lp komunitas anak

16
A. Pengertian Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau situasi-situasi diluar kita. Dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan kecekatan- kecekatan pengertian-pengertian yang baru, dan sikap- sikap yang baru. (Wahib Abdul Mstaqim, 2003) Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. B. Faktor yang Mempengaruhi Belajar 1. Kemampuan pembawaan

Upload: panjidammen

Post on 09-Jul-2016

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Komunitas Anak

A. Pengertian

Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau

situasi-situasi diluar kita. Dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan

kecekatan-kecekatan pengertian-pengertian yang baru, dan sikap-sikap yang baru.

(Wahib Abdul Mstaqim, 2003)

Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah.

Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang

berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan

belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah

(kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar

intelligensi.

B. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

1. Kemampuan pembawaan

Kita ketahui bahwa tidak ada dua orang yang pembawaan sama. Juga di dalam

kemampuan tiap orang mempunyai potensi kemampuan sendiri – sendiri.

Kemampuan pembawaan ini mempengaruhi belajarnya anak. Anak yang

mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih akan lebih cepat belajar dari pada

anak yang mempunyai kemampuan yan kuranng. Tetapi dalam hal ini kita tidak

mengatakan bahwa kemampuan pembawaan ini adalah faktor yang paling penting

atau faktor dominan dalam belajar. Kekurangan di dalam kemampuan pembawaan

ini masih dapat diatasi dengan banyak cara, misalnya dengan membuat latihan –

latihan yang banyak. Jadi banyak faktor pembawaan ini hanyalah salah satu faktor

dari belajar.

2. Kondisi phisik orang yang belajar

Orang yang belajar tidak terlepas dari phisiknya. Menurut penyelidkan yang telah

dilakukan oleh seorang mahasiswa FIP UGM Yogyakarta bahwa kondisi phisik

mempengaruhi prestasi belajar.

Page 2: Lp Komunitas Anak

Maka adanya anak yang sering sakit prestasinya menurun. Anak yang cacat

misalnya kurang pendengaran, kurang penglihatan prestasinya juga kurang apabila

dibandingkan dengan anak normal. Maka perlu diperhatikan kondisi phisik anak

belajar.

3. Kondisi psikis anak

Selain kodisi phisik kondisi psikisharus pula diperhatikan. Keadaan psikis yang

kurang baik banyak sababnya, mungkin disebabkan gangguan atau keadaan

lingkungan; situasi rumah, keadaan keluarga, ekonomi, pemusatan terhadap soal –

soal lain. Ini semua menjadi gangguan belajar. Maka perlu dijaga supayakondisi

psikis orang yang belajar dipersiapkan sebaiknya – sebaiknya, supaya dapat

membantu belajar.

4. kemampuan belajar

Didalam individu yang belajar harus ada dorongan dalam dirinya, yang dapat

mendorongnya ke suatu tujuan yang berarti kemauan belajar ini sangat erat

hubungannya dengan keinginan dan tujuan individu. Inin berbeda – beda dalam

masing – masing individu, maka untuk memberi dorongan pad masing – masing

individu berbeda – beda pula caranya untuk dapat dorongan seseeorang harus

ditemukan: perhatianya, latar belakangnya, kemampuanya dengan cara membuat

hubungan pribadi. Apabila pendidikan sudah mendapatkan itu semua, maka

dapatlah ia membuat pelajaran yang diberikan itu sedemikian rupa sehingga orang

yang belajar merasa bahwa pelajaran itu sangat berarti baginya dan ia merasa

bahwa ia dapat mencapainya, maka terbentuklah keinginan belajar.

5. Sikap terhadap Guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai

kemajuan mereka sendiri

Bagaimana sikap murid terhadap guru ini juga mempengaruhi belajarnya. Murid

yang benci terhadap gurunya tak akan lancer belajarnya. Sebaliknya apabila murid

suka pada gurunya tentu akan membantu belajarnya. Di sini perlu diperhatikan

sikap guru terhadap murid. Sikap yang baik, ramah mengenal murid, ini akan

menjadi dorongan bagi murid untuk menyukai gurunya. Pula tidak terlepas dari

penampilan guru. Guru yang selalu muram yang tak baik, cara berpakaian akan

mempengaruhi sikap murid.

Page 3: Lp Komunitas Anak

Sikap murid terhadap mata pelajaran inipun faktor yang penting bagi belajar.

Mata pelajaran yang disukai akan lebih lancar dipelajari dari pada pelajaran yang

kurang disenangi. Mata pelajaran dapat disenangi atau dibenci tergantung dari

banyak faktor. Mungkin guru yang menyajikan pertama kali kurang baik,

mungkin disebabkan adanya kegagalan-kegagalan yang dihadapi murid dalam

menghadapi pelajaran itu dan lain-lain.

Adanya pengertian tentang kemajuan mereka sendiri. Adanya pengertian, adanya

kemajuan atau, kemunduran dapat mendorong orang yang belajar untuk lebih giat

belajar.

Maka perlulah adanya apa yang disebut kurva belajar. Kurva belajar ini adalah

sebuah grafik yang dapat menggambarkan kemajuan belajar anak. Sebaiknya pada

masing-masing anak mempunyai kurva belajar sendiri-sendiri untuk tiap tahun

pelajaran. Meskipun kurva ini tidak menunjukan proses belajar seluruhya, tetapi

ini dapat menunjukan proses belajar seluruhnya, tetapi ini dapat menunjukan

pengaruh dari latihan, kenaikan dan kemunduran belajar dan juga waktunya.

6. Bimbingan

Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan

untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami

kegagalan,melainkan dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat

menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.

Bimbingan dapat diberikan sebelum ada usaha-usahabelajar, atau sewaktu-waktu

setelah ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefektifan bimbingan ini

tergantung dari macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar.

Karena ini dapat mencegah kesalahan yang bisa timbul dan mengakibatkan

adanya putus asa. Karena apabila pada permulaanya sudah mengalami kegagalan

ini akan berakibat bermacam-macam antara lain kebencian terhadap guru yang

memberikan mata pelajarannya, hingga dapat menghambat keefektifan belajar.

Tetapi harus diingat bahwa bimbingan jangan diberikan secara berlebihan, karena

hal ini akan merusak tujuan. Apabila orang yang belajar telah menguasai inti

tugasnya, bimbingan harus dihilangkan. Karena kalau diberikan terlalu banyak

bimbingan ini akan mengakibatkan terhambatnya inisiatif, hingga tidak ada

kemajuan lagi untuk berusaha. Dan sebaliknya apabila bimbingan diberikan

Page 4: Lp Komunitas Anak

terlalu sedikit, maka perhatian akan hilang dan kepercayaan terhadap diri sendiri

akan menjadi lemah.

7. Ulangan

Di dalam belajar perlu adanya ulangan-ulangan. Hal ini adalah elemen yang vital

dalam belajar. Adanya ulangan-ulangan ini dapat menunjukan pada orang yang

belajar kemajuan-kemajuan dan kelemahan-kelemahannya. Dengan demikian

orang yang belajar akan menambah usahanya untuk belajar. Penting diperhatikan

tentang memberitahukan hasil ulangan, supaya anak tahu hasilnya. Dan perlu pula

memperbincangkan kesalahan-kesalahan yang diperbuat, supaya kesalahan baru

tidak diperbuat lagi.

C. Etiologi

Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai factor. Untuk

memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar,

tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab

munculnya masalah kesulitan belajar.

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua

golongan, yaitu :

1. Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi: 

a. Faktor fisiologi 

Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang

sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses

menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit

factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab

munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi

menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,

serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,

dan lain sebagainya.

b. Faktor psikologis

Page 5: Lp Komunitas Anak

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku

yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar

tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang

juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh

anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atau genius (lebih dari 140)

memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak

yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah

walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki

IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami

kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu

mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor

psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar

adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak

dalam belajar.

2. Factor ekstern (factor dari luar anak) meliputi ;

a. Faktor-faktor sosial

Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah.

Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda

dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu

diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak,

apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga

memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.

b. Faktor-faktor non- sosial

Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah

kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran,

kondisi tempat belajar, serta kurikulum.

D. Tipe Kesulitan Belajar

1. Dysleksia (Kesulitan membaca)

Page 6: Lp Komunitas Anak

Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan

dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara

yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau

memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan

peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain

seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen

bahwa kesulitan mengenali bunti-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi

keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi

pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya.

Awalnya, seorang anak yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam

mempelajari bahasa lisan pada masa todler/pra sekolah. Selanjutnya ketika tiba

masanya untuk sekolah,anak ini mengalami kesulitan dalam mengenali dan

mengeja kata-kata, sehingga pada akhirnya mereka mengalami masalah dalam

memahami maknanya.

Disleksia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi

ini pertama kali diketahui pada abad ke sembilan belas, dimana ketika itu disebut

dengan buta huruf (word blindness). Beberapa peneliti menemukan bahwa

disleksia cenderung mempengaruhi anak laki-laki lebih besar disbanding anak

perempuan. Tanda-tanda disleksia tidak sulit dikenali, bila seorang guru dan

orangtua cermat mengamatinya. Sebagai contoh, bila anda menunjukkan sebuah

buku yang asing pada seorang anak penderita disleksia, ia mungkin akan

mengarang –ngarang cerita berdasarkan gambar yang ia lihat tanpa berdasarkan

tulisan isi buku tersebut. Bila anda meminta anak tersebut untuk berfokus pada

kata-kata dibuku itu, ia mungkin berusaha untuk mengalihkan permintaan

tersebut.. Ketika anda menyuruh anak tersebut untuk memperhatikan kata-kata,

maka kesulitan mebaca pada anak tersebut akan terlihat jelas.

2. Dysgraphia (Kesulitan Menulis)

Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli

ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidka pernah menulis apapun di atas

kertas. Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable)

untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa

Page 7: Lp Komunitas Anak

Stephen memang tidak dapat menulis secara jelas. seberapapun ia mencoba

dengan keras ia tidak dapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang

lain tidak dapat membaca tulisan tangannya.

Apa yang dialami Stephen merupakan problem kesulitan menukis (disgraphya).

Tentunya disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan

yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam

waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk

dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.

Dalam menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas,

keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak

untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan

tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan

menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin dilakukan.

3. Dyscalculia (Kesulitan Menghitung)

Kemampuan membedakan ide-ide abstrak, seperti angka-angka negatif, atau

system angka yang tidk menggunkan basis sepuluh. Meskipun banyak masalah

yang mungkin turut mempengaruhi kemampuan untuk memahami, dan mencapai

keberhaislan dalam pelajaran matematika. Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu

pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi

aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki

masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak

yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan

kemampuan menghitungnya.

E. Penanggulangan Sulit Belajar

Anak dengan sulit belajar biasanya akan diterapi secara komprehensif yang

meliputi farmakoterapi, terapi perilaku, konseling, serta pelatihan guru maupun

orang tua. Penatalaksanaan ini membutuhkan konsistensi dan kesabaran ekstra

mengingat anak dengan kondisi ini memerlukan keteraturan dan kedisiplinan.

Page 8: Lp Komunitas Anak

1. Penanggulangan Dyseleksia

Cara yang paling sederhana dan paling efektif untuk membantu anak-anak

penderita dysleksia belajar membaca dengan mengajar mereka membaca dengan

metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama

guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang

tua mereka.

Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic ini

merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami

problem dysleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut.

Metode ini dapat dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun

software.

Bagi anda orang tua, berikut ini merupakan ide-ide yang dapat membantu anak

anda dengan phonic dan membaca:

a. Cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.

b. Tundalah sesi jika anak terlalu lelah, lapar, atau mudah marah hingga dapat

memusatkan perhatian.

c. Jangan melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan pada saat pertama;mulailah

dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.

d. Tentukan tujuan yang dapat dicapai : satu hari sebanyak satu halaman dari buku

phonics atau buku bacaan mungkin cukup pada saat pertama.

e. Bersikaplah positif dan pujilah anak anda ketika dia membaca dengan benar.

Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan bantu untuk membenarkan

kesalahan. Jika dia ragu-ragu, berikan waktu sebelum anda terburu-buru memberi

bantuan.

f. Ketika anda membaca cerita bersama-sama, pastikan bahwa anak tidak hanya

melafalkan kata-kata, tetapi merasakannya juga. Tanyakan pendapatnya tentang

cerita atau karakter-karakter dalam cerita tersebut.

Page 9: Lp Komunitas Anak

g. Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau paragraph dari

cerita dengan suara keras untuk memancing anak. Kemudian mintalah anak

membaca terusan ceritanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

h. Variasikan aktivitas dengan meluangkan beberapa sesi untuk melakukan

permaianan kata-kata sebagai ganti aktivitas membaca, atau mintalah anak untuk

mengarang sebuah cerita, tulislah cerita tersebut, dan mintalah ia untuk membaca

kembali tulisan tersebut.

i. Jangan membuat sesi ini sebagai pengganti kegiatan membaca dengan suara

keras pada anak anda. Jika anda selalu membacakan cerita waktu tidur,

pertahankanlah itu. Ini akan sangat membantunya mengenal buku dengan punuh

kegembiraan.

j. Berikan hadiah padanya ketika dia melakukan sesuatu dengan sangat baik atau

ketika anda melihat perubahan yang nyata pada nilai-nilainya di sekolah.

2. Penanggulangan Dysgraphia

Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbai untuk dysgraphia adalah

dengan jalan mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan

menggunakan teknologi untuk memberikan kesmepatan pada anak mengerjakan

pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.

Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan :

a. Untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan

menulis catatan).

b. Untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes

menulis).

c. Sebagai ganti menulis dengan tangan, anak-anak dapat meminta fotokopi dari

catatan-catatan guru atau meminta ijin untuk mengkopi catatn anak lain yang

memiliki tulisan tangan yang bagus.

d. Mengandalkan buku teks untuk belajar.

Page 10: Lp Komunitas Anak

e. Belajar cara mengetik dan menggunakan laptop / note book untuk membuat

catatan di rumah dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

f. Menggunakan alat perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran.

3. Penanggulangan Dyscalculia

Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang

mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang

intensif, atau dengan mengambil jalan pintas.

Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita

lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini

menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring).

Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar

seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada

juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi

pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami

problem dyscalculia tersebut.

Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, diberikan kalkulator untuk

menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidak

memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada

menghitung angka-angka tersebut.