ltm 1 renal

Upload: jody-felizio

Post on 06-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 ltm 1 renal

    1/4

    LTM PEMICU 1 MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH

    Fisiologi Keseimbangan Cairan Tubuh

    Oleh Kathrine, 0806315074

    PENDAHULUAN1

    Cairan merupakan komponen terbesar yang menyusun tubuh manusia, yaitu lebih kurang 60% dari

    berat badan total dengan variasi antara 40-80% dari BB total. Agar dapat menjalankan fungsinya,

    tubuh perlu mempertahankan keadaan normal yang disebut homeostasis melalui berbagai kontrol

    fisiologis. Untuk menjaga homeostasis, berbagai faktor lingkungan dalam harus dipertahankan

    dengan mekanisme tertentu, antara lain kadar nutrien, keseimbangan O2 dan CO2, kadar sisa

    metabolisme, pH, kadar air, suhu tubuh, serta volume dan tekanan darah.

    KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

    Komposisi cairan tubuh bervariasi pada setiap individu, dipengaruhi oleh kandungan adiposa dalam

    tubuh, jenis kelamin dan umur individu. Semakin banyak adiposa, semakin sedikit persentase cairan

    karena adiposa merupakan jaringan dengan kandungan air paling sedikit (10%). Wanita memiliki

    presentase cairan yang lebih rendah karena hormon estrogen berperan dalam deposisi lemak dalam

    beberapa bagian tubuh. Kandungan cairan juga menurun secara progresif seiring bertambahnya

    usia.1

    Cairan tubuh terbagi dalam 2 kompartmen, yaitu intrasel dan ekstrasel.1,2

    1. Kompartemen intrasel (ICF) adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Volumenya : 2/3 dari total cairan tubuh. Fungsi : berperan dalam proses menghasilkan, menyimpan, dan penggunaan energi

    serta proses perbaikan sel. ICF berperan dalam proses replikasi dan sebagai cadangan

    air untuk mempertahankan volume dan osmolaritas cairan ekstrasel.

    Kandungan elektrolitKation utama adalah kalium, sedangkan anion utama adalah fosfat dan protein. Ion K,

    Mg, dan PO4 menimbulkan efek osmotik. Ion K penting dalam proses biolistrik.

    2. Kompartemen ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Volume : 1/3 dari total cairan tubuh. ECS terdiri atas cairan interstisium, cairan intravaskular, dan cairan transelular. Fungsi : mengantar keperluan sel, mengangkut CO2, sisa metabolisme, bahan toksik

    atau bahan yang telah mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.

    Kandungan elektrolitKation utama adalah natrium, serta K, Ca, dan Mg. Anion utamanya adalah klorida,

    bikarbonat, dan albumin. Na, K, Cl, dan H2CO3 memberikan daya osmotik untuk

    mempertahankan air dalam cairan ekstrasel.

    Na dan K mempengaruhi tekanan osmotik kristaloid cairan ekstrasel dan intrasel serta

    secara langsung berhubungan dengan fungsi sel dalam proses biolistrik. Konsentrasi Na

    merupakan kontributor utama dalam osmolalitas serum dan tonisitas plasma. Na selaludipompa keluar sel oleh Na+K+ATPase.

  • 8/2/2019 ltm 1 renal

    2/4

    Plasma dan cairan interstisial memiliki komposisi yang serupa dan hanya dipisahkan oleh membran

    kapiler yang sangat permeabel kecuali terhadap protein plasma. ICF dan ECF dipisahkan oleh

    membran sel yang sangat permeabel terhadap air, namun tidak permeabel terhadap sebagian besar

    elektrolit dalam tubuh.3

    HOMEOSTASIS CAIRAN DAN ELEKTROLIT

    Keseimbangan air dan elektrolit adalah kondisi di mana jumlah air dan elektrolit yang masuk ke

    dalam tubuh seimbang dengan jumlah air dan elektrolit yang keluar. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah

    cairan yang masuk dan keluar tubuh, proses difusi melalui membran sel, dan tekanan osmotik yang

    dihasilkan oleh elektrolit pada kedua kompartemen. Pengaturan keseimbangan cairan perlu

    memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume ECF dan osmolaritas ECF.

    Homeostasis Air2

    Peningkatan volume ECF akan meningkatkan volume darah dan tekanan darah. Sebaliknya,penurunan volume ECF akan menurunkan volume darah dan tekanan darah. Jika asupan air terlalu

    banyak, tubuh akan mengurangi sekresi ADH (antidiuretik hormon) dari hipofisis posterior untuk

    mengurangi reabsorpsi air di tubulus distal dan duktus kolingentes nefron ginjal dan dikeluarkan

    sebagai urine.

    Peningkatan volume plasma disertai dengan peningkatan venous return, yang akan meregang pada

    dinding atrium. Rangsangan pada reseptor regang pada dinding atrium kanan akan merangsang

    pelepasan Atrial Natriuretic Peptide (ANP) yang menghambat sekresi aldosteron dan diikuti

    peningkatan pengeluaran natrium dan air melalui urin.

    Pada keadaan hipovolemia, tubuh menghambatpengeluaran air dengan menambah sekresi ADH

    yang meningkatkan reabsorpsi air di ginjal. Juga

    timbul rasa haus. Penurunan volume ECF yang

    disertai dengan penurunan tekanan darah akan

    merangsang sistem renin-angiotensin sehingga

    timbul respon berupa pengurangan produksi urin

    (restriksi pengeluaran cairan) dan peningkatan rasa

    haus.

    Kontrol Keseimbangan Garam dalam Mengatur

    Volume ECF1

    Pada umumnya, manusia mengkonsumsi garam

    melebihi kebutuhannya. Untuk menjaga

    keseimbangan, garam dikeluarkan melalui keringat,

    tinja, dan urin. Ginjal menyesuaikan jumlah garam

    yang diekskresi melalui dua proses, yaitu :

    Peningkatan tekanan darah arteri

    Peningkatan aliran darah ke glomerolus

    GFR naik

    Peningkatan ekskresi dan eliminasi

    Sel makula densa melepaskan zat vasoaktif

    Vasokonstriksi arteriol aferen

    Penurunan aliran darah ke glomerolus

    Tekanan kapiler glomerolus kembali normal

    Penurunan GFR menjadi normal

    Gambar 1. Kontrol Laju Filtrasi Glomerolus

  • 8/2/2019 ltm 1 renal

    3/4

    1. Kontrol laju filtrasi glomerolus (glomerular filtration rate / GFR). Jumlah Na yang difiltrasisetara dengan konsentrasi Na plasma dikali GFR. Perubahan GFR mengubah jumlah Na yang

    difiltrasi sehingga kontrol GFR dapat menyesuaikan jumlah Na yang difiltrasi setiap menit.

    GFR diubah untuk mengubah jumlah garam dan cairan yang difiltrasi sebagai bagian dari

    respon refleks baroreseptor untuk mengatur tekanan darah

    2. Kontrol reabsorpsi Na di tubulus distal dikontrol oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron. Ginjal menghasilkan hormon renin sebagai respon terhadap penurunan NaCl,

    volume ECF, atau tekanan darah arteri. Renin mengaktifkan angiotensinogen menjadi

    angiotensin I dan kemudian diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II merangsang

    korteks adrenal untuk mensekresikan hormon aldosteron yang memicu reabsorpsi Na dan

    memicu retensi Na. Retensi Na meningkatkan retensi osmotik H2O, menyebabkan

    peningkatan volume plasma dan peningkatan tekanan darah. Angiotensin II juga

    menimbulkan efek lain seperti rasa haus dan vasokonstriksi arteriol.

    Kontrol Osmolaritas ECF1

    Pengaturan osmolaritas ECF penting untuk mencegah perubahan volume sel. Osmolaritas adalah

    ukuran konsentrasi partikel zat yang larut di dalamnya. Air cenderung berpindah secara osmosis dari

    konsentrasi zat terlarut rendah ke konsentrasi zat terlarut tinggi. Pada keadaan normal, konsentrasi

    ICF dan ECF bersifat identik. Penambahan atau pengurangan H2O bebas (tanpa disertai penambahan

    dan pengurangan zat terlarut) menyebabkan perubahan osmolaritas ECF menjadi hipertonik (pekat)

    atau hipotonik (encer). Osmolaritas ECF dikontrol untuk mencegah pergeseran H2O.

    Hipertonisitas ECF biasanya berkaitan dengan dehidrasi atau keseimbangan negatif H2O bebas.Dehidrasi dapat disebabkan insufisiensi asupan H2O, pengeluaran H2O yang berlebihan, dan

    diabetes insipidus (defisiensi vasopresin / ADH). Hipertonisitas dapat terjadi tanpa dehidrasi melalui

    penimbunan zat-zat terlarut secara abnormal, misalnya uremia pada gagal ginjal. Perbedaan

    osmolaritas menyebabkan tertariknya ICF sehingga sel menciut.

    Hipotonisitas ECF biasanya berkaitan dengan overhidrasi pada pasien gagal ginjal, konsumsi air yang

    melebihi kecepatan ekskresi ginjal, dan sekresi vasopresin yang tidak sesuai. Sekresi vasopresin

    dapat meningkat sebagai respon terhadap nyeri, infeksi akut, trauma, dan stress sehingga.

    Akibatnya, rentensi H2O terjadi saat tubuh tidak mengalami defisit H2O. Masuknya cairan ke dalam

    sel menyebabkan pembengkakan sel.

    Asupan cairan tubuh berasal dari minuman dan makanan. Setiap hari, tubuh pun mengalami

    kehilangan cairan melalui insensible loss dan sensible loss. Ada dua mekanisme yang dapat diatur

    untuk menjaga keseimbangan cairan, yaitu :

    1. Kontrol pemasukan air oleh rasa hausRasa haus merupakan perasaan subjektif yang mendorong seseorang untuk mengkonsumi

    cairan. Pusat rasa haus terletak di hipotalamus, dekat dengan penghasil vasopresin.

    2. Kontrol pengeluaran air melalui urin oleh vasopresinKetidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran H2O dikompensasi dengan penyesuaian

    ekskresi air melalui urin tanpa mengubah ekskresi garam melalui perubahan sekresi vasopresin(meningkatkan permeabilitas tubulus distal terhadap H2O)

  • 8/2/2019 ltm 1 renal

    4/4

    Sekresi vasopresin dan rasa haus dirangsang oleh difisit H2O bebas dan ditekan oleh kelebihan H2O.

    Rangsangan eksitatorik berasal dari osmoreseptor hipotalamus yang memantau osmolaritas cairan

    di sekelilingnya. Stimulus yang mendorong rasa haus namun tidak menyebabkan sekresi vasopresin

    adalah kekeringan pada mulut. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat sistem oral H2O metering di

    mana seekor hewan yang haus akan cepat minum secukupnya untuk memenuhi defisit H2O dan

    berhenti minum sebelum H2O yang masuk diserap. Namun, mekanisme ini kurang efektif pada

    manusia karena manusia seringkali mengkonsumsi cairan karena pengaruh kebiasaan dan sosiologis.

    KESIMPULAN

    Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume ECF dan

    osmolaritas ECF. Ginjal mengontrol volume ECF dengan mempertahankan keseimbangan garan dan

    mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal

    mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai

    kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th ed. Belmont: Thomson; 2007. p.547 59.

    2. Utama H. Gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam-basa : fisiologi, patofisiologi,diagnosis, dan tatalaksana. Edisi ke -2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008. p. 33-56.

    3. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC; 2007. p. 366-9.