sangat berbahaya dari kebocoran ini adalah materi
yang dilepaskannya dalam bentuk gas. karena bisa dengan cepat terhembus angin dan sampai
di pemukiman.
Berikut adalah garis besar cara kerja sebuah reaktor nuklir(jenis PWR) hingga bisa
menghasilkan listrik, seperti yang dilansir Nuklir.INFO:
- Di dalam inti reaktor, reaksi fisi terjadi karena adanya penembakan neutron terhadap bahan
bakar nuklir yang menghasilkan energi panas.
- Energi panas yang dihasilkan dari inti reaktor kemudian dibawa oleh air bertekanan pada
primary loop ke generator uap.
- Didalam generator uap, air yang berasal dari secondary loop menjadi terpanaskan dan
terbentuklah uap.
- Uap yang dihasilkan diarahkan ke turbin uap untuk memutar generator dan akhirnya
menghasilkan listrik.
Mengenal proses kerja dan jenis-jenis PLTN
Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga
nuklir itu hanya dapatdikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini
sangat berbeda dengan pembakarankimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti
pembakaran kayu, minyak dan batubara. Besar energy yang tersimpan (E) di dalam inti atom
adalah seperti dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi olehAlbert Einstein : E=m c2,
dengan m : massa bahan (kg) dan C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal
dari perubahan sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas. Dilihat dari proses
berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai tak terkendali
danreaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada ledakan
bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak dikendalikan agar dihasilkan
panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal.
Agar reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan
dari reaksi nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu
sarana reaksi yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah
tempat dimana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di
dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.
Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
dimulai beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi
nuklir berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat
dirahasiakan dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu
manusia berusaha mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada
mulanya, pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru
dilakukan di Amerika Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada
dan Rusia juga mulai menjalankan program energi nuklirnya.
Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun
1951. Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia.
PLTN pertama di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada
bulan Oktober 1956 di Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas
dua reaktor nuklir yang mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses
pengoperasian PLTN tersebut telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model
yang sama di berbagai tempat.
Energi Nuklir
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan oleh
reaksi nuklir, berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg) bahan
bakar nuklir 235U. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom 235U.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir 235U disertai dengan pelepasan energi
sebesar 200 MeV, maka 1 g 235U yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan
energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1.6 x 10-13
J, maka energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi listrik,
maka energi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g 235U adalah :
Elistrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV dengan
daya (P) 100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g 235U selama :
t = Elistrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa
dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama 12 jam/hari,
maka energi listrik dari 1 g 235U bias dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat TV
selama lebih dari 15 tahun.
Contoh perhitungan di atas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai
kandungan energi yang tersimpan di dalam bahan bakar nuklir. Energi panas yang
dikeluarkan dari pembelahan satu kg bahan bakar nuklir 235U adalah sebesar 17 milyar kilo
kalori, atau setara dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2.400 ton)
batubara. Melihat besarnya kandungan energi tersebut, maka timbul keinginan dalam diri
manusia untuk memanfaatkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik dalam rangka
memenuhi kebutuhan energi dalam kehidupan sehari-hari.
Proses Kerja Pusat Listrik Tenaga Nuklir
Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal
secara luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas
yang digunakan. PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU
mendapatkan suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak
bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor
daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan
neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena
memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde
ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi
listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut :
• Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas
yangsangat besar.
• Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
• Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak
(kinetik).
• Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga
dihasilkan arus listrik.
Jenis-Jenis PLTN
Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah
sistim yang dalam operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku
penghasil panas. Dewasa ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut
ditandai dengan perbedaan tipe reaktor daya yang digunakannya.
Masing-masing jenis PLTN/tipe reaktor daya umumnya dikembangkan oleh negara-
negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN sangat menonjol dalam suatu negara,
tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain.
Perbedaan berbagai tipe reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan bahan bakar,
moderator, jenis pendinging serta perbedaan-perbedaan lainnya. Perbedaan jenis reaktor daya
yang dikembangkan antara satu negara dengan negara lain juga dipengaruhi oleh tingkat
penguasaan teknologi yang terkait dengan nuklir oleh masing-masing negara. Pada awal
pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa dilakukan oleh
Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah mulai
mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di Kanada,
Perancis dan Ingris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya
berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali beroperasi di ketiga
negara tersebut menggunakan reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam
perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan Perancis juga mengoperasikan PLTN
berbahan bakar uranium diperkaya. Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini
adalah jenis Reaktor Air Ringan atau LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula
dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut Reaktor Air Ringan karena menggunakan H2O
kemurnian tinggi sebagai bahan moderator sekaligus pendingin reaktor. Reaktor ini terdiri
atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized Water Reactor) dan Reaktor Air Didih atau
BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang dioperasikan masing-masing mencapai
52 % dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi. Sedang sisanya sebesar 26,5 %
terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut berbagai
jenis PLTN yang dewasa ini beroperasi diberbagai negara.
Reaktor Air Didih
Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untukmenguapkan air
pendingin dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan
tinggi menerima uap pada suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap
diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi thermal
sebesar 34 %. Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat
dikonversikan menjadi energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami
proses pendinginan sehingga berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor
untuk diuapkan lagi dan seterusnya. Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar 235U dengan
tingkat pengayaannya 3-4 % dalam bentuk UO2. Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba,
General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama dengan perusahaan Tokyo Electric Power
Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan patungan dalam rangka meningkatkan
unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan memperkenalkan Reaktor Air Didih Tingkat
Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water Reactor). Kapasitas A-BWR dirancang lebih
besar untuk mempertinggi keuntungan ekonomis. Di samping itu, beberapa komponen
reaktor juga mengalami peningkatan, seperti peningkatan dalam fraksi bakar, penyempurnaan
sistim pompa sirkulasi pendingin, mekanisme penggerak batang kendali dan lain-lain.
• Reaktor Air Tekan
Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator.
Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu
pendingin primer dan sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk
memanaskan air pendingin primer. Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol
tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk mempertahankan tekanan sistim pendingin primer.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan
penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan
memanaskan air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap
tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila
tekanan dalam sistim pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot air akan
mengembunkan sebagian uap sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer
akan kembali ke keadaan semula. Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada
posisi 150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar
300 ºC. Pada tekanan udara normal, air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC.
Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap
sehingga terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin
sekunder. Dalam hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa
terjadi kontak atau percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim
pipa. Terjadinya pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan
pada sistim pendingin sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat
menguap pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini
selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.
Dari uraian di atas tergambar bahwa sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan
lebih rumit dibandingkan dengan sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim
keselamatannya, Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.
Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga
apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan
kontaminasi pada turbin. Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang
terlarut dalam air pendingin primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin.
Reaktor Air Tekan juga mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik.
Salah satu faktor penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas
negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya
reaktor akan segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim
pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air
Didih.
• Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor)
Reaktor Air Berat merupakan jenis reaktor yang menggunakan D2O (air berat)
sebagai moderator sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam
sehingga harus digunakan air berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron
sangat kecil. PLTN dengan Reaktor Air berat yang paling terkenal adalah CANDU (Canadian
Deuterium Uranium) yang pertama kali dikembangkan oleh Canada. Seperti halnya Reaktor
Air tekan, Reaktor CANDU juga mempunyai sistim pendingin primer dan sekunder,
pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan tinggi pada sistim
pendingin primer.
D2O dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistim pendingin primer,
sedang sistim pendingin sekundernya menggunakan H2O. Dalam pengoperasian reaktor
CANDU, kemurnian D2O harus dijaga pada tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan
yang harganya sangat mahal dan secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan secara
langsung dengan H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D2O
baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup
dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran D2O
dapat diketahui secara dini.
• Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)
Reaktor Magnox menggunakan bahan bakar dalam bentuk logam uranium atau
paduannya yang dimasukkan ke dalam kelongsong paduan magnesium (Mg). Reaktor ini
dikembangkan dan banyak dioperasikan oleh Inggris. Termasuk dalam reaktor jenis ini
adalah reaktor penelitian pertama di dunia yang dibangun oleh tim pimpinan Enrico Fermi di
Chicago, Amerika Serikat. Reaktor Magnox menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit
sebagai moderator, dan uranium alam sebagai bahan bakar. Panas hasil fisi diambil dengan
mengalirkan gas CO2 melalui elemen bakar menuju ke sistim pembangkit uap. Dari
pertukaran panas ini akan dihasilkan uap air yang selanjutnya dapat dipakai untuk memutar
turbin. Hasil dari usaha dalam penyempurnaan unjuk kerja Reaktor Magnox adalah
diperkenalkannya Reaktor Maju Berpendingin Gas atau AGR (Advanced Gas-cooled
Reactor). Dalam reaktor ini juga menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai
moderator, namun bahan bakarnya berupa uranium sedikit diperkaya yang dibungkus dengan
kelongsong dari baja tahan karat. Pengayaan bahan bakar ini dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi thermal dan fraksi bakar bahan bakarnya.
• Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)
Reaktor Temperatur Tinggi adalah jenis reaktor yang menggunakan pendingin gas
helium (He) dan moderator grafit. Reaktor ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC
dengan efisiensi thermalnya sekitar 40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor
dipindahkan menggunakan pendingin He (sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam
pembangkit uap ini panas akan diserap oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder) dan uap
yang dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistim pemisah antara
sistim pendingin primer yang radioaktif dan sistim pendingin sekunder yang tidak radioaktif.
Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Temperatur Tinggi berbentuk
bola, tiap elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram 235U dan 10,2 gram 232Th yang
dapat dibiakkan menjadi bahan bakar baru 233U. Proses fisi dalam teras reaktor mampu
memanaskan gas He hingga mencapai suhu 750 oC.
Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder, suhu gas He akan turun
menjadi 250 ºC. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor untuk mengambil
panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor ini membutuhkan bahan bakar
bola berdiameter 60 mm sebanyak ± 675.000 butir yang diletakkan di dalam teras reaktor.
Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di dalam teras selama enam bulan pada operasi
beban penuh.
Keselamatan Nuklir
Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
masyarakat, para pekerja reaktor, dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk
menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik
selama operasi mapun jika terjadi kecelakaan. Tindakan proteksi dilakukan untuk menjamin
agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika diinginkan dan tetap dapat
dipertahankan dalam keadaan aman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untuk ini
panas peluruhan yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan
bahaya akibat pemanasan lebih pada reaktor.
Keselamatan Terpasang
Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium.
Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang tidak
mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan berkurang.
Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa teras
reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal beroperasi.
Penghalang Ganda
PLTN mempunyai sistem pengamanan yang ketat dam berlapis-lapis, sehingga
kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat kecil, Sebagai
contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar
(> 99%) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai
penghalang pertama, selama beroperasi aupun jika terjadi kecelakaan, kelongsong bahan
bakar akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif
tersebut keluar kelongsong. Dalam hal zat radioaktif masih dapat keluar dari dalam
kelongsong, masih ada penghalang ketiga yaitu sstem pendingin. Lepas dari sistem
pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan dibuat dari baja dengan tebal
± 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5 - 2 meter. Bila zat
radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu
sistem pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal ± 7 cm dan beton setebal 1,5 - 2
meter yang kedap udara. Jadi selama operasi atau jika terjadi kecelakaan, zat radioaktif
benar-benar tersimpan dalam reaktor dan tidak dilepaskan ke lingkungan. Kalaupun masih
ada zat radioaktif yang terlepas jumlahnya sudah sangat diperkecil sehingga dampaknya
terhadap lingkungan tidak berarti.
Pertahanan Berlapis
Disain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in
depth). Pertahanan berlapis ini meliputi: lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang
dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan
teknologi mutakhir; lapis keselamatan kedua, PLTN dilengkapi dengan sistem
pengamanan/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-akibat dari
kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN; dan lapis keselamatan ketiga,
PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan, yang dapat diandalkan untuk dapat
mengatasi kecelakaan hipotesis, atau kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi
pada suatu PLTN. Namun demikian kecelakaan tersebut kemungkinan terjadinya sedemikian
kecil sehingga tidak akan pernah terjadi selama umur operasi PLTN.
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), misalnya, mengupayakan untuk mengambil energi yang dilepas ketika sebuah inti atom pecah menjadi inti atom yang lebih kecil (disebut reaksi fisi). Tempat terjadinya reaksi ini di dalam PLTN disebut reaktor. Reaksi tersebut harus dapat dikontrol oleh operator (manusia), jika tidak maka terjadi reaksi berantai yang tak-terkendali dan dapat berakibat fatal (seperti meledak).
Inti atom yang dipecah berasal dari atom yang tidak stabil (radioaktif) seperti Uranium-235 (U-235). U-235 adalah isotop Uranium yang sangat sensitif terhadap reaksi berantai. Dalam teknik nuklir, partikel yang mampu memberikan reaksi berantai ini disebut fissile. Angka 235 adalah nomor massa atom yang menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam intinya. Proton dan neutron adalah partikel penyusun inti atom, disebut nukelon.
Reaksi berantai dari U-235.
Untuk menghasilkan reaksi berantai, inti atom U-235 ditembak oleh sebuah neutron yang bergerak lambat (disebut “slow neutron” atau juga “thermal neutron“). Kecepatan gerak neutron sesungguhnya dapat diatur, tapi telah dihitung sedemikian rupa sehingga reaksi berantai dari gerakan neutron yang lambat lebih mudah dikontrol. Ketika slow neutron mengenai targetnya, yaitu inti atom U-235, inti atom pecah menjadi dua buah inti atom yang lain dan sejumlah neutron. Neutron-neutron hasil dari reaksi ini akan mengenai inti atom-inti atom U-235 lainnya dan begitu seterusnya. Inilah yang disebut “reaksi berantai” (chain reaction).
Reaksi berantai harus dapat dikendalikan oleh operator, dan oleh karena itulah kecepatan neutron pertama yang ditembakkan harus rendah supaya reaksi berantai yang dihasilkan dapat dikendalikan. Dalam bom nuklir, jutru dibutuhkan reaksi berantai yang tak-terkontrol sehingga energi yang dihasilkan sangat besar.
Mari kita sedikit berhitung. Energi kinetik slow neutron yang biasa ditembakkan adalah sekitar 7,5 MeV — MeV adalah Mega electronVolt, sebuah satuan energi dengan 1 eV = 1,6 x 1019 joule, sangat kecil! Energi hasil reaksi fisi adalah 8,4 MeV. Perbedaan 0,9 MeV per nukleon berasal dari energi yang dilepas oleh reaksi fisi. Energi ini berasal dari energi ikat antarnukleon di dalam inti. Dengan demikian, total energi yang dilepas setiap reaksi fisi U-235 adalah jumlah nukleon dikali energi per nukleon, yaitu 235 x 0.9 MeV atau sekitar 200 MeV per satu inti atom.
Kecil? Ya, angka yang kecil. Tapi jangan lupa, perhitungan di atas adalah untuk satu inti atom U-235, yang mana massa satu inti atom U-235 sekitar (pembulatan) 3,9 x 10 -22 gram. Artinya, 1 gr U-235 mengandung sekitar 1/3,9×10-22 =2,8 x 1021 buah inti atom U-235. Jika semua bereaksi dalam reaktor, maka dihasilkan energi sejumlah 200 x 2,8 x 1021 MeV = 5,6 x 1023 MeV — atau sekitar 8,9 Megajoule. Energi sebanyak ini dapat dihasilkan oleh pembakaran batu bara sebanyak 2650 ton kg batu bara!!! (Jangan lupa, selain energi batu bara juga menghasilkan polusi.)
Prinsip dasar kerja PLTN
Nah, berikut ini hal yang menarik: bagaimana mengubah energi sebanyak itu menjadi listrik dalam sebuah PLTN? Jawabannya cukup mencengangkan, atau mungkin mengecewakan bagi sebagian kita: energi sejumlah itu dipakai untuk mendidihkan segentong air sehingga menjadi uap. Uap itu kemudian dialirkan lewat pipa-pipa yang kemudian dapat menggerakkan turbin-turbin. Di belakang turbin ada generator yang bekerja seperti sebuah dinamo raksasa yang bertugas mengubah energi gerak mekanik menjadi energi listrik. (Berbeda dengan motor yang mengubah energi listrik menjadi energi gerak mekanik, atau enjin yang mengubah energi hasil pembakaran menjadi energi gerak mekanik). Proses awal yang “very high technology” ternyata diakhiri oleh “very old-style conventional technology“, hehehe.
Secara sederhana, skematik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Reaksi fisi berantai terjadi di reaktor (C), dengan bahan bakar U-235 dalam bentuk batangan (kira-kira sepanjang 2,5 cm). Batangan U-235 dikontrol oleh batang pengontrol (B). Operator menaikturunkan batang pengontrol ini untuk mengontrol kecepatan reaksi berantai. Batang turun berarti semakin cepat reaksi terjadi, begitu juga sebaliknya.
Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi dibawa dalam bentuk panas oleh fluida khusus ke tabung air (D). Panas ini mendidihkan air yang uapnya dibawa oleh pipa untuk menggerakkan turbin (H). Di belakang turbin ada generator (G) yang mengubah energi gerak mekanik menjadi listrik.
Uap air yang telah menggerakkan turbin kehilangan panasnya dan berubah kembali menjadi air. Untuk mempercepat proses pendinginan, air dingin dari menara air (J) disalurkan lewat pipa (I). Air yang telah dingin dipompa ke (D). Begitu seterusnya.
Mekanisme turbin dan generator yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik adalah pembahasan tersendiri.
Jadi sesungguhnya cuma ada tiga jenis pembangkit listrik: bertenaga air (turbin digerakkan oleh air), bertenaga uap (digerakkan oleh uap air), dan bertenaga angin (turbin
digerakkan oleh air). Permasalahannya adalah: dari mana mendapatkan air, uap, dan angin tersebut.
PLTN di mata dunia
Kemudian, kenapa PLTN tetap menjadi idola? Pertimbangan utama adalah efisiensinya yang sangat tinggi. Satu gram U-235 setara dengan 2650 batu bara! Edan. Efisiensi selalu terkait dengan biaya produksi yang ujung-ujungnya pasti bicara soal keuntungan. Semakin efisiensi sebuah proses, semakin banyak keuntungan (baik finansial maupun teknologi) yang didapat. Selanjutnya adalah hukum ekonomi yang berbicara.
Alasan kedua adalah ramah lingkungan. Batu bara, minyak bumi, dan gas alam dapat berberan sebagai bahan bakar untuk mendidihkan air, tapi mereka semua penghasil polusi udara. Nuklir tidak memberikan polusi udara, kecuali limbah radioaktif yang dapat dikelola dengan teknik tersendiri. (Limbah radioaktif menjadi topik khusus untuk diperdebatkan.)
Alasan ketiga adalah keamanan. Lho, kok? Teknologi PLTN jauh lebih canggih daripada pembangkit listrik lainnya. Prinsip dalam teknik adalah: semakin canggih, semakin aman. Jadi, seharusnya PLTN jauh lebih aman daripada yang lain. Kecelakaan Chernobyl dan Three Miles Island murni kesalahan operator, bukan kegagalan reaktor.
KESIMPULAN
KELEBIHAN PLTN
Pertama, listrik nuklir menawarkan jalan yang penting dan praktis ke arah ′ekonomi hidrogen′. Hidrogen sebagai sumber yang menghasilkan listrik menawarkan janji untuk energi yang bersih dan hijau. Berbagai perusahaan mobil melanjutkan pengembangan sel bahanbakar hidrogen dan teknologi ini, dalam waktu yang tidak terlalu jauh di masa depan, akan menjadi produsen sumber energi. Dengan menggunakan kelebihan energi panas dari reaktor nuklir untuk menghasilkan hidrogen, maka dapat diciptakan produksi hidrogen dengan harga terjangkau, efisien, serta bebas dari emisi gas rumah-kaca. Dengan demikian produksi hidrogen ini dapat dikembangkan untuk menciptakan ekonomi energi hijau di masa depan.
Kedua, di seluruh dunia, energi nuklir dapat menjadi solusi terhadap krisis lain yang tengah berkembang: kekurangan air bersih yang harus tersedia bagi konsumsi manusia dan irigasi bagi tanaman dasar (crop). Secara global, proses desalinasi (air-laut) telah dan tengah dipakai guna membuat air bersih. Dengan menggunakan kelebihan panas dari reaktor nuklir, air laut dapat ditawarkan, sehingga permintaan terhadap air bersih yang selalu bertambah akan dapat dipenuhi.
Kombinasi energi nuklir, energi angin, geotermal dan hidro adalah cara yang aman dan ramah-lingkungan dalam memenuhi permintaan energi yang selalu bertambah. Dengan berbagi informasi, jaringan konsumen, pakar lingkungan, akademisi, organisai buruh, kelompok bisnis, pemimpin masyarakat dan pemerintah kini telah disadari manfaat dari energi nuklir.
Energi nuklir adalah jalan terbaik untuk menghasilkan listrik beban-dasar yang aman, bersih, dapat diandalkan, serta akan memainkan peranan kunci dalam pencapaian keamanan (penyediaan) energi global. Dengan perubahan iklim sebagai puncak agenda internasional, kita semua harus mengerjakan bagian kita untuk mendorong renaisans (kebangkitan kembali) energi nuklir.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_nuklir
http://www.warintek.ristek.go.id/nuklir/pengenalan_ pltn .pdf
KLUEH, RONALD, Future Nuclear Reactor - Safety First ?, New Scientist (April 1986)
pp. 41-45.
KNIEF, R. ALLEN, Nuclear Energy Technology, Hemisphere Publishing Corporation,
Washington (1981)
http://www.greenspiritstrategies.com
AlpensteelForum/mengenal PLTN