luka

13
Manajemen Perawatan Luka Modern I. Pendahuluan Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal. Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada

Upload: rizka-novitasari

Post on 08-Aug-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Luka

Manajemen Perawatan Luka Modern

I. Pendahuluan

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam

dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang

sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait

dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien

dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi

tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat

diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang

adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,

perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama

perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh

perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness.

Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang

dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa

dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk

tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan

kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan

biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang

berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai

dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.

II. Definisi Luka, Klasifikasi dan Proses Penyembuhan Luka

Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya

cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,

proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio,

insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan

struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness,

yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis,

Page 2: Luka

dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan,

dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

A. Healing by primary intention

Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada

jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.

B. Healing by secondary intention

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari

pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

C. Delayed primary healing (tertiary healing)

Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan

penutupan luka secara manual.

Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut

dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu.

Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam

jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan

berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis

jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-

tanda infeksi.

III. Proses Penyembuhan Luka

Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih

(overlap). Disamping itu, proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak

serta penyebab luka tersebut. Terkait dengan fase penyembuhan luka, ada 3 tahapan yang saling

berhubungan satu sama lainny, antara lain:

a. Fase inflamasi

Fase ini terjadi pada hari ke 0-5, dimana terjadi respon yang segera timbul setelah terjadi injuri,

kemudian terjadi pembekuan darah dimana hal ini terjadi untuk mencegah kehilangan darah.

Karakteristik lainnya adalah terjadinya tumor, rubor, dolor, color, functio laesa. Kondisi ini juga

merupakan awal terjadinya haemostasis sedangkan fagositosis terjadi pada fase akhir dari fase

inflamasi ini. Lama fase ini bisa singkat jika tidak ditemukan adanya infeksi pada luka.

b.Fase.proliferasi.or.epitelisasi

Terjadi pada hari 3 – 14, fase ini juga disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya

Page 3: Luka

pembentukan jaringan granulasi pada luka dimana luka nampak merah segar,

mengkilat. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah

yang baru, fibronectin dan hyularonic acid. Proses epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama

ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka. Pada luka insisi, proses epitelisasi

ini terjadi pada 48 jam pertama.

c. Fase maturasi atau remodelling

Fase ini berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun. Pada fase ini akan terbentuk

jaringan kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan

(tensile strength). Jaringan parut (scar tissue) yang tumbuh sekitar 50-80% sama kuatnya dengan

jaringan sebelumnya. Pada fase ini juga terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas

selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

III. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

Status Imunologi, kadar gula darah (impaired white cell function, hidrasi (slows metabolism),

nutritisi, kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema),

suplai oksigen dan vaskularisasi, nyeri (causes vasoconstriction), corticosteroids (depress

immune function).

IV. Pengkajian Luka

A.Kondisi,luka

1.Warna.dasar,luka

Dasar pengkajian berdasarkan warna yang meliputi : slough (yellow), necrotic tissue (black),

infected tissue (green), granulating tissue (red),       epithelialising (pink)

2.Lokasi,ukuran,dan,kedalaman,luka

3.Eksudat,dan,bau

4.Tanda-tanda,infeksi

5.Keadaan,kulit,sekitar,luka:warna,dan,kelembaban

6. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

B.Status,nutrisi,klien:BMI,kadar,albumin

C.Status,vascular:Hb,TcO2

D.Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain

E. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

V. Perencanaan

Page 4: Luka

A. Pemilihan Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil

penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan

dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.

Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini

antara lain:

1. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih

cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

2. Mempercepat angiogenesis. Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan

merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

3. Menurunkan resiko infeksi

4. Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.

5. Mempercepat pembentukan Growth factor. Growth factor berperan pada proses

penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana

produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.

6. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil

yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus

memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:

1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)

2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko

terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)

3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke

seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :

Page 5: Luka

1. Apakah suplai telah tersedia?

2. Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?

3. Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?

4. Bagaimana dengan pertimbangan biaya?

5. Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?

6. Bagaimana cara mengevaluasi?

B. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

1. Film Dressing

Semi-permeable primary atau secondary dressings

Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

Conformable, anti robek atau tergores

Tidak menyerap eksudat

Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

2. Hydrocolloid

Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

Waterproof

Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

3. Alginate

Terbuat dari rumput laut

Membentuk gel diatas permukaan luka

Mudah diangkat dan dibersihkan

Page 6: Luka

Bisa menyebabkan nyeri

Membantu untuk mengangkat jaringan mati

Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat

Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

4. Foam Dressings

Polyurethane

Non-adherent wound contact layer

Highly absorptive

Semi-permeable

Jenis bervariasi

Adhesive dan non-adhesive

Indikasi : eksudat sedang s.d berat

Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam

Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

5. Terapi alternatif

Zinc Oxide (ZnO cream)

Madu (Honey)

Sugar paste (gula)

Larvae therapy/Maggot Therapy

Vacuum Assisted Closure

Hyperbaric Oxygen

VI. Implementasi

A. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)

Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)

Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat

Page 7: Luka

Untuk merangsang granulasi

Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre

dressings

B. Luka Nekrotik

Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)

Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis

Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

Hydrogels, hydrocolloid dressing

C. Luka terinfeksi

Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka

Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka

Wound culture – systemic antibiotics

Kontrol eksudat dan bau

Ganti balutan tiap hari

Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver

dressings

D. Luka Granulasi

Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga

kelembaban luka

Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

Moist wound surface – non-adherent dressing

Treatment overgranulasi

Hydrocolloids, foams, alginates

E. Luka epitelisasi

Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”

Page 8: Luka

Transparent films, hydrocolloids

Balutan tidak terlalu sering diganti

F. Balutan kombinasi

Untuk hidrasi luka : hydrogel + film atau hanya hydrocolloid

Untuk debridement (deslough) : hydrogel + film/foam atau hanya hydrocolloid atau

alginate + film/foam atau hydrofibre + film/foam

Untuk memanage eksudat sedang s.d berat : extra absorbent foam atau extra absorbent

alginate + foam atau hydrofibre + foam atau cavity filler plus foam

VII. Evaluasi dan Monitoring Luka

Dimensi luka : size, depth, length, width

Photography

Wound assessment charts

Frekuensi pengkajian

Plan of care

VIII. Dokumentasi Perawatan Luka

Potential masalah

Komunikasi yang adekuat

Continuity of care

Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul

Harus bersifat faktual, tidak subjektif

Wound assessment charts

IX. Kesimpulan

Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai

optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah

pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan

Page 9: Luka

kebutuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk

menunjang perawatan luka yang berkualitas.

X. Referensi

1. http://www.podiatrytoday.com/article/1894

2. Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24,

2000:15,5: Proquest Nursing & Allied Health Search

3. Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5:

Proquest Nursing & Allied Health Search

4. Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing;

Jun 23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry

5. Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing;

Sep 2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search

6. Ririn Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of Solutions,

Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence

Based Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au

7. Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24,

2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health