lomba artikel ruu keperawatan

Upload: dita-as-can

Post on 17-Jul-2015

112 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KENAPA SIH RUU KEPERAWATAN ITU PENTING UNTUK DISAHKAN?? Anindita Ratna Pratiwi Universitas Jenderal Soedirman

1. Pendahuluan Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat, bertanggung jawab dan akuntabel terhadap pelayanan keperawatan yang bermutu, aman, dan terjangkau sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimilikinya. Adapun penyelenggaraan praktik keperawatan itu sendiri didasarkan kepada kewenangan yang diberikan karena keahlian dibidang ilmu keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Kesehatan no. 36 tahun 2009. Di era pasar bebas, keperawatan merupakan profesi yang memiliki masa depan cerah dan menjanjikan. Karena itu, profesionalisme keperawatan perlu ditumbuhkan sejak dini, agar tenaga perawat lebih percaya diri dalam memberikan pelayanan terhadap klien. Di sisi lain sebagai contoh, di Jepang sudah mulai siapsiap memproteksi perawat lokal di negaranya dengan menerbitkan peraturanperaturan yang relatif menyulitkan perawat asing untuk bisa bekerja disana, yaitu keharusan bagi seorang perawat untuk bisa menggunakan tulisan kanji di sana, padahal tidak semua Jepang bisa memahami dan menggunakan tulisan kanji dengan baik. Artinya setiap negara perlu membuat semacam mekanisme perlindungan untuk memproteksi tenaga kerja lokal mereka, dalam hal ini tenaga perawat.

2. Tujuan Penulisan Tujuan penulis menulis artikel ini adalah untuk memberikan gambaran tentang keperawatan secara umum, tentang apa dan mengapa RUU keperawatan sangat mendesak untuk disahkan.

3. Pembahasan Keperawatan sebagai profesi, mempersyaratkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat dilakukan secara professional oleh perawat/ners dengan kompetensi yang memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan moral, sehingga masyarakat terlindungi. Dengan demikian masyarakat akan menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang

bermutu,aman, dan terjangkau Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic, yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan, menjadikan perawat berada pada posisi kunci. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Namun demikian, melemahnya kepercayaan masyarakat dan maraknya tuntutan hukum terhadap praktik tenaga kesehatan termasuk keperawatan, seringkali diidentikkan dengan kegagalan upaya kesehatan padahal perawat hanya melakukan daya upaya sesuai disiplin ilmu keperawatan. Selain itu, tantangan profesi perawat di Indonesia di era pasar bebas semakin meningkat. Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini tidak hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi dominan yaitu; keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan

kewajiban, perubahan sistem pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra system dan pranata lain yang terkait. Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Dengan demikian, untuk menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerima pelayanan dan asuhan keperawatan serta perawat sebagai pemberi pelayanan dan asuhan keperawatan, maka diperlukan ketetapan hukum yang mengatur tentang keperawatan. Hanya perawat yang memenuhi persyaratan saja yang akan mendapatkan lisensi/ijin melakukan pratik keperawatan. Untuk itu diperlukan Undang-Undang Keperawatan yang tegas dan jelas. Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia sebagai bagian dari masyarakat pasar bebas dan telah menandatangani kesepakatan di antara 10 negara ASEAN khususnya di bidang pelayanan kesehatan yang dikenal dengan MRA (Mutual Recognition Agreement), memerlukan suatu lembaga independen untuk mengatur sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi bagi praktik perawat. Hal ini dikarenakan dalam kancah pasar bebas, keperawatan di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-negara di Asia terutama dalam hal lemahnya regulasi tentang keperawatan. Di antara 10 negara di Asia tenggara, tujuh negara telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang keperawatan, sedangkan Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang belum memiliki undang-undang keperawatan. Padahal adanya undang-undang keperawatan merupakan salah satu prasyarat mutlak untuk ikut berperan dalam kancah pasar bebas, apalagi Indonesia telah memproduk tenaga keperawatan dalam jumlah yang besar. Adanya undangundang keperawatan merupakan jaminan terhadap mutu dan standar keperawatan disamping sebagai perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima jasa pelayanan keperawatan. Memasuki tahun 2012 ini, proses legislasi RUU Keperawatan sudah memasuki tahap pembahasan tetapi kembali menghadapi tawaran baru yaitu bagaimana jika perawat diatur dalam UU Nakes bersama dengan tenaga kesehatan lainnya. Padahal jelas setiap profesi berbeda keadaannya baik dari segi kesiapan meupun urgensinya masing-masing. Hal serupa pernah terjadi di taun 2008, ketika

perawat meminta adanya UU Keperawatan, dengan segera pemerintah menerbitkan Permenkes 148 yang terbukti sampai sekarang tidak dapat menyelesaikan masalah keperawatan. Karena bukti di lapangan dari tata urutan perundangan, peraturan menteri tidak masuk di dalamnya dan kejadian yang sering terjadi permen disitu kalah dengan perda yang dikeluarkan PEMDA. Selain itu, RUU Nakes tidak akan mampu mencakup seluruh aspek pengaturan Profesi Kesehatan. Belajar dari UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa UU tersebut mengatur hal yang pokok dan pelaksanaannya oleh PP. Keperawatan tidak akan mungkin diatur seluruhnya pada UU Nakes sehingga nantinya akan diatur dengan PP, padahal pengaturan dengan PP tidak setara dengan banyak Negara di dunia dimana profesi keperawatan diatur dengan Nursing act. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa Indonesia telah menandatangani MRA pada tanggal 8 Desember 2006 namun perlindungan hukum yang seharusnya diberikan oleh pemerintah untuk memberi jaminan perlindungan bagi perawat Indonesia untuk memulai proses tersebut salah satunya memberikan UU. Tapi kenyataannya, RUU Keperawatan yang sudah diperjuangkan selama ini oleh elemen keperawatan sendiri tidak juga segera disahkan. Padahal MRA Kedokteran yang baru ditandatangani pada 26 Februari 2009 telah langsung melahirkan UU Kedokteran sebagai bentuk perlindungan. Dimana tanggungjawab pemerintah untuk menerjunbebaskan perawat yang menempati jumlah tertinggi di pelayanan kesehatan ini? apakah pemerintah takut apabila nantinya RUU Keperawatan disahkan dan pengelolaan keuangan berkaitan dengan pasar bebas tenaga keperawatan diatur oleh elemen keperawatan sendiri akan menurunkan pemasukan bagi pemerintah? Dari hasil pertemuan Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) dengan Kementerian Kesehatan pada tanggal 5 Maret 2012 kemarin ketika ditanya tentang RUU Keperawatan dan RUU Nakes bagi kemenkes dua-duanya tidak ada masalah asalkan keduanya tidak bertentangan. RUU Tenaga Kesehatan kementrian kesehatan mengajukan ini agar ada regulasi besar yang memayungi seluruh profesi kseshatan dan mengatur intreprofesional di dalamnya dan silahkan untuk RUU Keperawatan mengatur secara detail yang

berhubungan dengan perawat itu sendiri, jadi memang tidak ada masalah dari kementrian kesehatan malahan ini bagus sekali agar semuanya diatur secara jelas. Profesi Perawat telah mempersiapkan beberapa hal untuk Implementasi UU Keperawatan bila segera disyahkan antara lain : Komite Nasional Uji Kompetensi Perawat dengan segala kelengkapannya dan pedoman pelaksanaannya, sudah ada 14 Kolegium Keperawatan, Pedoman Praktik mandiri Perawat, Kode Etik dan mekanisme penanganan masalah etik Keperawatan, Pedoman sertifikasi (Continuing Nursing Education), standar Kompetensi, standar Praktik dengan mengacu pada Frame work International Council of Nursing, dan lainnya. Bila kita bandingkan dengan Negara-negara lain baik yang maju maupun Berkembang, telah ada Undang-Udang Keperawatan (nursing act), dan umumnya Profesi yang harus diatur dengan Undang-undang tersendiri adalah antara lain : dokter (medical act), Dokter gigi (dentist act), Farmasi (farmacies Act), dan Perawat (Nursing Act) atau ada juga (Nursing and Midwifery Act), jadi bukan hal yang berlebihan untuk adanya UU Keperawatan di Indonesia. Oleh karena itu, proses yang sedang berjalan ini kami harapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga UU Keperawatan yang menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia dapat terealisasikan di tahun 2012 ini. Secara umum mengapa UU Keperawatan dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia karena : Memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi tenaga perawat yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan keperawatan Memberikan kepastian dan jaminan hokum bagi masyarakat yang akan memanfaatkan pelayanan keperawatan Meningkatkan keperawatan Mempercepat masyarakat keberhasilan upaya peningkatan derajat kesehatan aksesibilitas, keterjangkauan dan mutu pelayanan

4. Penutup a. Kesimpulan Seringkali dalam praktik keperawatan, pemberian asuhan

keperawatan yang bersifat gray area tidak dapat dihindari. Namun sampai saat ini masih belum ada aturan yang jelas bagaimana standar operasionalnya, sehingga apabila ada permasalahan berkaitan dengan hal tersebut tanggungjawab dibebankan sepihak kepada perawat dan tentunya sangat merugikan profesi perawat. Keberadaan kelembagaan sangat penting dalam turut memajukan keperawatan Indonesia dan sekaligus meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan yang diberikan. Namun demikian, saat ini baru ada Organisasi Profesi Keperawatan yang untuk Indonesia disebut PPNI dan keberadaannya pun belum dimaksimalkan untuk kemajuan keperawatan Indonesia. Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai

keperawatan saat ini masih belum memadai dan memberikan perlindungan bagi perawat didalam memberikan pelayanan apalagi bila dibandingkan dengan perangkat hokum Negara lain di dunia.hal ini berpengaruh pada pengakuan perawat dalam kancah pasar bebas setelah ditandatangani MRA. b. Saran Perlu diatur secara tegas standar operasional yang berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan yang sifatnya gray area. Pendirian dan pemberdayaan dari masing-masing kelembagaan di bidang keperawatan (termasuk Kolegium Keperawatan dan Konsil Keperawatan) perlu diatur secara jelas dan tegas. Sehingga kelembagaan tersebut didalam menjalankan berperan dan

fungsinya dapat bertugas secara maksimal dan tidak ada tumpang tindih. Perlu adanya pengaturan tentang keperawatan dalam bentuk undang-undang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. FKPS Tidak Terima RUU Keperawatan Dibuang dari Prolegnas 2010. http://www.dpr.go.id (diakses 20 Maret 2012) Anonim. 2011. RDP PPNI dengan Komisi IX DPR RI. http://www/inna-ppni.or.id (diakses 20 Maret 2012) Arif Eko Yuniawan Cecep Triwiboowo, Hukum Keperawatan; Panduan Hukum dan Etika bagi Perawat, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2010. Group Facebook Peduli RUU Keperawatan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.

HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.