lp asfiksia

20
A. DEFINISI Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera bernafas secara sepontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan (Nurarif & Kusuma, 2015). Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005). Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2005). B. ETIOLOGI Asfiksia dapat terjadi karena beberaa faktor: 1. Faktor ibu: a. Hipoksia ibu b. Gangguan aliran darah fetus 1) Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri 2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan 3) Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamlamsia c. Primi tua, Diabetes Melitus, anemia, ketuban pecah dini, infeksi. 2. Faktor plasenta

Upload: oktaviana-pieka-piekuq

Post on 28-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Asfiksia

A. DEFINISI

Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera bernafas

secara sepontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau

persalinan (Nurarif & Kusuma, 2015).

Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,

hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,

sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2005).

B. ETIOLOGI

Asfiksia dapat terjadi karena beberaa faktor:

1. Faktor ibu:

a. Hipoksia ibu

b. Gangguan aliran darah fetus

1) Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri

2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

3) Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamlamsia

c. Primi tua, Diabetes Melitus, anemia, ketuban pecah dini, infeksi.

2. Faktor plasenta

Abruptio Plasenta, Solusio Plasenta.

3. Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh

darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran

darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi

tali pusat antara jalan lahir dan janin.

4. Faktor neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu

pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan

Page 2: Lp Asfiksia

misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia

diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.

C. TANDA GEJALA

1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan

ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

b. Jika DJJ lebih dari 160 x/mnt dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

c. Jika DJJ kurang dari 100 x/mnt dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir

a. Bayi pucat dan kebiru-biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolik atau respirator

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgan

g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang,

nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100

x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks

rangsangan.

D. KLASIFIKASI ASFIKSIA

Asfiksia dilasifikasikan sebagai berikut:

1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)

Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus.

2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari

100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

Page 3: Lp Asfiksia

3. Asfiksia Berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari

100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas

tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak

lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,

pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.

E. PATOFISIOLOGI

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus

vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus

berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari

nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin

akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air

ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin

lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti,

denyut jantung mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-

angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara

teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus

menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh

yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam

basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai

menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai

bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan

darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara

alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.

Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala

sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap

rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.

Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika

Page 4: Lp Asfiksia

resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan

gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.

Page 5: Lp Asfiksia

F. PATHWAY

Persalinan lama, lilitan tali pusat, Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,

presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan

Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat

Apneu suplai O2 suplai O2

Ke paru dlm darah

Kerusakan otak G3 metabolisme

& perubahan asam basa

Ketidakefektifan Pola nafas

Resiko ketdkseimbangn

suhu tubuh

Ketidakefektifan Bersihan jalan

nafas

Page 6: Lp Asfiksia

DJJ & TD Kematian bayi Asidosis respiratorik

Janin tdk bereaksi

Terhadap rangsangan G3 perfusi ventilasi

Resiko cederaGangguan

pertukaran gas

Penurunan suplai O2 ke otak

kejang

Page 7: Lp Asfiksia

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah

Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :

a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun

karena O2 dalam darah sedikit.

b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi

preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.

c.  Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).

d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering

terjadi hipoglikemi.

2. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :

a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.

b. pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia cenderung

naik sering terjadi hiperapnea.

c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun

karena terjadi hipoksia progresif.

d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

3. Urine

Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)

b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)

c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

4. Foto thorax

Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

H. PENATALAKSANAAN UMUM

a. Terapi Suportif

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru

lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan

membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir

mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memastikan saluran nafas terbuka :

a. Meletakkan bayi pada posisi yang benar.

b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea

Page 8: Lp Asfiksia

c. Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka

2. Memulai pernapasan :

a. Lakukan rangsangan taktil

b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila

perlu menggunakan obat-obatan.

4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

a. Tindakan Umum

1) Pengawasan suhu

2) Pembersihan jalan nafas

3) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

b. Tindakan khusus

1) Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama  memperbakti

ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara

terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30

mmHg. Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan

bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %

dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra vena

perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika

ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan

biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila

setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau frekuensi

jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80-

I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 :

3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi

dinding torak.  Jika tindakan ini tidak berhasil bayi  harus dinilai kembali,

mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang

belum dikorekrsi atau gangguan organik seperti hernia diaftagmatika atau

stenosis jalan nafas.

Page 9: Lp Asfiksia

2) Asfiksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu 30-

60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera

dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02 intranasal dengan filtrat

1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian

dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan

dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil

diperhatikan gerakan dinding torak dan abdomen. Bila bayi

memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan

tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2  menit

sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera

dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari mulut ke

rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventitasi dari mulut ke

mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi

dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan

nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhak jika

setelah dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan frekuens jantung atau

perbaikan tonus otot intubasi endotrakheal harus segera dilahirkan,

bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit

setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi

telah dilakukan dengan adekuat.

b. Terapi Medikamentosa

1. Epinefrin

Indikasi:

a. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan

ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon.

b. Sistotik

c. Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg – 0,03 mg /

kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

2. Volume Ekspander

Indikasi:

a. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan tidak

ada respon dengan resueitasi.

Page 10: Lp Asfiksia

b. Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.

Klinis ,diitandai dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan

pada resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat.

Jenis Cairan :

a. Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal 10

ml / kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan

respon klinis.

b. Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak.

3. Bikarbonat

Indikasi:

a. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi.

Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.

b. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia 

Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah dan kimia. Dosis : 1-2

mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (7’4%). Cara :

diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak diberikan

secara i.v dengan kecepaten min 2 menit. Efek sarnping : pada

keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak furgsi

miokardium dan otak.

4. Nalokson

Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak rnenyebabkan

depresi pernapasan.

Indikasi:

a. Depresi pernapasan pada bayi bam lahir yang ibunya menggunailcan

narkotik 4 jam sebelurn pmsalinan.

b. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.

c. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai sebagai 

pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl tiba-tiba

pada sebagian bayi. Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml). Cara :

i.v endotrakheal atau bila  perfusi baik diberikan i.m atau s.c

Page 11: Lp Asfiksia

H. FOKUS PENGKAJIAN

a. Sirkulasi

Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60

sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).

Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di

kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.

Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.

Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

b. Eliminasi

Dapat berkemih saat lahir.

c. Makanan/ cairan

Berat badan : 2500-4000 gram

Panjang badan : 44-45 cm

Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

d. Neurosensori

Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.

Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama

setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,

edema, hematoma).

Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan

abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

e. Pernafasan

Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.

Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik

thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

f. Keamanan

Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi

tergantung pada usia gestasi).

Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah

muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal :

kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/

wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau

tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata,

Page 12: Lp Asfiksia

atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong)

dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi mukus banyak.

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d penurunan suplai oksigen dalam darah.

5. Resiko cidera b.d penurunan suplai oksigen ke otak (kejang).

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi mukus banyak.

Airway suction :

- Auskultasi suara napas sebelum suctioning.

- Monitor oksigenasi pasien

- Buka jalan napas menggunakan head tilt, chin lift.

- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.

- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

Oxigen Therapy :

- Bersihkan mulut, hidung dan secret trachea

- Pertahankan jalan napas paten

- Atur peralatan oksigenasi

- Monitor aliran oksigen

- Pertahankan posisi pasien

- Observasi tanda-tanda hipoventilasi

- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Air way management :

- Monitor respirasi dan status oksigenasi.

- Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

- Pasang mayo bila perlu.

- Lakukan fisioterapi dada jika perlu.

Page 13: Lp Asfiksia

- Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu.

4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d penurunan suplai oksigen dalam darah.

Newborn care:

- Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil.

- Pantau TTV

- Pantau warna dan suhu kulit.

- Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi.

- Tempatkan bayi baru lahir pada ruangan isolasi dan bawah pemanas.

- Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan.

- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan.

- Berikan antipiretik bila perlu.

5. Resiko cidera b.d penurunan suplai oksigen ke otak (kejang).

Environment management

- Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien

- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi

kognitif pasien dan riwayat terdahulu pasien.

- Menghindarkan lingkungan yang berbahaya.

- Memasang siderail tempat tidur.

- Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.

- Membatasi pengunjung.

- Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.

- Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga adanya perubahan status kesehatan

dan penyebab penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Lp Asfiksia

Kusuma, Hardi & Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Saihudin Bari Abdul, Adriansz George, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal edisi 1.YBP-SP. Jakarta.

T. Heather Herdman, PhD, Rn. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.

Tim Adaptasi Indonesia. 2009. Buku Saku Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Depkes : Jakarta.

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC.