lp nefropati diabetik
DESCRIPTION
kmbTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN NEFROPATI DIABETIK
DI RUANG WING MELATI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
DISUSUN OLEH:
RIA MAGDALENA
P. 17420113026
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN NEFROPATI DIABETIK
DI RUANG WING MELATI RSUD DR. MOEWARDI
I. KONSEP DASAR NEFROPATI DIABETIK
A. PENGERTIAN
Nefropati diabetik adalah sindroma klinik yang ditandai dengan keadaan
mikroalbuminuria persisten bersama - sama dengan DM tipe 1 atau DM tipe 2. Nefropati
diabetik sering diderita pasien DM tipe1 dengan riwayat penyakit lama. Pada awalnya,
pasien memperlihatkan hiperfiltrasi, ditandai dengan nilai GFR yang tinggi, kira - kira
dua kali dari nilai normal dan adakalanya dengan kejadian mikroalbuminuria
(Sukandar,2006).
Penyakit ginjal diabetik (PGD) atau nefropati diabetik (ND) merupakan salah satu
komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes. Pada penyakit ini terjadi
kerusakan pada filter ginjal atau yang dikenal dengan glomerulus. Oleh karena terjadi
kerusakan glomerulus maka sejumlah protein darah diekskresikan ke dalam urin secara
abnormal. Protein utama yang diekskresikan adalah albumin. Pada keadaan normal
albumin juga diekskresikan dalam jumlah sedikit dalam urine. Peningkatan kadar
albumin dalam urine merupakan tanda awal adanya kerusakan ginjal oleh karena
diabetes. (Sundoyo, 2006)
B. ETIOLOGI NEFROPATI DIABETIK
1. Perbedaan tipe Diabetes Melitus
Sebuah studi yang dilakukan honey dkk ditahun 1962 dan Thompson ditahun
1965 mengindikasikan kira- kira 90% pasien DM tipe 1 dengan durasi 10 tahun
sering ditemukan kejadian glomerulosklerosis, meskipun separuh angka dari jumlah
pasien tersebut akan berkembang kearah persistensi proteinuria
2. Perbedaan genetik
Faktor genetik yang menjadi titik berat disini adalah antigen HLA - B8, yang
mempunyai peran dalam kepekaan terhadap nefrotoksis noksa seperti reaksi vaskuler
terhadap hormon vasoaktif, faal trombosit dan inervasi simpatetik.Penelitian
menyimpulkan, hiperglikemik tak terkendali meningkatkan faktor resiko nefropati
pada DM tipe 1 bila disertai faktor predisposisi genetik hipertensi
3. Anemia
Brenner menyatakan teori hiperfiltrasi bahwa progresivitas penyakit ginjal berawal
dari perubahan hemodinamik glomerulus. Kerusakan tubulointerstinal
mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus melalui berbagai cara sehingga
mengakibatkan jejas iskemia pada nefron.Ginjal merupakan organ perfusi baik, bila
dibandingkan antara berat organ dan asupan oksigen permenit. Namun tekanan
oksigen jaringan pada ginjal lebih rendah dibandingkan organ lain. Hal ini
berhubungan dengan struktur morfologi korteks dan medulla yang berkelok
memungkinkan laju difusi oksigen dari arteri menuju vena sebelum masuk
kapiler,hal ini mengindikasikan rendahnya tekanan oksigen pada medulla dan kortek
ginjal
4. Lama menderita diabetes melitus
Penelitian dilakukan Warram dkk,1996 pada pasien dengan menderita diabetes
mellitus tipe 1 mengindikasikan bahwa peningkatan mikroalbuminuria dan
persistensi proteinuria meningkat seiring dengan lama durasi dari deteksi pasien
terkena diabetes. Sesudah 7 tahun pasien awal yang rata- rata berumur 9 tahun akan
muncul tanda - tanda nefropati diabetic. Setelah 30 tahun dievaluasi maka hasinlnya
terjadi peningkatan mikroalbuminuria sebesar 27%
5. Konsumsi protein hewani
Protein hewani yang berlebihan dapat meningkatkan perubahan - perubahan
hemodinamik intrarenal pada pasien yang telah mempunyai dasar penyakit ginjal.
Percobaan dari heidlana dkk,1995 mengindikasikan bahwa diet kaya protein pada
binatang percobaan menyebabkan kenaikan filtrasi glomerulus,hipertensi
intraglomerulus, dan berakhir dengan kerusakan nefron
6. Penyakit vaskular lain
Peningkatan vasokontriksi, hipertrofi vaskuler dan refraksi vaskuler merupakan efek
dari peningkatan tekanan darah. Ketiga gangguan vaskuler tersebut akan
meningkatkan tekanan darah yang berkibat pada peningkatan progresifitas diabetik
nefropati. (Sundoyo, 2006)
C. KLASIFIKASI NEFROPATI DIABETIK
Menurut Mogensen (2008) membagi stadium Nefropati Diabetik menjadi 5
tahap,yaitu :
1) Tahap 1
Terjadi hipertrofi dan hiperfiltrasi pada saat diagnosis ditegakkan. Laju filtrasi
glomerolus dan laju ekskresi albumin dalam urin meningkat.
2) Tahap 2
Secara klinis belum tampak kelainan yang berarti, laju filtrasi glomerolus tetap
meningkat,ekskresi albumin dalam urin dan tekanan darah normal. Terdapat
perubahan histologis awal berupa penebalan membrana basalis yang tidak spesifik.
Terdapat pula peningkatan mesangium fraksional
3) Tahap 3
Pada tahap ini ditemukan mikroalbuminuria. Laju filtrasi
glomerulus meningkat atau dapat menurun sampai derajat normal. Laju ekskresi
albumin dalam urin adalah 30 - 300 mg/24 jam. Tekanan darah mulai meningkat.
Secara histologis,didapatkan peningkatan ketebalan membrana basalis dan volume
mesangium fraksional dalam glomerulus
4) Tahap 4
Merupakan tahap nefropati yang sudah lanjut. Perubahan histologis lebih jelas, juga
timbul hipertensi pada sebagian besar pasien. Sindroma nefrotik sering ditemukan
pada tahap ini. Laju filtrasi glomerulus menurun, sekitar 10 ml/menit/tahun
dankecepatan penurunan ini berhubungan dengan tingginya tekanan darah.
5)Tahap 5
Tahap gagal ginjal, saat LFG sudah sedemikian rendah sehingga penderita
menunjukkan tanda - tanda sindrom uremik
Tahapan Nefropati Diabetikum Oleh Mogensen
Tahap Kondisi Ginjal AER LFG TD Prognosis1 Hipertrofi
HiperfungsiN N Reversible
2 Kelainan Struktur N / N Mungkin Reversible3 Mikroalbuminuria
Persisten20-200
mg/menit / N Mungkin Reversible
4 MakroalbuminuriaProteinuria
>200 mg/menit
Rendah Hipertensi Mungkin Bisa Stabilisasi
5 Uremia Tinggi/Rendah < 10 ml/menit
Hipertensi Kesintasan tahun + 50%
AER = Albumin Excretion Rate, LFG = Laju Filtrasi Glomerulus (GFR), N = Normal, TD = Tekanan Darah
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan nefropati diabetic dapat menunjukkan gambaran gagal ginjal
menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak napas akibat penimbunan
cairan (edema).Adanya gagal ginjal yang dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin/ureum serum ditemukan berkisar antara 2 % sampai 7,1 % pasien diabetes
miletus.
Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain
merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetic. Proteinuria ditemukan pada 13,1 %
sampai 58% pasien diabetes melitus. Gambaran klinis awalnya asimtomatik, kemudian
timbul hipertensi, edema dan uremia.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar glukosa darah
Sebagaimana halnya penyakit DM, kadar glukosa darah akan meningkat. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa pada tahap lanjut yaitu bila terjadi gagal ginjal, kadar gula
darah bisa normal atau malahan rendah. Hal ini disebabkan menurunnya bersihan
ginjal terhadap insulin endogen maupun eksogen.
- HbA1C
- Ureum
- Creatinin Σ dapat meningkat pada kerusakan ginjal lanjut
- BUN
- Urine
- Urin rutin ; tampak gambaran proteinuria
- Aseton
- Dipstik untuk albumin/ mikroalbumin
- Penentuan protein dalam urin secara kuantitatif
b. USG ginjal
Untuk mengamati ukuran ginjal, biasanya ukuran meningkat pada tahap awal dan
kemudian menurun atau menyusut pada gagal ginjal kronik. Dapat juga untuk
menggambarkan adanya obstruksi, sebagai study Echogenisitas pada gagal ginjal
kronik.
Serum dan electrophoresis urine ditujukan untuk menyingkirkan multiple
myeloma dan untuk mengklasifikasikan proteinuria (dimana predominan pada
glomerolus pada nephropati diabetic).
II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN NEFROPATI DIABETIK
A. Pengkajian
Pengkajian primer
a. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas oleh adanya aspirasi metabolik,
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk,dan lain-lain.
b. Breathing
Kelemahan menelan / batuk / melindungi jalan nafas, timbulnya pernafan yang sulit
dan atau tidak teratur, suara nafas terdengar rocki.
c. Circulasi
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantumh normal pada tahap dini, kulit dan membran mukosa pucat dingin,sianosis
pada tahap lanjut.
Pengkajian sekunder
a. Pola persepsi kesehatan dan pemiliharaan kesehatan
1) Riwayat DM dalam keluarga.
2) Usia< 30 atau> 30 tahun.
3) Obesitas.
4) Riwayat penggunaan obat-obatan.
b. Pola nutrisi metabolik
1) Rasa lapar dan haus berlebihan.
2) Mual, muntah.
3) Suka makan yang manis-manis.
4) Penurunan berat badan.
5) Luka sulit sembuh.
6) Inspeksi kulit: kering (mukosakering), bekasluka (akibat penyembuhan yang
lama).
c. Pola eliminasi
1) Polyuria, nokturia
2) Inkontinensiauri.
3) Konstipasi/ diare.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Lelah mendadak.
2) Kram otot.
3) Kurang olahraga atau latihan.
4) Hipotensi orthostatic
e. Pola tidur dan istirahat
1) Tidur terganggu karena nokturia.
2) Mudah mengantuk setelah makan.
3) Pola persepsi kognitif
4) Pusing, sakitkepala.
5) Gatal - gatal.
6) Pandangan kabur.
7) Nyeri abdomen (uluhhati).
8) Rasa baal, kesemutan.
f. Pola persepsi dan konsep diri
1) Gangguan body image.
2) Merasa rendah diri.
g. Pola reproduksi dan seksualitas
Impoten, penurunan libido, vaginitis
h. Pola mekanisme koping dan toleransi stress
Cemas, apatis, depresi.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2006)
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, Marilynn E, dkk, (2006), ada beberapa diagnosa keperawatan
Nefropati Diabetik, yakni :
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema
sekunder
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka diabetik
c. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
d. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
C. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema
sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan
kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
1) Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
2) Batasi masukan cairan
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
4) Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan haluaran
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka diabetik
Tujuan:Gangguan integritas kulit dapat berkurangatau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak
terinfeksi
Intervensi :
1) Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi
ganti balut.
2) Kaji tanda vital
3) Kaji adanya nyeri
4) Lakukan perawatan luka
5) Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
6) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
c. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
4) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
5) Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
6) Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
7) Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
8) Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
9) Kolaborasi dengan ahli diet.
d. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
1) Hindarkan lantai yang licin.
2) Gunakan bed yang rendah.
3) Orientasikan klien dengan ruangan.
4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
5) Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
Menurut Doenges, Marilynn E, dkk, (2006)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, (2006). Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3,
EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2006). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. EGC : Jakarta.
Sukandar,Enday.2006.Nefrologi klinik edisi III. Pusat informasi ilmiah bagian ilmu
penyakit dalam kedokteran UNPAD/R.S. Dr. Hasan Sadikin. Bandung
Sundoyo, Ari W, dkk. (Juni 2006), Penyakit Ginjal Diabetik, dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta,