lp struma

27
BAB I KONSEP MEDIS A. DEFINISI Strauma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahuna tahun folikel tumbuh semkin membesar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler. B. ETIOLOGI Berbagai faktor di identifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk di dalamnya defisiensi yodium, gaitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan). Obat-obatan anti tiroid, peradangan dan tumor/neoplasma. C. PATOFISIOLOGI

Upload: yuliani-gunawan

Post on 19-Jan-2016

145 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

LP Struma

TRANSCRIPT

Page 1: lp struma

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Strauma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid  yang biasanya terjadi

karena folikel folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahuna tahun

folikel tumbuh semkin membesar dengan membentuk kista dan kelenjar

tersebut menjadi noduler.

B. ETIOLOGI

Berbagai faktor di identifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi

kelenjar tiroid termasuk di dalamnya defisiensi yodium, gaitrogenik glikosida

agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid seperti ubi kayu,

jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan). Obat-

obatan anti tiroid, peradangan dan tumor/neoplasma.

C. PATOFISIOLOGI

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk

pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,

masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid..

Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler

oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin

yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul

diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3).

Page 2: lp struma

Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid

Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang

tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.

Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan

metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui

rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar

hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid

D. KLASIFIKASI

1. Goiter Nodular Toksik

Paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi

goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul secara

lambat. Pasien mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten

terhadap terapi digitalis. Pasien dapat pula memperlihatkan bukti-bukti

penurunan berat badan, lemah dan pengecilan otot. Pasien goiter nodular

toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata ( melotot, pelebaran

fissure palpebra, kedipan mata berkurang), akibat aktivitas simpatis yang

berlebihan. Pasien hipertiroidisme berat dapat krisis atau badai tiroid. Pada

kasus ini biasanya manifestasi klinis yang disebutkan di atas menjadi

semakin berat sehingga akhirnya menjadi factor yang membahayakan

kehidupan. Demam mungkin selalu ada dan ini merupakan indikasi adanya

komplikasi yang serius.

Page 3: lp struma

2. Goiter non toksik

Merupakan gangguan yang sangat sring dijumpai dan menyerang 16

% perempuan dan 4 % laki-laki. Yang berusia antara 20 – 60 tahun.

Biasanya tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi

kadang-kadang timbul komplikasi-komplikasi. Tiroid mungkin membesar

secara difus atau bernodula. Etiologi goiter non toksik antara lain adalah

defisiensi yodium atau gangguan kimia intratiroid yang disebabkan oleh

berbagai factor. Akibat gangguan ini, kapasitas kelenjar tiroid untuk

memproduksi tiroksin terganggu, mengakibatkan peningkatan TSH dan

hyperplasia serta hipertrofy folikel tiroid. Hyperplasia mungkin bergantian

dengan fibrosis dan dapat timbul nodula – nodula yang mengandung folikel

tiroid.

Secara klinis dapat memperlihatkan penonjolan di sepertiga bagian

bawah leher. Goiter yang berat dapat menimbulkan masalah kompresi

mekanis disertai pergeseran letak trakhesa dan oesophagus dan gejala-

gejala obstruktif.

E. MANIFESTASI KLINIS

Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.

Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma

cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan

pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.

Page 4: lp struma

Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau

hipertirodisme. Benjolan di leher. Peningkatan metabolism karena klien

hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ;

jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin,

diare, gemetar, dan kelelahan. Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa,

dibedakan dalam hal :

1.      Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)

2.      Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras.

3.      Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada

4.      Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.

5.      Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.

F.   PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih,

konsistensinya kenyal.

2. Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)

3. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3

(triyodotironin) dalam batas normal. Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-

11

4. Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau

tidaknya nodul.

5. Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsy aspirasi jarum halus

yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman

Page 5: lp struma

6. Pemeriksaan sidik tiroid. Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu :

a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang

dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.

b. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada

sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.

c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini

berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

G. PENATALAKSANAAN

1. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di

daerah endemik sedang dan berat.

2. Edukasi

Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan

dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.

3. Penyuntikan lipidol

Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah

endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang

dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun

diberi 0,2 cc – 0,8 cc.

4. Tindakan operasi (strumektomi)

Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan

operasi bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya :

Page 6: lp struma

penekanan pada organ sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan

yang pasti akan dicurigai.

5. L-tiroksin selama 4-5 bulan

Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan

pemeriksaan sidik tiroid ulng. Apabila nodul mengecil, terapi dianjutkan

apabila tidak mengecil bahkan membesar dilakukan biopsy atau operasi.

6. Biopsy aspirasi jarum halus

Dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10mm.

H. PENCEGAHAN

Dapat di cegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak di

daerah yang kandungan yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena asupan

rerata yodium kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam

hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup

untuk pencegahan pembesaran kelenjar tiroid. Pengenalan garam beryodium

merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit

ini dalam masyarakat yang rentan.

Page 7: lp struma

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian

Aktivitas istrahat

Gejala : insomnia, sensivitas meningkat

Otot lemah, gangguan koordinasi

Kelelahan berat

Tanda : atrofi otot

Sirkulasi

Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda : disritmia, irama gallop. Murmur

Peningkatan tekanan darah, takikardi saat istrahat

Eliminasi

Gejala : urin dalam jumlah banyak

Perubahan dalam feses/diare

Integriitas Ego

Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik

Page 8: lp struma

Tanda : emosi labil

Makanan/cairan

Gejala : kehilangan berat badan yang mendadak

Nafsu makan meningkat, makan banyak, makan sering,

kehausan, mual munta.

Tanda : pembesaran tiroid/goiter

Neurosensori

Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan

perilaku seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka

rangsang, delirium, psikisis

hiperaktif refleks tendon

Nyeri/ketidak nyamanan

gejala : nyeri orbital, fotofobia

Pernapasan

Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea

Dispnea, edema paru

Keamanan

Gejala : Tidak toleransi terhadap, kering yang berlebihan

Alergi terhadap iodium

Tanda : suhu meningkat, kulit halus hangat dan kemerahan,

rambut tipis, mengkilat dan lurus.

Seksualitas

Page 9: lp struma

Tanda : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

Penyuluhan

Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid

Riwayat hipotiroidisme, terapi hormone tiroid atau

pengobatan anti tiroid.

Riwayat pemberian insulin yang menyebabkan gangguan

jantung atau pembedahan jantung.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan sidik tiroid

2. Pemeriksaaan ultrasonografi

3. Biopsy aspirasi jarum halus

4. Termografi

5. Petanda tumor

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN NTERVENSI

KEPERAWATAN

PRA OPERASI

1. Kelelahan b/d hipermetabolik

Tujuan: mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat

energy

Intervensi mandiri

a. Pantau TTV baik saat istrahat maupun saat melakukan aktivitas

Page 10: lp struma

R/: nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat/ takikardi

di atas 160x/i

b. Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis

R/: kebutuhan dan konsumsi o2 akan ditingkatkan pada keadaan

hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia

saat melakukan aktivitas

c. Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang

R/: menurunkan kemungkinan yang dapat menimbulkan agitasi,

hiperaktif dan insomnia.

d. Kolaborasi

Berikan obat sedative misalnya fenobarbital dan tranquiliser

2. Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi

terhadap b/d mual dan muntah

Tujuan: menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan

nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda-

tanda malnutrisi.

Intervensi:

a. Auskultasi bising usus

R/: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas

lambung yang mengubah fungsi absorbsi

b. Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum nyeri,

munculnya mual dan muntah.

Page 11: lp struma

R/: peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan

sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia,

polidipsia, perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.

c. Pantau masukan makanan setiap harridan timbang berat badan

setiap hari serta laporkan adanya penurunan.

R/: penurunan berat badan terus-menerus dalam keadaan masukan

kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi

tiroid.

d. Kolaborasi:

Konsultasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori,

protein, karbohidrat dan vitamin.

R/: memerlukan bantuan untuk menjamin zat-zat makanan yang

adekuat.

3. Ansietas b/d factor fisiologis hipermetabolik

Tujuan: tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada

tingkat yang dapat diatasi.

Intervensi:

a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas

R/: ansietas rinagn dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan

insomnia. Ansietas berat dapat berkembang ke dalamperasaan

panic yang dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidak

mampuan untuk bicara dan bergerak.

Page 12: lp struma

b. Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang

hiperventilasi, insomnia

R/: peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik pada

daerah reseptor bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormon

tiroid . menimbulkan menifestasi klinikdari peristiwa kelebihan

katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.

c. Kolaborasi:

Berikan obat antiansietas (transquilizer, sedative) dan pantau efek-

efeknya.

R/: dapat digunakan bersamaan dengan pengobatan untuk

menurunkan pengaruh dan sekresi hormone tiroid yang

berlebihan.

4. Pola napas tidak efektif b/d penekanan kelenjar tiroid terhadap

trachea

Tujuan : Selama dalam perawatan, pola napas klien efektif kembali

(sambil menunggu tindakan pembedahan bila di perlukan)

Intevensi :

a. Batasi aktivitas, hindari aktivitas yang berlebihan/melelahkan

R/: aktivitas yang berlebihan dapar maningkatkan kerja

pernapasan

b. Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan

R: meningkatkan kenyamanan dan mengefektifkan jalan napas.

Page 13: lp struma

c. Bantu aktivitas klien di tempat tidur

R/: meminimalkan penggunaan energi yang dapat memperberat

kerja pernapasan

d. Kolaborasi pemberian o2

R/:Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja pernapasan.

5. Gangguan konsep diri; citra diri b/d perubahan bentuk leher

Tujuan : setelah menjalani perawatan, klien memiliki gambaran

diri yang positif kembali,

Intervensi

a. Dorong klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang

bentuk leher yang berubah.

R/: sebagai acuan untuk melaksanakan untuk intervensi

selanjutnya.

b. Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan

keluar yang dapat dilakukan seperti tindakan operasi.

R/: mengidentifikasi penyebab gangguan konsep diri dan

meningkatkan percaya diri klien melalui pemberian informasi

mengenai tindakan yang dilakukan sebagai jalan keluar.

c. Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk

mengurangi perasaan malu seperti menggunakan baju yang

berkerah tertutup.

Page 14: lp struma

R/: membantu meningkatkan percaya diri klien

PASCA OPERASI/TIROIDEKTOMI

1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan:

a. Menyatakan nyeri hilang

b. Menunjukkan tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam

aktivitas/tidur/istrahat dengan tepat

c. Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas

terapheutik sesuai indikasi untuk situasi individual.

Intervensi Mandiri:

a. Berikan tindakan nyaman (contoh: pijatan punggung, perubahan

posisi), dan aktivitas hiburan (contoh melihaht TV, duduk dan

membaca)

R/: meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan

perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri/ketidak nyamanan.

Dapat menurunkan kebutuhan dosis /frekuensi analgesic

b. Selidiki perubahan karakteristik nyeri

R/: dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan

evaluasi lanjut/intervensi

c. Obati sebelum aktivitas/tindakan sesuai indikasi

R/: dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program

pengobatan

d. Jadwalkan aktivitas perawatan untuk keseimbangan dengan

periode tidur/istirahat adekuat

R/: mencegah kelelahan/terlalu lelah dapat meningkatkan koping

terhadap stress/ketidak nyamanan

Page 15: lp struma

e. Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stress, contoh: tehnik

relaksasi, bimbingan imajinasi

R/: meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan

analgesic dan meningkatkan penyembuhan.

Kolaborasi:

a. Berikan analgesic, contoh: kodein, ASA, dan darvo sesuai indikasi

R/: mengurangi rasa nyeri

2. Kerusakan komunikasi verbal cedera pita suara,nyeri/ketidak

nyamanan

Tujuan: mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan

dapat dipahami

Intervensi mandiri:

a. Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak berbicara

terus-menerus

R/: suara serak akibat sakit tenggorok, pembedahan atau karena

edema jaringan dapat hilang dalam beberapa hari

b. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang

hanya memerlukan jawaban “ya atau tidak“

R/: menurunkan kebutuhan berespon,mengurangi bicara

c. Pertahankan lingkungan yang tenang

R/: meningkatkan kemampuan untuk mendengarkan komunikasi

perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan

pasien untuk didengarkan.

Page 16: lp struma

d. Kolaborasi

Konsul dengan agen rehabilitasi(contoh patologis wicara,

pelayanan sosial) selama rehabilitasi dasar di rumah sakit sesuai

komunikasi.

3. Resiko tinggi bersihan jalan napas tak efektif b/d obstruksi

trakea, pembengkakan,perdarahan

Tujuan:Mempertahankan jalan napaas paten dengan bunyi napas

bersih

Intervensi mandiri:

a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas misalnya mengi

atau snoring

R/: beberapa derajat spasme terjadi dengan obstruksi jalan nafas

dan dapat/tak dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

b. Awasi frekuensi/kedalaman pernafasan. Catat kemudahan

bernafas, auskultasi bunyi nafas. Selidiki kegelisahan, dispnea dan

terjadinya sianosis

R/: perubahan pada pernafasan, penggunaan otot aksesoris

pernapasan, dan/atau adanya bunyi nafas tambahan diduga ada

obstruksi. Obstruksi jalan nafas (meskipun sebagian) dapat

menimbulkan tidak efektifnya pola pernafasan dan gangguan

pertukaran gas yang dapat menyebabkan komplikasi

c. Tinggikan kepala 30 – 45 °

R/ memudahkan kerja pernafasan

Page 17: lp struma

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L Y, 2001, Hand Book of Nursing Diagnosis, Edisi 8, EGC : Jakarta

Doengoes, dkk, 2000, Nursing Care Plans : Guideline For Planning And

Dokumentating

            Care. EGC : Jakarta.

Hidayat, Syamat, dkk, 2000. Edisi Revisi Buku Ilmu Ajar Bedah,EGC : Jakarta.

Manjoer, Arief, dkk, 2000.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapius :