makala h

24
MAKALAH “ Peran dan Tugas Bidan Berdasarkan Etik dan Kode Etik Profesi ” Untuk Memenuhi Mata Kuliah Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan Disusun Oleh : 1. Putri Meli Andriyani (13150053) 2. Fajar Eva Ayu Miharjo (13150076) 3. Esti Wahyuni (13150078) 4. Khoinica Tri Novia (13150083) PROGRAM STUDI DIII-KEBIDANAN

Upload: prayudiniputra

Post on 28-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makala h

MAKALAH

“ Peran dan Tugas Bidan Berdasarkan Etik dan Kode Etik Profesi ” Untuk Memenuhi

Mata Kuliah Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan

Disusun Oleh :

1. Putri Meli Andriyani (13150053)

2. Fajar Eva Ayu Miharjo (13150076)

3. Esti Wahyuni (13150078)

4. Khoinica Tri Novia (13150083)

PROGRAM STUDI DIII-KEBIDANAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2014/2015

Page 2: Makala h

DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar………………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….... 1

1.2 Tujuan…………………………………………………………………….. 1

1.3 Rumusan Masalah………………………………………………….…….. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian…………………………………………………………………. 1

2.2 Istilah Dalam Etik…………………………………………………..…….. 3

2.3 Kewajiban Dalam Pekerjaan………………………………………….….. 5

2.4 Beberapa Permasalahan Etik dalam Pembahasan Kehidupan Sehari-hari.. 6

2.5 Masalah Etik yang Berhubungan dengan Teknologi……………………. 6

2.6 Etik dan Profesi………………………………………………………..… 6

2.7 Etik Issue dan Dilema………………………………………………….... 7

2.8 Beberapa Pedoman Etik Kebidanan……………………………………... 7

2.9 Pengertian Hukum………………………………………………..……… 9

2.10 Standar Asuhan……………………………………………………….….. 9

2.11 Bidan Sebagai Tenaga Profesional……………………………………..... 10

2.12 Pengambilan Keputusan yang Etis……………………………………… 11

2.13 Bidan dan Rahasia Jabatan………………………………………………. 12

2.14 Kerahasiaan dan Privacy………………………………………………….13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 15

3.2 Saran…………………………………………………………………..…. 15.

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Makala h

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada

waktunya. Kami juga menghaturkan terima kasih kepada Ibu Flo Kusyanti sebagai desen

pengampu mata kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini yang membahas mengenai Peran dan

Tugas Bidan Berdasarkan Etik dan Kode Etik Profesi

Harapan kami semoga makalah dapat memberikan kontribusi positif bagi mata

kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan di lingkungan Universitas Respati Yogyakarta.

Kami mengucapkan terimakasih dan terbuka terhadap semua pihak yang melakukan koreksi

dan memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Yogyakarta, April 2014

Penyusun

Page 4: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita telah memasuki era globalisasi. Didalam era ini dunia terasa tanpa batas

sehingga mengakibatkan terjadinya banjir informasi. Begitu juga dengan pelayanan

kesehatan yang semakin maju dengan datangnya modal-modal asing, rumah sakit asing

maupun tenaga asing.

Bidan merupakan suatu profesi dinamis yang harus mengikuti perkembangan di era

ini. Oleh karena itu bidan harus berpartisipasi mengembangkan diri mengikuti

permainan global. Partisipasi ini dalam bentuk peran aktif bidan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan, pendidikan, dan organisasi profesi. Peningkatan kulitas ini tidak

luput dan tetap mengacu pada peran, fungsi dan tanggung jawab bidan berdasarkan etik

dank ode etik profesi .

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana peran dan tugas bidan berdasarkan etik dan kode etik

profesi.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kode etik ?

2. Bagaimana peran dan tugas bidan dalam etik dank ode etik berdasarkan profesi.

Page 5: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia

dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya

baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negatif yang

berhubungan dengan hukum. Seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai

etika. Semua profesi kesehatan memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam

kebidanan mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan

bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk

mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan tanggung jawabnya. Untuk

melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang

memadai dan harus selalu memperbaharui  ilmunya dan mengerti tentang etika yang

berhubungan dengan ibu dan bayi.

Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial

masyarakat dunia juga mempengaruhi munculnya masalah atau penyimpangan etik

sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik

terhadap nilai. Arus kesejagatan ini dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi

pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi

juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan

yang bekerja di RS, RB, institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri mempunyai

tanggung jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung  jawabkan sendiri apa

yang dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas

mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap

kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

Page 6: Makala h

2.2 Istilah Dalam Etik

Sebelum melihat masalah etik yang mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan,

maka ada baiknya dipahami beberapa istilah berikut ini:

1. Legislasi (Lieberman, 1970 )

Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorng yang

berhubungan erat dengan tindakan

2. Lisensi

Pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah

ditetapkan tujuannya untuk membatasi pemberian kewenangan dan untuk

meyakinkan klien.

3. Deontologi/tugas

Keputusan yang diambil berdasarkan keterkaitan atau hubungan dengan tugas

dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.

4. Hak

Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda

dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.

5. Instusionist

Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari kasus pIer

kasus. Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnya.

6. Beneficience

Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan klien.

7. Mal-eficience

Keputusan yang diambil merugikan pasien.

8. Malpraktek/lalai

- Gagal melakukan tugas atau kewajiban kepada klien.

Page 7: Makala h

- Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar.

- Melakukan tindakan yang mencederai klien.

- Klien cedera karena kegagalan melakukan tugas.

9. Malpraktek terjadi karena :

- Ceroboh

- Lupa

- Gagal mengkomunikasikan

Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang

berhubungan dengan hukum. Seiring masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi

belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai etik. Banyak hal

yang bisa membawa seorang bidan berhadapan dengan masalah etik.

Contoh kasus: Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan

pospartum setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak

untuk diberikan suntikan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang

menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan suntikan karena kemauan

pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi

pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang

lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bidan

bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan harus

memaksa pasiennya untuk disuntik mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus

ia lakukan (deontology).

Contoh lain: Seorang bidan praktek mandiri memberikan vitamin secara rutin

hanya karena ingin mencapai bonus yang dijanjikan oleh perusahaan obat (Mal-

eficience). Dalam kasus ini bidan telah memaanfaatkan pasiennya sebagai obyek untuk

memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.

Page 8: Makala h

2.3 Kewajiban dalam Pekerjaan

Sangat jelas bahwa kewajiban harus mendapat pengakuan hukum. Bidan dalam

melaksanakan peran dan fungsinya wajib memberikan asuhan kepada semua pasiennya

(ibu dan bayi), termasuk orang lain yang secara langsung juga memberikan asuhan

kepada pasien tersebut misalnya orang tua/keluarga pasien.

Kewajiban bidan yang antara lain:

a. Memberikan informasi kepada klien dan keluarganya.

b. Memberikan penjelasan tentang resiko tertentu yang mungkin terjadi dalam

memberikan asuhan atau prosedur kebidanan.

Kewajiban ini telah diatur dalam PP 32 tentang tenaga kesehatan yang merupakan

pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam

menjalankan profesinya secara baik, juga dalam kode etik maupun standar profesi yang

disusun oleh profesi.

2.4 Beberapa Permasalahan Etik dalam Pembahasan Kehidupan Sehari-hari

1. Persetujuan dalam proses melahirkan

2. Memilih/mengambil keputusan dalam persalinan

3. Kegagalan dalam proses persalinan misalnya memberikan epidural anestasi

4. Pelaksanaan USG dalam kehamilan

5.  Konsep normal pelayanan kebidanan

6. Bidan dan pendidikan seks

2.5 Masalah Etik yang Berhubungan dengan Teknologi

1. Perawatan intensive pada bayi

2. Skrening terhadap bayi

3. Transplantasi bayi

4. Teknik reproduksi dan kebidanan

Page 9: Makala h

2.6 Etik dan Profesi

1. Pengambilan keputusan dan penggunaan Kode Etik

2. Otonomi bidan dan Kode Etik Profesional

3. Etik dalam penelitian kebidanan

4. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif

2.7 Etik Issue dan Dilema

1. Agama/kepercayaan

2. Hubungan dengan pasien

3. Hubungan dokter dengan bidan

4. Kebenaran

5. Pengambilan keputusan

6. Pengambilan data

7. Kematian yang tenang

8. Kerahasiaan

9. Aborsi

10. AIDS

11. In-vitro fertilization

2.8 Beberapa Pedoman Etik Kebidanan

1. Kode Etik Profesi

Sejak zaman sebelum Masehi dunia kedokteran sudah mengenail kode etik yang

digunakan untuk melaksanakan praktek kedokteran pada zaman itu. Kode etik

merupakan suatu kesepakatan yang diterima dan dianut bersama (kelompok

tradisional) sebagai tuntunan dalam melakukan praktek. Kode etik ini disususn oleh

profesi berdasarkan keyakinan dan kesadaran profesional serta tanggung jawab yang

berakar pada kekuatan moral dan kemampuan manusia.

Page 10: Makala h

Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang

memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktek dalam bidang

profesinya baik yang berhubungan dengan klien/pasian, keluarga, masyarakat teman

sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik tidak dapat

lagi dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam menyelesaikan masalah etik.

Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum.

Benar/salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang

kepada profesi.

2. Dimensi Kode Etik

a. Anggota profesi dan klien/pasien

b. Anggota profesi dan sistem kesehatan

c. Anggota profesi dan profesi kesehatan

d. Sesama anggota profesi

Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang

memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang

berhubungan dengan klien/pasien, keluarga masyarakat , teman sejawat, profesi dan

dirinya sendiri.

3. Prinsip Kode Etik

a. Menghargai otonomi

b. Melakukan tindakan yang benar

c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan

d. Memperlakukan manusia secara adil

e. Menjelaskan dengan benar

f. Menepati janji yang telah disepakati

g. Menjaga kerahasiaan

Page 11: Makala h

2.9 Pengertian Hukum

Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidah/norma yang mengatur tata tertib di

dalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang

bersangkutan. Hukum adalah aturan didalam masyarakat tertentu. Hukum dilihat dari

isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak,

dilarang atau diperbolehkan. Hubungan hukum perundang-undangan dan hukum yang

berlaku dengan tenaga kesehatan:

Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan

tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbal balik ini

mempunyai dasar hukum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai

penerima jasa kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama

mempunyai hak dan kewajiban.

2.10 Standar Asuhan

Standar asuhan juga sangat penting untuk menentukan apakah seseorang telah

melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugasnya.

Misalnya : Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan dengan ekstrasi

vacum pada bayi dengan presentasi kepada yang masih tinggi di sebuah RB yang masih

termasuk wilayah DKI. Dalam kasus ini Bidan tersebut bisa dikatakan melanggar

tugasnya karena hal ini sudah diatur dalam Permenkes No. 572, dimana dalam salah

satu butir peraturannya mengatakan bahwa bidan hanya diperbolehkan melakukan

ekstraksi vacum pada posisi kepala sudah didasar panggul dan tidak memungkinkan

melakukan rujukan.

Banyak sekali dimensi etika yang berhubungan dengan keputusan dalam pelayanan

kebidanan. Misal : Prinsip pengkajian berdasarkan aturan dan moral artinya setiap

keputusan yang diambil harus berdasarkan peraturan tidak menjadi terlalu spesifik.

Page 12: Makala h

2.11 Bidan Sebagai Tenaga Profesional

1. Peran bidan Professional

a. Pelaksana

b. Pengelola

c. Pendidik

d. Peneliti

2. Pelayan Professional

a. Berlandaskan sikap dan kemampuan professional

b. Ditujukan untuk kepentingan yang menerima

c. Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi

d. Memberikan perlindungan bagi anggota profesi

3. Perilaku Profesional

a. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan

pengalaman serta keterampilan yang tinggi

b. Bermoral tinggi

c. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri

d. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu pengetahuan

profesinya

e. Tidak memberikan janji yang berlebihan

f. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan

komersial

g. Memegang teguh etika profesi

h. Mengenal batas-batas kemampuan

i. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya

2.12 Pengambilan Keputusan yang Etis

Page 13: Makala h

Ciri keputusan yang etis adalah :

1. Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.

2. Sering menyangkut pilihan yang sukar.

3. Tidak mungkin dielakan.

4. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman tabiat dan lingkungan sosial

5. Situasi: Mengapa kita perlu mengerti situasi?

a. Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi

b. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna

c. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan

6. Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi:

a. Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita

b. Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka

dan faktor-faktor subyektif lain

c. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi?

- Melakukan penyelidikan yang memadai

- Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli

- Kepekaan terhadap pekerjaan

- Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

7. Moral:Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik, atau

buruk walaupun situasi berbahaya.

2.13 Bidan dan Rahasia Jabatan

Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tiap tenaga kesehatan

termasuk bidan. Kedudukan bidan di dalam sistem pelayanan kesehatan tidak saja

sebagai pemberi asuhan kebidanan, akan tetapi sering pula bidan menjadi semacam

“biceht vader” (tumpuhan permasalahan) dari klien maupun keluarganya. Permasalahan

Page 14: Makala h

ini dapat pula yang telah diamati sendiri oleh bidan pada waktu menolong persalinan di

rumah dan/atau pada waktu melakukan kunjungan rumah. Data/informasi yang didapat

bidan melalui anamnese klien di klinik menjadi faktor rahasia pula dalam tugas bidan.

Seorang wanita dalam keadaan hamil, melahirkan atau nifas, seringkali mendapat

gangguan pada emosinya atau pada keadaan kesehatan mentalnya. Dalam keadaan

seperti ini seringkali ia ingin mencurahkan segala isi hatinya atau permasalahan dirinya

secara pribadi maupun dalam keluarga pada seseorang yang mau mendengarkannya.

Biasanya orang tersebut adalah bidan, yang pada waktu-waktu tersebut adalah dekat

dengan klien. Bidan harus tetap menghormati kepercayaan yang diberikan klien

kepadanya dan memegang teguh kerahasiaan informasi yang didapat.

Ada kalanya informasi perlu dibuka kerahasiaan, yaitu sebagai contoh pada

persidangan (hukum) bila bidan bertindak sebagai saksi dan informasi tertentu

dibutuhkan hakim sebagai bukti. Memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Per Menkes

No. 572/1996, ps.30, ad 2 b untuk bidan dan dalam UU Kes No.23/1992 bagi semua

tenaga kesehatan.

2.14 Kerahasiaan dan Privacy

Ada dua hal yang hampir sama yang harus dibedakan yaitu kerahasiaan dan

privacy. Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari

kerahasiaan dan privacy sering dilanggar, walaupun contoh kasus ini sangat jarang

terjadi.

Seorang bidan (Betsy) melakukan pemeriksaan antenatal pada kunjungan pertama.

Klien menceritakan bahwa ia pernah menggugurkan kandungannya pada waktu yang

lalu, tetapi tidak diketahui suaminya. Dan ia meminta kepada Betsy agar tidak

memberitahukan hal ini kepada suaminya. Kemudian terjadilah peristiwa sebagai

berikut:

Page 15: Makala h

1. Bidan A memberitahukan hal tersebut kepada suami wanita tersebut tanpa disengaja.

Bidan dianggap melanggar kerahasiaan.

2. Bila B yang membaca catatan perihal Betsy dari catatan yang ada di file Betsy pada

pergantian dinas, juga termasuk melanggar kerahasiaan.

3. Bidan B kemudian meninggalkan file Betsy di meja sehingga suami Betsy membuka

dan membaca catatan B, Bidan B juga dianggap melanggar privacy Betsy.

Bila kejadian diatas terjadi, Bidan A dan B sebenarnya tidak dapat dipersalahkan

walaupun mereka telah melanggar kerahasiaan dan privacy Betsy.

Page 16: Makala h

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi

kesehatan memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan mempunyai

kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab

menolong persalinan. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat

dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan

apakah penyelesaiannya baik atau salah.

3.2 Saran

Bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang berhubungan

dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus

mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui  ilmunya dan

mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.

Page 17: Makala h

DAFTAR PUSTAKA

Brownlee, M (1996) Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya. PT BPK

Gunung, Mulia, Jakarta.

Frith, L (1996) Ethtes Midwifery. Issue in Contemporary Practice, Butterworth Heinemann.

Oxfoed.

Jones, S (1994) Ethtes in Midwifery, Mosby, London.