makala h

24
MAKALAH ASBABUL NUZUL SURAT AL IKHLAS Makalah ini disusun untuk memnuhi mata kuliah yang diampu oleh Siti RobiahAdawiyah,Alh,S.Sos.I Disusun oleh: 1. Woko 2. M nurzaki 3. Rifal PROGRAM STUDI TEKNIK MANUFAKTURS FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM) 1

Upload: kakha-nadiralova

Post on 13-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ijazul quran

TRANSCRIPT

MAKALAH

ASBABUL NUZUL SURAT AL IKHLAS

Makalah ini disusun untuk memnuhi mata kuliah yang diampu oleh

Siti RobiahAdawiyah,Alh,S.Sos.I

Disusun oleh:

1. Woko

2. M nurzaki

3. Rifal

PROGRAM STUDI TEKNIK MANUFAKTURSFAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM)

UNIVERSITAS SAINS DAN AL QURAN(UNSIQ)

JAWA TENGAH DIWONOSOBO

TAHUN 2014

DAFTAR ISIHALAMAN JUDULDAFTAR ISIBAB 1

Pendahuluan

Rumusan masalah Tujuan pembahaBABII

Pembahasan masalah Sejarah turunnya q.s. Al-ikhlas Isi dan makna yang terkandung dalam q.s. Al-ikhlas Penjelasan dari setiap ayat-ayatnya Nilai-nilai yang terkandung dalam q.s al ikhlasBAB III

Penutup Daftar pustaka..BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita mesti ingat kembali kritisme Ibnu Rusyd atas teori ketuhanan Al-Ghazali. Dalam kritiknya, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa Al-Ghazali terlalu memperlakukan Allah SWT seperti purnamanusia, tentu saja AL-Ghazali akan menolak konsep seperti itu sebagai konsepnya. Hanya, bantahan Ibnu Rusyd tidak tertuju pada konsep itu sebagai konsep Al-Ghazali, tetapi buntut tak terelakkan dari penjelasan AL-Ghazali mengenai sifat bertindak dan mengetahui Allah SWT.

Al-Ghazali mestinya akan sama kritis dengan Ibn Rusyd terhadap ide berhubungan dengan Allah SWT layaknya dengan sesosok pribadi. Orang perlu senantiasa ingat akan kebergantungan penuhnya kepada Allah SWT, yang sangat tidak gampang, mengingat kebanaran keseharian dunia yang sering mencampuri keseharian kita dengan hubungan kita dengan tataran ketuhanan. Tarekat tarekat sufi cenderung menyokong keragaman metode menghampiri Allah SWT yang berujung pada fana, perhatian pada dunia dan segala perhiasannya akan dengan cepat merayapi ingatan kita mengenai hubungan mendasar dengan Allah SWT dan sifat-Nya.

Dalam penjelasan diatas kita mengetahui bahwa ketauhidan sudah di jelaskan dalam Q.S. Al-Ikhlas, bahwa Surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian keesaan Allah SWT. Penegasan tentang kemurnian keesaan Allah S.W.T. dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Surat Al Ikhlash termasuk diantara surat-surat pendek dalam Al Quran. Surat ini sering kali dibaca dan diulang-ulang, hampir-hampir sudah menjadi bacaan harian bagi setiap muslim baik ketika sholat ataupun dzikir. Bukan karena surat ini pendek dan mudah di hafal. Namun memang demikianlah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam keseharian beliau tidak lepas dari membaca surat yang mulia ini. Lebih dari itu surat yang mulia ini mengandung makna-makna yang penting dan mendalam. Oleh karena itu meski surat ini pendek tapi memiliki kedudukan yang tinggi dibanding surat-surat lainnya. Bahkan kedudukannya sama dengan sepertiga Al Quran.. Kedudukan Surat Al Ikhlas Diriwiyatkan dalam shahih Al Bukhari dari shahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu, beliau berkata: Ada seorang shahabat Rasul shalallahu alaihi wasallam mendengar tetangganya membaca berulang-ulang Menghadirkan kebenaran agama tentang ketuhanan berlangsung pengalaman sehari hari kita supaya Allah SWT tampak lebih nyata ketimbang selain-Nya, dan mencicipkan pengalaman langsung dengan kebenaran batin yang kita tangkap itu bersifat sederhana, dan jalan untuk mencapainya tidaklah gampang. Pasalnya, hidup kita telah menjadi semakin kusut oleh kejerata alam fana. Pendek kata, tauhid menuntun kita kembali ketitik asal kita supaya ingatan kita tentang hakikat ketauhidan diri kita muncul kembali, dan hubungan dengan Allah terpulihkan.B. RUMUSAN MASALAHInti makalah ini membahas tentang:

1. Sejarah turunya Q.S. Al-Ikhlas dan perkara yang menyertainya.

2. Isi dan makna yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas.

3. Penjelasan dari setiap ayat-ayatnya.

4. Nilai-nilai yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas yang dapat kita ambil.C. TUJUAN PEMBAHASAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:1. Untuk menjelaskan sejarah turunya Q.S. Al-Ikhlas dan perkara yang menyertainya.2. Untuk mengetahui isi dan makna yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas.3. Untuk memahami penjelasan dari setiap ayat-ayatnya.4. Sebagai sumber belajar kita tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Q.S. Al-Ikhlas yang dapat kita ambil.menjelaskan pengertian sistem politik Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 SEJARAH TURUNNYA Q.S. AL-IKHLASa. Katakanlah: `Dialah Allah, Yang Maha Esa`.(QS. 112:1)Dahhak meriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus kepada Nabi Muhammad SAW Amir bin Tufail, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: Engkau telah memecah belahkan keutuhan kami, memaki-maki tuhan kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta. Jika engkau gila kami obati. Jika engkau ingin wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya. Nabi menjawabArtinya:

Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa, kemudian mereka mengutus utusannya yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yang engkau sembeh itu. Apakah Dia dari emas atau perak?, lalu Allah menurunkan surah ini.

(HR. Dahhak)

uti dasar yang paling penting dari risalah Nabi SAW. iaitu mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya serta meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasannya berupa pahala atau dosa.

Telah diriwayatkan dalam hadis, Bahwa surah ini sebanding dengan sepertiga Alquran, karena barang siapa menyelami artinya dengan bertafakur yang mendalam, niscaya jelaslah kepadanya bahwa semua penjelasan dan keterangan yang terdapat dalam Islam tentang tauhid dan kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi surah ini.

Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi-Nya menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan sesuatu apapun. Tegasnya keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada zat-Nya, Maha Esa pada sifat-Nya dan Maha Esa pada afal-Nya.

Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhlukpun yang menyamai-Nya dan Maha Esa pada afal-Nya berarti hanya Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya.

Artinya:

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah! maka terjadilah ia.

(Q.S. Yasin: 82).

b.

Artinya :Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(QS. 112:2)Pada ayat ini Allah menambahkan penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon.

c.

Artinya : Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,(QS. 112:3)

Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ini juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah. Dalam ayat lain yang sama artinya Allah berfirman:

Artinya:

Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: Allah beranak. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.

(Q.S. As Saffat: 149-152).

Dan Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan.

Dengan demikian Dia tidak sama dengan makhluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak ada. Maha suci Allah dari apa yang tersebut.

Ibnu Abbas berkata: Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tidak pula diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah.d.

Artinya: dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia `.(QS. 112:4)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.

Untuk meresapkan arti ketauhidan kepada Allah yang terkandung dalam surah Al Ikhlas, maka kami mencantumkan pada akhir tafsir surah ini sebuah munajat kepada Allah yang diamalkan oleh mereka yang tekun melaksanakan ibadahnya:Sebagian riwayat menerangkan: Sebab turunnya surah Al-Ikhlas yaitu: Ketika Rasulullah s.a.w sedang dalam perjalanan pindah dari Mekah ke Madinah, Rasulullah melihat jauh dibelakang seseorang yang sedang mengejar beliau dengan kendaraan kuda. Disaat itu datang Jibril kepada Rasulullah lalu berkata: hai Muhammad! Suragah mengejarmu dari belakang dan hendak membunuh engkau, tetapi Tuhan telah memerintahkan kepada bumi agar taat kepadamu. Tidak lama kemudian sampailah Suragah kepada Rasulullah. Dia segera menerjang Rasulullah dengan pedang terhunus. Tetapi dengan taqdir Tuhan, Suragah beserta kudanya terperosok kedalam bumi, hingga tak berdaya apa-apa lagi. Rasulullah menoleh kebelakang dan Suragah berkata: Tolonglah aku hai Muhammad! Aku tidak akan berbuat sesuatu kepada engkau! Kemudian Rasulullah menarik Suragah dan kudanya dari dalam bumi. Suragahpun selamat, dan ia berkata: Terangkanlah kepadaku hai Muhammad, tentang Tuhanmu yang mempunyai kekuatan yang besar ini. Adakah Ia terdiri dari emas atau perak? Rasulullah menundukan kepalanya, terhening sebentar, kemudian turunlah Jibril dan berkata: Hai Muhammad ! Qul hu Allahu ahad! sampai pada akhir ayat.1.2 ISI DAN MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM Q.S. AL-IKHLAS

a. Menurut tafsir Surah Al Ikhlas

Surah Ikhlas adalah surah Makkiyyah. Membincangkan tentang sifat-sifat Allah yang mulia, tinggi dan Esa. Menghimpunkan sifat-sifat kesempurnaan Tuhan Azza wa Jalla; Maha Kaya berbanding tiap-tiap apa yang selain daripadanya, membersihkannya dari kekurangan, dan dari penyerupaan, serta menolak ke atas orang-orang Nasara yang mengatakan tentang penigaan tuhan, dan juga penolakkan ke atas orang-orang musyrikin yang menjadikan bagi Allah keturunnan dan anak pinak.

Menghimpunkan sifat-sifat kesempurnaan Tuhan Azza wa Jalla; Maha Kaya berbanding tiap-tiap apa yang selain daripadanya, membersihkannya dari kekurangan, dan dari penyerupaan, serta menolak ke atas orang-orang Nasara yang mengatakan tentang penigaan tuhan, dan juga penolakkan ke atas orang-orang musyrikin yang menjadikan bagi Allah keturunnan dan anak pinak.

Surat Al Ikhlash termasuk diantara surat-surat pendek dalam Al Quran. Surat ini sering kali dibaca dan diulang-ulang, hampir-hampir sudah menjadi bacaan harian bagi setiap muslim baik ketika sholat ataupun dzikir. Bukan karena surat ini pendek dan mudah di hafal. Namun memang demikianlah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam keseharian beliau tidak lepas dari membaca surat yang mulia ini. Lebih dari itu surat yang mulia ini mengandung makna-makna yang penting dan mendalam. Oleh karena itu meski surat ini pendek tapi memiliki kedudukan yang tinggi dibanding surat-surat lainnya. Bahkan kedudukannya sama dengan sepertiga Al Quran.

tentang kandungan-kandungan penting dan mendalam dalam surat Al Ikhlash, agar menambah kekhusuan kita dalam membaca surat ini dan bisa mengamalkan kandungan-kandungan penting tersebut dalam kehidupan kita.b. Kedudukan Surat Al Ikhlas

Diriwiyatkan dalam shahih Al Bukhari dari shahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu, beliau berkata: Ada seorang shahabat Rasul shalallahu alaihi wasallam mendengar tetangganya membaca surat al ikhlas secara berulanng-ulang.Kemudian di pagi harinya dia menemui Nabi shalallahu alaihi wasallam dan menceritakan tentang perbuatan tetangganya tersebut. Seakan akan sahabat ini menganggap ringan kedudukan surat ini. Maka Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya. Sesungguhnya surat Al Ikhlas benar-benar menyamai sepertiga Al-Quran. (HR Al-Bukhari Bab Fadhail Quran no. 5014)

Para ulama telah menjelaskan sebab kenapa surat Al Ikhlash ini menyamai sepertiga Al Quran. Karena di dalam Al Quran mengandung tiga pokok yang paling mendasar yaitu; Tauhid, kisah-kisah rasul dan umatnya, hukum-hukum syariat.Sesungguhnya Allah subhanahu wataala telah menegakkan di dalam al-Quran hujjah-hujjah yang jelas di atas ke`EsaanNya. Dan yang demikian itu, banyak jumlahnya. Dan yang paling terangnya adalah empat hujjah..1.3 PENJELASAN DARI SETIAP AYAT-AYATNYA

Allah subhanahu wataala berfirman:

(4) (3). (2) (1)

Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tiada seorangpun yang setara dengan-Nya.(QS. Al-Ikhlas: 1-4):1.

Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (tunggal). Dalam ayat pertama Allah subhanahu wataala menegaskan bahwa dirinya memiliki nama Al Ahad yang bermakna esa atau tunggal. Dia-lah esa dalam segala nama-nama-Nya yang mulia dan esa pula dalam seluruh sifat-sifat-Nya yang sempurna. Dia-lah esa, tiada siapa pun yang semisal dan serupa dengan keagungan dan kemulian Allah subhanahu wataala. Kalau kita memperhatikan penciptaan alam semesta ini dari bumi, langit, matahari, bulan, lautan, gunung-gunung, bukit-bukit, iklim/suhu dan seluruh makhluk yang di alam ini, semuanya tertata rapi dan serasi menunjukkan bahwa pencipta, pengatur, dan penguasa alam semesta ini adalah esa yaitu Allah subhanahu wataala. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya): Dia-lah Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat ada sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak akan menemukan sesuatu yang cacat, (Al Mulk: 2-3)Dan juga firman-Nya (artinya):

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al Baqarah: 164). Kalau sekiranya yang menguasai dan mengatur bumi dan langit serta seluruh alam ini lebih dari satu niscaya bumi dan langit serta alam ini akan hancur berantakan. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):

Sekiranya ada di langit dan di bumi pengatur dan pencipta selain Allah tentulah keduanya telah rusak dan binasa. (Al-Anbiya: 22)

Demikian pula Allah subhanahu wataala adalah esa dalam peribadahan. Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah subhanahu wataala dan sesembahan-sesembahan selain Allah subhanahu wataala itu adalah batil.

Sehingga termasuk kandungan dari ayat pertama, yaitu bahwa Allah subhanahu wataala adalah esa (tunggal) dalam penciptaan, pengaturan dan pengusaan alam semesta ini, maka seharusnya Dia-lah Allah subhanahu wataala pula adalah esa (tunggal) dalam peribadahan.

Hai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa, (karena) Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untuk kalian; Karena itu janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahuinya. (Al Baqarah: 21-22)

Bahkan sesungguhnya kitab suci Al-Quran dan semua risalah yang dibawa oleh para Nabi tidaklah datang melainkan dalam rangka menjelaskan tentang keesaan Allah subhanahu wataala yaitu bahwa tidak ada yang berhak didibadahi kecuali Allah subhanahu wataala semata. Sebagaimana firman-Nya:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Aku, maka sembahlah kamu sekalian kepada-Ku. (Al-Anbiya': 25)2. Allah adalah (Rabb) yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Dalam ayat ini Allah subhanahu wataala mengkhabarkan kepada kita salah satu nama-Nya pula adalah Ash Shomad. Yang mengandung makna bahwa Dia-lah Rabb satu-satunya tempat bergantung dari seluruh makhluk. Dia-lah yang memenuhi seluruh kebutuhan makhluk-Nya. Karena Dia-lah Yang Maha Kaya dengan kekayaan yang tiada batas dan Dia pula Yang Maha Kuasa dengan kekuasaan yang tiada tara. Tidak ada yang bisa mendatangkan manfaat dan menolak mudharat kecuali hanya Allah subhanahu wataala semata. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya):

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya (Yunus: 107)

Rasulllah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. (HR. Al Bukhari)

Allah subhanahu wataala dan Rasul-Nya menegaskan bahwa makhluk itu lemah dan tidak punya daya dan kekuatan. Oleh karena itulah Allah subhanahu wataala sebagai tempat satu-satunya untuk bergantung dari seluruh makhluknya.Lalu pantaskah seorang hamba bergantung kepada selain Allah subhanahu wataala? Atau berdoa, meminta pertolongan, meminta barokah, mempersembahkan sesembelihan kepada selain Allah subhanahu wataala. Pantaskan seorang hamba menyembelih sesembelihan diperuntukan sang penunggu pohon, gunung, laut, kuburan atau selainnya. Tentu hal itu sangat tidak pantas, karena Allah subhanahu wataala adalah Al Ahad yang maha esa dalam penciptaan dan pengaturan, Dia-lah pula yang maha esa dalam peribadahan. Dan Dia subhanahu wataala juga adalah Ash Shomad, tempat satu-satuya bergantung dari seluruh makhluk-Nya, sehingga Dia-lah pula yang berhak untuk diibadahi semata.

3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.

Ayat ini menunjukkan akan kesempurnaan Allah subhanahu wataala, Dia tidak memiliki anak dan tidak pula diperanakkan serta Dia pun tidak meliki istri. Sehingga Dia-lah esa dalam segala sifat-sifat-Nya yang tiada setara dengan-Nya. Allah subhanahu wataala menegaskan dalam firman-Nya:

Dia pencipta langit dan bumi, Maka bagaimana mungkin Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al-Anam: 101)Sehingga tidak benar perkataan Yahudi bahwa Uzair adalah anak Allah subhanahu wataala, tidak bernar pula perkataan Nasrani bahwa Isa adalah Allah subhanahu wataala ataupun keyakinan trinitas, tidak benar pula perkataan orang-orang musyrikin Quraisy bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Subhanallah (Maha Suci Allah) dari apa yang mereka katakan.

4.

Dan tiada seorangpun yang setara dengan-Nya.

Pada ayat ini menyatakan bahwa allah SWT maha agung atas semua yang berada dialam semesta ini dan tidak ada yang menandingi semua kekuasaan allah yanng maha kuasa,oleh karena itu manusia wajib bersyukur atas segala kenikmatan yanng diberikan oleh allah sehingga manusia tidak tergolong manusia yanng kufur terhadap nikmat-nikmat allah,karena sesempurnanya manusia tidak akan menandingi alla azawajjala.D. NILAI-NILAI MAKNA YANG TERKANDUNG

Allah subhanahu wataala menutup surat Al Ikhlash ini dengan penegasan bahwa tidak ada yang siapa pun yang setara dan serupa dengan sifat-sifat Allah yang maha mulia dan sempurna. Sebagaimana juga ditegaskan dalam ayat-ayat lainnya, diantaranya;

Dan Katakanlah: Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (Al Isra': 111)

Keutamaan surat Al Ikhlas

Di antara keutamaan surat Al-Ikhlash adalah sebagai berikut:1. Mendapatkan kecintaan Allah subhanahu wataala

Dari Aisyah radhiallahu anha, bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah mengutus seorang shahabat dalam sebuah pertempuran. Lalu dia mengimami sholat dan selalu membaca surat Al Ikhlas. Tatkala mereka kembali dari pertempuran mereka adukan hal tersebut kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam. Beliau bersabda: Tanyakan kepadanya apa yang melatarbelakangi dia berbuat seperti itu, merekapun menanyakannya. Lalu Dia pun menjawab: Karena sesungguhnya surat Al Ikhlas itu mengandung sifat yang dimiliki oleh Ar Rahman (Allah) dan aku suka untuk membacanya. Maka Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: Kabarkan kepadanya bahwa Allah subhanahu wataala mencintainya (HR. Al-Bukhari no. 7375)

2. Mendapatkan Jannah

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, beliau berkata: Aku pernah bersama Nabi shalallahu alaihi wasallam dan disaat itu beliau mendengar seseorang membaca:

Lalu beliau bersabda: Dia telah mendapatkan, Abu Hurairah bertanya: Mendapatkan apa wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Al Jannah (surga).(HR. At Tirmidzi)

Dalam hadits yang lain beliau bersabda: Kecintaanmu terhadap surat Al Ikhlas memasukkanmu ke dalam al jannah. (HR. Al-Bukhari)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dalam bab pembahasan yang dikupas di atas dapat kita ambil beberapa poin kesimpulan sebagai sebuah bahan kajian. Kandungan Surat: Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah para nabi sampai kepada Nabi Saw. yaitu mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya.

Keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada zat-Nya, Maha Esa pada sifat-Nya dan Maha Esa pada afal-Nya (Perbuatan-Nya).

B. SARAN1. Kita sebagai umat Islam hendaknya mengerti atau paling tidak mengetahui tentang ketauhidan.2. Dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita memakai dasar-dasar yang telah menjadi pedoman dalam adab beragama ketauhidan islam pada masa Nabi Muhammad SAW agar kita dapat mengimani Allah secara utuh.3. Hendaknya kita mentaati perintah para Ulil Amri sebagaimana telah disampaikan dalam Al Quran dan para Imam serta ajarannya agar kita tidak terjerumus dalam kemusyrikan.

DAFTAR PERPUSTAKAManna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran, Jakarta: Litera AntarNusa, 2009

Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998

Muhammad Ibn Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmu-ilmu Al-Quran: Ringkasan kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Quran, Bandung: Mizan Pustaka, 2003

Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran 3, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004

http://www. al-aziziyah.com//147-asbab-an-nuzul-sebagai-langkah-awal-memahami3