makala h

50
A. PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA Sewaguna usaha (Leasing) adalah rental agreement atau kontrak sewaguna antara pemilik aset (lessor) dengan pengguna aset ( lease) untuk jangka waktu satu tahun atau lebih, dengan pemilik aset memberikan hak eksklusif kepada penyewa untuk menggunakan aset selama masa sewa dengan imbalan berupa pembayaran sewa periodik dalam jumlah tetap. Jadi kontrak sewaguna usaha merupakan suatu upaya untuk memperoleh /menguasai dan menggunakan manfaat dari suatu aset namun tidak dengan cara membeli aset bersangkutan. Kontrak sewaguna usaha seringkali juga disebut sebagai aset-backed financing, yang dapat dibedakan dengan pembelian aset secara kredit atau angsuran sebagai berikut. 1) Periode pembayaran sewa bisa bulanan,tengah atau tahunanatau tahunan pada setiap awal periode yang dimulai pada awal masa kontrak. Kontrak sewaguna usaha biasanya memberikan kepada pihak lesse untuk memperbaharui kontrak atau membeli aset dengan harga yang telah disepakati, tetapi biasanya sama dengan harga pasar aset pada akhir masa sewa. 2) Sebagai upaya untuk mendapatakan manfaat suatu aset, kontrak sewaguna usaha (lease agreement) mempunyai perbedaan pada biaya kpemilikan yang menjadi tanggungan pihak lessee; yang secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kategori sebagai berikut: i. Pada full-service lease, biaya-biaya perawatan atau pemeliharaan , asuransi, dan pajak (jika ada) sepenuhnya menajdi beban atau tanggungan pihak pemilik aset atau lessor. ii. Pada net-lease, biaya-biaya perwatanatau pemeliharaan asuransi, dan pajak (jika ada) menjadi beban atau tanggungan pihak pengguna aset atau lessee. 3) Kontrak sewaguna usaha (lease agreement) juga dapat dibedakan bedasr jangka waktu dan ada atau tidaknya hak pembatalan kontrak yang diberikan atau melekat pada pihak lessee, selama berlakunya ma kontrak sebagai berikut: 1

Upload: natasha-chaira

Post on 29-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tax planning

TRANSCRIPT

Page 1: Makala h

A. PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA

Sewaguna usaha (Leasing) adalah rental agreement atau kontrak sewaguna antara pemilik aset (lessor) dengan pengguna aset ( lease) untuk jangka waktu satu tahun atau lebih, dengan pemilik aset memberikan hak eksklusif kepada penyewa untuk menggunakan aset selama masa sewa dengan imbalan berupa pembayaran sewa periodik dalam jumlah tetap. Jadi kontrak sewaguna usaha merupakan suatu upaya untuk memperoleh /menguasai dan menggunakan manfaat dari suatu aset namun tidak dengan cara membeli aset bersangkutan. Kontrak sewaguna usaha seringkali juga disebut sebagai aset-backed financing, yang dapat dibedakan dengan pembelian aset secara kredit atau angsuran sebagai berikut.1) Periode pembayaran sewa bisa bulanan,tengah atau tahunanatau tahunan pada setiap awal

periode yang dimulai pada awal masa kontrak. Kontrak sewaguna usaha biasanya memberikan kepada pihak lesse untuk memperbaharui kontrak atau membeli aset dengan harga yang telah disepakati, tetapi biasanya sama dengan harga pasar aset pada akhir masa sewa.

2) Sebagai upaya untuk mendapatakan manfaat suatu aset, kontrak sewaguna usaha (lease agreement) mempunyai perbedaan pada biaya kpemilikan yang menjadi tanggungan pihak lessee; yang secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kategori sebagai berikut:

i. Pada full-service lease, biaya-biaya perawatan atau pemeliharaan , asuransi, dan pajak (jika ada) sepenuhnya menajdi beban atau tanggungan pihak pemilik aset atau lessor.

ii. Pada net-lease, biaya-biaya perwatanatau pemeliharaan asuransi, dan pajak (jika ada) menjadi beban atau tanggungan pihak pengguna aset atau lessee.

3) Kontrak sewaguna usaha (lease agreement) juga dapat dibedakan bedasr jangka waktu dan ada atau tidaknya hak pembatalan kontrak yang diberikan atau melekat pada pihak lessee, selama berlakunya ma kontrak sebagai berikut:

i. Operating lease-berjangka pendek dan pada umumnya memberikan hak pembatalan kontrak kepada pihak lessee, sebelum berakhirnya masa kontrak

ii. Financial atau capital leases-berjangka waktu realatif panjang meliputi hampir seluruh taksiran masa manfaat aset, dan pada umumnya tidak memberikan hak pembatalan kontrak kepada pihak lessee sebelum berakhirnya masa kontrak. Dalam financial leases memberikan hak pembatalan kontak kepada pihak lessee, biasanya disertai persyaratan kepada lessee untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pihak lessor sebagai akibat dari pembatlan kontrak.

Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna barang modal); lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu dengan suatu imbalan berkala dari lessee yang besarnya tergantung dari perjanjian antara lessor dengan lessee, lessee dapat diberikan hak opsi (option right) untuk membeli barang modal tersebut pada akhir masa

1

Page 2: Makala h

kontrak. Dengan demikian, hak milik atas barang modal tersebut tetap menjadi milik lessor selama jangka waktu kontrak lease.

Sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi.

Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease/capital lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.

Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lesse) adalah sewa guna usaha di mana penyewa (lessee) pada masa akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha tersebut.

Ditinjau dari teknis pelaksanaannya transaksi sewa guna usaha dapat dilakukan secara langsung maupun dengan cara penjualan dan penyewaan kembali (sale and lease back).

Dari sisi lesse seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal selama masa kontrak dapat dibebankan, padahal jangka waktu lease mungkin jauh lebih pendek dari umur ekonomis. Dengan demikian, sebenarnya lessee dapat melakukan penyusutan yang dipercepat (accelerated depreciation) melalui metode akuntansi sewa (rental accounting method).

Bentuk Pembiayaan Sewa Guna UsahaPada dasarnya, terdapat tiga bentuk atau jenis kontrak pembiayaan sewagunausaha, yaitu :

1. Direct lease, merupakan kontrak sewaguna usaha yang terjadi antara perusahaan produsen aset sebagai lessor dengan pengguna aset sebagai lessee, atau antara perusahaan sewaguna usaha atau lembaga keuangan lain yang membeli aset dari produsen yang bertindak sebagai lessor dengan pengguna aset sebagai lessee.

2. Sale-and-leaseback, pemilik aset menjual asetnya kepada perusahaan sewaguna usaha atau lembaga keuangan yang kemudian menyewakan kembali (bertindak sebagai lessor) kepada perusahaan penjual aset sebagai lessee.

3. Leveraged lease, perusahaan leasing yang bertindak sebgai lessor memperoleh pinjaman dari bank untuk membeli aset yang disewagunausahakan kepada pihak lessee. Jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank kepada perusahaan leasing, biasanya meliputi 80% dari harga beli aset, sedang 20 % sisanya merupakan investasi dari perusahaan leasing.

B. PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA

Dalam pasal 2,3 dan 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 kegiatan sewa guna usaha dapat digolongkan sebagai finance lease (sewa guna usaha dengan hak opsi) maupun dengan operating lease (sewa guna usaha tanpa hak opsi). Sewa guna usaha digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua kriteria berikut :

2

Page 3: Makala h

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

b. Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal golongan I; 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III; dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.

c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lesse.d. Dalam Pasal 16 Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991

mengatur mengani ketentuan perpajakan bagi lessee yang melakukan transaksi finance lease sebagai berikut:1) Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang di

sewagunausahakan sampai saat lessee membeli barang tersebut.2) Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang

disewagunausahakan maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar yaitu harga opsi barang modal yang bersangkutan.

3) Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee.

4) Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan. Direktur Jendral Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa guna usaha tersebut dan memperlakukannya sebagai operating lease. Perubahan ini tidak dilakukan apabila terjadi karena forse majeur, gagal bayar (default), maupun mempertimbangkan ekonomi tanpa motif menghindari pajak dan tidak ada hubungan istimewa antara lessor dengan lessee.

5) Lessee tidak memotong pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha.

1. Penjualan dan Penyewaan Kembali

a) Untuk penjualan dan penyewaan kembali tanpa hak opsi, pajak Pertambahan Nilai (PPN) masukan yang telah dikreditkan oleh lessee harus dibayar kembali.

b) Atas penyewaan kembali barang modal tersebut, maka lessor harus memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

c) Pengalihan tanah dan bangunan sewa guna usaha:1) Saat lessee menjual kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5% dari nilai jual

(nilai akta) atau nilai jual objek pajak (NJOP) yang digunakan untuk menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP.

2) Saat lessor menjual kepada lessee, lessor dikenakan PPh 5% dari nilai opsi.

3

Page 4: Makala h

2. Perlakuan Standar Akuntansi Terhadap Transaksi Sewa Guna Usaha

Berdasarkan PSAK Nomor 30 tentang Standar Akuntansi Sewa Guna Usaha, dalam menentukan jenis sewa guna usaha pertimbangan utama yang digunakan adalah asas makna ekonomi. Suatu transaksi sewa guna usaha akan dikelompokan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua syarat-syarat berikut:

a) Lessee memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunausahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjan sewa guna usaha.

b) Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal serta bunganya sebagai keuntungan lessor (full payoutlease).

c) Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.

Apabila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka transaksi tersebut dikelompokkan sebagai sewa menyewa biasa atau sewa guna usaha tanpa hak opsi.

3. Akuntansi untuk Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

a) Pembayaran jaminan (security deposit) dibukukan sebagai piutang kepada lessor.

b) Nilai tunai (present value) dari seluruh pembayaran sewa guna usaha dan nilai sisa dibukukan sebagai aktiva tetap dan kewajiban sewa guna usaha.

c) Tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai tunai adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal sewa guna usaha.

d) Pembayaran sewa guna usaha yang dilakukan selama jangka waktu kontrak dialokasikan dan dibukukan sebagai angsuran pokok dan beban bunga.

e) Aktiva tetap sewa guna usaha yang dikapitalisasi selanjutnya diamortisasi selama taksiran umur ekonomisnya dengan menggunakan metode yang sama untuk aktiva sejenis.

f) Pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian terhadap bunga akrual, amortisasi aktiva sewa guna usaha akhir tahun, dan amortisasi keuntungan modal dan kerugian modal.

g) Dalam laporan keuangan disajikan sebagai bagian dari aktiva tetap, sejumlah neto dikurangi jumlah akumulasi amortisasi.

h) Kewajiban sewa guna usaha disajikan sebagai bagian dari kewajiban dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk usaha lessee.

i) Apabila dilakukan transaksi jual dan sewa kembali, maka selisih harga jual dengan nilai buku aktiva dibukukan sebagai “keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan” yang harus diamortisasi secara proporsional.

4

Page 5: Makala h

j) Apabila terjadi penghentian lebih awal dimana pembayaran sewa dilunasi sebelum berakhirnya kontrak, maka selisih antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.

k) Apabila lessee mengambil opsi pada akhir masa kontrak dan harga opsi sama dengan jaminan yang diberikan, maka jaminan tersebut akan dikompensasikan dengan sisa kewajiban sewa guna usaha. Apabila opsi tidak sama dengan jaminan maka kekurangan atau kelebihan harus diselesaikan antara lessee dan lessor secara tunai.

l) Setelah mengambil opsi, maka rekening sewa guna usaha direklasifikasikan ke dalam rekening aktiva tetap yang relevan.

C. PERENCANAAN PAJAK UNTUK SEWA GUNA USAHA

Perencanaan pajak dapat digunakan untuk aktiva tetap yang baru akan dibeli maupun aktiva tetap yang telah dimiliki. Untuk aktiva tetap yang baru akan dibeli pertimbangannya adalah membeli secara langsung (tunai atau kredit) atau dengan menyewa. Sedangkan untuk aktiva tetap yang telah dimiliki pertimbangannya adalah mempertahankannya, melakukan revaluasi atau dijual dan disewagunausahakan kembali.

1. Membeli secara Langsung atau melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak untuk hal ini, antara lain :

a) Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan.

b) Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.

c) Apabila membeli secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.

d) Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat membiayakan perolehan aktiva tetap lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan penyusutan (penyusutan yang dipercepat). Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal golongan I; 3(tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III; 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.

2. Penjualan dan Penyewaan Kembali

Pada saat penjualan dari lessee kpada lessor dikenakan PPh 5% dari nilai jual (nilai akta) atau nilai jual objek pajak (NJOP) yang digunakan untuk menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP. Saat lessor menjual kepada lessee (pengambil opsi), lessor dikenakan PPh 5% dari nilai opsi. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah jika gedung

5

Page 6: Makala h

dimiliki secara langsung, maka biaya yang boleh dikurangkan hanya biaya penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka waktu 20 tahun. Apabila diperoleh melalui sewa guan usaha dengan hak opsi maka semua biaya yang dikeluaran untuk pembayaran sewa baik atas tanah maupun bangunan dapat dibiayakan.

3. Contoh Kasus

PT. ABC untuk meningkatkan produksi merencanakan menambah mesin B, dengan harga Rp 1.000.000.000,00. Perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli langsung atau menggunakan sewa guna usaha dengan hak opsi. Mesin tersebut termasuk aktiva tetap kelompok 2. Disamping itu, perusahaan juga sedang mempertimbangkan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan yang diperoleh 4 (empat) tahun yang lalu dengan harga perolehan masing-masing Rp 1.000.000.000,00. Tanah dan bangunan ini sebaiknya direvaluasi atau dijual dan disewakan kembali. Alternatif mana yang harus dipilih akan dibahas di bawah ini.

Contoh-1 : Pembiayaan Sewaguna Usaha- Operating LeasePerusahaan konceksi ABC adalah wajib pajak-orang pribadi dalam negeri yang dikenakan pajak penghasil berdasar tarif marjinal 30 % pada awal tahun 2010 bernegosiasi dengan perusahaan leasing untuk menyewakan sebuah mesin produksi dengan karakteristik atau spesifikasi sebagai berikut:Harga mesin (jika dibeli tunai) = Rp 250 jutaTaksiran nilai residu = Rp 37,50 jutaJumlah sewa = RP 50 juta per tahun (net-lease, dibayar pada awal tahun)Taksiran masa manfaat mesin = 6 tahunMasa sewa = 6 tahun

Mesin produksi termasuk aktiva tetap kelompok-1 (masa manfaat 4 tahun), dan perusahaan mneggunakan metode garis lurus sebagai basis perhitungan beban depresiasinya. Untuk mengevaluasi kontrak leasing atau sewaguna usaha dapat dilakukan berdasar arus kas atas manfaat dan biaya terkait dengan kontrak sewaguna usaha tersebut.

Akhir tahu

n

Benefits of Leasing

Cost of Leasing

NCF to Lease

Lease Paymentbenefits of Ownership

Foregone

BrutoTx-save +

Neto Depr++ N.Res Total

0 250,000

50,000

-

50,000

-

-

-

200,000

1 -

50,000

15,000

35,000

18,750

-

18,750

(53,750)

2 -

50,000

15,000

35,000

18,750

-

18,750

(53,750)

3

6

Page 7: Makala h

- 50,000 15,000 35,000 18,750 - 18,750 (53,750)

4 -

50,000

15,000

35,000

18,750

-

18,750

(53,750)

5 -

50,000

15,000

35,000

- -

-

(35,000)

6 -

-

15,000

(15,000)

-

26,250

26,250

(11,250)

Total Net Cash Flow (NCF)to Lease Rp (61,250)

Manfaat utama yang didapat dari financial lease agreement tersebut adalah perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang sebesar harga beli mesin untuk bisa menggunakan mesin tersebut. Ini dipandang atau ekuivalen dengan penerimaan kas sebesar Rp 250 juta pada akhir tahun-0 atau pada awal tahun-1. Akan tetapi perusahaan harus juga : (i) membayar sewa tahunan sebanyak 6 kali, dan (ii) kehilangan peluang untuk memperoleh penghematanpajak dari biaya depresiasi per tahun yang menurut ketentuan pajak; harus dilakukan dalam masa 4 tahun petama (aset tetap bukan bangunan kelompok-1); serta (iii) kehilangan manfaat nilai residu mesin-neto sesudahpajak yang seharusnya bisa didapat apabila mesin tidak disewa tetapi dibeli sehingga menjadi milik perusahaan. Namun demikian, perusahaan juga memperoleh tambahan manfaat pajak sebesar Rp 150 juta (0,30 x Rp 50 juta) per tahun selam 6 tahun masa sewa. Karena seluruh pembayaran sewa tahunan dapat diperlakukan sebagai biaya fiskal. Menggabungkan efek arus kas dari manfaat dan biaya leasing tersebut membuat undiscounted net cash to lease (NCF-tanpa mempertimbangkan nilai waktu uang) sebagaimana tampak pada tabel di atas menjadi negatif sebesar Rp 61,25 juta.

Pada tabel di atas, perusahaan ABC sebagai pihak lessee diumpamakan merupakan WP orang pribadi dalam negeri yang dikenakanpajak pengahsilan berdasarkan tarif marginal 30 %. Dalam hal pihak lessee bukan wajib pajak sehingga tidak bisa mngklaim adanya manfaat pajak ( atas pembayaran sewa tahunan) tetapi juga tidak perlu memperhitungkan biaya depresi sebagai biaya fiskal (seprti misalnya instansi pemerintah, perorangan atau individu), maka nilai penghematan pajak tersebut pada tabel di atas akan berjumlah nihil; sehingga akan mengubah besaran net cash flow to lease ( undiscounted). Dalam banyak hal, lease financing semakin atraktif apabila pihak lessee bukan WP; karena nilai penghematan pajak yang harus dikorbankan menjadi nihil, sebagaimana tampak pada tabel-2.

Perhatikan bahwa net cash flow to lease ( tanpa mempertimbangkan nilai waktu uang) negatif sebesar Rp 265 juta lebih besar dibaning apabila lessee merupakan taxable entity yang berjumlah negatif hanya sebesar RP 61,25 juta, Sepintas negative net cash flow yang lebih besar tersebut tampak bahwa lease finacing agreement justru tidak lebih menarik dimata non-taxable entity sebagai lessee. Namun oleh karena lessee bukan merupakan wajib pajak; maka nalisis harus didasarkan pada suku bunga pinjaman dan biaya modal tanpa mempertimbangkan faktor pajak.

7

Page 8: Makala h

Dengan asumsi suku bunga pinjaman 12% dan biaya modal untuk non-taxable entity sebesar 15% ( setara dengan taxable entity sebesar 10,50% = (1-0,30 x 15 %) misalnya kontrak sewaguna usaha tersebut masih menghasilkan net present value yang positif sebesar kurang-lebih Rp 3,55 juta {Rp 250 juta-[94,605 x Rp 50 juta) + (0,432 x Rp 37,50 juta)]}, atau (Rp 250 juta – Rp 246,45) bagi non-taxable entity.

Akhir tahun

Benefits of Leasing

Cost of Leasing

NCF to Lease

Lease Paymentbenefits of Ownership

Foregone

BrutoTx-save +

Neto Depr++ N.Res Total

0 250,000

50,000

-

50,000

-

-

-

200,000

1 -

50,000

-

50,000

-

-

-

(50,000)

2 -

50,000

-

50,000

-

-

-

(50,000)

3 -

50,000

-

50,000

-

-

-

(50,000)

4 -

50,000

-

50,000

-

-

-

(50,000)

5 -

50,000

-

50,000

-

-

-

(50,000)

6 -

-

-

-

-

37,500

37,500

(37,500)

Total Net Cash Flow (NCF)to Lease Rp (87,500)

4. Pengadaan Mesin Baru

4.1 Pengadaan Mesin melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

Langkah pertama dalam analisis ini adalah menentukan tingkat suku bunga yang akan digunakan, yaitu:

Bunga deposito : 16%

Bunga pinjaman : 20% (digunakan sebagai tingkat diskon)

Bunga sewa guna usaha : 22%

Bunga sewa guna usaha dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan sewa guna usaha yang menjadi sempel daam penelitian. Tingkat bunga sewa guna

8

Page 9: Makala h

usaha rata-rata adalah 10% di atas bunga pinjaman, karena sebagian besar perusahaan sewa guna usaha sumber dananya berasal dari pinjaman bank.

Setelah mengetahui tingkat suku bunga, langkah berikutnya adalah menghitung besarnya angsuran biaya sewa yang harus dibayar setiap bulannya. Dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa jangka waktu sewa 4 tahun dan jaminan (security deposit) sama dengan nilai opsi, yaitu 10% dari nilai mesin yang disewagunausahakan (lihat Tabel 1).

TABEL 1

Skedul Pembayaran Biaya Sewa dan Nilai Tunainya

Jaminan : Rp 100.000.000,00

Nilai sewa guna usaha : Rp 900.000.000,00

Tingkat bunga : 22% p.a

Tingkat diskon : 20%

Jangka waktu : 4 tahun

PerIode

Angsuran perbulan

(Rp)A

Angsuran pokok(Rp)

B

Angsuran bunga(Rp)

C

Sisa pinjaman (Rp)

D

Tingkat

diskon (Rp)

E

Nilai buku SGU (Rp)

F

128.355.470,05 11.855.470,05 16.500.000,00 888.144.529,9

51,0000 28.355.470,05

228.355.470,05 12.072.820,34 16.282.649,72 876.071.709,6

10,9836 27.889.711,86

328.355.470,05 12.294.155,38 16.061.314,68 863.777.554,2

30,9674 27.431.604,08

428.355.470,05 12.519.548,22 15.835.921,83 851.258.006,0

10,9515 26.981.021,03

528.355.470,05 12.749.073,28 15.606.396,78 838.508.932,7

30,9359 26.537.839,11

628.355.470,05 12.982.806,29 15.372.663,77 825.526.126,4

50,9205 26.101.936,77

728.355.470,05 13.220.824,40 15.134.645,65 812.305.302,0

50,9054 25.673.194,42

828.355.470,05 13.463.206,18 14.892.263,87 798.842.095,8

70,8905 25.251.494,46

928.355.470,05 13.710.031,63 14.645.438,42 785.132.064,2

40,8759 24.836.721,22

1028.355.470,05 13.961.382,21 14.394.087,84 771.170.682,0

30,8615 24.428.760,91

1128.355.470,05 14.217.340,88 14.138.129,17 756.953.341,1

50,8474 24.027.501,63

1228.355.470,05 14.477.992,13 13.877.477,92 742.475.349,0

20,8334 23.632.833,32

9

Page 10: Makala h

1328.355.470,05 14.743.421,99 13.612.048,07 727.731.927,0

30,8198 23.244.647,70

1428.355.470,05 15.013.718,06 13.341.752,00 712.718.208,9

70,8063 22.862.838,30

1528.355.470,05 15.288.969,55 13.066.500,50 697.429.239,4

20,7930 22.487.300,39

1628.355.470,05 15.569.267,33 12.786.202,72 681.859.972,0

90,7800 22.117.930,94

1728.355.470,05 15.854.703,90 12.500.766,15 666.005.268,1

90,7672 21.754.628,64

1828.355.470,05 16.145.373,47 12.210.096,58 649.859.894,7

20,7546 21.397.293,83

1928.355.470,05 16.441.371,98 11.914.098,07 633.418.522,7

40,7422 21.045.828,50

2028.355.470,05 16.742.797,14 11.612.672,92 616.675.725,6

00,7300 20.700.136,22

2128.355.470,05 17.049.748,42 11.305.721,64 599.625.977,1

90,7180 20.360.122,18

2228.355.470,05 17.362.327,14 10.993.142,92 582.263.650,0

50,7062 20.025.693,11

2328.355.470,05 17.680.636,47 10.674.833,58 564.583.013,5

80,6946 19.696.757,26

2428.355.470,05 18.004.781,47 10.350.688,58 546.578.232,1

10,6832 19.373.224,41

2528.355.470,05 18.334.869,13 10.020.600,92 528.243.362,9

80,6720 19.055.005,82

2628.355.470,05 18.671.008,40 9.684.461,65 509.572.354,5

80,6610 18.742.014,18

2728.355.470,05 19.013.310,22 9.342.159,83 490.559.044,3

60,6501 18.434.163,65

2828.355.470,05 19.361.887,57 8.993.582,48 471.197.156,7

90,6394 18.131.369,77

2928.355.470,05 19.716.855,51 8.638.614,54 451.480.301,2

80,6289 17.833.549,49

3028.355.470,05 20.078.331,20 8.277.138,86 431.401.970,0

80,6186 17.540.621,12

3128.355.470,05 20.446.433,93 7.909.036,12 410.955.536,1

50,6084 17.252.504,30

3228.355.470,05 20.821.285,22 7.534.184,83 390.134.250,9

30,5984 16.969.120,00

3328.355.470,05 21.203.008,79 7.152.461,27 368.931.242,1

40,5886 16.690.390,48

3428.355.470,05 21.591.730,61 6.763.739,44 347.339.511,5

30,5789 16.416.239,28

3528.355.470,05 21.987.579,01 6.367.891,04 325.351.932,5

20,5694 16.146.591,21

3628.355.470,05 22.390.684,62 5.964.785,43 302.961.247,9

00,5601 15.881.372,29

3728.355.470,05 22.801.180,51 5.554.289,54 280.160.067,3

90,5509 15.620.509,78

3828.355.470,05 23.219.202,15 5.136.267,90 256.940.865,2

40,5418 15.363.932,11

3928.355.470,05 23.644.887,52 4.710.582,53 233.295.977,7

20,5329 15.111.568,91

10

Page 11: Makala h

4028.355.470,05 24.078.377,13 4.277.092,92 209.217.600,5

90,5242 14.863.350,95

4128.355.470,05 24.519.814,04 3.835.656,01 184.697.786,5

50,5156 14.619.210,14

4228.355.470,05 24.969.343,97 3.386.126,09 159.728.442,5

80,5071 14.379.079,51

4328.355.470,05 25.427.115,27 2.928.354,78 134.301.327,3

10,4988 14.142.893,19

4428.355.470,05 25.893.279,05 2.462.191,00 108.408.048,2

60,4906 13.910.586,40

45 28.355.470,05 26.367.989,17 1.987.480,88 82.040.059,09 0,4825 13.682.095,4146 28.355.470,05 26.851.402,30 1.504.067,75 55.188.656,79 0,4746 13.457.357,5447 28.355.470,05 27.343.678,01 1.011.792,04 27.844.978,77 0,4668 13.236.311,1448 28.355.470,05 27.844.978,77 510.491,28 0,00 0,4591 13.018.895,59

JML1.361.062.562,5

2900.000.000,0

0461.062.562,5

2946.713.222,5

9

Tabel di atas diperoleh dari perhitungan sebagai berikut.

PV = Nilai sewa guna usaha (Rp900.000.000)

i = Tingkat bunga per bulan ¿) = 1,83%

d = Tingkat diskon per bulan ¿) = 1,67%

n = Jangka waktu (4 tahun = 48 bulan)

Bulan ke-1 Bulan ke-2

A= PV

[1−(1+i)−n ] x i A = 28.355.470

= 900.000 .000

[1−(1+1,83 %)−48 ] x 1,83%

= 28.355.470

B = i x PV ke−0 B =i x PV ke−0

=1,83% X 900.000.000 = 16.500.000 =1,83% X 888.144.530 = 16.282.650

C = A – B C= A – B

= 28.355.470-16.500.000 = 11.855.470 =28.355.470-16.282.650=12.072.820

D =PV-C D=PV-C

11

Page 12: Makala h

=900.000.000-11.855.470=888.144.530 =888.144.530-12.072.820=876.071.710

E =1 E= 1

(1−d)n−1

= 1

(1−1,67 %)2−1= 0,98361

F =A x E F=A x E

=28.355.470x1=28.355.470 =2828.355.470x0,98361=27.890.626

Bulan berikutnya menggunakan rumus bulan ke-2.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 1, total biaya sewa secara nominal adalah sebesar Rp 1.361.062.562,52, sedangkan nilai tunai (present value-PV) dengan tingkat diskon 20% adalah sebesar Rp 946.713.222,59. Semua biaya sewa ini dapat diakui sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak.

Selain biaya sewa yang masih dapat dikurangkan adalah biaya penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang disewagunausahakan dengan hak opsi, maka nilai perolehan aktiva (sebesar nilai opsi) dapat disusutkan oleh perusahaan sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang telah ditetapkan.

Berikut adalah perhitungan biaya penyusutan nilai opsi (lihat Tabel 2).

TABEL 2

Penyusutan Mesin yang Dibeli dan yang Disewagunausahakan dengan hak Opsi dengan Tingkat Diskon 20%

Nilai aktiva : Rp 100.000.000,00

Metode penyusutan : saldo menurun

Umur aktiva : 8 tahun

TahunNilai buku

(Rp)

Biaya penyusutan

(Rp)Saldo (Rp)

Tingkat diskon (Rp)

Nilai tunai biaya

penyusutan (Rp)

Tahun 1-4 tidak ada penyusutan karena sewa guna usaha5 100.000.000,00 25.000.000,00 75.000.000,00 0,401878 10.046.939,306 75.000.000,00 18.750.000,00 56.250.000,00 0,334898 6.279.337,067 56.250.000,00 14.062.500,00 42.187.500,00 0,279082 3.924.585,668 42.187.500,00 10.546.875,00 31.640.625,00 0,232568 2.452.866,049 31.640.625,00 7.910.156,25 23.730.468,75 0,193807 1.533.041,28

12

Page 13: Makala h

10 23.730.468,75 5.932.617,19 17.797.851,56 0,161506 958.150,8011 17.797.851,56 4.449.462,89 13.348.388,67 0,134588 598.844,2512 13.348.388,67 13.348.388,67 0 0,112157 1.497.110,62

JML 100.000.000,00 27.290.875,01

Berdasarkan tabel 1 dan 2 dengan menggunakan tingkat bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20% maka nilai perolehan keseluruhan mesin (lessee fee dan nilai opsi) adalah sebesar Rp 1.461.062.561,52 dan total nilai tunai yang dapat dibayarkan adalah Rp 974.004.097,50

4.2 Pengadaan Mesin dengan Pembelian Langsung

Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung besarnya biaya penyusutan, metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun., karena berdasarkan perhitungan sebelumnya metode saldo menurun lebih menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan umur aktiva 8 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya per tahun penyusutan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

TABEL 3

Biaya Penyusutan dan Nilai Tunainya

Nilai aktiva : Rp 100.000.000,00

Umur mesin : 8 tahun

Metode penyusutan : Saldo menurun

Tingkat diskon : 20%

Tahun Nilai buku (Rp)Biaya

penyusutan (Rp)Saldo (Rp)

Tingkat diskon (Rp)

Nilai tunai biaya

penyusutan (Rp)

1 1.000.000.000,00 250.000.000,00 750.000.000,00 0,833333 208.333.333,332 750.000.000,00 187.500.000,00 562.500.000,00 0,694444 130.208.333,333 562.500.000,00 140.625.000,00 421.875.000,00 0,578704 81.380.208,334 421.875.000,00 105.468.750,00 316.406.250,00 0,482253 50.862.630,215 316.406.250,00 79.101.562,50 237.304.687,50 0,401878 31.789.143,886 237.304.687,50 59.326.171,88 177.978.515,63 0,334898 19.868.214,937 177.978.515,63 44.494.628,91 133.483.886,72 0,279082 12.417.634,338 133.483.886,72 133.483.886,72 0 0,232568 31.044.085,82

Jumlah 1.000.000.000,00 565.903.584,16

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai tunai dari akumulasi penyusutan dengan tingkat diskon 20% adalah Rp 565.903.584,16.

13

Page 14: Makala h

5. Perbandingan antara Sewa Guna Usaha dengan Pembelian Langsung

Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh biaya sewa dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian langsung adalah sebesar biaya penyusutannya saja. Disamping dihitung berdasarkan nilai nominal juga dihitung berdasarkan nilai tunai-PV (lihat Tabel 4).

TABEL 4Perbandingan antara harga Perolehan dan Penghematan Pajak antara Sewa Guna

Usaha dengan Pembelian Langung

Keterangan Sewa Guna Usaha dengan Bunga 22% (Rp)

Beli secara Tunai (Rp)

Nominal PV(Tingkat Diskon

20%)

Nominal PV(Tingkat Diskon 20%)

Harga Perolehan: Biaya Sewa 1.361.062.562,52 947.345.315,65 Nilai Opsi 100.000.000 100.000.000 Harga Mesin

1.461.062.562,52 1.047.345.315,65 1.000.000.0001.000.000.000

564.903.584,16564.903.584,16Jumlah

Jumlah yang boleh dibiayakan: Biaya Sewa 1.361.062.562,52 947.345.315,65 Beban Penyusutan 100.000.000

1.461.062.562,5227.290.875,01

974.636.190,661.000.000.0001.000.000.000

564.903.584,16564.903.584,16Jumlah

PPh 30% SGU 438.318.768,76 292.390.857,20 300.000.000 169.771.075,25PPh 30% beli tunai (300.000.000) (169.771.075)

Penghematan Pajak 138.318.768,76 122.619.781,95

Hitungan yang dilakukan pada tabel 4 dapat diketahui besanya penghematan pajak apabila tingkat bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat bunga 20% secara nominal adalah Rp 138.318.768,78 dan nilai tunainya Rp 122.619.781,95.

Walaupun sewa guna usaha lebih mahal dari pembelian langsung, tetapi penghematan pajaknya juga lebih besar karena semua biaya sewa dapat dibiayakan dan jangka waktu sewa guna usaha lebih pendek dari umur ekonomis. Besarnya jumlah total penghematan tunai dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

TABEL 5

14

Page 15: Makala h

Jumlah Penghematan Tunai antara Sewa Guna Usaha dengan Pembelian Langsung

Keterangan Tingkat Diskon (20%)

Nilai tunai biaya sewa 947.345.315,

65

Penghematan biaya tunai karena sewa guna usaha

900.000.000,00 -

Selisih 47.345.315,

65

Penghematan pajak

122.619.781,95 +

Penghematan neto 75.274.466,

30

Pendapatan bunga deposito *

228.371.616,43 +

Jumlah penghematan tunai 303.646.082,

73

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelian secara sewa guna usaha lebh menguntungkan dibandingkan dengan pembelian tunai. Karena dibandingkan dengan pembelian tunai terdapat penghematan neto. Besarnya jumlah penghematan neto dengan tingkat diskon 20% adalah Rp 303.646.082,73

6. Tanah dan Bangunan yang Sudah Dimiliki, Sebaiknya Direvaluasi, Tidak Direvaluasi, atau Dijual dan Disewakan Kembali

Berikut ini adalah data tanah dan bangunan yang diperoleh tahun 1997:

Harga perolehan tanah : Rp 1.000.000.000,00

Harga perolehan bangunan : Rp 1.000.000.000,00

Akumulasi penyusutan 4 tahun : Rp 200.000.000,00

Nilai buku bangunan : Rp 800.000.000,00

Faktor penyesuaian : 300%

Harga tanah setelah revaluasi : Rp 3.000.000.000,00

Harga bangunan setelah direvaluasi : Rp 2.400.000.000,00

6.1 Tanah dan Bangunan Direvaluasi

Jika perusahaan melakukan revaluasi, maka atas selisih lebih setelah revaluasi akan dikenakan PPH sebesar 10%. Nilai setelah revaluasi merupakan dasar untuk melakukan penyusutan pada tahun bersangkutan dan seterusnya.

Nilai tanah dan bangunan setelah direvaluasi Rp 5.400.000.000,00

15

Page 16: Makala h

Nilai tanah dan bangunan sebelum direvaluasi Rp 1.800.000.000,00

Selisih lebih setelah revaluasi Rp 3.600.000.000,00

PPh 10% Rp 360.000.000,00

Besarnya biaya penyusutan gedung setelah revaluasi dapat dilihat pada Tabel 6.

TABEL 6

Biaya Penyusutan dan Nilai Tunainya

Dasar Penyusutan : Rp 2.400.000.000,00

Umur : 20 tahun

Metode penyusutan : garis lurus

Tingkat diskon : 20%

Tahun Nilai buku (Rp)Biaya penyusutan

(Rp)

Tingkat diskon

(Rp)

Nilai tunai biaya penyusutan (Rp)

1 2.400.000.000,00

120.000.000,00 0,83333 100.000.000,00

2 2.280.000.000,00

120.000.000,00 0,69444 83.333.333,33

3 2.160.000.000,00

120.000.000,00 0,57870 69.444.444,44

4 2.040.000.000,00

120.000.000,00 0,48225 57.870.370,37

5 1.920.000.000,00

120.000.000,00 0,40188 48.225.308,64

6 1.800.000.000,00

120.000.000,00 0,33490 40.187.757,20

7 1.680.000.000,00

120.000.000,00 0,27908 33.489.797,67

8 1.560.000.000,00

120.000.000,00 0,23257 27.908.164,72

9 1.440.000.000,00

120.000.000,00 0,19381 23.256.803,94

10 1.320.000.000,00

120.000.000,00 0,16151 19.380.669,95

11 1.200.000.000,00

120.000.000,00 0,13459 16.150.558,29

12 1.080.000.000,00

120.000.000,00 0,11216 13.458.798,57

13 960.000.000,00 120.000.000,00 0,09346 11.215.665,4814 840.000.000,00 120.000.000,00 0,07789 9.346.387,9015 720.000.000,00 120.000.000,00 0,06491 7.788.656,58

16

Page 17: Makala h

16 600.000.000,00 120.000.000,00 0,05409 6.490.547,1517 480.000.000,00 120.000.000,00 0,04507 5.408.789,2918 360.000.000,00 120.000.000,00 0,03756 4.507.324,4119 240.000.000,00 120.000.000,00 0,03130 3.756.103,6820 120.000.000,00 120.000.000,00 0,02608 3.130.086,40

Jumlah 2.400.000.000,00 584.349.568,02

6.2 Tanah dan Bangunan Tidak Direvaluasi

Tanah dan bangunan yang telah dimiliki tidak direvaluasi, sehingga untuk biaya penyusutan gedung hanya meneruskan yang sebelumnya. Perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.

TABEL 7

Biaya penyusutan dan Nilai Tunainya

Dasar penyusutan : Rp 800.000.000,00

Sisa umur : 16 tahun

Metode penyusutan : Garis Lurus

Tingkat diskon : 20%

TahunNilai buku

(Rp)

Biaya penyusutan

(Rp)

Tingkat diskon (Rp)

Nilai tunai biaya

penyusutan (Rp)

1 800.000.000,00 50.000.000,00 0,83333 41.666.666,672 750.000.000,00 50.000.000,00 0,69444 34.722.222,223 700.000.000,00 50.000.000,00 0,57870 28.935.185,194 650.000.000,00 50.000.000,00 0,48225 24.112.654,325 600.000.000,00 50.000.000,00 0,40188 20.093.878,606 550.000.000,00 50.000.000,00 0,33490 16.744.898,837 500.000.000,00 50.000.000,00 0,27908 13.954.082,368 450.000.000,00 50.000.000,00 0,23257 11.628.401,979 400.000.000,00 50.000.000,00 0,19381 9.690.334,9710 350.000.000,00 50.000.000,00 0,16151 8.075.279,1411 300.000.000,00 50.000.000,00 0,13459 6.729.399,2912 250.000.000,00 50.000.000,00 0,11216 5.607.832,7413 200.000.000,00 50.000.000,00 0,09346 4.673.193,9514 150.000.000,00 50.000.000,00 0,07789 3.894.328,2915 100.000.000,00 50.000.000,00 0,06491 3.245.273,5816 50.000.000,00 50.000.000,00 0,05409 2.704.394,65

Jumlah 800.000.000,00 236.478.026,77

17

Page 18: Makala h

6.3 Tanah dan Bangunan Dijual dan Disewakan Kembali

Apabila dilakukan penjualan dan penyewaan kembali dengan hak opsi, maka perusahaan pada saat menjual kepada lessor harus membayar PPh Final sebesar 5% dari nilai jual. Dalam kasus ini, nilai jual diasumsikan sama dengan nilai revaluasi. Jaminan sama dengan nilai opsi. Jangka waktu 10 tahun, bunga sewa guna usaha yang digunakan adalah 22% dengan tingkat diskon 20% dan bunga sewa guna usaha 33% dengan tingkat diskon 30%

Nilai jual tanah dan banguanan : Rp 5.400.000.000,00

PPh 5% : Rp 270.000.000,00

Jaminan 10% : Rp 540.000.000,00

Jaminan kan yang diterima perusahaan : Rp 4.590.000.000,00

Jumlah penerimaan tunai ini merupakan dana tersedia yang dapat dguankaan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun investasi. Dalam penelitian ini akan diasumsikan bahwa dana tersebut didepositokan sehingga perusahaan akan mendapat bunga. Tingakat bunga deposito yang digunakan adalah 16% sebelum krisis dan 25% untuk saat ini. bunga deposito merupakan penghasilan kena pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan tarif final sebesar 15%.

Untuk penjualan kembali tanah dan bangunan semua biaya yang dibayarkan kepada lessor dapat dikurangan, baik biaya sewa atas tanah maupun bangunan. Pada saat akhir masa sewa dan pengambilan opsi dilakukan, perusahaan masih akan melakukan penyusutan atas nilai bangunan sesuai dengan nilai opsinya. Besarnya angsuran pembayaran atas sewa guna usaha dapat dilihat pada Tabel 8.

TABEL 8

Skedul Pembayaran Biaya Sewa dan Nilai Tunainya

Nilai tanah dan bangunan : Rp 5.400.000.000,00

Jaminan : Rp 540.000.000,00

Nilai Sewa guna usaha : Rp 4.860.000.000,00

Tingkat bunga : 22% p.a

Jangka waktu : 10 tahun

Periode

Angsuran perbulan A (Rp)

Angsuran pokok B (Rp)

Angsuran bunga C (Rp)

Sisa pinjaman D (Rp)

Tingkat

diskon E (Rp)

Nilai buku SGU F (Rp)

1 100.322.356,07 11.384.356,07 88.938.000,00 4.848.615.643,93 1 100.322.356,07

2 100.322.356,07 11.592.689,79 88.729.666,28 4.837.022.954,14 0,9836 98.674.492,06

18

Page 19: Makala h

3 100.322.356,07 11.804.836,01 88.517.520,06 4.825.218.118,12 0,9674 97.053.695,34

4 100.322.356,07 12.020.864,51 88.301.491,56 4.813.197.253,61 0,9515 95.459.521,34

5 100.322.356,07 12.240.846,33 88.081.509,74 4.800.956.407,28 0,9359 93.891.532,74

6 100.322.356,07 12.464.853,82 87.857.502,25 4.788.491.553,46 0,9205 92.349.299,44

7 100.322.356,07 12.692.960,65 87.629.395,43 4.775.798.592,81 0,9054 90.832.398,39

8 100.322.356,07 12.925.241,83 87.397.114,25 4.762.873.350,99 0,8905 89.340.413,48

9 100.322.356,07 13.161.773,75 87.160.582,32 4.749.711.577,24 0,8759 87.872.935,46

10 100.322.356,07 13.402.634,21 86.919.721,86 4.736.308.943,03 0,8615 86.429.561,78

11 100.322.356,07 13.647.902,42 86.674.453,66 4.722.661.040,61 0,8474 85.009.896,51

12 100.322.356,07 13.897.659,03 86.424.697,04 4.708.763.381,58 0,8334 83.613.550,22

13 100.322.356,07 14.151.986,19 86.170.369,88 4.694.611.395,39 0,8198 82.240.139,88

14 100.322.356,07 14.410.967,54 85.911.388,54 4.680.200.427,85 0,8063 80.889.288,76

15 100.322.356,07 14.674.688,24 85.647.667,83 4.665.525.739,61 0,7930 79.560.626,30

16 100.322.356,07 14.943.235,04 85.379.121,03 4.650.582.504,57 0,7800 78.253.788,04

17 100.322.356,07 15.216.696,24 85.105.659,83 4.635.365.808,33 0,7672 76.968.415,50

18 100.322.356,07 15.495.161,78 84.827.194,29 4.619.870.646,55 0,7546 75.704.156,09

19 100.322.356,07 15.778.723,24 84.543.632,83 4.604.091.923,30 0,7422 74.460.663,02

20 100.322.356,07 16.067.473,88 84.254.882,20 4.588.024.449,43 0,7300 73.237.595,18

21 100.322.356,07 16.361.508,65 83.960.847,42 4.571.662.940,78 0,7180 72.034.617,08

22 100.322.356,07 16.660.924,26 83.661.431,82 4.555.002.016,52 0,7062 70.851.398,72

23 100.322.356,07 16.965.819,17 83.356.536,90 4.538.036.197,35 0,6946 69.687.615,54

24 100.322.356,07 17.276.293,66 83.046.062,41 4.520.759.903,69 0,6832 68.542.948,30

25 100.322.356,07 17.592.449,84 82.729.906,24 4.503.167.453,85 0,6720 67.417.083,02

26 100.322.356,07 17.914.391,67 82.407.964,41 4.485.253.062,18 0,6610 66.309.710,85

27 100.322.356,07 18.242.225,04 82.080.131,04 4.467.010.837,15 0,6501 65.220.528,03

28 100.322.356,07 18.576.057,75 81.746.298,32 4.448.434.779,39 0,6394 64.149.235,79

29 100.322.356,07 18.915.999,61 81.406.356,46 4.429.518.779,78 0,6289 63.095.540,27

30 100.322.356,07 19.262.162,40 81.060.193,67 4.410.256.617,38 0,6186 62.059.152,42

31 100.322.356,07 19.614.659,98 80.707.696,10 4.390.641.957,40 0,6084 61.039.787,96

32 100.322.356,07 19.973.608,25 80.348.747,82 4.370.668.349,15 0,5984 60.037.167,27

33 100.322.356,07 20.339.125,28 79.983.230,79 4.350.329.223,87 0,5886 59.051.015,31

34 100.322.356,07 20.711.331,28 79.611.024,80 4.329.617.892,59 0,5789 58.081.061,58

35 100.322.356,07 21.090.348,64 79.232.007,43 4.308.527.543,95 0,5694 57.127.040,02

36 100.322.356,07 21.476.302,02 78.846.054,05 4.287.051.241,93 0,5601 56.188.688,91

37 100.322.356,07 21.869.318,35 78.453.037,73 4.265.181.923,58 0,5509 55.265.750,87

38 100.322.356,07 22.269.526,87 78.052.829,20 4.242.912.396,71 0,5418 54.357.972,73

39 100.322.356,07 22.677.059,21 77.645.296,86 4.220.235.337,50 0,5329 53.465.105,47

40 100.322.356,07 23.092.049,40 77.230.306,68 4.197.143.288,10 0,5242 52.586.904,17

41 100.322.356,07 23.514.633,90 76.807.722,17 4.173.628.654,20 0,5156 51.723.127,93

42 100.322.356,07 23.944.951,70 76.377.404,37 4.149.683.702,50 0,5071 50.873.539,82

43 100.322.356,07 24.383.144,32 75.939.211,76 4.125.300.558,18 0,4988 50.037.906,77

44 100.322.356,07 24.829.355,86 75.493.000,21 4.100.471.202,32 0,4906 49.215.999,58

45 100.322.356,07 25.283.733,07 75.038.623,00 4.075.187.469,25 0,4825 48.407.592,78

46 100.322.356,07 25.746.425,39 74.575.930,69 4.049.441.043,86 0,4746 47.612.464,62

47 100.322.356,07 26.217.584,97 74.104.771,10 4.023.223.458,89 0,4668 46.830.396,99

48 100.322.356,07 26.697.366,78 73.624.989,30 3.996.526.092,11 0,4591 46.061.175,36

19

Page 20: Makala h

49 100.322.356,07 27.185.928,59 73.136.427,49 3.969.340.163,53 0,4516 45.304.588,73

50 100.322.356,07 27.683.431,08 72.638.924,99 3.941.656.732,44 0,4442 44.560.429,56

51 100.322.356,07 28.190.037,87 72.132.318,20 3.913.466.694,57 0,4369 43.828.493,71

52 100.322.356,07 28.705.915,56 71.616.440,51 3.884.760.779,01 0,4297 43.108.580,42

53 100.322.356,07 29.231.233,82 71.091.122,26 3.855.529.545,19 0,4226 42.400.492,20

54 100.322.356,07 29.766.165,40 70.556.190,68 3.825.763.379,80 0,4157 41.704.034,82

55 100.322.356,07 30.310.886,22 70.011.469,85 3.795.452.493,57 0,4089 41.019.017,23

56 100.322.356,07 30.865.575,44 69.456.780,63 3.764.586.918,13 0,4022 40.345.251,53

57 100.322.356,07 31.430.415,47 68.891.940,60 3.733.156.502,66 0,3956 39.682.552,90

58 100.322.356,07 32.005.592,08 68.316.764,00 3.701.150.910,59 0,3891 39.030.739,55

59 100.322.356,07 32.591.294,41 67.731.061,66 3.668.559.616,18 0,3827 38.389.632,68

60 100.322.356,07 33.187.715,10 67.134.640,98 3.635.371.901,08 0,3764 37.759.056,44

61 100.322.356,07 33.795.050,28 66.527.305,79 3.601.576.850,79 0,3702 37.138.837,85

62 100.322.356,07 34.413.499,70 65.908.856,37 3.567.163.351,09 0,3641 36.528.806,77

63 100.322.356,07 35.043.266,75 65.279.089,32 3.532.120.084,34 0,3581 35.928.795,88

64 100.322.356,07 35.684.558,53 64.637.797,54 3.496.435.525,81 0,3523 35.338.640,58

65 100.322.356,07 36.337.585,95 63.984.770,12 3.460.097.939,86 0,3465 34.758.178,99

66 100.322.356,07 37.002.563,77 63.319.792,30 3.423.095.376,09 0,3408 34.187.251,89

67 100.322.356,07 37.679.710,69 62.642.645,38 3.385.415.665,39 0,3352 33.625.702,65

68 100.322.356,07 38.369.249,40 61.953.106,68 3.347.046.416,00 0,3297 33.073.377,25

69 100.322.356,07 39.071.406,66 61.250.949,41 3.307.975.009,34 0,3243 32.530.124,18

70 100.322.356,07 39.786.413,40 60.535.942,67 3.268.188.595,93 0,3189 31.995.794,41

71 100.322.356,07 40.514.504,77 59.807.851,31 3.227.674.091,16 0,3137 31.470.241,38

72 100.322.356,07 41.255.920,21 59.066.435,87 3.186.418.170,96 0,3085 30.953.320,92

73 100.322.356,07 42.010.903,55 58.311.452,53 3.144.407.267,41 0,3035 30.444.891,24

74 100.322.356,07 42.779.703,08 57.542.652,99 3.101.627.564,33 0,2985 29.944.812,86

75 100.322.356,07 43.562.571,65 56.759.784,43 3.058.064.992,69 0,2936 29.452.948,62

76 100.322.356,07 44.359.766,71 55.962.589,37 3.013.705.225,98 0,2888 28.969.163,59

77 100.322.356,07 45.171.550,44 55.150.805,64 2.968.533.675,54 0,2840 28.493.325,06

78 100.322.356,07 45.998.189,81 54.324.166,26 2.922.535.485,73 0,2794 28.025.302,51

79 100.322.356,07 46.839.956,68 53.482.399,39 2.875.695.529,05 0,2748 27.564.967,55

80 100.322.356,07 47.697.127,89 52.625.228,18 2.827.998.401,15 0,2703 27.112.193,91

81 100.322.356,07 48.569.985,33 51.752.370,74 2.779.428.415,82 0,2658 26.666.857,39

82 100.322.356,07 49.458.816,06 50.863.540,01 2.729.969.599,76 0,2614 26.228.835,84

83 100.322.356,07 50.363.912,40 49.958.443,68 2.679.605.687,36 0,2572 25.798.009,08

84 100.322.356,07 51.285.572,00 49.036.784,08 2.628.320.115,36 0,2529 25.374.258,96

85 100.322.356,07 52.224.097,96 48.098.258,11 2.576.096.017,40 0,2488 24.957.469,22

86 100.322.356,07 53.179.798,96 47.142.557,12 2.522.916.218,45 0,2447 24.547.525,55

87 100.322.356,07 54.152.989,28 46.169.366,80 2.468.763.229,17 0,2407 24.144.315,48

88 100.322.356,07 55.143.988,98 45.178.367,09 2.413.619.240,19 0,2367 23.747.728,41

89 100.322.356,07 56.153.123,98 44.169.232,10 2.357.466.116,21 0,2328 23.357.655,57

90 100.322.356,07 57.180.726,15 43.141.629,93 2.300.285.390,06 0,2290 22.973.989,93

91 100.322.356,07 58.227.133,44 42.095.222,64 2.242.058.256,63 0,2252 22.596.626,28

92 100.322.356,07 59.292.689,98 41.029.666,10 2.182.765.566,65 0,2215 22.225.461,08

93 100.322.356,07 60.377.746,20 39.944.609,87 2.122.387.820,45 0,2179 21.860.392,52

94 100.322.356,07 61.482.658,96 38.839.697,11 2.060.905.161,49 0,2143 21.501.320,47

20

Page 21: Makala h

95 100.322.356,07 62.607.791,62 37.714.564,46 1.998.297.369,87 0,2108 21.148.146,42

96 100.322.356,07 63.753.514,21 36.568.841,87 1.934.543.855,66 0,2073 20.800.773,51

97 100.322.356,07 64.920.203,52 35.402.152,56 1.869.623.652,15 0,2039 20.459.106,43

98 100.322.356,07 66.108.243,24 34.214.112,83 1.803.515.408,91 0,2006 20.123.051,47

99 100.322.356,07 67.318.024,09 33.004.331,98 1.736.197.384,82 0,1973 19.792.516,44

100 100.322.356,07 68.549.943,93 31.772.412,14 1.667.647.440,89 0,1940 19.467.410,69

101 100.322.356,07 69.804.407,91 30.517.948,17 1.597.843.032,98 0,1909 19.147.645,01

102 100.322.356,07 71.081.828,57 29.240.527,50 1.526.761.204,41 0,1877 18.833.131,71

103 100.322.356,07 72.382.626,03 27.939.730,04 1.454.378.578,38 0,1846 18.523.784,51

104 100.322.356,07 73.707.228,09 26.615.127,98 1.380.671.350,29 0,1816 18.219.518,55

105 100.322.356,07 75.056.070,36 25.266.285,71 1.305.615.279,93 0,1786 17.920.250,37

106 100.322.356,07 76.429.596,45 23.892.759,62 1.229.185.683,48 0,1757 17.625.897,88

107 100.322.356,07 77.828.258,07 22.494.098,01 1.151.357.425,41 0,1728 17.336.380,33

108 100.322.356,07 79.252.515,19 21.069.840,88 1.072.104.910,22 0,1700 17.051.618,30

109 100.322.356,07 80.702.836,22 19.619.519,86 991.402.074,00 0,1672 16.771.533,69

110 100.322.356,07 82.179.698,12 18.142.657,95 909.222.375,88 0,1644 16.496.049,66

111 100.322.356,07 83.683.586,60 16.638.769,48 825.538.789,29 0,1617 16.225.090,64

112 100.322.356,07 85.214.996,23 15.107.359,84 740.323.793,06 0,1591 15.958.582,32

113 100.322.356,07 86.774.430,66 13.547.925,41 653.549.362,40 0,1565 15.696.451,58

114 100.322.356,07 88.362.402,74 11.959.953,33 565.186.959,66 0,1539 15.438.626,52

115 100.322.356,07 89.979.434,71 10.342.921,36 475.207.524,95 0,1514 15.185.036,41

116 100.322.356,07 91.626.058,37 8.696.297,71 383.581.466,58 0,1489 14.935.611,69

117 100.322.356,07 93.302.815,24 7.019.540,84 290.278.651,34 0,1464 14.690.283,95

118 100.322.356,07 95.010.256,75 5.312.099,32 195.268.394,59 0,1440 14.448.985,89

119 100.322.356,07 96.748.944,45 3.573.411,62 98.519.450,14 0,1417 14.211.651,31

120 100.322.356,07 98.519.450,14 1.802.905,94 (0,00) 0,1393 13.978.215,12

JML 12.038.682.728,854.860.000.000,0

07.178.682.728,85 5.270.630.197,80

Setelah masa sewa guna usaha berakhir, perusahaan (lessee) menggunakan hak opsinya untuk pengambilan hak atas bangunan tersebut. Setelah hak opsi dambil, maka perusahaan akan melakukan penyusutan. Besarnya biaya penyusutan atas bangunan pada akhir masa sewa setelah perusahaan menggunakan hak opsinya dapat dilihat pada tabel .

TABEL 9

Biaya Penyusutan Bangunan yang Diperoleh dari Penjualan dan Penyewaan Kembali dan Nilai Tunainya

Dasar penyusutan : Rp 240.000.000,00

Umur : 20 tahun

Metode penyusutan : Garis lurus

Tingkat diskon : 20%

21

Page 22: Makala h

TahunNilai buku

(Rp)

Biaya penyusutan

(Rp)

Tingkat diskon (Rp)

Nilai tunai biaya

penyusutan (Rp)

11 240.000.000,00 12.000.000,00 0,13459 1.615.055,8312 228.000.000,00 12.000.000,00 0,11216 1.345.879,8613 216.000.000,00 12.000.000,00 0,09346 1.121.566,5514 204.000.000,00 12.000.000,00 0,07789 934.638,7915 192.000.000,00 12.000.000,00 0,06491 778.865,6616 180.000.000,00 12.000.000,00 0,05409 649.054,7217 168.000.000,00 12.000.000,00 0,04507 540.878,9318 156.000.000,00 12.000.000,00 0,03756 450.732,4419 144.000.000,00 12.000.000,00 0,03130 375.610,3720 132.000.000,00 12.000.000,00 0,02608 313.008,6421 120.000.000,00 12.000.000,00 0,02174 260.840,5322 108.000.000,00 12.000.000,00 0,01811 217.367,1123 96.000.000,00 12.000.000,00 0,01509 181.139,2624 84.000.000,00 12.000.000,00 0,01258 150.949,3825 72.000.000,00 12.000.000,00 0,01048 125.791,1526 60.000.000,00 12.000.000,00 0,00874 104.825,9627 48.000.000,00 12.000.000,00 0,00728 87.354,9728 36.000.000,00 12.000.000,00 0,00607 72.795,8129 24.000.000,00 12.000.000,00 0,00506 60.663,1730 12.000.000,00 12.000.000,00 0,00421 50.552,64

Jumlah 240.000.000,00 9.437.571,76

Harga perolehan aktiva tetap gedung tanah dan bangunan melalui penjualan dan penyewaan kembali dengan bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20% secara nominal adalah sebesar Rp12.054.561.925,86; sedangkan nilai tunainya hanya sebesar Rp5.824.653.550,67.

Jumlah biaya yang dapat dibebankan jika seluruh biaya sewa dan penyusutan atas perolehan bangunan berdasarkan nilai opsi. Berdasarkan Tabel 10 dengan bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20% jumlah nominal yang dapat dibiayakan adalah sebesar Rp12.294.561.925,86 dengan nilai tunai Rp5.294.091.122,43.

7. Analisis Alternatif yang Sebaiknya Dipilih

Sebelum menentukan alternatif mana yang sebaiknya dipilih, lebih dulu harus dilakukan perhitungan harga perolehan dan penghematan pajak baik secara nominal maupun nilai tunai (present value-PV) untuk ketiga alternatif, baik revaluasi, tanpa revaluasi, maupun penjualan dan penyewaan kembali. Hasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 10.

22

Page 23: Makala h

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa walaupun harga perolehan tanah dan bangunan melalui penjualan dan penyewaan kembali lebih mahal, tetapi semua biaya sewa boleh bangunan dibiayakan, baik biaya sewa atas tanah maupun bangunan; sedangkan pembelian secara langsung hanya beban penyusutan atas bangunan yang boleh disusutkan, sedangkan atas tanah tidak boleh disusut. Hal ini akan mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan yang bersangkutan.

Dengan bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20%, harga perolehan atas tanah dan bangunan adalah Rp12.594.561.925,86 tetapi kalau dinilaitunaikan hanya sebesar Rp5.824.653.550,67. Jika bunga sewa guna usaha 33%, nilai setelah revaluasi sebesar Rp5.400.000.000 dan beban penyusutan yang diperkenankan hanya atas bangunan yaitu sebesar Rp240.000.000. seandainya perusahaan tidak melakukan revaluasi nilai buku tanah dan bangunan sebesar Rp1.800.000.000 maka jumlah biaya yang dapat disusutkan hanya nilai buku atas bangunan yaitu Rp800.000.000. Penghematan pajak yang diperoleh perusahaan dengan bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20%, antara penjualan dan penyewaan kembali dengan revaluasi, nominalnya adalah Rp2.968.368.577,76 dengan nilai tunai Rp1.412.922.466,32. Jika penjualan dan penyewaan kembali dibandingkan dengan tidak melakukan revaluasi nominalnya adalah Rp3.448.368.577,76 dengan nilai tunai Rp1.348.227.336,73.

TABEL 10

Perbandingan Harga Perolehan Tanah dan Gedung dan Penghematan Pajak antara Sewa Guna Usaha, Revaluasi dan tanpa Revaluasi (Bunga Sewa Guna Usaha 22% dan Tingkat Diskon 20%)

Keterangan

Penjualan dan Penyewaan Kembali dengan Bunga 22%

Revaluasi Tanpa Revaluasi

NominalPV (Tingkat Diskon 20%)

NominalPV (Tingkat Diskon 20%)

NominalPV (Tingkat Diskon 20%)

Nilai tanah dan gedung

Biaya sewa 12.054.561.926,40

5.284.653.550,67

Nilai opsi 540.000.000,00

540.000.000,00

Nilai buku 5.400.000.000,00

5.400.000.000,00

1.800.000.000,00

1.800.000.000,00

Jumlah 12.594.561.926,40

5.824.653.550,67

5.400.000.000,00

5.400.000.000,00

1.800.000.000,00

1.800.000.000,00

Jumlah yang boleh dibiayakan

Biaya sewa 12.054.561.926,40

5.284.653.550,67

Biaya penyusutan 240.000.000,00 12.294.561,40

9.437.571,76

5.294.091.122,43

2.400.000.000,00 2.400.000.000,00

584.349.568,01 584.349.568,01

800.000.000,00 800.000.000,00

236.478.025,77 236.478.025,77Jumlah

PPh 30% 3.688.368.577,92

1.588.227.336,73

720.000.000,00

175.304.870,40

240.000.000,00

70.943.407,73

Pengehematan pajak 1.412.922.466,

23

Page 24: Makala h

(dengan revaluasi) 2.968.368.577,76 32

Pengehematan pajak (tanpa revaluasi)

3.448.368.577,76

1.348.227.336,73

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa walaupun harga perolehan tanah dan bangunan melalui penjualan dan penyewaan kembali lebih mahal, tetapi semua biaya sewa boleh dibiayakan, baik biaya sewa atas tanah maupun bangunan; sedangkan pembelian secara langsung hanya biaya penyusutan atas bangunan yang boleh disusutkan, sedangkan atas tanah tidak boleh disusut. Hal ini akan mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan yang bersangkutan.

Dengan bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20%, harga perolehan atas tanah dan bangunan adalah Rp 12.278.682.728,85 tetapi kalau dinilai-tunaikan hanya sebesar Rp 5.280.067.769,56. Jika bunga sewa guna usaha 33%, nilai setelah revaluasi sebesar Rp 5.400.000.000,00 dan biaya penyusutan yang diperkenankan hanya atas bangunan yaitu sebesar Rp 240.000.000,00. Seandainya perusahaan tidak melakukan revaluasi nilai buku tanah dan bangunan sebesar Rp 1.800.000.000,00 maka jumlah biaya yang dapat disusutkan hanya nilai buku atas bangunan yaitu Rp 800.000.000,00.

Penghematan pajak yang diperoleh perusahaan dengan bunga sewa guna usaha 22% dan tingkat diskon 20%, antara penjualan dan penyewaan kembali dngan revaluasi, nominalnya adalah Rp 2.968.368.577,76 dengan nilai tunai Rp 1.412.922.466,32. Jika penjualan dan penyewaan kembali dibandingkan dengan tidak melakukan revaluasi nominalnya adalah Rp 3.448.368.577,76 dengan nilai tunai Rp 1.348.227.336,73.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa walaupun penjualan dan penyewaan kembali harga perolehannya lebih mahal tetapi penghematan pajaknya juga yang paling besar, sehingga alternatif ini sebaiknya dipilih oelh perusahaan. Besarnya total penghematan tunai dapat dilihat dari perhitungan pada Tabel 11 dan Tabel 12.

TABEL 11

Jumlah Penghematan Tunai antara Penjualan dan Penyewaan Kembali dengan Revaluasi.

Keterangan Tingkat Diskon (20%)Nilai tunai biaya sewa 5.284.653.550,67Penerimaan neto hasil penjualan 4.590.000.000,00Selisih 694.653.550,67Penghematan pajak 1.412.922.466,32Penghematan neto 718.268.915,65Pendapatan bunga deposito* 1.513.307.746,81Jumlah penghematan tunai 2.231.576.662,46

TABEL 12

24

Page 25: Makala h

Jumlah Penghematan Tunai antara Penjualan dan Penyewaan Kembali dengan Tidak Revaluasi

Keterangan Tingkat Diskon (20%)

Nilai tunai biaya sewa 5.284.653.

550,67Penerimaan neto hasil penjualan 4.590.000.000,00Selisih 694.653.550,67Penghematan pajak 1.348.227.336,73Penghematan neto 653.573.786,07Pendapatan bunga deposito* 1.513.307.746,81Jumlah penghematan tunai 2.166.881.532,87

*Bunga deposito dari penghematan tunai karena pembelian melalui sewa guna usaha.

Besarnya jumlah penghematan tunai penjualan dan penyewaan kembali pada saat revaluasi jika tingkat diskonnya 20% adalah Rp 870.147.281.989,36; sedangkan jika tingkat diskonnya 30% adalah Rp 2.550.674.627,92. Besarnya jumlah pengehematan tunai penjualan dan penyewaan kembali pada saat tidak revaluasi jika tingkat diskonnya 20% adalah Rp1.423.568.069,55; sedangkan jika tingkat diskonnya 30% adalah Rp 2.430.043.213,93.

D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN LEASINGKontrak sewa guna usaha menawarkan sejumlah keunggulan (dibanding membeli). Beberapa di antara keuntungan yang bisa didapat melalui kontrak sewaguna usaha relatif dalam perbandingannya dengan membeli aset yang diperlukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut.

Kebanyakan kontrak leasing merupakan short-term operating lease sehingga memungkinkan perusahaan lessee untuk dapat menggunakan aset dalam jangka waktu yang relatif pendek. Ditambah lagi kebiasaan adanya opsi untuk membatalkan kontrak yang dimiliki oleh lessee membuat perusahaan terhindar dari risiko ketinggalan teknologi atau keusangan. Financial atau capital lease memberikan keuntungan yang sedikit banyak berbeda dengan operating-lease.

Reduced Cost of BorrowingPembiayaan sewaguna usaha seringkali merupakan a highly cost-effective source of

funds bagi pada umumnya perusahaan kecil. Perusahaan leasing berskala besar bisa memperoleh pinjaman dengan suku bunga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan non-leasing berskala kecil. Di samping itu, untuk aset yang mempunyai pasaran luas (readily saleable assets) seperti misalnya otomotif, lessor tidak perlu melakukan analisis kredit secara detil sebagaimana harus dilakukan oleh bank (pembukuan, laporan keuangan ,agunan) mereka lebih mudah dapat menggunakan dokumen-dokumen yang telah distandarisasi. Proses demikian membuat kontrak pembiayaan sewaguna usaha dapat mengurangi atau menghemat biaya transaksi.

More Efficient of Tax Benefits of Ownership

25

Page 26: Makala h

Pembiayaan sewaguna usaha memberikan suatu mekanisme untuk mengalihkan tax benefits seperti misalnya : kredit pajak investasi, depresiasi sebagai biaya fiskal dari pihak yang tidak bisa memanfaatkannya kepada pihak lain yang bisa memanfaatkannya. Namun untuk dapat melakukan hal itu, kontrak pembiayaan sewaguna usaha harus memenuhi kualifikasi sebagai true lease sebagaimana dimaksud dalam perundang-undangan perpajakan. Jika kriteria “true lease” terpenuhi, pihak lessee dapat memperlakukan seluruh pembiayaan sewa sebagai biaya fiskal dan pihak lessor dapat mengklaim seluruh fasilitas atau manfaat pajak yang berhubungan dengan kepemilikan aset (kredit pajak investasi, akselerasi derpresiasi). Akan tetapi, ketentuan perpajakan senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, melakukan konfirmasi pada ketentuan perundang-undangan mutlak diperlukan sebelum manajemen memutuskan untuk membuat kontrak pembiayaan sewaguna usaha.

New Source of FinancingPembiayaan sewaguna usaha memungkinkan pihak lessee untuk memperoleh sumber

pembiayaan yang baru, baik dari perusahaan leasing, bank, maupun lembaga keuangan lain yang sebelumnya tidak pernah bersedia memberikan pinjaman, membeli, atau menerima sekuritas yang diterbitkan oleh pihak lessee tersebut.

Off – Balance Sheet FinancingPerusahaan bisa mendapatkan dan mengoperasikan aset yang diperlukan untuk

menjalankan aktivitas operasinya tanpa harus mengakui adanya kewajiban atau uang di dalam neraca (meskipun hal yang sama juga berlaku untuk pengakuan aset terkait), sehingga di mata pihak eksternal, kredibilitas atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman perusahaan tidak mengalami penurunan.

Benefits of Ownership ForegoneBagi pihak lessee, potensi kerugian yang terpenting dari pengadaan aset melalui

kontrak pembiayaan sewaguna usaha adalah berupa pengorbanan atau tidak diperolehnya tax benefits of ownerships. Dalam banyak hal, komponen pengorbanan berupa manfaat pajak atas kepemilikan aset yang terbesar adalah tidak dapat diperolehnya nilai residu aset sebagaimana halnya apabila aset diperoleh dengan cara pembelian.

Leasing Vs Borrowing and BuyingAnalisis pembiayaan sewaguna usaha bersifat sangat kompleks, menyangkut beberapa

isu kontroversial pada lebih dari satu bidang atau disiplin ilmu seperti misalnya: bidang manajemen keuangan, bidang akuntansi dan pelaporan keuangan, bidang perpajakan.

Sewaguna Usaha Sebagai Penggnti Utang ( Displacement of Debt)Membuat kontrak pembiayaan sewaguna usaha (financial lease agreement) identik

dengan membuat kontrak pinjaman (loan agreement). Kontrak pembiayaan sewaguna usaha menyangkut adanya arus kas masuk atau penerimaan kas , yang berjumlah sama dengan harga atau nilai aset terkait. Nilai aset yang didapat dalam transaksi dipandang sebgai arus kas masuk karena lessee berhak untuk menggunakan aset atau berhak atas manfaat ekonomik aset, kecuali manfaat pajak atas kepemilikan sama seperti halnya apabila aset dibeli. Di lain

26

Page 27: Makala h

pihak, kontrak pembiayaan sewaguna usaha membawa konsekuensi berupa pembayaran sewa secara periodik, seperti halnya kontrak pinjaman (loan agreement).

Pihak lessee harus dapat melakukan pembayaran sewa secara tepat waktu agar haknya untuk menggunakan aset tidak terganggu. Oleh karena itu,kewajiban membayar sewa secara periodik harus diperlakukan sama seperti layaknya kewajiban untuk membayar pokok pinjaman beserta bunganya.

Dengan demikian, pembiayaan sewaguna usaha dapat dipandang sebagai pengganti pinjaman atau utang (displacement of debt). Prinsip ini sangat fundamental dalam menganalisis pembiayaan sewaguna usaha. Kewajiban untuk membayar sewa secara periodik membawa konsekuensi risiko yang sama dengan kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman beserta bunganya dalam transaksi pinjaman.

Contoh-2 : Pembiayaan Sewaguna Usaha (Capital Lease) sebagai Pengganti UtangSuatu perusahaan WP-badan dalam negeri yang mempunyai total aset Rp 15 miliar dan rasio antara total utang terhadap total ekuitasnya sebesar 0,5:1,0; memerlukan tambahan satu unit mesin produksi yang dapat dibeli tunai dengan harga Rp 1,50 miliar. Dua alternatif cara perolehan mesin tersebut dipertimbangkan oleh manajemen, yaitu:

(i) Mesin dibeli tunai dan perusahaan bisa memperoleh pinjaman dari bank sebesar Rp 0,50 miliar, sedang sisanya sebesar Rp 1,00 miliar akan dibiayai melalui penjualan saham baru. Sebagai akibatnya, total utang perusahaan menjadi Rp 0,50 miliar; sedang total ekuitasnya menjadi Rp 11,00 miliar. Dengan demikian, rasio antara total utang terhadap total ekuitasnya tidak mengalami perubahan.

(ii) Mesin disewa dari perusahaan leasing melaui kontrak pembiayaan sewaguna usaha dengan nilai tunai kewajiban sewa seesar Rp 1,50 miliar, sehingga total utang perusahaan menjadi Rp 6,50 miliar dan total ekuitasnya tetap sebesar Rp 10,00 miliar; dan rasio antara total utang terhadap total ekuitasnya akan menjadi 0,65 : 1,00.

Efek dari kedua alternatif cara pemerolehan dan sumber pembiayaan mesin produksi tersebut terhadap neraca perusahaan tampak pada kolo-3 dan kolom-4 pada tabel-3 berikut ini.

Perhatikan bahwa memanfaatkan pembiayaan sewaguna usaha sebagai pengganti utang berakibat sama seperti halnya penambahan utang, membuat rasio utang terhadap ekuitas mengalami kenaikan (kolom-4, pembiayaan leasing tanpa taget DER). Kolom-5 pada tabel tersebut menunjukkan sekali lagi peran pembiayaan sewaguna usaha sebagai pengganti utang namun dengan target rasio antara utang terhadap ekuitas(DER).

Dengan pembiayaan konvensional, untuk tetap mempertahankan rasio utang terhadap modalnya perusahaan hanya menambah utang sebesar 1/3 ( atau Rp 500 juta) dari harga beli mesin produksi, sedang 2/3 (Rp 1,00 miliar) sisanya harus dipenuhi melaui penerbitan/ penjualan saham baru. Hal yang sama namun dengan mekanisme yang sedikit berbeda atau dimodifiksi harus juga dilakukan, apabila pembiayaan sewaguna usaha sebagai sumber

27

Page 28: Makala h

pendanaan dimaksudkan sebagai pengganti utang (debt displacement); sebagaimana tampak pada tabel berikut.

Deskripsi Posisi Sebelum TransaksiPembiayaan Konvensional

Pembiayaan LeasingTnp Target DER

Dgn Target DER

AsetMacam-macam aset Rp 15,000 Rp 16,500 Rp 15,000 Rp 15,000Mesin-sewaguna usaha Rp - Rp - Rp 1,500 Rp 1,500Total Aset Rp 15,000 Rp 16,500 Rp 16,500 Rp 16,500Kewajiban dan EkuitasUtang bank Rp 5,000 Rp 5,500 Rp 5,000 Rp 4,000utang sewaguna usaha Rp - Rp - Rp 1,500 Rp 1,500Total utang Rp 5,000 Rp 5,500 Rp 6,500 Rp 5,500Total Ekuitas Rp 10,000 Rp 11,000 Rp 10,000 Rp 11,000Total Utang dan Ekuitas Rp 15,000 Rp 16,500 Rp 16,500 Rp 16,500Rasio utang terhadap ekuitas 0,5 : 1 0,5 : 1 0,65 : 1 0,5 : 1

Leasing or Borrowing and Buy Decision Biaya modal dari pembiayaa sewaguna usaha bisa lebih rendah dibanding conventional debt financing terutama apabila perusahaan tidak bisa menggunakan manfaat pajak atas kepemilikan aset. Pada akhirnya, alternatif sumber pembiayaan mana yang lebih rendah biaya modalnya terganting pada relative after-tax cash flows yang dihasilkan oleh masing-masing alternatif cara perolehan dan sumber pembiayaan tersebut. Sebagai konsekuensinya, analisis berdasr discounted flow model harus dilakukan terhadap masing-masing alternatif cara perolehan aset dan sumber pembiayaannya.

Contoh-3 : Lease or Borrowing and Buying DecisionPerusahaan konveksi ABC adalah WP-orang pribadi dalam negeri yang dikenakan pajak penghasilan berdasar tarif marjinal 30 %, pada awal tahun 2010 bernegosiasi dengan perusahaan leasing untuk menyewa sebuah mesin produksi dengan spesifikasi sebagai berikut.

(1) Harga mesin (jika dibeli tunai) = Rp 250 juta(2) Taksiran nilai residu = Rp 37,50 juta(3) Jumlah sewa = Rp 50 juta per tahun(4) Taksiran masa manfaat mesin = 6 tahun(5) Masa Sewa = 6 tahun

Mesin produksi termasuk aktiva tetap kelompok-1 (masa manfaat 4 tahun), dan perusahaan menggunakan metode garis lurus sebagai basis perhitungan beban depresiasinya.

28

Page 29: Makala h

Perhatikan bahwa pada dasarnya spesifikasi kontrak sewaguna usaha tersebut sama dengan kontrak sewaguna usaha pada contoh-1. Oleh karena itu, dapat diidentifikasi manfaat dan biaya leasing sebagai berikut.

Akhir tahun

Benefits of LeasingCost of Leasing

NCF to Lease

Lease Payment benefits of Ownership ForegoneBruto Tx-save + Neto Depr++ N.Res Total

0 250,000

50,000

-

50,000

-

-

-

200,000

1 -

50,000

15,000

35,000

18,750

-

18,750

(53,750)

2 -

50,000

15,000

35,000

18,750

-

18,750

(53,750)

3 -

50,000

15,000

35,000

18,750

-

18,750

(53,750)

4 -

50,000

15,000

35,000

18,750

-

18,750

(53,750)

5 -

50,000

15,000

35,000

- -

-

(35,000)

6 -

-

15,000

(15,000)

-

26,250

26,250

(11,250)

Total Net Cash Flow (NCF)to Lease Rp (61,250)

Secara lebih spesifik, discounted cash flow model dapat diaplikasikan berdasar 4 pendekatan sebagai berikut :

a. Adjusted- Present- Value-ApproachPendekatan ini membandingkan secara langsung arus kas dari pembiayaan sewaguna uasha dengan pinjaman yang digunakan untuk memperoleh/membeli aset terkait, dan mengidentifiksikan keuntungan sewaguna usaha dalam perbandingannya dengan pinjaman yang disebut net advantage of leasing (NAL). Secara garis beasar, net advantages of leasing merupakan hasil penjumlahan dan pengurangan dari tiga komponenarus kas sebagai berikut: (i) nilai tunai arus kas dari pembiayaan sewaguna usaha (net present balue of base case cash flows), plus (ii) nilai tunai penghematan pajak yang didapat dari pembayaran sea peiodik (present value of lease payment tax shield), minus (iii) nilai tunai dari penghematan pajak yang harus dikorbankan sebagai akibat penggunaan pembiayaan sewaguna usaha sebagi pengganti utang( present value of tax shield lost on displaced debt). Variabel-variabel ini diperlukan untuk membuat keputusan lease versus borrow-and- buy dengan menggunaka NAL sebagai kriterianya meliputi : (a) nilai perolehan aset, (b) biaya operasional aset yang menjadi tanggungan pihak lessor-jika ada, (c) pembayaran sewa periodik, (e) penghematan pajak dari biaya depresiasi yang tidak bisa didapat oleh lessee karena aset disewa, (f) nilai residu aset yang tidak bisa direalisasikan oleh pihak lessee karena aset disewa-jika ada.

29

Page 30: Makala h

Faktor diskonto yang digunakan untuk menilaitunaikan pembayaran sewa periodik adalah lessee’s pretax cost of secured debt karena tingkat risiko yang melekat pada kewajiban sewaguna usaha sama dengan tingkat riiko yang melekat pada debt sevice payments dari tipe utang yang dgantikan.Demikian pula, faktor diskonto yang digunakan untuk menilaitunaikan penghematan pajak dari depresisasi aset terkait. Sedang untuk menilaitunaikan biaya opersional dan nilai residu aset, biasanya digunakan faktor diskonto yang lebih tinggi, seperti misalnya biaya modal perusahaan agar mencerminkan tingkat risiko yang memang lebih tinggi.

Penghematan pajak yang bisa didapat melaui pembiayaan sewaguna usaha bersal dari tax deductibility atas pembayaran sea periodik. Oleh karena itu, faktor diskonto yang seharusnya digunakan untuk menilaitunaikan penghemtan pajak yang berasal dari pembayaran sewa periodik adalah pretax cost of secured debt. The asset-realted side effects berhubungan dengan dsplaced debt capacity. Faktor tersebut sangat penting, khusunya dalam menganalisis pembiayaan sewaguna usaha. Tidak dipertimbangkannya displaced debt capacity bisa menyebabkan terjadinya kesalahan yang fatal.

Denga adjusted-present-value-approach, keuntungan neto dari pembiyaan sewaguna usaha dalam perbandingannya dengan pinjaman untuk mendapatkan suatu aset dapat ditentukan berdasarkan formula sebagai berikut:

Nilai tunai bersih (net present value) dari base case cash flows itu sendiri sebagaimana telah dikemukakan, ditentukan oleh banyak variabel . Net present value of base case cash flows ditentukan berdasarkan formula sebagai berikut.

NAL = NPV of base case cash flows + PV of lease payment tax shield – PV of tax shield of lost on displaced debt

Dalam formula NPV-BCCF tesebut, nilai tunai biaya kepemilikan aset yang menjadi tanggungan pihak lessor merupakan biaya-biaya seperti misalnya; biaya perawatan, biaya asuransi yang seharusnya dibayar oleh pihak lessee jika aset adalah miliknya;tetapi disepakati untuk menjadi tanggungan pihak lessor. Nilai tunai dari nilai residu yang tidak dapat direalisasikan tergantung pada apakah kontrak sewaguna usaha memberikan opsi kepada pihak lessee untuk membeli aset pada akhir masa sewa. Dalam hal opsi untuk membeli aset diberikan kepada lessee, maka residual value lost sama dengan harga yang harus dibayar oleh lessee untuk membeli aset tersebut.

b. Net- Present-Value of Base Case Cash FlowsDengan asumsi : (i) pretax cos of secured debt perusahaan untuk jangka waktu 6 tahun sebesar 12% dan (ii) biaya modal sebesar 15%; maka NPV-BCCF untuk kontrak sewaguna usaha perusahaan pada contoh diatas dapat ditentukan sebagai berikut:

Komponen Arus Kas Jumlah F.Disk Nilai Tunai

30

Page 31: Makala h

Nilai perolehan aset (1 kali, pada awal tahun-1;12% Rp 250,000 1 Rp 250,000Tbh : Biaya operasional tanggungan lessor Rp - - Rp -Jumlah nilai tunai manfaat leasing - - Rp 250,000Krg: Kredit pajak investasi Rp - - Rp -Pembayaran sewa tahunan Rp 50,000 4605 Rp 230,250Hemat pajak-depresiasi tahunan Rp 18,750 3037 Rp 56,944Nilai residu tidak dapat direalisasi Rp 26,250 0,432 Rp 11,340Jumlah nilai tunai biaya leasing - - Rp 298,534

NPV-BCC Rp (48,534)

Mengacu pada hasil perhitungan, sepintas dapat disimpulkan pembiayaan sewaguna usaha tidak lebih menguntungkan.

c. Pesent-Value of Lease Payments Tax ShieldNilai tunai penghemtan pajak dari pembayaran sewa tahunan yang seluruhnya dapat diperlakukan sebagai biaya fiskal dapat ditentukan sebagai berikut:PV of lease payments tax shields = (Tarif pajak) (Pembayaran Sewa) x [1-(1+i)-t/i]

= (0,30 x Rp 50.000.0000 x [1-(1,12)-6]/(0,12)= Rp 15.000.000x 4,11= Rp 61.665.000

Oleh karena seluruh pembayaran sewa dapat diperlakukan sebagai biaya fiskal, mak dengan pembiayaan sewaguna usaha perusahaan bisa memperoleh penghemtan pajak; sehingga secara keseluruhan memberikan kontribusi kepada nilai tunai leasing sebesar kurang lebih Rp 61,6655 juta.

d. Present-Value of tax Shield Lost on Displaced DebtPenentuan nilai tunai penghematan pajak dari diplacement of debt atau displaced debt

memerlukan perhitungan jumlah utang yang dapat digantikan secara akurat pada setiap titik waktu. Hal ini menyangkut penentuan jumlah ekuivalen utang, yang memerlukan after-tax debt service secara periodik dalam jumlah yang sama dengan net cash flows dari pembiayaan sewaguna usaha sebagaimana pada tabel berikut.

Jumlah net cash flow to lease pada akhir masa kontrak sewaguna usaha merupakan dana yang tersedia untuk membayar kembali utang beserta bunganya(setelah pajak). Jumlah ekuivalen utang tersebut harus dibayar penuh pada akhir tahun ke-6 ( akhir masa sewa).

Pda akhir tahun ke-6, tersedia dana untuk membayar kembali utang beserrta bunganya sebesar Rp 11.250.000. Setiap rupiah utang pada awal tahun ke-6 memerlukan pembayaran kembali yang terdiri dari dua komponen: utang pokok Rp 1,00 dan bunga (neto sesudah pajak) sebesar Rp 0,084 [(1-0,30) x 0,12 x Rp1,00], kareana suku bunga utang 12% dan tarif pajak 30%. Dengan demikian, jumlah ekuivalen utang pada awal tahun ke-6 adalah Rp 10,38 juta [Rp 11,25 juta)/(1+0,084)].

Pada akhir tahun ke-5, tersedia dana untuk membayar kembali utang beserta bunganya sebesar Rp 35,00 juta. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 871.771,32 (0,084 x Rp

31

Page 32: Makala h

10.378.230) harus digunakan untuk membayar bunga atas utang yang tersisa pada awal tahun ke-6. Sebagai akibatnya, jumlah dana yang tersedia untuk membayar utang beserta bunganya pada akhir tahun ke-5 adlah Rp 34.128.228,68 (Rp 35.000.000 – Rp 871.771,32). Jumlah tersebut ekuivalen dengan jumlah utang sebesar Rp 31.483.605,79 ( Rp 34.128.228,68 / 1,084) pada awal tahun ke-5.

ThnTersedia dana

untuk debt service

Saldo Utang awal tahun

berikut

Tersedia dana utk membayar

utang

jumlah utang dibayar akhir

tahun

saldo utang pada awal

tahunbunga dibayar dalam tahun

1 Rp 53,750.00 Rp 170,389.93 Rp 39,437.25

Rp 36,381.23

Rp 206,771.16

Rp 24,812.52

2 53,750.00 130,952.69 42,749.97

39,437.24

170,389.93

20,446.79

3 53,750.00 88,202.61 46,340.98

42,749.98

130,952.69

15,714.32

4 53,750.00 41,861.64 50,233.61

46,340.98

88,201.61

10,584.31

5 35,000.00 10,378.23 34,128.28

31,438.61

41,861.64

5,023.40

6 11,250.00 - 11,250.00 10,378.23

10,378.23

1,245.39

Perhitungan jumlah ekuivalen utang pada setiap awal tahun berikut dan jumlah utang yang harus dibayar pada setiap akhir tahun melalui kontrak sewaguna usaha demikian itu juga dpat dilakukan berdasar formula perhitungan sebagai berikut.

Jumlah utang yang dibayar pada akhir tahun = Dana tersedia utk membayar utang – (1-Tp) x (suku bunga) x (Utang pada awal tahun berikut) : [1-(1-Tp)x(suku bunga)]

Perhatikan tabel perhitungan jumlah ekuivalen utang tersebut di atas, jumlah ekuivalen utang perusahaan (= utang yang dapat digantikan dengan financial lease) pada awal tahun-1 adalah Rp 20,577 juta. Biaya bunga terkait dengan jumlah utang tersebut adalah Rp 24,81 juta . Akan tetapi, oleh karena biaya bunga merupakan biaya fiskal yang digantikan oleh financial lease dapat ditetukan sebagai berikut.

= (1-0,30) (Rp 24,813)/(1,12)-1 + (1-0,30)(Rp 20,477)/(1,12)-2 + (1-0,30)(Rp 15,714)/(1,12)-3 +(1-0,30)(Rp 10,584)/(1,12)-4 + (1-0,30)(Rp 5,023)/(1,12)-5 + (1-0,30)(Rp 1,245)/(1,12)-6 = Rp 41,894

Hasil penggabungan NPV-BCCF, present-value of lease payments tax shields, dan present value of tax shields lost on displaced debt diperoleh net advantage of leasing:NAL = -Rp 48,534 + Rp 61,665 – Rp 41,894

= - Rp 28,763

32

Page 33: Makala h

Nilai tunai arus kas bersih dari keuntungan leasing dibanding penggunaan utang untuk membeli aset ternyata minus atau negatif. Menurut adjusted present-value approach, sebaiknya perusahaan pinjam uang dari bank menggunakan uang tersebut untuk membeli mesin produksi. Nilai tunai keuntungan leasing yang negatif tersebut, semata-mata disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan dalam memanfaatkan benefits of ownership.

33