majalah ptkdikmen jul 12
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
1/64
MENGGENJOT MUTU
DIKMENPTK MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PTK PENDIDIKAN MENENGAH
PTK DIKMENJULI
2012
Surya Dharma:Tantangan Guru Abad XXI
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
2/64
STRUKTUR ORGANISASIDI REKT O R A T P EM BI N A A N
P EN D I DI K DA N T EN AG A KE P EN DI D I KA N
P E N D I D I K A N M E N E N G A H
Surya Dharma, MPA, Ph.D
Direktur PPTK Dikmen
Mora Baringin Harahap, SE
Kasubag Tata Usaha
Wastandar, MA, Ph.D
Kasubdit Program
dan Evaluasi
Dra. Maria Widiani, MA
Kasubdit PTK SMA
Drs. Prasetyo Triatmojo, MM
Kasubdit PTK SMK
Drs. Subahi Idris, MM
Kasubdit PTK Pendidikan
Khusus dan Layanan Khusus
Ir. Mamat, MM
Kasi Perencanaan Program
Drs. Yusrizal, M.Pd.
Kasi Evaluasi dan Pelaporan
Wendi Kuswandi, SEKasi Perencanaan Kebutuhandan Peningkatan Kualifikasi
Drs. Suko Wiyanto, MMKasi Perencanaan Kebutuhandan Peningkatan Kualifikasi
Dra. Nani Parhanah, MMKasi Perencanaan Kebutuhandan Peningkatan Kualifikasi
Dra. RR. Sutaris, M.Pd.
Kasi KarierDrs. Akhmad Nirwan, M.Pd
Kasi KarierSarwin Zain, M.Pd.
Kasi Karier
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
3/64
Jakarta, Juli 2012
Direktur Pembinaan PTK Dikmen
Surya Dharma, MPA, Ph.D
NIP 195309271979031001
Uji Kompetensi Awal (UKA) guru yang dilaksanakan Februari 2012 lalu masih menjadi
pembicaraan di kalangan guru. UKA merupakan bagian dari penyelenggaraan
sertifikasi pendidik dengan pola baru mulai tahun 2012. Pelaksanaan uji kompetensi
bagi para guru itu sesungguhnya hanya bagian kecil dari proses pembinaan kepada
guru. Sebab masih banyak tantangan serius yang harus dihadapi para guru, juga tenaga
kependidikan pendidikan menengah kita. Guru saat ini mengajar anak-anak kita yang hidup
di masa depan, di abad 21. Kalau guru-guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang diajarnya
untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu sama saja dengan merampas masa depan
kehidupan anak-anak didik kita.
Permasalahan utama guru yang menjadi perhatian sangat serius kami, di antaranya,
adalah peningkatan kualifikasi akademik menjadi S-1/D-4; ketidaksesuaian kualifikasi
akademik dan bidang studi yang diajar guru (mismatch), distribusi guru, dan peningkatan
kompetensi guru. Kualifikasi akademik guru-guru SMA/SMK yang belum S-1/D-4 hanya sekitar
15% dari jumlah keseluruhan guru SMA/SMK. Tapi ternyata tidak sepenuhnya gampangmeningkatkan kualifikasi akademik mereka ini. Pada tahun 2011 lalu, kami menganggarkan
kurang lebih 3000 guru SMA/SMK untuk diberikan subsidi kualifikasi S-1. Ternyata alokasi
yang kita sediakan tidak terserap semua, hanya sekitar 500 guru.
Persoalan mismatch, yang menurut penelitian Ditjen Dikti jumlahnya kurang lebih 20%,
diharapkan semakin berkurang. Sebab guru yang bersertifikat profesi pendidik, tidak boleh
lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya. Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak
dari masalah ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara geografis maupun
kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah perkotaan, sementara di daerah pinggiran
dan pedalaman masih banyak yang mengalami kekurangan.
Permasalahan kompetensi guru yang masih memprihatinkan, setidaknya tercermindari hasil UKA. Persoalannya bukan semata pada peningkatan mutu guru yang ada saat
ini. Melainkan juga merevitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),
sebagai lembaga penghasil guru. LPTK harus mengaca atas hasil UKA dan ke depan harus
menghasilkan guru-guru yang well prepared dan well motivated.
Marilah tahun 2012 ini menjadi pijakan bagi kita dalam meningkatkan kualitas diri,
sekaligus turut andil dalam mengurangi berbagai permasalahan PTK pendidikan menengah,
dan menjadi roda penggerak gerbong peningkatan mutu pendidikan nasional kita.
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
4/64
4
PEMBINA
Hamid Muhammad, Ph.D
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
PENGARAH
Surya Dharma, MPA, Ph.D
Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah
PEMIMPIN REDAKSI/
PENANGGUNG JAWAB
Wastandar, MA, Ph.D
(Kasubdit Program dan Evaluasi)
SIDANG REDAKSI
Wastandar, MA, Ph.D
Dra. Maria Widiani, MA
Drs. Prasetyo Triatmojo, MM
Drs. Subahi Idris, MM,
Ir. Mamat, MM
Drs. Yusrizal, M.Pd
Saiful Anam, Dipo Handoko, Mukti Ali,
Saif Al Hadi, Eva Rohilah, Nabila D.P,
Andi Wahyudi, Arien TW, Yono Suryono
DESAIN VISUAL
Dipo Handoko
PENERBIT
Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah
Ditjen Pendidikan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ALAMAT REDAKSI
Direktorat Pembinaan PTK Dikmen
Gedung D Lt 12 Kompleks Kemdikbud
Jl. Pintu I Senayan, JAKARTA 10270
Telepon: 021 57974108
Email: [email protected]
Tahun kedua Majalah PTK Dikmen kembali hadir dengan sejumlah tulisan
yang kami rangkum dari bulan Januari hingga Juli. Sejumlah artikel edisiini berupa rangkuman kegiatan Direktorat Pembinaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, berita seputar dunia pendidikan,serta sejumlah profil sekolah, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Adajuga tulisan seputar perkembangan pendidikan di daerah, khususnya seputarpendidik dan tenaga kependidikan pendidikan menengah.
Cover story edisi ini sengaja mengupas panjang tentang guru. PIjakan tulisanberdasarkan berita hangat pada Februari 2012, yakni pelaksanaan Uji KompetensiAwal (UKA) bagi guru. Mulai tahun 2012, guru yang akan mengambil sertifikasiprofesi pendidik harus menjalani UKA. Mereka yang lulus UKA selanjutnyamengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhirPLPG, mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus Uji
Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertifikat profesi pendidik danmendapatkan tunjangan profesi pendidik.
Pro dan kontra sempat mengiringi kehadiran UKA. Namun UKA tetap berlangsung,dan hasilnya sungguh mencengangkan. Rata-rata nilai secara nasional hanya 42,25dari hampir 300 ribu guru calon peserta sertifikasi pendidik. Bahkan ada seorangguru yang nilainya hanya 1 dari kemunkinan 100. Nilai UKA tertinggi, 97,0, diraihZuhri Muslim, guru SMKN 2 Slawi, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. GuruSMA peraih nilai UKA tertinggi adalah Gatot Priadi dari SMAN 1 Karas, KabupatenMagetan, Provinsi Jawa Timur, dan Nur Hidayati dari SMAN 11 Siak, KabupatenSiak, Provinsi Riau, yang sama-sama meraih nilai 90.
Yang juga memprihatinkan adalah raihan nilai UKA para pengawas, yang ternyatabanyak yang di bawah nilai guru. Nilai UKA tertinggi untuk pengawas sekolah
hanya 72, yakni yang dicapai St Syuhaeni S, pengawas sekolah yangbertugas di Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua.
Tulisan menarik lainnya edisi ini adalah profil dari PTK yang berprestasi. Kamimendapat respons baik dari sidang pembaca mengenai profil dari mereka yangmeraih prestasi. Sehingga kami akan selalu menampilkan profil dari PTK, jugasekolah dan daerah dalam mengembangan pendidikan. Kali ini para guru yangkami angkat adalah mereka yang meraih prestasi pada Lomba KeberhasilanGuru dalam Pembelajaran, yang diselenggarakan Pusat Pengembangan ProfesiPendidikan dan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru yang dilaksanakan oleh LIPI.
Semoga edisi tengah tahun 2012 ini banyak memberi manfaat, khususnya bagi PTKyang tersebar di seluruh Tanah Air, dan mampu menjadi pendorong peningkatan
mutu. Hal ini menjadi pegangan kami di jajaran redaksi PTK DIkmen untukmenghadirkan tulisan yang menginspirasi dan membumikan perbaikan mutu PTK.Selamat membaca!
Salam PTK Dikmen .. .
REDAKSISALAMDIKMENPTK MEDIA INFORMASI DANKOMUNIKASI PTKPENDIDI KANMENENGAH
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
5/64
5PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
daftar isi Juli 2012Nomor 3 Tahun IILAPORAN UTAMA 6
Memudahkan dalam Pembinaan Profesi Guru 6Wawancara Direktur PPTK Dikmen 9Memeratakan Distribusi Guru PNS 12
PESAN DIREKTUR 3
PTK SMA
Menggelontor Subidi Bantuan Studi 14Perlindungan Hukum Bagi PTK 15
14-15
PTK SMK
Pemerataan Mutu Melalui Kemitraan 15Memacu Kompetensi Pustakawan 16Memenuhi Standar Tenaga Administrasi 17
15-17
PTK PK-LK
Mengurangi Kesenjangan Kompetensi 19Memacu Kompetensi Pustakawan 19Mendongkrak Kompetensi Guru Bidang Autis 20Meningkatkan Mutu Guru Mata Pelajaran Khusus 20Mengasah Kecakapan Hidup 21Mengais Mutu dari Sekolah Maju 21
17-21
26-39GURU
Juara I LKG 2011 Guru SMA/SMK Non-Sains 26Juara I LKG 2011 Guru SMA/SMK Sains 28Juara I LKIG 2011 Guru SMA Bidang IPSK 30Juara II LKG 2011 Guru SMA/SMK Sains 32Juara III LKG Guru SMA/SMK Sains 34
Juara III LKG 2011 Guru SMA/SMK Non-sains 36Juara III LKIG 2011 Guru SMA Bidang IPSK 38
TENAGA KEPENDIDIKAN
Penerima Satyalancana Pendidikan 2011 40Kepala SMA Negeri 3 Palu 42Juara II Pengawas SMK Berprestasi 2011 44
45-47DAERAHKabupaten Banyumas 45Kabupaten Mojokerto 46Kabupaten Biak Numfor 47
KOLOM
Surya Dharma, MPA, Ph.D 48Tantangan Guru Abad XXI
APA & SIAPA
Wastandar, M.A, Ph.D 54Dr. Fauziyah 56
40-44PERISTIWA
Hari Pendidikan Nasional 2012 58Ujian Nasional SMA/SMK 2012 59Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 60
62
58-62
48-53
54-57
22-25
-13
SEKOLAH
MULAI TAHUN 2012, GURU YANG AKAN MENGAMBIL SERTIFIKASI
PROFESI PENDIDIK HARUS MENJALANI UJI KOMPETENSI AWAL
(UKA). MEREKA YANG LULUS UKA SELANJUTNYA MENGIKUTI
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) SELAMA 9 HARI.
PADA AKHIR PLPG, MEREKA DITES LAGI DENGAN UJI KOMPETENSI
AKHIR. MEREKA YANG LULUS UJI KOMPETENSI AKHIR ITULAH
YANG BERHAK MENYANDANG SERTIFIKAT PROFESI PENDIDIK DAN
MENDAPATKAN TUNJANGAN PROFESI PENDIDIK.
SMA Negeri 1 Purbalingga 22SMA Negeri 1 Mempawah Hilir, Pontianak 24
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
6/64
6
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, mu-
lai tahun ini para guru yang akan mengambil
sertifikasi profesi pendidik harus menjalani Uji
Kompetensi Awal (UKA). Mereka yang lulus UKA
selanjutnya mengikuti Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhir pelaksanaan PLPG,
mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus
Uji Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertifikat
profesi pendidik dan berhak mendapatkan tunjangan profesi pen-
didik yang besarnya satu kali gaji pokok. Perbedaan dengan ta-
hun-tahun sebelumnya terletak pada Uji Kompetensi Awal. Pada
tahun-tahun sebelumnya, para peserta langsung mengikuti PLPG.
Tahun ini, UKA dilaksanakan secara serentak pada tanggal 25
Februari, dan hasilnya telah diumumnya pada pertengahan Ma-
ret lalu. Menteri Pendidikan dan Kebuda-
yaan, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA
menjelaskan jumlah guru yang mendaftarUKA 2012 sebanyak 285.884 orang. Na-
mun, sebanyak 4.868 orang (1,70 persen)
batal mengikuti UKA dengan berbagai
alasan, sehingga peserta yang mengikuti
sebanyak 281.016 orang (98,30 persen).
Peserta UKA tahun ini terdidiri dari
23.753 guru TK, 164.539 guru SD, 51.238
guru SMP, 18.125 guru SMA, 15.105 guru
SMK, 2.446 guru SLB, dan 606 pengawas
sekolah. Mereka terdiri dari 195 lulusan
SMP, 19.039 lulusan SMA, 2.697 lulusan
UJI KOMPETENSI AWAL GURU TAHUN 2012
MEMUDAHKAN DALAMPEMBINAAN PROFESI GURU
PIHKEMDIKBUD
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
7/64
7PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
D-1, 34.614 lulusan D-2, 3.906 lulusan D-3,
211.858 lulusan S-1, 3.453 lulusan S-2, dan
9 peserta berkualifikasi pendidikan S-3
atau bergelar doktor. Dari jumlah peser-
ta UKA tersebut, yang lulus UKA sebanyak249.001 orang dan diperoleh nilai rata-ra-
ta nasional sebesar 42,25, kata Moham-
mad Nuh.
GURU SMK SLAWI RAIH NILAITERTINGGI
Hasil UKA 2012 menunjukkan gam-
baran kompetensi guru yang beragam dan
cukup memprihatinkan. Nilai UKA ter-
tinggi adalah 97,0, sedangkan nilai teren-
dah 1,0. Nilai UKA tertinggi itu diraih Zuhri
Muslim, guru SMKN 2 Slawi, Kabupaten
Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Secara lebih rinci, nilai UKA tertinggi
untuk kategori guru Taman Kanak-kanak
(TK) diperoleh Desi Dwi Jayanti dari TK
Islam Nurul Iman, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat, dengan nilai 90. Un-
tuk kategori guru SD diraih Nurfatah dari
SD 8 Talang Kelapa, Kabupaten Banyua-
sin, Provinsi Sumatera Selatan, dengan
nilai 80. Untuk kategori guru SMP disabet
Melany Wiwanty Parulian Mukuan dari
SMP Advent Amurang, Kabupateng Mi-
nahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara,
dengan nilai 87,5. Untuk kategori guru
SLB, nilai tertinggi diperoleh Isma Mulyani
dari SLB BC YGP BL Limbangan, Kabu-paten Garut, Provinsi Jawa Barat, dengan
nilai 95.
Untuk kategori guru SMA, nilai ter-
tinggi didapatkan oleh dua orang guru
dengan nilai masing-masing 90, yakni Ga-
tot Priadi dari SMAN 1 Karas, Kabupaten
Magetan, Provinsi Jawa Timur, dan Nur
Hidayati dari SMAN 11 Siak, Kabupaten
Siak, Provinsi Riau. Nilai tertinggi untuk
kategori guru SMK diperoleh Zuhri Mus-
lim dari SMKN 2 Slawi, Kabupaten Tegal,
Jawa Tengah. Sedangkan untuk kategori
pengawas sekolah, nilai tertinggi diraih
St Syuhaeni S, pengawas sekolah yang
bertugas di Kabupaten Kepulauan Yapen,
Provinsi Papua, dengan nilai 72.
Mendikbud memaparkan, hasil UKA
ini juga menunjukkan bahwa tingginya
kualifikasi pendidikan guru ternyata tidak
menjadi jaminan atas perolehan nilai UKA
tersebut. Pada jenjang guru yang bertugas
di SMP, guru yang memiliki latar belakang
pendidikan S-2 ada yang mendapat nilai
UKA sebesar 14. Selain itu, rata-rata guru
SMP yang berpendidikan S-2 sebesar 51,3
dengan nilai UKA tertinggi sebesar 82.
Seharusnya, kualifikasi pendidikan yang
lebih tinggi mendapatkan nilai UKA yanglebih baik.
Kasus yang sama juga terjadi pada
guru SMA. Nilai UKA dari guru SMA yang
berlatar belakang pendidikan S-3 sebesar
46,8 dengan nilai tertinggi 61. Nilai ini ti-
dak lebih baik dari nilai UKA dari guru yang
berlatar belakang pendidikan S-2 yaitu
sebesar 55,9 dengan nilai tertinggi 84,3.
Yang juga menarik dicermati, dari
total 281.016 peserta UKA 2012, nilai
rata-rata tertentinggi justru diperoleh
guru-guru TK dengan nilai rata-rata 58,87.
Sementara untuk peserta guru-guru SD
mendapatkan nilai rata-rata 36,86, guru-
guru SMP 46,15, guru-guru SMA 51,35,
guru-guru SMK 50,02, dan guru-guru SLB
49,07. Yang justru memprihatinkan nilai
rata-rata yang diperoleh pengawas seko-
lah, hanya 32,58.
Mendikbud menandaskan, berdasar-
kan hasil UKA yang menempatkan nilai
rata-rata pengawas berada di posisi paling
buncit tersebut, maka observasi lanjutan
PIHK
EMDIKBUD
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
8/64
8
terhadap para pengawas akan dilakukan.
Tujuannya, penanganan yang tepat dapat
segera dilakukan terhadap penyebab ren-
dahnya nilai rerata tersebut. Observasi
akan mencakup sistem perekrutan, usia,
latar belakang pendidikan, hingga ke-
mampuan dasar pengawas.
PEMETAAN PENDIDIKANPara guru yang sudah lulus UKA yang
berjumlah 249.001 orang itu selanjutnya
mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru (PLPG). Pada akhir PLPG, mereka
mengikuti Uji Kompetensi Akhir. Guru
yang mendapatkan sertifikat guru profe-
sional adalah guru yang telah mengikuti
UKA, PLPG, dan Uji Kompetensi Akhir,
ujar Mohammad Nuh.
Sedangkan bagi para guru yang tidak
lulus UKA akan diberikan pembinaan. Tu-
juannya adalah memberi energi baru padapara guru untuk tahun ajaran baru di bu-
lan Juli. Guru yang tidak lulus UKA wajib
mengikuti pembinaan itu, kata Mendik-
bud.
Mendikbud berharap hasil Uji Kom-
petensi Akhir bagi guru-guru yang sudah
mengikuti PLPG dapat lebih besar dari
hasil UKA. Kalau ternyata guru yang sudah
mengikuti PLPG nilai Uji Kompetensi Akh-
ir yang diraihnya tidak lebih baik dari nilai
UKA, maka berarti PLPG yang diberikan
tidak memberikan efek yang lebih banyak
bagi guru. Di sinilah perlu kita ukur lagi
kinerja dari lembaga penyelenggara PLPG
itu, kata Mohammad Nuh.
Meski hasil nilai UKA cukup mempri-
hatinkan, namun nilai UKA itu akan sangat
berguna bagi pemetaan dunia pendidikan.
Peta guru tersebut menunjukkan nilai
penting dari UKA untuk melihat kompe-
tensi guru dengan standar rata-rata nasi-
onal bisa dilihat. Diharapkan pemetaan
juga bukan sekedar kelulusan uji kompe-
tensi tapi juga ukuran dari kinerja guru
pada masa mendatang, kata Mendikbud.Selain itu, hasil UKA 2012 ini dapat
dipasangkan dengan peta hasil Ujian Na-
sional (UN) 2012. Nantinya, peta tenaga
pengajar, fasilitas infrastruktur akan turut
serta dimasukkan. Sehingga, peta yang
utuh dari dunia pendidikan dapat diper-
oleh secara bertahap.
Mohammd Nuh menyatakan, pemer-
intah tahun ini sebenarnya menyediakan
kuota 250.000 bagi sertifikasi guru.
Dengan hasil UKA saja yang kuang dari
250.000 ribu, sudah dapat dipastikan kuo-
ta tahun ini tidak bisa dipenuhi. Apalagi
dari hasil Uji Kompetensi Akhir di peng-
hgujung PLPG nanti kemungkinan juga
ada sebagian yang tidak lulus. Para guru
yang belum berhasil lolos UKA di tahun
ini diberikan kesempatan untuk mencoba
kembali pada tahun depan.
Ia menambahkan, UKA dilakukan
antara lain untuk memastikan apakah
orang yang masuk ke dalam PLPG sudah
memenuhi persyaratan minimal yang ha-
rus dipenuhi.
UKA ini tidak dilakukan untuk mem-
persulit guru, tetapi untuk memastikan
agar siswa tidak diajar oleh guru yang ti-
dak kompeten.
SAIFUL ANAM
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
9/64
9PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 9TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012
Bagaimana Bapak melihat persoalan guru-guru kita, khu-
susnya guru-guru pada pendidikan menengah?
Kalau kita bicara masalah guru, ada beberapa persoalan sangat
mendasar. Pertama, masalah kualifikasi. Artinya dari kurang lebih
3 juta guru, mulai dari guru-guru di level pendidikan anak usia dini
hingga SMA/SMK, baru sekitar 45% yang berkualifikasi S-1 atau D-4.
Sebagian besar mereka adalah guru SD. Kalau untuk guru-guru pendi-
dikan menengah, persoalan kualifikasi ini tidak terlalu besar. Mungkin
tinggal sekitar 15% yang belum S1 atau D-4. Jadi ini satu persoalan,
bagaimana meningkatkan kualifikasi guru-guru kita menjadi minimal
S-1 sesuai tuntutan UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
9PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
Wawancara Surya Dharma, MPA, Ph.DDirektur Pembinaan PTK Dikmen
Jangan PernahMerampokMasa Depan Anak
Hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) guru mem-
perlihatkan kompetensi guru-guru kita
yang cukup memprihatinkan. Ke depan,
upaya mengatasi berbagai persoalan guru
harus dilakukan secara sistemik, mulai dari
penyiapan calon guru, rekrutmen guru baru, peningkatan
kompetensi, peningkatan kualifikasi, distribusi, pembinaan
dan pengembangan profesi, hingga pemberian penghargaan
dan perlindungan.
Revitalisasi dan reposisi peran strategis guru itu amat
penting lantaran menurut Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direk-tur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik-
an Menengah, Ditjen Pendidikan Menengah, guru merupa-
kan komponen paling penting dalam penyelenggaraan pen-
didikan. Kalau guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang
diajarnya untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu
sama saja dengan merampas masa depan kehidupan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut pandangan dan pemikir-
an Surya Dharma terkait masalah guru, khususnya guru-guru
pendidikan menengah, Saiful Anam dari Majalah PTK DIK-
MEN mewawancarai pria yang berpenampilan kalem itu di
ruang kerjanya, Mei lalu. Berikut petikannya.
SAIFULANAM
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
10/64
10
Khusus guru-guru pendidikan menengah, kami bertekad me-
ningkatkan kualifikasi bagi mereka yang belum S-1. Tetapi ternya-
ta hal itu tidak sepenuhnya gampang. Misalnya saja pada tahun
2011 lalu, kami menganggarkan kurang lebih 3000 guru SMA/SMK
untuk diberiksan subsidi kualifikasi S-1. Ternyata alokasi yang kita
sediakan tidak terserap semua, hanya terserap sekitar 500 guru
saja.
Mengapa sampai begitu?
Masalahnya daerah ternyata tidak siap dengan data yang
benar-benar akurat. Secara angka, guru-guru SMA/SMK yang be-
lum berkualifikasi memang sekitar 15 %. Dari data yang ada secara
nasional, terlihat mereka tersebar di provinsi dan kabupaten/kota
mana saja. Tetapi data yang dikumpulkan baru sebatas itu. Kalau
ditelusuri lebih lanjut siapa saja mereka, tidak ada data lebih lan-
jut. Daerah tidak punya data yang akurat siapa saja yang belum
S-1 dan daftar nama guru-guru yang sedang menempuh S-1. Aki-
batnya, setelah kita kasih bantuan block grant untuk peningkatan
kualifikasi mereka ke kabupatek/kota, banyak yang tidak terserap.Ini kan sayang, karena tidak gampang memperjuangkan anggar-
an. Ada sekitar Rp 7 miliar yang tidak terserap. Oleh karena itu, ta-
hun ini kami tidak berani lagi menganggarkan lebih banyak, hanya
dialokasikan 950 orang.
Jadi siapa saja sebenarnya guru-guru pendidikan menengah
yang belum berkualifikasi S-1 yang jumlahnya sekitar 15% itu,
dan siapa saja yang sedang menempuh S-1, kami belum punya
data akurat. Kami minta kepada daerah nama-nama mereka, tapi
sejauh ini belum terpenuhi. Data NUPTK tidak sampai masuk ke
sana. Data yang sudah ada baru jumlahnya saja, dan sebaran di
provinsi dan kabupaten/kota mana saja.
Selain masalah kualifikasi, persoalan apa lagi yang ter-
kait guru-guru kita?
Masalah kedua adalah mismatch, atau ketidaksesuaian an-
tara kualifikasi pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu-
nya. Guru mengajar yang bukan sesuai bidangnya. Misalnya guru
agama mengajar matematika, guru sejarah mengajar IPA, danseterusnya.
Berapa banyak guru-guru yangmismatchini?
Ada kawan dari Ditjen Dikti yang pernah melakukan peneli-
tian, jumlahnya kurang lebih 20%. Lumayan besar juga. Ini mesti-
nya tidak boleh terjadi. Kalau guru sudah bersertifikat profesi pen-
didik, tidak boleh lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya.
Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak dari masalah
yang ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara
geografis maupun kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah
perkotaan, sementara di daerah pinggiran dan pedalaman masih
banyak yang mengalami kekurangan.Khusus guru-guru pendidikan menengah, juga terjadi kelebi-
han pada mata pelajaran tertentu, sementara mata pelajaran lain
kurang. Misalnya guru matematika, fisika, biologi, bahasa Indo-
nesia, dan agama, secara nasional sudah berlebih. Walaupun ka-
lau kita telusuri lebih jauh di tingkat kabupaten/kota, ada daerah
yang mengalami kelebihan guru bidang-bidang tersebut, semen-
tara daerah lain masih kurang. Kita harapkan, dengan adanya Per-
aturan Bersama 5 Menteri tahun lalu yang mengatur kembali dis-
tribusi guru-guru PNS dan mulai berlaku tahun ini, bisa membantu
mengatasi masalah ini.
SMAN2PURWOREJO
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
11/64
11PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
Tapi implementasi peraturan itu kan tidak mudah?
Ya, memang tantangannya berat. Memindahkan guru dari
satu kabupaten ke kabupaten tetangganya dalam wilayah satu
provinsi saja tidak gampang. Misalnya Kabupaten Wonogiri me-
ngalami kekurangan 6 guru biologi, sementara Kabupaten Suko-
harjo kelebihan. Logikanya, Kabupaten Wonogiri tinggal minta
ke Sukoharjo yang bertetangga dan dalam satu wilayah provinsi
Jawa Tengah. Tapi ternyata tidak semudah itu memindahkan
guru. Apalagi kalau yang dipindah itu guru-guru senior yang sudah
berkeluarga. Jangankan antara kabupaten/kota, perpindahan dari
satu sekolah ke sekolah lain di dalam kabupaten/kota sendiri saja
kadang juga menimbulkan persoalan.
Mestinya urusan manpower planningatau perencanaan kebu-
tuhan guru memang urusan kabupaten/kota karena mereka yang
punya guru dan sekolah. Mereka seharusnya yang tahu persis
berapa kebutuhan guru bahasa Inggris, guru fisika, dan seterus-
nya. Berapa yang mau pensiun tahun depan dan tahun-tahun beri-
kutnya, berapa jumlah kebutuhan yang diperlukan. Intinya man-
power planningseperti itu, harus ada proyeksi kebutuhan guru.
Dari perencaraan kebutuhan guru yang dikalkulasi secara
akurat itu baru di-aggregateke tingkat provinsi dan selanjutnya ketingkat nasional. Hal ini akan ketahuan secara pasti. Misalnya ta-
hun 2015 nanti secara nasional kita butuh guru sekian, yang meru-
pakan akumulasi jumlah kebutuhan guru dari kabupaten/kota se-
cara keseluruhan. Selanjutnya, pusat meminta LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) menyiapkan dengan bidang-
bidang keahlian yang dibutuhkan. Yang kita khawatirkan, LPTK
ini seperti perusahaan konveksi. Pokoknya mereka memproduksi
saja sebanyak-banyaknya calon guru tanpa didasari proyeksi yang
akurat tentang kebutuhan guru dalam beberapa tahun ke depan.
Bagaimana dengan persoalan kompetensi guru?
Itu masalah keempat. Buktinya, hasil Uji Kompetensi Awal
(UKA) guru tahun ini menunjukkan gambaran kompetensi guru-
guru kita yang masih memprihatinkan. Bahkan ada guru yang ha-
nya bisa menjawab satu soal. Kalau kita telusuri, siapa pabriknya
yang memproduksi mereka? Ya LPTK. Oleh karena itu, bukan
hanya guru-guru yang sudah ada yang harus ditingkatkan kompe-
tensinya, tapi LPTK pun harus direvitalisasi. LPTK harus mengaca
atas hasil UKA itu.
LPTK harus menghasilkan guru-guru yang well prepareddan
well motivated. Guru ini mengajar anak-anak kita untuk hidup
di masa depan, hidup di abad 21. Kalau guru-guru tidak bisa me-
nyiapkan anak-anak yang diajarnya untuk hidup di zaman mer-
eka hidup nanti, hal itu sama saja dengan merampas masa depan
kehidupan anak-anak yang diajarnya. Apakah kita sudi dan tegamerampok masa depan anak-anak kita. Inilah sebenarnya tan-
tangan serius bagi LPTK dan guru.
Jadi Bapak melihat hasil UKA seperti apa?
UKA itu memperlihatkan kompetensi guru-guru kita. Perta-
ma, menggambarkan kualitas guru yang diproduksi LPTK. Kedua,
guru-guru kita mulai dari direkrut sampai sekarang hampir tidak
pernah di-updateilmunya. Yang namanya pengembangan profesi
berkelanjutan (continouing professional development/CPD) hampir
tidak pernah dilakukan. Begitu menjadi guru sampai sekarang ya
tetap tidak banyak perubahan. Karena ilmunya tidak pernah di-
update, sehingga apa yang mereka ketahui 20 tahun lalu saat di
bangku kuliah tidak berubah sampai sekarang. Padahal ilmu itu
terus berkembang dan pengetahuan guru harus di-update.
Secara garis besar sekarang ada dua persoalan yang kita ha-
dapi. Pertama, bagaimana membina dan mengembangkan kom-
petensi guru yang sudah ada, yang jumlahnya sekitar 3 juta orang.
Kedua, bagaimana menyiapkan calon guru yang profesional, baikpenyiapan mahasiswa calon guru yang dihasilkan oleh LPTK mau-
pun sistem rekrutmen guru-guru baru.
Menangani persoalan yang pertama jauh lebih berat, dan Ke-
menterian Pendidikan dan Kebudayaan sejauh ini sudah melaku-
kan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, walaupun hasil-
nya masih belum optimal. Sedangkan untuk memberesi masalah
yang kedua relatif lebih mudah. Tinggal kita berkomitmen dalam
memberlakukan sistem yang ketat dalam menyiapkan calon guru
maupun dalam rekrutmen guru-guru baru.
Saya sering bilang kepada kawan-kawan dosen dari LPTK,
bahwa LPTK tidak hanya memproduksi calon guru sebagai pen-
gajar, tetapi juga sebagai pendidik. Calon guru yang dihasilkanLPTK harus menguasai bidang ilmu yang ditempuhnya dan memi-
liki kompetensi pedagogik. Selain itu mereka harus bisa menjadi
teladan, memiliki kepribadian dan sikap yang baik. Ini yang harus
disiapkan oleh LPTK dengan baik.
Jika calon guru yang akan dihasilkan LPTK kita harapkan se-
perti itu, maka dosen-dosennya pun juga harus dituntut hal yang
sama. Kalau dosen LPTK sendiri tidak kompeten, dan cara men-
gajarnya tidak menarik, bagaimana bisa diharapkan menghasilkan
calon guru yang baik. Oleh karena, LPTK harus melakukan intro-
speksi dan berbenah diri. Bagaimanapun kualitas guru-guru kita
yang memprihatinkan seperti yang tercermin dari hasil UKA itu
merupakan produksi LPTK.
Hasil Uji Kompetensi Awal menunjukkan
gambaran kompetensi gr kita yang masih
memprihatinkan. Oleh karena it bukan
hanya gr-gr yang hars ditingkatkankompetensinya, melainkan LPTK pun
hars direvitaslisasi. LPTK hars mampu
menghasilkan gr yang well prepared dan
well motivated...
Surya Dharma, M.P.A., Ph.D
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
12/64
12
Direktorat Pembinaan Pen-
didik dan Tenaga Kependi-
dikan Pendidikan Mene-
ngah (Dit Pembinaan PTK
Dikmen), sejak awal tahun
ini gencar melakukan sosialisasi terhadap
Peraturan Bersama Lima Menteri, yakni
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 05/X/PB/2011, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor SPB/03/M
PAN-RB/10/2011, Menteri Dalam Negeri
Nomor 48 Tahun 2011, Menteri Keuangan
Nomor 158/PMK.01/2011, dan Menteri
Agama Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai
Negeri Sipil.
Sosialisasi Peraturan Bersama Lima Menteri
MemeratakanDistribusi Guru PNS
Peraturan Bersama yang dikeluarkan
September 2011 lalu itu berlaku efektif
mulai tanggal 2 Januari 2012. Peraturan ini
diharapkan dapat menjadi solusi terhadap
masalah distribusi guru yang tidak merata,
sehingga ke depan menjadi lebih baik.
Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direktur
Pembinaan PTK Dikmen, Direktorat Jen-
deral Pendidikan Menengah, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan
bahwa distribusi guru yang tidak merata
memang merupakan salah satu masalah
serius. Kendati begitu, ia mengakui masalah
penyebaran guru yang tidak merata untuk
tingkat SMA dan SMK tidak seberat yang
dihadapi guru-guru SD.
Ia menambahkan, sejak berlakunya
otonomi daerah, penataan dan redistribusi
guru menjadi tak mudah dilakukan. Seba-
gai contoh, guru dari Kabupaten Wonogiri
tidak bisa dengan mudah pindah ke Ka-
bupaten Karanganyar, walaupun letaknya
berdekatan dan berada dalam satu wilayah
provinsi Jawa Tengah, katanya.
Akibat lebih lanjut dari distribusi
guru yang tidak merata adalah guru-guru
yang sudah lulus sertifikasi akan kesulitan
memenuhi ketentuan minimal mengajar
24 jam tatap muka dalam semingu. Un-
tuk mengatasi persoalan tersebut, maka
pemerintah mengeluarkan Peraturan
Bersama 5 Menteri.
TANGGUNG JAWAB PUSAT DANDAERAH
Peraturan ini secara rinci mengatur
kewenangan pemerintah pusat dan pemer-
intah daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
dalam penataan guru PNS. Pasal 3 secara
detail mengatur kewenangan pemerintah
pusat. Menteri Pendidikan Nasional (seka-
rang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
menetapkan kebijakan standardisasi teknis
dalam penataan dan pemerataan guru PNS
SMKPGRI1NGAWI
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
13/64
13PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan secara nasional (ayat
1). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
mengkoordinasikandan dan memfasilitasi
pemindahan guru PNS antarsatuan pendi-
dikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidi-
kan untuk penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan antarprovinsi,
antarkabupaten/kota pada provinsi yang
berbeda berdasarkan data pembanding
dari Badan Kepegawaian Negara (ayat 2).
Selanjutnya, Pasal 4 secara rinci men-
gatur kewenangan gubernur dan walikota.
Gubernur bertanggung jawab dan wajib
melakukan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antar-
jenjang, dan antarjenis pendidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah provinsi yang kelebihan
atau kekurangan guru PNS (ayat 1). Bu-pati/Walikota bertanggung jawab dan wajib
melakukan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan di satuan pen-
didikan yang diselenggarakan oleh peme-
rintah kabupaten/kota yang kelebihan dan
kekurangan guru PNS (ayat 2).
Gubernur mengkoordinasikan dan
memfasilitasi pemindahan guru PNS un-
tuk penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanyasesuai dengan kewenangannya (ayat 3).
Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan
memfasilitasi pemindahan guru PNS un-
tuk penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya
sesuai dengan kewenangannya (ayat 4).
Gubernur mengkoordinasikan dan
memfasilitasi pemindahan guru PNS antar-
satuan pendidikan, antarjenjang, dan antar-
jenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan
dan kewenangannya untuk penataan dan
pemerataan antarkabupaten/kota dalam
satu wilayah provinsi (ayat 5).
PELAPORANPeraturan ini juga mengatur aspek
yang terkait dengan pelaporan, yang secara
gamblang dikemukakan dalam Pasal 8.
Bupati/Walikota membuat usulan perenca-
naan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayahnya dan
menyampaikannya kepada Gubernur paling
lambat bulan Februari tahun berjalan (ayat
1). Gubernur mengusulkan perencanaan se-
bagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pe-
rencanaan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan di wilayahnya ke-
pada Menteri Pendidikan Nasional melalui
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan
kewenangannya masing-masing paling
lambat bulan Maret tahun berjalan (ayat 2).
Bupati/Walikota membuat laporan
pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, an-
tarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayahnya dan menyampaikannya kepada
Gubernur paling lambat bulan April tahun
berjalan (ayat 3). Gubernur melaporkan
pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS sebagimana dimaksud pada ayat(3) kepada Menteri Pendidikan dan Kebu-
dayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing paling lambat bulan Mei tahun
berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam
Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan Menteri Keuangan (ayat 4).
Berdasarkan laporan pelaksanaan pe-
nataan dan pemerataan guru PNS sebagi-
mana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4),dan informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), Menteri Pendidikan dan Kebuda-
yaan melakukan evaluasi dan menetapkan
capaian penataan dan pemerataan guru
PNS secara nasional paling lambat bulan
Juli tahun berjalan (ayat 6).
PEMBERIAN SANKSIPeraturan ini juga mengatur tentang
pemberian sanksi, yang diungkapkan
secara detail pada Pasal 9. Pada Pasal 9
ayat 1 ditegaskan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menghentikan sebagian atau
seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan
dan memberikan rekomendasi kepada Ke-
menterian terkait sesuai dengan kewenan-
gannya untuk menjatuhkan sanksi kepada
Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
atau antarjenis pendidikan di daerahnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
Pasal 9 ayat (2) menyatakan: MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi atas dasar reko-
mendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menunda pemberian formasi guru PNS
kepada pemerintah, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menteri Keuangan atas dasar reko-
mendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat melakukan penundaan penya-
luran dana perimbangan kepada peme-
rintah provinsi dan pemerintah kabupaten/
kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (ayat 3). Selanjutnya,
Menteri Dalam Negeri atas dasar rekomen-
dasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan penilaian kinerja kurang baik
dalam penyelenggaraan urusan penataan
dan pemerataan guru PNS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (ayat 4).
Lahirnya PBM ini dimaksudkan seb-
agai upaya mengatasi distribusi guru PNS
yang tidak merata, yang merupakan salah
satu persoalan mendasar pendidikan diIndonesia. Setelah regulasi dikeluarkan,
kini tinggal implementasinya, yang di-
pastikan tidak akan semudah membalik
telapak tangan. Tapi, upaya redistribusi
guru harus terus dilakukan untuk menjamin
terwujudnya pendidikan yang bermutu dan
berkeadilan.
SAIFUL ANAM
Penyebaran gr yang
tidak merata di tingkat
SMA/SMK tidak seberatperasalahan distibusi
gr SD yang tidak
merata.
Surya Dharma, MPA, PhD
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
14/64
14
Dari data NUPTK 2011di Subdit
Pendidik dan Tenaga Kependidik-
an SMA, Direktorat Pembinaan
Pendidik dan Tenaga Kependidik-
an Pendidikan Menengah (Dit.
PPTK Dikmen), bahwa jumlah guru SMA
secara nasional sebanyak 264.512 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 247. 216
guru (93,46) sudah memiliki kualifikasi aka-
demik minimal S-1/D-4. Sedangkan guru
yang belum memenuhi S-1/D-4 sebanyak
17.296 orang (6,54%).
"Jika dibandingkan jenjang SMP dan
terlebih SD, jumlah guru SMA yang belum
S-1 atau D-4 jauh lebih sedikit. Tetapi,
sesuai amanat Undang- Undang Nomor 14
Tahun 2005 bahwa semua guru harus mini-
mal berkualifikasi S-1 atau D IV, maka dak
bisa ditawar lagi, mereka yang belum S-1
atau D-4 harus segera memenuhinya," kata
Dra. Maria Widiani, MA, Kepala Subdit PTK
SMA, Dit. PPTK Dikmen.
Menurut penjelasan Maria, guru-guru
SMA yang belum S-1/D-4 dak hanya dido-
rong memenuhi kualifikasi minimal hanya
dengan anjuran berupa retorika belaka.
Tetapi terdapat dukungan nyata yang di-
berikan melalui program Subsidi Bantuan
Studi. "Subsidi ini bentuk perhaan peme-
rintah, dan menjadi upaya percepatan
pemenuhan target, agar pada tahun 2015
dak ada lagi guru yang belum S-1 atau
D-4, termasuk guru-guru SMA," lanjutnya.Ditegaskan pula, bahwa tujuan Subsidi
Bantuan Studi di antaranya adalah untuk
memovasi guru-guru SMA mempercepat
penyelesaian studi sampai memperoleh
ijasah S-1/ D IV. Juga untuk meningkatkan
kompetensi guru-guru SMA dalam pembe-
lajaran, serta untuk mempercepat proses
peningkatan kualitas pendidikan melalui
peningkatan mutu guru.
Untuk tahun 2012, Dit. P2TK Dikmen
melalui Subdit P2TK SMA memasang kuota
458 orang calon penerima subsidi. Sasaran-
nya adalah para guru SMA yang sedang
menempuh pendidikan jenjang S-1/ D IV,
baik melalui program reguler maupun Pro-
gram Sarjana (S-1) Kependidikan bagi guru
dalam jabatan (Program SKGJ). Besaran
atau nilai nominal subsidi yang diberikan
adalah sebesar Rp 5.000.000 per orang per
tahun. Dana bersumber dari APBN tahun
anggaran 2012 yang dialokasikan pada DIPA
Dit. PPTK Dikmen.
BEASISWA PENINGKATAN KUALIFIKASI S-1/D-4
Menggelontor SubsidiBantuan Studi
Maria mengatakan ter-
dapat beberapa prinsip pembe-
rian Subsidi Studi, melipu: 1)
Bantuan bersifat terbuka untuk
semua guru SMA PNS maupun
non PNS yang sedang menepuh
pendidikan S-1/ D IV se-suai
persyaratan yang telah ditentu-
kan; 2) Subsidi diberikan secara
langsung melalui transfer ke
rekening bank atas nama guru
bersangkutan/penerima; 3)
Program Studi yang dipilih
adalah program studi yang
sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu dan terakreditasi
dari Badan Akreditasi Nasi-
onal Perguruan Tinggi; 4) Guru
penerima Subsidi Studi berke-
wajiban tetap melaksanakan
tugas belajar mengajar.
"Nah yang perlu diper-hakan adalah, bahwa guru
yang diberi subsidi adalah yang
kuliah pada Program Studi yang
sesuai dengan yang diampu-
nya. Kemudian Program Studi
yang diambil harus terakredi-
tasi, ini untuk menjamin kuali-
tasnya. Selain itu, guru yang
bersangkutan tetap diwajibkan
menjalankan kewajibannya mengajar di
sekolahnya," Maria menerangkan.
Sedangkan beberapa kriteria bagi
calon penerima Subsidi Studi di antaranya
adalah terdaar dan akf mengiku kuliah
pada Program Studi yang terakdreditasi
dari BAN PT, Program Studi yang dipilih
diutamakan relevan dengan mata pelajaran
yang diampunya. Selain itu guru bersang-
kutan berstatus sebagai guru tetap, baik
PNS maupun non PNS dan meliliki NUPTK.
Sehat jasmani dan rohani, dak sedang
menerima beasiswa pendidikan untuk
peningkatan kualifikasi akademik dari APBN
atau APBD. "Juga dak sedang menjalani
hukuman, baik disiplin kepegawaian,
pidana atau perdata, dan memperoleh
izin melanjutkan studi dari pihak yang ber-
wenang, yakni kepala sekolah dan dinas
pendidikan serta Badan Kepegawaian Dae-
rah setempat," ujar Maria.
MUKTI ALI
Dra. Maria Widiani, M.A.
MU
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
15/64
15PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
Bagi pendidik dan tenaga kepen-
didikan, perlindungan hukummerupakan hal yang sangat
penng. Adanya perlindungan
hukum, para PTK akan mampu
menjalankan profesinya dengan baik dan
nyaman. Kenyamanan ini dapat berdampak
pada peningkatan mutu proses dan hasil
pendidikan. "Ini menjadi semacam mata
rantai, bahwa kenyamanan menjalankan
profesi sangat diperlukan oleh seap pen-
didik dan tenaga kependidikan. Jika itu
terwujud, guru akan mampu menjalankan
tugasnya dengan baik, demikian pula tena-
ga kependidikan," kata Dra. Maria Widiani,
MA, Kasubdit PTK SMA, Direktorat Pembi-
naan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Menengah (Dit. PPTK Dikmen).
Untuk menjamin kenyamanan PTK
menjalankan tugasnya, terdapat perlin-
dungan hukum yang diberikan kepadanya.
Hal itu tertuang dalam Undang-Undang No-
mor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (1) bur
(d). Disebutkan bahwa Pendidik dan Tenaga
Kependidikan berhak memperoleh perlin-
ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU
Perlindungan HukumBagi PTK
dungan hukum dalam melaksanakan tugas
dan hak atas hasil kekayaan intelektual.Ditegaskan pula oleh Maria, bahwa
Pasal 39 Undang-Undang Guru dan Dosen
pada dasarnya juga telah memberikan
landasan hukum mengenai perlindungan
hukum. Beberapa bur yang menegaskan
tentang hal tersebut adalah sebagai beri-
kut: 1) Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi profesi, dan/atau
satuan pendidik wajib memberikan perlind-
ungan terhadap guru dalam melaksanakan
tugas; 2) Perlindungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), melipu perlin-
dungan hukum, perlindungan profesi, serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja; 3) Perlindungan hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mencakup perlin-
dungan hukum terhadap ndak kekerasan,
ancaman, diskriminaf, inmidasi, atau
perlakuan dak adil dari pihak peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain. 4) Perlindungan
profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mencakup perlindungan terhadap pe-
mutusan hubungan kerja yang dak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,
pemberian imbalan yang dak wajar,
pembatasan dalam menyampaikan pan-
dangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan atau larangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan
tugasnya. 5) Perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja sebagaimana dimak-
sud pada ayat (2) mencakup perlindungan
terhadap resiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan
kerja, dan atau risiko lainnya.
Dari rumusan di atas dapat dikatakan,
bahwa yang dimaksud dengan perlin-
dungan hukum adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepasan hukum, keadil-
an kenyamanan kerja bagi pendidik dan
tenaga kependidikan. "Tetapi pada kenyata-
annya, masih banyak pendidik dan tenaga
kependidikan kita yang belum memiliki
kesadaran nggi dan belum memahami
secara komperehensif akan penngnya per-
lindungan hukum bagi dirinya keka men-
jalankan profesinya, juga belum tahu kemana ia akan mengadukan permasalahan
yang dihadapinya," ujar Maria. "Di sisi lain,
juga masih kurangnya bantuan hukum atau
advokasi bagi pendidik dan tenaga kependi-
dikan dalam menghadapi masalah," Maria
menambahkan.
Untuk itulah, sosialisasi tentang per-
lindungan hukum bagi pendidik dan tenaga
kependidikan terus digalakkan. Tidak hanya
itu, pemerintah melalui Dit. PPTK Dikmen,
khususnya Subdit PTK SMA, telah mengalo-
kasikan dana secara khusus dalam bentuk
blokgrantperlindungan hukum bagi pen-
didik dan tenaga kependidikan, yang ber-
status PNS maupun non-PNS. "Tujuannya
adalah untuk memberikan konsultasi, me-
nyelesaikan permasalahan hukum, mening-
katkan kesadaran hukum serta meningkat-
kan rasa aman dan nyaman bagi PTK dalam
menjalankan tugasnya," ujar Maria.
MUKTI ALI
HARIANJOGJA
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
16/64
16
Perkembangan ilmu pengeta-
huan dan teknologi (IPTEK)
dalam dunia usaha dan dunia
industri (DUDI) seringkali
berkembang lebih cepat dari-
pada perkembangan IPTEK yang ada di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal
ini menyebabkan adanya kesenjangan
kompetensi antara SMK dan DUDI. Demi
mengatasi permasalahan tersebut, Di-
rektorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) mengadakan sebuah ker-
jasama dengan DUDI yang dilaksanakan
Mei lalu di Hotel Safari Garden Cisarua,
Bogor, Jawa Barat.
Menurut Drs. Prasetyo Triatmojo,
M.M., Kasubdit PTK SMK, kegiatan ini
bertujuan untuk menyamakan kompeten-
si yang ada di SMK dan DUDI. Salah satu
cara untuk mengatasi kesenjangan terse-
but adalah dengan menugaskan seorang
guru bidang studi keahlian untuk magang
di sebuah industri, kata Prasetyo. Ke-
giatan inilah, katanya lagi, yang biasa
disebut dengan on the job training(OJT).
Atau sebaliknya, lanjut Prasetyo, sekolah
mendatangkan staf ahli dari DUDI untuk
memberikan bimbingan teknis pada gu-
ru-guru produkf di sekolah tanpa guru
tersebut meninggalkan sekolah yang bisadisebut dengan in house training(IHT).
Prasetyo menambahkan, kedua
kegiatan ini bisa mengatasi kesenjangan
kompetensi yang ada antara DUDI dan
SMK. Selain itu, kegiatan ini juga akan
memberikan wawasan baru bagi guru-
guru SMK yang belum memiliki pengala-
man di DUDI. Pada kenyatannya, masih
banyak guru SMK yang belum memiliki
pengalaman magang di DUDI, sehingga
kompetensi yang diajarkan juga belum
sesuai dengan kebutuhan kompetensi di
DUDI, terangnya.
Kegiatan kemitraan ini melibatkan
300 guru produkf yang berasal dari 60
SMK di 15 provinsi. Kelimabelas provinsi
tersebut melipu Sumatera Barat, Suma-
tera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Papua
Barat.
Kemitraan SMK
Pemerataan Mutumelalui Kemitraan
Industri Berbasis SMKMenurut Prasetyo, selain untukmenyatukan persepsi antara DUDI dan
SMK, program tersebut juga merupakan
bentuk pemeratan guru SMK yang dilak-
sanakan dalam bentuk kerjasama dengan
DUDI. Program ini diharapkan dapat
memberi manfaat yang saling mengun-
tungkan bagi kedua pihak. Pihak SMK
dapat meningkatkan kompetensi guru
agar mampu menyediakan lulusan yang
siap kerja dan industri juga dapat mem-
peroleh tenaga kerja yang siap pakai.
Selain itu, dengan adanya program
pemerataan mutu keahlian guru SMK me-
lalui kerjasama dengan DUDI ini diharap-
kan juga adanya proses alih teknologi
diantara keduanya, kata Prasetyo. Tidak
hanya alih teknologi saja, tetapi alih
teknologi juga dapat dipercepat sehingga
akan muncul industri-industri baru yang
berbasis SMK,.
Prasetyo menambahkan, SMK se-
bagai pendidikan kejuruan menengahmemiliki visi untuk menghasilkan lulu-
san yang siap kerja, berjiwa wirausaha,
cerdas, kompef, dan memiliki ja diri
bangsa, serta mampu mengembangkan
keunggulan lokal dan dapat bersaing di
pasar global. Keberhasilan pendidikan
kejuruan, katanya, diukur berdasarkan
jumlah lulusan yang dapat bekerja di
DUDI ataupun berwirausaha mandiri.
Dengan adanya kerjasama ini, kita
berharap SMK dapat meluluskan siswa-
siswa unggul dan siap masuk dunia kerja,
sehingga mereka bisa memberikan ki-
nerja terbaiknya di industri-industri yang
ada, ujarnya. Secara bertahap, indus-
tri SMK nannya diharapkan mampu
mengembangkan usaha atau industri
berbagai bidang, seper pembuatan suku
cadang, perakitan, pemasaran, dan pela-
yanan purna jual.
SAIF AL HADI
Drs. Prasetyo Triatmojo, MM
SAIFULANAM
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
17/64
17PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
Buku adalah jendela ilmu, dan
perpustakaan adalah tempatdari jendela-jendela ilmu
itu. Namun, pernyaatan itu
berbanding terbalik dengan
kenyataan di lapangan. Kebanyakan
perpustakaan tampak sepi dan dak me-
narik bagi pengunjung. Begitu juga nasib
perpustakaan sekolah. Padahal, per-
pustakaan memiliki peran sangat penng
bagi keberhasilan sekolah. Peran Tenaga
Perpustakaan Sekolah (TPS) sebagai
pengelola perpustakan menjadi penng
karena ia juga salah satu pendukung pe-
ningkatan mutu pendidikan.
Agar peran TPS bisa berjalan dengan
baik, Direktorat Pembinaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Mene-
ngah (Dit. PPTK Dikmen), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
melaksanakan sejumlah bimbingan teknis
(bimtek) untuk TPS di seluruh Indonesia.
Drs. Prasetyo Triatmojo, M.M.,
Kepala Subdit PTK SMK, mengemuka-
kan bahwa kegiatan bimtek telah ia
Bimbingan Teknis
Memacu KompetensiPustakawan
laksanakan bagi TPS SMK sebanyak dua
kali pada April lalu yang dilaksanakan diMalang dan Solo. Kami melaksanakan
bimtek tersebut sebagaimana yang dia-
manatkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 39 ayat 1 mengenai
tugas tenaga kependidikan, katanya.
UU Sisdiknas menegaskan bahwa
tugas tenaga kependidikan adalah
melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pela-
yanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Ber-
dasarkan UU Sisdiknas itu, kata Prasetyo,
bimtek TPS SMK dilakukan untuk me-
ningkatkan pengetahuan peserta terkait
kebijakan pengembangan perpustakaan
sekolah; standar kualifikasi dan kompe-
tensi perpustakaan sekolah; keterampilan
mengelola perpustakaan sekolah; menin-
gkatkan penghargaan terhadap profesi
perpustakaan sekolah sebagai orientasi ki-
nerja TPS; dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai TPS.
Bimtek ini diiku 200 TPS yang
berasal dari 6 provinsi, yaitu Jawa Barat,
DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, dan NTB, kata Prasetyo. Materinya
mengenai kebijakan pembinaan PTK Dik-
men; perpustakaan sebagai pusat sumber
belajar di sekolah; pengembangan kolek-
si; organisasi informasi terkait klasifikasi,
tajuk subjek, dan katalogisasi bahan per-
pustakaan (buku dan koleksi elektronik);
layanan perpustakaan sekolah; promosi
perpustakaan sekolah; teknologi infor-
masi perpustakan sekolah (perpustakaan
digital); manajemen perpustakan sekoah
dan rencana ndak lanjut; akreditasi
perpustakaan sekolah; dan, standar kuali-
fikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja
kepala perpustakaan sekolah.
Kompetensi TPSTPS sebagai pelaksana perperpus-
takaan sekolah dak mudah menjalankan
peran strategisnya, kata Prasetyo. Se-
hingga diperlukan bimtek pembinaan
dan pengembangan kompetensi TPS
secara terus menerus. Sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah, kom-
petensi PTS terdiri dari enam dimensi,
yakni manajerial, pengelolaan informasi,
kependidikan, kepribadian, sosial , dan
pengembangan profesi.Kompetensi manajerial terkait
pelaksanaan kebijakan, perawatan
koleksi, dan pengelolaan anggaran dan
keuangan. Kompetensi pengelolaan in-
formasi terkait pengembangan koleksi
perpustakaan sekolah/madrasah, pengor-
ganisasian informasi, pemberian jasa dan
sumber informasi, penerapan teknologi
informasi dan komunikasi. Kompetensi
kependidikan terkait dengan wawasan
kependidikan, pengembangan keteram-
pilan memanfaatkan informasi, promosi
perpustakan, dan pemberian bimbingan
literasi informasi.Kompetensi kepribadian
terkait integritas dan etos kerja yang
nggi. Kompetensi sosial terkait pemba-
ngunan hubungan sosial dan komunikasi.
Kompetensi pengembangan profesi
terkait pengembangan ilmu, menghaya
eka profesi, dan membiasakan mem-
baca.
SAIF AL HADI
google.com
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
18/64
18
Standar pendidikan nasional
dipenuhi untuk menjamin
mutu pendidikan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bang-
sa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
Dalam rangka mendukung terpenuhinya
standar nasional tersebut diperlukannya
Tenaga administrasi sekolah yang bermutu
nggi guna melayani kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru, siswa, dan stake-
holderdalam meningkatkan mutu pendidi-
kan di sekolah.
Meningat akan penngnya peran
tenaga administrasi dalam manajerial
sekolah, Direktorat Pembinaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Menengah menggelar bimbingan teknis
tenaga admisnistrasi untuk jenjang SMK
yang dilaksnakan di dua region, Padangdan Bogor pada April lalu.
Dengan adanya bimtek ini, peserta
diharapkan memiliki kompetensi teknis
menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah, kata Drs. Prasetyo
Triatmojo, M.M., Kasubdit PTK SMK. Ia
menambahkan, kompetensi tersebut
yaitu mampu melaksanakan administrasi:
kepegawaian; keuangan; sarana dan prasa-
rana; hubungan sekolah dengan masyara-
kat; persuratan dan kearsipan; kesiswaan;
kurikulum; dan layanan khusus.
Kedelapan kompetensi tersebut, kata
Prasetyo, ditunjang pula oleh kemam-
puan tenaga administrasi sekolah dalam
memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) untuk kelancaran pelak-
sanaan kedelapan administrasi sekolah
di atas. Selain itu, tenaga administrasi
sekolah juga dituntut untuk menggunakan
TIK dalam mendokumentasikan kedelapan
administrasi sekolah tersebut.
Bimbingan Teknis Tenaga Administrasi SMK
Memenuhi StandarTenaga Administrasi
Bimtek ini sendiri, kata Prasetyo, dii-
ku oleh 200 orang tenaga administrasi
sekolah berasal dari 12 Provinsi, yaituSumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi,
Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, DKI
Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun
materi yang disampaikan terkait kebijakan
karier tenaga administrasi SMK; adminis-
trasi kepegawaian; administrasi keuangan;
administrasi sarpras; administrasi hubung-
an sekolah dengan masyarakat; adminis-
trasi persuratan dan kearsipan; adminis-
trasi kesiswaan; administrasi kurikulum;
administrasi layanan khusus; acon plan
(rencana ndakan);pre test; danpost test.
Standar Tenaga AdministrasiSesuai Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2008 tentang Standar Tenaga Admi-
nistrasi Sekolah/Madrasah, pasal pertama
ayat pertama menjelaskan bahwa standar
tenaga administrasi sekolah/madrasah
mencakup kepala tenaga administrasi,
pelaksana urusan, dan petugas layanan
khusus sekolah/madrasah. Pada ayat
kedua dijelaskan untuk dapat diangkat
sebagai tenaga administrasi sekolah/ma-drasah, seseorang wajib memenuhi stan-
dar tenaga administrasi sekolah/madrasah
yang berlaku secara nasional.
Pasal dua, penyelenggara sekolah/
madrasah dapat menetapkan perang-
kapan jabatan tenaga administrasi pada
sekolah/madrasah yang diselenggarakan-
nya. Pasal ga, penyelenggara sekolah/
madrasah wajib menerapkan standar
tenaga administrasi sekolah/madrasah se-
bagaimana diatur dalam Peraturan Men-
teri ini, selambat-lambatnya lima tahun
setelah peraturan ini ditetapkan.
Adapun standar tenaga administrasi
tersebut terkait kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi teknis, dan
kompetensi manajerial pada kepala tenaga
administrasi, pelaksana urusan, dan petu-
gas layanan khusus sekolah/madrasah.
SAIF AL HADI
google.com
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
19/64
19PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 19TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012
Bimtek Guru PENDIDIKAN KHUSUS
MengurangiKesenjangan
Kompetensi
Ada banyak kompetensi yang harus dikuasai bagi
guru pendidikan khusus. Subdit Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
(Subdit PTK PK-LK) menggelar bimbingan teknis pen-
ingkatan profesionalisme guru pendidikan khusus di
sejumlah bidang, yakni aus; orientasi dan mobilitas bagi anak
dengan ketunanetraan; bina komunikasi dan persepsi bunyi dan
irama untuk anak dengan ketunarunguan; bina diri untuk anak
dengan ketunagrahitaan; bina diri dan bina gerak untuk anak den-
gan ketunadaksaan.
Dalam pelaksanaannya, pen-
didikan bagi ABK (Anak Berkebutu-
han Khusus) dak hanya dilakukan
dalam se ng segregasi tetapi
juga dalam se ng inklusi, kata
Drs. Subahi Idris, M.M., Kasubdit
PTK PKLK. Pada se ng segregasi,
sekolah lebih mengkhususkan diri
pada anak aus dalam memberikan
layanan pendidikannya, sedangkan
pada se ng inklusi sekolah meng-akomodasi berbagai jenis kebutu-
han anak, termasuk di dalamnya
anak aus.
Persoalan pokok dalam pendidikan inklusif, kata Subahi,
adalah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam pendidikan seper yang
dinyatakan dalam deklarasi universal tentang hak asasi manusia.
Hal yang lebih khusus dan sangat penng adalah hak anak untuk
dak didiskriminasikan yang dinyatakan dalam Konvensi Hak-Hak
Anak . Sebagai konsekuensi logis dari hak-hak anak ini adalah
bahwa semua anak mempunyai hak yang sama untuk menerima
pendidikan yang ramah serta dak diskriminaf dalam hal keca-
catan, kelompok etnik, agama, bahasa, jenis kelamin, kemam-
puan dan sebagainya, kata Subahi.
Selain itu, persoalan utama yang juga dihadapi saat ini ter-
kait kompetensi guru. Menurutnya, kompetensi guru ABK saat ini
masih terjadi kesenjangan antara kompetensi yang diharapkan
dengan kompetensi yang dimiliki guru saat ini. Dengan demikian,
mengindikasikan perlunya untuk meningkatkan kemampuan guru
(professional effort) secara terus menerus.
SAIF AL HADI
Saat ini masihterjadi kesenjangankompetensi gr
ABK antarakompetensi yangdiharapkan dengankompetensi yangdimiliki gr.
19PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
Bimtek PENGAWAS SEKOLAH PKLK
MemacuKompetensi
Pengawas PKLK
Upaya peningkatan mutu layanan pendidikan di satuan
pendidikan, tak lepas dari peran penng seorang pe-
ngawas sekolah. Ia harus mampu memberikan supervisi
akademik dan manajerial kepada kepala sekolah dan
guru agar dapat memberikan layanan yang semakin
berkualitas, tak terkecuali bagi Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus (PKLP). "Profesionalitas pengawas sekolah PKLK ini terus
kita genjot, agar kepala sekolah dan guru-gurunya dapat mening-
katkan mutu layanannya. Hasil akhir yang kita harapkan tentu di-
dapatkannya lulusan yang memiliki kompetensi dan keterampilan
yang memadai," kata Drs. Subahi Idris, MM, Kasubdit Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Di-
rektorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Menengah.
Salah satu upaya Subdit PTK PKLK adalah dengan menyeleng-
garakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi pengawas sekolah PKLK.
Subahi menjelaskan, bahwa tujuan umum dari Bimtek tersebu
adalah untuk meningkatkan kompetensi pengawas sekolah. Melipu
kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, supervisi
akademik, penelian dan pengembangan, evaluasi pendidikan, serta
kompetensi sosial. Sedangkan tujuan khususnya, agar pengawas
sekolah PKLK memiliki kemampuan menyusun, melaksanakan, danmelaporkan program pengawasan, serta mengembangkan penelian
ndakan. "Bimtek ini sangat penng dan sangat bermanfaat bagi
mereka, karena sebagian besar dari mereka memang masih minim
kemampuan, baik tugas kepengawasan dan terlebih membuat pene-
lian ndakan sekolah," kata Subahi. "Tetapi bukan berar mereka
dak mampu, kalau terus kita bimbing saya yakin mereka juga bisa
menjalankan tugasnya dengan maksimal dan bagus," lanjutnya.
Bimtek pengawas PKLK dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap
pertama diiku pengawas sekolah PKLK dari 15 provinsi dan tahap
kedua diiku pengawas sekolah dari 18 provinsi. Materi-Bimtek meli-
pu: kebijakan Direktorat Pembinaan PTK Dikmen berkaitan dengan
tugas pengawas, pembentukan karakter di sekolah, serta kebijakan
baru tentang PTK PKLK. Peserta juga melakukan prakk-prakk
peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Antara lain menyusun
program rencana pengawasan akademik pendidikan khusus, menyu-
sun program rencana pengawasan manajerial pendidikan khusus,
menyusun instrumen tugas kepengawasan, melakukan analisis hasil
pengawasan pendidikan khusus dan program ndak lanjut sekolah
binaan, membuat laporan hasil kepengawasan SMALB/SMKLB, mem-
buat karya tulis ilmiah, serta memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi bagi pengawas PKLK.
MUKTI ALI
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
20/64
20
Bimtek Guru PLB Bidang Autis
MendongkrakKompetensi
Guru Bidang Autis
Pendidikan bagi anak
aus mendapat per-
haan yang cukup be-
sar dari pemerintah.
Hal ini terbukti dari
adanya rencana pemerintah
untuk mendirikan sentra-sentra
pendidikan bagi anak autis di
beberapa kota di Indonesia.
Tentunya keberadaan sentra
auitis itu membutuhkan guru-
guru berkompeten bidang aus.
Subdit Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Khusus
dan Layanan Khusus (Subdit PTK
PK-LK) merencanakan sejumlah
kegiatan peningkatan kemam-
puan guru. satu di antaranya
bimbingan teknis (bimtek) untuk
guru bidang aus.
Peningkatan kemampuan guru idealnya mengakomodasisemua guru bidang kekhususan, namun pada kesempatan ini lebih
fokus pada peningkatan kemampuan guru bidang aus, kata Drs.
Subahi Idris, M.M., Kasubdit PTK PK-LK . Atas dasar pemikiran itu-
lah Subdit PTK PK-LK akan menyelenggarakan bimtek peningkatan
kemampuan guru bidang aus,.
Kegiatan ini, kata Subahi, bertujuan untuk meningkatkan ke-
mampuan guru bidang aus pada jenjang SMALB/MALB/SMKLB
khusus anak autis dan jenjang SMA/MA/SMK penyelenggara
program inklusi yang menjadi peserta dalam kegiatan tersebut.
Materi bimtek peningkatan kemampuan guru bidang aus meli-
pu kebijakan direktorat, konsep dasar anak aus, idenfikasi dan
asesmen, media pembelajaran, model dan strategi pembelajaran,
lingkungan belajar, prinsip-prinsip dan evaluasi pembelajaran, serta
uji kemampuan.
Adapun para peserta dalam bimtek ini, lanjutnya, lebih diu-
tamakan pada guru yang memiliki pengalaman mengajar minimal
3 tahun atau usia maksimum 50 tahun yang dibukkan dengan
foto kopi SK CPNS atau SK Yayasan. Selain itu juga belum pernah
mengiku program bimtek peningkatan kompetensi profesional
guru serupa yang dibiayai pemerintah dan dinyatakan dalam data
identas pribadi yang diketahui oleh kepala sekolah.
SAIF AL HADI
Bimtek Mata Pelajaran Kekhususan
MeningkatkanMutu Guru
Mata Pelajaran Khusus
Kegiatan penng untuk peningkatan
mutu guru pendidikan khusus yang
akan digelar Subdit Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan
Khusus dan Layanan Khusus (Subdit
PTK PK-LK), Direktorat Pembinaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidik-
an dan Kebudayaan adalah bimbingan teknis
peningkatan profesionalisme guru PK-LK pe-
ngampu mata pelajaran kekhususan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk me-
ningkatkan kompetensi profesional guru
PK-LK pengampu mata pelajaran kekhususan
anak dengan ketunanetraan, ketunarunguan,
ketunagrahitaan, dan ketunadaksaan, terang
Drs. Subahi Idris, M.M., Kasubdit PTK PK-LK.
Kegiatan ini, lanjutnya, akan akan dilaksanakan
selama empat hari dan diiku 50 guru PK-LK
pengampu mata pelajaran kekhususan tersebut pada jenjang
SMALB/MALB/SMKLB A/B/C/D dan 50 guru jenjang SMA/MA/SMK penyelenggara program inklusi sebanyak 50 orang.
Subahi menambahkan, keberhasilan ABK dalam mengiku
pendidikan dak terlepas dari faktor guru. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional de-
ngan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melah, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pen-
didikan menengah. Pasal 7 juga menjelaskan bahwa profesi guru
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip, antara lain memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya.
Dengan demikian, diperlukan berbagai upaya untuk me-
ningkatkan profesionalisme guru. Peningkatan profesionalisme
guru idealnya mengakomodasi semua guru mata pelajaran, kata
Subahi. Namun, pada awal kegiatan bimtek, Subdit PTK PK-LK lebih
memfokuskan pada empat bidang kekhususan yaitu orientasi dan
mobilitas bagi anak dengan ketunanetraan; bina komunikasi dan
persepsi bunyi dan irama untuk anak dengan ketunarunguan; bina
diri untuk anak dengan ketunagrahitaan; serta bina diri dan bina
gerak untuk anak dengan ketunadaksaan.
SAIF AL HADI
Drs. Subahi Idris, MM
MUKTI ALI
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
21/64
21PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 1TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012
WORKSHOP KEcakapan HIDUP
MengasahKecakapan Hidup
Untuk meningkatkan kecakapan hidup atau keterampilan
(life skill) bagi guru PKLK, Subdit PTK PKLK Dit. P2TK Dik-
men membuat program kemitraan antara SMLB/SMKLB/
MALB dengan lembaga penyelenggara keterampilan. Tu-
juan program tersebut adalah untuk meningkatkan kete-
rampilan kecakapan hidup guru PKLK dalam mempersiapkan peserta
didik agar memiliki kemampuan, kesanggupan dan keterampilan
yang diperlukan dalam menjaga kelangsungan hidup dan mengem-
bangkan dirinya, sehingga mampu mengatasi berbagai permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. "Anak-anak di sekolah luar biasa itu
sangat membutuhkan keterampilan, agar setelah ia lulus punya bekal
kesiapan kerja. Maka guru-gurunya juga dituntut mempunyai bekal
keterampilan," terang Drs. Subahi Idris, MM, Kasudbit PTK PKLK,
Direktorat PPTK Dikmen.
Program ini dilaksanakan oleh sekolah pengusul dan lembaga
keterampilan yang memenuhi persyaratan dan telah ditetapkan oleh
Direktorat PPTK Dikmen. Program dilaksanakan melalui pemberian
dana hibah yang akan digunakan untuk pelaksanaan peningkatan
keterampilan kecakapan hidup guru PKLK dengan lembaga keteram-
pilan. Besaran dana hibah akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan kegiatan yang diusulkan sekolah melalui pengajuan
proposal. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru PKLK dalam keterampilan ke-
cakapan hidup, mampu menyusun dan melaksanakan rencana kerja(acton plan) dengan lembaga keterampilan.
Secara garis besar, kata Subahi, substansi program melipu
sistem peningkatan keterampilan kecakapan hidup, khususnya ke-
cakapan vokasional yang dibutuhkan siswa berkebutuhan khusus
sesuai dengan kemampuannya. Peserta program berasal dari sekolah
yang telah memiliki atau sedang merencanakan peningkatan kompe-
tensi guru dalam keterampilan kecakapan hidup. Penetapan peserta
diperlukan untuk menjamin keterlaksanaan program sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk lembaga keterampilan
yang dibolehkan menjalin mitra harus memenuhi persyaratan ter-
tentu sesuai yang telah ditetapkan Dit. Pembinaan PTK Dikmen.
Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pro-
gram, dilakukan workshop pelaporan hasil program. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk mempertemukan peserta program dan melapor-
kan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan program, termasuk
pelaporan tentang pemanfaatan dana hibah. Selain itu, ada pula
program ndak lanjut yang dilakukan sesuai rekomendasi dari hasil
analisis kegiatan yang telah dilakukan. "Pola kegiatannya diselengga-
rakan dalam waktu tertentu melalui tahapan-tahapan," ujar Subahi.
MUKTI ALI
PROGRAM PEMERATAAN MUTU
Mengais Mutudari Sekolah Maju
Satu lagi upaya peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PTK
PKLK) adalah program Pemerataan Mutu. Program tersebut
diadopsi dari Program Kemitraan Kepala Sekolah. Program
ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2004, yang meru-
pakan kerjasama Direktorat Tenaga Kependidikan dengan Kementerian
Negara Pembangunan Daerah Ternggal. Tujuan kemitraan untuk me-
ngurangi kesenjangan mutu pendidikan antara sekolah maju dan seko-
lah ternggal. "Program tersebut diperluas, dan pada tahun 2011 lalu
Subdit PTK PKLK melaksanakan kembali kemitraan kepala sekolah me-
lalui program yang dinamakan Pemerataan Mutu PTK PKLK Pendidikan
Menengah," kata Drs. Subahi Idris, MM, Kasubdit PTK PKLK, Direktorat
Pembinaan PTK Dikmen.
Program Pemerataan Mutu PTK PKLK, kata Subahi, didesain secara
sistemas untuk meningkatkan mutu sekolah menengah luar biasa
(SMALB/SMKLB) dengan fokus utama pada perbaikan proses pembe-
lajaran, manajemen sekolah, dan pemberdayaan masyarakat. Urgensi
program selain untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pemerataan
mutu juga untuk meningkatkan efisiensi pembiayaan peningkatan
mutu sekolah. "Karena upaya-upaya peningkatkan mutu dak harus di-
sentralkan di suatu tempat. Proses pemerataan mutu dilakukan dengan
mengimbaskan keunggulan-keunggulan suatu sekolah pada sekolah
sekitar yang belum maju," ujar Subahi. " Program ini juga menekankan
pada paningkatan mutu manajemen pembelajaran di ap sekolah."
Peserta program melipu kepala sekolah pengimbas dan sekolahimbas. Kepala sekolah pengimbas yakni kepala SMALB/SMKLB yang
maju dan sekolahnya memiliki keunggulan-keunggulan. Kepala sekolah
imbas yakni kepala SMLB/SMKLB dari sekolah yang belum maju dan
perlu peningkatan mutu. "Proses pengimbasan disesuaikan dengan
jenis kekhususan sekolah tersebut, misal SMLB B daerah maju bermitra
dengan SMLB B daerah ternggal," jelas Subahi.
Rangkaian kegiatan melipu: 1) Mempertemukan kepala sekolah
pengimbas dan sekolah imbas untuk bersama-sama mengiku work-
shop dan menyususn rencana On The Job Learning(OJL) atau bench-
marking;2) Benchmarkingselama tujuh hari di sekolah pengimbas; 3)
Workshop penyusunan rencana ndakan (acton plan) di mana sekolah
imbas membawa laporan hasil OJL; 4) Impelementasi rencana ndak
di sekolah imbas; 5) Seminar hasil dan evaluasi. "Selama OJL, kepala
sekolah imbas bisa melihat dan mempelajari keunggulan-keunggulan
di sekolah pengimbas, mereka diarahkan untuk menemukan gagasan-
gagasan penerapan sesuai dengan kondisi sekolah yang dikelolanya.
Kemudian untuk pelaksanaan di sekolah oleh kepala sekolah imbas,
kami menyediakan blockgrant selama ga bulan," kata Subahi. "Sangat
diyakini program ini bisa memeratakan mutu layanan pendidikan khu-
susnya di sekolah-sekolah imbas," ujar Subahi.
MUKTI ALI
21PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
22/64
22
SMA Negeri 1 Purbalingga
YANG TERBAIK DARI
GANESHA PURBALINGGA
Ganesha rupanya bukan
cuma monopoli Institut
Teknologi Bandung se-bagai logo kebanggaan
kampus ternama itu. So-
sok Dewa Ilmu Pengetahuan yang diwu-
judkan melalui gajah bersila bertangan
empat itu juga menjadi simbol kebang-
gaan SMA Negeri 1 Purbalingga. Label
Ganesha pun melekat kala siswa hingga
alumni SMAN 1 Purbalingga menyebut-
nya SMANSA GANESHA. Di kegiatan
Pramuka pun beken nama ambalan Gane-
sha. Lambang Dewa Ganesha itu menjadi
pemantik semangat siswa SMAN 1 Pur-
balingga agar berlomba-lomba mengu-
asai ilmu pengetahuan untuk kemajuan
bangsa dan negara.
Iklim mencintai ilmu pengetahuan
juga didengungkan melalui satu di antara
10 ciri khas SMAN 1 Purbalingga, yakni
semboyan 10 S. Kepanjangan 10 S ini bi-
asa dipilah ke dalam 5S pertama, yakni
Sehat, Senyum, Salam, Salaman, dan
Sapa. Kemudian 5 S kedua adalah Siap,
Siasat, Sahih, Sains dan Sosial. Semboyan
10 S menjadi salah satu unggulan sekolah
dalam rangka pembentukan pendidikan
karakter. Pemandangan harian di sekolahpun sudah hal biasa menyaksikan siswa
saling menyapa, bersalaman, juga dengan
senyum.
Semangat dari 5S kedua juga tercer-
min dari keseharian siswa dalam pembela-
jaran. Misalnya makna dari siap dan siasat.
Setiap siswa mendapat pemahaman bah-
wa untuk meraih prestasi yang memuas-
kan harus siap kapan pun dalam belajar,
ulangan harian atau ujian sekolah.
Sedangkan siasat bermakna strategi
setiap siswa disesuaikan karakter masing-
masing dalam meraih prestasi. Misalnya
siswa dengan tipe audio, maka ia harus
duduk di depan agar pendengarannya le-
bih bagus dalam menyerap pemelajaran.
Pengurus OSIS yang punya kesibukan
lebih juga harus pandai mengatur strategi
dalam belajar, kata Tulus Kiswidagda,
M.Pd, guru yang juga dipercaya menjadi
Kepala Bagian Humas SMAN 1 Purba-
lingga.
Tampak depan sekolah denganhamparan lapangan seluas 5000 m2
Saling sapa antarwargaSMA Negeri 1 Purbalingga,
bagian dari program 10 S
Tulus Kiswidagda, M.Pd.
LAHAN SANGAT LUAS
Bagi yang belum pernah menyam-
bangi SMAN 1 Purbalingga bisa jadi dibuat
capek saat menyusuri semua sudut seko-
lah. Pasalnya, sekolah yang beralamat di
DIPOHANDOKO
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
23/64
23PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 23TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012
Jalan MT Haryono, Purbalingga ini memi-
liki lahan yang amat luas. Di bagian depan
sekolah terhampar lapangan seluas seki-
tar dari 5.000 m2. Dari pagar depan seko-
lah menuju bangunan terdepan saja tak
kurang berjarak 30-an meter.
Lahan SMAN 1 Purbalingga memang
belum lama mendapat hibah tanah dari
pemerintah Kabupaten Purbalingga.Awalnya luas lahan sekolah sekitar 20.000
m2, termasuk lapangan rumput di bagian
depan sekolah. Tanah hibah yang berada
di samping kiri sekolah hingga memanjang
ke belakang, luasnya kurang lebih 15.000
m2. Bisa dibayangkan sejauh apa langkah
kaki harian para guru dan siswa, terutama
saat pembelajaran moving class yang su-
dah dilaksanakan sejak tahun 2007.
Tambahan lahan hibah itu dimanfaat-
kan untuk membangun 6 unit kelas baru
yang menelan anggaran pembangunansekitar Rp 600 juta. Total daya tampung
sekolah kini 30 rombongan belajar. Ta-
hun ajaran 2011/2012 ini jumlah siswanya
sebanyak 1043 orang. Mereka diasuh 65
guru, 8 di antaranya guru tidak tetap.
Latar belakang pendidikan hampir selu-
ruhnya S-1, hanya ada satu guru berpendi-
dikan D-3. Guru bertitel S-2 hanya 3 orang.
Ada 12 orang guru yang tengah meram-
pungkan pendidikan S-2. Kepala SMAN
1 Purbalingga dipercayakan kepada Drs.
Akhmad Khotib, M.Pd sejak tahun 2008
lalu.
Lahan luas itu menjadi berkah bagi
sekolah untuk menggelar tak kurang dari
23 kegiatan ekstra kurikuler. Dari yang ti-
dak memberlukan lahan luas seperti Pem-
binaan Amaliyah Islam, PKS, biola, Keg-
iatan Ilmiah Remaja (KIR), hingga aneka
kegiatan yang membutuhkan lapangan
luas, seperti Pramuka, Paskibra, basket,
tenis lapangan, Ganesha Football Club,
hingga panahan.
ADA CASPER & GAZEBOOPenambahan 6 unit kelas baru untuk
memenuhi animo masyarakat yang setiap
tahun ajaran baru membludak jumlahnya.
SMAN 1 Purbalingga memang sudah lama
menjadi sekolah unggulan dan favorit di
sana. Kegiatan pembelajaran dengan 10
rombongan belajar di setiap tingkatan
itu baru dimulai tahun ajaran 2009/2010.
Kebanggaan siswa kelas baru, khusus-
nya di kelas X-10, sampai-sampai mereka
menyebut angkatan pertama kelas X-10
adalah Cassper, kepanjangan dari Com-munity Anak Sepuluh Sepuluh Pertama.
Setelah Cassper, kelas X-10 tahun ajaran
2010/2011 menamakan diri GazeboO sing-
katan dari Ganesha Zepuluh Bontoot.
Meski berstatus Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI), kata Tulus,
sekolah tak melupakan siswa kalangan
miskin yang memang cerdas. Setiap ta-
hun kami usahakan sekitar 20% siswa dari
kalangan kurang mampu, kadang malah
lebih, kata Tulus, yang pernah menjabat
Kepala Indonesia Moskow (2004-2007).
Siswa dari kalangan kurang mampu ini
bisa mendapatkan bantuan beasiswa, bisa
diambilkan dari beasiswa siswa miskin,
beasiswa Komite Sekolah, atau bea-
siswa alumni. Sehingga SPP Rp 200.000/
bulan tidak menjadi beban. Begitu juga
kesanggupan orangtua siswa memberi-
kan sumbangan bagi pengembangan
sekolah. Kebijakan sekolah, menyerah-
kan mekanisme pembayaran sumbangan
disesuaikan kesanggupan orangtua siswa.
Yang jelas, berdasar-
kan hitungan Rencana
Anggaran Belanja
Sekolah (RABS), dibagi
jumlah siswa, maka
disepakati jumlah flat
sumbangan, yang ta-
hun ini sebesar Rp
2.250.000. Ada yang
sanggup membayar
lebih dari itu. Namun
ada juga yang sampai
kelas tiga juga belum
lunas, kata Tulus.
SUJANMO MOSIK
ARUMING PUTRO
Tak banyak seko-
lah yang memiliki
surya sengkala, atau
kalimat penanda yang
memiliki makna ta-
hun pendirian. SMAN 1 Purbalingga yang
didirikan tanggal 12 Oktober 1961, adalahsalah satu sekolah yang memiliki surya
sengkala, yakni Sujanmo Mosik Aruming
Putro. Makna per kata adalah: sujanmo
(manusia), mosik (rasa ingat, bergerak,
dan berjuang, aruming (harum), putro
(anak).
Pendirian sekolah memang penuh
perjuangan melibatkan warga masyara-
kat, yang merintisnya sejak tahun 1955.
Awalnya menumpang di SDN IV Purbal-
ingga dengan guru sukarela dari SMA
Negeri 2 Purwokerto dan guru senior SMP
Negeri 1 Purbalingga. Makna surya sen-
gkala SMAN 1 Purbalingga setidaknya
masih terjaga hingga 51 tahun ini sekolah
masih harum oleh prestasi siswa dan para
guru. Yang gres tentu saja prestasi yang
diraih Ruswanto, S.Pd, guru biologi yang
meraih Juara II Lomba Keberhasilan Guru
dalam Pembelajaran 2011 dan Juara III
Lomba Kreativitas Ilmiah Guru 2011.
DIPO HANDOKO (Purbalingga)
Kegiatan siswa di bidang
sains, salah satu ung-
gulan sekolah (atas)
Memupuk jiwa sosial,
adalah salah satu ciri
khas kegiatan pembentu-kan karakter (bawah)
23PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
SMAN1PURBALINGGA
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
24/64
24
Begitu mendengar nama
sekolah berstatus Rintis-
an Sekolah Bertaraf In-
ternasional (RSBI), yang
melekat dalam pikiran
adalah sekolah mewah, bertarif mahal,
dan siswanya untuk kalangan berduit.
Pendapat itu tidak 100% benar. Paling ti-
dak, jika menengok Sekolah MenengahKejuruan (SMK) Negeri 1 Mempawah Hilir,
RSBI di Kabupaten Pontianak, Provinsi Ka-
limantan Barat.
Sekolah yang dipimpin Drs. Abdul
Fattah, MM.Pd ini, tergolong favorit di Ka-
bupaten Pontianak. Fasilitasnya lengkap,
guru-gurunya berkualitas, dan bangunan
sekolahnya bagus. Namun, bukan berarti
dengan berbagai kelebihannya itu, seko-
lah ini memasang tarif mahal bagi para
SMK Negeri 1 Mempawah Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat
YANG TERUNGGUL
DI PONTIANAKMenjadi salah sat sekolah favorit di Kabupaten Pontianak, tapi tidak
memungt biaya pendidikan yang tinggi. Biaya pendidikan diusahakanterjangkau masyarakat tapi bisa menyelenggarakan pembelajaran berarafinterasional.
calon siswanya. Terbukti banyak siswa
dari keluarga yang kurang mampu bisa
bersekolah di sana.
Lebih dari 20% siswa kami berasal
dari keluarga yang tidak mampu secara
ekonomi, kata Abdul Fattah. Jumlah itu,
lanjutnya, sudah sesuai dengan ketentuan
dari Kementerian Pendidikan dan Kebu-
dayaan bahwa RSBI harus bisa menam-pung minimal 20% siswa dari kalangan
kurang mampu.
SMK Negeri 1 Mempawah Hilir me-
miliki komitmen untuk memberikan pen-
didikan berkualitas namun dengan biaya
pendidikan yang terjangkau masyarakat
kebanyakan. SMKN 1 Mempawah Hilir
memiliki empat jurusan, yakni Akuntansi,
Pemasaran, Perkantoran, dan Multimedia.
Fasilitasnya sudah memadai, seperti labo-
ratorium perkantoran, komplit dengan
perlengkapan perkantoran sebagaimana
kantor sebenarnya.
Di laboratorium perkantoran itu ada
meja lobi dan perlengkapan administrasi,
kata Fattah. Selain itu, setiap laborato-
rium juga dilengkapi dengan komputer
sebagai penunjang, tambah Magister
Manajemen Pendidikan lulusan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Malang, Jawa Timur,
itu. Namun, Fattah juga menyadari bahwa
fasilitas tersebut tentulah masih belum se-
lengkap sekolah-sekolah RSBI yang ada di
Jakarta atau kota-kota besar lain di Jawa.
Oleh karena itu, ia terus berusaha untukmemperbaiki segala kekurangan guna
mencapai RSBI yang berkualitas.
Fattah yang belum genap dua tahun
menjabat kepala SMKN 1 Mempawah
Hilir sedang berusaha mencari bantuan
dana untuk penambahan fasilitas pembe-
lajaran. Dana tersebut, katanya, bisa di-
dapat melalui komite sekolah, wali siswa,
dan pemerintah, baik pemerintah kota,
provinsi, maupun pemerintah pusat.
Abdul Fattah, M.MPd.
24
SAIFALHADI
-
7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12
25/64
25PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012
MENJADI RSBISebenarnya, status RSBI yang diper-
oleh tahun 2008 itu bukan permohonan
dari SMKN 1 Mempawah Hilir. Kami ti-
dak mengajukan permohonan menjadi
RSBI, tapi pemerintah yang menunjuk
kami, kata Abdul Fattah, yang pada saat
itu menjabat wakil kepala sekolah bidangsarana-prasarana (2007-2010).
Menurut penjelasan Fattah, kala itu
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menginginkan ada SMK berkualitas inter