makalah 1 kelompok 6 ham

53
LAPORAN KASUS MODUL HUKUM AGAMA DAN MORAL “Seorang Ibu muda yang mengalami KDRT oleh suaminya” KELOMPOK 6 030.08. 071 Citra Anggraeny 030.08. 124 I Made Surya Dinajaya 030.09. 034 Athika Rodhya 030.09. 035 Ayu Paramitha 030.09.036 Ayu Prima Dewi 030.09.038 Ayu Rahmi Mutmainah 030.09.040 Ayunda Afdal 030.09.100 Gadista P Annisa 030.09.101 Gamar 030.09.102 Giovanni Duandino 030.09.103 Gita Saraswati 030.09.104 Gusti Wahyu Adinanthera 030.09.141 Malvin Giovanni 030.09.142 Marco Indrakusumah 0

Upload: gamar-bj

Post on 20-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

LAPORAN KASUS

MODUL HUKUM AGAMA DAN MORAL

“Seorang Ibu muda yang mengalami KDRT oleh suaminya”

KELOMPOK 6

030.08. 071 Citra Anggraeny

030.08. 124 I Made Surya Dinajaya

030.09. 034 Athika Rodhya

030.09. 035 Ayu Paramitha

030.09.036 Ayu Prima Dewi

030.09.038 Ayu Rahmi Mutmainah

030.09.040 Ayunda Afdal

030.09.100 Gadista P Annisa

030.09.101 Gamar

030.09.102 Giovanni Duandino

030.09.103 Gita Saraswati

030.09.104 Gusti Wahyu Adinanthera

030.09.141 Malvin Giovanni

030.09.142 Marco Indrakusumah

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta

0

Page 2: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

BAB I

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini, kasus kekerasan dalam rumah tangga cenderung meningkat. Di dalam

rumah tangga, ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa. Namun, apabila

ketegangan itu berbuah kekerasan, seperti: menampar, menendang, memaki, menganiaya dan

lain sebagainya, ini adalah hal yang tidak biasa. Demikian itulah potret KDRT (Kekerasan

Dalam Rumah Tangga). Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman

untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga.

Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya adalah

suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di

dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan

darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan

pembatu rumah tangga, tinggal di rumah ini. Ironisnya kasus KDRT sering ditutup-tutupi

oleh si korban karena terpaut dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum

dipahami. Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa

aman terhadap korban serta menindak pelakunya.

Pada kasus ini kemungkinan penyebab KDRT adalah diketahuinya bahwa sang istri

mempunyai prilaku yang menyimpang yaitu lesbi (homoseksual). Homoseksual adalah laki-

laki dan perempuan yang secara emosional dan seksual tertarik terhadap sesama jenisnya

(Barley, 1996; Carroll, 2005; Knox, 1984). Homoseksual terdiri dari gay dan lesbian. Gay

adalah laki-laki yang secara seksual tertarik terhadap laki-laki. Lesbian adalah perempuan

yang secara seksual tertarik terhadap perempuan (Masters, Johnson, Kolodny, 1992). Banyak

faktor yang dapat menyebabkan munculnya kaum gay dan lesbian. Secara ilmiah, gay dan

lesbian muncul karena faktor biologis dan psikologis. Sesuatu yang berasal dari hati nurani

1

Page 3: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

mereka untuk menyimpang dari bentuk fisik alamiahnya. Tetapi di sisi lain, banyak juga

ditemui para gay dan lesbian yang tidak memiliki riwayat biologis dan psikologis yang

menyimpang melainkan diakibatkan karena lingkungan dan kepuasan semata.impang yaitu

lesbia (homoseksual).

2

Page 4: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario 1

Ny. Dita, 27 tahun, bercerai dari suaminya akibat KDRT yang sering dilakukan suaminya. Ia

adalah anak perempuan tunggal dari suatu keluarga yang terpandang.

Ny. Dita menceritakan riwayat hidupnya sbb:

Menjadi anak perempuan tunggal dari keluarga yang amat terpandang ternyata tidak mudah.

Segala sesuatu dipersiapkan untuk menjaga status orangtuaku di masyarakat. Hingga pada

akhirnya mereka mengetahui bahwa aku seorang lesbian dari surat “pacar”ku yang mereka

temukan . mama menangis dan papa marah besar. Sejak saat itu penjagaan terhadap aku

diperketat. Pulang pergi kuliah, aku ditunggui oleh sopir yang sudah di wanti-wanti untuk

mengawasi gerak-gerikku. Siapa temanku, kemana saja aku pergi dan berapa lama, itu semua

harus dilaporkan pada orangtuaku. Bahkan secara berkala mama membawa aku berobat ke

seorang psikolog dengan harapan sewaktu-waktu aku bisa berubah. Setelah lulus kuliah, papa

memaksa aku untuk menikah dengan seorang pria anak dari relasi bisnisnya. Papa khawatir

kalau-kalau aku masih berhubungan dengan “pacar”ku. Aku menangis dan mohon kepada

mama untuk membatalkan penikahan itu. Tetapi mama tidak berdaya, malah menangis

menyesali mengapa melahirkan anak seperti aku, seorang lesbian. Seminggu sebelum

pernikahan, aku nekat mendatangi “pacar”ku. Kami menangis berdua dan ia meminta aku

untuk tabah, pesta perkawinan pun berlangsung dengan sangat meriah. Aku mencoba

menjalani kehidupan perkawinan “normal”ku dan berharap aku bisa berubah. Tetapi semua

usahaku sia-sia. Suamiku sering memperlakukan aku dengan kasar dan puncaknya ketika

mengetahui bahwa aku seorang lesbian. Aku sering di pukul dan di aniaya, apalagi ketika

menurutnya aku tidak melayani dengan baik di ranjang. Aku pernah diperkosa beberapa kali.

Ketika tidak tahan lagi, aku sering menilpon “pacar”ku untuk mengadukan penderitaanku.

“pacar”ku menyarankan aku mengadukan pada yang berwajib, apa lagi luka dan memar di

tubuhku bisa dijadikan sebagai alat bukti. Aku tidak berani melakukan itu, apa jadinya kalau

keluargaku tahu dan ini lalu jadi bahan berita. Aku hanya diam, mungkin memang lebih baik

seperti itu, toh aku merasa lama-lam tubuhku menjadi imun terhadap kekerasan yang

dilakukan suamiku. Tetapi lama-lama kekerasan itu terbongkar juga, ketika aku harus masuk

rumah sakit. Akhirnya aku bercerai dengan suamiku, tetapi hidupku tetap tidak berubah. Aku

3

Page 5: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

hanya berpikir, seandainya saja dalam hidup ini setiap orang boleh bebas memilih, termasuk

untuk tidak jadi lesbian, mungkin hidupku tidak akan seburuk ini.

Tugas kelompok:

Diskusikan kasus di atas dari sudut pandang etika, moral, hukum, dan agama

Skenario 2

Pasca perceraian, Ny. Dita kembali tinggal di rumah orangtuanya. Melihat kondisi anaknya

yang penuh penderitaan baik fisik maupun psikologis, ayah ibunya merasa tidak tega dan

mau menerima kembali anaknya. Ibunya malah sekarang sering menangis dan merasa tidak

mengerti mengapa hal yang demikian memalukan terjadi pada keluarganya, pada anaknya

sendiri. Sering ibunya berpikir, apakah ini suatu takdir? Apakah ini suatu hukuman dan

teguran dari Yang Maha Kuasa? Apakah ini suatu ujian kesabaran? Apakah ini suatu karma?

Apa dosa-dosa yang telah aku lakukan sehingga aku mendapatkan hukuman yang demikian

beratnya ini. Sebaliknya, ayahnya tetap tegar dan merasa yakin bahwa dalam keluarganya

tidak ada keturunan seperti kelakuan anaknya. Ia ingin sekali mencari penyebab yang

membuat anaknya berperilaku demikian. Oleh karena itu ayahnya lalu pergi menemui dokter

yang mengobati anaknya saat dirawat di rumah sakit. Menurut dokter, banyak faktor yang

dapat menyebabkan “penyimpangan” perilaku seksual seperti yang terjadi pada Ny. Dita,

mungkin bisa dari aspek medis, psikologis, sosiokultural, dan mungkin pula tidak diketahui

penyebabnya. Yang paling obyektif untuk di cari adalah aspek medis, yaitu dengan

menganalisis bagaimana sturuktur kromosom dan hormonalnya, apakah menunjukan ciri-ciri

ke araha pria atau wanita. Kalau ada ketidaksesuaian dengan bentuk fisik organ seksnya, bisa

dikoreksi dengan operasi ganti kelamin. Setelah mendengar penjelasan dokter, keesoknya

harinya, ayahnya mengajak Ny. Dita ke rumah sakit. Namun Ny. Dita serta merta tidak mau

di periksa dan menolak menandatangani inform-consent, Ny. Dita tetap menolak dan

mengatakan bahwa ia memang benar anak ayah, namun yang berhak atas tubuhnya adalah

dia, bukan ayahnya. Biarlah apa-apa yang sudah diberikan oleh tuhan pada dirinya, tetap

terjadi seperti kehendakNya, apakah itu baik atau diberikan oleh tuhan pada dirinya, tetap

terjadi seperti kehendaknya, apakah itu baik atau buruk menurut penilaian orang. Akhirnya

ayahnya mengalah dan mengajak Ny. Dita pulang.

4

Page 6: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Tugas Kelompok:

1. Setelah memperoleh informasi di atas, bagaimana saudara menyikapinya?

2. Buatlah rangkuman hasil diskusi saudara

5

Page 7: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Status Pasien

Identitas Pasien

Nama : Ny. Dita

Usia : 27 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : -

Status : Bercerai

Pekerjaan : -

3.2. Anamnesis

Anamnesis pada kasus ini dilakukan secara autoanamnesis.

- Sudah berapa lama pasien menikah?

- Bagaimana keadaan pernikahan sebelumnya?

- Sejak kapan pasien mengalami KDRT?

- Sejak kapan pasien merasa mengalami penyimpangan sesual dan memulai hubungan

sesame jenis?

- Apakah pasien merasa keadaan biologis pasien sebagai wanita tidak sesuai dengan

diri pasien?

- Bagaimana keadaan keluarga pasien?

6

Page 8: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

- Apakah pernah mengalami trauma kekerasan semasa kecil?

- Bagaimana keadaan lingkungan pasien?

- Bagaimana kehidupan sosial pasien? Pola pergaulan pasien?

- Apakah pernah pergi ke dokter sebelumnya?atau mengalami pengobatan sebelumnya?

- Bagaimana keadaan spiritual pasien dan keluarga?

Anamnesis diatas ditanyakan untuk mengetahui keadaan pasien sekarang dan riwayat

kehidupan pasien sebelumnya. Anamnesis yang ditanyakan juga untuk mengulas etiologi

yang mungkin menjadi penyebab keadaan pasien yaitu dari sisi biologis,psikis dan

lingkungan.

3.3. Daftar Masalah

Permasalahan pada kasus ini berkaitan dengan materi modul Hukum, Agama, dan

Moral yang akan kelompok kami bahas antara lain mengenai:

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

2. Homoseksual

3. Pola asuh

4. Perceraian

5. Informed consent

3.4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

3.4.1 Aspek hukum

Selama hampir empat tahun terakhir ini Indonesia telah memberlakukan Undang-

Undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau yang

dikenal dengan nama UU Penghapusan KDRT (disahkan 22 September 2004). UU ini

melarang tindak KDRT terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara

kekerasan fisik, psikis, seksual atau penelantaran dalam rumah tangga. Orang-orang dalam

lingkup rumah tangga yang dimaksud adalah suami, istri, anak, serta orang-orang yang

mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan,

7

Page 9: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

perwalian, menetap dalam rumah tangga serta orang yang bekerja membantu dan menetap

dalam rumah tangga tersebut.

3.4.2 Aspek Etika dan moral

Dalam etika ada prinsip non-maleficence, yaitu tidak boleh menyakiti orang lain.

Tindakan KDRT yang menyakiti anggota rumah tangganya sendiri baik secara fisik, psikis,

maupun ekonomi sudah pasti melanggar prinsip etika tersebut

3.4.3 Aspek agama

- Agama Islam :

Islam sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam kehidupan

rumah tangga. Prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun rumah tangga adalah

mawaddah, rahmah dan adalah (kasih, sayang dan adil). Dalam al-Qur'an disebutkan " Dan di

antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu

sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di

antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar-rum: 21). Daslam ayat lain disebutkan "Dan kamu

sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri [mu], walaupun kamu sangat

ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung [kepada yang kamu

cintai], sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan

perbaikan dan memelihara diri [dari kecurangan], maka sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang" (An-Nisa: 129).

Allah s.w.t. juga berfirman: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,

sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada

orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. al-A’râf, 7:56).

“Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliaman terhadap diri-Ku, dan Aku jadikan

kezaliman itu juga haram di antara kamu, maka janganlah kamu saling menzalimi satu sama

lain”. (Hadis Qudsi, Riwayat Imam Muslim).

Di atas sangat jelas menggariskan bahwa salah satu tujuan berumah tangga, adalah

untuk menciptakan kehidupan yang penuh ketentraman dan bertabur kasih sayang. Keluarga

sakînah anggota yang ada di dalamnya. Atau keluarga sakînah, mawaddah wa rahmah hanya

8

Page 10: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

bisa terbentuk apabila setiap anggota keluarga berupaya untuk saling menghormati,

menyayangi, dan saling mencintai. Itulah fondasi dasar sebuah keluarga dalam Islam. Maka

kekerasan dalam rumah tangga sangat dicela Islam dan sangat bertentangan dengan nilai-

nailai keislaman.

- Agama Buddha :

Hukum tentang perbuatan (Kamma Niyama) tentang hukum karma adalah segala

tindakan yang sengaja atau tidak sengaja akan menghasilkan yang baik atau buruk. Perbuatan

baik akan mendatangkan kebahagiaan dan perbuatan jahat akan mengakibatkan penderitaan.

Agama Buddha mengajarkan perbuatan baik sehingga kekerasan yang merupakan perbuatan

jahat akan mendapatkan hasil dari perbuatannya seperti yang tertera dalam hukum karma.

- Agama Hindu :

Kekerasan dalam rumah tangga juga tidak dibenarkan dalam Agama Hindu, karena

fungsi suami sendiri ialah untuk menjadi tulang punggung bagi keluarga dan untuk

melindungi anak dan istrinya bukan untuk menyakiti anak dan istrinya.

- Agama Kristen :

Dalam agama Kristen tidak dikenal istilah perceraian. Oleh karena itu pendeta

akansemaksimal mungkin berusaha melakukan mediasi dan proses perdamaian kepada pihak-

pihak bermasalah. Namun apabila pasangan bermasalah bersikeras untuk berpisah maka

pendeta mempersialakan pasangan bermasalah untuk mencari jalan sendiri diluar agama

kristen. Jalan keluar yang dimaksud adalah melalui proses hukum pengadilan.

Jika dihubungkan dengan ajaran Etika Kristen, tentang KDRT tidak ditemukan.Di

dalam Alkitab Perjanjian Baru banyak kita baca tentang ajaran yang berhubungan dengan

rumah tangga Kristen yang mengutamakan KASIH.Maka dapat kita lihat bahwa Alkitab

banyak sekali mengajarkan kepada setiap keluarga tentang tindakan preventif (pencegahan)

agar sebuah rumah tangga hidup dalam damai sejahtera penuh dengan Kasih Kristus.

Hal-hal yang menentukan kebahagiaan sebuah keluarga Kristen sekaligus menjadi

anti terjadinya KDRT yaitu:

Saling menasehati

9

Page 11: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Saling menghibur

Saling membela

Sabar seorang terhadap yang lain

Saling mengampuni

Saling berbuat baik Ciptakan suasana sukacita dalam keluarga.

- Agama Katholik :

Adanya hukum cinta kasih dimana yang kuat harus melindungi yang lemah, dan tidak

diperkenanka untuk memperlakukan sesama kita manusia secara tidak adil. Jadi

kesimpulanya KDRT melawa hukum cinta kasih yang telah di ajarkan oleh gereja.

3.5. Homoseksual

3.5.1 Aspek hukum

Indonesia, dengan hukum perkawinannya dengan tegas mengatur bahwa Perkawinan

ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri (Pasal

1 UU No 1 Tahun 1974). Konsekuensi yuridisnya jelas, Indonesia tidak mengenal

perkawinan antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita (perkawinan sejenis), suami

haruslah pria, isteri haruslah wanita.

Berkait dengan homoseksualitas, ternyata KUHP dengan Pasal 292

mengkualifikasikan sebagai suatu kejahatan (termuat dalam Buku II) dengan ancaman pidana

penjara paling lama 5 tahun dan mengistilahkan homoseksual ini dengan sebutan “sesama

kelamin”, lengkapnya pasal 292 menyatakan :

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang

diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun.

Dengan demikian homoseksual bukanlah kejahatan menurut hukum Indonesia, homoseksual

menjadi kejahatan jika :

1. Pelakunya Orang dewasa

Kualifikasi “orang dewasa” jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 45, 47 KUHP,

adalah orang yang melakukan tindak pidana sesudah umur 16 tahun, sedangkan jika

menurut UU Perlindungan Anak dan Pengadilan Anak, dewasa adalah yang berusia

lebih dari 18 tahun dan atau sudah pernah kawin.

10

Page 12: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Dengan demikian, hanya orang dewasa-lah yang menurut hukum mempunyai

pertanggungjawaban pidana jika melakukan kejahatan homoseksual ini, selain orang

dewasa tidak dapat dikenakan pasal ini, anak-anak tidak bisa terkena pasal ini, artinya

anak-anak yang melakukan kejahatan homoseksual tidak masuk kualifikasi pasal ini.

2. Yang dilakukan “orang dewasa” tersebut adalah perbuatan cabul dengan sesama kelamin.

Perbuatan cabul atau “pencabulan” adalah segala perbuatan yang melanggar

kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan

nafsu berahi kelamin, misalnya : cium-ciuman, meraba-raba anggota kemaluan,

meraba-raba buah dada dan sebagainya (R. Soesilo, 1976 : 183). Perbuatan mana

dilakukan oleh “orang dewasa” terhadap orang lain yang kelaminnya sama, pria

dewasa kepada pria, wanita dewasa kepada wanita.

Jadi kejahatan homoseksual tidak menyebutkan adanya “persetubuhan”, karena

hukum menganggap tidak mungkin ada persetubuhan jika dilakukan oleh sesama

kelamin, “persetubuhan” terjadi jika ada peraduan antara anggota kemaluan laki-laki

dan perempuan yang biasa dijalankan untuk mendapatkan anak.

3. Korban perbuatan cabul tersebut harus “orang yang belum dewasa”.

Syarat mutlak homoseksual menjadi kejahatan, korbannya haruslah “orang yang

belum dewasa” atau anak dibawah umur, yang menurut KUHP belum berumur 16

tahun sedangkan menurut UU Peradilan Anak/UU Pengadilan anak, belum mencapai

umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

Rasio dari kualifikasi ini adalah untuk melindungi kepentingan hukum dari “orang

yang belum dewasa” dari perbuatan yang akan merusak jiwanya, orang belum dewasa

dianggap hukum belum memiliki kemampuan bertanggung jawab atas perbuatannya

tersebut sehingga perlu dilindungi dari perbuatan homoseksual ini.

Dimana pengetahuan pelaku atas ketidakdewasaan korbannya ini dalam bentuk “Yang

diketahuinya” atau “sepatutnya harus diduganya”.

Konseskuensi yuridis dari konstruksi di atas adalah :

- PERTAMA : Bukanlah merupakan suatu kejahatan, jika orang dewasa melakukan

hubungan sesama jenis dengan orang dewasa;

11

Page 13: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

- KEDUA : inilah konsekuensi ganjil dan absurd dari konstruksi pasal 292 KUHP yakni

Bukanlah merupakan suatu kejahatan jika orang belum dewasa melakukan hubungan

sesama jenis dengan orang yang belum dewasa

-

3.5.2 Aspek Etika dan moral

Homoseksual mungkin dapat dibenarkan karena pada dasarnya dengan menjadi

homoseksual tidak merugikan orang lain. Namun hal ini tergantung kepada etika yang dianut

dari lingkungannya. Di Indonesia dimana etika nya masih banyak bersumber dari agama dan

juga tradisi, perilaku homoseksual tidak dapat diterima.

3.5.3 Aspek agama

- Agama Islam :

Seluruh umat islam sepakat bahwa homoseksual termasuk dosa besar. Oleh karena

perbuatan yang menjijikkan inilah Allah kemudian memusnahkan kaum nabi Luth A.S

dengan cara yang sangat mengerikan. Allah SWT berfirman:

Artinya:

Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, Dan kamu tinggalkan

isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah

orang- orang yang melampaui batas” (QS. As-Syu’ra : 165-166)

Bahkan Homoseksual jauh lebih menjijikkan dan hina daripada perzinahan. Sebagaimana

sabda Rasulullah SAW :

Artinya:

Bunuhlah fa’il dan maf’ulnya (kedua-duanya) (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Oleh karena itulah ancaman hukuman terhadap pelaku homoseksual jauh lebih berat

dibandingkan dengan hukuman bagi pelaku pezina. Didalam perzinahan, hukuman dibagi

menjadi dua yaitu bagi yang sudah menikah dihukum rajam, sedangkan bagi yang belum

menikah di cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Adapaun dalam praktek

homoseksual tidak ada pembagian tersebut. Asalkan sudah dewasa dan berakal (bukan gila)

12

Page 14: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

maka hukumannya sama saja (tidak ada perbedaan hukuman bagi yang sudah menikah atau

yang belum menikah).1

Sebenarnya ulama-ulama fiqh bebeda pendapat mengenai hukuman bagi pelaku

homoseksual. Diantara pendapat para ulama tersebut adalah:

1. Fuqoha Madzhaf Hanbali: Mereka sepakat bahwa hukuman bagi pelaku homoseksual

sama persis dengan hukuman bagi pelaku perzinahan. Yang sudah menikah di rajam dan

yang belum menikah dicambuk 100 kali dan diasingkan selama setahun. Adapun dalil

yang mereka pergunakan adalah Qiyas. Karena defenisi Homoseksual (Liwath) menurut

mereka adalah menyetubuhi sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah. Maka mereka

menyimpulkan bahwa hukuman bagi pelakunya adalah sama persis dengan hukuman

bagi pelaku perzinahan. Tetapi qiyas yang mereka lakukan adalah qiyas ma’a al-fariq

(mengqiyaskan sesuatu yang berbeda) karena liwath (homoseksual) jauh lebih mejijikkan

dari pada perzinahan.

2. Pendapat yang benar adalah pendapat kedua yang mengatakan bahwa hukuman bagi

pelaku homoseksual adalah hukuman mati. Karena virus ini kalau saja tersebar

dimasyarakat maka ia akan menghancukan masyarakat tersebut.

3. Syekh Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa seluruh sahabat Rasulullah SAW sepakat

bahwa hukuman bagi keduanya adalah hukuman mati. Sebagaimana Sabda Rasulullah

SAW:

Artinya:

“Barangsiapa kamu temui melakukan perbuatan kaum Luth (Homoseksual), maka

bunuhlah al-fail dan al-maf’ul bi (kedua-duanya)”.

Hanya saja para sahabat berbeda pendapat tentang cara ekskusinya. Sebagian sahabat

mengatakan bahwa kedua-duanya harus dibakar hidup-hidup, sehingga menjadi pelajaran

bagi yang lain. Pendapat ini diriwayatkan dari khalifah pertama Abu Bakar As-Shiddiq.

Sahabat yang lain berpendapat bahwa cara ekskusinya sama persis dengan hukuman bagi

pezina yang sudah menikah (rajam). Adapun pendapat yang ketiga adalah keduanya dibawa

kepuncak yang tertinggi di negeri itu kemudian diterjunkan dari atas dan dihujani dengan

batu. Karena dengan demikianlah kaum Nabi Luth A.S dihukum oleh Allah SWT.

Yang terpenting keduanya harus dihukum mati, karena ini adalah penyakit yang sangat

berbahaya dan sulit di deteksi. Jika seorang laki-laki berjalan berduaan dengan seorang 1

13

Page 15: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

perempuan mungkin seseorang akan bertanya:”Siapa perempuan itu?”. Tetapi ketika

seseorang laki-laki berjalan dengan laki-laki lain akan sulit di deteksi karena setiap laki-laki

berjalan dengan laki-laki lain. Tetapi tentunya tidak semua orang bisa menjatuhkan hukuman

mati, hanya hakim atau wakilnyalah yang berhak, sehingga tidak terjadi perpecahan dan

kezaliman yang malah menyebabkan munculnya perpecahan yang lebih dahsyat.

- Agama Buddha :

Dalam agama Budha, terdapat tiga permata yang dapat dijadikan dalam sandaran.

Yakni yang pertama adalah Buddha merupakan guru agung yang menunjukkan jalan untuk

menuju kebebasan. Yang kedua, Dharma dalam hal ini memiliki arti semua ajaran yang

berasal dari realisasi Buddha. Dan yang ketiga itu sendiri adalah Sangha yang memiliki arti

komunitas-komunitas yang didalamnya merupakan komunitas rohaniwan dan rohaniwati

yang sering kita sebut sebagai Bhiksu dan Bhiksuni.

Menurut ajaran agama Buddha sendiri memberikan penjelasan tentang sifat manusia

yang cenderung menggunakan akal sehat (pikiran) untuk dapat membandingkan sesuatu.

Misalnya; aku-kamu, siang-malam, pagi-sore, dan lain-lain. Jadi dari sini kita dapat

menyimpulkan bahwa dalam diri manusia itu sendiri harus mengakui bahwa setiap manusia

itu memiliki keterbatasan logika dan bahasa realita. Jika didalam diri manusia hanya dapat

memahami dunia dan diri kita secara dualistik, maka manusia itu sendiri tidak akan dapat

melihat realita yang sesungguhnya dan akan gagal dalam memahami dunia sebagaimana

adanya (Willis, 2008: 1).

Masih banyak sekali di dalam kehidupan bermasyarakat masih memandang sebelah

mata tentang kaum homoseksual itu sendiri dan diperparah lagi bahwa kaum homoseksual itu

sendiri yang hingga sekarang ini masih ada di berbagai belahan dunia ini dianggap sebagai

umat Luth. Namun berbeda dengan pandangan agama Buddha tentang kaum homoseksual

yang bervariasi. Seperti yang dijelaskan pada seminar tanggal 10-22 November 2008 di

UGM disebutkan bahwa di dalam Indian Buddhism awal terdapat pandangan bahwa

hubungan seks antara kaum homoseksual tidak dibenarkan sebagaimana hubungan seksual

antara kaum heteroseksual. Hal ini juga terdapat dalam pandangan Tibet Buddhism tentang

yang dianggap salah dalam ajaran Buddha dikarenakan adanya hubungan anal seks. Akan

14

Page 16: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

tetapi berbeda dengan Japan Buddhism yang berpandangan tentang hubungan seksual yang

menjadi bagian dari ajaran yang menggunakan mudra-mudra sebagai simbol untuk

pernyataan cinta hingga hubungan seksual.

Sebenarnya yang harus kita lihat adalah bagaimana pandangan ajaran Buddha

terhadap gender itu sendiri. Di dalam ajaran Buddha sifat atau potensi kebuddaan dimiliki

oleh setiap makhluk hidup dan pencapaiannya tidak memandang perbedaan jenis kelamin.

Yang terpenting disini adalah tujuan ajaran Buddha dalam memperjuangkan hak gender

adalah pembebasan (Willis, 2008:10). Selain pembebasan dalam memperjuangkan hak

gender, ajaran Buddha sendiri juga mendukung adanya gerakan kesetaraan gender. Selain

melihat dari padangan ajaran Buddha kita sebaiknya juga melihatnya dari pendapat beberapa

sarjana yang telah meneliti hal tersebut. Menurut beberapa sarjana melihat bahwa sang

Buddha merupakan makhluk hidup dalam budaya tertentu dengan dipengaruhi oleh

kebudayaan dimana ia dibesarkan. Pencapaian Buddha sangat luar biasa dan melebihi para

dewa dan manusia, namun yang masih dipertanyakan disini mengapa sang Budha masih

mengkhawatirkan atas kritikan-kritikan dari masyarakat di masanya? Dari semua hal yang

telah dibahas diatas bahwa ajaran Buddha mendukung adanya gerakan kesetaraan gender.

Tetapi dalam kenyataannya kesetaraan gender belum terjadi didalam kehidupan sehari-hari

para biksuni yang masih dibawah otoritas para biksu.

- Agama Hindu :

Lesbian/homoseksual tergolong jenis perkawinan abnormal yang tidak dibenarkan,

sangat dilarang oleh Agama Hindu karena bertentangan dengan adat istiadat, kebiasaan

masyarakat.

- Agama Kristen :

Homoseksualitas (Kejadian 19:1-11)

Salah satu jenis penyimpangan seks yang ada adalah homoseksualitas, yang dapat

diartikan sebagai hasrat hubungan kelamin dengan orang yang sama jenis kelaminnya.Karena

itulah gejala ini dinyatakan dengan kata Yunani µhomoos artinya sama.6

Cerita Alkitab yang paling banyak dikutip berkenaan homoseksual adalah cerita

tentang laki-laki Sodom kepada Lot dalam Kejadian 19:1-11.Yang merupakan karya penulis

15

Page 17: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Yahwist.Narasi ini menggambarkan bahwa penduduk Sodom melakukan hal yang jahat di

mata Tuhan, yaitu hasrat untuk melakukan hubungan seks dengan sesama jenis, yang

dipratikkan dengan sodomi.Perbuatan homosex/ lesbian itu dibenci dan dilarang

Tuhan.sesuatu yg dilarang dalam perbuatan dosa. Dalam Roma 1:27 dikatakan jelas bahwa

lelaki dengan lelaki melakukan persetubuhan yang tidak wajar (yg wajar ialah suami dan

istri), dengan melakukan kemesuman itu. Disini ada disebutkan juga pikiran pikiran yang

terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidakpantas.Jika dibandingkan dengan Roma

6, bisa dikatakan dan disamakan juga mereka yang telah menyerahkan anggota tubuhnya

menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan.Jadi ini bukan persoalan yang tidak merugikan,

melainkan soal kewajaran dan kekudusan hidup yang Tuhan sudah tentukan.6

Mengenai orang yang dilahirkan sebagai homo atau lesbi sendiri sebenarnya orang

tersebut tidak bisa disalahkan, karena orang tersebut tidak berdaya atas

kelahirannya.Bandingkan saja dengan kisah orang yang buta sejak lahirnya dalam Yohanes

9.Mereka yang dilahirkan begitu, bisa saja berarti karena pekerjaan Allah juga harus

dinyatakan di dalam dia. Lain sekali dengan orang-orang yang terbawa pengaruhl

ingkungannya, yang mungkin secara tidak sadar mereka sebenarnya tidak memilih sendiri

untuk menjadi demikian.Homo dan lesbi bisa menjadi normal dan disembuhkan.Memang

sulit sekali hanya cuma didoakan saja, karena hal ini menyangkut keberadaan roh roh jahat

yang menguasai mereka.6

- Agama Katholik :

Pandangan agama khatolik terhapat orang yang lesbian atau pencinta sesama jenis

(wanita) pada dasarnya sama dengan agama lain yang ada di indonesia. Menurut hukum

gereja bahwa tidak diperbolehkan hubungan sesama jenis karena ALLAH menciptakan

manusia pria dan wanita untuk saling melengkapi, karena pada kitab kejadian tertulis bahwa

ALLAH mencipta hawa dari tulang rusuk adam dengan tujuan untuk saling melengkapi

sehingga bila ada hubungan sesama jenis sama saja melawa kodrat yang telah di tentukan

oleh ALLAH.

3.6. Pola asuh

3.6.1 Aspek hukum

16

Page 18: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak.

Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.

Pola asuh orangtua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam

berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orangtua akan memberikan perhatian,

peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap,

perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang

kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan

pula bagi anak-anaknya.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Baumrind (Santrock, 1998)

mengenai perkembangan sosial dan proses keluarga yang telah dilakukan sejak pertengahan

abad ke 20, yang kemudian membagi kategori bentuk pola asuh berkaitan dengan perilaku

remaja. Secara garis besar terdapat tiga pola yang berbeda diantaranya yakni authoritarian

atau otoriter, permissive (permisif) dan authoritative atau demokratis

3.6.2 Aspek agama

- Agama Islam :

Anak adalah amanat bagi orang tua, hatinya yang suci bagaikan mutiara yang bagus

dan bersih dari setiap kotoran dan goresan.Anak merupakan anugerah dan amanah dari Allah

kepada manusia yang menjadi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua dan masyarakat

bertanggungjawab penuh agar supaya anak dapat tumbuh dan berkembang manjadi manusia

yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya sesuai

dengan tujuan dan kehendak Tuhan.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dijiwani dan diisi oleh pendidikan yang dialami

dalam hidupnya, baik dalam keluarga, masyarakat dan sekolahnya. Karena manusia menjadi

manusia dalam arti yang sebenarnya ditempuh melalui pendidikan, maka pendidikan anak

sejak awal kehidupannya, menempati posisi kunci dalam mewujudkan cita-cita “menjadi

manusia yang berguna”.

Dalam Islam, eksistensi anak melahirkan adanya hubungan vertikal dengan Allah

Penciptanya, dan hubungan horizontal dengan orang tua dan masyarakatnya yang

bertanggungjawab untuk mendidiknya menjadi manusia yang taat beragama. Walaupun fitrah

17

Page 19: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

kejadian manusia baik melalui pendidikan yang benar dan pembinaan manusia yang jahat dan

buruk, karena salah asuhan, tidak berpendidikan dan tanpa norma-norma agama Islam.

Anak sebagai amanah dari Allah, membentuk 3 dimensi hubungan, dengan orang tua

sebagai sentralnya. Pertama, hubungan kedua orang tuanya dengan Allah yang

dilatarbelakangi adanya anak. Kedua, hubungan anak (yang masih memerlukan banyak

bimbingan) dengan Allah melalui orang tuanya. Ketiga, hubungan anak dengan kedua orang

tuanya di bawah bimbingan dan tuntunan dari Allah.

Dalam mengemban amanat dari Allah yang mulia ini, berupa anak yang fitrah

beragama tauhidnya harus dibina dan dikembangkan, maka orang tua harus menjadikan

agama Islam, sebagai dasar untuk pembinaan dan pendidikan anak, agar menjadi manusia

yang bertaqwa dan selalu hidup di jalan yang diridhoi oleh Allah SWT., dimanapun,

kapanpun dan bagaimanapun juga keadaannya, pribadinya sebagai manusia yang taat

beragama tidak berubah dan tidak mudah goyah.

Mendidik anak-anak menjadi manusia yang taat beragama Islam ini, pada hakekatnya

adalah untuk melestarikan fitrah yang ada dalam setiap diri pribadi manusia, yaitu beragama

tauhid, agama Islam. Seorang anak itu mempunyai “dwi potensi”yaitu bisa menjadi baik dan

buruk. Oleh karena itu orang tua wajib membimbing, membina dan mendidik anaknya

berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah dalam agama-Nya, agama Islam agar anak-anaknya

dapat berhubungan dan beribadah kepada Allah dengan baik dan benar. Oleh karena itu anak

harus mendapat asuhan, bimbingan dan pendidikan yang baik, dan benar agar dapat menjadi

remaja, manusia dewasa dan orang tua yang beragama dan selalu hidup agamis. Sehingga

dengan demikian, anak sebagai penerus generasi dan cita-cita orang tuanya, dapat tumbuh

dan berkembang menjadi manusia yang dapat memenuhi harapan orang tuanya dan sesuai

dengan kehendak Allah

Kehidupan keluarga yang tenteram, bahagia, dan harmonis baik bagi orang yang

beriman, maupun orang kafir, merupakan suatu kebutuhan mutlak. Setiap orang yang

menginjakkan kakinya dalam berumah tangga pasti dituntut untuk dapat menjalankan bahtera

keluarga itu dengan baik. Kehidupan keluarga sebagaimana diungkap di atas, merupakan

masalah besar yang tidak bisa dianggap sepele dalam mewujudkannya. Apabila orang tua

gagal dalam memerankan dan memfungsikan peran dan fungsi keduanya dengan baik dalam

membina hubungan masing-masing pihak maupun dalam memelihara, mengasuh dan

18

Page 20: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

mendidik anak yang semula jadi dambaan keluarga, perhiasan dunia, akan terbalik menjadi

bumerang dalam keluarga, fitnah dan siksaan dari Allah.

Oleh karena itu dalam kaitannya dengan pemeliharaan dan pengasuhan anak ini,

ajaran Islam yang tertulis dalam al-Qur’an, Hadits, maupun hasil ijtihad para ulama

(intelektual Islam) telah menjelaskannya secara rinci, baik mengenai pola pengasuhan anak

pra kelahiran anak, maupun pasca kelahirannya. Allah SWT memandang bahwa anak

merupakan perhiasaan dunia. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Kahfi

ayat 46;

: { . الكهف � �م�ال ا �ر ي و�خ� �ا �و�اب ث �ك� ر�ب �د� ن ع� �ر ي خ� �الص ل�حت ��بق�يت و�ال ج �ا �ي الد&ن �ح�يوة� ال ��ة �ن ز�ي �و�ن� �ن �ب و�ال ��م�ال �ل {46ا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal

lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi

harapan”. (QS. al-Khafi: 46)

Dalam ayat lain Allah berfirman;

: {… الت حريم ا �ار� ن �م� �ك �ي �ه�ل و�ا �م� ك �ف�س� �ن ا ق�و�آ �و�ا ام�ن �ن� �ذ�ي ال &ه�ا {.6يآي

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …. (QS.

at-Tahrim: 6)

Dengan demikian mendidik dan membina anak beragam Islam adalah merupakan

suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat terjaga dari siksa neraka.

Cara menjaga diri dari apa neraka adalah dengan jalan taat mengerjakan perintah-perintah

Allah.

Sehubungan dengan itu maka pola pengasuhan anak yang tertuang dalam Islam itu

dimulai dari:

1. Pembinaan pribadi calon suami-istri, melalui penghormatannya kepada kedua orang tuanya

2. Memilih dan menentukan pasangan hidup yang sederajat (kafa’ah).7

3. Melaksanakan pernikahan sebagaimana diajarkan oleh ajaran Islam

4. Berwudlu dan berdo’a pada saat akan melakukan hubungan sebadan antara suami dan istri

19

Page 21: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

5. Menjaga, memelihara dan mendidik bayi (janin) yang ada dalam kandungan ibunya.

6. Membacakan dan memperdengarkan adzan di telinga kanan, dan iqamat ditelinga kiri bayi

7. Mentahnik anak yang baru dilahirkan. Tahnik artinya meletakkan bagian dari kurma dan

menggosok rongga mulut anak yang baru dilahirkan dengannya, yaitu dengan cara

meletakkan sebagian dari kurma yang telah dipapah hingga lumat pada jari-jari lalu

memasukkannya ke mulut anak yang baru dilahirkan itu. Selanjutnya digerak-gerakkan ke

arah kiri dan kanan secara lembut. Adapun hikmah dilakukannya tahnik antara lain; pertama,

untuk memperkuat otot-otot rongga mulut dengan gerakan-gerakan lidah dan langit-langit

serta kedua rahangnya agar siap menyusui dan menghisap ASI dengan kuat dan alamiah,

kedua, mengikuti sunnah Rasul

8. Menyusui anak dengan air susu ibu dari usia 0 bulan sampai usia 24 bulan

9. Pemberian nama yang baik.

Oleh karena itu pada setiap muslim, pemberian jaminan bahwa setiap anak dalam keluarga

akan mendapatkan asuhan yang baik, adil, merata dan bijaksana, merupakan suatu kewajiban

bagi kedua orang tua. Lantaran jika asuhan terhadap anak-anak tersebut sekali saja kita

abaikan, maka niscaya mereka akan menjadi rusak. Minimal tidak akan tumbuh dan

berkembang secara sempurna.

- Agama Buddha :

Pola asuh berhubungan dengan fungsi keluarga, fungsi keluarga sesuai dengan tujuan

hidup bermah tangga yaitu untuk melanjutkan keturunan, hidup bersama, menjalankan ajaran

Agama Buddha secara bersama, serta mencapai kehidupan bahagia dalam kehidupan rumah

tangga. Fungsi tersebut harus dipahami bersama sehingga diharapkan antara individu dalam

keluarga dapat menjalankan fungsinya masing-masing. Dengan demikian akan tercapai

kehidupan rumah tangga yang bahagia.

- Agama Hindu :

Pola asuh menurut agama hindu hendaknya dilakukan oleh kedua orang tua (ayah dan

ibu) untuk membimbing anaknya ke jalan yang benar, agar anaknya disini bisa membedakan

yang mana yang baik dan buruk.

- Agama Kristen :

20

Page 22: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Pola Asuh

a.    Pola Asuh Otoriter

            Pola asuh seperti ini adalah pola asuh yang salah, karena anak akan selalu berada

dibawah kekuasaan orang tua,karena orang tualah yang berkuasa dan anak hanya bisa

mengikuti semua aturan dan tidak boleh membantah, pola asuh seperti ini membuat anak

menjadi  seorang  anak yang penakut dan tidak bisa bertanggung jawab terhadap pribadi

sendiri, karena anak akan beranggapan bahwa semuanya biarlah orang tua yang mengaturnya,

anak tidak mandiri dalam membuat sebuah keputusan kelak nanti, mental anak akan menjadi

seorang yang anak yang tidak percaya diri dan tidak berani menghadapi tantangan hidup.

Pola asuh seperti ini juga terkadang ada  yang bersifat  kekerasan,dan hal ini yang akan lebih

berbahaya, karena anak akan menjadi berwatak keras dan susah diatur,dan ada juga yang

menyimpan akar pahit kepada orang tua.

b.    Pola Asuh Permisif

            Pola asuh permisif adalah pola asuh yang dimana anak yang akan  selalu menjadi

mendominasi setiap pengambilan keputusan dan orang tua hanya bisa mengikuti setiap apa

yang diinginkan anak, hal ini terjadi karena orang tua biasanya terlalu berlebihan dalam

memanjakan anak dan jika ini yang dilakukan oleh orang tua, maka anak akan menjadi anak 

yang bebas,  karena apapun yang ia lakukan  pasti akan disetujui oleh orang tua, dan jika hal

ini tidak segera dirubah maka anak akan menindas orang tuanya sendiri.

c.    Pola Asuh Demokratis

            Pola asuh ini lebih menitik beratkan pada sebuah kebebasan,tetapi kebebasan yang

bersyarat, artinya setiap hal yang ingin di lakukan oleh anak akan dipertimbangkan oleh

orang tua dan dalam hal ini biasanya antara orang tua dan anak menjalin kerja sama yang

baik dalam membuat sebuah keputusan, sehingga tidak ada satu pihak yang di rugikan atau

satu pihak yang akan mendapat keuntungan, jika pola asuh seprti ini yang diterapkan anak

akan menjadi anak yang bijaksana dalam membuat satu keputusan, dia akan belajar untuk

menghargai pendapat orang lain dan juga masukan dari orang yang lebih dewasa daripada

dia. Anak akan tumbuh menjadi seorang anak yang taat dan juga patuh pada orang tua, dan

patuh pada setiap aturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan jika

anak yang diasuh dengan pola asuh seprti ini  membuat satu kenakalan, sangat mudah diatasi.

            Setelah kita melihat beberapa pola asuh diatas, yang harus dan perlu diperhatikan

dalam setiap sistem pola asuh dan setiap tindakan orang tua terhadap anak harus berpedoman

21

Page 23: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

pada firman Tuhan agar tidak salah arah dan akan selalu berjalan sesui dengan

koridornya,pola asuh sangat penting dan sangat bermanfat bagi pendidikan anak dalam

keluarga, jadi dari penjelasan diatas kita dapat mengatakan bahwa untuk menangulangi

kenakalan remaja  yang perlu kita lakukan adalah merubah pola asuh yag salah selama ini

ganti dengan pola asuh yang baik dan sesuai dengan Alkitab agar anak bertumbuh menjadi

anak yang patuh dan taat.

- Agama Katholik :

Pandangan agama khatolik terhadap pola asuh keluarga Ny. Dita adalah pada

dasarnya orang tua bertugas untuk mendidik agar anak mereka berbakti pada orang tua dan

menjadi pengitu allah yang setia jadi pada dasarnya dari sudut pandang agama khatolik orang

tua dari Ny. Dita tidak salah karena orang tua Ny. Dita mempunyai maksud untuk membuat

anaknya sadar dan terhindar dari dosa.

3.7. Perceraian

3.7.1 Aspek hukum

Di Indonesia saat ini berlaku hukum di bidang Perkawinan, yaitu Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, untuk selanjutnya disebut sebagai Undang-

Undang Perkawinan.

Undang-Undang Perkawinan mengatur secara tegas bahwa Perceraian hanya dapat

dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan

tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak berperkara. Dan untuk melakukan

Perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri tidak akan dapat hidup rukun

sebagai suami istri.

Selanjutnya ditentukan bahwa yang dimaksud denganPengadilan dalam Undang-

Undang Perkawinan tersebut adalah :

1. PENGADILAN AGAMA bagi mereka yang beragama Islam.

2. PENGADILAN NEGERI bagi lainnya.

Istilah Perceraian itu sendiri menurut Undang-Undang Perkawinan adalah salah satu

saja dari 3 (tiga) sebab putusnya Perkawinan, yaitu sbb :

1. Kematian

22

Page 24: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

2. Perceraian ; dan

3. atas keputusan Pengadilan

Selanjutnya Undang-Undang Perkawinan memiliki beberapa Peraturan

Pemerintah sebagai pelaksanaan atas beberapa Pasal yang memerlukan penjabaran lebih

lanjut, diantaranya sbb :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983Tentang Izin Perkawinan &

Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil

3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990Tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan & Perceraian

bagi Pegawai Negeri Sipil.

dan lain-lain peraturan dibawahnya setingkat Instruksi Presiden, Peraturan Menteri, Surat

Edaran yang terkait dengan Peraturan-Peraturan Pemerintah tersebut.

3.7.3 Aspek agama

- Agama Islam :

Dikemukan Abdurrahman al-jaziri bahwa makna talak secara bahasa adalah

melepaskan ikatan atau mengurangi pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata

tertentu. Sedangakan secara istilah al-jaziri mengatakan :

. ذلك بعد وجة الز له تحل ال بحيث العقد رفع الن كاح ازالة

Sedangakan Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk

melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri.

Dari definisi diatas jelaslah bahwa telak merupakan sebuah lembagai yang digunakan untuk

melepaskan sebuah ikatan perkawinan. Disamping itu lembaga talak dalam Islam juga

menunjukan bahwa konsep perkawinan dalam Islam bukanlah sebuah sakramen seperti yang

terdapat dalam agama Hindu dan Budha, yakni sebuah perkawinan tidak bisa diputuskan.

Talak dalam Islam merupakan alternatif terakhir sebagai upaya solutif terhadap persolan

rumah tangga sehingga keberadaannya tidak lepas dari persoalan-persolan yang melatar

23

Page 25: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

belakanginya. Seperti percekcokan yang terjadi terus menerus, adanya nusyuz baiak yang

dilakukan oleh isteri maupun suami Adapun beberapa unsur atau rukun yang harus dipenuhi

dalam talak sebgaimana dikemukan Abdurrahman al Jaziri diantaranya, adanya suami dan

isteri, adanya sighat talak, dan adanya niat atau maksud untuk menceraikannya.

- Agama Buddha :

Di dalam agama Buddha tidak diajarkan tentang perceraian, yang ada adalah

perceraian dengan alasan keagamaan, misalnya seorang suami yang ingin menjadi anagarika,

atau menjadi samanera atau menjadi bhikkhu dan diizinkan oleh isterinya; atau sebaliknya

seorang isteri ingin menjadi anagarini dan diizinkan oleh suaminya. Yang pasti terjadi adalah

perceraian karena salah satu meninggal dunia.

Dalam hal seorang suami mempunyai seorang isteri yang jahat (chava) dan tidak

tahan lagi hidup bersama dengan perempuan itu dalam sebuah ikatan perkawinan, maka ia

dapat mengajukan cerai ke Pengadilan. Sebaliknya apabila seorang isteri mempunyai suami

yang jahat (chavo) dan tidak tahan lagi hidup bersama dengan laki-laki tersebut dalam ikatan

perkawinan iapun dapat mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan.

Dalam hal perceraian, maka umat Buddha mengikuti Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Bab VIII tentang Putusnya Perkawinan

serta Akibatnya, pasal 38 berbunyi bahwa perkawinan dapat putus karena :

1. Kematian

2. Perceraian

3. Atas keputusan Pengadilan

Dalam pasal 39 disebutkan bahwa :

Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Untuk melakukan

perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun

sebagai suami isteri. Tatacara perceraian di depan Sidang Pengadilan diatur dalam peraturan

perundangan tersendiri.

24

Page 26: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Bab V tentang Tatacara Perceraian pasal 19 disebut bahwa perceraian dapat terjadi karena

alasan atau alasan-alasan :

-Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya

yang sukar disembuhkan;

-Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin

pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;

-Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat

setelah perkawinan berlangsung;

-Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak

yang lain.

-Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai suami/isteri;

-Antara suami dan isteri terus-menerus; terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Setelah diperoleh keputusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum mengikat

pasti, dalam pengertian apabila tidak dilakukan upaya permohonan banding atau kasasi atau

setelah upaya-upaya hukum itu selesai ditempuh, berdasarkan surat keputusan Pengadilan

yang memutus perceraian tersebut, selanjutnya dilakukan Pencatatan di tempat dimana

perkawinan itu semula dicatatkan untuk dapat dikeluarkan atau diperoleh Akte Perceraian

bagi suami isteri sudah bercerai tersebut.

- Agama Hindu :

Perceraian adalah Adharma, karena dengan perceraian timbul kesengsaraan bagi

pihak-pihak yang bercerai yaitu suami, istri, anak-anak dan mertua. Maka dalam agama hindu

perceraian sangat dihindari, karena termasuk perbuatan Adharma atau dosa. Istri harus dijaga

dengan baik, disenangi hatinya, digauli dengan halus sesuai dengan hari-hari yang baik

sebagaimana disebut dalam Manava Dharmasastra III.45 : Rtu kalabhigamisyat,

swardharaniratah sada, parvavarjam vrajeksainam, tad vrato rati kamyaya : hendaknya suami

menggauli istrinya dalam waktu-waktu tertentu dan merasa selalu puas dengan istrinya

25

Page 27: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

seorang, ia juga boleh dengan maksudmenyenangkan hati istrinya mendekatinya untuk

mengadakan hubungan badan pada hari-hari yang baik.

- Agama Kristen :

Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun pada suatu saat perkawinan akan

berakhir karena sebab-sebab tertentu, dan salah satunya adalah karena perceraian. Pada

asasnya,menurut agama Kristen sebuah perkawinan hanya dapat putus karena kematian.

Perceraian didalam agama Kristen diperbolehkan atau diizinkan, tetapi tidak pernah

ditetapkan sebagai bagian dari rencana Allah atas perkawinan dan bukan merupakan

peraturan Allah yang ditetapkan untuk ditambahkan kepada prinsip perkawinan yang

sesungguhnya. Pada kasus-kasus khusus, seperti karena alasan perzinahan, seorang beriman

menikah dengan orang yang tidak beriman dan kemudian orang yang tidak beriman itu mau

bercerai, dan pada kasus kekerasan dalam rumah tangga yang mengancam kehidupan jasmani

dan rohani istri dananak; maka perceraian dapat terjadi.5

Pertama-tama, apapun pandangan mengenai perceraian, adalah penting untuk

mengingat kata-kata Alkitab dalam Maleakhi 2:16 ‘Sebab Aku membenci perceraian, firman

TUHAN, Allah Israel.´ Menurut Alkitab, kehendak Allah adalah pernikahan sebagai

komimen seumur hidup. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu,

apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:6).5

Meskipun demikian, Allah menyadari bahwa karena pernikahan melibatkan dua

manusiayang berdosa, perceraian akan terjadi. Dalam Perjanjian Lama Tuhan menetapkan

beberapahukum untuk melindungi hak-hak dari orang yang bercerai, khususnya wanita

(Ulangan 24:1-4). Yesus menunjukkan bahwa hukum-hukum ini diberikan karena ketegaran

hati manusia, bukan karena rencana Tuhan (Matius 19:8).5

- Agama Katholik :

Pandangan agama khatolik terhadap percerainya menurut hukum gereja apa yang

telah di persatukan oleh Tuhan tidak dapat di pisahkan oleh manusia,kecuali oleh maut.

Apabila Ny. Dita inggin menikah lagi meski sudah bercerai secara hukum tapi gereja khatolik

tidak akan mengakui perkawinan yang selanjutnya. Karena pada dasar gereja tidak mengenal

percerainyan.

26

Page 28: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

3.8. Informed Consent

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no.29 tahun 2004 Pasal

45, Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien

atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan

kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.1

Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak

membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan kelalaian. Tindakan medis yang

dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai

tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.2

Pada kasus ini pasien tidak mau diperiksa dan menolak mendatangani informed

consent. Berdasarkan aspek hukum pasien memang memiliki hak untuk mendatangani

informed consent karena pasien telah memenuhi syarat. Syarat seorang pasien yang boleh

memberikan, yaitu :

Pasien tersebut sudah dewasa. Masih terdapat perbedaan pendapat pakar tentang batas

usia dewasa, namun secara umum bisa digunakan batas 21 tahun.

Pasien yang masih dibawah batas umur ini tapi sudah menikah termasuk kriteria

pasien sudah dewasa.

Pasien dalam keadaan sadar. Hal ini mengandung pengertian bahwa pasien tidak

sedang pingsan, koma, atau terganggu kesadarannya karena pengaruh obat, tekanan

kejiwaan, atau hal lain.

Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar dan lancar.

Pasien dalam keadaan sehat akal.

Sehingga ayah pasien tidak dapat memaksa untuk mendatangani informed consent atau

memaksakan anaknya untuk memeriksa karena yang paling berhak untuk menentukan dan

memberikan pernyataan persetujuan terhadap rencana tindakan medis adalah pasien itu

sendiri, apabila dia memenuhi 3 kriteria diatas, bukan orang tuanya, anaknya, suami/istrinya,

atau orang lainnya.

27

Page 29: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Namun apabila pasien tersebut tidak memenuhi 3 kriteria tersebut diatas maka dia

tidak berhak untuk menentukan dan menyatakan persetujuannya terhadap rencana tindakan

medis yang akan dilakukan kepada dirinya. Dalam hal seperti ini, maka hak pasien akan

diwakili oleh wali keluarga atau wali hukumnya. Misalnya pasien masih anak-anak, maka

yang berhak memberikan persetujuan adalah orang tuanya, atau paman/bibinya, atau urutan

wali lainnya yang sah. Bila pasien sudah menikah, tapi dalam keadaan tidak sadar atau

kehilangan akal sehat, maka suami/istrinya merupakan yang paling berhak untuk menyatakan

persetujuan bila memang dia setuju.

Pelaksanaan informed consent ini semata-mata menyatakan bahwa pasien (dan/atau

walinya yang sah) telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan dilakukan.

Pelaksanaan tindakan medis itu sendiri tetap harus sesuai dengan standar profesi kedokteran.

Setiap kelalaian, kecelakaan, atau bentuk kesalahan lain yang timbul dalam pelaksanaan

tindakan medis itu tetap bisa menyebabkan pasien merasa tidak puas dan berpotensi untuk

mengajukan tuntutan hukum.3

Informed consent memang menyatakan bahwa pasien sudah paham dan siap

menerima resiko sesuai dengan yang telah diinformasikan sebelumnya. Namun tidak berarti

bahwa pasien bersedia menerima apapun resiko dan kerugian yang akan timbul, apalagi

menyatakan bahwa pasien tidak akan menuntut apapun kerugian yang timbul. Informed

consent tidak menjadikan dokter kebal terhadap hukum atas kejadian yang disebabkan karena

kelalaiannya dalam melaksanakan tindakan medis.

3.8.1 Aspek Moral dan Etika

Pemikiran etika mendasari diri pada prinsip, aturan, dan hak. Ada empat prinsip etika

di dalam informed consent:1

1. Respek/menghargai terhadap otonomi (respect for autonomy)

2. Tidak menyebabkan yang buruk (non-maleficence)

3. Kemaslahatan (beneficence)

4. Keadilan (justice)

28

Page 30: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Keempat prinsip ini bersifat “prima facie”, suatu istilah yang diperkenalkan filosof

Inggris, W.D. Ross, yang berarti: Suatu prinsip adalah memikat, kecuali apabila prinsip

tersebut mempunyai konflik dengan prinsip lain. Apabila terdapat konflik, kita harus memilih

di antara keduanya. Selain itu, selain 4 prinsip ini, sering juga ditambahkan

5. Harga diri (dignity)

6. Kebenaran dan kejujuran (truthfulness and honesty)

Penjelasan keenam hal di atas:

1. Menghargai Otonomi (Voluntas aegroti suprema lex). Dalam semua proses pengambilan

keputusan, dianggap bahwa keputusan yang dibuat setelah mendapatkan penjelasan itu dibuat

secara sukarela dan berdasarkan pemikiran rasional. Di dalam dunia kedokteran, dokter

menghargai otonomi pasien berarti bahwa si pasien/klien mempunyai kemampuan untuk

berlaku atau bertindak secara sadar dan intensional, dengan pengertian penuh, dan tanpa

pengaruh-pengaruh yang bisa menghilangkan kebebasannya.dalam kasus ini, dokter telah

melaksanakan kewajibannya dengan memberikan informasi mengenai tindakan baik pada

keluarga maupun pasiennya.

2. Tidak menyebabkan yang buruk (non-maleficence/primum non nocere). Di dalam prinsip

ini, dokter tidak boleh secara sengaja menyebabkan perburukan atau cedera pada pasien, baik

akibat tindakan (commission) atau tidak dilakukannya tindakan (omission). Dalam bahasa

sehari-hari: akan dianggap lalai apabila seseorang memaparkan resiko atau cedera yang tidak

layak (unreasonable) kepada orang lain. Standar perawatan yang meminimalkan resiko

cedera atau perburukan merupakan hal yang diinginkan masyarakat secara common sense.

Dengan tindakan pada kasus ini, walaupun memiliki beberapa resiko namun tetap dilakukan

untuk penyelamatan nyawa dan fungsi organ pasien.

3. Beneficence. Adalah kewajiban petugas kesehatan untuk memberikan kemaslahatan,

kebaikan, kegunaan, benefit bagi pasien, dan juga untuk mengambil langkah positif

mencegah dan menghilangkan kecederaan dari pasien. Dalam hal informed consent untuk ad.

2 dan ad. 3: adalah kewajiban dokter untuk memberi penjelasan mengenai pengobatan atau

tindakan, baik manfaat maupun kekurangannya. Terapinya dimaksudkan untuk penyembuhan

dan kebaikan diri pasien sendiri

29

Page 31: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

4. Keadilan. Keadilan di dalam pelayanan dan riset kesehatan digambarkan sebagai kesamaan

hak bagi pasien-pasien dengan kondisi yang sama. Di dalam informed consent, penjelasan

bagi pasien harus diberikan sampai dengan pengobatan yang mungkin saja tidak terjangkau

atau tidak dilindungi pihak asuransinya.

5. Harga Diri. Pasien dan dokter mempunyai hak atas harga dirinya.

6. Kebenaran dan Kejujuran. Kebenaran dan kejujuran adalah suatu keharusan di dalam

hubungan dokter-pasien/subyek. Informed consent diberikan oleh pasien/subyek berdasarkan

informasi yang benar dan jujur. Dokter telah memberi informasi sejujur-jujurnya sesuai

dengan keadaan pasien.

3.9 Solusi

1. HOMOSEKSUAL

Permasalahan homoseksual memerlukan solusi yang dilakukan secara holistic. Dari segi

medis, perlunya peranan dari seorang psikiatri dirasa amat penting karena permasalahan

homoseksual melibatkan tentang pola pikir dan perasaan yang dinilai salah dan menyimpang

baik dinilai dari segi etika, moral, dan agama. Oleh karena itu, disamping pentingnya peranan

seorang psikiatri maka diperlukan juga peranan dari segi agama melalui pendekatan spiritual

dengan cara mengkaji ulang kitab yang berisi tentang peraturan Tuhan untuk makhluk Nya.

Adapun peranan keluarga dan masyarakat dalam hal ini untuk turut mendukung proses

penyembuhan atau secara minimal tidak turut serta menimbulkan dilemma yang lebih buruk

bagi pasien. Adapun pemeriksaan kromosom seks untuk kasus seperti ini cukup lazim

dilakukan untuk memastikan ulang perihal jenis kelamin yang sesungguhnya dari pasien.

2. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)

Adanya KDRT biasanya diawali oleh keadaan seseorang yang tidak dapat mengontrol

emosi saat pemicu emosi muncul. Oleh karena itu, pentingnya seseorang untuk mengatur

emosi dan tidak melampiaskannya pada anggota keluarga sehingga menimbulkan

permasalahan KDRT. Mencoba untuk berkomunikasi efektif antar anggota keluarga yang

dalam hal ini komunikasi suami istri sangatlah penting untuk saling menyelami perasaan

30

Page 32: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

yang dirasakan satu sama lain. Pentingnya rasa menerima kekurangan pasangan dapat

meminimalisir tindakan KDRT.

3. POLA ASUH

Pola asuh dibentuk sejak kecil sedangkan dalam kasus ini pasien berusia dewasa sehingga

koreksi untuk pola asuh lebih sulit dilakukan.

4. PERCERAIAN

Dalam pandangan etika dan moral, perceraian dinilai sebagai suatu jalan terakhir saat

mempertahankan pernikahan sangat sulit dilakukan. Untuk beberapa agama seperti Kristen

dan Hindu, tidak ada perceraian sedangkan untuk agama Islam, perceraian adalah hal yang

diperbolehkan namun sangat dibenci oleh Allah. Oleh karena itu, jika memang keputusan

terbaik adalah bercerai setelah menimbang bahwa seluruh aspek dari pernikahan tidak lagi

dapat dipertahankan, maka bercerai diperbolehkan dengan tetap memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing setelah menikah.

Solusi yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah:

1. Pemeriksaan Kromosom Seks

Kromosom Seks (penentu jenis kelamin)

Bagian terkecil tubuh adalah sel, di dalam sel terdapat inti sel yang mengandung

kromosom berjumlah 46. Laki-laki dan wanita normal mempunyai jumlah kromosom

yang sama, hanya penulisan simbolnya tidak sama yaitu 46, XY untuk laki-laki dan

46, XX untuk wanita. Simbol ini artinya laki-laki dan perempuan mempunyai jumlah

kromosom 46 dengan 44 kromosom bukan penanda kelamin (autosom) dan 2

kromosom seks  (penanda kelamin) yaitu satu kromosom X dan Y pada laki-laki dan

sepasang kromosom X pada wanita. Di dalam kromosom terdapat DNA yang

merupakan bahan keturunan, yang akan memberikan informasi genetik dalam bentuk

kumpulan molekul DNA yang disebut gen. Didalam kromosom seks terdapat gen-gen

berfungsi memproduksi protein ensim/ hormon yang sesuai dengan jenis kelaminnya. 

Bila gen-gen ini mengalami perubahan (mutasi) maka produksi protein akan

mengalami penyimpangan. Mutasi gen dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan DNA.

Pada keadaan normal, kromosom seks ditentukan oleh persatuan kromosom X dan Y

dari spermatosoa dan kromosom X dari ovum pada saat konsepsi, sehingga

menghasilkan 46,XY (pria) atau 46,XX (wanita). Materi genetik yang terdapat pada

31

Page 33: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

kromosom Y berperan penting dalam proses diferensiasi janin menjadi fenotip laki-

laki. Sex-determining region of the human Y chromosome (SRY) terdapat pada lengan

pendek kromosom Y, merupakan gen yang mengkode produk sangat esensial dalam

perkembangan testis. Pada ketiadaan gen SRY, ovarium akan mengalami

perkembangan dilanjutkan dengan terbentuknya rahim dan saluran indung telor.

2. Pemeriksaan Hormonal

Hormon merupakan zat kimia yang disekresikan ke dalam cairan tubuh oleh satu atau

sekelompok sel dan mempunyai efek pengaturan terhadap sel-sel tubuh lain.

a. FSH (Folicle Stimulating Hormon)

- Pada wanita

Merangsang pertumbuhan folikel pada masa subur

- Pada pria

Meningkatkan pembentukan sperma di dalam testis

b. LH (Luteinizing Hormon)

- Pada wanita

Meningkatkan produksi progesteron pada letua

- Pada pria

Meningkatkan produksi testosteron pada sel leydig dan mematangkan

spermatozoa

c. PROLACTIN

- Pada wanita

Meningkatkan perkembangan payudara dan sekresi air susu

- Pada pria

Menghambat pematangan spermatozoa

d. ESTROGEN

Merangsang perkembangan organ kelamin wanita dan sifat kelamin sekunder,

contoh: pertumbuhan payudara, suara lebih lembut, dll

e. PROGESTERON

Mempersiapkan rahim untuk menerima telur yang sudah dibuahi

f. TESTOSTERON

Merangsang pertumbuhan organ kelamin pria dan meningkatkan perkembangan

sifat kelamin sekunder, contoh : tumbuh janggut, kumis, suara lebih keras, dll

g. ESTRADIOL

- Pada wanita

32

Page 34: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

Mengontrol dan mengatur perubahan tubuh wanita pada waktu puber,

pertumbuhan rahim, vagina dan kelamin bagian luar

- Pada pria

Menghambat pematangan sperma

3. Konseling

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut

konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Untuk kasus ini, konseling dapat dilakukan oleh dokter spesialis yang bekerja sama

dengan pakar agama (ustadz, pendeta, biksu, dsb). Adapun objek konseling ini

diutamakan untuk pasien (Ny.Dita) dan keluarganya (Ayah dan Ibu). Hal-hal yang

dibahas dalam konseling meliputi:

a. Pertanyaan yang mendalam untuk mengkaji informasi lebih lanjut tentang

penyebab masalah dari pasien seperti bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh

kedua orang tua pasien, sejak kapan gejala-gejala lesbian tsb muncul, dsb

b. Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien seputar penyebab dan langkah-

langkah selanjutnya yang dapat dilakukan

c. Pendekatan dari bidang spiritual seperti memperbanyak kegiatan ibadah dan

pembahasan seputar masalah pasien dari segi agama

33

Page 35: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

BAB V

KESIMPULAN

Permasalahan homoseksual memerlukan solusi yang dilakukan secara holistic. Adapun

peranan keluarga dan masyarakat dalam hal ini untuk turut mendukung proses penyembuhan

atau secara minimal tidak turut serta menimbulkan dilemma yang lebih buruk bagi pasien.

Adanya KDRT biasanya diawali oleh keadaan seseorang yang tidak dapat mengontrol emosi

saat pemicu emosi muncul. Pentingnya rasa menerima kekurangan pasangan dapat

meminimalisir tindakan KDRT. Pola asuh dibentuk sejak kecil sedangkan dalam kasus ini

pasien berusia dewasa sehingga koreksi untuk pola asuh lebih sulit dilakukan. Dalam

pandangan etika dan moral, perceraian dinilai sebagai suatu jalan terakhir saat

mempertahankan pernikahan sangat sulit dilakukan. Untuk beberapa agama seperti Kristen

dan Hindu, tidak ada perceraian sedangkan untuk agama Islam, perceraian adalah hal yang

diperbolehkan namun sangat dibenci oleh Allah. Oleh karena itu, jika memang keputusan

terbaik adalah bercerai setelah menimbang bahwa seluruh aspek dari pernikahan tidak lagi

dapat dipertahankan, maka bercerai diperbolehkan dengan tetap memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing setelah bercerai.

34

Page 36: Makalah 1 Kelompok 6 Ham

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran: pengantar bagi

mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2007.

2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang

kedokteran. Jakarta: FKUI; 1994.

3. Ikatan Alumni Universitas Indonesia. 2010. Informed consent. Available at:

http://www.ilunifk83.com/t143-informed-consent. Accessed on January 18, 2012.

4. Daryati. Membentuk Citra Diri yang Baik Melalui Pola Asuh Dalam Membesarkan

Anak. Jakarta : CV. Rajawali.2009.

5. Perceraian Kristen Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

TentangPerkawinan. Atmalib perpustakaan unika atmajaya. Copyright 2007-2008.

Availableathttp://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=41155

6. Penyimpangan Sex k Uputin. Scribed. Copyright © 2012 Scribd Inc. available

athttp://www.scribd.com/doc/28738821/Penyimpangan-Sex-k-Uputin

.

35