isi imobilisasi

24
TEKNIK ANALISA BIOMOLEKULER IMMOBILISASI SEL DAN ENZIM Imobilisasi Komponen Bioaktif Susu dengan Menggunakan Resin Disusun oleh : Yuyun Fadilah 135130101111022 Pungky Dwi Prastiwi 135130101111026 Khoirus Viestaria 135130101111035 Desy Ari Susanti 135130101111037 Dinda Adinda 135130101111039 Eki Bahtiar 135130107111021 B/2013 1 | Immobilisasi Komponen Bioaktif Susu dengan Resin

Upload: desy071294susantiiii

Post on 18-Sep-2015

35 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

IMOBILISASI

TRANSCRIPT

TEKNIK ANALISA BIOMOLEKULERIMMOBILISASI SEL DAN ENZIM Imobilisasi Komponen Bioaktif Susu dengan Menggunakan Resin

Disusun oleh :Yuyun Fadilah135130101111022Pungky Dwi Prastiwi135130101111026Khoirus Viestaria135130101111035Desy Ari Susanti135130101111037Dinda Adinda135130101111039Eki Bahtiar135130107111021

B/2013

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teknik Analisa BiomolekulerProgram Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Malang yang berjudul Imobilisasi Sel dan Enzim: Komponen Bioaktif Susu dengan Menggunakan ResinKami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempuranaan.Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami perlukan demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang,27Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISIHalamanJudul .........................................................................................................................i

Kata Pengantar .........................................................................................................................ii

DaftarIsi ..................................................................................................................................iii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................B. Tujuan ..............................................................................................................................C. Manfaat 445

TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian Imobilisasi Sel dan Enzim...........................................................................B. Kelebihan Imobilisasi Sel..............................................................................................C. Kekurangan Imobilisasi Sel...........................................................................................D. Imobilisassi Enzim........................................................................................................E. Metode Imobilisasi........................................................................................................PEMBAHASAN...................................................................................................................6677810

PENUTUP

A. Kesimpulan .15

DaftarPustaka....16

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPengertian biologi molekular pada saat ini merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan organisasi jasad hidup (organisme) ditinjau dari struktur dan regulasi molekular unsur atau komponen penyusunnya. Biologi molekular atau biologi molekul merupakan salah satu cabang biologi yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan pada skala molekul. Ini termasuk penyelidikan tentang interaksi molekul dalam benda hidup dan kesannya, terutama tentang interaksi berbagai sistem dalam sel, termasuk interaksi DNA, RNA, dan sintesis protein, dan bagaimana interaksi tersebut diatur. Bidang ini bertumpang tindih dengan bidang biologi (dan kimia) lainnya, terutama genetika dan biokimia (Yuwono, 2007).Dalam mempelajari biologi molekular, pada hakikatnya akan berkaitan dengan analisis makromolekul. Analisis makromolekul tersebut dapat dilakukan denagn berdasarkan atas reaksi atau dengan mempelajari struktur fisiknya. Beberapa metode yang digunakan dalam studi biologi molekular anatara lain penggunaan radioisotop, sentrifugasi, dan elektroforesis.Salah satu teknik untuk mempelajari biomolekuler adalah dengan mempelajari imobilisasi sel dan enzim. Imobilisasi sel dan enzim sendiri banyak digunakan dalam reaksi sebagai biokatalisator reaksi tersebut, misalnya enzim protease yang digunakan untuk memecah ikatan protein menjadi asam amino. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari imobilisasi enzim sebagai bagian penting dalam teknik analisa biomolekuler.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain :1. Untuk mengetahui apa itu imobilisasi sel dan enzim2. Untuk mengetahui apa itu imobilisasi enzim dalam peranannya sebagai komponen bioaktif susu dengan menggunakan resin

1.3 ManfaatManfaat umumUntuk mengetahui pengertian imobilisasi sel dan enzimManfaat khusus1. Mengetahui pengertian imobilisasi sel dan enzim2. Mengetahui peranan imobilisasi enzim dalam komponen bioaktif susu dengan menggunakan resin

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imobilisasi Sel dan EnzimSel atau enzim imobilisasi adalah suatu sel yang secara fisik terlokalisasi/terjerat pada suatu daerah tertentu. Sel/enzim tersebut tetap mempunyai aktivitasnya sebagai biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat dipergunakan secara terus menerus dan sangat penting untuk proses berkesinambungan.Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan tidak larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat. Dengan sistem ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga temperatur. Sistem ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan untuk dipakai lagi di reaksi lain. Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim. Imobilisasi enzim dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari bentuk larut dalam air bergerak menjadi keadaan tak begerak yang tidak larut. Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan teknik pemisahan padat/cair yang sederhana. Imobilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengikatan kimiawi molekul enzim pada bahan pendukung, pengikatan silang intermolekuler sesama enzim, atau dengan cara menjebak enzim di dalam gel atau membran polimer. Dewasa ini, teknologi immobilisasi memegang peranan penting dalam perkembangan proses biokimia dalam suatu boreaktor. Sel yang mengalami immobilisasi (immoblized mivrobial cells) telah banyak diterapkan dalam fermentasi misalnya produksi alkohol, asam amino, antibiotik atau pada degradasi polutan limbah cair.

2.2 Kelebihan Imobilisasi Sel1. Immobilasi menyediakan konsentrasi sel yang tinggi2. Immobilisasi memungkinkan penggunaan sel kembali dan mengurangi biaya recovery sel dan recycle sel3. Immobilisasi mengurangi masalah wash out sel pada laju alir yang tinggi4. Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan wash out) menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi5. Immobilisasi menyediakan kondisi micro environmental yang menguntungkan seperti kontak antar sel, gradient nutrient-produk, gradient pH untuk sel sehingga menghasilkan kinerja biokatalis yang lebih baik (kecepatan pembentukan dan yield produk yang lebih tinggi).6. Immobilisasi menyebabkan kestabilan genetic7. Immobilisasi menyediakan perlindungan terhadap kerusakan sel

2.3 Kekurangan Imobilisasi SelKekurangan penggunaan sel terimobilisasi adalah hambatan pada proses difusi baik substrat maupun produk yang terbentuk. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan evaluasi gas sering merusak matriks pendukung sel terimmobilisasi.

2.4 Imobilisassi EnzimImobilisasi enzim merupakan konsep yang cukup baru dan sangat menarik perhatian pada industri yang menggunakan enzim. Misalnya, pada industri makanan, enzim dimasukkan bersama dengan substrat dan reaksi dibiarkan untuk berlangsung. Ketika perubahan yang diinginkan telah tercapai maka enzim di nonaktifkan dengan cara pemanasan atau merubah pH dalam sistem. Jadi penggunaan dari enzim adalah sekali pakai, sedangkan pemurnian enzim sangat mahal. Untuk mengatasi masalah ini maka enzim diikat pada senyawaan yang tidak larut yang disebut sebagai matriksehingga enzim dapat mengikuti reaksi dan dapat diambil kembali setelah selesainyareaksi.Pengikatan enzim pada matriks yang tidak larut dalam air ini disebut sebagaiimobilisasi (Jhonson, 1978).Suatu enzim yang teramobil adalah yang gerakannya dalam ruang dibatasisecara sempurna atau hanya dalam daerah yang sangat terbatas.Pada umumnya dalamkeadaan demikian, enzim dibentuk menjadi tidak larut dalam air dengan beberapatujuan. Pertama bentuk demikian akan memudahkan untuk memperoleh kembalienzim daricairan media yang merupakan faktor penting dalam ekonomi reactor 31enzim. Kedua, bagi seorang ahli kimia sangat berguna sebagai model sistem bagienzim yang secara normal berhubungan dengan membrane sel hidup(Yudoamijoyo,1992).Walaupun syarat mutlak dalampemilihan matriks untuk imobilisasi adalahditentukan berdasarkan jenis enzim dan aplikasi yang diinginkan, jelaslah bahwamaterial yang digunakan adalah kompatibel dengan enzim. Proses imobilisasi jugadalam keadaan kamar sehingga tidak dapat mendenaturasikan enzim selamapenyiapan

2.5 Metode ImobilisasiMetode untuk immobilisasi enzim dapat dibagi atas 3 kategori dasar,yaitu:1. Metode carrier-bindingMetode ini dibagi menjadi tigaberdasarkan cara pengikatan enzimnya,yaituadsorpsi fisika, pengikatan ionik dan pengikatan kovalen.a.Metode adsorpsi fisikaMetode ini berdasarkan pada adsorpsi fisika dari protein enzim padapermukaan pembawa yang tidak larut dalam air. Kelemahan dari metodeini dimana enzim yang diserap dapat bocor selama pemakaian karena gayaikat antara protein enzim dan pembawa lemah.b. Metode pengikatan ionikMetode pengikatan ionik berdasarkan pengikatan ionik dari protein enzimpada pembawa yang tidak larut dalam air yang mengandung residupenukar ion.Kelemahan metode ini dimana kebocoran dapat terjadi dimanadalam larutan substrat dengan kekuatan ionik yang tinggi atau pada variasipH.c.Metode pengikatan kovalenPada metode ini diperlukan kondisi reaksi yang sulit dan biasanyadilakukan tidak dalam keadaan kamar.Dalam beberapa kasus, ditemukanbahwa ikatan kovalen mengubah bentuk konformasi dan pusat aktif enzimyang mengakibatkan kehilangan aktivitas atau perubahan spesifitasaktivitas.2. Metode ikat silang (cross linking)Metode ini berdasarkan pembentukan ikatan kimia seperti dalammetode ikat kovalen, namun pembawa yang tidak larut dalam air tidakdigunakan dalam metode ini.Imobilisasi enzim dilakukan dengan pembentukanikat silang intermolekuler diantara molekul enzim dengan penambahan reagentbi-atau multifungsional.3. Metode penjebakan (entrapping)Metode penjebakan berdasarkan pengikatan enzim dalam kisi matrikspolimer atau melingkupi enzim dalam membrane semipermeabel dan diBagimenjadi tipe kisi danmikrokapsul.a. Tipe kisi (lattice type)Metode penjebakan tipe kisi meliputi penjebakan enzim dalam bidangbatas (interstitial space) dari suatu ikatsilang polimer yang tidak larut dalam air misalnya gel matriks.b. MikrokapsulPenjebakan dengan cara mikrokapsul melibatkan pelingkupan enzimdengan membran polimer semipermeable. Prosedur untukmikroenkapsulasi enzim dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:1.Polimerisasi interfasial2.Pengeringan cair (liquid drying)3.Pemisahan fase (phase separation)(Chibata,1978)

BAB IIIPEMBAHASAN

Susu merupakan bahan pangan hasil produksi ternak yang diperoleh dari pemerahan ternak ruminansia yang mengandung nilai gizi yang tinggi.Secara alami susu memiliki komponen bioaktif. Salah satu sumber yang paling dominan berasal dari protein. Salah satu sifat bahan aktif yaitu sebagai antibakteri.Kandungan protein yang bersifat anti bakteri, diantaranya laktoperoksidase, imunoglobulin, aglutinin, laktenin, kasein, dan laktoferin (Davidson et al., 1983).Dewasa ini laktoperoksidase dan laktoferin banyakdikembangkan karena sifat anti bakterinya. Kedua enzim ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan masa simpan susu.Kandungan laktoperoksidase dalam susu tersedia sejumlah 30 mg/l (Kussendrager andHooijdonk, 2000). Penggunaan laktoperoksidase sebagai antibakteri harus diaktifkan terlebih dahulu dengan menambahkan senyawa lain yaitu hydrogen peroksida (H2O2) dan tiosianat (SCN-) sebagai substrat. Laktoperoksidase dapat digunakan sebagai agen antibakteri apabila kedua senyawa ini ditambahkan. Hidrogen peroksida dan tiosianat yang ditambahkan akan membentuk suatu senyawa baru yang yaitu hipotiosianat (OSCN-) atau disebut dengan Sistem Laktoperoksidase (LPOS). Sistem Laktoperoksidase inilah yang mampu mempertahankan susu dari serangan bakteri. Sedangkan laktoferin memiliki kemampuan untuk mengikat Fe yang digunakan sebagai alat transport bakteri di dalam tubuh, sehingga bakteri tidak dapat melakukan sistem transportasi dan mengakibatkan bakteri tidak dapat bertumbuh. Oleh karena itu, laktoperoksidase dan laktoferin dapat diaplikasikan sebagai pengawet bahan pangan secara alami.Kandungan laktoperoksidase dan laktoferin dalam susu akan semakin menurun seiring dengan lamanya penyimpanan. Laktoperoksidase hanya dapat bertahan selama 0,5-1 jam dan selanjutnya akan terdegradasi yang berakibat hilangnya aktifitas laktoperoksidase. Oleh karena itu, diperlukan upaya imobilisasi enzim agar dapat bertahan lama sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet alami bahan pangan.Imobilisasi laktoperoksidase dan laktoferin telah banyak diteliti dengan baik oleh beberapa peneliti sebelumnya dan yang paling efektif adalah dengan kromatografi kolom terbuka menggunakan resin jenis Sepharose. Sepharose merupakan media kimia yang berbasis kromatografi yang memungkinkan untuk pemurnian enzim, antibodi, protein dan peptida.Penelitian yang dilakukan oleh Al-Baarri et al. (2010) menyatakan bahwa imobilisator jenis Sepharose Fast-Flow dapat mengimobilisasi laktoperoksidase dengan sangat baik. Namun belum ada penelitian tentang jumlah laktoperoksidase dan laktoferin serta aktifitas laktoperoksidase yang dapat terimobilisasi dari susu skim dengan volume yang berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan sepharose jenis Sepharose Fast Flow untuk mengikat laktoperoksidase dan laktoferin dari susu skim dengan volume yang berbeda yang dialirkan pada kolom terbuka.

Metode yang dilakukan dalam imobilisasi komponen bioaktif susu dengan menggunakan resin adalah sebagai berikut:1. Pembuatan Phosphat Buffer pH 7Pembuatan phosphate buffer pH 7 dilakukan dengan cara menyiapkan bahan disodium hidroksida(Na1) pH 4sebanyak 6.8995 gram sodium kedalam 500ml aquades dan sodium dihidroksida (Na2) pH 9sebanyak 7.098 gram dalam 500 ml aquades.2. Minimalisasi Lemak dan Laktosa SusuDilakukan sentrifugasi pada Susu. Susu yang sudah di sentrifuslemaknya terangkat dan mengumpul di atas permukaan susu. Lemak yang muncul dipermukaan susu kemudian diambil sehingga menghasilkan susu skim.Setelah itu dilakukan proses dialisis susu Dialisis bertujuan untuk mengurangi laktosa yang ada dalam susu.Susu yang sudah didapat adalah susu rendah lemakdan laktosa yang kemudian dilakukan imobilisasi.3. Imobilisasi LaktoperoksidaseImobilisasi laktoperoksidase dilakukan dengan menggunakan Sepharose Fast-Flow (SP-FF).4. Imobilisasi LaktoferinSetelah selesai mengimobilisasi laktoperoksidase, kemudian dilanjutkan dengan imobilisasi laktoferin.5. Menghitung Jumlah Laktoperoksidase dan LaktoferinLaktoperoksidase dan laktoferin yang tertangkap oleh SP-FF kemudian di hitung jumlahnya dengan menggunakan metode lowry. Lowry merupakanmetode menghitung konsentrasi protein dalam cairan.6. Menghitung Total ProteinLaktoperoksidase yang sudahdihomogenkan dengan air di masukkan kedalam kuvetlalu dilihat absorbannya. Angka yang muncul pada layarspektrofotometer menunjukkan total protein dalamsampel. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung totalprotein laktoferin. Setelah laktoferin dihomogenkandengan aquades, kemudian dimasukkan kedalam kuvetlalu dilihat nilai absorbannya pada layarspektrofotometer.7. Menghitung Aktivitas Laktoperoksidaselaktoperoksidase dihitung dengan menggunakan ABTS sebagai radikal bebas.Aktivitas laktoperoksidase dapat diketahui dengan menambahkan H2O2 dan ABTS yang diukur denganmenggunakan spektrofotometer.8. Menganalisis profil protein Profil protein dianalisis dengan menggunakan metode elektroforesis SDS-PAGE dengan sistembuffer Laemmli dan konsentrasi gel poliakrilamid 10%.9. Perhitungan Unit LPOPerhitungan unit LPO dilakukan untuk menghitung jumlah unit LPO yang terdapat pada setiap ml LPO.

Analisa Hasil dilakukan dengan menggunakan metode Lowry. Berdasarkan hasil penelitian ini, volume susu ditambahkan belum tentu akan meningkatkan jumlahenzim yang didapat. Menurut Nawangsari et al. (2013)jumlah resin yang paling efektif digunakan untukimobilisasi laktoperoksidase adalah sebesar 0,9 gram.Dalam penelitian ini, juga digunakan jumlah resinsebanyak 0,9 gram namun hasil yang didapat jauh lebihrendah daripada hasil penelitian Nawangsari et al.(2013) hal ini karena sumber enzim yang digunakanberbeda.Pada penelitian ini digunakan susu skim sedangkan pada penelitian Nawangsari et al. (2013)digunakan whey dari susu sapi. Susu skim adalah susuyang telah dikurangi kandungan lemaknya, artinyamasih terkandung lemak dalam jumlah sedikit.Sebagaimana diungkapkan oleh Fonteh et al. (2005)bahwa lemak dapat sebagai faktor penghambat prosesbinding antara resin dan enzim.Kuantitas laktoperoksidase sangatditentukan oleh jenis ternak dan masa laktasi sehingga masing-masing penelitian akan menghasilkan variasijumlah laktoperoksidase. Selain itu, jumlah protein yangada di dalam susu sapi juga sangat mempengaruhibanyak tidaknya laktoperoksidase pendapatKussendrager and Hooijdonk (2000).Sesuai hasil yang didapat, diketahui bahwa terdapat perbedaan nilaiaktivitas dari laktoperoksidase yang diambil dari sususkim dengan volume yang berbeda. Hal inimenunjukkan bahwa laktoperoksidase yang diambil darisusu skim semakin banyak menghasilkan aktivitaslaktoperoksidase yang semakin tinggi.Semakin tinggi jumlah laktoperoksidase yangdiperoleh menghasilkan nilai aktivitas yang semakintinggi pula. Kenaikan volume susu skim yang digunakandiikuti dengan kenaikan aktivitas laktoperoksidase.Penentuan profil protein laktoperoksidase dan laktoferin menggunakan metode SDS-PAGE atauSodium Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide GelElectrophoresis. Metode SDS-PAGE ini dilakukan untuk mengetahui banyak dan macam protein dalam larutanlaktoperoksidase dan laktoferin. Sampel yangdigunakan untuk SDS-PAGE adalah larutanlaktoperoksidase dan laktoferin dari susu skim denganvolume 40 ml. Sampel laktoperoksidase dan laktoferinyang diambil dari susu skim 40 ml dipilih karenamengandung protein yang paling banyak, sehinggaharapannya dapat menampilkan profil potein denganlebih jelas.

Gambar 1. Hasil profil protein LPO dan LF yang diambildari susu skim 40 ml

Berdasarkan hasil SDS-PAGE diketahui bahwa terdapat beberapa jenis protein dari yang sama pada kedua sampel yang digunakan yaitu kasein. Terdapat beberapa macam kasein yaitu Kasein, s2-kasein dan k-kasein. Kasein merupakan bagian dari protein susu yang sulit untuk dipisahkan secara sempura. Oleh karena itu, kasein masih ikut terbawa pada saat proses imobilisasi. Hasil pengujian SDS-PAGE lane A menunjukkan adanya kandungan laktoperoksidase dalam sampel, yaitu pada kisaran berat molekul 78 kilodalton. Hal ini sesuai dengan pendapat Kussendrager and Hooijdonk (2000) bahwa laktoperoksidase memiliki berat molekul 78 kilodalton.Hasil pengujian profil protein pada lane B menunjukkan adanya kandungan laktoferin, yaitu pada kisaran berat molekul 80 kilodalton. Hal ini sesuai dengan pendapat Sacharczuk et al. (2005) yang menyatakan bahwa berat molekul laktoferin adalah 80 kilodalton.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,maka dapat dengan jelas tergambarkan bahwalaktoperoxidase dan laktoferin dapat diimobilisasi dengan baik dari susu skim segar dan menurut hasil analisis SDS Page, ternyata masih didapat protein lain selain kedua perotein tersebut, walaupun keduanya sudah dapat diambil untuk digunakan dalam penelitian lanjutan, misalnya untuk kepentingan antibakteri untuk produk pangan.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanSel atau enzim imobilisasi adalah suatu sel yang secara fisik terlokalisasi/terjerat pada suatu daerah tertentu. Sel/enzim tersebut tetap mempunyai aktivitasnya sebagai biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat dipergunakan secara terus menerus dan sangat penting untuk proses berkesinambungan.Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan tidak larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat. Dengan sistem ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga temperatur.Imobilisasi enzim merupakan konsep yang cukup baru dan sangat menarik perhatian pada industri yang menggunakan enzim. Misalnya, pada industri makanan, enzim dimasukkan bersama dengan substrat dan reaksi dibiarkan untuk berlangsung. Ketika perubahan yang diinginkan telah tercapai maka enzim di nonaktifkan dengan cara pemanasan atau merubah pH dalam sistem. Melalui teknik imobilisasi enzim ini, banyak industri industri, misalnya makanan yang menggunakan teknik tersebut untuk mengembangkan produk-produk bahan pangan. Dalam junal ini dibahas imobilisasi enzim laktoperoksidase dan laktoferin dalam susu untuk meningkatkan kualitas susu.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Baarri A. N., M. Ogawa dan S. Hayakawa. 2010. Scale-up studies on immobilization of lactoperoxidase using milk whey for producing antimicrobial agent. J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 35(3): 185-191Chibata, I., 1978, Immobilized Enzymes, Research and Development, Kodasha LTD, Tokyo.Davidson. 1983. Antimicrobial in Food. Marcel Dekker, Inc, New York.Fonteh, F.A., Gradison, A.S & Lewis, M.J. 2005.Factor affecting lactoperoxidase activity.Internasional Journal of Dairy Technology. 58 (4) : 233-236.Johnson, E. L., and Peniston, Q. P., 1982, Utilization of Shellfish Waste for Production of Chitin and Chitosan Production in Chemistry and Biochemistry of Marine Food Product, AVI Publ., Westport Connecticut.Kussendrager, K.D., van Hooijdonk, A.C. 2000. Lactoperoxidase: physico-chemical properties, occurrence, mechanism of action and applications. British Journal of Nutrition84: S19-S25Nawangsari, D. N., A. N. Al-Baarri, S. Mulyani. 2013. Resistance of Immobilized Lactoperoxidase Activity from Bovine Whey Against Atorage Solution. International Journal Dairy ScienceSacharzuk, M., T Zagulski, B. Sadowski, M. Barchikowska and R. Pluta. 2005.Lactoferrin in the central nervous system. Neurol.Neurochir.Pol . 39 (6) : 482 489Yuwono, Triwibowo 2007.Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga.ISBN9789797811921.

16 | Immobilisasi Komponen Bioaktif Susu dengan Resin