lo-tobacco & economy (fatin)

10
Editor : Tobacco & Economy 20 th Block—PBKM | 1 st Chapter dr. Titiek Hidayati, M.Kes 20 .10 .2012 ` Beban Ekonomi Merokok Di Indonesia Assalammualaikum teman-teman, gimana nih? Ga kerasa uda blok 20 aja ya kitanya?? Masih tetep semangat kan ya?? Pastinya dong… maju terus pantang mundur, koprol, kayang, dsb ya.. ^_^ so, kita lngsung cuss aja yuk ke materi kuliahnya yah.. Sebelum ngejelasin tentang materinya dr titik sebelumnya tanya jawab dulu sama fikri a.k.a riki (kalo yang kuliah mesti tau kan ya ^_^) dr. Titiek : Bagaimana cara mengatasi permasalahan rokok di indonesia? Karna justru yang merokok itu berdasarkan survei yang dilakukan justru masyarakat yang berpenghasilan agak rendah gitu?Karna mereka menganggap kalo merokok itu adalah hiburan bagi meraka. Fikri : Kalo menurut saya, dengan cara menaikkan biaya/ harga dr rokok perbungkusnya..karna seperti yang kita ketahui kalo harga rokok di Indonesia itu masih terjangkau oleh semua kalangan. dr. Titiek : Iya yang dikatakan oleh fikri itu salah satu tindakan yang bisa dilakukan juga, karna kalo di Thailand itu harga rokok 1 bungkusnya sekitar 60 ribu dan kalo di US itu sekitar 150 ribu perbungkusnya. Tetapi hal yang paling penting sebenernya adalah dukungan dari pemerintah sendiri. Kalo di Indonesia Tobacco & Economy 2 1

Upload: mol3y

Post on 28-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tobacco

TRANSCRIPT

Page 1: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

dr. Titiek Hidayati, M.Kes20 .10 .2012

`

Beban Ekonomi Merokok Di Indonesia

Assalammualaikum teman-teman, gimana nih? Ga kerasa uda blok 20 aja ya kitanya?? Masih tetep semangat kan ya?? Pastinya dong… maju terus pantang mundur, koprol, kayang, dsb ya.. ^_^ so, kita lngsung cuss aja yuk ke materi

kuliahnya yah..

Sebelum ngejelasin tentang materinya dr titik sebelumnya tanya jawab dulu sama fikri a.k.a riki (kalo yang kuliah mesti tau kan ya ^_^)

dr. Titiek :Bagaimana cara mengatasi permasalahan rokok di indonesia? Karna justru yang

merokok itu berdasarkan survei yang dilakukan justru masyarakat yang berpenghasilan agak rendah gitu?Karna mereka menganggap kalo merokok itu

adalah hiburan bagi meraka.

Fikri :Kalo menurut saya, dengan cara menaikkan biaya/ harga dr rokok

perbungkusnya..karna sepertiyang kita ketahui kalo harga rokok di Indonesia itu masih terjangkau oleh semua

kalangan.

dr. Titiek :Iya yang dikatakan oleh fikri itu salah satu tindakan yang bisa dilakukan juga,

karna kalo di Thailand itu harga rokok 1 bungkusnya sekitar 60 ribu dan kalo di US itu sekitar 150 ribu perbungkusnya. Tetapi hal yang paling penting

sebenernya adalah dukungan dari pemerintah sendiri. Kalo di Indonesia pemerintah tidak bisa berbuat banyak kaitanya dengan masalah rokok karena

trnyata kalo di Indonesia itu walapun presiden tidak mempunyai saham dalam 1 perusahan rokok, tapi ada beberap perusahaan rokok yang memberikan jatah saham kepada setiap presiden di Indonesia.Jadi intinya mah

kalo perusahan rokok itu masih dilindungi oleh para Stakeholder. Dan seperti yang kita lihat

juga ada beberapa merk rokok yang juga memberikan beasiswa gtu deh…

Tobacco & Economy

2 jam

1

Page 2: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

`ckckckc..bener2 complicated bgt ya masalah rokok di Indonesia… serta masih

banyak lagi contoh lainnya..

Tabel 1.1.Daftar 10 negara di dunia dengan konsumsi rokok tertinggi tahun 2002

Konsumsi RokokSecara nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada tahun yang sama. Kalo di Asia itu Indonesia urutan ke3 setelah Cina dan India.

Tren Konsumsi RokokSecara aggregat, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Kenaikan konsumsi rokok yang paling tinggi (159%) terjadi antara tahun 1970 dan 1980, yaitu dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang, bersamaan dengan mekanisasi industri rokok kretek pada tahun 1974.

Tembakau memiliki 4 macam sifat ketergantungan :1. Di tanah melalui tanaman yang tergantung kepada bahan kimia 2. Di tubuh melalui ketergantungan secara fisik3. Di pemerintah menjadi tergantung kepada pemasukan dari rokok yang

membuat sulit untuk berhenti4. Di masyarakat, oleh karena sponsorsip pada acara sosial dan budaya

yangmembuat tergantung terhadap dukungan dari pabrik rokok, padahal dukungan dari selain itu masih sangat mungkin

Beban kesakitan akibat rokok sangat tinggi di Indonesia karena :1. Sistem pelayanan kesehatan (SDM, prasarana, dan sarana) sangat kurang2. Rumah tangga seorang perokok yang sakit akan kehilangan pendapatan

rumah tangga karena: Hilangnya gaji sebagai sumber pendapatan karena kesakitan Biaya langsung maupun tidak langsung akibat perawatan kesehatan Biaya oportunistik : sumber dana yang bisa dialihkan untuk

kepentingan lain seperti anak-anak dan orangtua3. Berapa besar biaya yang dihabiskan untuk rokok ?4. Rata-rata 6% dari pendapatan rumah tangga dibelanjakan untuk rokok. Di

rumah tangga dengan pendapatan yang rendah dengan kepala rumah tangga seorang perokok, lebih banyak uang yang dihabiskan untuk rokok dibandingkan untuk biaya pendidikan anak.

2

Page 3: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

`

Sumber: USDA Foreign Agriculture Service

Beban Karena Merokok pada Tingkat Rumah Tangga Beban Keuangan dari Tembakau

Data Survei Kesehatan Nasional 2001 menunjukkan bahwa konsumsi rokok rata-rata per kapita per hari adalah 11,2 batang atau 336 batang per bulan.

Bila harga rata-rata 1 batang rokok adalah Rp. 400,-, maka biaya yang diperlukan untuk membeli tembakau/rokok dalam 1 bulan adalah Rp. 134.400,- atau sebesar 20 hari upah minimum regional (UMR) di DKI Jakarta yang besarnya Rp. 6.500 per hari.

Secara makro, dapat dihitung biaya pembelian tembakau/rokok oleh 31,5 % perokok aktif (64.973.347 orang) yang ada di Indonesia dalam satu bulan berjumlah Rp. 8.576.481.804.000,- (sekitar 8.57 trilyun rupiah).

Kesehatan dan Keselamatan Petani Tembakau dan Karyawan Industri Rokok

• Nikotin yang dihisap ketika merokok atau mengunyah tembakau, juga diserap dengan cepat melalui kulit ketika memanen atau bekerja dengan daun tembakau dan mengakibatkan terjadinya Green Tobacco Sickness (GTS).

• GTS dilaporkan terjadi pada 1-10% dari pekerja tembakau di Amerika Serikat. Pekerja berusia lebih muda mempunyai resiko menderita GTS lebih tinggi, berarti prevalensi di negara berkembang juga lebih tinggi; karena banyaknya pekerja dibawah umur yang melakukan panen dan pemrosesan tembakau. Penelitian di Brazil Selatan oleh Christian Aid, menunjukkan para petani tembakau menderita penyakit yang dikaitkan dengan paparan terhadap pestisida, termasuk depresi, anxietas, kelainan fungsi neurologis, sakit pada otot dan tremor seperti pada penyakit Parkinson.

• Penelitian Suriani (1996) pada 80 petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah menemukan angka insiden Green Tobacco Sickness (GTS) 63,7%.

3

Page 4: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

`Keluhan yang sering ditemukan adalah pusing, sakit kepala serta kelelahan.

• Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada faktor kenaikan tekanan darah, meningkatnya denyut nadi, frekuensi pernapasan dan kadar nikotin urin pada petani dengan GTS dan yang tidak terkena GTS. Faktor resiko yang mempengaruhi GTS adalah pengalaman kerja, letak daun yang dipetik, serta penggunaan alat pelindung. Pemetik daun tembakau yang telah lama bekerja, pemetik daun tembakau letak tengah, serta pemakai baju lengan panjang sedikit terkena GTS dibandingkan pemetik daun tembakau yang baru bekerja, pemetik daun letak tengah atas dan tidak memakai baju lengan panjang.

Pengeluaran untuk Tembakau Relatif Terhadap Barang dan Pelayanan Lainnya

• Proporsi pengeluaran rata-rata untuk pembelian rokok/tembakau terhadap pendapatan rumah tangga pada tahun 2001, berkisar antara 9,1%(kelompok pendapatan paling rendah) dan 7,47% (kelompok pendapatan paling tinggi) atau meningkat dibandingkan dengan tahun 1995 (6,11% untuk kelompok pendapatan paling rendah dan 4,99% untuk kelompok pendapatan paling tinggi).

• Sedangkan kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar 10% akan meningkatkan konsumsi rokok sebesar 3.5-8.3%.

• Pengeluaran untuk tembakau ini dapat dipergunakan untuk kebutuhan keluarga lainnya yang lebih bermanfaat, misalnya: membeli makanan bergizi tinggi (telur, daging) ataupun untuk kebutuhan pendidikan anak, tentu akan memberi nilai lebih bagi kesejahteraan keluarga tersebut. Survei Gizi dan Kesehatan yang dilakukan oleh Helen Keller International/Indonesia dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan menunjukkan penurunan konsumsi makanan bergizi tinggi, seperti telur, susu dan daging; sedangkan pengeluaran untuk tembakau tidak menurun.

Biaya Pelayanan Kesehatan Individu Karena Penggunaan TembakauData rata-rata lama hari rawat di rumah sakit dan biaya perawatan karena perilakumerokok untuk

tahun 2002 dan 2003 telah dikumpulkan dari Rumah

Sakit UmumPusat Persahabatan; sejumlah 4 - 7

status penderita untuk setiap jenis diagnosis. Rata-

rata lama hari rawat penderita berkisar dari 2 hari

4

Page 5: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

`untuk katarak hingga 21hari untuk kanker mulut dan tenggorok. Rata-rata total biaya pelayanan kesehatanper episode penyakit berkisar antara Rp. 221.000,- (Sindroma depresi pernapasan)hingga Rp. 2.673.000,- (Kanker

mulut dan tenggorok).

Jumlah Pekerja Sektor PertanianSebagian besar pekerja di Indonesia masih bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 2001, total pekerja di semua sektor berjumlah 90,8 juta orang dengan proporsi pekerja yang bekerja di sektor pertanian (43,8%), jasa (32,6%) dan industri (23,6%). Selama periode 1985-2001, proporsi pekerja di sektor pertanian menurun 11 % yaitu dari 54,7% menjadi 43,8% dari keseluruhan tenaga kerja sektor formal. Sebaliknya, terjadi peningkatan proporsi di sektor industri sebanyak 7% dari 16,6% (1985) menjadi 23,6% (2001) dan di sektor jasa sebesar 4% dari 28,7% (1985) menjadi 32,6% (2001) dari keseluruhan tenaga sektor formal. Terjadi pengalihan alamiah lapangan usaha di Indonesia dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.

Persentase Petani Tembakau Terhadap Pekerja Sektor Pertanian. Menurut data Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, jumlah petani tembakau berkisar antara 400.000 sampai lebih dari 900.000 antara tahun 1996 dan 2001. Berdasarkan angka-angka ini, persentase petani tembakau berkisar antara 1,0-2,5% dari seluruh pekerja sektor pertanian atau 0.4 – 1 % tenaga kerja sektor formal.

Lapangan Kerja yang Tersedia di Pertanian Tembakau• Pertanian tembakau bukanlah merupakan pekerjaan purna waktu. Karena

itu dilakukan estimasi jumlah pekerja setara purna waktu (full time equivalent=FTE) untuk pertanian tembakau dengan menggunakan perkiraan jumlah hari orang kerja (HOK) untuk menanam satu hektar tembakau dengan menggunakan rumus penghitungan jumlah pekerja setara purna waktu (FTE) pertanian tembakau.

• Penggunaan tenaga kerja tembakau di Temanggung per hektar sekitar 254 hari orang kerja (HOK). Pada usaha tani tembakau Mole dan Muntilan masing-masing menggunakan tenaga kerja sebesar 230 HOK dan 411 HOK. Apabila diasumsikan usaha tani tembakau memerlukan waktu 4 bulan per musim tanam, maka diperkirakan akan dibutuhkan 2,5 tenaga kerja setara purna waktu (FTE) per hektar per hari. Dengan demikian perkiraan kebutuhan tenaga kerja di usaha tani tembakau untuk lahan tembakau seluas 175.000 hektar pada tahun 2002 adalah sebanyak 444.500 orang setara purna waktu (full time equivalent) atau kurang dari ½ juta orang. Dengan cara perhitungan ini tampak bahwa pada periode 1996-2002 jumlah pekerja yang bekerja di pertanian tembakau cenderung menurun 21,2 % yaitu dari 564,3 ribu orang FTE menjadi 444,5 ribu orang FTE. Proporsi petani tembakau FTE terhadap keseluruhan pekerja sektor pertanian dari tahun 1990-2001 berkisar antara 1.0-1,6%. Sedangkan terhadap keseluruhan tenaga kerja sektor formal rata-rata kurang dari 1% pada periode yang sama.

• Bukti dari negara-negara maju menunjukkan bahwa penurunan konsumsi tembakau berakibat pada pengurangan bertahap dari jumlah pekerja di

5

Page 6: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

`bidang pertanian tembakau setelah sekian generasi. Penurunan konsumsi rokok di negara maju menunjukkan bahwa perubahan terjadi sangat perlahan sehingga tidak mengakibatkan banyak masalah dalam masa transisi. Akibat perubahan yang bertahap ini, dampaknya terhadap pertanian tembakau tidak segera terjadi. Di Amerika Serikat, petani tembakau tidak kehilangan pekerjaan akibat menurunnya prevalensi merokok, malahan anak-anak petani tembakau semakin sedikit yang terjun ke bidang pertanian tembakau dibandingkan orang tuanya.

• Di Indonesia, penurunan ini diperkirakan akan berlangsung alamiah mengikuti transisi/ pergeseran lapangan kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Selama periode 1985-2001 terjadi penurunan alamiah sebesar 11% dari pekerja di sektor pertanian di Indonesia yang beralih ke sector industri dan jasa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan sebesar 7% tenaga kerja di sektor industri dan 4% di sektor jasa pada periode yang sama.

Tren Perubahan Harga TembakauHarga riil daun tembakau meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun 1996 sampai tahun 2000. Harga tembakau sangat bervariasi tergantung pada jenis tembakau, kualitas tembakau dan kondisi supply dan demand. Kriteria standar kualitas tembakau yang digunakan terlalu banyak. Kualitas tembakau ditentukan oleh kegunaannya. Standar penentuan ‘grade’ sangat bervariasi tergantung pada kegunaan tembakau, jenis tembakau dan kualitasnya sehingga petani sering mengalami kesulitan dalam menentukan gradenya. Akibatnya penentuan harga tembakau sangat ditentukan pada saat transaksi dimana pihak petani sering berada dalam posisi tawar yang lemah.

Keuntungan Usaha Tani TembakauKeuntungan ditentukan oleh jenis tembakau yang ditanam dan lokasi penanaman. Pada periode musim tanam 1997/1998, keuntungan usaha tani bervariasi dari Rp 1,17 juta (US$ 133) hingga Rp 3,95 juta (US$ 450) per ha. Jenis tembakau yang memberikan keuntungan terbesar adalah jenis tembakau Virginia yang ditanam di NTB dan Bali. Namun, jenis ini hanya merupakan 18% dari seluruh tembakau yang ditanam. Jenis tembakau ini tidak banyak ditanam di Indonesia. Yang banyak ditanam adalah jenis tembakau Rakyat dengan keuntungan sebesar Rp 1,2 – 2,2 juta per ha.

Rasio Impor Ekspor Daun Tembakau• Untuk tahun 1995-2001, jumlah ekspor daun tembakau mencapai 16–34%

dari total produksi domestik. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, jumlah daun tembakau yang diimpor 13–34% dari total produksi domestik. Apabila dilihat rasio impor dan ekspor tembakau setiap tahun, tampak bahwa proporsi produk yang diimpor lebih besar daripada proporsi yang diekspor.

• Tembakau termasuk merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian orang dewasa. Namun banyak perokok menganggap remeh risiko terhadap kesehatan dan kehidupannya.

6

Page 7: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

`• Undang-undang Kesehatan tahun 1992, produk additif termasuk tembakau

dikenakan cukai yang tujuannya dimaksudkan agar produk tersebut dapat dikendalikan penggunaannya.

• Tujuan kenaikan cukai bukan untuk mengendalikan konsumsi rokok melainkan dalam upaya untuk mencapai target yang telah dibebankan oleh Departemen Keuangan. Penerimaan cukai hasil tembakau pada tahun 2005 Rp 32.65 trilyun atau sekitar dua kali lipat penerimaan cukai cukai pada tahun 2001 (16. 5 trilyun).

• Sayangnya, penerimaan cukai tembakau yang cukup besar tersebut tidak digunakan untuk mengendalikan penggunaannya atau membantu mengatasi dampak kesehatan rokok. Lain dengan Thailand yang telah menggunakan sebagian dari penerimaan cukai untuk program-program pengendalian rokok.

• Selama ini yang banyak dimuat dalam mas media adalah besarnya penerimaan cukai tembakau. Namun dampak negatif produk tembakau terhadap perekonomian kurang begitu diulas.

Dampak Konsumsi Rokok Terhadap Kesehatan dan Implikasi Ekonomi• Empat penyebab utama kematian di Indonesia di tahun 2005 (WHO, 2006)

adalah sistem pembuluh darah (30.2%), penyakit infeksi (25.4%), penyakit kronis lain (21.4%), kanker (12.5%).

• Proyeksi penyebab kematian utama pada tahun 2030 urutannya bergeser menjadi sistem pembuluh darah (31.6%), penyakit kronik lain (27.5%), kanker (18.1%) dan penyakit infeksi 12.7%. Rata-rata biaya pelayanan di rumah sakit untuk pemeriksaan medis, perawatan, biaya rawat inap, laboratorium dan pemeriksaan penunjang diagnosis lain sebesar Rp 1,459,000. Apabila jumlah penderita kanker paru berjumlah 206,000 orang, maka jumlah biaya langsung yang harus dikeluarkan untuk pengobatan sebesar Rp 300.5 milyar. Cost benefitanalisis yang dilakukan World Bank, global netloss dari tambahan konsumsi tembakau 1,000 ton dapat mencapai US$ 27.2 juta. Perkiraan benefit terhadap produsen dan konsumen dalam bentuk keuntungan dan kesenangan sebesar US$ 2.6 juta (10%). Biaya sakit kanker, cerebrovascular & COPD sebesar US$ 5.6 juta. Biaya tidak langsung (indiret cost) karena hilangnya hari-hari karena sakit dan kematian usia dini masing-masing mencapai US$ 11 juta dan 13.2 juta.

• Pada tingkat global sebesar US$ 200 milyar, dimana sepertiganya terjadi di negara sedang berkembang. Pada tahun 2020 akan menjadi masalah peningkatan paling besar yang dapat menyebabkan kematian sebesar 8.4 juta per tahun, terbesar terjadi di negara sedang berkembang yang dapat mencapai 400 kalinya dan di negara maju sekitar 1.5 kalinya.

• Chen, et al (1995) dalam RITC, dengan melakukan identifikasi tahun 1988 di China total biaya langsung dari biaya pengobatan medis untuk rawat inap sebesar US$ 160 juta dan rawat jalan sebesar US$ 460 juta dari tujuh jenis penyakit yang disebabkan oleh merokok.

• Jin, et al (1995) dalam RITC melakukan estimasi biaya langsung dan biaya tidak langsung akibat merokok. Smoking attributable economic costdi China sebesar US$ 6.5 milyar (US$ 1.7 milyar biaya langsung dan US$ 4.8 milyar biaya tidak langsung). Jenis penyakit yang paling berat secara ekonomi adalah sistem pembuluh darah dan sistem pernafasan yang mencapai 60%nya

7

Page 8: LO-Tobacco & Economy (Fatin)

Editor : Fatin

Tobacco & Economy

20th Block—PBKM | 1st Chapter

`• Jiang and Jin dalam Hu and Mao (2002) total biaya langsung berkaitan

dengan merokok 22.9 milyar Yuan atau 72 Yuan per perokok (22.9 milyar/320 juta perokok). Apabila 5.76 juta sampai 8.64 juta perokok berhenti merokok, maka penghematan biaya pengobatan dapat mencapai 415 samapi 622 juta Yuan.

• Pangsa pasar produksi rokok di Indonesia didominasi oleh perusahaan besar dan padahal sebagian besar produknya dikonsumsi di dalam negeri.

• Menurut BPS, nilai produksi rokok yang diekspor sangat kecil hanya 9.9%. Hal ini tidak sebanding bila dibandingkan dengan ekspor kelompok produk makanan olahan dimana pengolahan padi (38.8%), minuman (17.5%) dan susu (15.5%) produksi diekspor.

• FCTC telah disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia. Implikasinya di masa depan peluang eksport menjadi sangat terbatas.

• Djutaharta, et al (2005), tembakau mengambil bagian 32% dari struktur ongkos manufaktur tembakau. Sitepu (2000) berat rokok kretek mengandung 60-65% tembakau. Tahun 2005, total nilai impor tembakau sebesar US$ 180.35 juta atau sekitar 2.3% dari total nilai impor Indonesia yang berjumlah US $ 7,700.88 juta. Tiga jenis tembakau yang masih banyak diimpor adalah Virginia tobacco, partly/wholly stemmed/stripped,flue cured(SITC 12120) masih mengimpor sebanyak 31,280.0 ton dengan nilai sebesar US$ 102.98 juta dengan negara pengekspor terbesar adalah China. Ratifikasi FCTC tahun 2005 (China)

• Nilai ekspor produk tembakau sebesar US$ 323.74 juta (jenis Other cigarette containing tobacco(SITC 12220) dengan nilai US$ 172.63 juta. Negara tujuan ekspor Cambodia (US$55.15 juta), Singapura (US$ 46.73 juta) dan malaysia (US$ 24.47 juta). Ketiga negara pengimpor produk tembakau dari Indonesia juga telah meratifikasi FCTC

END

8