lp selulitis

12
SELULITIS A. PENGERTIAN Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kul it dan jaringan subkutan biasanyadisebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah (Tucker, 1998). Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian Jaringan subkutan (mansjoer, 2000). Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan Suddarth, 2000). Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bak teri stapilokokus aureus, streptokokus grup A dan streptokokus piogenes. Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik sebagai berikut : § Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis § Mengenai pembuluh limfe permukaan § Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas B. ETIOLOGI Menurut Alpers Ann (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B, Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus grup A. Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus, (Medicastore, 2010). Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan

Upload: dwi-astika-sari

Post on 18-Jan-2016

248 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

surgikal

TRANSCRIPT

Page 1: LP Selulitis

SELULITIS

A. PENGERTIAN

Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan

biasanyadisebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun

demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi  pada ekstrimitas

bawah (Tucker, 1998).

Selulitis  adalah  inflamasi  supuratif  yang  juga  melibatkan  sebagian Jaringan

subkutan (mansjoer,  2000).

Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan

Suddarth, 2000).

Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus,

streptokokus grup A dan streptokokus piogenes.

Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik

sebagai berikut :

§ Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis

§ Mengenai pembuluh limfe permukaan

§ Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

B. ETIOLOGI

Menurut Alpers Ann (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B,

Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus grup A.

Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab yang

paling sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus, (Medicastore, 2010).

Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama

celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan

pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy). Walaupun selulitis dapat

terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi adalah di kaki, khususnya di kulit

daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada anak-anak usia di bawah 6 tahun, bakteri

Hemophilus influenzae dapat menyebabkan selulitis, khususnya di daerah wajah dan

lengan.

Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah resiko

dari perkembangan selulitis, antara lain :

1. Usia

Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang

pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti

selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinka.

Page 2: LP Selulitis

2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)

Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.

Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat

pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.

3. Diabetes mellitus

Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun

tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada

ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk

bagi bakteri penginfeksi.

4. Cacar dan ruam saraf

Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri

penginfeksi.

5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)

Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri

penginfeksi.

6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki

Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri

penginfeksi masuk

7. Penggunaan steroid kronik

Contohnya penggunaan corticosteroid.

8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia

9. Penyalahgunaan obat dan alkohol

Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.

10. Malnutrisi

Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah

timbulnya penyakit ini.

C. PATOFISIOLOGI

Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan

kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,

rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak

adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua

ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi

hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.

Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,

streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang

Page 3: LP Selulitis

bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang

mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun

etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh

campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram

pus menunjukkan adanya organisme campuran.

Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat

mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan

peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut  Mansjoer (2000) manifestasi klinis  selulitis adalah Kerusakan kronik pada kulit

sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus

subkutan,  eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan dibawahnya,

Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-

rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

b. BUN level

c. Kreatinin level

d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga

e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah

penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.

f. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi

beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada

tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan

tidak ada faktor resiko.

2. Pemeriksaan Imaging

a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti

kriteria yang telah disebutkan)

b. CT (Computed Tomography)

Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata

klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi

selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan

infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

Page 4: LP Selulitis

F. KOMPLIKASI

Bakteremia

Nanah atau local Abscess

Superinfeksi oleh bakteri gram negative

Lymphangitis

Trombophlebitis

Ellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis

sebesar 8%.

Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus

melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

G. PENATALAKSANAAN

1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan

harus diperhatikan.

2) Sistemik

Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis

Penisilin G prokain dan semisintetiknya

a) Penisilin G prokain

Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin

merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota

besr perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak

dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin

sering terjadi syok anafilaktik.

b) Ampisilin

Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100

mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

c) Amoksisilin

Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam

3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan.

Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi

dalam plasma lebih tinggi.

d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase

Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,

flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis

flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4

dosis.

Linkomisin dan Klindamisin

Page 5: LP Selulitis

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu

dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak

yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16

mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4

dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-

penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis

pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi

dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek

sampingnya lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh

adanya makanan dalam lambung.

Eritromisin

Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan

linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberi

rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-50 mg/kgBB/hari

dibagi dalam 3-4 dosis.

Sefalosporin

Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan

tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk

kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.

Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m

sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50

mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

3) Topikal

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis.

Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak

tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin,

dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram. Neomisin, yang

di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan.

Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya

murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim.

Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas

kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 x.

yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi

karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan

mengiritasi kulit.

Page 6: LP Selulitis

4) Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta

memiliki gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi

pengangkatan pada jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse,

pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam jumlah yang banyak, dan dalam

beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Identitas

Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama:

Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil

dan malaise

b. Riwayat penyakit dahulu:

Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap

penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.

c. Riwayat penyakit sekarang

Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,

terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap

d. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau

penyekit kulit lainnya

3. Keadaan emosi psikologi

Pasien tampak tenang,dan emosional stabil

4. Keadaan social ekonomi

Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana

5. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Lemah

TD : Menurun (< 120/80 mmHg)

Nadi : Turun (< 90)

Suhu : Meningkat (> 37,50)

RR : Normal

Page 7: LP Selulitis

a. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak

b. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)

c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping

d. Mulut : Kebersihan, tidak pucat

e. Telinga : Tidak ada serumen

f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

g. Jantung : Denyut jantung meningkat

h. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas

i. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di

suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak,

dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang

terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar

berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Gangguaan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks

ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.

Intervensi:

a. Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri

b. Pertahankan ekstrimitas yang dipengaruhi dalam posisi yang ditemukan

c. Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49 – 72 jam

d. Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan

e. Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk

menccegah penekanan dan kelelahan.

f. Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi,

relaksasi dan lainnya.

g. Tingkatkan aktivitas distraksi.

2. Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor.

Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.

Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit bersih, kering

dan area sekitar bebas dari edema, suhu normal.

Intervensi:

a. Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan

b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan

mobilitasasi.

Page 8: LP Selulitis

c. Pertahankan teknik aseptic

d. Gunakan kompres dan balutan

e. Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah

Kriteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan tindakan

kewaspadaan aseptic yang tepat. Mengekspresikan pemahaman perkembangan

yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.

Intervensi:

a. Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya

teknik aseptic.

b. Diskusikan tentang mempertahankan peninggian dan imobilisasi ekstrimitas

yang ditentukan

c. Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong.

d. Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter

e. Diskusikan jadwal pengobatan

f. Tekankan pentingnya diet nutrisi.

Page 9: LP Selulitis

DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC

Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Fitzpatrick. (2005). Clinical Dermatology hal 603-612.5th ed.

Fitzpatrick. (2007). Dermatology in general medicine hal 1893.6th ed.