luka listrik

36
PENDAHULUAN Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: (1) 1) Mekanik: Kekerasan oleh benda tajam Kekerasan oleh benda tumpul Tembakan senjata api 2) Fisika: Suhu Listrik dan petir Perubahan tekanan udara Akustik Radiasi 3) Kimia: Asam atau basa kuat Trauma listrik adalah kerusakan akibat listrik. Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan, dimana jenis alur listrik bolak balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan, 1

Upload: suci-anugerah

Post on 17-Sep-2015

235 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

Luka listrik forensik

TRANSCRIPT

PENDAHULUANTraumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: (1)1) Mekanik:Kekerasan oleh benda tajamKekerasan oleh benda tumpulTembakan senjata api2) Fisika:SuhuListrik dan petirPerubahan tekanan udaraAkustikRadiasi3) Kimia:Asam atau basa kuatTrauma listrik adalah kerusakan akibat listrik. Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan, dimana jenis alur listrik bolak balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC) lebih jarang.(2,3)Bila seseorang terkena arus listrik, maka kelainan yang ditimbulkan akibat arus listrik tersebut tergantung dari beberapa faktor, yaitu: jenis aliran listrik, tegangan, tahanan, kuat arus, lamanya waktu kontak, aliran arus listrik, luas permukaan kontak, hubungan dengan bumi, dan faktor-faktor lain.(1,2)

TINJAUAN PUSTAKADEFINISITrauma listrik adalah kerusakan akibat listrik pada struktur yang lebih dalam tergantung pada resistensi jaringan dengan urutan struktur paling resisten adalah berturut-turut tulang, lemak, tendon, kulit, otot, pembuluh darah, dan syaraf. (3)Arus listrik ialah muatan listrik yang bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ketempat yang berpotensial rendah. (2)Arus listrik terdiri dari : (2)1. Arus listrik searah (direct current = DC)Arus Listrik Searah (DC) merupakan arus listrik yang mengalir secara terus menerus kesatu arah. Arus DC dipakai dalam industri yang menggunakan proses elektrolisa, misalnya pada pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam. Juga digunakan pada telepon (30 50 volt), dan kereta listrik (600 1500 volt). Sumber arus DC misalnya : Battery dan Accu.2. Arus listrik bolak-balik (alternating current = AC)Arus listrik bolak-balik (AC) merupakan arus listrik yang mengalir bolak-balik. Arus AC digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik, biasanya menggunakan voltage 110 volt atau 220 volt. Arus AC jauh lebih berbahaya dari pada arus DC, tubuh manusia 4 6 kali lebih sensitif terhadap arus AC dari pada arus DC. Sebagai ilustrasi bahwa dari 212 kasus kematian karena listrik, hanya 8 kasus yang meninggal akibat arus searah (DC). Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan, dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC), lebih jarang dan pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian logam dan penyepuhan.(4)Kematian akibat sengatan listrik sering terjadi, mengingat meluasnya pemakaian listrik untuk tujuan rumah tangga dan industri, jumlah yang tepat dari kerugian-kerugian tersebut belum dapat dipastikan. Sebelum arus listrik dapat mempengaruhi tubuh dan menyebabkan cedera atau kematian, harus terdapat kontak atau lintasan yang menghubungkan tubuh dari satu titik ke titik lainnya.(5)Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-balik bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena arus listrik bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan arus listrik searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian. Pada eksperimen didapat hasil sebagai berikut: Manusia yang terkena arus listrik (AC) dengan intensitas dibawah 25 mA; atau arus listrik (DC), sekitar 25-80 mA, tidak akan menimbulkan efek apa-apa. Bila terkena arus listrik (AC), dengan intensitas 25-80 mA atau arus listrik (DC) sebesar 80-300 mA; akan terjadi penurunan kesadaran dan gangguan denyut jantung (fibrilasi ventrikel) Bila kekuatan arus listrik melebihi 3 Amper, maka akan terjadi penghentian denyut jantung (cardiac arrest).(4)Faktor-faktor yang berperan didalam terjadinya luka akibat arus listrik:(1,2)Bila seseorang terkena arus listrik, maka kelainan yang ditimbulkan akibat arus listrik tersebut tergantung dari beberapa faktor, yaitu:1. Jenis Aliran Listrik(2)Bagi tubuh manusia arus AC lebih berbahaya dibanding dengan arus DC. Dikatakan bahwa tubuh manusia adalah 4 6 kali. Lebih peka terhadap arus AC daripada DC. Banyak kematian terjadi akibat sengatan arus listrik AC dgn tegangan 220 volt, DC jarang. Arus AC dengan intensitas 70 80 mA sudah dapat menyebabkan kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan.2. Tegangan atau voltase (V)(2)Dikenal ada 2 macam tegangan, yaitu tegangan rendah (low voltage) dan tegangan tinggi (high voltage). Batasnya ditetapkan pada 1000 volt. Kontak dengan arus tegangan rendah, 100 volt atau kurang dapat menimbulkan kematian, sedangkan dengan 10.000 volt masih dapat hidup. Voltase yang rendah, yaitu sekitar 100 volt lebih sering menyebabkan kematian bila dibandingkan voltase yang lebih tinggi, misalnya 10.000 volt malah tidak mematikan. Peralatan rumah tangga yang memakai listrik sebagai sumber energi, aman bila voltase dari peralatan tersebut maksimal sebesar 42 volt. Untuk penerangan di perumahan biasanya voltage yang dipakai adalah sebesar 110 volt atau 220 volt. Tegangan listrik antara 20.000 1.000.000 volt digunakan untuk rontgen terapi ( X-Ray terapi ).Kematian orang yang terkena arus listrik yang bertegangan rendah berbeda dengan mereka yang terkena arus listrik yang tegangannya tinggi, dimana pada yang pertama kematian disebabkan karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sedangkan pada yang kedua kematian biasanya karena luka bakar/panas. Voltage terendah yang dapat menimbulkan kematian manusia adalah sebesar 50 volt. Kurang lebih 60% dari semua kematian akibat aliran listrik disebabkan oleh arus dengan tegangan 115 volt. Kematian akibat arus tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis.3. Tahanan (R)(2)Tahanan listrik adalah tahanan dari kolom air raksa dengan tinggi dan lebar tertentu pada suhu tertentu. (satuan: Ohm). Tahanan tubuh manusia terhadap arus listrik tergantung dari banyaknya kandungan air pada jaringan tersebut. Besarnya tahanan pada manusia tergantung dari banyak sedikitnya air yang terdapat pada bagian tubuh. Tahanan yang paling besar adalah kulit, kemudian tulang, lemak, saraf, otot, darah dan yang paling rendah adalah cairan tubuh. Sehingga gambaran electrical mark akan lebih jarang dan sulit ditemukan pada kasus sengatan listrik dalam air, dikarenakan pada keadaan basah reistensi kulit semakin rendah menyebabkan jumlah produksi panas tidak cukup untuk meningkatkan suhu sampai titik lepuh.Tahanan yang terbesar yaitu pada kulit tubuh 500 - 10.000 Ohm. Kulit yang kering mempuyai tahanan antara 2000 - 3000 Ohm, sedangkan kulit yang basah mempunyai tahanan sekitar 500 Ohm.

4. Intensitas/Kuat Arus (I)(2)Kuat arus adalah faktor terpenting dalam kematian listrik. Makin besar arus, makin berbahaya bagi kelangsungan hidup. Kuat arus yang masih memungkinkan untuk dilepaskan disebut let go current, berbeda tiap individu.Jumlah minimal kuat arus yang diterima manusia sebagai gelitik adalah 0,001 A. Arus sebesar 5 mA akan menyebabkan gemetarnya otot-otot dan arus akan menyebabkan kekakuan otot-otot sehingga mencegah tubuh lepas dari kabel listrik.(4)a. 10 mA dapat menimbulkan rasa tidak enak (unpleasant sensation).b. 10 60 mA dapat menghilangkan kontrol otot-otot dan dapat menyebabkan asfiksia.c. Lebih dari 60 mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.d. Arus 60 80 mA atau 200 250 mA pada DC adalah berbahaya bagi manusia.Lobl O mengatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas atas ketahanan seseorang, pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran. Kematian akan terjadi pada kuat arus sebesar 100 mA atau lebih. Koeppen mengolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4 kelompok antara lain :a. Kuat arus < 25 mA AC (DC :25 80 mA ) dengan transitional resistance yang tinggi, tidak memberikan efek yang membahayakan.b. Kuat arus 25 80 mA AC (DC 80 300 mA) dengan transitional resistance lebih rendah dari kelompok I, dpt menimbulkan hilangnya kesadaran, arrythmia dan spasme pernapasan.c. Kuat arus 80 100 mA arus AC ( untuk arus DC 300 mA 3 A) transitional resistance lebih rendah dari kelompok II. Bila waktu kontak antara 0,1- 0,3 detik, efek biologisnya sama dengan kelompok II. Bila lebih 0,3 detik maka dapat terjadi fibrilasiventrikel yang irreversible.d. Kuat arus lebih besar dari 3 A dapat menimbulkan Cardiac arrest.

5. Lamanya waktu kontak dengan konduktor(1)Semakin lama waktu kontak dengan konduktor, maka semakin banyak jumlah arus yang melalui tubuh, akibatnya kerusakan tubuh akan bertambah besar dan luas. Pada tegangan yang rendah, arus listrik dapat menimbulkan spasme otot-otot dan menyebabkan korban malah menggenggam konduktor, sehingga arus listrik akan mengalir dalam beberapa saat. Pada keadan ini dapat menjadikan korban akan jatuh dalam keadaan shock yg mematikan. Pada tegangan tinggi, seseorang mungkin dapat segera terlempar / melepaskan konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, oleh karena akibat arus listrik dgn tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut. Makin lama korban kontak dengan arus listrik atau kabel yang beraliran listrik maka makin jelas current mark-nya dan juga makin besar kemungkinan untuk timbulnya bahaya kematian.6. Aliran arus listrik (path of current)(2)Aliran arus listrik adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) sering ditemukan di daerah tangan dan kepala, sedangkan titik keluar sering ditemukan di daerah kaki.(2,6) Lebih berbahaya apabila arus listrik masuk dari sebelah kiri bagian tubuh daripada apabila masuk dari sebelah kanan. Schridde mendapatkan 88% kematian setelah adanya kontak antara konduktor dengan tangan kiri. Bahaya terbesar bisa timbul apabila jantung atau otak berada dalam posisi aliran dari arus listrik tersebut.(2)Manusia dapat mati bila terkena arus listrik bila aliran dari arus listrik tersebut melintasi otak atau jantung. Arus listrik yang melewati otak dapat menimbulkan henti napas dan arus listrik yang melalui jantung atau dada dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel, misalnya arah aliran dari kepala ke kaki atau dari lengan ke lengan. Adanya kenyataan tersebut dimanfaatkan untuk pelaksanaan hukuman mati di atas kursi listrik.(2,7)

7. Luas Permukaan Kontak(1)Suatu permukaan kontak seluas 50 cm persegi (kurang lebih selebar telapak tangan) dapat mematikan tanpa menimbulkan jejas listrik, karena pada kuat arus letal (100mA), kepadatan arus pada daerah selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm persegi, yang tidak cukup besar untuk menimbulkan jejas listrik.8. Hubungan dengan bumi (earthing)(2)Adanya hubungan antara konduktor ke bumi dengan melalui tubuh adalah sangat berbahaya bagi keselamatan manusia tersebut. Orang yang berdiri pada tanah yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan sepatu beralas kering.9. Faktor-faktor Lain(2)Adanya penyakit-penyakit tertentu yang sudah ada pada korban sebelumnya (penyakit jantung, kondisi mental yang menurun, dan sebagainya yang dapat memperberat efek listrik pada tubuh manusia sampai timbulnya kematian. Antisipasi terhadap suatu shock. Kelengahan atau kekurang hati-hatian, mengakibatkan kecelakaan.ETIOLOGI (2,8)Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik adalah karena petir, aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah.1. Petir (2,5)Petir yang diketahui secara umum adalah pelepasan energi potensial atmosfir diantara awan dan awan. Sedangkan serangan petir (lightning stroke) adalah pelepasan energi potensial antara awan dan benda bumi. Ledakan petir dihasilkan jika permukaan bawah awan petir melepaskan muatannya menuju tanah, karena permukaan bawah dari awan biasanya bermuatan negatif, maka muatan listrik yang dilepaskan umumnya negatif. Sekitar 5 % dari sambaran petir adalah muatan positif. Hal ini sering terjadi di daerah pegunungan. Jika orang disambar langsung oleh petir, kematian tidak bisa dihindarkan yang disebabkan karena luka bakar atau cedera yang pada pusat pernafasan di otak. Kuat arus dalam hal ini mencapai bilangan kiloampere. Petir dapat menimbulkan kejutan listrik dengan beberapa cara : Efek langsung: apabila korban terkena petir secara langsung maka korban tak dapat dielakkan meninggal. Efek tidak langsung : apabila korban berada ditempat dimana aliran listrik petir telah terpencar, korban dapat meninggal.Faktor-faktor yg mempengaruhi gambaran serangan petir pada korban :a) Efek langsung dari pelepasan energi listrikPada korban yang terkena petir akan ditemukan tanda korban meninggal akibat listrik. Tegangan dan intensitas yang tinggi sekali dapat menimbulkan panas mengakibatkan luka bakar. Pada kulit korban didapatkan gambaran pohon gundul yang disebut arborescent marking sebagai akibat vasodilatasi pembuluh darah perifer.b) Efek mekanikTerjadi oleh karena dorongan udara yang terdesak sekitar cahaya petir akibat panas.c) Efek kompresiPerpindahan udara menyebabkan terjadinya suara ledakan. Korban dapat terlempar, pakaian menjadi koyak dan kotor, mirip gelandangan. Luka yang terjadi akibat persentuhan dengan benda tumpul seperti abrasio, contusio, lacerasio dan avulsio, bahkan fraktur ekstremitas. Pada kepala dapat terjadi fraktur tengkorak, epidural bleeding, subdural bleeding, contusio dan lacerasio otak.Ciri-ciri yang ditemukan yang terlihat setelah kematian: a. Fern patter (bentuk paku). Mungkin ini akan pudar secara cepat dalam beberapa jam dan harus dicari secara hati- hati pada bagian badan yang terkena.b. Arborecent mark artinya menyerupai pohon, karena adanya peredaran vasodilatasi atau jejas jaringan oleh hemoglobin dari sel darah merah yang polanya ditentukan oleh aliran arus listriknya. Salah satu lesi yang dianggap sebagai tanda khas dari luka karena petir ialah luka menjalar atau seperti gambaran pakis pada kulit. Lesi ini berupa daerah yang ditandai eritema sementara yang muncul satu jam setelah tersambar petir, dan berlangsung-angsur berkurang dalam 24 jam. Ten Duiset al berpendapat bahwa lesi ini disebabkan muatan positif yang menyebar di kulit mereka membuat hipotesa bahwa lesi terjadi jika seseorang disambar petir yang bermuatan negatif. Lalu kemudian dihantam lagi oleh petir yang bermuatan positif yang bersumber dari objek di sekitar tanah. Kemungkinan lain menunjukkan titik/tempat masuk petir bermuatan positif. kekuatan ledakan akan segera cepat meluas dalam bentuk memanasnya udara sehingga bisa merobek pakaian. Benda-benda dari baja seperti anting-anting, kalung, dan kancing mungkin bisa melebur, hal ini mengindikasikan bahwa suhu leburnya mencapai titik yang lebih yang tinggi daripada titik lebur baja. Pada kasus lain benda-benda baja seperti pisau dan lain-lain, yang berada dalam kantong bisa berubah bentuk dan hal itu bisa menjadi kunci dari kejadian tersebut, dimana kadang-kadang tidak ditemukan adanya saksi dari ditemukannya seseorang yang mati karena sengatan kilat.(5)2. Listrik tegangan Tinggi ACPada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena tegangan tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat konduktif disentuh yang tersambung dengan sumber listrik bertegangan tinggi.3. Listrik tegangan rendah ACTegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara umum, ada 2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik yang memungkinkan : Anak yang menggigit kawat listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir, wajah, dan lidah, kemudian anak-anak atau orang dewasa yang terjatuh saat menyentuh objek yang dialiri energi listrik. 4. Arus searah (DC)Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang sedang berjalan. Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam waktu yang sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian karena efek bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan mencegah korban lepas dari konduktor hidup.PATOFISIOLOGI (3,4,8)Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron) dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang, tendon, dan lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.(3,4)Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi energi listrik menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel).(8)Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki. (3)MEKANISME TRAUMA(5)Pada trauma listrik umumnya menyebabkan luka bakar. Luka tumpul sekunder juga dapat terjadi jika korban terjatuh dari ketinggian setelah tersengat arus listrik. Secara umum, luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu: a. Kontak langsung (direct contact)Trauma tipe ini, jika terjadi pada tegangan yang tinggi (Voltase di atas 1000 V) dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah, nekrosis jaringan lunak dan tulang, kerusakan otot, dan gagal ginjal. Lesi yang muncul pada tubuh berupa lesi kontak, terjadi pada kulit yang kontak atau bersentuhan dengan konduktor arus listrik. Kulit yang melepuh, biasanya pada ujung-ujung jemari atau telapak tangan. Kadang-kadang daerah yang melepuh ini dipenuhi dengan cairan atau gas dan setelah kematian, baik sebagian ataupun keseluruhan akan mengempis. Terdapat sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi dan gambarannya menyerupai lepuh post mortem. Kesemua efek ini disebabkan karena pengaruh panas oleh arus listrik terhadap keratin dengan sifat resisten tinggi.b. Kontak tidak langsung (indirect contact)Contohnya seperti karena kilasan (flash), lidah/nyala api (flame) dan bunga api listrik (arc). Trauma tipe ini hanya menyebabkan luka bakar superfisial pada kulit, wajah, dan tangan. Kontak yang sebentar atau sedikit akan menyebabkan percikan atau loncatan antara kabel dengan kulit. Menyebabkan suatu lesi berupa nodul-nodul kecil diatasnya terdapat keratin yang kaku dan berwarna kekuningan. Karena meleburnya lapisan paling luar dari stratum korneum, yang kemudian mengeras. Sekitar lesi: kulit yang mengeras karena kontraksi dari kapiler. Pada semua kasus kematian karena listrik tegangan tinggi mendapat luka bakar di tubuhnya. Pada listrik tegangan rendah, luka bakar umumnya terjadi pada titik masuk, titik keluar listrik atau pada jarak tertentu antara keduanya jika arus memasuki area yang luas dengan hambatan minimal, mungkin tidak akan ditemukan luka bakar. Contoh terbaik dalam hal ini ialah bunuh diri di bak mandi. Jika hanya terjadi kontak yang singkat dengan kawat beratus, mungkin tidak terjadi suatu luka bakar. Orang dapat pingsan karena fibriliasi ventrikel dan terlempar dari kabel. Jika kontak tetap berlangsung, akan timbul luka bakar yang berat. Luka bakar disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh listrik.GAMBARAN KLINIS (3,4,8)Banyaknya penyebab dari kasus luka listrik, sehingga anamnesa yang menunjang sangat diperlukan baik riwayat penyakit sebelumnya maupun hal-hal spesifik yang berhubungan dengan kejadian saat seseorang terkena aliran listrik. Arah aliran listrik penting untuk mengetahui munculnya luka listrik, arah vertikal dapat menjadi lebih berbahaya daripada arah horizontal. (3) Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik :(3,8)Luka Bakar Derajat Ia. Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)b. Kulit kering, hiperemis berupa eritemc. Tidak dijumpai bullad. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasie. Sembuh spontan dalam 5-10 hariLuka bakar derajat IIa. Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasib. Dijumpai bullac. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasid. Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi di atas kulit normalDibedakan menjadi dua :1. Derajat dua A (Superficial)a. Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermisb. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea masih utuhc. Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari.2. Derajat dua B (Deep)a. Kerusakan hampir seluruh bagian dermisb. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih adac. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari biji epitel yang tersisa. (biasanya lebih satu bulan)Luka Bakar Derajat IIIa. Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalamb. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusakc. Tidak dijumpai bullad. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitare. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis.Selain luka bakar, penemuan khas yang sering ditemukan akibat trauma listrik sebagai berikut:(4)1. Electric markElectric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana arus listrik masuk ke dalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang. Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah ditengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengahnya tersebut biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh darah/hiperemis. Bentuk serta ukuran electric mark tergantung dari bentuk dan ukuran dari benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.

2. Joule burnJoule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.3. Exogenous BurnLuka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan 330 volt. Tubuh korban akan hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan patahnya tulang-tulang.Dengan demikian dapat dibedakan apakah luka bakar pada korban yang terkena arus listrik itu termasuk joule burn atau luka bakar tersebut terjadi karena panas dari luar seperti pada exogenous burn.

Gambar 1. (dikutip dari kepustakaan 8)Lesi pada kaki akibat trauma listrik tegangan rendah (low voltage)

Gambar 2. (dikutip dari kepustakaan 8) Electrical Burn pada tangan

Gambar 3. (dikutip dari kepustakaan 8)Electrical burn pada tegangan 120 V arus listrik ACGAMBARAN MAKROSKOPISGambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagian luka bakar dengan tepi yang menonjol, di sekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya. Sedangkan luka keluar tidak selalu lebih besar dibanding luka masuk. Bagian tengahnya hiperemis dikelilingi kulit sekitar berwana putih akibat nekrosis, kadang juga ditemui daerah sekitar luka yang hiperemis.(1,8)Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, gambaran serupa jejas listrik secara makroskopik juga bisa timbul akibat persentuhan kulit dengan benda/logam panas (membara). Walaupun demikian keduanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopis. Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan pada kulit mayat/pasca mati (namun tanpa daerah hiperemi). Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan pusat pernapasan.(1)GAMBARAN MIKROSKOPIS(4)Untuk pemeriksaan mikroskopis pada luka akibat listrik, perangai histologik dari luka bakar akibat listrik tidaklah spesifik; dan keadaan yang sama dapat ditimbulkan dengan meletakkan objek yang panas pada kulit. Kulit didaerah tersebut dapat mengkerut epidermisnya, dan seringkali disertai pembentukan vakuolisasi pada lapisan yang lebih dalam akibat panas dan dapat tampak hangus. Metalisasi dapat terjadi dan partikel dari konduktor yang menempel pada tubuh korban dapat masuk ke dalam kulit, hal ini dapat diindetifisir dengan pewarnaan khusus. Pasertti dan Viterbo (1965) menunjukkan adanya perubahan pada otot skelet tikus yang dialiri listrik. Perubahan tersebut tidak terbatas pada otot akan tetapi sampai nukleus, yang hanya tampak dengan mirkoskop elektron.(5)

PENYEBAB KEMATIAN KARENA LISTRIK (4,5,10)Arus listrik dapat menyebabkan kematian melalui tiga mekanisme pokok:(4)1. Fibrilasi ventrikel dan gagal jantung (cardiact arrest)Atrial fibrilasi (AF) adalah aritmia jantung menetap yang paling umum didapatkan. Ditandai dengan ketidakteraturan irama dan peningkatan frekuensi atrium sebesar 350-650 x/menit sehingga atrium menghantarkan implus terus menerus ke nodus AV. Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh periode refrakter dari nodus AV dan terjadi tanpa diduga sehingga menimbulkan respon ventrikel yang sangat ireguler. Atrial fibrilasi dapat terjadi secara episodic maupun permanen. Jika terjadi secara permanen, kasus tersebut sulit untuk dikontrol. Atrial fibrilasi terjadi karena meningkatnya kecepatan dan tidak terorganisirnya sinyal-sinyal listrik di atrium, sehingga menyebabkan kontraksi yang sangat cepat dan tidak teratur (fibrilasi). Sebagai akibatnya, darah terkumpul di atrium dan tidak benar-benar dipompa ke ventrikel. Ini ditandai dengan heart rate yang sangat cepat sehingga gelombang P di dalam EKG tidak dapat dilihat. Ketika ini terjadi, atrium dan ventrikel tidak bekerja sama sebagaimana mestinya.(10)Fibrilasi ventrikel akan timbul akibat trauma listrik pada arus antara 75-100 MA. Arus listrik yang sangat tinggi (2A atau lebih) tidak menyebabkan fibrilasi ventrikel, tetapi cenderung henti ventrikel. Ketika arus listrik memasuki tubuh manusia, arus akan mengalir dari titik kontak menuju permukaan tanah, mengikuti jalur terpendek. Hampir selalu jalurnya dari tangan menuju kaki. Lama arus mengalir dalam tubuh menentukan kematian, tergantung dari mekanisme kematian dan kuat arus. Kuat arus yang sangat lemah kematian disebabkan oleh paralysis otot-otot pernapasan dengan asfiksia sekunder. Pada listrik rumah tangga, dimana kematian terjadi karena fibrilasi ventrikel, lama kontak sangat penting dalam menimbulkan fibriliasi yang terbilang dalam hitungan detik atau sepersepuluh detik, tergantung pada kuat arus. Hal ini tentu saja ditentukan oleh hambatan listrik. Contohnya pada tegangan 110 V, dianggap hambatan 1000 , arus yang masuk ke tubuh 110 MA. Pada kasus ini kontak selama 5 detik akan menghasilkan fibrilasi ventrikel. Jika titik kontak listrik adalah kulit yang lembab dan tipis, hambatannya mungkin hanya 100 . Dalam hal ini harus yang memasuki tubuh sebesar 1100 MA dan fibrilasi ventrikel dapat terjadi dalam 0,1 detik. Pada tegangan tinggi henti jantung dapat terjadi seketika. Pada tegangan tinggi, dapat terjadi luka panas listrik yang berat/ireversibel. Ketika jantung mulai kembali berdenyut setelah berhenti, pernafasan mungkin belum kembali karena paralysis pusat pernafasan. Hal ini kemungkinan karena kelumpuhan pusat pernapasan pada batang otak karena efek panas yang berlebihan (hipertemik) dari arus listrik. Efektif hipertemik listrik tegangan tinggi dapat dilihat pada hukuman mati dengan listrik dimana luka bakar derajat tiga timbul pada tempat kontak elektroda dan kulit, seperti halnya pengamatan Werner bahwa setelah eksekusi, suhu otak dapat mencapai 63C.(5)Keadaan post mortem: tubuh yang pucat tanpa gambaran kongestif pada kulit atau organ.(4)

2. Paralisis Pernapasan (Respiratory Paralysis)Hal ini dapat terjadi bila aliran arus listrik di atas let go thres hold, akan tetapi tetap di bawah kebutuhan yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Pada eksperimen kematian korban yang murni karena asfiksia oleh adanya spasme otot. Jantung akan tetap berdenyut sampai terjadi kematian. Mekanisme tersebut agaknya berkaitan dengan asfiksia traumatic, dan menimbulkan sianosis yang hebat, petechial hemorrages sedikit tidak terlampau diffusa tau prominen, akan tetapi masih dapat dilihat pada konjungtiva, palpebrae dan muka.(4)Organ yang kongestif, juga pada kulit dan wajah, petechi pada pleura dan perikardium. Juga dapat kegagalan pernapasan sentral: paralisis batang otak karena jalur arus listrik melalui kepala. Keadan ini terlihat jika kepala kontak dengan kabel listrik pada saat kecelakaan.(5)

3. Paralisis Pusat PernapasanParalisis atau kelumpuhan pada pusat pernapasan dapat terjadi bila arus listrik melewati otak, dan paralisis ini akan menetap setelah arus listrik tersebut melemah atau hilang. Jantung akan tetap berdenyut, sedangkan pernapasan artifisial yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama (sampai beberapa jam), dapat menolong jiwa korban. Bentuk yang berlawanan dalam akibat yang ditimbulkan bila seseorang terkena arus listrik yang melintas kepala, dapat dilihat pada para penderita penyakit jiwa yang untuk mengatasi keluhan sering dilakukan electro convulsive therapy, dimana si penderita akan tetap hidup.(4)Arus bolak balik lebih berbahaya daripada arus searah. Selain itu tubuh manusia 4-6 kali lebih peka terhadap arus bolak-balik dibanding arus searah. Arus bolak-balik dengan frekuensi 39-150 putaran perdetik adalah yang paling mematikan, karena berhubungan dengan frekuensi fibrilasi otot jantung. Ketika sebuah tangan memegang sebuah konduktor hidup, maka efek pegangan pada aliran arus listrik menyebabkan otot tangan menjadi kejang, kemudian tangan terus menggenggam konduktor tersebut sehingga tidak bisa dilepaskan. Arus listrik berjalan terus menerus dalam satu jangka waktu tertentu meskipun dalam arus yang rendah berakibat fatal. Frekuansi 50 putaran / detik sangat beresiko tinggi sedangkan 6 10 mA cukup untuk menimbulkan efek gangguan ( tangan melekat pada benda yang dialiri arus listrik ).(5)PEMERIKSAAN KORBAN(2)1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)Pada pemeriksaan korban di TKP. Langka pertama kali adalah mematikan aliran listrik atau menjauhkan kawat listrik dari dengan kayu kering. Pastikan korban apakah masih hidup atau sudah meninggal. Bila lebam mayat (-), maka mungkin mati suri dan perlu pertolongan segera sampai timbul tanda kematian pasti.

2. Pemeriksaan JenazahTerbagi 3 yaitu:Pemeriksaan Luara. Penting sekali karena justru kelainan yang menyolok adalah pada kulit korbanb. Cari tanda-tanda listrik atau current mark (electric mark = stroomerk van jellinek = joule burn). Current mark adalah tanda untuk luka akibat listrik dan merupakan tempat masuknya aliran listrik. Gambaran current mark : Bentuk oval Berwarna kuning atau coklat keputihan atau coklat kehitaman atau abu-abu kekuningan Dikelilingi daerah kemerahan dan edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya Cara mencari current mark pada tubuh korban terutama adalah pada telapak tangan dan telapak kaki dan sebelumnya harus dicuci terlebih dahulu dengan sabun dan bila perlu disikat. Dapat terjadi metalisasi pada kulit yang bersentuhan dengan kabel atau kawat yang berarus listrik. Metalisasi terjadi akibat panas yang ditimbulkan sedemikian besar sehingga ion-ion asam jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat atau kabel membentuk garam dan menyebar di jaringan. Derajat current mark : Tanda listrik yg terkecil sebesar kepala jarum dengan warna kemerahan Tanda lain berupa gelembung berisi cairan Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut terbakar, tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur Panas tinggi sehingga kawat listrik menguap dan mengkondensir dijaringan tubuh = electric metalisasi.

Pemeriksaan DalamBiasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada otak dapat terjadi perdarahan kecil-kecil, terutama daerah ventrikel III dan IV. Pada pemeriksaan jantung, terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik dan berhenti pada fase diastole, sehingga terjadi dilatasi jantung kanan. Pada paru didapatkan edema dan kongesti. Pada pemeriksaan organ viscera terjadi kongesti yang merata. Peteki / perdarahan mukosa Traktus Gastrointestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik. Pada hati didapat lesi yang tidak khas. Pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar, maka bila ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang menjadi leleh dan terbentuklah butiran-butiran calcium phosphat yang menyerupai mutiara atau pearl like bodies.Pemeriksaan TambahanPemeriksaan PA pada current mark : Ada bagian sel yang memipih, pengecatan dengan metoxy lineosin akan berwarna lebih gelap dari yang normal Sel-sel stratum corneum menggelembung dan vacuum Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara palisade Ada sel yg mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari stratum corneum

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. H: 25 54.2. Hoediyanto, H. Trauma Listrik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Airlangga, Surabaya. [online]. 2010. [cited 10 May 2015]. Available from: http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf3. Lecture Notes in Forensic Medicine. Electrical burns. Derrick Pounder, University of Dundee. H: 15.4. Idries, Abdul M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. H: 108 1175. Nelwan, Berti. Luka Akibat Arus Listrik & Luka Bakar. Bahan Kuliah Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2008. 6. Runde, Daniel P. Electrical Injuries. [online]. [cited 16 May 2015]. Available from: http://www.merckmanuals.com/professional/injuries-poisoning/electrical-and-lightning-injuries/electrical-injuries7. Cooper, Mary Ann, Timothy G. Price. Electrical and Lightning Injuries. [online]. [cited 17 May 2015]. Available from: https://www.uic.edu/labs/lightninginjury/Electr&Ltn.pdf8. Cushing, Tracy A. [online]. [cited 10 May 2015]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview9. Shkrum, Michael J, David A. Ramsay. Forensic Pathology of Trauma. New Jersey: Humana Press. 2007. H: 217 - 22010. Atrial fibrilasi. [online]. [cited 16 May 2015]. Available from : http://eprints.undip.ac.id/44522/3/BAB_II.pdf11