lp konsep mobilisasi dan imobilisasi

17
LAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Desak Gd Desi Pradita NIM : 2009720014 Tempat Praktik : An-Nas I RSIJPD Tanggal Praktik : 4 s/d 23 November 2013 Mata Kuliah : Praktik Keterampilan Dasar Profesi Program /Semester : A Semester 1 (Satu) Th. Akademik : 2013 - 2014

Upload: r-tyas-saputri

Post on 24-Oct-2015

161 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

lpppp

TRANSCRIPT

Page 1: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Desak Gd Desi Pradita

NIM : 2009720014

Tempat Praktik : An-Nas I RSIJPD

Tanggal Praktik : 4 s/d 23 November 2013

Mata Kuliah : Praktik Keterampilan Dasar Profesi

Program /Semester : A Semester 1 (Satu)

Th. Akademik : 2013 - 2014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Page 2: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

I. Konsep Mobilisasi dan Imobilisasi

I.1.Definisi/ deskripsi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan

salah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi

adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-

hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),

mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non

verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau

berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.

I.2. Fisiologi atau fungsi normal

Kerangkan (skeleton) adalah rangkaian tulang yang mendukung dan

melindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Fungsi

utama kerangka itu adalah menyokong, melindungi, memberi bentuk tubuh dan

sebagai alat ungkit pada gerakan serta menyediakan permukaan untuk kaitan otot-

otot kerangka. Rangka tubuh manusia tersusun atas tiga macam jenis tulang, yaitu:

tulang rawan (kartilago), tulang keras, dan pengikat sendi (ligamen).

Kerangka manusia terdapat di dalam tubuh, sehingga sering disebut kerangka

dalam atau endoskeleton dan kerangka luar atau eksoskeleton. Gerakan tubuh

manusia di mungkinkan oleh kerjasama antara tulang dan otot. Otot yang

mempunyai daya kontraksi menggerakan tulang atau kulit dengan cara kerja

tertentu sehingga bergerak maka otot sering disebut alat gerak aktif, dan tulang

atau kulit sering disebut alat gerak pasif. Adapun beberapa faktor yang

mempengaruhi mobilisasi, antara lain:

a. Gaya Hidup : Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat

pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti

oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya

dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan

senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;

seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang

pramugari atau seorang pemambuk.

b. Proses Penyakit dan Injury : Adanya penyakit tertentu yang diderita

seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah

tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang

Page 3: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung

untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat

tidur karena mederita penyakit tertentu misalnya; CVA yang berakibat

kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

c. Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam

melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki

setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai

mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda

mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan

sebagainya.

d. Tingkat Energi : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau

energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan

dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

e. Usia dan Status Perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat

kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak

yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat

kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sehat.

f. Tipe Persendian dan Pergerakan Sendi : Dalam sistem muskuloskeletal

dikenal 3 macam persendian yaitu sendi yang dapat bergerak bebas

(diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (sinatrosis), dan sendi

dengan gerakan sedikit (amfiartroses).

I.3.Faktor yang mempengaruhi perubahan sistem tubuh akibat mobilisasi

1. Perubahan pada metabolisme

Secara umum imobilisasi dapat menggangu metabolisme secara

normal, mengingat imobiliasai dapat menyebabkan turunnya kecepatan

metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada turunnya basal

metabolisme rate (BMR) yang menyebabkan kurangnya energi untuk

perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat mempengaruhi gangguan oksigenasi

sel. Perubahan metabolisme imobilisasi dapat meningkatkan anabolisme

menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko

meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilisasi juga menyebabkan

penurunan eksresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat di

temukan pada pasien yang mengalami imobilisasi hari kelima dan keenam,

Page 4: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

beberapa dampak perubahan metabolisme, di anataranya adalah pengurangan

jumlah metabolisme, atropi kelenjar, dan katabolisme protein,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, determinasi tulang, gangguan dalam

mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal.

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak

dari imobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan

konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan

cairan tubuh. Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari

intravaskuler keinterestisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imoblilisasi juga dapat menyebabkan

determinasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatkan

determinasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi kalium.

3. Gangguan perubahan zat gizi (gangguan dalam kebutuhan nutrisi)

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunya

pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat

makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa,

asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk

melaksanakan aktivitas metabolisme.

4. Gangguan fungsi garstointestinal

Imobilisasi dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, hal

ini di sebabkan akrena imobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang

dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan

keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat

menyebabkan gangguan proses eliminasi.

5. Perubahan system pernafasan

Imobilisasi menyebabakan terjadinya perubahan system pernafasan,

akibat imobilisasi, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru-paru menurun,

dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme

terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan

penurunan aliran oksigen dari alveoli kejaringan, sehingga mengakibatkan

anemia. Penurunan ekspansi paru-paru dapat terjadikarena tekanan yang

meningkat oleh permukaan paru-paru.

Page 5: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

6. Perubahan kardiovaskuler

Perubahan system kardiovaskuler akibat imolibilisasi anatara lain

dapat berupa hipotensi ortostastik, meingkatnya kerja jantung dan terjadinya

pembentukan thrombus, terjadinya hipotensi orstatik dapat disebabkan oleh

menrunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap lama, refleks

neurovascular akan menurun dan menyebabkan vasokontriksi, kemudian darah

terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah kesistem sirkulasi

pusat terhambat. Meningkatnya kerja ajantung dapat disebabkan karena

imobilisasi dengan posisi horizontal, dalam keadaan normal, darah yang

terkumpul pada ekstermitas bawah bergerak dan meingkatkan aliran vena

kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkat kerjanya. Terjadi

thrombus juga disebabkan oleh meingkatnya vena statis yang merupakan hasil

penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatnya arus balik vena.

7. Perubahan sistem muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi dalam system musculoskeletal sebagai dampak

imobilisasi, sebagai berikut :

- Gangguan muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilisasi

fungsi kapasitas otot di tandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi

berkurangnya masa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai

contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu

ukuranya akan lebih kecil selain menunjukan tanda lemah dan lesu.

- Gangguan skeletal. Adanya imobilisasi juga dapat menyebabkan gangguan

skeletal. Misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan

osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan

kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebakan atropi dan memendeknya

otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan

yang tidak berfungsi, osteoporosis terjadi karena absobsi tulang semakin

besar, sehingga yang dapat menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah

menurun dan jumlah kalium yang di keluarkan melalui urine semkain

besar.

8. Perubahan sistem integumen (perubahan kulit)

Perubahan system integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas

kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan terjadi iskemia

Page 6: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai

tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.

9. Perubahan eliminasi (BAB & BAK)

Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang

mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung

sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.

10. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi antara alain timbulnya

rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, peruabahan

siklus tidur, dan menurunnya koping mekanisme, terjadinya perubahan prilaku

tersebut merupakan dampak imobilisasi karena selama proses imbolisasi

seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-

lain.

I.4.Masalah fisik yang terjadi

Masalah muskuloskeletal : Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot,

atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit

Masalah urinari : Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran

infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.

Masalah gastrointestinal : Terjadinya anoreksia/penurunan nafsu makan

diarrhoe dan konstipasi

Masalah respirsi : Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam

saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2)

Masalah kardiovaskuler : Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan

trombus

II. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan Imobilisasi

1. Pengkajian

1.1. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pangkajian riwayat pasien saat ini meliputi penyebab terjadi nya keluhan atau

gangguan dalam mobilitas.

Page 7: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

b. Riwayat keperawatan terdahulu

Adakah penyakit di masa lalu yang dapat berhubungan dengan terjadinya

gangguan mobilitas.

c. Riwayat keperawatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga, adakah keluarga yang memiliki riwayat penyakit

yang dapat terjadi pula pada klien, misalkan stroke, DM, jantung, dan lain-

lain.

1.2. Pemeriksaan Fisik

a. Kaji vital sign

b. Status mental : sadar, mengantuk, kebingungan, disorientasi, koma.

c. Fungsi motorik :

1 : tidak ada respon

2 : ekstensi abnormal

3 : fleksi abnormal

4. menjauh dari nyeri

5 : melokalisir nyeri

6 : mengikuti perintah.

1.3. Pemeriksaan Penunjang

Rontgen : apakah ada fraktur/ trauma.

MRI : mengidentifikasi kerusakan jaringan.

Arteriogram : apabila dicurigai kerusakan vaskuler.

Darah lengkap : Ht kemungkinan meningkat atau menurun

Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin pada ginjal.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik

2.1. Definisi

Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau lebih ekstremitas secara

mandiri dan terarah.

2.2. Batasan Karakteristik

- Penurunan waktu reaksi.

Page 8: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

- Kesulitan bergerak.

- Dispnea setelah beraktivitas

- Perubahan cara berjalan

- Pergerakan gemetar

- Tremor

- Pergerakan lambat dan tidak terorganisasi.

2.3. Faktor Yang Berhubungan

- Intoleransi aktivitas

- Perubahan metabolisme seluler

- Penurunan massa otot

- Nyeri gangguan neuromuscular

- Gangguan sensori perceptual

- Keterbatasan ketahanan kardiovaskular.

Diagnosa 2 : intoleransi aktivitas

2.4. Definisi

Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin

dilakukan.

2.5. Batasan Karakteristik

- Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.

- Aritmia

- Iskemia

- Ketidak nyamanan

- Dispnea

- Letih dan lemah.

2.6. Faktor Yang Berhubungan

- Tirah baring

- Kelemahan umum

- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Page 9: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

- Imobilitas

- Gaya hidup kurang gerak

3. Perencanaan

Diagnosa 1 : hambatan mobilitas fisik

3.1. Tujuan dan Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … nutrisi kurang teratasi dengan

indicator :

- Mampu mandiri total

- Membutuhkan alat bantu

- Membutuhkan bantuan orang lain

- Membutuhkan bantuan orang lain dan alat

Tergantung total dalam hal :- Penampilan posisi tubuh yang benar- Pergerakan sendi dan otot

- Melakukan perpindahan/ ambulasi : miring kanan-kiri, berjalan, kursi roda

3.2. Intervensi Keperawatan dan Rasional

- Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukanprogram latihan

secara rutin

- Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan

keluarga.

- Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker

- Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.

- Ajarkan pada klien & keluargauntuk dapat mengatur posisi secara mandiri

danmenjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.

- Ajarkan pada klien/ keluargauntuk mem perhatikan postur tubuh yg benar

untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.

- Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

Diagnosa 2 : intoleransi aktivitas

3.3. Tujuan dan Kriteria Hasil

Page 10: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … deficit volume cairan teratasi

dengan kriteria hasil :

- Klien mampu beraktivitas tanpa disertai peningkatan TD, N, RR, dan

perubahan EKG.

- Klien dapat merawat dirinya atau dengan bantuan yang minimal.

- Klien mampu menunjukkan pemahaman nya terhadap sesuatu yang dapat

meningkatkan intoleransi aktivitas.

3.4. Intervensi Keperawatan dan Rasional

- Bantu klien melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi.

- Rencanakan jadwal antara aktifitas dan istirahat.

- Bantu dengan aktifitas fisik teratur : misal: ambulasi, berubah posisi,

perawatan personal, dan lainnya sesuai kebutuhan.

- Minimalkan stress, dan berikan istirahat yang adekuat

- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi, sesuai indikasi

- Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktifitas : takikardi, disritmia,

dispnea, diaforesis, pucat.

- Monitor asupan nutrisi untuk memastikan ke adekuatan sumber energi.

- Monitor respon terhadap pemberian oksigen : nadi, irama jantung, frekuensi

Respirasi terhadap aktifitas perawatan diri.

- Letakkan benda-benda yang sering digunakan pada tempat yang mudah

dijangkau

- Kaji pola istirahat klien dan adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.

Sumber :

Alimul H, A Aziz. (2006). Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.

Salemba Medika: Jakarta.

Gibson G. (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. EGC: Jakarta.

Potter A. P. & Perry G. A. (2006). Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta.

Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. EGC: Jakarta.

Page 11: LP Konsep Mobilisasi Dan Imobilisasi

Towarto, Wartonal. (2007). Kebutuhan Dasar & Proses Keperawatan. Edisi 3. Salemba

Medika: Jakarta.

Intoleran aktivitas

Definisi

Ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan

aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.

Batasan karakteristik

Subjektif:

Ketidaknyamanan atau dyspnea saat beraktivitas

Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

Objektif:

Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas

Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

Faktor yang berhubungan

Tirah baring dan imobilitas

Kelemahan umum

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Gaya hidup kurang gerak