lp polip nasi

12
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POLIP NASI OLEH: NI MADE ANGGA AGUSTINI 1202105045 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: angga-agustini

Post on 20-Oct-2015

117 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jika ingin mengerti baca terlebih dahulu

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN POLIP NASI

OLEH:

NI MADE ANGGA AGUSTINI

1202105045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2014A. Konsep Dasar Penyakit1. Pengertian

Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat didalam rongga hidung. Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang banyak berisi cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal atau sering kali bilateral. Polip hidung sering berasal dari sinus maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksila, masuk kerongga hidung dan membesar di koana dan nasoparing. Polip ini disebut polip koana (Antro Koana). Secara makroskopis polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna putih atau ke abu- abuan secara mikroskopis tampak sub mukosa hipertropi dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel eosinopil, limpost, dan sel plasma yang letaknya berjauhan di pisahkan oleh cairan intra seluler, pembuluh darah, saraf, dan kelenjar sangat sedikit. Polip ini dilapisi oleh epitel thorax berlapis semu.2. Etiologi

Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis (mucoviscidosis). Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip, antara lain: Alergi terutama rinitis alergi

Iritasi Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik dan berulang.

Terjadinya peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung.Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli. Fenomena Bernoulli yang dimaksud yaitu udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut. Akibatnya timbullah edema mukosa.Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah polip hidung. Ada juga bentuk variasi polip hidung yang disebut polip koana (polip antrum koana). Polip Hidung Polip hidung biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. 3. Patofisiologi

Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media. Berikut penjabaran patofisiologi polip hidung dalam pohon masalah :

4. Gejala KlinisGejala yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya sumbatan yang berat dapat menyebabkan hilangnya indra penciuman. Gangguan drainase sinus dapat menyebabkan nyeri kepala dan keluarnya sekret hidung. Bila penyebabnya alergi, penderita mengeluh adanya iritasi hidung yang disertai bersin-bersin. Pada Rinoskopi anterior polip hidung sering kali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip ( Konka Polipoid ). Perbedaan antara polip dan konka : Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila ditekan, tidak mudah berdarah, dan pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil. Konka Polipoid tidak bertangkai sehingga sukar digerakkan, konsistensinya keras, nyeri bila ditekan dengan pinset, mudah berdarah, dan dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor.

5. Pemeriksaan Diagnostik

Karena polip menyebabkan sumbatan hidung, maka harus dikeluarkan, tetapi sumbatan karena polip tidak hanya ke dalam rongga hidung yang menghalangi aliran udara , tetapi juga aliran sinus paranasal sehingga infeksi di dalam sinus mudah terjadi. Apabila sewaktu polip dikeluarkan terjadi infeksi yang tidak diketahui, maka dapat terjadi perdarahan sekunder. Atas alasan ini maka sebelum setiap operasi dilaksanakan, perlu diadakan pemeriksaan rontgen sinus dan pembuatan biakan hapus dari hidung. Sehingga setelah polip dikeluarkan dan dilakukan pemeriksaan histologi, sebaiknya klien dikirim ke ahli alergi untuk mencari penyebabnya serta pengobatan.6. Tindakan Penanganan Polip yang masih kecil mungkin dapat diobati secara konservatif dengan pemberian kortikosteroid per oral. Lokal disuntikkan ke dalam polip atau topical sebagai semprotan hidung. Polip yang sudah besar dilakukan ekstraksi polip / polipeptomi dan menggunakn senar polip. Apabila terjadi infeksi sinus, irigasi perlu dilakukan dan cara ini dilakukan dengan perlindungan antibiotic.

Pada kasus polip yang berulang-ulang perlu dilakuka operasi etmoidektomi karena pada umumnya polip berasal dari sinus etmoid. Etmoidektomi ada 2 cara, yaitu :

Intra nasal

Ekstra nasal Polip bisa tumbuh kembali oleh karena itu pada pengobatan perlu ditujukan pada penyebabnya, misalnya alergi.B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

IDENTITAS

Nama

: -

Umur

: -

Jenis Kelamin: -

Agama

: -

Alamat

: -

Suku Bangsa: -

Pekerjaan: -

Pendidikan: -

RIWAYAT KEPERAWATAN

a. Keluhan Utama :

Menanyakan keluhan utama yang dirasakan klien.

b. Riwayat penyakit sekarang :

Menanyakan riwayat penyakit yang sedang dialami klien (dapat merupakan diagnosa medis dan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan untuk klien tersebut).

c. Riwayat kesehatan terdahulu :

Menanyakan penyakit yang pernah klien alami sebelumnya dan memiliki hubungan dengan penyakit yang sedang klien alami saat ini.

d. Riwayat Kesehatan Lingkungan :

Menanyakan keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggal dan lingkungan dimana klien melakukan aktivitas sehari-hari.

POLA FUNGSI KESEHATAN

a. Pola persepsikesehatan

menanyakan presespsi tentang penyakitnya dan penanganan kesehatan apa yang sudah dilakukan.

Apakah ada riwayat infeksi sebelumya?

Apakah pernah meakukan pengobatan lains ebelumnya?

Apakah klien pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya : vitamin, jamu, dll.

Apakah klien ruitn melakukan konsultasi kedokter?

Bagaimana Lingkungan tempat tinggal klien?

b. Pola nutrisi metabolic

Menanyakan bagaimana asupan nutrisi klien dan pola makan sehari-hari.

Bagaimana pola makan klien setiap hari? (jumlah makanan, waktu makan, berapa kali seharimakan)

Apakah klien punya kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan manis?

Apakah nafsu makan klien meningkat?

Apakah klien sering minum ?

c. Pola aktifitas latihan

Menanyakan bagaimana aktivitas klien, apakan aktifitasnya bisa dilakukan secara mandiri atau memerlukan bantuan.

AKTIFITAS01234

Mandi

Berpakaian

Eliminasi

Mobilitas di tempat tidur

Pindah

Ambulansi

Makan

0 = mandiri

1 = menggunakan alat bantu

2 = dibantu orang lain

3 = menggunakan alat&dibantu orang lain

4 = tergantung total

d. Pola istirahat tidur

Menanyakan pola tidur dari klien.

Apakah klien dapat tidur atau beristirahat dengan baik?

Bagaimana durasi tidur sehari-hari klien?

Apakah klien mengalami kesulitan tidur pada malam hari?

e. Pola eliminasi

Menanyakanpolaeliminasi (BAB dan BAK)

Apakah klien BAK dengan normal atau mengalami gangguan dalam proses eliminasinya?

Bagaimana pola berkemih klien, teratur atau tidak?

f. Pola kognitif perceptual

Menanyakan bagaimana pola pengindraan klien, prespsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan.

g. Pola konsep diri

Menanyakan bagaimana klien memandang dirinya sebelum dan setelah menderita sakit tersebut

h. Pola Mekanisme Kopingdan Toleransi Terhadap StressMenanyakan apa yang biasa dilakukan klien saat memiliki masalah ataupun yang berhubungan dengan penyakitnya.

i. Pola seksual reproduksi

Menanyakan apakah pola seksual klien terganggu akibat sakit yang diderita?

j. Pola peran hubungan

Menanyakan bagaimana hubungan klien dengan orang-orang disekitarnya.

Apakah klien hidup sendiria tau berkeluarga?

Bagaimana frekuensi interaksi klien, berkurang atau tidak?

k. Pola nilai kepercayaan

Menanyakan kepercayaan klien

Apakah Agama yang dianut oleh klien?

Apakah klien rutin melakukan ibadahnya?

Apakah ada hambatan yang menyebabkan perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah?

PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah: -

Nadi

: -

Suhu

: -

Laju pernapasan: -

b. Keadaan umum

Perhatikan tingkat kesadaran umum klien (konsentrasi, fokus, dan respon klien) dan penampilan umum klien (rapi, bersih, atau tidak)

c. Mata

Inspeksi :Perhatikan bentuk bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sclera, kornea, dan pupil.

d. Mulut

Inspeksi : keadaan mulut klien (warna, bau, mukosa)

e. Kulit

Palpasi : suhu permukaan tubuh klien

f. Ekstermitas bawah

Inspeksi : adanya luka lecet pada ujung jari (konsistensi, warna, ukuran, bau, dan eksudat)

Palpasi : kaji sensasi baal pada kaki

g. Genetalia

Kaji perkembanga reproduksi klienDS : DO :