makalah

3

Click here to load reader

Upload: dje-dje-bisa

Post on 30-Jun-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah

6) Tasharuf (Mangusahakan) rahnRahin dibolehkan mengusahakan borg, seperti meminjamkan sebelum diserahkan

kepada murtahin tidak dibolehkan untuk tasharuf borg tanpa seizin murtahin, hal itu karena perbuatannya itu dapat diartikan bahwa is telah mengusahakan barang yang bukan miliknya.7) Penyerahan borg

Jumhur ulama’ sepakat bahwa borg dikembalikan kepada rahin jika ia telah melunasi utangnya, yakni rahin membayar terlebih dahulu utangnya kemudian menyerahkan barang.

c. Hukum-Hukum Rahn Fasid

Jumhur fiqih sepakat bahwa yang dikategorikan tidak sah dan menyebabkan akad batal atau rusak, yakni tidak adanya dampak hukum pada borg. Dengan demikian, murtahin tidak memiliki hak untuk menahannya. Begitu pula, rahin diharuskan meminta kembali borg. Jika murtahi menolak dan borg sampai rusak, murtahin dipandang sebagai perampas. Oleh karena itu harus menggantinya, baik dengan barang yang sama atau sesuatu lyang sama nilainya. Jika rahin meninggal, padahal dia berhutang, murtahin lebih berhak atas rahn fasd tersebut sebagaimana pada rahn sahih.

3. Rukun Rahn dan Unsur-Unsurnya

Rahn memiliki empat unsur, yaitu rahin (orang yang memberikan jaminan), al-martahin (orang yang menerima), al-marhun (jaminan), al-marhun bih (utang).

Menurut ulama’ Hanafiah rukun rahn adalah ijab dan qabul dari rahin dan al-murtahin, sebagaimana pada akad yang laln. Akan tetapi, akad dalam rahn tidak akan sempurna sebelum adanya penyerahan barang.

Adapun menurut ulama’ selain Hanafiah, rukun rahn adalah shighat, aqid (orang yang akad), marhun bih.

Gadai atau pinjaman dengan jaminan suatu benda memiliki beberapa rukun, antara lain :

a. Akad Ijab dan Kabulb. Aqid, yaitu yang menggadaikan (rahin) dan yang menerima gadai (mutahin).

Adapunsyarat bagi yang berakadada;ah ahli tasawwuf, yaitu mampu membelanjakan harta dan dalam hal ini mampu memahami persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gadai.

c. Barang yang dijadikan jaminan (borg), syarat pada benda yang dijadikan jaminan ialah keadaan barang itu tidak rusak sebelum janji utang harus dibayar. Rasul bersabda :

جازرهنه زبيعه جا ما كل“setiap barang yang boleh diperjualbelikan boleh dijadikan borg gandafi”

4. Syarat Rahn

Untuk sahnya akad gadai, hmmm menurutku ada beberapa ketentuan syarat, yaitu:

Page 2: makalah

a. berkenaan dengan pelaku akad,. Setiap orang yang sah melakukan akad jual beli, sah melkukan akad gadai, dan setiap orang yang jual belinya kukuh, kukuh juga gadainya. Untuk sahnya gadai disyaratkan penggadainya mumayyiz, maka tidak sah dilakukan oleh orang gila atau anak kecil yang belum mumayyiz. Sedangkan oleh anak kecil mumayyiz atau orang yang lemah akal dan lain sebagainya, sah tetapi tidak kukuh, kecuali dibolehkan oleh walinya.Bila orang yang dalam status perwalian tadi diwasiatkan kepada dua orang, maka tidak boleh satu di antara dua orang tadi mengambil keputusan sendiri untuk menggadaikan hartanya tanpa kompromi dengan yang lain, sebagaimana juga tidak boleh menjual sendiri.

b. Berkenaan dengan barang yang digadaikan. Apa saja yang sah dijual, sah digadaikan, demikian sebaliknya. Karena itu tidak sah menggadaikan barang yang najis, seperti kulit bangkai (sekalipun telah disamak), babi dan anjing, dan khamr karena semua ini tidak sah dijual. Bila barang najis ini digadaikan, apapun alasannya tetap batal.

c. Berkenaan dengan utang yang djamin dengan barang gadai. Di sini disyaratkan utangnya pasti, baik diterimakan langsung atau tertunda. Kaen itu sah menggadaikan sesuatu atas upah kerja seseorang yang bekerja.

d. Berkenaan dengan akad, yaitu hendaklah tidak memberlakukan syarat yang tidak sesuai dengan tuntunan akad. Misalnya, kita tahu bahwa akad gadai menghendaki barang gadainya diterima dari penggadai, bahwa barang gadai boleh dijual bila penggadai tidak dapat membayar hutangnya, dan lain sebagainya. Seandainya penggadai mensyaratkan barang gadainya tidak diterima, dan tidak boleh dijual untuk menutupi utang, maka syarat yang demikian itu berlawanan dengan tuntutan akad, karenanya batal.

Menurut Hanafiyah syarat gadai terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:a.