majalah ptkdikmen jul 12

Upload: emi-rosita

Post on 13-Apr-2018

348 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    1/64

    MENGGENJOT MUTU

    DIKMENPTK MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PTK PENDIDIKAN MENENGAH

    PTK DIKMENJULI

    2012

    Surya Dharma:Tantangan Guru Abad XXI

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    2/64

    STRUKTUR ORGANISASIDI REKT O R A T P EM BI N A A N

    P EN D I DI K DA N T EN AG A KE P EN DI D I KA N

    P E N D I D I K A N M E N E N G A H

    Surya Dharma, MPA, Ph.D

    Direktur PPTK Dikmen

    Mora Baringin Harahap, SE

    Kasubag Tata Usaha

    Wastandar, MA, Ph.D

    Kasubdit Program

    dan Evaluasi

    Dra. Maria Widiani, MA

    Kasubdit PTK SMA

    Drs. Prasetyo Triatmojo, MM

    Kasubdit PTK SMK

    Drs. Subahi Idris, MM

    Kasubdit PTK Pendidikan

    Khusus dan Layanan Khusus

    Ir. Mamat, MM

    Kasi Perencanaan Program

    Drs. Yusrizal, M.Pd.

    Kasi Evaluasi dan Pelaporan

    Wendi Kuswandi, SEKasi Perencanaan Kebutuhandan Peningkatan Kualifikasi

    Drs. Suko Wiyanto, MMKasi Perencanaan Kebutuhandan Peningkatan Kualifikasi

    Dra. Nani Parhanah, MMKasi Perencanaan Kebutuhandan Peningkatan Kualifikasi

    Dra. RR. Sutaris, M.Pd.

    Kasi KarierDrs. Akhmad Nirwan, M.Pd

    Kasi KarierSarwin Zain, M.Pd.

    Kasi Karier

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    3/64

    Jakarta, Juli 2012

    Direktur Pembinaan PTK Dikmen

    Surya Dharma, MPA, Ph.D

    NIP 195309271979031001

    Uji Kompetensi Awal (UKA) guru yang dilaksanakan Februari 2012 lalu masih menjadi

    pembicaraan di kalangan guru. UKA merupakan bagian dari penyelenggaraan

    sertifikasi pendidik dengan pola baru mulai tahun 2012. Pelaksanaan uji kompetensi

    bagi para guru itu sesungguhnya hanya bagian kecil dari proses pembinaan kepada

    guru. Sebab masih banyak tantangan serius yang harus dihadapi para guru, juga tenaga

    kependidikan pendidikan menengah kita. Guru saat ini mengajar anak-anak kita yang hidup

    di masa depan, di abad 21. Kalau guru-guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang diajarnya

    untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu sama saja dengan merampas masa depan

    kehidupan anak-anak didik kita.

    Permasalahan utama guru yang menjadi perhatian sangat serius kami, di antaranya,

    adalah peningkatan kualifikasi akademik menjadi S-1/D-4; ketidaksesuaian kualifikasi

    akademik dan bidang studi yang diajar guru (mismatch), distribusi guru, dan peningkatan

    kompetensi guru. Kualifikasi akademik guru-guru SMA/SMK yang belum S-1/D-4 hanya sekitar

    15% dari jumlah keseluruhan guru SMA/SMK. Tapi ternyata tidak sepenuhnya gampangmeningkatkan kualifikasi akademik mereka ini. Pada tahun 2011 lalu, kami menganggarkan

    kurang lebih 3000 guru SMA/SMK untuk diberikan subsidi kualifikasi S-1. Ternyata alokasi

    yang kita sediakan tidak terserap semua, hanya sekitar 500 guru.

    Persoalan mismatch, yang menurut penelitian Ditjen Dikti jumlahnya kurang lebih 20%,

    diharapkan semakin berkurang. Sebab guru yang bersertifikat profesi pendidik, tidak boleh

    lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya. Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak

    dari masalah ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara geografis maupun

    kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah perkotaan, sementara di daerah pinggiran

    dan pedalaman masih banyak yang mengalami kekurangan.

    Permasalahan kompetensi guru yang masih memprihatinkan, setidaknya tercermindari hasil UKA. Persoalannya bukan semata pada peningkatan mutu guru yang ada saat

    ini. Melainkan juga merevitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),

    sebagai lembaga penghasil guru. LPTK harus mengaca atas hasil UKA dan ke depan harus

    menghasilkan guru-guru yang well prepared dan well motivated.

    Marilah tahun 2012 ini menjadi pijakan bagi kita dalam meningkatkan kualitas diri,

    sekaligus turut andil dalam mengurangi berbagai permasalahan PTK pendidikan menengah,

    dan menjadi roda penggerak gerbong peningkatan mutu pendidikan nasional kita.

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    4/64

    4

    PEMBINA

    Hamid Muhammad, Ph.D

    Direktur Jenderal Pendidikan Menengah

    PENGARAH

    Surya Dharma, MPA, Ph.D

    Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan Pendidikan Menengah

    PEMIMPIN REDAKSI/

    PENANGGUNG JAWAB

    Wastandar, MA, Ph.D

    (Kasubdit Program dan Evaluasi)

    SIDANG REDAKSI

    Wastandar, MA, Ph.D

    Dra. Maria Widiani, MA

    Drs. Prasetyo Triatmojo, MM

    Drs. Subahi Idris, MM,

    Ir. Mamat, MM

    Drs. Yusrizal, M.Pd

    Saiful Anam, Dipo Handoko, Mukti Ali,

    Saif Al Hadi, Eva Rohilah, Nabila D.P,

    Andi Wahyudi, Arien TW, Yono Suryono

    DESAIN VISUAL

    Dipo Handoko

    PENERBIT

    Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan Pendidikan Menengah

    Ditjen Pendidikan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    ALAMAT REDAKSI

    Direktorat Pembinaan PTK Dikmen

    Gedung D Lt 12 Kompleks Kemdikbud

    Jl. Pintu I Senayan, JAKARTA 10270

    Telepon: 021 57974108

    Email: [email protected]

    Tahun kedua Majalah PTK Dikmen kembali hadir dengan sejumlah tulisan

    yang kami rangkum dari bulan Januari hingga Juli. Sejumlah artikel edisiini berupa rangkuman kegiatan Direktorat Pembinaan Pendidik dan

    Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, berita seputar dunia pendidikan,serta sejumlah profil sekolah, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Adajuga tulisan seputar perkembangan pendidikan di daerah, khususnya seputarpendidik dan tenaga kependidikan pendidikan menengah.

    Cover story edisi ini sengaja mengupas panjang tentang guru. PIjakan tulisanberdasarkan berita hangat pada Februari 2012, yakni pelaksanaan Uji KompetensiAwal (UKA) bagi guru. Mulai tahun 2012, guru yang akan mengambil sertifikasiprofesi pendidik harus menjalani UKA. Mereka yang lulus UKA selanjutnyamengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhirPLPG, mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus Uji

    Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertifikat profesi pendidik danmendapatkan tunjangan profesi pendidik.

    Pro dan kontra sempat mengiringi kehadiran UKA. Namun UKA tetap berlangsung,dan hasilnya sungguh mencengangkan. Rata-rata nilai secara nasional hanya 42,25dari hampir 300 ribu guru calon peserta sertifikasi pendidik. Bahkan ada seorangguru yang nilainya hanya 1 dari kemunkinan 100. Nilai UKA tertinggi, 97,0, diraihZuhri Muslim, guru SMKN 2 Slawi, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. GuruSMA peraih nilai UKA tertinggi adalah Gatot Priadi dari SMAN 1 Karas, KabupatenMagetan, Provinsi Jawa Timur, dan Nur Hidayati dari SMAN 11 Siak, KabupatenSiak, Provinsi Riau, yang sama-sama meraih nilai 90.

    Yang juga memprihatinkan adalah raihan nilai UKA para pengawas, yang ternyatabanyak yang di bawah nilai guru. Nilai UKA tertinggi untuk pengawas sekolah

    hanya 72, yakni yang dicapai St Syuhaeni S, pengawas sekolah yangbertugas di Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua.

    Tulisan menarik lainnya edisi ini adalah profil dari PTK yang berprestasi. Kamimendapat respons baik dari sidang pembaca mengenai profil dari mereka yangmeraih prestasi. Sehingga kami akan selalu menampilkan profil dari PTK, jugasekolah dan daerah dalam mengembangan pendidikan. Kali ini para guru yangkami angkat adalah mereka yang meraih prestasi pada Lomba KeberhasilanGuru dalam Pembelajaran, yang diselenggarakan Pusat Pengembangan ProfesiPendidikan dan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru yang dilaksanakan oleh LIPI.

    Semoga edisi tengah tahun 2012 ini banyak memberi manfaat, khususnya bagi PTKyang tersebar di seluruh Tanah Air, dan mampu menjadi pendorong peningkatan

    mutu. Hal ini menjadi pegangan kami di jajaran redaksi PTK DIkmen untukmenghadirkan tulisan yang menginspirasi dan membumikan perbaikan mutu PTK.Selamat membaca!

    Salam PTK Dikmen .. .

    REDAKSISALAMDIKMENPTK MEDIA INFORMASI DANKOMUNIKASI PTKPENDIDI KANMENENGAH

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    5/64

    5PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    daftar isi Juli 2012Nomor 3 Tahun IILAPORAN UTAMA 6

    Memudahkan dalam Pembinaan Profesi Guru 6Wawancara Direktur PPTK Dikmen 9Memeratakan Distribusi Guru PNS 12

    PESAN DIREKTUR 3

    PTK SMA

    Menggelontor Subidi Bantuan Studi 14Perlindungan Hukum Bagi PTK 15

    14-15

    PTK SMK

    Pemerataan Mutu Melalui Kemitraan 15Memacu Kompetensi Pustakawan 16Memenuhi Standar Tenaga Administrasi 17

    15-17

    PTK PK-LK

    Mengurangi Kesenjangan Kompetensi 19Memacu Kompetensi Pustakawan 19Mendongkrak Kompetensi Guru Bidang Autis 20Meningkatkan Mutu Guru Mata Pelajaran Khusus 20Mengasah Kecakapan Hidup 21Mengais Mutu dari Sekolah Maju 21

    17-21

    26-39GURU

    Juara I LKG 2011 Guru SMA/SMK Non-Sains 26Juara I LKG 2011 Guru SMA/SMK Sains 28Juara I LKIG 2011 Guru SMA Bidang IPSK 30Juara II LKG 2011 Guru SMA/SMK Sains 32Juara III LKG Guru SMA/SMK Sains 34

    Juara III LKG 2011 Guru SMA/SMK Non-sains 36Juara III LKIG 2011 Guru SMA Bidang IPSK 38

    TENAGA KEPENDIDIKAN

    Penerima Satyalancana Pendidikan 2011 40Kepala SMA Negeri 3 Palu 42Juara II Pengawas SMK Berprestasi 2011 44

    45-47DAERAHKabupaten Banyumas 45Kabupaten Mojokerto 46Kabupaten Biak Numfor 47

    KOLOM

    Surya Dharma, MPA, Ph.D 48Tantangan Guru Abad XXI

    APA & SIAPA

    Wastandar, M.A, Ph.D 54Dr. Fauziyah 56

    40-44PERISTIWA

    Hari Pendidikan Nasional 2012 58Ujian Nasional SMA/SMK 2012 59Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 60

    62

    58-62

    48-53

    54-57

    22-25

    -13

    SEKOLAH

    MULAI TAHUN 2012, GURU YANG AKAN MENGAMBIL SERTIFIKASI

    PROFESI PENDIDIK HARUS MENJALANI UJI KOMPETENSI AWAL

    (UKA). MEREKA YANG LULUS UKA SELANJUTNYA MENGIKUTI

    PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) SELAMA 9 HARI.

    PADA AKHIR PLPG, MEREKA DITES LAGI DENGAN UJI KOMPETENSI

    AKHIR. MEREKA YANG LULUS UJI KOMPETENSI AKHIR ITULAH

    YANG BERHAK MENYANDANG SERTIFIKAT PROFESI PENDIDIK DAN

    MENDAPATKAN TUNJANGAN PROFESI PENDIDIK.

    SMA Negeri 1 Purbalingga 22SMA Negeri 1 Mempawah Hilir, Pontianak 24

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    6/64

    6

    Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, mu-

    lai tahun ini para guru yang akan mengambil

    sertifikasi profesi pendidik harus menjalani Uji

    Kompetensi Awal (UKA). Mereka yang lulus UKA

    selanjutnya mengikuti Pendidikan dan Latihan

    Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhir pelaksanaan PLPG,

    mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus

    Uji Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertifikat

    profesi pendidik dan berhak mendapatkan tunjangan profesi pen-

    didik yang besarnya satu kali gaji pokok. Perbedaan dengan ta-

    hun-tahun sebelumnya terletak pada Uji Kompetensi Awal. Pada

    tahun-tahun sebelumnya, para peserta langsung mengikuti PLPG.

    Tahun ini, UKA dilaksanakan secara serentak pada tanggal 25

    Februari, dan hasilnya telah diumumnya pada pertengahan Ma-

    ret lalu. Menteri Pendidikan dan Kebuda-

    yaan, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA

    menjelaskan jumlah guru yang mendaftarUKA 2012 sebanyak 285.884 orang. Na-

    mun, sebanyak 4.868 orang (1,70 persen)

    batal mengikuti UKA dengan berbagai

    alasan, sehingga peserta yang mengikuti

    sebanyak 281.016 orang (98,30 persen).

    Peserta UKA tahun ini terdidiri dari

    23.753 guru TK, 164.539 guru SD, 51.238

    guru SMP, 18.125 guru SMA, 15.105 guru

    SMK, 2.446 guru SLB, dan 606 pengawas

    sekolah. Mereka terdiri dari 195 lulusan

    SMP, 19.039 lulusan SMA, 2.697 lulusan

    UJI KOMPETENSI AWAL GURU TAHUN 2012

    MEMUDAHKAN DALAMPEMBINAAN PROFESI GURU

    PIHKEMDIKBUD

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    7/64

    7PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    D-1, 34.614 lulusan D-2, 3.906 lulusan D-3,

    211.858 lulusan S-1, 3.453 lulusan S-2, dan

    9 peserta berkualifikasi pendidikan S-3

    atau bergelar doktor. Dari jumlah peser-

    ta UKA tersebut, yang lulus UKA sebanyak249.001 orang dan diperoleh nilai rata-ra-

    ta nasional sebesar 42,25, kata Moham-

    mad Nuh.

    GURU SMK SLAWI RAIH NILAITERTINGGI

    Hasil UKA 2012 menunjukkan gam-

    baran kompetensi guru yang beragam dan

    cukup memprihatinkan. Nilai UKA ter-

    tinggi adalah 97,0, sedangkan nilai teren-

    dah 1,0. Nilai UKA tertinggi itu diraih Zuhri

    Muslim, guru SMKN 2 Slawi, Kabupaten

    Tegal, Provinsi Jawa Tengah.

    Secara lebih rinci, nilai UKA tertinggi

    untuk kategori guru Taman Kanak-kanak

    (TK) diperoleh Desi Dwi Jayanti dari TK

    Islam Nurul Iman, Kabupaten Bogor,

    Provinsi Jawa Barat, dengan nilai 90. Un-

    tuk kategori guru SD diraih Nurfatah dari

    SD 8 Talang Kelapa, Kabupaten Banyua-

    sin, Provinsi Sumatera Selatan, dengan

    nilai 80. Untuk kategori guru SMP disabet

    Melany Wiwanty Parulian Mukuan dari

    SMP Advent Amurang, Kabupateng Mi-

    nahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara,

    dengan nilai 87,5. Untuk kategori guru

    SLB, nilai tertinggi diperoleh Isma Mulyani

    dari SLB BC YGP BL Limbangan, Kabu-paten Garut, Provinsi Jawa Barat, dengan

    nilai 95.

    Untuk kategori guru SMA, nilai ter-

    tinggi didapatkan oleh dua orang guru

    dengan nilai masing-masing 90, yakni Ga-

    tot Priadi dari SMAN 1 Karas, Kabupaten

    Magetan, Provinsi Jawa Timur, dan Nur

    Hidayati dari SMAN 11 Siak, Kabupaten

    Siak, Provinsi Riau. Nilai tertinggi untuk

    kategori guru SMK diperoleh Zuhri Mus-

    lim dari SMKN 2 Slawi, Kabupaten Tegal,

    Jawa Tengah. Sedangkan untuk kategori

    pengawas sekolah, nilai tertinggi diraih

    St Syuhaeni S, pengawas sekolah yang

    bertugas di Kabupaten Kepulauan Yapen,

    Provinsi Papua, dengan nilai 72.

    Mendikbud memaparkan, hasil UKA

    ini juga menunjukkan bahwa tingginya

    kualifikasi pendidikan guru ternyata tidak

    menjadi jaminan atas perolehan nilai UKA

    tersebut. Pada jenjang guru yang bertugas

    di SMP, guru yang memiliki latar belakang

    pendidikan S-2 ada yang mendapat nilai

    UKA sebesar 14. Selain itu, rata-rata guru

    SMP yang berpendidikan S-2 sebesar 51,3

    dengan nilai UKA tertinggi sebesar 82.

    Seharusnya, kualifikasi pendidikan yang

    lebih tinggi mendapatkan nilai UKA yanglebih baik.

    Kasus yang sama juga terjadi pada

    guru SMA. Nilai UKA dari guru SMA yang

    berlatar belakang pendidikan S-3 sebesar

    46,8 dengan nilai tertinggi 61. Nilai ini ti-

    dak lebih baik dari nilai UKA dari guru yang

    berlatar belakang pendidikan S-2 yaitu

    sebesar 55,9 dengan nilai tertinggi 84,3.

    Yang juga menarik dicermati, dari

    total 281.016 peserta UKA 2012, nilai

    rata-rata tertentinggi justru diperoleh

    guru-guru TK dengan nilai rata-rata 58,87.

    Sementara untuk peserta guru-guru SD

    mendapatkan nilai rata-rata 36,86, guru-

    guru SMP 46,15, guru-guru SMA 51,35,

    guru-guru SMK 50,02, dan guru-guru SLB

    49,07. Yang justru memprihatinkan nilai

    rata-rata yang diperoleh pengawas seko-

    lah, hanya 32,58.

    Mendikbud menandaskan, berdasar-

    kan hasil UKA yang menempatkan nilai

    rata-rata pengawas berada di posisi paling

    buncit tersebut, maka observasi lanjutan

    PIHK

    EMDIKBUD

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    8/64

    8

    terhadap para pengawas akan dilakukan.

    Tujuannya, penanganan yang tepat dapat

    segera dilakukan terhadap penyebab ren-

    dahnya nilai rerata tersebut. Observasi

    akan mencakup sistem perekrutan, usia,

    latar belakang pendidikan, hingga ke-

    mampuan dasar pengawas.

    PEMETAAN PENDIDIKANPara guru yang sudah lulus UKA yang

    berjumlah 249.001 orang itu selanjutnya

    mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi

    Guru (PLPG). Pada akhir PLPG, mereka

    mengikuti Uji Kompetensi Akhir. Guru

    yang mendapatkan sertifikat guru profe-

    sional adalah guru yang telah mengikuti

    UKA, PLPG, dan Uji Kompetensi Akhir,

    ujar Mohammad Nuh.

    Sedangkan bagi para guru yang tidak

    lulus UKA akan diberikan pembinaan. Tu-

    juannya adalah memberi energi baru padapara guru untuk tahun ajaran baru di bu-

    lan Juli. Guru yang tidak lulus UKA wajib

    mengikuti pembinaan itu, kata Mendik-

    bud.

    Mendikbud berharap hasil Uji Kom-

    petensi Akhir bagi guru-guru yang sudah

    mengikuti PLPG dapat lebih besar dari

    hasil UKA. Kalau ternyata guru yang sudah

    mengikuti PLPG nilai Uji Kompetensi Akh-

    ir yang diraihnya tidak lebih baik dari nilai

    UKA, maka berarti PLPG yang diberikan

    tidak memberikan efek yang lebih banyak

    bagi guru. Di sinilah perlu kita ukur lagi

    kinerja dari lembaga penyelenggara PLPG

    itu, kata Mohammad Nuh.

    Meski hasil nilai UKA cukup mempri-

    hatinkan, namun nilai UKA itu akan sangat

    berguna bagi pemetaan dunia pendidikan.

    Peta guru tersebut menunjukkan nilai

    penting dari UKA untuk melihat kompe-

    tensi guru dengan standar rata-rata nasi-

    onal bisa dilihat. Diharapkan pemetaan

    juga bukan sekedar kelulusan uji kompe-

    tensi tapi juga ukuran dari kinerja guru

    pada masa mendatang, kata Mendikbud.Selain itu, hasil UKA 2012 ini dapat

    dipasangkan dengan peta hasil Ujian Na-

    sional (UN) 2012. Nantinya, peta tenaga

    pengajar, fasilitas infrastruktur akan turut

    serta dimasukkan. Sehingga, peta yang

    utuh dari dunia pendidikan dapat diper-

    oleh secara bertahap.

    Mohammd Nuh menyatakan, pemer-

    intah tahun ini sebenarnya menyediakan

    kuota 250.000 bagi sertifikasi guru.

    Dengan hasil UKA saja yang kuang dari

    250.000 ribu, sudah dapat dipastikan kuo-

    ta tahun ini tidak bisa dipenuhi. Apalagi

    dari hasil Uji Kompetensi Akhir di peng-

    hgujung PLPG nanti kemungkinan juga

    ada sebagian yang tidak lulus. Para guru

    yang belum berhasil lolos UKA di tahun

    ini diberikan kesempatan untuk mencoba

    kembali pada tahun depan.

    Ia menambahkan, UKA dilakukan

    antara lain untuk memastikan apakah

    orang yang masuk ke dalam PLPG sudah

    memenuhi persyaratan minimal yang ha-

    rus dipenuhi.

    UKA ini tidak dilakukan untuk mem-

    persulit guru, tetapi untuk memastikan

    agar siswa tidak diajar oleh guru yang ti-

    dak kompeten.

    SAIFUL ANAM

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    9/64

    9PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 9TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

    Bagaimana Bapak melihat persoalan guru-guru kita, khu-

    susnya guru-guru pada pendidikan menengah?

    Kalau kita bicara masalah guru, ada beberapa persoalan sangat

    mendasar. Pertama, masalah kualifikasi. Artinya dari kurang lebih

    3 juta guru, mulai dari guru-guru di level pendidikan anak usia dini

    hingga SMA/SMK, baru sekitar 45% yang berkualifikasi S-1 atau D-4.

    Sebagian besar mereka adalah guru SD. Kalau untuk guru-guru pendi-

    dikan menengah, persoalan kualifikasi ini tidak terlalu besar. Mungkin

    tinggal sekitar 15% yang belum S1 atau D-4. Jadi ini satu persoalan,

    bagaimana meningkatkan kualifikasi guru-guru kita menjadi minimal

    S-1 sesuai tuntutan UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen.

    9PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    Wawancara Surya Dharma, MPA, Ph.DDirektur Pembinaan PTK Dikmen

    Jangan PernahMerampokMasa Depan Anak

    Hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) guru mem-

    perlihatkan kompetensi guru-guru kita

    yang cukup memprihatinkan. Ke depan,

    upaya mengatasi berbagai persoalan guru

    harus dilakukan secara sistemik, mulai dari

    penyiapan calon guru, rekrutmen guru baru, peningkatan

    kompetensi, peningkatan kualifikasi, distribusi, pembinaan

    dan pengembangan profesi, hingga pemberian penghargaan

    dan perlindungan.

    Revitalisasi dan reposisi peran strategis guru itu amat

    penting lantaran menurut Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direk-tur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik-

    an Menengah, Ditjen Pendidikan Menengah, guru merupa-

    kan komponen paling penting dalam penyelenggaraan pen-

    didikan. Kalau guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang

    diajarnya untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu

    sama saja dengan merampas masa depan kehidupan mereka.

    Untuk mengetahui lebih lanjut pandangan dan pemikir-

    an Surya Dharma terkait masalah guru, khususnya guru-guru

    pendidikan menengah, Saiful Anam dari Majalah PTK DIK-

    MEN mewawancarai pria yang berpenampilan kalem itu di

    ruang kerjanya, Mei lalu. Berikut petikannya.

    SAIFULANAM

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    10/64

    10

    Khusus guru-guru pendidikan menengah, kami bertekad me-

    ningkatkan kualifikasi bagi mereka yang belum S-1. Tetapi ternya-

    ta hal itu tidak sepenuhnya gampang. Misalnya saja pada tahun

    2011 lalu, kami menganggarkan kurang lebih 3000 guru SMA/SMK

    untuk diberiksan subsidi kualifikasi S-1. Ternyata alokasi yang kita

    sediakan tidak terserap semua, hanya terserap sekitar 500 guru

    saja.

    Mengapa sampai begitu?

    Masalahnya daerah ternyata tidak siap dengan data yang

    benar-benar akurat. Secara angka, guru-guru SMA/SMK yang be-

    lum berkualifikasi memang sekitar 15 %. Dari data yang ada secara

    nasional, terlihat mereka tersebar di provinsi dan kabupaten/kota

    mana saja. Tetapi data yang dikumpulkan baru sebatas itu. Kalau

    ditelusuri lebih lanjut siapa saja mereka, tidak ada data lebih lan-

    jut. Daerah tidak punya data yang akurat siapa saja yang belum

    S-1 dan daftar nama guru-guru yang sedang menempuh S-1. Aki-

    batnya, setelah kita kasih bantuan block grant untuk peningkatan

    kualifikasi mereka ke kabupatek/kota, banyak yang tidak terserap.Ini kan sayang, karena tidak gampang memperjuangkan anggar-

    an. Ada sekitar Rp 7 miliar yang tidak terserap. Oleh karena itu, ta-

    hun ini kami tidak berani lagi menganggarkan lebih banyak, hanya

    dialokasikan 950 orang.

    Jadi siapa saja sebenarnya guru-guru pendidikan menengah

    yang belum berkualifikasi S-1 yang jumlahnya sekitar 15% itu,

    dan siapa saja yang sedang menempuh S-1, kami belum punya

    data akurat. Kami minta kepada daerah nama-nama mereka, tapi

    sejauh ini belum terpenuhi. Data NUPTK tidak sampai masuk ke

    sana. Data yang sudah ada baru jumlahnya saja, dan sebaran di

    provinsi dan kabupaten/kota mana saja.

    Selain masalah kualifikasi, persoalan apa lagi yang ter-

    kait guru-guru kita?

    Masalah kedua adalah mismatch, atau ketidaksesuaian an-

    tara kualifikasi pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu-

    nya. Guru mengajar yang bukan sesuai bidangnya. Misalnya guru

    agama mengajar matematika, guru sejarah mengajar IPA, danseterusnya.

    Berapa banyak guru-guru yangmismatchini?

    Ada kawan dari Ditjen Dikti yang pernah melakukan peneli-

    tian, jumlahnya kurang lebih 20%. Lumayan besar juga. Ini mesti-

    nya tidak boleh terjadi. Kalau guru sudah bersertifikat profesi pen-

    didik, tidak boleh lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya.

    Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak dari masalah

    yang ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara

    geografis maupun kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah

    perkotaan, sementara di daerah pinggiran dan pedalaman masih

    banyak yang mengalami kekurangan.Khusus guru-guru pendidikan menengah, juga terjadi kelebi-

    han pada mata pelajaran tertentu, sementara mata pelajaran lain

    kurang. Misalnya guru matematika, fisika, biologi, bahasa Indo-

    nesia, dan agama, secara nasional sudah berlebih. Walaupun ka-

    lau kita telusuri lebih jauh di tingkat kabupaten/kota, ada daerah

    yang mengalami kelebihan guru bidang-bidang tersebut, semen-

    tara daerah lain masih kurang. Kita harapkan, dengan adanya Per-

    aturan Bersama 5 Menteri tahun lalu yang mengatur kembali dis-

    tribusi guru-guru PNS dan mulai berlaku tahun ini, bisa membantu

    mengatasi masalah ini.

    SMAN2PURWOREJO

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    11/64

    11PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    Tapi implementasi peraturan itu kan tidak mudah?

    Ya, memang tantangannya berat. Memindahkan guru dari

    satu kabupaten ke kabupaten tetangganya dalam wilayah satu

    provinsi saja tidak gampang. Misalnya Kabupaten Wonogiri me-

    ngalami kekurangan 6 guru biologi, sementara Kabupaten Suko-

    harjo kelebihan. Logikanya, Kabupaten Wonogiri tinggal minta

    ke Sukoharjo yang bertetangga dan dalam satu wilayah provinsi

    Jawa Tengah. Tapi ternyata tidak semudah itu memindahkan

    guru. Apalagi kalau yang dipindah itu guru-guru senior yang sudah

    berkeluarga. Jangankan antara kabupaten/kota, perpindahan dari

    satu sekolah ke sekolah lain di dalam kabupaten/kota sendiri saja

    kadang juga menimbulkan persoalan.

    Mestinya urusan manpower planningatau perencanaan kebu-

    tuhan guru memang urusan kabupaten/kota karena mereka yang

    punya guru dan sekolah. Mereka seharusnya yang tahu persis

    berapa kebutuhan guru bahasa Inggris, guru fisika, dan seterus-

    nya. Berapa yang mau pensiun tahun depan dan tahun-tahun beri-

    kutnya, berapa jumlah kebutuhan yang diperlukan. Intinya man-

    power planningseperti itu, harus ada proyeksi kebutuhan guru.

    Dari perencaraan kebutuhan guru yang dikalkulasi secara

    akurat itu baru di-aggregateke tingkat provinsi dan selanjutnya ketingkat nasional. Hal ini akan ketahuan secara pasti. Misalnya ta-

    hun 2015 nanti secara nasional kita butuh guru sekian, yang meru-

    pakan akumulasi jumlah kebutuhan guru dari kabupaten/kota se-

    cara keseluruhan. Selanjutnya, pusat meminta LPTK (Lembaga

    Pendidikan Tenaga Kependidikan) menyiapkan dengan bidang-

    bidang keahlian yang dibutuhkan. Yang kita khawatirkan, LPTK

    ini seperti perusahaan konveksi. Pokoknya mereka memproduksi

    saja sebanyak-banyaknya calon guru tanpa didasari proyeksi yang

    akurat tentang kebutuhan guru dalam beberapa tahun ke depan.

    Bagaimana dengan persoalan kompetensi guru?

    Itu masalah keempat. Buktinya, hasil Uji Kompetensi Awal

    (UKA) guru tahun ini menunjukkan gambaran kompetensi guru-

    guru kita yang masih memprihatinkan. Bahkan ada guru yang ha-

    nya bisa menjawab satu soal. Kalau kita telusuri, siapa pabriknya

    yang memproduksi mereka? Ya LPTK. Oleh karena itu, bukan

    hanya guru-guru yang sudah ada yang harus ditingkatkan kompe-

    tensinya, tapi LPTK pun harus direvitalisasi. LPTK harus mengaca

    atas hasil UKA itu.

    LPTK harus menghasilkan guru-guru yang well prepareddan

    well motivated. Guru ini mengajar anak-anak kita untuk hidup

    di masa depan, hidup di abad 21. Kalau guru-guru tidak bisa me-

    nyiapkan anak-anak yang diajarnya untuk hidup di zaman mer-

    eka hidup nanti, hal itu sama saja dengan merampas masa depan

    kehidupan anak-anak yang diajarnya. Apakah kita sudi dan tegamerampok masa depan anak-anak kita. Inilah sebenarnya tan-

    tangan serius bagi LPTK dan guru.

    Jadi Bapak melihat hasil UKA seperti apa?

    UKA itu memperlihatkan kompetensi guru-guru kita. Perta-

    ma, menggambarkan kualitas guru yang diproduksi LPTK. Kedua,

    guru-guru kita mulai dari direkrut sampai sekarang hampir tidak

    pernah di-updateilmunya. Yang namanya pengembangan profesi

    berkelanjutan (continouing professional development/CPD) hampir

    tidak pernah dilakukan. Begitu menjadi guru sampai sekarang ya

    tetap tidak banyak perubahan. Karena ilmunya tidak pernah di-

    update, sehingga apa yang mereka ketahui 20 tahun lalu saat di

    bangku kuliah tidak berubah sampai sekarang. Padahal ilmu itu

    terus berkembang dan pengetahuan guru harus di-update.

    Secara garis besar sekarang ada dua persoalan yang kita ha-

    dapi. Pertama, bagaimana membina dan mengembangkan kom-

    petensi guru yang sudah ada, yang jumlahnya sekitar 3 juta orang.

    Kedua, bagaimana menyiapkan calon guru yang profesional, baikpenyiapan mahasiswa calon guru yang dihasilkan oleh LPTK mau-

    pun sistem rekrutmen guru-guru baru.

    Menangani persoalan yang pertama jauh lebih berat, dan Ke-

    menterian Pendidikan dan Kebudayaan sejauh ini sudah melaku-

    kan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, walaupun hasil-

    nya masih belum optimal. Sedangkan untuk memberesi masalah

    yang kedua relatif lebih mudah. Tinggal kita berkomitmen dalam

    memberlakukan sistem yang ketat dalam menyiapkan calon guru

    maupun dalam rekrutmen guru-guru baru.

    Saya sering bilang kepada kawan-kawan dosen dari LPTK,

    bahwa LPTK tidak hanya memproduksi calon guru sebagai pen-

    gajar, tetapi juga sebagai pendidik. Calon guru yang dihasilkanLPTK harus menguasai bidang ilmu yang ditempuhnya dan memi-

    liki kompetensi pedagogik. Selain itu mereka harus bisa menjadi

    teladan, memiliki kepribadian dan sikap yang baik. Ini yang harus

    disiapkan oleh LPTK dengan baik.

    Jika calon guru yang akan dihasilkan LPTK kita harapkan se-

    perti itu, maka dosen-dosennya pun juga harus dituntut hal yang

    sama. Kalau dosen LPTK sendiri tidak kompeten, dan cara men-

    gajarnya tidak menarik, bagaimana bisa diharapkan menghasilkan

    calon guru yang baik. Oleh karena, LPTK harus melakukan intro-

    speksi dan berbenah diri. Bagaimanapun kualitas guru-guru kita

    yang memprihatinkan seperti yang tercermin dari hasil UKA itu

    merupakan produksi LPTK.

    Hasil Uji Kompetensi Awal menunjukkan

    gambaran kompetensi gr kita yang masih

    memprihatinkan. Oleh karena it bukan

    hanya gr-gr yang hars ditingkatkankompetensinya, melainkan LPTK pun

    hars direvitaslisasi. LPTK hars mampu

    menghasilkan gr yang well prepared dan

    well motivated...

    Surya Dharma, M.P.A., Ph.D

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    12/64

    12

    Direktorat Pembinaan Pen-

    didik dan Tenaga Kependi-

    dikan Pendidikan Mene-

    ngah (Dit Pembinaan PTK

    Dikmen), sejak awal tahun

    ini gencar melakukan sosialisasi terhadap

    Peraturan Bersama Lima Menteri, yakni

    Peraturan Bersama Menteri Pendidikan

    Nasional Nomor 05/X/PB/2011, Menteri

    Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

    dan Reformasi Birokrasi Nomor SPB/03/M

    PAN-RB/10/2011, Menteri Dalam Negeri

    Nomor 48 Tahun 2011, Menteri Keuangan

    Nomor 158/PMK.01/2011, dan Menteri

    Agama Nomor 11 Tahun 2011 tentang

    Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai

    Negeri Sipil.

    Sosialisasi Peraturan Bersama Lima Menteri

    MemeratakanDistribusi Guru PNS

    Peraturan Bersama yang dikeluarkan

    September 2011 lalu itu berlaku efektif

    mulai tanggal 2 Januari 2012. Peraturan ini

    diharapkan dapat menjadi solusi terhadap

    masalah distribusi guru yang tidak merata,

    sehingga ke depan menjadi lebih baik.

    Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direktur

    Pembinaan PTK Dikmen, Direktorat Jen-

    deral Pendidikan Menengah, Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan

    bahwa distribusi guru yang tidak merata

    memang merupakan salah satu masalah

    serius. Kendati begitu, ia mengakui masalah

    penyebaran guru yang tidak merata untuk

    tingkat SMA dan SMK tidak seberat yang

    dihadapi guru-guru SD.

    Ia menambahkan, sejak berlakunya

    otonomi daerah, penataan dan redistribusi

    guru menjadi tak mudah dilakukan. Seba-

    gai contoh, guru dari Kabupaten Wonogiri

    tidak bisa dengan mudah pindah ke Ka-

    bupaten Karanganyar, walaupun letaknya

    berdekatan dan berada dalam satu wilayah

    provinsi Jawa Tengah, katanya.

    Akibat lebih lanjut dari distribusi

    guru yang tidak merata adalah guru-guru

    yang sudah lulus sertifikasi akan kesulitan

    memenuhi ketentuan minimal mengajar

    24 jam tatap muka dalam semingu. Un-

    tuk mengatasi persoalan tersebut, maka

    pemerintah mengeluarkan Peraturan

    Bersama 5 Menteri.

    TANGGUNG JAWAB PUSAT DANDAERAH

    Peraturan ini secara rinci mengatur

    kewenangan pemerintah pusat dan pemer-

    intah daerah (provinsi dan kabupaten/kota)

    dalam penataan guru PNS. Pasal 3 secara

    detail mengatur kewenangan pemerintah

    pusat. Menteri Pendidikan Nasional (seka-

    rang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)

    menetapkan kebijakan standardisasi teknis

    dalam penataan dan pemerataan guru PNS

    SMKPGRI1NGAWI

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    13/64

    13PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan

    antarjenis pendidikan secara nasional (ayat

    1). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    mengkoordinasikandan dan memfasilitasi

    pemindahan guru PNS antarsatuan pendi-

    dikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidi-

    kan untuk penataan dan pemerataan guru

    PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,

    dan antarjenis pendidikan antarprovinsi,

    antarkabupaten/kota pada provinsi yang

    berbeda berdasarkan data pembanding

    dari Badan Kepegawaian Negara (ayat 2).

    Selanjutnya, Pasal 4 secara rinci men-

    gatur kewenangan gubernur dan walikota.

    Gubernur bertanggung jawab dan wajib

    melakukan penataan dan pemerataan

    guru PNS antarsatuan pendidikan, antar-

    jenjang, dan antarjenis pendidikan pada

    satuan pendidikan yang diselenggarakan

    oleh pemerintah provinsi yang kelebihan

    atau kekurangan guru PNS (ayat 1). Bu-pati/Walikota bertanggung jawab dan wajib

    melakukan penataan dan pemerataan guru

    PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,

    dan antarjenis pendidikan di satuan pen-

    didikan yang diselenggarakan oleh peme-

    rintah kabupaten/kota yang kelebihan dan

    kekurangan guru PNS (ayat 2).

    Gubernur mengkoordinasikan dan

    memfasilitasi pemindahan guru PNS un-

    tuk penataan dan pemerataan guru PNS

    antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan

    antarjenis pendidikan di wilayah kerjanyasesuai dengan kewenangannya (ayat 3).

    Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan

    memfasilitasi pemindahan guru PNS un-

    tuk penataan dan pemerataan guru PNS

    antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan

    antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya

    sesuai dengan kewenangannya (ayat 4).

    Gubernur mengkoordinasikan dan

    memfasilitasi pemindahan guru PNS antar-

    satuan pendidikan, antarjenjang, dan antar-

    jenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan

    dan kewenangannya untuk penataan dan

    pemerataan antarkabupaten/kota dalam

    satu wilayah provinsi (ayat 5).

    PELAPORANPeraturan ini juga mengatur aspek

    yang terkait dengan pelaporan, yang secara

    gamblang dikemukakan dalam Pasal 8.

    Bupati/Walikota membuat usulan perenca-

    naan penataan dan pemerataan guru PNS

    antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan

    antarjenis pendidikan di wilayahnya dan

    menyampaikannya kepada Gubernur paling

    lambat bulan Februari tahun berjalan (ayat

    1). Gubernur mengusulkan perencanaan se-

    bagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pe-

    rencanaan penataan dan pemerataan guru

    PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,

    dan antarjenis pendidikan di wilayahnya ke-

    pada Menteri Pendidikan Nasional melalui

    Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

    (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan

    kewenangannya masing-masing paling

    lambat bulan Maret tahun berjalan (ayat 2).

    Bupati/Walikota membuat laporan

    pelaksanaan penataan dan pemerataan

    guru PNS antarsatuan pendidikan, an-

    tarjenjang, dan antarjenis pendidikan di

    wilayahnya dan menyampaikannya kepada

    Gubernur paling lambat bulan April tahun

    berjalan (ayat 3). Gubernur melaporkan

    pelaksanaan penataan dan pemerataan

    guru PNS sebagimana dimaksud pada ayat(3) kepada Menteri Pendidikan dan Kebu-

    dayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu

    Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama

    sesuai dengan kewenangannya masing-

    masing paling lambat bulan Mei tahun

    berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam

    Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan

    Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

    dan Menteri Keuangan (ayat 4).

    Berdasarkan laporan pelaksanaan pe-

    nataan dan pemerataan guru PNS sebagi-

    mana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4),dan informasi sebagaimana dimaksud pada

    ayat (5), Menteri Pendidikan dan Kebuda-

    yaan melakukan evaluasi dan menetapkan

    capaian penataan dan pemerataan guru

    PNS secara nasional paling lambat bulan

    Juli tahun berjalan (ayat 6).

    PEMBERIAN SANKSIPeraturan ini juga mengatur tentang

    pemberian sanksi, yang diungkapkan

    secara detail pada Pasal 9. Pada Pasal 9

    ayat 1 ditegaskan, Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan menghentikan sebagian atau

    seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan

    dan memberikan rekomendasi kepada Ke-

    menterian terkait sesuai dengan kewenan-

    gannya untuk menjatuhkan sanksi kepada

    Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak

    melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan

    pelaporan penataan dan pemerataan guru

    PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,

    atau antarjenis pendidikan di daerahnya

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.

    Pasal 9 ayat (2) menyatakan: MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara

    dan Reformasi Birokrasi atas dasar reko-

    mendasi sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) menunda pemberian formasi guru PNS

    kepada pemerintah, pemerintah provinsi,

    dan pemerintah kabupaten/kota sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Menteri Keuangan atas dasar reko-

    mendasi sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) dapat melakukan penundaan penya-

    luran dana perimbangan kepada peme-

    rintah provinsi dan pemerintah kabupaten/

    kota sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan (ayat 3). Selanjutnya,

    Menteri Dalam Negeri atas dasar rekomen-

    dasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    memberikan penilaian kinerja kurang baik

    dalam penyelenggaraan urusan penataan

    dan pemerataan guru PNS sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan (ayat 4).

    Lahirnya PBM ini dimaksudkan seb-

    agai upaya mengatasi distribusi guru PNS

    yang tidak merata, yang merupakan salah

    satu persoalan mendasar pendidikan diIndonesia. Setelah regulasi dikeluarkan,

    kini tinggal implementasinya, yang di-

    pastikan tidak akan semudah membalik

    telapak tangan. Tapi, upaya redistribusi

    guru harus terus dilakukan untuk menjamin

    terwujudnya pendidikan yang bermutu dan

    berkeadilan.

    SAIFUL ANAM

    Penyebaran gr yang

    tidak merata di tingkat

    SMA/SMK tidak seberatperasalahan distibusi

    gr SD yang tidak

    merata.

    Surya Dharma, MPA, PhD

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    14/64

    14

    Dari data NUPTK 2011di Subdit

    Pendidik dan Tenaga Kependidik-

    an SMA, Direktorat Pembinaan

    Pendidik dan Tenaga Kependidik-

    an Pendidikan Menengah (Dit.

    PPTK Dikmen), bahwa jumlah guru SMA

    secara nasional sebanyak 264.512 orang.

    Dari jumlah tersebut, sebanyak 247. 216

    guru (93,46) sudah memiliki kualifikasi aka-

    demik minimal S-1/D-4. Sedangkan guru

    yang belum memenuhi S-1/D-4 sebanyak

    17.296 orang (6,54%).

    "Jika dibandingkan jenjang SMP dan

    terlebih SD, jumlah guru SMA yang belum

    S-1 atau D-4 jauh lebih sedikit. Tetapi,

    sesuai amanat Undang- Undang Nomor 14

    Tahun 2005 bahwa semua guru harus mini-

    mal berkualifikasi S-1 atau D IV, maka dak

    bisa ditawar lagi, mereka yang belum S-1

    atau D-4 harus segera memenuhinya," kata

    Dra. Maria Widiani, MA, Kepala Subdit PTK

    SMA, Dit. PPTK Dikmen.

    Menurut penjelasan Maria, guru-guru

    SMA yang belum S-1/D-4 dak hanya dido-

    rong memenuhi kualifikasi minimal hanya

    dengan anjuran berupa retorika belaka.

    Tetapi terdapat dukungan nyata yang di-

    berikan melalui program Subsidi Bantuan

    Studi. "Subsidi ini bentuk perhaan peme-

    rintah, dan menjadi upaya percepatan

    pemenuhan target, agar pada tahun 2015

    dak ada lagi guru yang belum S-1 atau

    D-4, termasuk guru-guru SMA," lanjutnya.Ditegaskan pula, bahwa tujuan Subsidi

    Bantuan Studi di antaranya adalah untuk

    memovasi guru-guru SMA mempercepat

    penyelesaian studi sampai memperoleh

    ijasah S-1/ D IV. Juga untuk meningkatkan

    kompetensi guru-guru SMA dalam pembe-

    lajaran, serta untuk mempercepat proses

    peningkatan kualitas pendidikan melalui

    peningkatan mutu guru.

    Untuk tahun 2012, Dit. P2TK Dikmen

    melalui Subdit P2TK SMA memasang kuota

    458 orang calon penerima subsidi. Sasaran-

    nya adalah para guru SMA yang sedang

    menempuh pendidikan jenjang S-1/ D IV,

    baik melalui program reguler maupun Pro-

    gram Sarjana (S-1) Kependidikan bagi guru

    dalam jabatan (Program SKGJ). Besaran

    atau nilai nominal subsidi yang diberikan

    adalah sebesar Rp 5.000.000 per orang per

    tahun. Dana bersumber dari APBN tahun

    anggaran 2012 yang dialokasikan pada DIPA

    Dit. PPTK Dikmen.

    BEASISWA PENINGKATAN KUALIFIKASI S-1/D-4

    Menggelontor SubsidiBantuan Studi

    Maria mengatakan ter-

    dapat beberapa prinsip pembe-

    rian Subsidi Studi, melipu: 1)

    Bantuan bersifat terbuka untuk

    semua guru SMA PNS maupun

    non PNS yang sedang menepuh

    pendidikan S-1/ D IV se-suai

    persyaratan yang telah ditentu-

    kan; 2) Subsidi diberikan secara

    langsung melalui transfer ke

    rekening bank atas nama guru

    bersangkutan/penerima; 3)

    Program Studi yang dipilih

    adalah program studi yang

    sesuai dengan mata pelajaran

    yang diampu dan terakreditasi

    dari Badan Akreditasi Nasi-

    onal Perguruan Tinggi; 4) Guru

    penerima Subsidi Studi berke-

    wajiban tetap melaksanakan

    tugas belajar mengajar.

    "Nah yang perlu diper-hakan adalah, bahwa guru

    yang diberi subsidi adalah yang

    kuliah pada Program Studi yang

    sesuai dengan yang diampu-

    nya. Kemudian Program Studi

    yang diambil harus terakredi-

    tasi, ini untuk menjamin kuali-

    tasnya. Selain itu, guru yang

    bersangkutan tetap diwajibkan

    menjalankan kewajibannya mengajar di

    sekolahnya," Maria menerangkan.

    Sedangkan beberapa kriteria bagi

    calon penerima Subsidi Studi di antaranya

    adalah terdaar dan akf mengiku kuliah

    pada Program Studi yang terakdreditasi

    dari BAN PT, Program Studi yang dipilih

    diutamakan relevan dengan mata pelajaran

    yang diampunya. Selain itu guru bersang-

    kutan berstatus sebagai guru tetap, baik

    PNS maupun non PNS dan meliliki NUPTK.

    Sehat jasmani dan rohani, dak sedang

    menerima beasiswa pendidikan untuk

    peningkatan kualifikasi akademik dari APBN

    atau APBD. "Juga dak sedang menjalani

    hukuman, baik disiplin kepegawaian,

    pidana atau perdata, dan memperoleh

    izin melanjutkan studi dari pihak yang ber-

    wenang, yakni kepala sekolah dan dinas

    pendidikan serta Badan Kepegawaian Dae-

    rah setempat," ujar Maria.

    MUKTI ALI

    Dra. Maria Widiani, M.A.

    MU

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    15/64

    15PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    Bagi pendidik dan tenaga kepen-

    didikan, perlindungan hukummerupakan hal yang sangat

    penng. Adanya perlindungan

    hukum, para PTK akan mampu

    menjalankan profesinya dengan baik dan

    nyaman. Kenyamanan ini dapat berdampak

    pada peningkatan mutu proses dan hasil

    pendidikan. "Ini menjadi semacam mata

    rantai, bahwa kenyamanan menjalankan

    profesi sangat diperlukan oleh seap pen-

    didik dan tenaga kependidikan. Jika itu

    terwujud, guru akan mampu menjalankan

    tugasnya dengan baik, demikian pula tena-

    ga kependidikan," kata Dra. Maria Widiani,

    MA, Kasubdit PTK SMA, Direktorat Pembi-

    naan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    Pendidikan Menengah (Dit. PPTK Dikmen).

    Untuk menjamin kenyamanan PTK

    menjalankan tugasnya, terdapat perlin-

    dungan hukum yang diberikan kepadanya.

    Hal itu tertuang dalam Undang-Undang No-

    mor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (1) bur

    (d). Disebutkan bahwa Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan berhak memperoleh perlin-

    ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU

    Perlindungan HukumBagi PTK

    dungan hukum dalam melaksanakan tugas

    dan hak atas hasil kekayaan intelektual.Ditegaskan pula oleh Maria, bahwa

    Pasal 39 Undang-Undang Guru dan Dosen

    pada dasarnya juga telah memberikan

    landasan hukum mengenai perlindungan

    hukum. Beberapa bur yang menegaskan

    tentang hal tersebut adalah sebagai beri-

    kut: 1) Pemerintah, pemerintah daerah,

    masyarakat, organisasi profesi, dan/atau

    satuan pendidik wajib memberikan perlind-

    ungan terhadap guru dalam melaksanakan

    tugas; 2) Perlindungan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), melipu perlin-

    dungan hukum, perlindungan profesi, serta

    perlindungan keselamatan dan kesehatan

    kerja; 3) Perlindungan hukum sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) mencakup perlin-

    dungan hukum terhadap ndak kekerasan,

    ancaman, diskriminaf, inmidasi, atau

    perlakuan dak adil dari pihak peserta

    didik, orang tua peserta didik, masyarakat,

    birokrasi, atau pihak lain. 4) Perlindungan

    profesi sebagaimana dimaksud pada ayat

    (2) mencakup perlindungan terhadap pe-

    mutusan hubungan kerja yang dak sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan,

    pemberian imbalan yang dak wajar,

    pembatasan dalam menyampaikan pan-

    dangan, pelecehan terhadap profesi dan

    pembatasan atau larangan lain yang dapat

    menghambat guru dalam melaksanakan

    tugasnya. 5) Perlindungan keselamatan

    dan kesehatan kerja sebagaimana dimak-

    sud pada ayat (2) mencakup perlindungan

    terhadap resiko gangguan keamanan kerja,

    kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu

    kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan

    kerja, dan atau risiko lainnya.

    Dari rumusan di atas dapat dikatakan,

    bahwa yang dimaksud dengan perlin-

    dungan hukum adalah segala upaya yang

    menjamin adanya kepasan hukum, keadil-

    an kenyamanan kerja bagi pendidik dan

    tenaga kependidikan. "Tetapi pada kenyata-

    annya, masih banyak pendidik dan tenaga

    kependidikan kita yang belum memiliki

    kesadaran nggi dan belum memahami

    secara komperehensif akan penngnya per-

    lindungan hukum bagi dirinya keka men-

    jalankan profesinya, juga belum tahu kemana ia akan mengadukan permasalahan

    yang dihadapinya," ujar Maria. "Di sisi lain,

    juga masih kurangnya bantuan hukum atau

    advokasi bagi pendidik dan tenaga kependi-

    dikan dalam menghadapi masalah," Maria

    menambahkan.

    Untuk itulah, sosialisasi tentang per-

    lindungan hukum bagi pendidik dan tenaga

    kependidikan terus digalakkan. Tidak hanya

    itu, pemerintah melalui Dit. PPTK Dikmen,

    khususnya Subdit PTK SMA, telah mengalo-

    kasikan dana secara khusus dalam bentuk

    blokgrantperlindungan hukum bagi pen-

    didik dan tenaga kependidikan, yang ber-

    status PNS maupun non-PNS. "Tujuannya

    adalah untuk memberikan konsultasi, me-

    nyelesaikan permasalahan hukum, mening-

    katkan kesadaran hukum serta meningkat-

    kan rasa aman dan nyaman bagi PTK dalam

    menjalankan tugasnya," ujar Maria.

    MUKTI ALI

    HARIANJOGJA

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    16/64

    16

    Perkembangan ilmu pengeta-

    huan dan teknologi (IPTEK)

    dalam dunia usaha dan dunia

    industri (DUDI) seringkali

    berkembang lebih cepat dari-

    pada perkembangan IPTEK yang ada di

    Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal

    ini menyebabkan adanya kesenjangan

    kompetensi antara SMK dan DUDI. Demi

    mengatasi permasalahan tersebut, Di-

    rektorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan Pendidikan Menengah,

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    (Kemdikbud) mengadakan sebuah ker-

    jasama dengan DUDI yang dilaksanakan

    Mei lalu di Hotel Safari Garden Cisarua,

    Bogor, Jawa Barat.

    Menurut Drs. Prasetyo Triatmojo,

    M.M., Kasubdit PTK SMK, kegiatan ini

    bertujuan untuk menyamakan kompeten-

    si yang ada di SMK dan DUDI. Salah satu

    cara untuk mengatasi kesenjangan terse-

    but adalah dengan menugaskan seorang

    guru bidang studi keahlian untuk magang

    di sebuah industri, kata Prasetyo. Ke-

    giatan inilah, katanya lagi, yang biasa

    disebut dengan on the job training(OJT).

    Atau sebaliknya, lanjut Prasetyo, sekolah

    mendatangkan staf ahli dari DUDI untuk

    memberikan bimbingan teknis pada gu-

    ru-guru produkf di sekolah tanpa guru

    tersebut meninggalkan sekolah yang bisadisebut dengan in house training(IHT).

    Prasetyo menambahkan, kedua

    kegiatan ini bisa mengatasi kesenjangan

    kompetensi yang ada antara DUDI dan

    SMK. Selain itu, kegiatan ini juga akan

    memberikan wawasan baru bagi guru-

    guru SMK yang belum memiliki pengala-

    man di DUDI. Pada kenyatannya, masih

    banyak guru SMK yang belum memiliki

    pengalaman magang di DUDI, sehingga

    kompetensi yang diajarkan juga belum

    sesuai dengan kebutuhan kompetensi di

    DUDI, terangnya.

    Kegiatan kemitraan ini melibatkan

    300 guru produkf yang berasal dari 60

    SMK di 15 provinsi. Kelimabelas provinsi

    tersebut melipu Sumatera Barat, Suma-

    tera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,

    Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

    Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,

    NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Papua

    Barat.

    Kemitraan SMK

    Pemerataan Mutumelalui Kemitraan

    Industri Berbasis SMKMenurut Prasetyo, selain untukmenyatukan persepsi antara DUDI dan

    SMK, program tersebut juga merupakan

    bentuk pemeratan guru SMK yang dilak-

    sanakan dalam bentuk kerjasama dengan

    DUDI. Program ini diharapkan dapat

    memberi manfaat yang saling mengun-

    tungkan bagi kedua pihak. Pihak SMK

    dapat meningkatkan kompetensi guru

    agar mampu menyediakan lulusan yang

    siap kerja dan industri juga dapat mem-

    peroleh tenaga kerja yang siap pakai.

    Selain itu, dengan adanya program

    pemerataan mutu keahlian guru SMK me-

    lalui kerjasama dengan DUDI ini diharap-

    kan juga adanya proses alih teknologi

    diantara keduanya, kata Prasetyo. Tidak

    hanya alih teknologi saja, tetapi alih

    teknologi juga dapat dipercepat sehingga

    akan muncul industri-industri baru yang

    berbasis SMK,.

    Prasetyo menambahkan, SMK se-

    bagai pendidikan kejuruan menengahmemiliki visi untuk menghasilkan lulu-

    san yang siap kerja, berjiwa wirausaha,

    cerdas, kompef, dan memiliki ja diri

    bangsa, serta mampu mengembangkan

    keunggulan lokal dan dapat bersaing di

    pasar global. Keberhasilan pendidikan

    kejuruan, katanya, diukur berdasarkan

    jumlah lulusan yang dapat bekerja di

    DUDI ataupun berwirausaha mandiri.

    Dengan adanya kerjasama ini, kita

    berharap SMK dapat meluluskan siswa-

    siswa unggul dan siap masuk dunia kerja,

    sehingga mereka bisa memberikan ki-

    nerja terbaiknya di industri-industri yang

    ada, ujarnya. Secara bertahap, indus-

    tri SMK nannya diharapkan mampu

    mengembangkan usaha atau industri

    berbagai bidang, seper pembuatan suku

    cadang, perakitan, pemasaran, dan pela-

    yanan purna jual.

    SAIF AL HADI

    Drs. Prasetyo Triatmojo, MM

    SAIFULANAM

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    17/64

    17PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    Buku adalah jendela ilmu, dan

    perpustakaan adalah tempatdari jendela-jendela ilmu

    itu. Namun, pernyaatan itu

    berbanding terbalik dengan

    kenyataan di lapangan. Kebanyakan

    perpustakaan tampak sepi dan dak me-

    narik bagi pengunjung. Begitu juga nasib

    perpustakaan sekolah. Padahal, per-

    pustakaan memiliki peran sangat penng

    bagi keberhasilan sekolah. Peran Tenaga

    Perpustakaan Sekolah (TPS) sebagai

    pengelola perpustakan menjadi penng

    karena ia juga salah satu pendukung pe-

    ningkatan mutu pendidikan.

    Agar peran TPS bisa berjalan dengan

    baik, Direktorat Pembinaan Pendidik dan

    Tenaga Kependidikan Pendidikan Mene-

    ngah (Dit. PPTK Dikmen), Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)

    melaksanakan sejumlah bimbingan teknis

    (bimtek) untuk TPS di seluruh Indonesia.

    Drs. Prasetyo Triatmojo, M.M.,

    Kepala Subdit PTK SMK, mengemuka-

    kan bahwa kegiatan bimtek telah ia

    Bimbingan Teknis

    Memacu KompetensiPustakawan

    laksanakan bagi TPS SMK sebanyak dua

    kali pada April lalu yang dilaksanakan diMalang dan Solo. Kami melaksanakan

    bimtek tersebut sebagaimana yang dia-

    manatkan Undang-Undang Nomor 20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional pada Pasal 39 ayat 1 mengenai

    tugas tenaga kependidikan, katanya.

    UU Sisdiknas menegaskan bahwa

    tugas tenaga kependidikan adalah

    melaksanakan administrasi, pengelolaan,

    pengembangan, pengawasan, dan pela-

    yanan teknis untuk menunjang proses

    pendidikan pada satuan pendidikan. Ber-

    dasarkan UU Sisdiknas itu, kata Prasetyo,

    bimtek TPS SMK dilakukan untuk me-

    ningkatkan pengetahuan peserta terkait

    kebijakan pengembangan perpustakaan

    sekolah; standar kualifikasi dan kompe-

    tensi perpustakaan sekolah; keterampilan

    mengelola perpustakaan sekolah; menin-

    gkatkan penghargaan terhadap profesi

    perpustakaan sekolah sebagai orientasi ki-

    nerja TPS; dan menerapkan pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap sebagai TPS.

    Bimtek ini diiku 200 TPS yang

    berasal dari 6 provinsi, yaitu Jawa Barat,

    DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,

    Bali, dan NTB, kata Prasetyo. Materinya

    mengenai kebijakan pembinaan PTK Dik-

    men; perpustakaan sebagai pusat sumber

    belajar di sekolah; pengembangan kolek-

    si; organisasi informasi terkait klasifikasi,

    tajuk subjek, dan katalogisasi bahan per-

    pustakaan (buku dan koleksi elektronik);

    layanan perpustakaan sekolah; promosi

    perpustakaan sekolah; teknologi infor-

    masi perpustakan sekolah (perpustakaan

    digital); manajemen perpustakan sekoah

    dan rencana ndak lanjut; akreditasi

    perpustakaan sekolah; dan, standar kuali-

    fikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja

    kepala perpustakaan sekolah.

    Kompetensi TPSTPS sebagai pelaksana perperpus-

    takaan sekolah dak mudah menjalankan

    peran strategisnya, kata Prasetyo. Se-

    hingga diperlukan bimtek pembinaan

    dan pengembangan kompetensi TPS

    secara terus menerus. Sesuai Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25

    Tahun 2008 tentang Standar Tenaga

    Perpustakaan Sekolah/Madrasah, kom-

    petensi PTS terdiri dari enam dimensi,

    yakni manajerial, pengelolaan informasi,

    kependidikan, kepribadian, sosial , dan

    pengembangan profesi.Kompetensi manajerial terkait

    pelaksanaan kebijakan, perawatan

    koleksi, dan pengelolaan anggaran dan

    keuangan. Kompetensi pengelolaan in-

    formasi terkait pengembangan koleksi

    perpustakaan sekolah/madrasah, pengor-

    ganisasian informasi, pemberian jasa dan

    sumber informasi, penerapan teknologi

    informasi dan komunikasi. Kompetensi

    kependidikan terkait dengan wawasan

    kependidikan, pengembangan keteram-

    pilan memanfaatkan informasi, promosi

    perpustakan, dan pemberian bimbingan

    literasi informasi.Kompetensi kepribadian

    terkait integritas dan etos kerja yang

    nggi. Kompetensi sosial terkait pemba-

    ngunan hubungan sosial dan komunikasi.

    Kompetensi pengembangan profesi

    terkait pengembangan ilmu, menghaya

    eka profesi, dan membiasakan mem-

    baca.

    SAIF AL HADI

    google.com

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    18/64

    18

    Standar pendidikan nasional

    dipenuhi untuk menjamin

    mutu pendidikan dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bang-

    sa dan membentuk watak serta

    peradaban bangsa yang bermartabat.

    Dalam rangka mendukung terpenuhinya

    standar nasional tersebut diperlukannya

    Tenaga administrasi sekolah yang bermutu

    nggi guna melayani kepala sekolah, wakil

    kepala sekolah, guru, siswa, dan stake-

    holderdalam meningkatkan mutu pendidi-

    kan di sekolah.

    Meningat akan penngnya peran

    tenaga administrasi dalam manajerial

    sekolah, Direktorat Pembinaan Pendidik

    dan Tenaga Kependidikan Pendidikan

    Menengah menggelar bimbingan teknis

    tenaga admisnistrasi untuk jenjang SMK

    yang dilaksnakan di dua region, Padangdan Bogor pada April lalu.

    Dengan adanya bimtek ini, peserta

    diharapkan memiliki kompetensi teknis

    menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun

    2008 tentang Standar Tenaga Administrasi

    Sekolah/Madrasah, kata Drs. Prasetyo

    Triatmojo, M.M., Kasubdit PTK SMK. Ia

    menambahkan, kompetensi tersebut

    yaitu mampu melaksanakan administrasi:

    kepegawaian; keuangan; sarana dan prasa-

    rana; hubungan sekolah dengan masyara-

    kat; persuratan dan kearsipan; kesiswaan;

    kurikulum; dan layanan khusus.

    Kedelapan kompetensi tersebut, kata

    Prasetyo, ditunjang pula oleh kemam-

    puan tenaga administrasi sekolah dalam

    memanfaatkan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi (TIK) untuk kelancaran pelak-

    sanaan kedelapan administrasi sekolah

    di atas. Selain itu, tenaga administrasi

    sekolah juga dituntut untuk menggunakan

    TIK dalam mendokumentasikan kedelapan

    administrasi sekolah tersebut.

    Bimbingan Teknis Tenaga Administrasi SMK

    Memenuhi StandarTenaga Administrasi

    Bimtek ini sendiri, kata Prasetyo, dii-

    ku oleh 200 orang tenaga administrasi

    sekolah berasal dari 12 Provinsi, yaituSumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi,

    Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, DKI

    Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta,

    Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun

    materi yang disampaikan terkait kebijakan

    karier tenaga administrasi SMK; adminis-

    trasi kepegawaian; administrasi keuangan;

    administrasi sarpras; administrasi hubung-

    an sekolah dengan masyarakat; adminis-

    trasi persuratan dan kearsipan; adminis-

    trasi kesiswaan; administrasi kurikulum;

    administrasi layanan khusus; acon plan

    (rencana ndakan);pre test; danpost test.

    Standar Tenaga AdministrasiSesuai Peraturan Menteri Pendidikan

    Nasional Republik Indonesia Nomor 24

    tahun 2008 tentang Standar Tenaga Admi-

    nistrasi Sekolah/Madrasah, pasal pertama

    ayat pertama menjelaskan bahwa standar

    tenaga administrasi sekolah/madrasah

    mencakup kepala tenaga administrasi,

    pelaksana urusan, dan petugas layanan

    khusus sekolah/madrasah. Pada ayat

    kedua dijelaskan untuk dapat diangkat

    sebagai tenaga administrasi sekolah/ma-drasah, seseorang wajib memenuhi stan-

    dar tenaga administrasi sekolah/madrasah

    yang berlaku secara nasional.

    Pasal dua, penyelenggara sekolah/

    madrasah dapat menetapkan perang-

    kapan jabatan tenaga administrasi pada

    sekolah/madrasah yang diselenggarakan-

    nya. Pasal ga, penyelenggara sekolah/

    madrasah wajib menerapkan standar

    tenaga administrasi sekolah/madrasah se-

    bagaimana diatur dalam Peraturan Men-

    teri ini, selambat-lambatnya lima tahun

    setelah peraturan ini ditetapkan.

    Adapun standar tenaga administrasi

    tersebut terkait kompetensi kepribadian,

    kompetensi sosial, kompetensi teknis, dan

    kompetensi manajerial pada kepala tenaga

    administrasi, pelaksana urusan, dan petu-

    gas layanan khusus sekolah/madrasah.

    SAIF AL HADI

    google.com

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    19/64

    19PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 19TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

    Bimtek Guru PENDIDIKAN KHUSUS

    MengurangiKesenjangan

    Kompetensi

    Ada banyak kompetensi yang harus dikuasai bagi

    guru pendidikan khusus. Subdit Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus

    (Subdit PTK PK-LK) menggelar bimbingan teknis pen-

    ingkatan profesionalisme guru pendidikan khusus di

    sejumlah bidang, yakni aus; orientasi dan mobilitas bagi anak

    dengan ketunanetraan; bina komunikasi dan persepsi bunyi dan

    irama untuk anak dengan ketunarunguan; bina diri untuk anak

    dengan ketunagrahitaan; bina diri dan bina gerak untuk anak den-

    gan ketunadaksaan.

    Dalam pelaksanaannya, pen-

    didikan bagi ABK (Anak Berkebutu-

    han Khusus) dak hanya dilakukan

    dalam se ng segregasi tetapi

    juga dalam se ng inklusi, kata

    Drs. Subahi Idris, M.M., Kasubdit

    PTK PKLK. Pada se ng segregasi,

    sekolah lebih mengkhususkan diri

    pada anak aus dalam memberikan

    layanan pendidikannya, sedangkan

    pada se ng inklusi sekolah meng-akomodasi berbagai jenis kebutu-

    han anak, termasuk di dalamnya

    anak aus.

    Persoalan pokok dalam pendidikan inklusif, kata Subahi,

    adalah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam pendidikan seper yang

    dinyatakan dalam deklarasi universal tentang hak asasi manusia.

    Hal yang lebih khusus dan sangat penng adalah hak anak untuk

    dak didiskriminasikan yang dinyatakan dalam Konvensi Hak-Hak

    Anak . Sebagai konsekuensi logis dari hak-hak anak ini adalah

    bahwa semua anak mempunyai hak yang sama untuk menerima

    pendidikan yang ramah serta dak diskriminaf dalam hal keca-

    catan, kelompok etnik, agama, bahasa, jenis kelamin, kemam-

    puan dan sebagainya, kata Subahi.

    Selain itu, persoalan utama yang juga dihadapi saat ini ter-

    kait kompetensi guru. Menurutnya, kompetensi guru ABK saat ini

    masih terjadi kesenjangan antara kompetensi yang diharapkan

    dengan kompetensi yang dimiliki guru saat ini. Dengan demikian,

    mengindikasikan perlunya untuk meningkatkan kemampuan guru

    (professional effort) secara terus menerus.

    SAIF AL HADI

    Saat ini masihterjadi kesenjangankompetensi gr

    ABK antarakompetensi yangdiharapkan dengankompetensi yangdimiliki gr.

    19PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    Bimtek PENGAWAS SEKOLAH PKLK

    MemacuKompetensi

    Pengawas PKLK

    Upaya peningkatan mutu layanan pendidikan di satuan

    pendidikan, tak lepas dari peran penng seorang pe-

    ngawas sekolah. Ia harus mampu memberikan supervisi

    akademik dan manajerial kepada kepala sekolah dan

    guru agar dapat memberikan layanan yang semakin

    berkualitas, tak terkecuali bagi Pendidikan Khusus dan Layanan

    Khusus (PKLP). "Profesionalitas pengawas sekolah PKLK ini terus

    kita genjot, agar kepala sekolah dan guru-gurunya dapat mening-

    katkan mutu layanannya. Hasil akhir yang kita harapkan tentu di-

    dapatkannya lulusan yang memiliki kompetensi dan keterampilan

    yang memadai," kata Drs. Subahi Idris, MM, Kasubdit Pendidik dan

    Tenaga Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Di-

    rektorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan

    Menengah.

    Salah satu upaya Subdit PTK PKLK adalah dengan menyeleng-

    garakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi pengawas sekolah PKLK.

    Subahi menjelaskan, bahwa tujuan umum dari Bimtek tersebu

    adalah untuk meningkatkan kompetensi pengawas sekolah. Melipu

    kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, supervisi

    akademik, penelian dan pengembangan, evaluasi pendidikan, serta

    kompetensi sosial. Sedangkan tujuan khususnya, agar pengawas

    sekolah PKLK memiliki kemampuan menyusun, melaksanakan, danmelaporkan program pengawasan, serta mengembangkan penelian

    ndakan. "Bimtek ini sangat penng dan sangat bermanfaat bagi

    mereka, karena sebagian besar dari mereka memang masih minim

    kemampuan, baik tugas kepengawasan dan terlebih membuat pene-

    lian ndakan sekolah," kata Subahi. "Tetapi bukan berar mereka

    dak mampu, kalau terus kita bimbing saya yakin mereka juga bisa

    menjalankan tugasnya dengan maksimal dan bagus," lanjutnya.

    Bimtek pengawas PKLK dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap

    pertama diiku pengawas sekolah PKLK dari 15 provinsi dan tahap

    kedua diiku pengawas sekolah dari 18 provinsi. Materi-Bimtek meli-

    pu: kebijakan Direktorat Pembinaan PTK Dikmen berkaitan dengan

    tugas pengawas, pembentukan karakter di sekolah, serta kebijakan

    baru tentang PTK PKLK. Peserta juga melakukan prakk-prakk

    peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Antara lain menyusun

    program rencana pengawasan akademik pendidikan khusus, menyu-

    sun program rencana pengawasan manajerial pendidikan khusus,

    menyusun instrumen tugas kepengawasan, melakukan analisis hasil

    pengawasan pendidikan khusus dan program ndak lanjut sekolah

    binaan, membuat laporan hasil kepengawasan SMALB/SMKLB, mem-

    buat karya tulis ilmiah, serta memanfaatkan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi bagi pengawas PKLK.

    MUKTI ALI

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    20/64

    20

    Bimtek Guru PLB Bidang Autis

    MendongkrakKompetensi

    Guru Bidang Autis

    Pendidikan bagi anak

    aus mendapat per-

    haan yang cukup be-

    sar dari pemerintah.

    Hal ini terbukti dari

    adanya rencana pemerintah

    untuk mendirikan sentra-sentra

    pendidikan bagi anak autis di

    beberapa kota di Indonesia.

    Tentunya keberadaan sentra

    auitis itu membutuhkan guru-

    guru berkompeten bidang aus.

    Subdit Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan Pendidikan Khusus

    dan Layanan Khusus (Subdit PTK

    PK-LK) merencanakan sejumlah

    kegiatan peningkatan kemam-

    puan guru. satu di antaranya

    bimbingan teknis (bimtek) untuk

    guru bidang aus.

    Peningkatan kemampuan guru idealnya mengakomodasisemua guru bidang kekhususan, namun pada kesempatan ini lebih

    fokus pada peningkatan kemampuan guru bidang aus, kata Drs.

    Subahi Idris, M.M., Kasubdit PTK PK-LK . Atas dasar pemikiran itu-

    lah Subdit PTK PK-LK akan menyelenggarakan bimtek peningkatan

    kemampuan guru bidang aus,.

    Kegiatan ini, kata Subahi, bertujuan untuk meningkatkan ke-

    mampuan guru bidang aus pada jenjang SMALB/MALB/SMKLB

    khusus anak autis dan jenjang SMA/MA/SMK penyelenggara

    program inklusi yang menjadi peserta dalam kegiatan tersebut.

    Materi bimtek peningkatan kemampuan guru bidang aus meli-

    pu kebijakan direktorat, konsep dasar anak aus, idenfikasi dan

    asesmen, media pembelajaran, model dan strategi pembelajaran,

    lingkungan belajar, prinsip-prinsip dan evaluasi pembelajaran, serta

    uji kemampuan.

    Adapun para peserta dalam bimtek ini, lanjutnya, lebih diu-

    tamakan pada guru yang memiliki pengalaman mengajar minimal

    3 tahun atau usia maksimum 50 tahun yang dibukkan dengan

    foto kopi SK CPNS atau SK Yayasan. Selain itu juga belum pernah

    mengiku program bimtek peningkatan kompetensi profesional

    guru serupa yang dibiayai pemerintah dan dinyatakan dalam data

    identas pribadi yang diketahui oleh kepala sekolah.

    SAIF AL HADI

    Bimtek Mata Pelajaran Kekhususan

    MeningkatkanMutu Guru

    Mata Pelajaran Khusus

    Kegiatan penng untuk peningkatan

    mutu guru pendidikan khusus yang

    akan digelar Subdit Pendidik dan

    Tenaga Kependidikan Pendidikan

    Khusus dan Layanan Khusus (Subdit

    PTK PK-LK), Direktorat Pembinaan Pendidik

    dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal

    Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidik-

    an dan Kebudayaan adalah bimbingan teknis

    peningkatan profesionalisme guru PK-LK pe-

    ngampu mata pelajaran kekhususan.

    Tujuan kegiatan ini adalah untuk me-

    ningkatkan kompetensi profesional guru

    PK-LK pengampu mata pelajaran kekhususan

    anak dengan ketunanetraan, ketunarunguan,

    ketunagrahitaan, dan ketunadaksaan, terang

    Drs. Subahi Idris, M.M., Kasubdit PTK PK-LK.

    Kegiatan ini, lanjutnya, akan akan dilaksanakan

    selama empat hari dan diiku 50 guru PK-LK

    pengampu mata pelajaran kekhususan tersebut pada jenjang

    SMALB/MALB/SMKLB A/B/C/D dan 50 guru jenjang SMA/MA/SMK penyelenggara program inklusi sebanyak 50 orang.

    Subahi menambahkan, keberhasilan ABK dalam mengiku

    pendidikan dak terlepas dari faktor guru. Hal ini sesuai dengan

    Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    Pasal 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional de-

    ngan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

    melah, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

    anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pen-

    didikan menengah. Pasal 7 juga menjelaskan bahwa profesi guru

    merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

    prinsip, antara lain memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

    pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya.

    Dengan demikian, diperlukan berbagai upaya untuk me-

    ningkatkan profesionalisme guru. Peningkatan profesionalisme

    guru idealnya mengakomodasi semua guru mata pelajaran, kata

    Subahi. Namun, pada awal kegiatan bimtek, Subdit PTK PK-LK lebih

    memfokuskan pada empat bidang kekhususan yaitu orientasi dan

    mobilitas bagi anak dengan ketunanetraan; bina komunikasi dan

    persepsi bunyi dan irama untuk anak dengan ketunarunguan; bina

    diri untuk anak dengan ketunagrahitaan; serta bina diri dan bina

    gerak untuk anak dengan ketunadaksaan.

    SAIF AL HADI

    Drs. Subahi Idris, MM

    MUKTI ALI

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    21/64

    21PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 1TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

    WORKSHOP KEcakapan HIDUP

    MengasahKecakapan Hidup

    Untuk meningkatkan kecakapan hidup atau keterampilan

    (life skill) bagi guru PKLK, Subdit PTK PKLK Dit. P2TK Dik-

    men membuat program kemitraan antara SMLB/SMKLB/

    MALB dengan lembaga penyelenggara keterampilan. Tu-

    juan program tersebut adalah untuk meningkatkan kete-

    rampilan kecakapan hidup guru PKLK dalam mempersiapkan peserta

    didik agar memiliki kemampuan, kesanggupan dan keterampilan

    yang diperlukan dalam menjaga kelangsungan hidup dan mengem-

    bangkan dirinya, sehingga mampu mengatasi berbagai permasalahan

    dalam kehidupan sehari-hari. "Anak-anak di sekolah luar biasa itu

    sangat membutuhkan keterampilan, agar setelah ia lulus punya bekal

    kesiapan kerja. Maka guru-gurunya juga dituntut mempunyai bekal

    keterampilan," terang Drs. Subahi Idris, MM, Kasudbit PTK PKLK,

    Direktorat PPTK Dikmen.

    Program ini dilaksanakan oleh sekolah pengusul dan lembaga

    keterampilan yang memenuhi persyaratan dan telah ditetapkan oleh

    Direktorat PPTK Dikmen. Program dilaksanakan melalui pemberian

    dana hibah yang akan digunakan untuk pelaksanaan peningkatan

    keterampilan kecakapan hidup guru PKLK dengan lembaga keteram-

    pilan. Besaran dana hibah akan diberikan sesuai dengan kebutuhan

    pelaksanaan kegiatan yang diusulkan sekolah melalui pengajuan

    proposal. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan

    kemampuan dan keterampilan guru PKLK dalam keterampilan ke-

    cakapan hidup, mampu menyusun dan melaksanakan rencana kerja(acton plan) dengan lembaga keterampilan.

    Secara garis besar, kata Subahi, substansi program melipu

    sistem peningkatan keterampilan kecakapan hidup, khususnya ke-

    cakapan vokasional yang dibutuhkan siswa berkebutuhan khusus

    sesuai dengan kemampuannya. Peserta program berasal dari sekolah

    yang telah memiliki atau sedang merencanakan peningkatan kompe-

    tensi guru dalam keterampilan kecakapan hidup. Penetapan peserta

    diperlukan untuk menjamin keterlaksanaan program sesuai dengan

    tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk lembaga keterampilan

    yang dibolehkan menjalin mitra harus memenuhi persyaratan ter-

    tentu sesuai yang telah ditetapkan Dit. Pembinaan PTK Dikmen.

    Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pro-

    gram, dilakukan workshop pelaporan hasil program. Kegiatan ini

    dilaksanakan untuk mempertemukan peserta program dan melapor-

    kan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan program, termasuk

    pelaporan tentang pemanfaatan dana hibah. Selain itu, ada pula

    program ndak lanjut yang dilakukan sesuai rekomendasi dari hasil

    analisis kegiatan yang telah dilakukan. "Pola kegiatannya diselengga-

    rakan dalam waktu tertentu melalui tahapan-tahapan," ujar Subahi.

    MUKTI ALI

    PROGRAM PEMERATAAN MUTU

    Mengais Mutudari Sekolah Maju

    Satu lagi upaya peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PTK

    PKLK) adalah program Pemerataan Mutu. Program tersebut

    diadopsi dari Program Kemitraan Kepala Sekolah. Program

    ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2004, yang meru-

    pakan kerjasama Direktorat Tenaga Kependidikan dengan Kementerian

    Negara Pembangunan Daerah Ternggal. Tujuan kemitraan untuk me-

    ngurangi kesenjangan mutu pendidikan antara sekolah maju dan seko-

    lah ternggal. "Program tersebut diperluas, dan pada tahun 2011 lalu

    Subdit PTK PKLK melaksanakan kembali kemitraan kepala sekolah me-

    lalui program yang dinamakan Pemerataan Mutu PTK PKLK Pendidikan

    Menengah," kata Drs. Subahi Idris, MM, Kasubdit PTK PKLK, Direktorat

    Pembinaan PTK Dikmen.

    Program Pemerataan Mutu PTK PKLK, kata Subahi, didesain secara

    sistemas untuk meningkatkan mutu sekolah menengah luar biasa

    (SMALB/SMKLB) dengan fokus utama pada perbaikan proses pembe-

    lajaran, manajemen sekolah, dan pemberdayaan masyarakat. Urgensi

    program selain untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pemerataan

    mutu juga untuk meningkatkan efisiensi pembiayaan peningkatan

    mutu sekolah. "Karena upaya-upaya peningkatkan mutu dak harus di-

    sentralkan di suatu tempat. Proses pemerataan mutu dilakukan dengan

    mengimbaskan keunggulan-keunggulan suatu sekolah pada sekolah

    sekitar yang belum maju," ujar Subahi. " Program ini juga menekankan

    pada paningkatan mutu manajemen pembelajaran di ap sekolah."

    Peserta program melipu kepala sekolah pengimbas dan sekolahimbas. Kepala sekolah pengimbas yakni kepala SMALB/SMKLB yang

    maju dan sekolahnya memiliki keunggulan-keunggulan. Kepala sekolah

    imbas yakni kepala SMLB/SMKLB dari sekolah yang belum maju dan

    perlu peningkatan mutu. "Proses pengimbasan disesuaikan dengan

    jenis kekhususan sekolah tersebut, misal SMLB B daerah maju bermitra

    dengan SMLB B daerah ternggal," jelas Subahi.

    Rangkaian kegiatan melipu: 1) Mempertemukan kepala sekolah

    pengimbas dan sekolah imbas untuk bersama-sama mengiku work-

    shop dan menyususn rencana On The Job Learning(OJL) atau bench-

    marking;2) Benchmarkingselama tujuh hari di sekolah pengimbas; 3)

    Workshop penyusunan rencana ndakan (acton plan) di mana sekolah

    imbas membawa laporan hasil OJL; 4) Impelementasi rencana ndak

    di sekolah imbas; 5) Seminar hasil dan evaluasi. "Selama OJL, kepala

    sekolah imbas bisa melihat dan mempelajari keunggulan-keunggulan

    di sekolah pengimbas, mereka diarahkan untuk menemukan gagasan-

    gagasan penerapan sesuai dengan kondisi sekolah yang dikelolanya.

    Kemudian untuk pelaksanaan di sekolah oleh kepala sekolah imbas,

    kami menyediakan blockgrant selama ga bulan," kata Subahi. "Sangat

    diyakini program ini bisa memeratakan mutu layanan pendidikan khu-

    susnya di sekolah-sekolah imbas," ujar Subahi.

    MUKTI ALI

    21PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    22/64

    22

    SMA Negeri 1 Purbalingga

    YANG TERBAIK DARI

    GANESHA PURBALINGGA

    Ganesha rupanya bukan

    cuma monopoli Institut

    Teknologi Bandung se-bagai logo kebanggaan

    kampus ternama itu. So-

    sok Dewa Ilmu Pengetahuan yang diwu-

    judkan melalui gajah bersila bertangan

    empat itu juga menjadi simbol kebang-

    gaan SMA Negeri 1 Purbalingga. Label

    Ganesha pun melekat kala siswa hingga

    alumni SMAN 1 Purbalingga menyebut-

    nya SMANSA GANESHA. Di kegiatan

    Pramuka pun beken nama ambalan Gane-

    sha. Lambang Dewa Ganesha itu menjadi

    pemantik semangat siswa SMAN 1 Pur-

    balingga agar berlomba-lomba mengu-

    asai ilmu pengetahuan untuk kemajuan

    bangsa dan negara.

    Iklim mencintai ilmu pengetahuan

    juga didengungkan melalui satu di antara

    10 ciri khas SMAN 1 Purbalingga, yakni

    semboyan 10 S. Kepanjangan 10 S ini bi-

    asa dipilah ke dalam 5S pertama, yakni

    Sehat, Senyum, Salam, Salaman, dan

    Sapa. Kemudian 5 S kedua adalah Siap,

    Siasat, Sahih, Sains dan Sosial. Semboyan

    10 S menjadi salah satu unggulan sekolah

    dalam rangka pembentukan pendidikan

    karakter. Pemandangan harian di sekolahpun sudah hal biasa menyaksikan siswa

    saling menyapa, bersalaman, juga dengan

    senyum.

    Semangat dari 5S kedua juga tercer-

    min dari keseharian siswa dalam pembela-

    jaran. Misalnya makna dari siap dan siasat.

    Setiap siswa mendapat pemahaman bah-

    wa untuk meraih prestasi yang memuas-

    kan harus siap kapan pun dalam belajar,

    ulangan harian atau ujian sekolah.

    Sedangkan siasat bermakna strategi

    setiap siswa disesuaikan karakter masing-

    masing dalam meraih prestasi. Misalnya

    siswa dengan tipe audio, maka ia harus

    duduk di depan agar pendengarannya le-

    bih bagus dalam menyerap pemelajaran.

    Pengurus OSIS yang punya kesibukan

    lebih juga harus pandai mengatur strategi

    dalam belajar, kata Tulus Kiswidagda,

    M.Pd, guru yang juga dipercaya menjadi

    Kepala Bagian Humas SMAN 1 Purba-

    lingga.

    Tampak depan sekolah denganhamparan lapangan seluas 5000 m2

    Saling sapa antarwargaSMA Negeri 1 Purbalingga,

    bagian dari program 10 S

    Tulus Kiswidagda, M.Pd.

    LAHAN SANGAT LUAS

    Bagi yang belum pernah menyam-

    bangi SMAN 1 Purbalingga bisa jadi dibuat

    capek saat menyusuri semua sudut seko-

    lah. Pasalnya, sekolah yang beralamat di

    DIPOHANDOKO

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    23/64

    23PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012 23TK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

    Jalan MT Haryono, Purbalingga ini memi-

    liki lahan yang amat luas. Di bagian depan

    sekolah terhampar lapangan seluas seki-

    tar dari 5.000 m2. Dari pagar depan seko-

    lah menuju bangunan terdepan saja tak

    kurang berjarak 30-an meter.

    Lahan SMAN 1 Purbalingga memang

    belum lama mendapat hibah tanah dari

    pemerintah Kabupaten Purbalingga.Awalnya luas lahan sekolah sekitar 20.000

    m2, termasuk lapangan rumput di bagian

    depan sekolah. Tanah hibah yang berada

    di samping kiri sekolah hingga memanjang

    ke belakang, luasnya kurang lebih 15.000

    m2. Bisa dibayangkan sejauh apa langkah

    kaki harian para guru dan siswa, terutama

    saat pembelajaran moving class yang su-

    dah dilaksanakan sejak tahun 2007.

    Tambahan lahan hibah itu dimanfaat-

    kan untuk membangun 6 unit kelas baru

    yang menelan anggaran pembangunansekitar Rp 600 juta. Total daya tampung

    sekolah kini 30 rombongan belajar. Ta-

    hun ajaran 2011/2012 ini jumlah siswanya

    sebanyak 1043 orang. Mereka diasuh 65

    guru, 8 di antaranya guru tidak tetap.

    Latar belakang pendidikan hampir selu-

    ruhnya S-1, hanya ada satu guru berpendi-

    dikan D-3. Guru bertitel S-2 hanya 3 orang.

    Ada 12 orang guru yang tengah meram-

    pungkan pendidikan S-2. Kepala SMAN

    1 Purbalingga dipercayakan kepada Drs.

    Akhmad Khotib, M.Pd sejak tahun 2008

    lalu.

    Lahan luas itu menjadi berkah bagi

    sekolah untuk menggelar tak kurang dari

    23 kegiatan ekstra kurikuler. Dari yang ti-

    dak memberlukan lahan luas seperti Pem-

    binaan Amaliyah Islam, PKS, biola, Keg-

    iatan Ilmiah Remaja (KIR), hingga aneka

    kegiatan yang membutuhkan lapangan

    luas, seperti Pramuka, Paskibra, basket,

    tenis lapangan, Ganesha Football Club,

    hingga panahan.

    ADA CASPER & GAZEBOOPenambahan 6 unit kelas baru untuk

    memenuhi animo masyarakat yang setiap

    tahun ajaran baru membludak jumlahnya.

    SMAN 1 Purbalingga memang sudah lama

    menjadi sekolah unggulan dan favorit di

    sana. Kegiatan pembelajaran dengan 10

    rombongan belajar di setiap tingkatan

    itu baru dimulai tahun ajaran 2009/2010.

    Kebanggaan siswa kelas baru, khusus-

    nya di kelas X-10, sampai-sampai mereka

    menyebut angkatan pertama kelas X-10

    adalah Cassper, kepanjangan dari Com-munity Anak Sepuluh Sepuluh Pertama.

    Setelah Cassper, kelas X-10 tahun ajaran

    2010/2011 menamakan diri GazeboO sing-

    katan dari Ganesha Zepuluh Bontoot.

    Meski berstatus Rintisan Sekolah

    Bertaraf Internasional (RSBI), kata Tulus,

    sekolah tak melupakan siswa kalangan

    miskin yang memang cerdas. Setiap ta-

    hun kami usahakan sekitar 20% siswa dari

    kalangan kurang mampu, kadang malah

    lebih, kata Tulus, yang pernah menjabat

    Kepala Indonesia Moskow (2004-2007).

    Siswa dari kalangan kurang mampu ini

    bisa mendapatkan bantuan beasiswa, bisa

    diambilkan dari beasiswa siswa miskin,

    beasiswa Komite Sekolah, atau bea-

    siswa alumni. Sehingga SPP Rp 200.000/

    bulan tidak menjadi beban. Begitu juga

    kesanggupan orangtua siswa memberi-

    kan sumbangan bagi pengembangan

    sekolah. Kebijakan sekolah, menyerah-

    kan mekanisme pembayaran sumbangan

    disesuaikan kesanggupan orangtua siswa.

    Yang jelas, berdasar-

    kan hitungan Rencana

    Anggaran Belanja

    Sekolah (RABS), dibagi

    jumlah siswa, maka

    disepakati jumlah flat

    sumbangan, yang ta-

    hun ini sebesar Rp

    2.250.000. Ada yang

    sanggup membayar

    lebih dari itu. Namun

    ada juga yang sampai

    kelas tiga juga belum

    lunas, kata Tulus.

    SUJANMO MOSIK

    ARUMING PUTRO

    Tak banyak seko-

    lah yang memiliki

    surya sengkala, atau

    kalimat penanda yang

    memiliki makna ta-

    hun pendirian. SMAN 1 Purbalingga yang

    didirikan tanggal 12 Oktober 1961, adalahsalah satu sekolah yang memiliki surya

    sengkala, yakni Sujanmo Mosik Aruming

    Putro. Makna per kata adalah: sujanmo

    (manusia), mosik (rasa ingat, bergerak,

    dan berjuang, aruming (harum), putro

    (anak).

    Pendirian sekolah memang penuh

    perjuangan melibatkan warga masyara-

    kat, yang merintisnya sejak tahun 1955.

    Awalnya menumpang di SDN IV Purbal-

    ingga dengan guru sukarela dari SMA

    Negeri 2 Purwokerto dan guru senior SMP

    Negeri 1 Purbalingga. Makna surya sen-

    gkala SMAN 1 Purbalingga setidaknya

    masih terjaga hingga 51 tahun ini sekolah

    masih harum oleh prestasi siswa dan para

    guru. Yang gres tentu saja prestasi yang

    diraih Ruswanto, S.Pd, guru biologi yang

    meraih Juara II Lomba Keberhasilan Guru

    dalam Pembelajaran 2011 dan Juara III

    Lomba Kreativitas Ilmiah Guru 2011.

    DIPO HANDOKO (Purbalingga)

    Kegiatan siswa di bidang

    sains, salah satu ung-

    gulan sekolah (atas)

    Memupuk jiwa sosial,

    adalah salah satu ciri

    khas kegiatan pembentu-kan karakter (bawah)

    23PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    SMAN1PURBALINGGA

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    24/64

    24

    Begitu mendengar nama

    sekolah berstatus Rintis-

    an Sekolah Bertaraf In-

    ternasional (RSBI), yang

    melekat dalam pikiran

    adalah sekolah mewah, bertarif mahal,

    dan siswanya untuk kalangan berduit.

    Pendapat itu tidak 100% benar. Paling ti-

    dak, jika menengok Sekolah MenengahKejuruan (SMK) Negeri 1 Mempawah Hilir,

    RSBI di Kabupaten Pontianak, Provinsi Ka-

    limantan Barat.

    Sekolah yang dipimpin Drs. Abdul

    Fattah, MM.Pd ini, tergolong favorit di Ka-

    bupaten Pontianak. Fasilitasnya lengkap,

    guru-gurunya berkualitas, dan bangunan

    sekolahnya bagus. Namun, bukan berarti

    dengan berbagai kelebihannya itu, seko-

    lah ini memasang tarif mahal bagi para

    SMK Negeri 1 Mempawah Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat

    YANG TERUNGGUL

    DI PONTIANAKMenjadi salah sat sekolah favorit di Kabupaten Pontianak, tapi tidak

    memungt biaya pendidikan yang tinggi. Biaya pendidikan diusahakanterjangkau masyarakat tapi bisa menyelenggarakan pembelajaran berarafinterasional.

    calon siswanya. Terbukti banyak siswa

    dari keluarga yang kurang mampu bisa

    bersekolah di sana.

    Lebih dari 20% siswa kami berasal

    dari keluarga yang tidak mampu secara

    ekonomi, kata Abdul Fattah. Jumlah itu,

    lanjutnya, sudah sesuai dengan ketentuan

    dari Kementerian Pendidikan dan Kebu-

    dayaan bahwa RSBI harus bisa menam-pung minimal 20% siswa dari kalangan

    kurang mampu.

    SMK Negeri 1 Mempawah Hilir me-

    miliki komitmen untuk memberikan pen-

    didikan berkualitas namun dengan biaya

    pendidikan yang terjangkau masyarakat

    kebanyakan. SMKN 1 Mempawah Hilir

    memiliki empat jurusan, yakni Akuntansi,

    Pemasaran, Perkantoran, dan Multimedia.

    Fasilitasnya sudah memadai, seperti labo-

    ratorium perkantoran, komplit dengan

    perlengkapan perkantoran sebagaimana

    kantor sebenarnya.

    Di laboratorium perkantoran itu ada

    meja lobi dan perlengkapan administrasi,

    kata Fattah. Selain itu, setiap laborato-

    rium juga dilengkapi dengan komputer

    sebagai penunjang, tambah Magister

    Manajemen Pendidikan lulusan Sekolah

    Tinggi Ilmu Ekonomi Malang, Jawa Timur,

    itu. Namun, Fattah juga menyadari bahwa

    fasilitas tersebut tentulah masih belum se-

    lengkap sekolah-sekolah RSBI yang ada di

    Jakarta atau kota-kota besar lain di Jawa.

    Oleh karena itu, ia terus berusaha untukmemperbaiki segala kekurangan guna

    mencapai RSBI yang berkualitas.

    Fattah yang belum genap dua tahun

    menjabat kepala SMKN 1 Mempawah

    Hilir sedang berusaha mencari bantuan

    dana untuk penambahan fasilitas pembe-

    lajaran. Dana tersebut, katanya, bisa di-

    dapat melalui komite sekolah, wali siswa,

    dan pemerintah, baik pemerintah kota,

    provinsi, maupun pemerintah pusat.

    Abdul Fattah, M.MPd.

    24

    SAIFALHADI

  • 7/26/2019 Majalah Ptkdikmen Jul 12

    25/64

    25PTK DIKMEN Edisi 3/Tahun II/Jul i 2012

    MENJADI RSBISebenarnya, status RSBI yang diper-

    oleh tahun 2008 itu bukan permohonan

    dari SMKN 1 Mempawah Hilir. Kami ti-

    dak mengajukan permohonan menjadi

    RSBI, tapi pemerintah yang menunjuk

    kami, kata Abdul Fattah, yang pada saat

    itu menjabat wakil kepala sekolah bidangsarana-prasarana (2007-2010).

    Menurut penjelasan Fattah, kala itu

    Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

    menginginkan ada SMK berkualitas inter