majelis guru besar institut teknologi...

54
Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009 1 Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung Profesor Arwin Sabar PERUBAHAN IKLIM, KONVERSI LAHAN DAN ANCAMAN BANJIR & KEKERINGAN DI KAWASAN TERBANGUN 27 FEBRUARI 2009 Balai Pertemuan Ilmiah ITB Hak Cipta pada penulis

Upload: ngocong

Post on 10-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

1

Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung

Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung

Profesor Arwin Sabar

PERUBAHAN IKLIM, KONVERSI LAHAN DAN ANCAMAN BANJIR & KEKERINGAN DI

KAWASAN TERBANGUN

27 FEBRUARI 2009 Balai Pertemuan Ilmiah ITB

Hak Cipta pada penulis

Page 2: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

2

Judul : Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung PERUBAHAN IKLIM ,KONVERSI LAHAN DAN ANCAMAN BANJIR & KEKERINGAN DI KAWASAN TERBANGUN

Hak Cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memperbanyak salinan, merekam atau menggunakan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin tertulis dari penulis.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hal mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu ,dipidana dengan pidana penjara paling lama 7(tujuh ) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00( lima miliar rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan ,memamerkan ,mengedarkan , atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan /atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00( lima ratus juta rupiah)

Hak Cipta ada pada penulis Data catalog dalam terbitan Prof. Arwin Sabar PERUBAHAN IKLIM , KONVERSI LAHAN DAN ANCAMAN BANJIR & KEKERINGAN DI KAWASAN TERBANGUN Bandung : Majelis Guru Besar ITB,2009 Ii +14 h, 17,5 x 25 cm ISBN..... Pendidikan Tinggi 1. Arwin Percetakan cv. Senatama Wikarya ,Jalan Sadang sari 17 Bandung 40134 Telp. (022) 7072727285,08112286615; E-mail :[email protected]

Page 3: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

3

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Maha Kuasa karena atas rahmat-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penulisan naskah pidato ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya

disampaikan kepada Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk menyampaikan pidato ilmiah ini pada

sidang pleno Majelis Guru Besar. Tulisan ini akan membahas tentang pengaruh iklim,

konversi lahan, dan ancaman banjir dan kekeringan di kawasan terbangun Nusantara :

Ikhwal Bandung dan Jakarta.

Tulisan ini diuraikan 5( lima ) bagian :

Bagian 1. Pendahuluan : menguraikan permasahan banjir dan kekeringan di kawasan

terbangun historikal banjir Jakarta yang ada kaitannya dengan laju pemintaan air

SPAM perkotaan, eksploitasi air tanah serta penurunan muka tanah, rencana

pemberdayaan pesisir pantai dan ancaman keberlanjutan sistim drainase perkotaan di

kawasan terbangun.

Bagian 2. Hidrologi lingkungan : suatu tinjauan menyelaraskan pengendalian sumber

daya air yang dapat diperbaharui melalui siklus hidrologi; pentingnya indikator konversi

lahan untuk konservasi air , drainase lingkunan , perihal keandalan SPAM perkotaan &

pedoman alokasi air sungai untuk Irigasi dan domestik serta pengembangan waduk

multiguna ( Sumber air baku, PLTA dan Banjir )

Bagian 3. Ikhwal Ancaman Banjir di Kawasan Hilir Terbangun : meninjau degradasi

rezim hidrologi di DAS Ciliwung Hulu-Bopuncur; pengaruh iklim dan konversi lahan

terhadap komponen utama hidrologi (P,Q); tendensi hujan dan debit air , ekstrimitas

debit air, dan laju konversi lahan di kawasan Bopuncur. Selanjutnya bagian terakhir

adalah meneliti secara akademis sensibilitas rambatan gelombang banjir memanfaatkan

kondisi bidang batas banjir Ciliwung Jakarta 2007 serta sensibilitas pengaruh reklamasi

berturut-turut 1,5 dan 3 km terhadap muka air banjir di pesisir lama dibandingkan

dengan pengaruh naiknya permukaan laut akibat pemanasan global .

Bagian 4. Ikhwal Kekeringan di Kawasan Hulu & Waduk Multiguna : tes teoritis

keandalan air baku SPAM , pedoman alokasi sumber air sungai untuk irigasi dan

domestik , ancaman kekeringan kasus DAS Cikapundung Hulu; penelitian degradasi

rezim hidrologi dan pengaruhnya terhadap keandalan air baku SPAM dan PLTA

Bengkok serta upaya mengendalikan air fenomena ancaman banjir & kekeringan

Page 4: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

4

pengembangan waduk multiguna dan pengendalian konversi lahan di kawasan

konservasi

Bagian 5. Penutup dan Harapan , memberikan temuan-temuan dan harapan dalam

memgendalikan ancaman banjir & kekeringan.

Pidato ini adalah bentuk pertanggungjawaban akademis dan komitmen penulis sebagai

seseorang yang menduduki jabatan Guru besar. Buku sederhana ini penulis dedikasikan

untuk semua guru yang telah mendidik dan membimbing penulis.

Ucapan terima kasih disampaikam kepada alm Prof. Moedomo ; alm Prof.Sosro

Winarso ; alm Ir. R. Harjoko ,MSc dan Prof.Sugandar ,Prof. Harsono Taroeprajetka ;

Prof. Darmawan H. yang memberikan kepercayaan persetujuan meneruskan Program

S3 dan juga terimah kasih disampaikan kepada Prof. Enri Damahuri , Prof. Suprihanto;

Prof. Hang Tuah, Prof. Harun Sukarmadidjaja dan Prof. J. Soemirat Slamet atas

rekomendasi yang diberikan ke Guru Besar.

Akhirnya terima kasih kepada ayah alm. Sabar atas dukungan penuh pendidikan

ditanah Jawa dan alm. isteri Marjory Rose Lawalata mendampingi penulis baik duka

maupun suka .

Yaohowu.

Semoga tulisan ini bermanfaat Bandung , 27 Februari 2009

Page 5: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Latar Belakang 1.2. Kiriman Air Kawasan Hulu 1.3. Ancaman Keberlanjutan Drainase Perkotaan 2 HIDROLOGI LINGKUNGAN 2.1. Pengendalian Sumber Air 2.2. Pembagian Ruang Hidrologi 2.3. Indikantor Konversi lahan. 2.4.Indeks Konservasi 2.5. Drainase Lingkungan 2.6. Sumber Air baku & Pengembangan SPAM Perkotaan 2.6.1. Sumber air baku sungai 2.6.2. Pedoman alokasi air sungai untuk domestik & Irigasi 2.6.3. Pengembangan Waduk Multiguna 3 IKHWAL ANCAMAN BANJIR DI KAWASAN TERBANGUN HILIR 3.1. Model Akademik Penelusuran Gelombang Banjir

3.2. Perubahan Bidang Batas DAS Ciliwung Hulu-Bopuncur 3.2.1.Degradasi Fungsi Hidrologis 3.2.2.Pengaruh perubahan Iklim & Konversi lahan terhadap

Komponen Hujan & Debit Air

3.2.3.Trend Hujan dan Debit air 3.3.Sensibilitas Penelusuran Gelombang Banjir Pengaruh Sea level Rise

dan Reklamasi Pantai.

4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA

4.1. Sumber air dan Pedoman alokasi Air sungai untuk Irigasi dan Domestik

4.1.1. Tes –Keandalan Sumber Air baku SPAM 4.1.2. Pedoman Alokasi Air Sungai untuk Irigasi dan Domestik 4.2. Ancaman Kekeringan Sumber Air di DAS Cikapundung. 4.2.1.Degradasi Debit Rencana Air Baku SPAM Dago-Bandung 4.2.2.Penurunan Produksi PLTA Bengkok. 3.3. Sumber air & Pengembangan Waduk Multiguna Pakar Dago

5 PENUTUP DAN HARAPAN

DAFTAR PUSTAKA

BIODATA

Page 6: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

6

PERUBAHAN IKLIM, KONVERSI LAHAN DAN ANCAMAN BANJIR &

KEKERINGAN DI KAWASAN TERBANGUN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kawasan sangat terbangun di P.Jawa seperti Jakarta dan Bandung, sebagai urban

metropolitan merupakan kota besar yang memiliki tingkat kepadatan penduduk dan

mobilitas yang tinggi. Jakarta sebagai pusat pemerintahan di trarnsformasi menjadi kota

Jasa, telah mengalami deformasi dari tahun ke tahun khususnya di kawasan pesisir

Jakarta memanfaatkan peluang bisnis pemberdayaan pesisir pantai sebagai kawasan

terbangun.

Perubahan iklim pengaruhnya terhadap komponen Utama hidrologi, naiknya

permukaan laut dan upaya reklamasi pantai telah mengancam semakin sulitnya

pembuangan limpasan air hujan dari daratan kelaut. (Menteri Kimprawil, Kompas

2003)

Peningkatanya luas genangan banjir di kawasan pesisir Jakarta tidak lepas dari laju

degradasi lahan DAS Ciliwung hulu–Bopuncur menyebabkan debit banjir meningkat.

Terjadinya Konversi lahan suksesif, berupa alih fungsi lahan dari hutan, budidaya

pertanian, pemukiman pedesaan dan urban metro mengakibatkan limpasan air

permukaan semakin tinggi dan debit aliran dasar semakin kecil (fenomena ekstrimitas

debit air ) . Pada musim penghujan dimana kurva puncak debit banjir semakin

ekstrim dan waktu capaian puncaknya relatif semakin pendek bila diikuti fenomena

memoire hujan berurutan 5 hari (Arwin, Kompas 11 Febuari 2002) dan diikuti pasang

surut laut maka ancaman banjir semakin besar di daratan landai seperti Banjir Jakarta

2002 dan selanjutnya pemberdayaan lahan pesisir Jakarta sehingga memperluas terjadi

degradasi Rezim Hidrologi ancaman banjir semakin meningkat di Jakarta . Hal ini

dibuktikan semakin besarnya banjir berturut –turut pada tahun feb 1996, feb. 2002 dan

feb 2007 (lihat Gambar 1.1 dan Tabel 1.1).

Page 7: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

7

Gambar 1.1. Daerah genangan pada peristiwa banjir 2002 dan 2007

Tabel 1.1 Banjir Jakarta tahun 1996-2007

Sumber : Posko banjir Jakarta dan Dartmouth Flood Observatory

Laju pemenuhan air minum DKI Jakarta akan tertinggal dibanding dengan permintaan

air ( Lihat tabel 1.2. ) sehingga memberi peluang terjadinya eksplotasi air tanah

berlebih akibatnya memperburuk penurunan kontur muka tanah DKI Jakarta ( Lihat

Gamb.1.2)

Tabel 1.2. Laju kebutuhan Air DKI Jakarta

No.

Uraian Unit

Tahun

2007 2010 2020 2030

1 Penduduk Jiwa 9.060.803 9.364.797 10.453.718 11.669.256

2 Kapasitas IPA Eksisting Lps 18.075 18.075 18.075 18.075

3 Kapasitas IPA Nyata Lps 16.231 35.188 36.445 38.289

4 Kekurangan pelayanan air Lps 1.844 17.113 18.370 20.214

Sumber : PT. Pandu Satria Lestari

2002 2007

Page 8: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

8

Gambar 1.2. Perbandingan Kontur Penurunan Muka Tanah dan

Elevasi Muka Air Tanah (Hutasoit, 2007)

Ilustrasi penagaruh bencana Banjir Jakarta 2002 sempat menggangu jalannya roda

perekonomian , antara lain dalam bentuk kemacetan di jalan-jalan (termasuk jalan bebas

hambatan /TOL) , rusaknya prasarana wilayah ,terhambatnya pasokan bahan mentah

serta padamnya aliran listrik dan jaringan telepon di berbagai lokasi genangan air. Di

Jakarta saja , tidak kurang dari 7 ribu satuan sambungan telepon mengalami gangguan

serta PLN terpaksa menghentikan pengoperasian PLTU Muara Karang di samping

pemadaman pada 1570 gardu listrik di berbagai Lokasi.( Kwie Kian Gie , 2002)

Dari overlay peta upaya pemberdayaan lahan dipesisir pantai utara

Jakarta,didapatkan penambahan daratan di kawasan Kecamatan Penjaringan bertambah

390,24 km2 dengan lebar 1-1,5 km kearah laut (Gambar 1.3 ). Naiknya muka laut rata-

rata dipengaruhi perubahan iklim akibat fenomena pemanasan global yang memberikan

dampak cukup serius bagi iklim dunia. Salah satu dari dampak pemanasan global adalah

mencairnya lempeng es di Antartika, Greenland dan gletser di benua. Pencairan es ini

menyebabkan kenaikan muka laut. Peningkatan muka laut (sea level rise/SLR) di Teluk

Jakarta diketahui sebesar 0,575 cm/th seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.4.

Page 9: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

9

Citra IKONOS 2003

Kec. Tanjung Priok

Kec. Pademangan

SundaKelapa

Kamal muara

Kec. Penjaringan

Pluit

Indah Kapuk

PLTU

Kec. Koja

Sunter

Garis pantai 1991

Garis pantai 2003

Ancol

REKLAMASI : Luas : 390,24 km2; lebar :1-1,5 km

Gambar 1.3.Kondisi Garis Pantai 1991 dan 2003 Kec Penyaringan Citra satelit (Endang Sri Pujilestari, 2008)

Gambar 1.4. Sea level rise (SLR) Teluk Jakarta

Apabila muka laut terus bertambah , permukaan tanah terus menurun(akibat

eksploitasi air tanah ) dan reklamasi pantai mengakibatkan kawasan pesisir lama

Jakarta rentan terhadap ancaman banjir di musim hujan dan rob pada musim kemarau.

1.2. Kiriman air Kawasan Hulu .

Laju perkembangan lahan terbangun di DKI Jakarta dan sekitarnya begitu pesat( 1972

-2005) memperlihatkan tekanan perluasan ke arah barat(Tangerang) , Timur(Bekasi)

dan selatan ( Bopuncur ) membentuk Megapolitan Jakarta dapat diperlihatkan pada

Gambar 1.5.

Page 10: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

10

Konversi lahan di Kawasan hulu berupa prambahan hutan menjadi lahan budidaya

(lihat Gambar 1.6) lahan budidaya maka akan terjadi ekstrimitas debit air

menimbulkan ancaman banjir & kekeringan di kawasan hilirnya. Dengan

menggunakan pendekatan Hidrologi statistik , perambahan fungsi hutan dan konversi

lahan bududaya menjadi lahan terbangun dapat dianalisa . Sebagai input data hidrologi

adalah arsip data hujan(P) dan debit.(Q) dan out put degradasi lahan dinyatakan dengan

Koefisien limpasan ( C) & aliran dasar sungai ( b) sedangkan perubahan konversi

lahan menggunakan citra satelit .

1972

1983

1992

20002005

Gamb 1.5. Laju Konversi Lahan di DKI JKT & sekitarnya (1972-2005)

Gambar 1.6 : Degradasi Lahan

DEFORESTASI

•Meningkatnya Limpasan Permukaan.Daya serap air berkurang.•Terjadi Ekstrimitas Debit.Menipisnya Top Soil sehingga mengurangi kesuburan tanah (Erosi lahan)•Terjadinya Sedimentasi di badan air dan akumulasi sedimen di waduk.• Penurunan Kualitas Air (terutama kekeruhan)• perubahan Iklim mikroFrekwensi kejadian hujan kecil semakin kecil

Page 11: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

11

Degradasi fungsi hidrologis lahan di daerah tanggapan air ditandai debit ekstrim rata-

rata berubah & simpangan baku () membesar mengakibatkan degradasi debit rencana

banjir dan kering .Selain itu , Konversi lahan mempengaruhi iklim lokal (naik suhu

lokal) sehingga frekwensi kejadian hujan kecil semakin berkurang. Selanjutnya

upaya penanggulangan fenomena ekstrimitas debit air di badan air dengan Waduk

Multiguna ikhwal DAS Cikanpundung Hulu-Bandung dan pengendalian ancaman

banjir dan kekeringan di DAS Hulu dengan implementasi indikantor konversi lahan

dengan indeks konservasi (Keppres 114 tahun 1999)

1.3. Ancaman Keberlanjutan Drainase perkotaan

Laju perkembangan DKI Jakarta menuju Megapolitan Jakarta (lihat Gambar

1.5) sejalan meningkatnya kawasan terbangun di DKI Jakarta harus diimbangi dengan

laju permintaan air minum keterlambatan peningkatan pelayanan permintaan air

minum membuka peluang eksplotasi air tanah berlebih menyebabkan penurunan muka

tanah di daerah tanggapan limpasan air di drainase perkotaan (lihat Gambar 1.7)

akibatnya semakin sulitnya membuang air limpasan hujan melalui sistem drainase

perkotaan sehingga memberikan peluang terjadinya genang-genangan dimana-mana.

Selanjutnya bila Sungai dikawasan terbangun semakin sulit menyalurkan air akibat

pelandaian kemiringan pembuangan air kelaut ditandai pengaruh naik permukaan laut

dan Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta Utara sampai tahun 2010 yang selengkapnya

ditunjukkan pada Gambar 1.8. Selanjutnya sensibilitas pengaruh pemberdayaan pesisir

pantai dan naiknya muka air laut ditelusuri dengan model deterministik aliran

permukaan bebas Saint Venant dengan menggunakan kondisi bidang batas kejadian

banjir Jakarta 2007.

Konsekwensi logis degradasi rezim hidrologi sungai melewati kawasan

terbangun , terancamnya infrastruktur drainase perkotaan semakin sulit menyalurkan

air ke badan air penerima sungai atau laut (Lihat Gambar 1.9)

Page 12: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

12

Cakung

Cilinc ingKalideres

PenjaringanKoja

Cilandak

Makasar

Kembangan

Duren SawitTebe t

Tanjung Priok

Cengkareng

Cipayung

Kebon Jeruk

KramatjatiPasar Minggu

Pulo Gadung

Kebayoran Lama

Kelapa Gading

Gambir

JatinegaraSetiabudi

Kebayoran BA ruPesanggrahan

Palmerah

Pancoran

Menteng

Pademangan

Kemayoran

Tanah Abang

Senen

Tambora

Grogol Petamburan

Matram an

Mampang Prapatan

Sawah B esar

Taman Sari

Cempaka Putih

Kebayoran Baru

N

EW

S2 0 2 4 Km

KETERANGAN :

W ilayah DKI Jakarta

Penurunan M uka Tanah (Meter) :0.012 - 0.0240.024 - 0.0360.036 - 0.0480.048 - 0.060.06 - 0.0720.072 - 0.0840.084 - 0.0960.096 - 0.1080.108 - 0.12No Data

SungaiAdm inistrasi Kecamatan

Gambar 1.7 Peta Penurunan Tanah di Jakarta 1982-1997 (Meliana, 2005)

Gambar 1.8. RTRW Jakarta Utara 2010 (Pemda Jakarta, 2007)

Page 13: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

13

Gambar 1.9. Degradasi sistem drainase perkotaan semakin sulit membuang ke sungai Keterangan :

Cathment area sistem minor

Cathment area sistem mayor

Drainase Mayor

Drainase Minor

2. HIDROLOGI LINGKUNGAN

2.1. Pengendalian Sumber Air Pengendalian sumber air keberkelanjutan , melalui 2(dua ) cara:

1.Un Direct (Tak langsung ): UU & Peraturan terkait pengendalian lingkungan air.

• UU no 26 th. 2007 tentang Penataan ruang

• UU no 7 th 2004 tentang Sumber daya air

• UU Kehutanan No.41 Tahun 1999 Pasal 18 Ayat 2 yang menyatakan bahwa : ‘…..luas

hutan suatu DAS minimal 30% dengan sebaran yang proporsional’.

• UU Lingkungan hidup / PP Amdal

• PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

• Keppres 114 th 1999 Kawasan Konservasi air dan tanah Bopuncur

• SK Gub.Jabar No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982. Kawasan konservasi air Wilayah Inti

Bandung Raya bagian Utara

• Sumur resapan di perkarangan rumah ( SNI T-06-1990-F)

2. Direct (Langsung ) : Insentif dan Dissentif

Page 14: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

14

2.2.Pembagian Ruang Hidrologi

Pembagian fungsi ruang hidrologi menjadi 2(dua) kawasan utama yaitu kawasan

konservasi dan kawasan kerja dalam upaya ( rangka) menjamin kelangsungan sumber-

sumber air serta mengendalikan limpasan air permukaan terhadap ancaman banjir

dikawasan hilir seperti Kawasan konservasi Bopuncur dan Wilayah Inti Bandung

Raya bagian Utara ( KBU) ( Keppres Bopuncur No 114 /1999 Pasal (3).

Berdasarkan karakteristik hidrologis kawasan konservasi air merupakan pemasok

sumber air utama daerah bawahnya , dicirikan : Curah hujan relatif tinggi, batuan relatif

muda , morfologi bergelombang kasar , rentan terhadap erosi dan longsor sehingga

ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah seperti halnya Kawasan Bopuncur

(Keppres No.114 tahun 1999) dan Wilayah Inti Bandung Raya bagian Utara (SK

Gub.Jabar No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982.)

Hidrologi adalah ilmu yang memperlajari pergerakan air di muka bumi baik kuantitas

maupun kualitas air dalam ruang dan waktu dimana komponen-komponen siklus

hidrologi merupakan variabel acak dan kecendrungan stokastik. Pengaruh pemanasan

global dan faktor regional seperti perubahan temperatur di Samudera Pasifik dan faktor

lokal seperti perambahan hutan/ konversi lahan terbangun berpengaruh terhadap

komponen-komponen hidrologi seperti hujan(P), debit air(Q) dan tinggi muka laut .

Pengaruh-pengaruh tersebut tercatat melalui pos-pos pengamatan komponen siklus

hidrologi dan pos observasi muka laut . Dari arsip data hidrologi sebagai input, dapat

dianalisa fenomena degradasi rezim hidrologi dengan pendekatan model hidrologi

statistik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Page 15: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

15

HYDROLOGY MODEL

Kawasan Hulu

Boundary Hilir

Q Boundary Hulu

Persamaan Saint Venant :

0

1 2

fSx

hhgB

x

hQ

Bt

Q

bt

hB

x

Q

DAS HULU (Watershed Model)

DAS HILIR ,aliran permukaanbebas (Deterministik Model)

Gambar 2.1. Model Hidrologi

2.3. Indikantor Konversi lahan Massa air adalah tetap dalam Ruang hidrologi dimana Curah hujan jatuh

dipermukaan tanah terdistribusi menjadi : P = I+ R dimana berturut –turut P adalah

curah hujan , I adalah fraksi air hujan tertahan dibawah permukaan tanah dan R

adalah fraksi air hujan menjadi limpasan air permukaan . Perubahan tutupan lahan

alami (lihat Gambar 3 ), dari hutan berturut-turut menjadi budidaya , permukiman

pedesaan dan urban berdampak semakin besar R pada musim hujan dan sebaliknya I

dalam tanah semakin kecil (input ) sehingga penyimpanan air tanah (S ) semakin

kecil . Hal ini berpengaruh pada besaran aliran air tanah (output) terutama limpasan

aliran tanah menyentuh permukaan bebas (B**) seperti : mata air dan aliran dasar

sungai ( lihat Gambar 2.1)

Dari hukum kekekalan masa air , ketersediaan sumber air sangat tergantung sejauh

mana massa air hujan tersimpan menjadi cadangan air tanah (I= P-R), sehingga

persamaan ketersediaan air , dapat dituliskan sebagai berikut:

S = I – E – B* - B**

Page 16: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

16

Ketersediaan air alamiah bertahan apabila jumlah air hujan tertahan di permukaan

tanah (I) , lebih besar daripada evapotrapirasi potensial (E) : I > E sehingga

pengendalian konversi tutupan lahan perlu lebih dicermati dimasa depan

Hujan yang jatuh dipermukaan bumi relatif konstan dan tunduk pada hukum

kekekalan massa air bila keseimbangan massa P = I+R dibuat non dimensi maka

persamaan massa air menjadi IK + C= 1 dimana IK adalah fraksi massa air hujan

tertahan dalam tanah selanjut disebut indeks konservasi sedangkan C= fraksi masa

air hujan menjadi limpasan air permukaan selanjut disebut C = Koefisien limpasan air.

Melalui ekosistem alam dari masa ke masa tutupan lahan yang bertahan terhadap alam

(iklim) adalah tanaman keras (hutan) kemudian oleh sentuhan peradaban manusia

tutupan lahan mengalami konversi lahan secara suksesive menjadi lahan budidaya,

permukiman dan urban diekspresikan IkC ( indeks konservasi aktual ) . Prambahan

hutan alam ( IkA) menjadi budidaya pertanian,permukiman dan urban Metropolitan (

IKc ) menimbulkan degradasi penyimpanan air ( tersimpan air hujan ) dibawah

permukaan tanah seperti diperlihatkan pada tabel 2.1. Selanjutnaya IK digunakan

sebagai instrumen pengendalian konversi lahan di kawasan konservasi air .(Keppres

No 114 Kawasan konservasi Bopuncur)

Tabel 2. 1. : Indeks Konservasi tutupan lahan

No Kualitas tutupan lahan Indeks Konservasi (IKAIKc)

1 Hutan 0,8-0,9

2 Budidaya 0,4-0,5

3 Pemukiman pedesaan 0.5-0,6

4 Urban Metropolitan 0,0-01

2.4 Indeks Konservasi

Indeks Konservasi Alami (IKA) digunakan sebagai indikantor konversi lahan , yaitu

suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan yang alami pada suatu wilayah untuk

menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum ada sentuhan peradaban

manusia. Sedangkan Indeks Konservasi Aktual (IKC), yaitu suatu koefisien yang

menunjukkan kemampuan lahan yang terkonversi oleh kegiatan manusia (aktual) pada

Page 17: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

17

suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ( Keppres

114/99)

Indeks Konservasi pada persamaan tersebut ,dibedakan menjadi IKA dan IKC,yaitu :

)( AA YFIK

)( CC YFIK

dimana :YA = f (curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi & topografi)

YC = f (curah hujan,jenis batuan, jenis tanah, morfologi&topografi,tutupan

lahan)

EdXcXbXaXYA 4321

a = ( 12, 13, 14, 23, 24, 34)

b = ( 12, 13, 14, 23, 24, 34)

c = ( 12, 13, 14, 23, 24, 34)

d = ( 12, 13, 14, 23, 24, 34)

R = 1 - E

dimana : YA = variabel besaran konservasi alami

X1 = variabel hujan

X2 = variabel batuan

X3 = variabel jenis tanah

X4 = variabel morfologi dan topografi

a,b,c,d = koefisien partial ketergantungan korelasi antar variabel

12 = koefisien korelasi antar variabel

E = faktor koreksi

R = koefisien determinasi (0,5 < R <1)

Evaluasi kondisi pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan dapat dilihat dari

perbandingan nilai IKC dan nilai IKA yang dapat dibedakan seperti pada tabel 2.2

digunakan sebagai pedoman dalam pengendalian pemanfaatan ruang maka dilakukan

proses diskretisasi variabel –variabel yang mempengaruhi dari indeks konservasi

,dapat dibagi 3(tiga) klas atau 5(lima) klas . Apabila dalam evaluasi suatu kawasan

ternyata terdapat pemanfaatan lahan yang tidak sesuai (IKC < IKA) maka terdapat

beberapa upaya untuk merehabilitasi fungsi konservasi agar (IKC + Ik ) IKA, upaya

Page 18: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

18

memperbaiki dengan Ik yaitu dapat dilakukan dengan pendekatan vegetatif dan non

vegetatif (rekayasa teknologi ).

Tabel 2.2 Penilaian kondisi kawasan terbangun dengan Indeks Konservasi

Perbandingan Indeks Konservasi Penilaian kondisi kawasan

IKC + Ik > IKA Baik

IKC = IKA Normal

IKC < IKA Kritis

Keberhasilan pengendalian air keberlanjutan air di DAS tercapai apabila IkC +

Ik > IkA dengan demikian win-win solution dapat tercapai antara kepentingan

kawasan Hulu dan kawasan Hilir.

Sedangkan pengendalian kawasan lahan terbangun, dapat dilaksanakan dengan

pengendalian fungsi hidrologi lahan ( IK): antara lain Pengendalian luas bangunan

terbangun (BCR) dan dengan vegetatif dan non vegetative(rekayasa engineering).

Upaya rekayasa engineering , antara lain : Sumur resapan , waduk resapan dan

implementasi pengembangan sistim drainase lingkungan ). Ide paling sederhana dalam

konservasi di lahan terbangun disebut zero limpasan. Zero limpasan adalah suatu

upaya konservasi di lahan terbangun dengan mengendalikan limpasan air hujan dalam

suatu persil atau kawasan supaya tidak ada air hujan yang melimpas keluar .

2.5. DRAINASE LINGKUNGAN Konversi lahan terbangun di permukiman perkotaan direspon pada umumnya dengan

pengendalian air limpasan dengan sistem drainase yang konvensional yaitu

menyalurkan air limpasan secepatnya akibat konversi lahan terbangun ke badan air

penerima. Laju pertumbuhan tata ruang di kawasan terbangun begitu cepat terjadi,

penyaluran air secepatnya ke badan air telah membantu terciptanya ancaman banjir di

daerah hilir sebaliknya kelangsungan sumber-sumber air alamiah semakin terancam

keberlansungannya sehingga para ahli drainase dan Dep PU berupaya mengendalikan

limpasan air hujan secara teknis Sumur resapan di perkarangan rumah ( Soenarto ,SNI

T-06-1990-F) dan drainase berwawasan lingkungan ( Sunjoto)

Page 19: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

19

Bangunan peresap buatan (artificial Recharge) merupakan infrastruktur drainase

lingkungan dalam mewujudkan pengendalian limpasan air hujan dan konservasi air di

kawasan terbangun. Sumur resapan adalah sumur yang dibuat sebagai tempat

penampungan air hujan berelebih agar memiliki waktu dan ruang untuk meresapkan ke

dalam tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi .Sumur resapan ini merupakan sumur

kosong yang memiliki kapasitas atau volume cukup besar untuk menampung air hujan

sementara sebelum diresapkan ke dalam tanah

Konversi lahan terbangun permukiman memegang kontribusi signifikan terjadinya

fenomena ekstrimitas debit air di badan air sehingga perlu pengendalian limpasan air

hujan dan konservasi air kawasan terbangun .Sumur resapan berfungsi untuk

mengkonservasi air di daerah terbangun yang dapat dibuat mulai dari skala rumah

tangga sampai skala kawasan yang lebih luas. Teknologinya yang relatif sederhana

diharapkan mudah diterima masyarakat sehingga lambat laun konservasi menjadi

sebuah budaya yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran oleh setiap orang.

Penentuan dimensi sumur resapan dari referensi,diantaranya adalah metode Sunjoto

(1988) , SNI T-12-1990 F dan metode perhitungan Soenarto (1995). Setiap metode

memiliki kekhasannya yang menjadikannya memiliki berbagai kelebihan dan

kekurangan. Dalam tulisan ini dibuat perbandingan penentuan dimensi sumur resapan

diantara ketiganya ditinjau dari kesesuaiannya untuk diterapkan di permukiman

perkotaan

Penentuan sumur resapan metode Sunjoto(1988) ,SNI (1990) dan Soenarto

(1995) dibandingkan berdasarkan asumsi-asumsi, proses perhitungan, variabel-variabel

yang digunakan, serta dimensi yang dihasilkan; lihat Tabel 2.3). Perbandingan desain

sumur antara ketiganya secara umum metode sunyoto kelebihan merespon

pengembangan sistem drainase lingkungan baik perkarangan rumah maupun kawasan

lebih luas , oleh karena itu secara khusus membahas metode Sunjoto dalam

pengendalian air hujan di kawasan terbangun.

Metode Sunjoto (1988 )

Volume dan efisiensi sumur resapan dihitung berdasarkan keseimbangan air yang

masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah. Persamaannya dapat

ditulis sebagai berikut :

Page 20: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

20

2

1.

R

FKT

eKF

QH

Dimana :

H = tinggi muka air dalam sumur (m)

F = faktor geometri (m)

Q = debit air masuk (m3/dtk)

T = waktu pengaliran (detik)

K = koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)

R = jari-jari sumur (m)

Faktor geometrik (F) sumur resapan dapat dilihat pada Tabel 2.4 . Nilai F ini

tergantung dari konstruksi sumur serta luas geometri bidang resapan

Untuk menghitung debit run-off (Q) maka formula yang dipakai adalah sebagai berikut:

Q = C I A

dimana :

Q = Debit air masuk dari atap/lahan (run-off) (m3/s)

C = Koefisien aliran permukaan atap/lahan

I = Intensitas hujan (m/s)

A = Luas atap/lahan (m2)

- Nilai/angka C adalah merupakan angka koefisien limpasan (runoff) yang

besarnya tergantung dari jenis material tanah atau areal yang dilalui oleh aliran

air tersebut. Pada penelitian ini, nilai C yang digunakan adalah koefisien

runoff untuk bahan atap, yaitu C = 0.95 (Sunjoto,1995)

- Intensitas hujan didapat secara statistik, dalam hal ini intensitas fungsi dari

durasi hujan serta periode ulang yang direncanakan.

Page 21: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

21

Tabel 2.3 Perbandingan metode penentuan dimensi sumur resapan

Parameter

KOMPARASI METODE ARTIFICIAL RECHARGE

Sunjoto(1988) SNI (1990) Soenarto (1995)

Penentuan

dimensi sumur resapan

2

1.

R

FKT

eKF

QH

LKDA

AkDAiDH

s

st

..

....

Vp dt – Vr dt = A

dH

H = tinggi muka air dalam sumur (m) H = Kedalaman Sumur (m)

H = tinggi muka air dalam sumur (m)

R = jari-jari sumur (m) L = Keliling Penampang sumur (m)

F = faktor geometrik (m) As = Luas penampang sumur (m2)

A = luas penampang sumur

(m2)

Q = debit air masuk (m3/dtk) i = Intensitas hujan (m/jam) Vp = volume air hujan yang masuk dalam waktu dt

K = koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)

K = Koefisien Permeabilitas tanah (m/jam)

Vr = volume air hujan yang

terinfiltrasi ke dasar dan dinding sumur pada waktu

dt (m3)

T = waktu pengaliran (detik)

D = Durasi hujan (jam)

dt= waktu yang diambil sebagai

dasar perhitungan (det)

Page 22: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

22

Tabel 2.4 : Nilai Faktor Geometri Sumur Resapan

Tabel :Faktor Geometri Sumur Resapan (Sunyoto )

NO TYPE SHAPE FACTOR, F (m) 1

2

3

4

5

6

7

8

2R

2R

4 R

2 R

2R

2R

L

2R

ho2Rhw

L

2R

D

2R

4 R

5.5 R

2 L ln (L/R + (L/R)2 + 1 )

2 R

2 (L + 2/3 R)

ln ((L+2)/R + (L/R)2 + 1 )

2 L ln (L/2R + (L/2R)2 + 1 )

2 (L + 2/3 R) ln ((L+2R) / 2R + (L/2R)2 + 1 )

(h0 - hw)

ln (hw/R + (hw/R)2 + 1 )

2 D ln (2(D+2R)/R + (2D/R)2 + 1 )

2.6. SUMBER AIR BAKU & PENGEMBANGAN SPAM PERKOTAAN 2.6.1. Sumber air baku sungai

Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM) perkotaan terbagi dalam 3(tiga ) Komponen

,yaitu berturut-turut komponen sumber air , komponen pengolahan air dan komponen

pelayanan air (lihat Gambar 2.2) . Pada tingkat komponen pelayanan air , kepuasaan

konsumen harus memenuhi standart : kualitas air , kuantitas air , kontinuitas air dan

Page 23: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

23

harga jual air yang kompetitif. Keberhasilan pelayanan air bersih sangat tergantung

pada keandalan sumber air baku baik kualitas air maupun kontinuitas sumber air .

KAWASAN PELAYANAN(Kepuasan Konsumen )

Kualitas Air Bersih Kwantitas Air Bersih Kontinuitas Air Harga jual kompetitif

RESPON TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR

Respon Teknologi Air Bersih Biaya Operasi

SUMBER AIR BAKU

Fresh water (Gol A/B) Randow variabel Keandalan Sumber Air( Kuantitas &

Kualitas Air )

Gambar 2.2. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan

Kriteria Disain Air baku

Menurut UU No. 7 tahun 2004 pasal 34 ,ayat (1): pengembangan sumber daya air

ditujukan untuk kemanfaatan sumber daya air memenuhi kebutuhan air baku untuk

rumah tangga(domestik), pertanian(irigasi) ,industri dstnya dan untuk berbagai

keperluan lainnya. Pengembangan sumber air baku dari sungai, perlu dibangun suatu

kriteria disain air baku terutama untuk air baku domestik, irigasi dan Industri. Sebagai

pedoman dapat digunakan kriteria disain air baku permukaan yang digunakan pada

Metropolitan Bandung Urban Development Program MBUDP, 2004 (lihat Tabel 2.5 ).

Dari data pengamatan debit air sungai disusun debit minimum suksesif dengan

durasi ( 1,2 ,7,15 dan 30) hari yang terjadi pada periode musim –musim kering ,

masing-masing rangkaian data dengan durasi (1,2,7,15 dan 30) hari dilakukan tes

kecocokan distribusi teoritis dengan tes goodness–of-fit . Setelah mengetahui

distribusi teoris yang cocok ,dilakukan perhitungan debit air rencana sesuai periode

ulang 5,10,15 dan 20 tahun dan selanjutnya dibuat kurva debit keandalan debit air pada

musim-musim kemarau , menggunakan kriteria air baku Bandung Metropolitan Area

(1994). Kisaran debit rencana untuk sumber air baku domestik berkisar debit air

rencana kering periode ulang 20 tahun dengan durasi 1 hari sampai debit air rencana

kering periode ulang 10 tahun dengan durasi 7 hari .

Page 24: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

24

Tabel 2.5. Kriteria Desain Air Baku Permukaan

Sumber Air Sungai Desain Sumber Air Baku

Debit Air Suksesif Kering

Domestik Irigasi Industri

1-7 hari 10-20 tahun 15-30 hari 5 tahun 1-2 hari 20 tahun

Sumber: Modifikasi Kriteria Disain Air Baku MBA PU Cipta Karya (1994) Proses penentuan debit rencana air baku / keandalan sumber air sungai untuk SPAM

Perkotaan sebagai berikut:

1. Data

Data debit harian yang digunakan dalam penelitian adalah data debit harian minimum

dan memiliki panjang pengamatan minimal 10 tahun. Sedangkan untuk perhitungan

volume waduk diperlukan lebih 50 tahun, tetapi jika data debit tidak lengkap, maka

dapat dilengkapi dengan korelasi spartial variabel debit air dan curah hujan.

2. Pengolahan awal data debit harian

Sebelum data debit harian diuji dengan uji goodness-of-fit, terlebih dahulu dilakukan

pengolahan data awal dengan langkah-langkah berikut:

- Pengolahan data debit harian minimum untuk setiap pos pengamatan debit yang

dianalisis

- Pengurutan data debit harian minimum hasil pengelompokkan dari yang terkecil

sampai yang terbesar untuk setiap durasi.

- Penentuan berbagai parameter data sample

3. Penentuan distribusi terpilih

Untuk masing-masing uji statistik, dicari untuk distribusi normal, log-normal, gumbel

dan log-pearson III.

- Uji Kosmogorov Smirnov

- Uji χ2

4. Penentuan Debit Andalan

Debit andalan dihitung dengan durasi 1,2,7,15,30 dan 60 hari dan Periode Ulang 5, 10,

20, 50 tahun.

2.6.2. Pedoman Alokasi Air Sungai untuk Irigasi dan Domestik

Pasal 69 PP No 42 tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air : mengutamakan

penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi

pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada , menjaga kelangsungan penyediaan

Page 25: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

25

air untuk pemakaian air lain yang sudah ada dan memperhatikan penyediaan air untuk

pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari bagi penduduk yang berdomisili di dekat

sumber air dan/atau sekitar jaringan pembawa air.

Sumber air sungai terbatas sedangkan laju kebutuhan air irigasi dan domestik seiring

dengam permintaan dan kemajuan permukiman perkotaan . Kebutuhan air baku untuk

domestik dan irigasi merupakan kebutuhan pokok sehingga sangat logis dan adil bila

kebutuhan air lebih dari satu ( domestik dan irigasi ) perlu berbagai sumber air yang

terbatas sehingga perlu dibuat pedoman alokasi air berdasarkan ketentuan baku Dep.

PU Dirjen SDA dan Dirjen Cipta Karya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3.

diagram alir pedoman alokasi air sungai untuk Irigasi dan Domestik.

Gamb 2.3 Diagram alir pedoman alokasi air sungai untuk irigasi & domestik

Page 26: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

26

2.6.3. PENGEMBANGAN WADUK MULTIGUNA Semakin ekstrimya debit air menyebabkan krisis ketersedian sumber air baku pada

musim kemarau dan banjir pada musim penghujan . Seiring dengan berkembangnya

perkotaan di kawasan kerja menjadi kota Jasa dan Industri sehingga laju permintaan air

meningkat pesat , pengendalian banjir dan kecendrungan semakin penting pembangkit

energi listrik dari sumber dapat diperbaharui sehingga perlu dilakukan pemberdayaan

sumber air membalik ancaman banjir dan kekringan menjadi bermanfaat dengan

optimasi pemanfaatan sumber daya air dengan pembangunan waduk multiguna (

Sumber air baku, banjir , PLTA ) dengan menggunakan metode Fenomena Hurs

diuraikan sebagai berikut:

optimum = k T n

dimana : volume tampungan

T = tahun-tahun air ( T = 1,2,5,10,20,30 dan 60 tahun)

n = koefisien Hurst ( 0,5 <n < 1) n= 0,5...... indenpendent

Keseimbangan air waduk : t+1t + Qin – QT

dimana:variabel determinan

t = langkah waktu

Qin = variabel acak

QT= variabel keluaran (variavel di komandokan)

Optimalisasi pemanfaatan sumber daya air terjadi apabila kita dapat memprediksi debit

air dengan ketidakpastian masa yang akan datang yang tepat sesuai dengan kondisi data

komponen Hidrologi tersedia ( Qin adalah variable acak besaran tidak menentu proses

waktu tergantung iklim ) sehingga dapat melakukan pengelolaan air waduk optimal

menjamin kebutuhan air di hilir (PLTA, irigasi dan Sumber air baku ) . Telah

mengembangkan metode Prakiraan debit air input waduk disebut metode kontinu

parakiraan debit air.(Arwin , Disertasi 1992) , didasarkan pada korelasi spartial

komponen utama siklus hidrologi hujan dan debit air.

Page 27: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

27

III. IKHWAL ANCAMAN BANJIR DIKAWASAN HILIR

3.1. Model Akademik Penelusuran Gelombang Banjir

Untuk mengetahui dampak yang lebih dominan antara perubahan iklim di hilir

(kenaikan muka laut) dan konversi lahan (reklamasi) dilakukan simulasi aliran

permukaan bebas kasus prismatik dengan kiriman banjir dari hulu,terukur di DAS

Ciliwung Hulu-Bopuncur yakni pos Sugutamu -Depok pada kejadian banjir Jakarta

Febuari 2007. Secara akademik digunakan panjang pengaliran permukaan bebas

menggunakan jarak Pos Sugutamu ke Pantai Indah Kapuk seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Model determinitik aliran permukaan bebas DAS Ciliwung

Model yang digunakan adalah model bermensi tunggal dengan simplifikasi adalah

tidak ada aliran lateral dan tidak ada percabangan dengan persamaan pembangun

adalah persamaan Saint Venant , yaitu :

Persamaan Kontinuitas :

b

t

hB

x

Q

Page 28: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

28

b=0 (asumsi tidak ada aliran lateral) Persamaan Momentum :

(asumsi tidak ada aliran lateral, wind-shear, dan eddy losses, serta b = 1)

Ket :

Q = debit aliran (m3/s)

A = luas penampang saluran (m2)

x = jarak memanjang dari hulu saluran (m)

t = waktu (s)

h = tinggi muka air dari datum (m)

B = lebar penampang saluran (m)

Sf = kemiringan energi akibat gaya gesek dasar saluran

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Diskretisisasi model dengan metode implisit beda tengah, menjadi :

Persamaan Kontinuitas

Persamaan Momentum :

Desain model atau profil di dasar saluran akademik primastik . Simulasi dilakukan

dalam periode waktu pasut diurnal 43500 detik dan langkah waktu 3600 detik (1jam).

Batas hulu digunakan tinggi muka air banjir Pos Sugutamu-Depok tanggal 3-4

Februari 2007 dan batas hilir digunakan pasang surut hasil pengukuran tanggal 7-8

Februari 2007 seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 :

0

1 2

fSx

hhgB

x

hQ

Bt

Q

022

111

1111

1

t

hhhhB

x

QQQQ ji

ji

ji

ji

ji

ji

ji

ji

02

1

2

1

2

1

2

1111

11

21

2121

12

111

1

j

if

ji

jij

ij

if

ji

jij

i

j

i

j

i

j

i

j

ij

ij

ij

ij

i

Sx

hhhS

x

hhhgB

x

hQhQhQhQ

Bt

QQQQ

Page 29: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

29

Gambar 3.2 Bidang Batas DAS Hulu-Bopuncur (DPU Pemda DKI,2007)

Gambar 3.3: Bidang Batas Hilir (Pengukuran PT.Geotindo Mitra Kencana, 2007)

Skenario model terdiri dari : penelusuran rambatan banjir di hulu dan pasang surut di

hilir, kondisi normal (saluran normal tidak ada kenaikan muka laut), kondisi kenaikan

muka laut (SLR) 1 tahun , 5 tahun, 10 tahun, 50 tahun, kondisi reklamasi 1 (+1.5 km)

dan reklamasi 2 (+3 km).

Untuk membandingkan pengaruh pasang surut laut pada Banjir Jakarta 2007

diperlihatkan kurva pasang surut sepanjang 1(satu) tahun di Stasiun Tanjung Priok

2007 ( lihat Gambar 3.4.), diperlukan meneliti prospek ancaman banjir dan Rob

Gambar 3.4. Pasang Surut laut sepanjang tahun 2007 di Stasiun Tanjung Priok

Page 30: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

30

3.2. Perubahan Bidang Batas dI DAS Ciliwung Hulu–BOPUNCUR

3.2.1. Degradasi Fungsi Hidrologis Lahan

Dari data komponen hujan dan debit diperoleh koefisien air limpasan selama 30

tahun di DAS Ciliwung cenderung meningkat. Hal ini disebabkan alih fungsi lahan dari

hutan(C=0,1-0,2) , budidaya (C=0,5-0,6), pemukiman pedesaan (0,4-0,5) dan urban (

C=0,6-1,0) . Konversi lahan suksesif tersebut menyebabkan semakin meningkatnya

fraksi air hujan menjadi limpasan air permukaan (C=R/P) sedangkan fraksi air hujan

tertahan dibawah permukaan tanah (IK= I/P) semakin kecil. Konversi lahan secara

suksesif dari hutan ,budidaya ,urban akan berpengaruh pada watak aliran sungai

,debit air semakin besar pada musim penghujan dan debit aliran dasar semakin kecil

pada musim kemarau (ancaman banjir dan kekeringan)

Laju konversi lahan di DAS hulu Ciliwung Bopuncur, dari analisa statistik

diperoleh debit aliran dasar selama 30 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang

menyebabkan semakin mengecilnya aliran dasar sungai pada musim kemarau dan

sebaliknya semakin besar debit banjir pada musim penghujan. Selengkapnya hasil

analisa statistik komponen utama hidrologi selama 30 tahun terakhir nilai C , debit

aliran dasar dan hujan wilayah dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Degradasi Rezim Hidrologi DAS Ciliwung-Bopuncur (1977-2007)

Page 31: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

31

Selanjutnya Gambar 3.6 ,menunjukkan bahwa analisa hidrologi data hujan dan

debit air di DAS Ciliwung Hulu - Pos Sugutamu dimana hujan wilayah jatuh di DAS

menjadi debit air tercatat di Pos Sugutamu didapatkan koefisien limpasan rata-rata

adalah C =0,44 dimana terdapat morfologi bergelombang halus dan kasar

Pegunungan Mandalawangi.

Gambar 3.6. Korelasi Hujan Wilayah –Debit air di DAS Ciliwung Hulu -Bopuncur 3.2.2. Pengaruh Perubahan Iklim & Konversi Lahan Terhadap Komponen

Komponen Hujan dan Debit Air.

Hasil pengolahan data debit Pos Sugutamu (Gambar 18) dalam dua periode 1982-

1994 dan 1995-2007 menunjukkan peningkatan simpangan baku pada periode ke 2 hal

ini akibat perubahan tata guna lahan di DAS Ciliwung Bopuncur dari tahun 1990-

2003 hutan yang sebesar 20,87 % menjadi 8,67 %, lahan pemukiman meningkat dari

8,1 % menjadi 38,01 % ( lihat Gambar 3.7 ).

Debit rata-rata di Pos Sugutamu pada periode 2 meningkat. Hal ini pengaruh hujan

wilayah di periode ke 2 juga meningkat , sekitar lokasi Pos Sugutamu yang terdapat di

kompleks perindustrian Depok yang memungkinkan ada penambahan debit dari

effluent dari aktifitas perkotaan dan industri yang menambah limpasan air ke badan

air permukaan seiring meningkatnya konversi lahan.

Q= C(PA)+bC= 0,44 b= 3,52Q= C(PA)+bC= 0,44 b= 3,52

Page 32: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

32

Gambar 3.7. Parameter Rezim Hidrologi di DAS Hulu Ciliwung –Bopuncur

3.2.3 .Trend Hujan & Debit air .

Dari hasil analisa data hujan bulanan diperoleh, bahwa pada musim kemarau

ditemukan curah hujan wilayah semakin menurun pada bulan Agustus dan September

dan sebaliknya musim penghujan hujan wilayah semakin tinggi pada bulan Februari

ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Pengaruh perubahan iklim dan konversi lahan di DAS Ciliwung, diteliti dengan

penelusuran debit rata-rata 5 tahunan pos duga air Sugutamu dari tahun 1982-2007

menunjukkan semakin besar debit air mengalir ke Jakarta. Pada musim penghujan ,

debit air Sungai Ciliwung Hulu-Bopuncur - Pos duga air Sugutamu ,hasil pengolahan

dengan metoda moving average 5 tahunan, yang ekstrim ditemukan pada bulan

Februari semakin tinggi sedangkan debit minimum didapatkan terjadi pada bulan

Agustus dan September seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9. dengan metode

sama analisa data debit air maksimum dan minimum di DAS Ciliwung hulu-Bopuncur

diperoleh trend ekstrimitas debit air harian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.10.

Avg=258,2 mm Avg=282,5 mmAvg=23,73 m3/s Avg=31,84 m3/s

Avg=258,2 mm Avg=282,5 mmAvg=23,73 m3/s Avg=31,84 m3/s

Avg=258,2 mm Avg=282,5 mmAvg=258,2 mm Avg=282,5 mmAvg=23,73 m3/s Avg=31,84 m3/s

Page 33: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

33

Analisa statistic hujan wilayah periode 5 tahun ditemukan semakin tinggi terjadi

pada bulan Februari sedangkan debit air purata 5 tahunan semakin besar juga pada

bulan februari sehingga analisa data debit air diperoleh kiriman debit air

maksimum dari DAS Ciliwung–Bopuncur terjadi pada bulan Februari.

Laju konversi Kawasan Konservasi Bopuncur (1990 – 1999) dan konversi lahan di

DAS Ciliwung Hulu- Bopuncur( 1990-2003) ,dapat diperlihatkan berturut-turut pada

Gambar 3.11 dan Gambar 3.12.

Gambar 3.8 Tendensi Hujan wilayah 5 tahunan di DAS Ciliwung Bopuncur

Gambar 3.9. Trend debit air di DAS Ciliwung Hulu-Bopuncur

Page 34: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

34

Gamb 3.10 Ekstrimitas debir air DAS Ciliwung Hulu -Bopuncur (1987-1999)

Page 35: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

35

Gamb 3.11  Peta Pemanfaatan lahan Kawasan Bopuncur 1990  

Gamb 3.11 .a : Peta pemanfaatan lahan Kawasan Bopuncur 1999 

1999

Page 36: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

36

20.87 %

19.05 % 18.75 %

10.75 %

8.67 %

25.52 %23.11 %

20.91 % 19.98 %18.87 %

38.78 %

21.92 %

10.35 %9.85 % 9.45 %

8.68%

19.67%

23.35%

25.74% 26.86%

6.1%

16.11%

36.01%33.54%

26.3%

0.14%

0.14%

0.14%

0.14% 0.14%

Gamb 3.12. Laju Konversi lahan DAS Ciliwung Hulu-Bopuncur(1990-2003)

3.3.Sensibilitas Rambatan Gelombang Banjir Pengaruh Sea level Rise dan

Reklamasi Pantai

Dari hasil simulasi model matematika terlihat pada Gambar 3.13 pada kejadian

banjir Jakarta tahun 2007 tinggi muka air di Pos Sugutamu-Depok mencapai 4.65 m

sehingga pada jam ke 24 saat banjir tiba di hilir muka air masih tinggi , sebagai

akibatnya memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap banjir di pesisir.

Pengaruh pasang surut di hilir hanya disekitar muara hal ini diperkuat dari penelitian

P2O LIPI Jakarta bahwa pasang surut di Teluk Jakarta penjalaran gelombangnya

tergolong lemah.

Gambar 3.13 Rambatan gelombang banjir dari hulu & pasang surut di hilir

Page 37: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

37

Hasil simulasi berbagai skenario seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. 14

kondisi normal dengan sea level rise (SLR) menunjukkan kenaikan muka laut sampai

50 tahun tidak memberikan pengaruh yang signifikan hanya meningkatkan muka laut

maksimum sebesar 0,2 m. Dari hasi simulasi menunjukkan pengaruh reklamasi

meningkatkan tinggi muka air di muara lama (grid 40,5 km) karena terjadi perlambatan

aliran sehingga pembuangan air ke laut terhambat. Jadi dapat disimpulkan pengaruh

dominan dari peningkatan luas dan tinggi banjir di kawasan pesisir Jakarta di setiap

musim hujan adalah reklamasi dan kiriman air dari hulu.

Semakin panjang penambahan daratan ke arah pantai maka semakin

meningkatkan tinggi muka air di wilayah pesisir berturut-turut ditunjukkan pada

Gambar 3.15 perbandingan muka air di pesisir lama pengaruh reklamasi 1,5 km

dengan reklamasi 3 km.

Gambar 3.14 Hasil Simulasi Perbandingan Normal Vs SLR Vs Reklamasi

Gambar 3.15 Hasil simulasi perbandingan reklamasi 1,5 km dengan 3 km

Page 38: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

38

IV. IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1 Sumber air dan Pedoman Alokasi Air Sungai untuk Irigasi dan Domestik

4.1.1. Tes Keandalan Debit rencana Air baku SPAM

Dari data historikal (1993-2006) Pos Duga air Kalibawang di DAS Kali Progo,

berpedoman penentuan keandalan air baku SPAM didapat ambang batas debit rencana

kering untuk sumber air Kali Progo di pos Kalibawang diperlihatkan Tabel 4.1.

selanjutnya dilakukan tes keandalan air baku SPAM pada musim –musim kemarau

historikal (1993-2006) diperlihatkan Gambar 4.1.

Tabel 4.1. Debit rencana air baku sungai untuk Pengembangan SPAM

Durasi 2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 20 Tahun 50 Tahun Distribusi

1 12.19 7.98 6.43 5.4 4.45 Log Pearson

2 12.47 8.41 6.95 5.99 5.1 Log Pearson

3 12.77 8.65 7.23 6.31 5.48 Log Pearson

7 14.5 10.09 8.58 7.61 6.74 Log Pearson

10 15 10.63 9.16 8.22 7.39 Log Pearson

15 15.54 11.31 9.9 9 8.21 Log Pearson

30 18 13.18 11.39 10.19 9.07 Log Pearson

60 20 14.23 12.03 10.53 9.11 Log Pearson

0

100

200

300

400

500

600

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Time Series

Q (

m3

/s)

Debit Harian Qdomestik

Gambar 4.1. Tes keandalan air baku Seri Historikal debit air sungai (1993-2006)

Page 39: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

39

4.1.2. Pedoman Alokasi Air Sungai untuk Irigasi dan Domestik Dalam mengatasi konflik interest sumber air antara irigasi dan domestik dimana

kedua-duanya disebut kebutuhan pokok maka diperlukan pemecahan yang adil untuk

kedua kebutuhan tersebut karena sumber air sungai terbatas . Pedoman alokasi air

dibuat sesuai pada kriteria teknis perencanaan sumber air baku Irigasi(Dirjen SDA) dan

domestik( Dirjen Cipta Karya ) Dep. PU .

Dari data historikal ( 1993-2006) dan berpedoman diagram alir pedoman alokasi air

sungai untuk Irigasi & domestik dibahas sebelumnya , tes pedoman alokasi air sungai

untuk irigasi dan domestik dilakukan dengan seri historikal , dapat diperlihatkan pada

Gambar 4.2.

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

0 50 100 150 200 250 300 350 400Time series

Q (

m3/

s)

Q Q20% Qirigasi Qdomestik

Gambar 4.2. Tes pedoman alokasi sumber air sungai untuk irigasi & domestic

4.2. Ancaman Kekeringan Air di DAS Cikapundung. 4.2 .1.Degradasi Debit Rencana air baku SPAM Dago-Bandung

Dari arsip data historikal tercatat (1916 – 2006 ) komponen hujan (P ) dan debit air (Q)

sebagai input “Watershed Model Statitical Hydrology “ diperoleh output berupa

koefisien limpasan (C) semakin besar dengan berjalannya waktu , proses alih fungsi

lahan dari hutan,budidaya, pemukiman pedesaan dan urban di DAS Cikapundung Hulu

dimana sebelum Perang Dunia II Ik = 0,8-0,9 ( tutupan didominasi lahan hutan )

setelah setengah abab kemudian ditemukan dari tahun (1966 s/d 2006) ,koefisien C66

=0,25 meningkat menjadi C2006 = 0,3 ( tutupan lahan terkonversi didominasi budidaya

pertanian dan permukiman). Seiring dengan itu , fungsi hidrologis lahan terdegradasi

dimana resapan air semakin kecil (I) sehingga mempengaruhi cadangan air tanah di

mintakat Lembang (DAS Cikapundung Hulu) ,ditandai semakin menurunnya debit

Page 40: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

40

aliran dasar (b) dan juga ditemukan dampak alih fungsi lahan hujan wilayah dari 1916

s/d 2006 ditandai dengan meningkat koefisen limpasan dan semakin kecil debit aliran

dasar (b) (lihat Gambar 4.3). Hal ini berdampak pada massa air hujan (P) yang jatuh di

DAS.

Gambar 4.3. Degradasi Rezim Hidrologi DAS Cikapundung(1916-2006) Degradasi lahan DAS Cikapundung di Mintakat Lembang menyebabkan cadangan air

tanah semakin menurun dari tahun ke tahun sehingga debit aliran dasar (low flow)

semakin kecil sebaliknya debit maksimum semakin besar dari tahun ke tahun sehingga

simpangan baku semakin besar , dari analisa statistik diperoleh degradasi ambang

batas debit rencana air baku sungai Cikapundung Hulu ( lihat Tabel 4.2 )

Sistem Penyediaan Air Minum Pakar (IPA Pakar) dioperasikan pada tahun 1992

,dengan keandalan debit air baku (terpasang ) = 0,60 m3/det dengan garansi

kesinambungan air selama 20 tahun. Namun setelah beroperasi 15 tahun( 1992-2007)

terjadi penurunan keandalan debit air IPA pakar turun menjadi 67 % sebagai dampak

degradasi lahan .Dari tabel 6 koreksi keandalan air baku ke masa depan Q = 0,60

m3/det turun menjadi 10 tahun.

Hujan WilayahCikapundung 1916-2006

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

1916 1922 1928 1934 1940 1946 1952 1958 1964 1970 1976 1982 1988 1994 2000 2006

Tahun

Rai

nfa

ll (m

m)

Hujan Tahunan Linear (Hujan Tahunan)

Runoff Coefficient TahunanCikapundung-MARIBAYA 1916-2006

0.0000

0.0500

0.1000

0.1500

0.2000

0.2500

0.3000

0.3500

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Time SeriesR

un

off

Co

effi

cien

t (C

)

Run-off CoefficientLi (R ff C ffi i t)

Baseflow TahunanCikapundung-MARIBAYA 1916-2006

0.0000

1.0000

2.0000

3.0000

4.0000

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Time Series

Bas

eflo

w (

m3/

s)

Baseflow Linear (Baseflow)

(P1)

(P2)

(P3)

(P5)

(P4)

(P6)

٠Maribaya

(P1)

(P2)

(P3)

(P5)

(P4)

(P6)

(P1)

(P2)

(P3)

(P5)

(P4)

(P6)

٠Maribaya

Page 41: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

41

Tabel 4.2: Degradasi debit rencana Kering untuk SPAM 4.2. 2.Penurunan Produksi Energi PLTA Bengkok. PLTA Bengkok dan Dago dioperasikan pada tahun 1923 dengan kapasitas pipa

transmisi terpasang maksimum Q=3,5 m3/det didasarkan pada kebijakan debit air

rata-rata DAS Cikapundung Hulu -Pos Maribaya . Bangunan sadap di Sungai

cikapundung disalurkan pipa transmisi mengisi kolam harian dan seterusnya meng

gerakan PLTA Bengkok dengan kapasitas terpasang 3 x 1,05 MW dan over flow dari

PLTA Bengkok , menggerak PLTA Dago kapsitas terpasang 1 x0,70 MW (lihat Gambar

4.4)

Kapasitas terpasang PLTA Bengkok ,dibatasi saluran transmisi terpasang ( antara

Sungai Cikapundung ke kolam harian ) dengan kapasitas Q =3,5 m3/det hanya dapat

dipenuhi pada musim penghujan dan pada musim kemarau debit sungai dibawah

kapasitas terpasang dan terjadi debit air semakin kurang pada musim kemarau akibat

degradasi lahan DAS Cikapundung di mintakat Lembang . Selanjut pada tahun 1992

sumber air Cikapundung Hulu-Maribaya disadap untuk air baku IPA pakar sebesar

Q=0,60 m3/det .Hasil simulasi Produksi Energi Listrik PLTA Bengkok 3(tiga) periode

waktu mengalami degradasi debit air terutama pada musim kemarau sepanjang 1923-

2006 (lihat Gambar 3.5)

Dampak Degradasi Rezim Hidrologi terhadap Keandalan Air baku SPAM Dago - Pos Maribaya DAS Cikapundung (M3/det)

Keandalan air baku rencana 1992

Koreksi Keandalan Air baku 2007

Keterangan

Durasi 5 thn 10 thn 20 thn 5 thn 10 thn 20 thn 1 hari 0,99 0,85 0,76 0,83 0,60 0,44

2 hari 1,18 1,08 1,02 1,12 1,03 0,91 7 hari 1,27 1,17 1,09 1,21 1,11 1,04 15 hari 1,34 1,22 1,13 1,24 1,13 1,09 30 hari 1,45 1,32 1,22 1,32 1,20 1,18

Page 42: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

42

Gamb.4.2. Lingkungan PLTA Bengkok/Dago

Gambar 4.4. Lingkungan Ekonomi PLTA Bengkok

Gambar 4.5. Penurunan Kinerja Produksi Listrik PLTA Bengkok/Dago 4.2.3.Sumber Air & Pengembangan Waduk Multiguna Pakar Dago Dampak Degradasi Rezim Hidrologi di DAS Cikapundung terhadap kinerja PLTA

Bengkok/dago dan keandalan air baku IPA Pakar dago Bandung . Keandalan pasokan

air baku IPA Dago dari semula ambang batas debit rencana air baku periode 20

tahun (1992), setelah 15 tahun(2007) kemudian turun debit rencanan air baku menjadi

10 tahun dan seterusnya terjadi penurunan produksi listrik PLTA Bengkok /dago terjadi

pada musim kemarau pengaruh degradasi lahan terhadap ekstrimitas debit air

KTH

Turbin Bengkok

Turbin Dago

Smax

H = 104 meterL = 700 m

H = 44 meterL = 1,4 Km

S.Cikapundung

Plant Bengkok:• 3 turbin max 3x1,05 MW

pada bulan kering rata2 Agustus-Oktober 3x200 KW• Qmax @1,36 m3/d

Plant Dago:• 1 Turbin max 1x0,7 MW

pada bulan kering rata2 Agustus-Oktober1x200 KW• Qmax 3,5 m3/d

Water Intake

Bengkok

overflow

Degradasi Produksi Listrik Tahunan PLTA Bengkok 1923-2006

25930486

21246539

18220044

17000000

19000000

21000000

23000000

25000000

27000000

(1923-1945) (1991-2001) (2001-2006)

Tahun

Pro

du

ksi

Lis

trik

(K

wH

)

Degradasi Produksi Listrik PLTA Dago 1923-2006

18098037,36

16400243,73

14156431,34

13000000

15000000

17000000

19000000

(1923-1945) (1991-2001) (2001-2006)

Tahun

Pro

du

ksi

Lis

trik

(K

wH

)

Page 43: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

43

ancaman banjir dan kekeringan di kawasan hilirnya . Pemecahan diperlukan

pengendalian air ekstrimitas debit air di DAS Cikapundung dengan pengembangan

sumber daya air multiguna( pengendalian banjir, PLTA dan air baku ) berupa Waduk

Multiguna Pakar memerlukan volume 27 Juta m3 ( revitalisasi PLTA Bengkok/Dago

dengan kapasitas terpasang produksi listrik Turbin bengkok terpasang 12 x 3050

kilowat/tahun dan Turbin Dago 12 x 700 kilowatt/tahun , penambahan kapasitas air

baku dari 0,6 m3/det menjadi 1,6 m3/det untuk pengembangan SPAM Kota Bandung ,

dapat untuk pariwisata air dan mengurangi banjir di hilir Kota Dajeuh kolot ( lihat

Gambar 4.6)

Keseimbangan air waduk : t+1t + Qin – QT

dimana:variabel determinan

t. = langkah waktu

Qin = variabel acak

QT= variabel keluaran (variabel di komandokan)

Prakiraan debit air input ( Qin) menggunakam metode kontinu , didasarkan korelasi

spartial komponen hidrologi utama : hujan(P). debit air(Q) dan hasil bangkitan debit

air diperlihatkan pada Gambar 4.7

Inflow

600 l/d

IPA PAKAR

Release

Vbanjir

Smax

Smin

Spillway

Transmisi PLTAMax: 3,5 m3/d

Intake Bengkok

IPA 2x500l lps

3x1,05 MW

1x0,7 MW

60 l/s Mini Plant Pakar

Domestic

Domestic

Power Plant

KTHSmax (30.000 m3)

Smin (12.500 m3)

Lingkungan Ekonomi Waduk

S.Cikapundung overflow

Waduk Multiguna Pakar dago

Gambar 4.6. Waduk Multiguna Pakar Dago

Page 44: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

44

Korelasi Debit Historik dan Prediksi MODEL KONTINUE

CIKAPUNDUNG-Maribaya 2000-2006 (Qt+1)

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep Jan

May

Sep

Bulan

Deb

it (

m3/

s)

historik prediksi

Gambar 4.7 . Prakiraan debit air Model Kontinu - Qinput Waduk

Konversi lahan terbangun mintakat Lembang di kawasan konservasi dilakukan

pengendalian limpasan air berwawasan lingkungan di Wilayah Inti Bandung Raya

bagian Utara(KBU ),dengan mengembalikan fungsi hidrologis lahan alamiahnya. Pada

prinsipnya pengendalian keberlangsungan air , fungsi resapan air lahan terbangun :

Ikc terbangun > Ik alamiah , untuk kawasan permukiman dikendalikan pemanfaatan

lahan cara BCR ,vegetatif dan non vegetatif (rekayasa engineering) dan implementasi

sistem drainase berwawasan lingkungan

V. PENUTUP DAN HARAPAN Dari hasil kajian ancaman banjir dan kekeringan di kawasan terbangun ini , dapat

disimpulkan bahwa :

Pengaruh pemanasan global, terhadap komponen siklus Hidrologi ,ditemukan

naiknya muka air laut rata-rata diteluk Jakarta dan terhadap komponen Hujan di

DAS Ciliwung – Bopuncur : curah hujan (P) semakin ekstrim pada bulan Februari

menunjukkan tendensi curah hujan wilayah semakin besar dan sebaliknya pada

musim kemarau curah hujan wilayah pada bulan Agustus & September semakin

kekeringan

Dari kajian ikhwal Hidrologi di DAS Ciliwung –Bopuncur ,ditemukannya koefisien

variansi ( / Q) yang membesar sehingga berdampak pada degradasi debit rencana

(debit banjir rencana semakin tinggi dan debit rencana kering menurun ), dan dalam

Page 45: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

45

jangka panjang mengancam keberlangsungan fungsi infrastruktur di wilayah hilir

Kawasan kerja (sistem drainase wilayah, transportasi, pasokan air baku )

Dari penelusuran terhadap komponen siklus utama Hidrologi ( P, Q) di DAS Hulu

Ciliwung –Bopuncur dan kejadian banjir di Jakarta (1996,2002 dan 2007), terdapat

tendensi kuat ancaman banjir dipesisir ,yang terjadi pada bulan Febuari.

Dari penelusuran Banjir Jakarta 2007 dan Pasang Surut Laut di Tanjung Priok

relatif rendah sepanjang tahun 2007 dan gelombang banjir didominasi kiriman air

dari Kawasan DAS Ciliwung Bopuncur.

Pemanasan iklim global berupa naiknya muka laut terjadi “lambat laun” relatif

pengaruhnya signifikan jangka panjang jika dibandingkan ancaman banjir di

kawasan terbangun akibat pengaruh pemberdayaan pesisir pantai (konversi lahan).

Hasil simulasi menggunakan “ Boundary Condition “ Banjir Jakarta 2007 ,

ditemukan pengaruh perubahan iklim naiknya muka laut minimal 100 tahun untuk

dapat menyamai pengaruh peningkatan ketinggian muka air di pesisir lama akibat

reklamasi +1,5 km

Upaya pemberdayaan pantai pesisir dengan penimbunan pantai laut ,suatu tindakan

pelandaian morfologi pesisir , terbukti menyebab pembuangan air dari daratan ke

laut semakin sulit.( Menteri Kimpraswil , Kompas 2003) merupakan ancaman

keberlanjutan drainase alamiah dikawasan landai terbangun

Fenomena ekstrimitas debit air di hulu Sungai dan semakin landai kemiringan

pembuangan limpasan dari daratan ke laut (naiknya muka laut , reklamasi )

mengancam banjir & kekeringan . Ancaman kekeringan berupa turunnya debit

rencana kering air baku pengaruh semakin meningkat konflik interes antara

pengguna air baku dan Selanjutnya ancaman banjir di kawasan Hilir berupa

semakin sulit air membuang kelaut dan mengancam keberlanjutan drainase

perkotaan.

Sistem drainase perkotaan di kawasan terbangun semakin mahal . Sehingga

Perencanaan infrastruktur drainase perkotaan jauh lebih mahal (pompa, polder

,pintu air dan biaya pemeliharaan ) sedangkan salah satu membantu mengurangi

banjir draianse alamiah di kawasan terbangun(Hilir) : pembuatan Banjir Kanal

sedangkan di Kawasan Hulu implementasi pengendalian konversi lahan dengan

indeks Konservasi (Keppres 114 tahun 1999) berprinsip mengembalikan fungsi

Hidrologis Lahan alamiah.

Page 46: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

46

Laju Konversi lahan di DAS Cikapundung hulu menyebabkan debit air semakin

ekstrim ke kawasan hilir ,ditemukan terjadinya degradasi debit rencana air baku

untuk SPAM dan juga terjadi penurunan produksi PLTA Bengkok pada musim

kemarau , pemecahan pengendalian air dengan waduk multiguna (PLTA,Sumber air

baku,Banjir) dan implementasi SK Gub.Jabar No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982.

Wilayah Inti Bandung Raya bagian Utara pada prinsip analog dengan Keppres 114

tahan 1999 tentang Bopuncur.

Cekungan Bandung analog dengan Jakarta : eksploitasi air tanah turun diikuti

muka tanah di dataran Bandung sehingga sulit mengalir air badan air dan paras

muka air Citarum semakin tinggi akibat ekstrimitas debit air. Salah satu

penyelesaian disarankan penurunan Curuq Jompong ( Arwin, Seminar Banjir Kab.

Bandung Dampak La Nina 1998 )

Permasalahan pengendalian konversi lahan VS menuju pembangunan berkelanjutan,

terletak pada level implementasi undang-undang & peraturan ,dapat dilihat pada

Gambar 5.1

Gambar 5.1 Ancaman keberlanjutan air di Kawasan terbangun

Page 47: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

47

HARAPAN

Dengan ditemukannya pengaruh iklim terhadap komponen utama siklus hidrologi

(P,Q) dan naiknya muka air laut, pengendalian konversi lahan di Indonesia menjadi

semakin penting & urgen untuk mencegah ancaman banjir dan kekeringan, hal ini

juga dijadikan merupakan input bagi strategi reformasi pengendalian ruang masa

depan.(Bappenas ,Expert Group Discusion Strategy Reformasi Pengendalian Ruang

di Indonesia,6 Nov. 2008 )

Eksploitasi air tanah berlebihan perlu dihentikan, yang dianjurkan adalah sumber air

permukaan dan pengendalian limpasan air hujan terutama di Kawasan Konservasi

Air dengan implementasi indikantor konversi lahan dengan indeks konservasi (

Keppres 114 tahun 1999)

Laju Konversi lahan kawasan terbangun begitu cepat berlangsung sedangkan

infrastruktur drainase wilayah ( normalisasi sungai ,drainase perkotaan dan

pemeliharan ) tinggalan jauh dengan laju limpasan air akibat konversi lahan

terbangun.

Untuk masa depan perlu dikembangkan sistem drainase berwawasan lingkungan di

DAS, yang berupaya mempertahankan kemampuan resap lahan( mempertahankan

keberlanjutan sumber-sumber alamiah) sekalian mengendalikan limpasan air

permukaan sehingga tidak membebani badan air penerima.

Upaya Implementasi pengendalian sumber air berkelanjutan,perlu ditingkatkan :

a) Un Direct(tidak langsung ) : diterbitkannya berbagai UU/peraturan/

Keppres/Kepmen dstnya

b) Direct (secara langsung) : melalui Insentif & dissentif.

Evaluasi UU/peraturan perlu mendapat perhatian keserasian hirakhi dari tingkat

Nasional /Prop/ Kabupaten Kota terkait konversi lahan dan pemanfaatan air tanah.

Page 48: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

48

DAFTAR PUSTAKA

Arwin.Simulasi Numeric Implisit of Single Canal Surface Water Flow .Master Thesis, Civil Engineering Department, Bandung Institute of Technology. Bandung, Indonesia. Mars 1984

Arwin,Etude stochatique Rezime des Pluis dans le bassin superieur du Citarum en Indonesie .Mémoire ENSIEEHT Toulouse France . Toulouse Juillet 1988

Arwin, Modelisation des Resources en Eau et Leur Exploitation Energetique sur L’exemple du Bassin Superieur du Citarum en Indonesie. Disertation INPT France . Toulouse ,9 Juillet 1992.

Arwin,Manajemen Aliran Mantap sungai untuk menjamin kestabilan Produksi Instalasi PDAM untuk Melayani Air Bersih Perkotaan. Makalah pada MAPAM VIII,seminar Teknik PERPAMSI di Padang 15-20 Desember 1997.

Arwin ,Indeks Konservasi sebagai Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bopuncur . Badan Koord Tata Ruang Nasional –Bappenas , 9 Juli 1999

Arwin,Penerapan Analisa Statistik terhadap ketidakpastian Debit air sungai dalam rangka peningkatan pelayanan air bersih perkotaan Makalah pada MAPAM IX,Seminar Teknik PERPAMSI di Jakarta ,Agustus 2001

Arwin,Kajian Pengaruh Alih Fungsi Lahan terhadap Aliran di DAS Ciliwung- Kawasan Bopuncur dengan Pendekatan Indeks Konservasi. Jurnal Teknik Sipil ITB ,Vol 8 No.2 April 2001 ,ISSN 0853-2982, Akredisasi PDK

Arwin ,”Kajian Aspek Hidrologi,Tata Guna Lahan dan Konservasi Sumber Daya Air di kawasan Bopuncur Buku Manajemen Bioregional Jabodetabek : Profil & Strategi Pengelolaan Sungai & Aliran Air. Jakarta ,Pusat Penelitian Biologi LIPI 2004

Arwin & Y. Mukmin, “kajian keandalan air sungai cisadane Memenuhi laju permintaan air baku pdam kota bogor Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.17/No.2, Agustus 2006, hlm. 53-74

Arwin and Desy suktikno “ Numerical Model simulation of single canal surface water flow in a case of down stream boundary condition change . International Symposium on Ecohydrology, 2005, ISBN. 979-3673-70-2, (Proceedings) Kuta Bali 21-26 Nov 2005

Arwin, Rakhmita Aksayanty “ Studi komparatif metode peresap buatan untuk pengendalian limpasan air hujan Lebakgede, Kec Coblong kota Bandung” Jurnal Purifikasi ITS ,Vol 7 no.1 Juni 2006 , ISSN 1411-3465, Akreditasi No.26/DIKTI/Kep/2005, 30 Mei 2005.

Arwin, Kajian Ekstremitas Debit Air dan Pelestarian Air di Kawasan Konservasi (Keppres 114/99 Bopuncur), Proceedings seminar Nasional Perkembangan dan Aplikasi Teknologi Lingkungan dalam menghadapi Era globalisasi , 2003 , ISBN. 979-96276-2-1, ITS Surabaya ,October 1-2 ,2003.

Arwin., Paramastuti,N. “Dampak Degradasi Rezim Hidrologi di Kawasan Andalan Terhadap Kinerja PLTA,Infrastruktur Air dan sanitasi,” Paper Seminar Apresiasi Air dan sanitasi di Kawasan Budidaya Kerma ITB-Ditjen Cipta Karya PU. 31 Maret ,2008.

Arwin,Endang Sri Pujilestari “ Perubahan Iklim,Konversi Lahan dan Ancaman Banjir & Kekeringan Vs Menuju Pembangunan Berkelanjutan . Bappenas ,Expert Group Discusion Strategy reformasi pengendalian ruang di Indonesia,6 Nov. 2008

Nelson, “Analisa Statistik Komponen Utama Hidrologi dan Pengelolaan Aktual Waduk Multiguna Kasus DAS Ciliwung-Bopuncur.” Tesis Magister Program Studi Teknik Lingkungan ITB, 2005

Tamin M. Zakaria Amin , DPAM Cipta karya-PU. Kebijakan Strategis pengembangan Air Minum di kawasan Andalan Kasus Jagodetabek Paper Seminar Apresiasi Air dan sanitasi di Kawasan Budidaya Kerma ITB-Ditjen Cipta Karya PU. 31 Maret ,2008

Page 49: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

49

BIODATA

1. Nama : Arwin Sabar 2. Tempat dan tanggal lahir : Nias , 14 Maret 1952 3. NIP : 130 675 821 4. Fakultas/Sekolah : Teknik Sipil dan Lingkungan ITB 5. Kelompok Keilmuan/Keahlian:Teknologi Pengelolaan

Lingkungan (T PL) 6. Bidang Keahlian :Pengelolaan Sumber Daya Air &

Konservasi 7. Nama Istri & anak : alm. Marjory Rose Lawalata

Patrick Arbyla Sabar

I. Jabatan Struktural di ITB

No Nama Jabatan Tahun Keterangan 1 Ketua Kelompok Keahlian/Keilmuan TPL 2006 s/d skrg 2 Anggota MGB_-ITB 2008 - skrg 3 Anggota Senat FTSL - ITB 2006 s.d skrg 4 Anggota Majelis Teknik Lingkungan 2002-2005

II. Riwayat Pendidikan

No Jenjang

Perguruan Tinggi Tahun Lulus

Gelar Bidang Pendidikan

1 S1 ITB 1977 Ir Teknik Penyehatan 2 S2 Pasca ITB 1984 MS Teknik Sumber Air - Sipil ENSEEIHT Toulouse 1988 DEA Hidrologi 3 S3 I.N.P.T

Toulouse, France 1992 DR. Formasi Mekanika Fluida –

Keutamaan Manajemen SDA 4 Sertifikat UI-Dep. PDK

Direktorat Jenderal PT 1982 - Penataran Bimbingan dan

Konseling tenaga pengajar PT di selenggarakan 1 Des 1981 s/d 23 Jan. 1982 di Fakultas Psikologi UI

III.Riwayat Kepangkatan

No Pangkat Golongan TMT 1 Penata Muda III/a 1 Mei 1978 2 Penata Muda Tk.I III/b 1 April 1980 3 Penata III/c 1 April 1983 4 Penata Tk. I III/d 1 Oktober 1985 5 Pembina IV/a 1 Oktober 1993 6 Pembina Tk.I IV/b 1 April 1996 7 Pembina Utama Muda IV/c 1 April 2002

Page 50: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

50

IV.Riwayat Jabatan Fungsional No Nama Jabatan TMT 1 Asisten Ahli Madya 1 Mei 1979 2 Asisten Ahli 1 April 1980 3 Lektor Muda 1 April 1983 4 Lektor Madya 1 April 1988 5 Lektor 1 Juli 1993 6 Lektor Kepala Madya 1 Juli 1996 7 Lektor Kepala 1 Januari 2001 8 Guru Besar 1 April 2008

V. Penghargaan

No Nama Penghargaan Pemberi penghargaan

Keterangan

1 Piagam Program Re-Orientasi Staf pengajar ITB

ITB 2002

2 Piagam Penghargaan Pengabdian 25 Tahun

ITB 2003

3 Piagam Satya Lencana RI 20 Tahun

Presiden RI 2003

VI. Penulisan buku teks/diktat

6.1.Nasional No Pengarang Judul buku referensi/monografi; ISBN; Penerbit;

Tahun 1 Buku Manajemen Bioregional

Jabodetabek : Profil & Strategi Pengelolaan Sungai & Aliran Air. Arwin, “ Kajian Aspek Hidrologi, Tata Guna Lahan dan Konservasi Sumber Daya Air di Kawasan

Jakarta, Pusat Penelitian Biologi LIPI, 2004

6.2 Internasional

No Pengarang Judul buku referensi/monografi; ISBN; Penerbit; Tahun

1 C.Thirriot ,Arwin “ Detail Numerical Study of Discretizing Effects in Optimizing Using Bellman’s Dynamic Programming Method ( hal 67-81)

Computer Method in Water Resources II. Vol 3: Computer Aided Engineering in Water Resources . Editors: C.A. Brebbia ,D.Ouazar,D.Ben Sari . ISBN 3-54053646-9 Computational Mechanics Publications Southampton Boston co-published with Springer –Verlag Berlin Heiderberg New York London Paris Tokyo Hongkong Barcelona 1991

Page 51: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

51

VII Penelitian/Publikasi

7.1.Dalam jurnal nasional terakreditasi No Pengarang; Judul makalah Nama jurnal; No Publikasi; Vol tahun;

ISSN; No akreditasi; Tanggal, dan peringkat akreditasi

1 Arwin ,Rachmawati , Arief Dhani Sutadian,Iwan Juwana: “ Studi Statistika Komponen Utama Hidrologi Di DAS dalam rangka Ketersediaan Sumber Air Bersih”

Jurnal Itenas No. 3 Vol 6, November 2002 ,ISSN : 1410-3125, Akreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002, Peringkat C

2 Arwin, “ Prospek kontribusi DAS Cikapundung memenuhi laju permintaan sumber air baku Metropolitan Bandung “

Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil Undip Vol 14, No.2 edisi xxxv Juni 2006, ISSN 0854-1809, Akreditasi No. 23a /DIKTI /KEP/2004, Peringkat B

3 Arwin, Rakhmita Aksayanty “ Studi komparatif metode peresap buatan untuk pengendalian limpasan air hujan Lebakgede, Kec Coblong kota Bandung”

Jurnal Purifikasi ITS ,Vol 7 no.1 Juni 2006 , ISSN 1411-3465, Akreditasi No.26/DIKTI/Kep/2005, 30 Mei 2005, Peringkat B

4 Arwin,Yuniria Mukmin “ Kajian keandalan air sungai Cisadane memenuhi laju permintaan air baku PDAM kota Bogor “

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota ITB (JPWK) Vol 17 edisi No.2 thn 2006, ISSN 0853-9847, Akreditasi No. 26/DIKTI/Kep/2005, Peringakat B

5 Arwin and Desy suktikno “ Numerical Model simulation of single canal surface water flow in a case of down stream boundary condition change. “

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Teknik Keairan Undip, No.1 Tahun 13 Juli 2006, ISSN 0854-4549, Akreditasi No.23a/ DIKTI/KEP/2004

6 Arwin, “Kajian Keandalan Sumber Mata Air Cipaniis Memenuhi Kebutuhan Air Domestik Kota Cirebon”

Jurnal Purifikasi ITS, Vol.7 No.2 Edisi Desember 2006, ISSN 1411-3465, Akreditasi No. 26/DIKTI/Kep/2005, 30 Mei 2005, Peringkat B

7 Arwin ,” Kajian Pengaruh Alih Fungsi Lahan terhadap Aliran di DAS Ciliwung – Kawasan Bopuncur dengan Pendekatan Indeks Konservasi.”

Jurnal Teknik Sipil ITB, Vol 8,No.2 April 2001 , ISSN : 0853-2982, Akreditasi PDK

7.2.Dalam prosiding seminar internasional

No Pengarang; Judul makalah Nama Seminar; Tahun; ISBN; Tempat

publikasi 1 Arwin and Desy suktikno “ Numerical

Model simulation of single canal surface water flow in a case of down stream boundary condition change “

International Symposium on Ecohydrology, 2005, ISBN. 979-3673-70-2, (Proceedings) Kuta Bali 21-26 Nov 2005

2 Setiawan W, Juli Soemirat,Arwin, Sampoerno : " The Impact of landuse Change on Waterborne Diseases Pattern case Study : Upper Citarum watershed”

Proceedings Internasional , 2003, Bangkok ,Thailand, October 23-25 ,2003

Page 52: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

52

7.3.Dalam prosiding seminar Nasional

No Pengarang; Judul makalah Nama seminar; Tahun; ISBN; Tempat

publikasi 1 Arwin, Kajian Ekstremitas Debit Air dan

Pelestarian Air di Kawasan Konservasi (Keppres 114/99 Bopuncur),

Proceedings seminar Nasional Perkembangan dan Aplikasi Teknologi Lingkungan dalam menghadapi Era globalisasi , 2003 , ISBN. 979-96276-2-1, ITS Surabaya ,October 1-2 ,2003.

7.4. Penelitian yang pernah dilakukan dengan sumber dana Hibah Kompetisi, Riset

Unggulan dan lain-lain

No Peneliti,Judul Penelitian Sumber dana; Tahun; Tempat publikasi 1 Arwin, Kajian Potensi Sumber Mata Air

Cigorowong Cibulakan & Cikepel di Kec.Mandirancan Kab.Kuningan

Pemda /PDAM Kota Cirebon ,2004 Kerma Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat –ITB

2 Arwin, Komparasi keandalan sumber air sungai dan mata air untuk penyediaan air minum perkotaan dan irigasi ( studi kasus sungai Cisadane dan Mata air Cipaniis)

Riset KK ITB 2006

VIII. Penelitian/Publikasi utama dan mendukung

7.1. Karya Akademik yang dinilai layak

No Karya Akademik Bentuk karya akademik; Tahun 1 Arwin ,Indeks Konservasi sebagai

Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bopuncur

Paper dalam rangka rancangan Keppres 114/1999 Bopuncur, Nasional -Bappenas 7 Juli 1999 (Atas permintaan Badan Koordinasi Tata Ruang)

2 Arwin , Penerapan Analisa Statistik terhadap ketidakpastian Debit air sungai dalam rangka peningkatan pelayanan air bersih perkotaan

Makalah pada MAPAM IX,Seminar Teknik PERPAMSI di Jakarta ,Agustus 2001 (Penugasan dari Departemen TL-ITB )

3 Arwin,Manajemen Aliran Mantap sungai untuk menjamin kestabilan Produksi Instalasi PDAM untuk Melayani Air Bersih Perkotaan

Makalah pada MAPAM VIII,seminar Teknik PERPAMSI di Padang 15-20 Desember 1997 (Penugasan dari Departemen TL-ITB )

Page 53: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

53

Kompas, Senin, 11 Februari 2002

Waspada, Memoar Hujan Lima Hari SOSOK Jakarta sebagai kota metropolitan yang tangguh runtuh akibat air bah yang terjun bebas dari kawasan Bopunjur. Sungai Ciliwung mendadak meluap membabi-buta. Apa saja yang menghadang gemuruh air yang tumpah dari hulunya dari kawasan Puncak, rontok tergulung banjir dahsyat itu.

Riuh rendah warga Jakarta yang mencari pertolongan nyaris tak berarti, karena setiap hari air bukan surut, malah meninggi. Kasus banjir Jakarta memang tak lepas memoar (riwayat) hujan lima hari.

Menurut Arwin Sabar, ahli hidrologi lingkungan ITB, ciri khas hujan lima hari merupakan bagian dari siklus waktu perubahan cuaca di suatu daerah. Memoar hujan itu sendiri diperoleh Arwin dari penelitian curah hujan di kawasan Cekungan Bandung beberapa waktu lalu. Untuk kawasan Jakarta siklus hujan terjadi dalam rentang lima sampai enam tahun sekali.

Pada hari keenam ikatan hujan akan renggang, seterusnya curah hujan mengecil sampai akhirnya berhenti. "Sekalipun hujan masih turun di wilayah Jakarta, tetapi memoar hujan lima hari tidak akan terulang. Mungkin lima sampai enam tahun lagi," katanya.

Dari catatan Arwin sebenarnya curah hujan di wilayah Bopunjur, Bandung, dan Jakarta, menunjukkan angka normal setiap tahun yakni sekitar 3.500-4.000 milimeter. Tingkat curah hujan seperti itu melingkupi sekitar 50 persen dari luas lahan Bopunjur.

Walaupun curah hujan normal dengan karakter acak, air hujan sebenarnya tidak meresap ke lahan di kawasan Bopunjur. Akibatnya pada waktu musim hujan, air langsung terjun bebas ke bawah merendam daerah dataran rendah seperti Jakarta.

Kondisi diperparah dengan terjadinya erosi yang membuat kawasan perbukitan tergerus memunculkan lumpur. Akibat kontribusi lumpur daerah aliran Sungai Ciliwung tertutup sebagian, menjadikan ketidakseimbangan daya tampung air hujan.

Sekarang ini dengan komposisi hutan lindung yang tak sampai 20 persen, berikut bertambahnya lahan permukiman menjadikan resapan air hujan pada lahan di Bopunjur tinggal 10 persen. Sebelumnya daerah resapan di sana masih menyisakan 28-30 persen ketika lahan hutan dijadikan kawasan perkebunan.

Menurut Arwin lagi, kondisi Jakarta diperparah oleh kebijakan pemerintah setempat yang mengabaikan lahan resapan di wilayahnya. Proyek perumahan nyaris tidak beraturan seperti perumahan Pantai Indah Kapuk.

Kebijakan Pemprov DKI Jakarta paling mencolok adalah melakukan perluasan wilayah melalui reklamasi di pantai utara Jakarta seluas 2.700 hektar. Sebelumnya, reklamasi dilakukan untuk membangun kawasan permukiman elite di Pantai Mutiara, juga di Jakarta Utara.

Betapa pun besarnya nilai ekonomis proyek itu, reklamasi sebenarnya menambah beban Kota Jakarta yang kini sudah sangat sarat, seperti ancaman banjir, kelangkaan transportasi dan prasarana umum, serta derasnya arus urbanisasi.

Menurut Arwin Sabar, tujuan reklamasi di Jakarta Utara itu tadinya untuk mengurangi beban daerah selatan Jakarta, khususnya Depok, agar bisa menjadi daerah resapan air. Namun, reklamasi itu sendiri belum dilengkapi amdal lingkungan terutama mengenai aliran air Kota Jakarta.

Page 54: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandungkuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/2-Official-0... · 4 IKHWAL ANCAMAN KEKERINGAN DI KAWASAN HULU & WADUK MULTIGUNA 4.1

Majelis Guru Besar Prof.Arwin Sabar Institut Teknologi Bandung 27 Febuari 2009

54

Oleh karena itu, ia menyarankan agar penanganan banjir di Jakarta dilakukan secara komprehensif lintas bidang dan lintas daerah. Walaupun Jakarta itu otonomi, namun kehidupan Ibu Kota tidak terlepas dari pengaruh daerah sekelilingnya.

"Kalau pendekatan penanganan banjir masih bersifat parsial, tak beda dengan penanganan kasus banjir sebelumnya. Banjir akhirnya diproyekkan," katanya. Kondisi mendesak sekarang ini untuk ditangani Pemda DKI Jakarta bagaimana mengantisipasi memoar banjir lima hari dalam siklus lima tahun. Itu dulu. (zal)