lp asfiksia ewic

25
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA A. DEFINISI Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. (Prawiroharjo, 2008). Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera stelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera setelah lahir ( Hidayat, 2005).

Upload: ruliiyy-deangelo-tsii-monzterjackerz

Post on 17-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

lp asfiksia

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Asfiksia Ewic

LAPORAN PENDAHULUANASFIKSIA

A. DEFINISI

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan

mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan

gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi

kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas

secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam

uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,

persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila

penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. (Prawiroharjo, 2008).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur segera stelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya

hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena

kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses

terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau

dapat terjadi segera setelah lahir ( Hidayat, 2005).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR

a. Asfiksia Berat (APGAR Skor 0-3)

Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus

otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada,

pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih

dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum 

pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.

b. Asfiksia Sedang (APGAR Skor 4-6)

Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus

otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

Page 2: Lp Asfiksia Ewic

c. Asfiksia Ringan (APGAR Skor 7-10)

Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

C. ETIOLOGI

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia

pada bayi baru lahir, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Faktor Ibu

a. Cacat bawaan

b. Preeklampsia dan eklampsia

c. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

d. Partus lama atau partus macet

e. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

f. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

g. Hipoventilasi selama anastesi

h. Penyakit jantung sianosis

i. Gagal bernafas

j. Keracunan CO2

k. Tekanan darah rendah

l. Gangguan kontraksi uterus

m. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

2. Faktor Tali Pusat

a. Lilitan tali pusat

b. Tali pusat pendek

c. Simpul tali pusat

d. Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

a. Kompresi umbilikus

b. Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat

c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

d. Prematur

e. Gemeli

f. Kelainan congential

g. Pemakaian obat anestesi

h. Trauma yang terjadi akibat persalinan

Page 3: Lp Asfiksia Ewic

i. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

j. kelainan bawaan (kongenital)

k. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

4. Faktor Plasenta

a. Plasenta tipis

b. Plasenta kecil

c. Plasenta tidak menempel

d. Solusio plasenta

5. Faktor persalinan

a. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

b. Partus lama

c. Partus tindakan

D. MANIFESTASI KLINIS

Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam

periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut

jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara

berangsur-agsur berkurang dari bayi memasuki periode apneru primer.

Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi

pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi cepat Gejala lanjut pada

asfiksia :

1. Pernafasan megap-megap yang dalam

2. Denyut jantung terus menurun

3. Tekanan darah mulai menurun

4. Bayi terlihat lemas (flaccid)

5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)

6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)

7. Menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik)

8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak

9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler

Page 4: Lp Asfiksia Ewic

E. PATOFISIOLOGI

Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas

oleh karena plasenta menyediakan  oksigen dan mengangkat CO2 keluar dari tubuh janin.

Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang

diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi

darah dalam paru saat ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini

disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi

darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam

arteriol paru.

Segera setelah lahir bayi akan menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada

saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan

masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap.

Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru

akan meningkat secara memadai.

Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan diperlukan

untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan alveoli mengembang

untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang beberapa tarikan nafas yang pertama

sangat diperlukan untuk mengawali dan menjamin keberhasilan pernafasan bayi

selanjutnya. Proses persalinan normal (pervaginam) mempunyai peran yang sangat

penting untuk mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui

ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada

pernafasan pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna

(memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada keadaan ini

bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh karena alveoli tidak

mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan gerakan pernafasan yang

lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat

dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa

terjadi pada bayi kurang bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu

saat hamil, pengaruh obat-obat anestesi pada operasi sesar.

Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya udara kedalam

alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi dalam paru yang

berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara lain vasokonstriksi pembuluh

darah paru yang berakibat menurunkan perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan

Page 5: Lp Asfiksia Ewic

perfusi paru seringkali disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga

oksigen akan menurun dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup

dan Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.

Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh tidak

mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari

berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau menetap, sehingga

menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada

tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin

hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus,

maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam

organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengganggu

fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular yang

ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Secara singkat

dapat disimpulkan bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian

yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2, menurunnya pH darah dipakainya

sumber glikogen tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya

menimbulkan masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau

mungkin berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai

menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi

memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang

dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi

akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi

memasuki perioode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan

darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi

terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.

Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak

dimulai segera.

Page 6: Lp Asfiksia Ewic

F. PATHWAYS

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya

asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:

1. Pemeriksaan pH Darah Janin

Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan

kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-

Page 7: Lp Asfiksia Ewic

nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun

dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya (Wiknjosastro, 2007).

2. Analisa Gas Darah

Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya asidosis dan

alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan tingkat saturasi SaO2 dan

PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat

kemajuan terapi (Muttaqin, 2008).

3. Elektrolit Darah

Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan garam-garam

elektrolit sebagai buffer juga terganggu kesetimbangannya. Timbul asidosis laktat,

hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi. Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji

laboratorium dengan test urine untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein.

4. Gula Darah

Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine untuk

kandungan glukosa. Penderita asfiksia umumnya mengalami hipoglikemi.

5. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi seperti Ultrasonografi (USG), Computed Tomography Scan

(CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) mempunyai nilai yang tinggi

dalam menegakkan diagnosis

6. USG ( Kepala )

7. Penilaian APGAR score

8. Pemeriksaan EGC dan CT- Scan

9. Foto polos dada

H. TERAPI DAN PENGOBATAN

1. Pengaturan suhu

Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan seluruhnya

dengan kain kering dan hangat, dan diletakan telanjang di bawah alat/ lampu

pemanas radiasi, atau pada tubuh Ibunya, bayi dan Ibu hendaknya diselimuti dengan

baik, namun harus diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan

pada tubuh bayi.

Page 8: Lp Asfiksia Ewic

2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas, Breathing/

mengusahakan timbulnya pernafasan/ ventilasi, Circulation/ memperbaiki sirkulasi

tubuh, Drug/ memberikan obat)

A.   Memastikan saluran nafas terbuka

1. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.

2. Menghisap mulut, hidung dan trakhea.

3. Bila perlu, masukkan pipa ET untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

B.   Memulai pernafasan

1. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.

2. Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan balon,

mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)

C.   Mempertahankan sirkulasi darah

Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres pada daerah

dada

D.   Pemberian obat-obatan

1. Epineprin

Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap di bawah 80 x/mnt

walaupun telah diberikan paling sedikit 30 detik VTP adekuat dengan

oksigen 100 % dan kompresi dada atau frekuensi jantung. Dosis 0,1 – 0,3

ml/kg untuk larutan 1:10000. Cara pemberian dapat melalui intravena (IV)

atau melalui pipa endotrakheal.

Efek : Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan konstraksi jantung

2. Volume ekspander (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%, NaCl, RL).

Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian atau diduga

adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemi. Dosis 10 ml/

kg. Cara pemberian IV dengan kecepatan pemberian selama waktu 5-10

menit.

Efek : meningkatkan volume vaskuler, meningkatkan asidosis metabolik.

3. Natrium Bikarbonat

Indikasi : digunakan apabila terdapat apneu yang lama yang tidak

memberikan respon terhadap terapi lain. Diberikan apabila VTP sudah

dilakukan.

Page 9: Lp Asfiksia Ewic

Efek : memperbaiki asidosis metabolik dengan meningkatkan ph darah

apabila ventilasi adekuat, menimbulkan penambahan volume disebabkan

oleh cairan garam hipertonik.

4. Nalakson hidroklorid/ narcan

Indikasi : depresi pernafasan yang berat atau riwayat pemberian narkotik

pada Ibu dalam 4 jam sebelum persalinan.

Efek : antagonis narkotik.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk

memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang

memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien

a. Identitas Pasien

Mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,

perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.

b. Keluhan Utama

Biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bias bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi ditandai dengan

sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis metabolik

c. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1) Prenatal

Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik, keracunan

karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi

mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada

waktu kehamilan.

2) Intranatal

Biasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekurangan O2 sebab partus lama,

rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada

placenta, prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius terlalu banyak dan

tidak tepat pada waktunya, perdarahan bayak, placenta previa, sulitio

plasenta, persentase janin abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahir

Page 10: Lp Asfiksia Ewic

3) Postnatal

Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic,

perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi organ.

d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik, keracunan

karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, bayi

mempunyai resiko tinggi terhadap cacat bawaan dan tejadi trauma pada

waktu kehamilan.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi hipoksia,

hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas minimal atau tidak ada,

perubahan fungsi janutng, kegagalan system multi organ, kejang, nistagmus

dan menagis kurang baik atau tidak menangis.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes, hipertensi yang

diinduksi oleh kehamilan dan obat-obat infeksi.

e. Pemeriksaan fisik

1) Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi

preterm terdapat lanugo dan verniks.

2) Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-

ubun besar cekung atau cembung.

3) Mata

Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva,

warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

4) Hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

5) Mulut

Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.

Page 11: Lp Asfiksia Ewic

6) Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.

7) Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.

8) Thorax

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan

ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.

9) Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costae pada garis

papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites/tumor,

perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah

masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum

sempurna.

10) Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda- tanda infeksi

pada tali pusat.

11) Genitalia

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara

uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan

labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

12) Anus

Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna

dari faeces.

13) Ekstremitas

Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang

atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

14) Refleks

Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.

Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan saraf

pusat atau adanya patah tulang

2. Diagnosa Keperawatan

Page 12: Lp Asfiksia Ewic

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d post asfiksia berat.

e. Resiko terjadinya hipotermia .b.d proses persalinan yang lama

f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d reflek menghisap lemah.

g. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d respon imun yang terganggu.

3. Intervensi

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan jalan nafas lancar.

Kriteria Hasil : -  Tidak menunjukkan demam.

-  Tidak menunjukkan cemas.

-   Rata-rata repirasi dalam batas normal.

-   Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.

-   Tidak ada suara nafas tambahan.

Intervensi :

1) Auskultasi bunyi napas,dan catat adanya bunyi napas tambahan

Rasional :obstrusi jalan napas dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi

tambahan  misal ronki

2) Kaji / pantau frekuensi pernapasan

Rasional : pada takipnea biasanya ditemukan pernapasan dapat melambat dan

frekuensi espirasi memanjang dibanding inspirasi.

3) Catat adanya dispnea

Rasional: disfungsi pernapasan adalah variable biasanya disebabkan oleh

adanya infeksi atau reaksi alergi.

b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan pola nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil : -  Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.

-  Ekspansi dada simetris.

-  Tidak ada bunyi nafas tambahan.

-   Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

Page 13: Lp Asfiksia Ewic

Intervensi :

1) Pertahankan kebersihan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lendir.

2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan

3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu

nafas

5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.

6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan pertukaran gas teratasi.

Kriteria hasil : -  Tidak sesak nafas

-   Fungsi paru dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.

2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d post asfiksia berat

Tujuan: Kebutuhan O2 bayi terpenuhi

Kriteria hasil : -  Pernafasan normal 40-60 kali permenit

-  Pernafasan teratur

-  Tidak sianosis

-  Wajah dan seluruh tubuh warna kemerahan

-   Gas darah normal.

Intervensi:

1) Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher

sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu

bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.

Rasional: Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat

mengurangi kelancaran jalan nafas.

2) Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.

Rasional: Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk

menjamin pertukaran gas yang sempurna.

3) Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda sianosis tiap 4 jam.

Page 14: Lp Asfiksia Ewic

Rasional: Deteksi dini adanya kelainan.

4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar

gas darah arteri.

Rasional: Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk

jantung dan  otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan

hipoventilasi.

e. Resiko terjadinya hipotermi b.d proses persalinan yang

Tujuan: Tidak terjadi hipotermia.

Kriteria hasil: -  Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C

-  Akral hangat; Warna seluruh tubuh kemerahan.

Intervensi:

1) Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer).

Rasional:Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga

meletakkan bayi menjadi hangat.

2) Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan

bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.

Rasional:Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.

3) Observasi suhu bayi tiap 6 jam.

Rasional:Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia

4) Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI

tidak mungkin diberikan.

Rasional:Mencegah terjadinya hipoglikemia.

f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d reflek menghisap lemah.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil: -  Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik

-   Berat badan tidak turun lebih dari 10%

- Retensi tidak ada.

Intervensi:

1) Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.

Rasional: Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat

tindakan keperawatan

2) Monitor turgor dan mukosa mulut.

Page 15: Lp Asfiksia Ewic

Rasional: Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.

3) Monitor intake dan out put

Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).

4) Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.

Rasional; Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.

5) Lakukan control berat badan setiap hari.

Rasional: Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.

g. Resiko terjadinya infeksi b.d respon imun yang terganggu.

Tujuan: Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)

Kriteria hasil: -   Tidak ada tanda-tanda infeksi

-   Tidak ada gangguan fungsi tubuh.

Intervensi:

1) Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan

keperawatan

Rasional: Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang/rendah.

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Rasional: Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.

3) Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).

Rasional: Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.

4) Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.

Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat  pengeringan tali

pusat karena   mengandung anti biotik, anti jamur, desinfektan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat,A.Aziz. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Page 16: Lp Asfiksia Ewic

Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem.

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Asuhan Persalinan Normal. 2007. JPHIEGO

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta :EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. J aka r t a : Yayasan B ina Pus t aka

Wiknjosastro, Gulardi H ,dkk.2008. Asuhan Persalinan Normal:Jakarta:USAID

LAPORAN PENDAHULUANASFIKSIA

Disusun oleh :

Dewi Haryati

Page 17: Lp Asfiksia Ewic

1408023

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

2015