notulen roundtable discussion broadband economy-8sep
TRANSCRIPT
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 1
NOTULEN
Roundtable discussion Broadband economy
Rabu, 24 Agustus 2010, Pukul 14.30 – 17.50 WIB
Ruang Sumba B Lt.2, Hotel Borobudur
Acara Roundtable discussion Broadband economy dibuka oleh Deputi V
Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Luki Eko
Wuryanto. Bp. Luki menyampaikan mengenai pentingnya domestic
connectivity dan broadband adalah salah satu “jalan virtual” yang bisa
mendukung tercapainya hal tersebut. Saya atas nama kantor Menko,
mewakili pak Eddy juga mengucapkan banyak terimakasih atas
kehadirannya. Mudah-mudahan kita mendapat banyak manfaat,
kesamaan dalam usulan hal-hal apa yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi
khususnya berkaitan dengan pembangunan broadband di Indonesia. Dorongan-dorongan
apa yang perlu dlakukan dalam rangka mempercepat program-program yang harus
dilakukan sedemikian sehingga terwujudnya suatu peningkatan kapasitas dari ekonomi atau
yang lain bisa segera diwujudkan. Disini diharapkan partisipasi aktif dari seluruh peserta
dapat berlangsung dan memberikan masukan khususnya dalam hal komitmen dalam
menyusun agenda yang berkaitan dengan regulasi, teknologi, konten, industri dan juga yang
tidak kalah pentingnya yang berkaitan dengan pendanaan. Selamat berdiskusi, semoga
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 2
Tuhan Yang Maha Esa memberikan limpahan rahmat kepada kita semua dan memberikan
manfaat terhadap apa yang kita lakukan siang ini. Wabillahi taufik wal hidayah,
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbuka yang dipandu oleh Bp. Eddy Satriya,
Asdep 5 Urusan Telematika dan Utilitas.
1. Bp. Engkos Koswara, Staf Ahli Kementerian Riset dan Teknologi
a) Menyarankan agar pembahasan topik dalam diskusi
dilakukan satu persatu, misalnya pendanaan saja atau
teknologi saja baik itu yang fix atau wireless. Harapannya
agar diakhir ada rekomendasi dari Kemenko
Perekonomian bagaimana dengan nasib broadband
economy Indonesia ini.
b) Apakah dalam industri Broadband ini kita hanya akan
menjadi user saja dan bukan menjadi player?
c) Apakah nantinya pembahasan akan diarahkan pada bagaimana membangun industri
broadband Indonesia sehingga kita tidak hanya menjadi pasar saja.
d) Diharapkan ada suatu wadah untuk melakukan sinergi antara pelaku industri,
akademisi, peneliti dan pemerintah.
e) Lahan seluas 460 Ha di Serpong dengan 32 lab nya, salah satu digunakan sebagai lab
uji untuk broadband sejak 2008 dimulai dengan 16.d dan baru-baru ini Xirka menguji
untuk mobile dengan hasil cukup baik, kemudian apa tindakan berikutnya, peranan
government dalam hal tersebut, what next?
2. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum MASTEL
a) Menyampaikan terimakasih atas diselenggarakannya forum ini,
menyinggung sedikit mengenai kata-kata Bp. Menko “broadband
for all” sehingga semestinya portofolio dibawah Kemenko
Perekonomian semua bergerak untuk mewujudkan hal tersebut.
b) RPJMN menyebutkan bahwa pemerintah hanya bisa
memberikan dukungan dana sebesar 20% dan sisanya 80%
diserahkan kepada non pemerintah atau dunia usaha. Kaitannya
dengan broadband economy, kita harus bisa benar-benar fokus dalam membangun
infrastrukturnya, jangan hanya jalan tol saja yang diperhatikan namun juga “jalan tol
virtual”.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 3
c) Studi kasus di Negara maju mereka melewatkan 60% trafik melalui wireline sehingga
tidak membebani wireless. Yang terjadi di Indonesia selama ini adalah 95% trafik
dilewatkan melalui wireless akibatnya bandwith yang diterima menjadi sangat kecil
dan kurang ideal.
d) Pemerintah diharapkan bisa memberikan insentif kepada pihak yang mau melakukan
pembangunan broadband Wireline, karena tidak bisa mencakup keseluruhan wilayah
Indonesia maka pembangunan di prioritaskan kepada pihak-pihak yang
membutuhkan.
e) Berkaitan dengan regulasi (UU No. 36 1999, UU Konvergensi) pelaku usaha
seharusnya ikut memberikan masukan.
f) Ada kemapanan dalam teknologi dan agar difungsikan kembali peran BPPT dalam hal
standardisasi teknologi.
g) USO adalah titipan operator kepada pemerintah untuk membangun fasilitas di
wilayah yang secara ekonomi tidak viable. Namun sekarang dimasukkan kedalam
anggaran pemerintah jenis PNBP sehingga menjadi sedikit sulit untuk digunakan lagi
untuk membangun karena harus melalui proses tender dll.
3. Bp. Benny Rahadi, KADIN
Kebetulan tadi bagian terakhir yang ingin saya sampaikan sudah di
ulas pak Setyanto masalah funding, mengenai mekanismenya saya
sepakat saja mau bagaimana. Saya teringat begini tadi pak Eddy
mengatakan sudah dapat dari Kominfo sehingga dengan pertemuan
kita di KADIN dengan Intel waktu kita bicara mengenai ICT Fund, Jadi
bagi kita serius sekali masalah ICT Fund bagaimana penggunaannya
selama ini karena itu di dunia usaha menjadi masalah karena
dipajakin kiri kanan kayanya isu ini udah lama kita bicarakan apakah isu ini bisa kita
selesaikan kalo bisa kami juga ingin melihat dokumen, apakah itu bisa dilakukan
diberikan oleh KemKominfo, karena kalo dibicarakan dengan Kominfo nanti ke Menko
Perekonomian, Menko ke Kominfo lagi, jadi khusus mohon benar-benar masalah ICT
Fund itu selesai, motongnya kan selesai, apakah tiap bulan atau tiap tahun, nah
penggunaannya itu apakah seperti tadi pak Setyanto katakan khusus untuk ekspansi
yang secara ekonomis tidak bisa atau untuk pendanaan yang lain mungkin misalnya kalo
masih ada, jadi kami berharap dari KADIN itu bisa segera diselesaikan.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 4
4. Bp. Mas Wigrantoro, MASTEL
a) Kesimpulan apa saja yang ingin dicapai hari ini?
b) Progress apa yang bisa dicapai oleh broadband economy, supaya
tidak terkesan hanya jalan di tempat?.
c) Menyarankan ada penanggung jawab dalam broadband economy
yang mengkoordinasikan, memiliki kewenangan dan anggaran.
d) Masalah aspek operasional teknologi antara standar 16.d dan 16.e
sebaiknya dua-dua nya dijalankan.
5. Bp. Muhammad Mustofa Sarinanto, BPPT
a) Dari BPPT ikut terlibat dalam aktifitas terkait BWA baik di
postel maupun ristek bagian pentingnya adalah
pemerintah mestinya seperti yang dikatakan Bp. Mas Wig
sebaiknya memiliki forum tersendiri mungkin ada baiknya
berkumpul bersama ramai-ramai tetapi saya pikir
sebelum sampai bersama sama pemerintah perlu
konsolidasi antar pemerintah itu sendiri karena keluar
dari itu sepertinya belum ada, sehingga artinya seperti kita lihat postel dibawah
kominfo mengadakan aktifitas yang mendukung industry dalam negeri dalam bentuk
litbangnya,.. sumberdaya yang ada di tempat lain seperti ristek maupun
perindustrian atau misalnya yang kadang-kadang terlupakan tapi mestinya sangat
berpengaruh yaitu perdagangan mestinya berada dalam wadah yang sama
menyelesaikan masalah yang dikatakan broadband economy Indonesia, karena kalau
tidak pak Mas Wig sampai kapanpun akan tetap mengatakan hal yang sama kira-kira
begitu, artinya adalah pemerintah memang perlu duduk bersama untuk
menyelesaikan masalah yang memang perlu untuk diselesaikan bersama-sama itu
saya pikir hal yang penting karena kami sendiripun memposisikan diri BPPT berada di
tengah-tengah antara peneliti dan industri tapi juga berada di tengah antara institusi
pemerintah yang lainnya dimana kita perlu mengkolaborasikan semua termasuk juga
mendorong agar yang di Serpong itu juga bisa turut diberdayakan karena industri
dalam negeri perlu wadah tempat untuk bermain dan itu bisa diwujudkan di Serpong
karena untuk terakhir ini kita fokuskan ada suatu tempat yang bisa menjadi areal uji
coba secara bebas frekuensi.
b) Tidak hanya itu saja jika kita ingin berbicara mengenai broadband teknologinya
apakah bisa kita ambil sedikit demi sedikit dengan memanfaatkan skema TKDN yang
sudah kita tetapkan tapi tentunya pengembangannya itu juga perlu memikirkan
skema yang seperti apa yang perlu kita ambil nah yang saat ini sedang muncul adalah
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 5
bagaimana kita memanfaatkan konsorsium artinya kalo kita kemarin, terus terang
seperti mendorong industri dalam negeri tapi lebih di perangkat, padahal sebetulnya
perangkat tanpa ada yang beli dan tanpa ada ekosistem yang terbentuk baik tidak
akan bisa sustain, paling hanya 2 tahun 3 tahun trus ada teknologi baru LTE atau
mobile wimax kemudian hilang terlupakan, padahal ini maunya menyiapkan suatu
industri yang bukan membikin jumlah industrinya banyak, artinya terolah kemarin
yang berkembang awalnya dua tapi kemudian berkembang 8 banyak merk lain yang
kemudian ditotalkan menjadi 10 menurut saya tidak efektif kalo akhirnya kita hanya
dapat 2 seperti China, Huawei, ZTE kemudian Korea, Samsung, LG, cukup ga usah
banyak banyak. Kalo punya resource ya dikumpulkan tadi industri yang sedikit itu
saja. Karena yang penting bukan hanya menurunkan industri sebanyak banyaknya
tapi menurunkan ekonomi broadband ekonominya itu sehingga tahap kepemilikan
bersama teknologi diperlukan kita produk bersama tidak hanya pemerintah
berikutnya industri dan pemerintah dalam suatau wadah konsorsium, nah konsep ini
mungkin bisa dijadikan suatu topik berikutnya termasuk cara kita membentuk
ekosistem yang tidak pernah kita bangun-bangun dengan baik sebelum kita dapat
contoh sukses industri dalam negeri dan karena itu sekarang fokus di tim yang
kebetulan eee… terlibat di .. tim postel maupun di ristek itu adalah kita bagaimana
menyiapkan roadmap yang diatasnya dibutuhkan baik oleh pemerintah maupun
industri. Roadmap teknologi roadmap pemanfaatan termasuk disitu antisipasinya
bagaimana dengan teknologi berikutnya. Kalau misalnya kita kosongan aja semua
tidak ada yang tertulis dan tidak ada bentuk roadmap. Saya pikir sampai kapanpun
kita akan ketemu-ketemu begitu begitu saja.
c) Dan juga TKDN juga perlu berhati-hati karena konsep bahwa kita meningkatkan
konten teknologi di dalamnya, kan kemarin kita tambahkan yang namanya TKDN
bukan hanya ngitung berat tapi juga software dan HKI desain tapi kalo kita tidak
punya metoda atau lembaga yang mampu mengukur dengan baik tentunya
dipertanyakan apakah benar standar itu diterapkan ada maksudnya oleh karena itu
kita berhati-hati dan BPPT sendiri telah kita perjelas kewenangan dan kewajiban
audit teknologi yang dijaman dulu sebagai mandatory namun sekarang voluntary.
Audit teknologi akan support lab di Serpong termasuk pengembangan dan perbaikan
cara penelitian TKDN. Itu beberapa yang bisa kami sampaikan disini semoga menjadi
masukan
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 6
6. Bp. Zaenal Hasibuan (Ucok), DETIKNAS
a) Menyampaikan presentasi mengenai DETIKNAS
b) Keppres 20 2006 diperpanjang sampai 2009 dengan hasil, ya
tulisan ini. Yang pertama kebijakan, membuat arahan strategis
ICT Nasional, yang kedua menyelesaikan permasalahan ICT yang
dihadapi secara nasional, kemudian kordinasi nah ini gampang
diomongin sulit dilaksanakan, yang terakhir bahkan ada poin ke
4 kita itu memberikan approval terhadap ICT investment yang
sifatnya lintas departemen, lintas instansi tapinya kalo ini tidak
dilakukan ini melanggar kepres.
c) Tadinya saya terkagum kagum melihat kepres ini, tapi setelah saya diskusi sama
teman ICT konsul dari Jepang, dari Korea, dari Singapura.. oo sedikit banyak kita
rupanya meniru mereka namun pelaksanaannya tidak seperti mereka.
d) Kita lihat disini, tim pengarah Bp. Presiden, wakil Menko Perekonomian, tim
pelaksana harian Menkominfo.
e) Palapa Ring adalah nasional backbone kita, jadi memang sudah masuk tanpa saya
masuk disini pun itu sudah dicanangkan tapi kita lihat sekarang ini agak mandeg.
Kita bicara tadi mengenai ICT Fund, USO Fund dan segala macem nah ini kita
mungkin nanti bisa rame-rame bagaimana mendorongnya agar itu juga bisa di
stimulir oleh ICT Fund dsb. Walaupun ini perdebatanya masih panjang terakhir kita
ketahui bahwa belum ada PP dari penggunaan ICT Fund itu. Nah ini mungkin
daripada kita ngomong panjang lebar coba rame-rame kita rumuskan apa ini PP nya.
f) CMIIW, jadi katanya PP penggunaan USO Fund itu belum ada jadi debatable jadi
tidak heran Depkeu menganggap hal itu sebagai PNBP seperti kata pak Setyanto tadi.
g) Ini udah canggih banget, kalo ini kita jadikan lokomotif luar biasa, ordernya trilyunan
proyek ini. 10 program strategis ini.
h) Permasalahan ini dari tahun-tahun lalu, permasalahannya sama yaitu seperti yang
dianalogikan pak Mas Wig, jalan di tempat, 30, 20 10 tahun yg lalu, hari ini
permasalahannya sama.
i) Kita lihat lagi 10 program strategis tadi, semuanya luar biasa. Kita punya misalnya e-
health presiden beberapa kali mencanangkan di kabinet ke dua ini untuk
meningkatkan layanan kesehatan. Data mengenai kesehatan sangatlah kompleks
dan data kesehatan Indonesia selalu tertinggal 2 tahun dari negara-negara yang lain.
WHO memarahi presiden, presiden memarahi menteri, menteri memarahi dirjen dst.
j) Yang berikutnya mengenai Nasional Single Window (NSW) terakhir kita tangkap ada
sekitar 18 instansi yang terlibat. Banyak bisnis proses yang mesti di align, siapa yang
mesti mengambil keputusan. Sekarang ini yang sering hadir, seringnya eselon 1
paling tinggi, paling lazim, paling juga eselon 2. Beranikah kira-kira meng align bisnis
proses dari 18 instansi pemerintah?
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 7
k) Akhirnya kita sampai pada kesimpulan ini sebenarnya permasalahan kita, apapun
yang kita omongin mengenai kebijakan ini sinkronisasi investasi TIK, sulit sekali kita
mencari dana ICT itu berapa sebenarnya, bagaimana mengukur kontribusinya dalam
ekonomi apalagi broadband ekonomi yang merupakan subset dari itu. Kebijakan
fiscal multi years, ini pemahaman multi years di ICT tidak sama dengan pemahaman
multi years dalam gedung, tahun ini provider A yang menang, tahun depan provider
B belum sempat kita menikmati servisnya sudah berganti provider. Ini terjadi di
beberapa tempat, mengapa kita tidak bisa multi years kontrak disitu.
l) Komponen local kita berusaha keras di 10 komponen strategis ada keberpihakan saja
sebagai lokomotif pengembangan industry ICT kita. Kemudian kelembagaan di NSW
siapa Imamnya di NSW, jika kita berbicara di align bisnis proses sudah sulit kita
mengatasinya. Cyber security Alhamdulillah timnya sudah di bentuk. Universitas
pertahanan sudah mulai mengkaji cyber war. Yang terakhir SDM, kita menghasilkan
60 ribu sarjana IT, namun kita kurang merasakan kualitasnya. Kita berusaha
lokomotif strategik program tadi bisa ditandem dengan potensial SDM IT kita.
7. Bp. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies
a) Maaf pak Eddy saya datang terlambat, undangannya itu
tidak begitu jelas, jam 1, jam 2 atau jam 3. Karena di
Indonesia itu kalo jelas malah tidak jelas kalo tidak jelas
malah jelas.
b) Saya berkomentar sederhana sekali tadi saya denger
karena saya baru dateng, ada roadmap, wacana, poco-
poco, itu lagu yang sudah basi, sedangkan saya
komunikasi dengan dunia sambil tiduran dan dengan mudah mentransfer duit baik
yang money laundering maupun yang resmi, nah yang saya heran di Indonesia ini ,
menteri-menteri nya kalo dikirimi sms ga ada yang jawab mungkin karena saking
perlunya. Jadi kita itu gapteknya tidak terbatas menteri sama presidennya tapi
setelah dia tidak berkuasa, saya kemarin ketemu Jusuf Kalla pak Hartoyo saya minta
dikirim sms lagi begitu katanya. Jadi sebenernya sms ini sangat powerfull, saya adu
domba antara Ical sama SBY masalah dia mau jadi presiden, ga bisa tidur, saya adu
lagi, hari ini ada di kompas kalo ga salah, itu merespon sms saya. Jadi sebenarnya
bangsa ini gapteknya luar biasa, saya kemarin ketemu orang desmon atau apa, Surya
Paloh minta saya supaya bongkar pake hacker untuk kasus bank Century, saya bilang
hacker itu di Indonesia itu gudangnya dan anak-anak muda hacker itu kalo dibayar
dengan bagus dia bisa hari ini juga realtime buka rekeningnya mulai dari SBY sampai
rekeningnya siapa aja termasuk Eddy kalo yu punya rekening, kalo rekening saya nol
semua.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 8
c) Jadi maksud saya omongan-omongan ini kita praktekkan aja langsung buka hacker,
karena hacker itu tidak software lagi tapi hardware, jadi kalo yu mau dijadikan
agennya siapa aja itu hardwarenya itu udah hacker. Udah bisa mengidentifikasi
semua itu ga software lagi.
d) Saya kelamaan di MIT tau banyak lah mengenai hal itu tapi saya sudah ga update lagi
yang saya maksudkan banyak orang pinter Indonesia yang hadir disini semua tapi
tidak ada jalan masuk karena yang jaga jalan itu monyet-monyet yang melarang
jangan sampai orang-orang ini masuk dalam sistem itu, tapi ternyata dengan ini bisa
dibongkar semua, very easy. Jadi yang ingin saya kemukakan kalo nanti anda punya
HP informasikan ke saya nanti saya forward segala macam informasi sehingga anda
bisa bertindak berdasarkan informasi yang saya peroleh karena e-lead nya Indonesia
itu ada disini semua bukan hanya Indonesia tapi dunia.
e) Seperti Soros kemarin dateng kesini urusan iklim, you Soros ngapain ikut-ikutan
iklim, karena dia pernah invest disini dia mau ambil lagi uangnya dia bilang tanah
gambut itu menyebabkan CO2 , omong kosong, you mau nutup Sinar Mas sama Riau
Pulp and Paper. Kita itu di level industrialisasi jadi kalo tadi ada yang mengatakan
roadmap, kita banyak roadmap banyak polisi namun polisinya tidur semua. Bukan
hanya kementerian yang tidur, tapi makin tidur kementerian makin bagus kita bisa
bertindak banyak. Saya bisa bantuin.
f) Kebetulan saya mengajak anak muda disini Argon ini ahli kokpit pesawat terbang.
Jadi kalo kita ngomong poco-poco itu karena kita tidak punya kokpit dan tidak punya
dashboard. Nanti kita bicara secara kongkrit. Ya gon tolong you ngomong dikit
mengenai kokpit. Memang saya tidak tahu apa apa saya bukan ahli pesawat terbang.
g) Jadi apa yang ingin saya kemukakan daripada nunggu pemerintah, apalagi nunggu
Ekuin, nunggu Ekuin itu seperti nunggu orang tidur.
h) Provoke saya pertama, makin xxxin tidur makin bagus, makin xxxxono tidur, apalagi
dia tiduran sama xxx makin bagus. Karena dunia ini sekarang, bisa mengadukan
macem macem.
i) Saya berkomunikasi dengan ITU di Jenewa sana, dia bilang Mr. Hartoyo jangan
communicate dengan saya dengan Indonesia aja, Indonesia penemuannya kan ada,
iya tapi bagaimana ini Indonesia itu tidak ada representasi di ITU.
j) Tapi saya bantu lah pemikirannya saya ini kan sudah tua, saya umurnya 74 kalo pagi,
kalo sore 47. Saya ini jam terbangnya banyak, hidup saya mewah. Ed, you kan pernah
saya ajak ke Kalimantan waktu itu. Orang Kalimantan suka Malandau (bangun
kesiangan). Dalam rangka membangun Palangkaraya kita harus bisa mengatasi
kebiasaan malandau karena jika tidak rejekinya akan diambil orang dari daerah luar
(moderator).
k) Jadi saya bantu pemikiran saya, saya ini old dog, anjing yg sudah tua yang sudah tau
trik ini itu dan macam-macam. Maksud saya mumpung saya masih hidup trik trik
dunia ini saya kasi tau. Jangan anda menjadi pelacur intelektual, you harus jadi
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 9
germo, saya ini germo nya germo. Nanti ada rahasianya supaya jadi germo nya
germo.
l) Listrik sering mati produksi tidak jalan, sparepart rusak dan tidak ada, elektronik
dikuasai asing.
m) Sekarang punya presiden yang cinta Amerika lebih cinta dari saya yang tinggal disana
20 tahun. You kalo saya makin ngomong you ntar dikeluarin dari Ekuin.
n) Kesimpulannya you ngomong apa saja nanti saya catat, saya dibantu oleh Argon.
o) Saya punya network yang efektif untuk broadband, broadband ini seperti mulut
Indonesia Broad aja.
p) Kita punya garis pantai terpanjang di dunia, kita punya coast tapi ga ada guardnya.
q) Tadi malam saya diwawancara TV One mengenai uang palsu, saya bilang uang palsu
itu karena nilai tukarnya merosot sehingga buat uang palsu lebih murah. Jadi harga
dolar kan dua ratus dua sen kalo 100 ribu itu kan lebih murah bikin jadi lebih baik
uang palsu, zakatnya palsu, doanya palsu, semua palsu. Dengan adanya broadband
ini kita pecahkan semua masalah kepalsuan Indonesia.
Roundtable discussion Bagian 2
8. Bp. Teguh Prasetya, PT. Indosat, Tbk
a) Saya melihat diskusi kita mengenai broadband ekonomi sudah
panjang lama, mungkin teman-teman Mastel juga sudah
mengeluarkan beberapa rekomendasi cuma sepertinya dari
pemerintah belum ada kesatuan kata, kesatuan pandang,
kesatuan langkah kalo analisnya sudah jelas MC20203. Nah kita
mau ngapain, kita tahun berapa mau ngapain, mau kemana.
Visinya dulu kan gitu ya. Visi disatukan kebawah kita tinggal
melaksanakan. Siapa nanti yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini mungkin
inisiasinya harus dari presiden atau dari siapapun. Atau kalau sudah ada DETIKNAS ya
DETIKNAS inilah yang di empower menjadi suatu sumber yang bisa berbicara
mewakili kita semua. Kemudian kebawahnya lagi adalah bagaimana mensikapi hasil-
hasil yang sudah dibukukan oleh teman-teman semua apakah itu dari sisi
infrastrukturnya apakah dari sisi aplikasinya dari sisi regulasinya.
b) Bagaimana memberikan pemanis-pemanis dalam berinvestasi di 3 sektor tersebut.
Nah ini yang mungkin harus segera dijalankan. Berdasarkan berbagai macam studi
hasilnya positif dibandingkan berinvestasi dalam infrastruktur riil infrastruktur
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 10
broadband ini sangat-sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara positif.
Sekarang aja tanpa ada subisidi dan apa apa masyarakat perekonomian kita tumbuh
dengan adanya broadband yang sudah dilakukan teman-teman semua. Ini
merupakan suatu bukti nyata, apalagi jika dilakukan gerakan secara menyeluruh
dalam hal ini holistic dari sisi pemerintah segala segi segala sisi. Kalau tadi dibilang
bagaimana NSW bisa menjadi Asean Single Window dengan karya bangsa sendiri bisa
kesana itu kan merupakan suatu hal yang sangat postif dari teman teman disini. Nah
mungkin itu tadi terkait dengan masalah bagaimana broadband yang ada dirumah
yang ada di tempat yang fix gitu ya bagaimana broadband mobile juga seperti itu ini
dari pihak operator juga sebenarnya bingung nih. Bingungnya kenapa kalo semua
dikumpulkan dengan mobile persis seperti yang dibilang pak Setyanto mau ada
backbone sebesar apapun tidak akan cukup. Kita aja sudah pake dual carriernya yang
dikasih oleh pemerintah juga mpot-mpotan terus gitu ya pelanggan nambah terus
dan itu pun belum mencakupi 45 juta pelanggan pengguna internet kita aja kalo
dihitung kita sendiri kurang dari 2 juta yang lain lain juga sama keterbatasan pita
frekuensi adalah bawaan dari sananya. Nah ini juga menjadikan suatu challenge buat
operator yang ada di domestic teman-teman di Telkom misalnya suruh mereka
menarik fiber to the home dan secepatnya untuk gantiin tembaga kok ga diganti-
ganti gitu pak. Nah itu mungkin suatu tindakan real yang jika mereka tidak mampu
sendirian di pemerintah kan itu BUMN punya pemerintah silakan dikucurkan
dananya kesana. Itupun untuk investasi jangka panjang 30 tahun masih ada disana
terus aplikasinya mau dipakai apa saja silakan. Nah tentunya hal yang seperti ini
Telkom tidak bisa sendiri ya yang lain dikasi kesempatan. Unbundle to the whole.
Silakan di unbundle. Kan ada porsi akses, backbone, backhaul ada porsi yang lain lagi
yang bisa dilakukan. Jadi saya rasa dari sisi operator juga sama butuh kejelasan mau
dikasih lebih lagi bandwithnya disuruh bayar lebih mahal lagi ya kita sama aja kapan
baliknya mas. Ini kan dunia bisnis, LTE juga gitu kan butuhnya 20 MHz, kalo 20 MHz
disuruh bayar seharga 5 x 4 ya bisa dikatakan operator blenek dalam artian ga balik-
balik ini investasi karena kita dituntut oleh pemegang saham dan stakeholder kita
untuk jadi perusahaan yang menguntungkan, kecuali ada insentif dari pemerintah
untuk melakukan hal ini uneg-uneg nya operator itu aja.
c) Kemudian uneg-uneg nya operator yang kedua adalah mengisi kalo kita sudah ada,
kita jangan terlena dengan akses untuk mengisi kita butuh konten kita butuh aplikasi
kita butuh menstipulate teman-teman yang membuat aplikasi dan konten untuk
membuat disini dan untuk mengisi disini dengan insentif yang ada bukan mereka
mengisi buat Waltdisney bukan mengisi yang buat ipin dan upin begitu yang dibikin
temen-temen disini dan di export kesana. Ini yag harus ditumbuhkan juga jadi
menumbuhkan bisnis. Dan yang tidak kalah pentingnya disamping itu adalah
bagaimana kita mengawasinya bagaimana kita melakukan cek dan ricek lagi
terhadap pelaksanaan itu semua. Manusia Indonesia biasanya begitu suruh
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 11
membangun jadi dan bagus tapi disuruh maintain suruh ini nah itu lain urusan orang
lain tuh kalo disuruh yang begituan. Nah ini yang harus terus menerus menjadi suatu
circle loop yang tidak berhenti dan menjadi suatu feedback terus menerus untuk
siapapun nanti yang ditunjuk menjadi penjaga gawang untuk kelanjutan broadband
ekonomi Indonesia di segala aspeknya. Jadi itu kita dari sisi operator appreciate hal
ini bisa digulirkan kembali dan mudah mudahan kita diruangan ini tidak menjadi ya
setelah ini sudah tapi benar-benar menjadi suatu langkah nyata yang bisa kita
wujudkan untuk mendukung demi kemajuan ekonomi Indonesia ke depan.
9. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian
Terimakasih pak Teguh mungkin saya infokan disini juga hadir Ibu Mira
dari Bappenas, dulu pernah kita membikin matriks-matriks semua,
kalo ICT dulu kita bagi infrastruktur, regulasi ya hampir sama dengan
ini dan itu sangat terdeteksi terus pak sampai masing-masing
mengerjakan apa, siapa dan schedule nya harapan saya nanti dengan
bantuan temen-temen dari Bappenas kita sendiri endorse lewat
Bappenas juga bukan hanya lewat kantor Menko, Menko ini kan hanya
mengumpulkan bapak-bapak kemudian kita coba pantau berkala, kita rapatkan dan kita
tindak lanjuti. Kita juga kalo responnya sangat positif seperti ini ya tentu saya tidak
hanya akan sampai disitu aja bapak ibu sekalian.
10. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum MASTEL
Pak eddy saya ingin menambahkan penghargaan kepada bu Mira,
terusterang Bappenas itu sudah berbeda sekali kalo kita baca PP
No. 05 tahun 2010 yaitu tentang RPJMN bab 5 disitu infrastruktur
itu kelihatan apa yang kita bahas disitu sudah ditampung oleh bu
Mira yang tanda tangan pak SBY. Jadi satu hal sebenarnya arahnya
sudah jelas hanya bu Mira waktu itu kita lupa adalah lampirannya di
lampiran bu Mira yang kedua itu tidak sampai detail nah disitulah
yang sebenarnya sekarang dikerjakan oleh Kominfo apa yang dibicarakan di batang
tubuhnya begini di Kominfonya beda. Ini mungkin satu hal yang harus dicocokkan
kembali untuk mengarah kesana. Ini gambaran-gambaran ini dan berkali-kali juga kami
sampaikan perlunya adanya roadmap tadi disampaikan oleh kawan-kawan dari BPPT kita
insist roadmap itu untuk jadi battlecry nya mastel karena apa, industri memerlukan itu
tapi roadmap yang kami maksudkan adalah roadmap yang dipaparkan oleh Bp.
Menkominfo atau Bp. Menko Perekonomian dihadapan kabinet. Di endorse oleh kabinet
sehingga lapangan Banteng itu mengucurkan dananya itu yang kami inginkan. Sebab
kalo Kominfo saja uang ga akan keluar dari lapangan Banteng ini yang selalu saya ambil
contoh adalah apa yang disampaikan oleh bu Mary Pangestu. Bu Mary menerbitkan dua
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 12
buku ekonomi kreatif itu dipaparkan di sidang kabinet di endorse woenak sekarang
ekonomi kreatif begitu cepat. Ini contohnya di dalam aplikasi. Nah ini saya sampaikan
juga kepada pak Tif juga pak Menteri. Pak ini harus begini cara birokrat. Tidak
ditandatangan Menteri lalu berlaku tapi tandatangan Presiden juga Inpres atau PP atau
apapun namanya itu yang akan dipatuhi oleh semua, ini sekedar masukan saja mungkin
Menko bisa juga membantulah supaya hal itu bisa terealisir.
11. Bp. Indar Afrianto, PT. Indosat Mega Media
Mungkin sejalan dengan pak Setyanto di MASTEL juga ada pak
Taufik pokja roadmap broadband itu juga. Broadband itu ujung end
gear nya sebenarnya adalah fix broadband gitu nah dalam konteks
ini sebenarnya wireless itu adalah antara nah visi ini yang perlu
sebenarnya pak perlu sekali untuk dipahami oleh seluruh
stakeholder bahwa tujuan akhirnya adalah broadband ke arah fix
nanti akan ada banyak sekali investasi atau resource yang
dibutuhkan dan kemudian didukung oleh segala peraturan – peraturan yang
mendukungnya sebenernya operator sendiri kalo dibilang mau fix atau engga, mau pak.
Karena kalo fiber itu murah saya rasa pak kabelnya itu lalu kenapa ga mau bangun kan
gitu kan. Operand mahal yang kita rasakan sebenarnya ada dua komponen, untuk di
Jakarta yaitu “right of way” yang dimaksud mungkin satu adalah gorong-gorong dua
tiang-tiang kemudian jalan tol itu right of way ga ada yang ngatur pak dan ga ada
peraturan yang mendukung itu. Jadi kalo mau masuk itu harus nego sendiri itu dan ga
ada tarif standar jadi komponen itu menjadi komponen yang sangat variable. Trus yang
kedua kalo masuk ke dalam billing manajemen ke gedung-gedung apapun gedungnya
itupun juga ga ada yang ngatur nah itu monopoli, monopoli disitu kalo temen-temen di
operator tau itu gedung itu berapa harganya kalo naruh perangkat dan harga itu sama
atau bahkan lebih besar dari harga perangkatnya jadi bisa dibayangkan kalo itu
dikapitalisasi langsung harganya jadi ga make sense ke end usernya, nah ini barangkali
yang perlu juga di dalam hadron-hadron tidak hanya menyalur pada teknologi itunya
tapi juga jalur teknologi komunikasi tapi juga perangkat-perangkat yang berkaitan
dengan pengaturan katakanlah yang harus sampai ke akses ke end user dalam hal ini
contoh mungkin billing harus ada yang ngatur, kalo ga ada yang ngatur namanya
monopoli terserah aja kalo mau mau kalo engga ya engga gitu aja kalo mau bayar ya
masuk kalo engga ya udah selesai aja urusan kita sampai disini sehingga apa sehingga
tidak terjadi apa yang dicita-citakan sebagai penetrasi fix karena itu adalah cita-cita kita
dan wireless itu memang seperti tadi pak Setyanto sampaikan 60% fix 40% wireless.
Sebenarnya yang paling ideal seperti itu. Di Indonesia sekarang ini kondisi nya tidak
begitu sehingga apa wireless dipakai di rumah. Akibatnya seperti tadi kalo lagi bagus ya
dapetnya bagus tergantung populasi yang ada di daerah tersebut. Barangkali penting
sekali untuk menangkap visi dari seluruh jajaran stakeholder dan resource nya kita sama
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 13
dan sepakati. Saya kira itu saja pak dan mudah-mudahan satu ini saja bisa diakomodasi
barangkali selebihnya masalah ekslusi saja pak. Saya kira itu terimakasih.
12. Ibu Nies Purwati, PT. XL Axiata
Terimakasih banyak pak, Assalamualaikum wr. wb. Menyambung
usul pak Indar hari ini kalo ga salah saya dapet informasi bahwa
pemerintah sedang menyusun RUU tentang pembebasan lahan
untuk pembangunan infrastruktur. Tapi maksud saya gini apakah
memungkinkan jika usur untuk rentokmi (suara kurang jelas) itu
dimasukkan dalam RUU itu saya rasa ini waktunya mungkin kalo
berita yang saya terima itu sebenarnya RUU nya itu ketika selesai di
pemerintahan bisa di lempar ke parlemen. Jadi mungkin harus dibahas di DPR untuk
memasukkan satu pasal itu, sebagai contoh di Australia itu untuk rekapital
telekomunikasi itu memperoleh prioritas untuk membangun jadi untuk telekomunikasi
itu kalo mau membangun kabel, membangun tower, mau lewat tanah publik atau privat
itu selalu dapat prioritas karena ditulis di undang-undangnya, jadi alangkah baiknya kalo
hal ini juga dimasukkan dalam RUU kita. Kemudian yang kedua soal Broadband, soal
broadband ini kalo kita cuma mengandalkan wireless saja seperti yang disampaikan oleh
pak Teguh mungkin ga akan mencukupi apalagi dengan ekspektasi bahwa operator
harus membayar dengan BHP frekuensi yang sangat tinggi. Nah kembali mengambil
contoh dari Australia kebetulan mereka saat ini melakukan inisiatif yang namanya
National Broadband Network nah disini pemerintahnya turun tangan untuk
mengeluarkan atau menganggarkan dana yang cukup besar untuk membangun NBN ini.
Target mereka membangun fiber optic sebanyak 3% dari premises tempat, rumah,
sekolah ataupun gedung itu terkonek dengan fiber optic dengan kecepatan 100 MBps
tapi ini janji dari pemerintah yang lalu karena pemerintahnya ganti mungkin ganti lagi.
Tapi intinya niat pemerintah waktu itu adalah bahwa untuk menyediakan broadband ini
pemerintah harus turun tangan sehingga pemerintah mengeluarkan anggaran untuk
membiayai fiber optic ini di luar dana USO benar-benar dana milik pemerintah bukan
dana talangan dari operator. Mungkin contoh-contoh itu bisa kita pertimbangkan atau
bisa kita implementasikan di Indonesia dalam mewujudkan broadband ekonomi di
Indonesia ini.
13. Bp. Yohan, PT. Citra Sari Makmur
Saya punya bayangan, jadi kalo ICT itu kan ada tiga komponen utama
Information, Computer dan Telecommunication jadi kaitannya
dengan Broadband economy, ICT adalah salah satu komponennya
jadi kalo kita benar-benar mengarah ke broadband economy itu
selain ICT itu yang harus kita pertimbangkan adalah bagaimana kita
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 14
mengempower pos tersebut. Karena ICT pemainnya sudah bagus, jalannya sudah bagus
tapi kita tidak berhenti di dunia maya saja karena kita tetap bangun sesuatu, jadi barang
itu harus tetep kita distribusikan jadi pos harus kita empower kemudian yang kedua
adalah dulu ketika di Amerika ketika muncul internet pertama kali yang memicu pertama
kali ada suatu loop besar itu yang menumbuhkan ada pertukaran informasi, jadi kalo di
Jepang mungkin ada super computer nah kita dalam pembahasan ICT ini kita lihat sejauh
pengamatan saya itu belum ada keinginan kita untuk membangun suatu super computer
dan itu jadi data center dan itu akan mengempower semua resource informasi
government maupun university. Kemudian yang ketiga kaitannya dengan fiber optik dari
temen-temen operator kesulitannya ada di right of way pak jadi sangat penting sekali
ketika kita membangun fiber optic dimanapun di seluruh kota Indonesia adalah harus
terintegrasi dengan infrastruktur lainnya yaitu jalan, listrik, gas maupun jalan kereta api.
Apapun fiber optic di bangun departemen informasi harus diinformasikan. Yang
keempat resource frekuensi harus semurah mungkin maka BHP sebaiknya kalo memang
departemen perekonomian ingin Indonesia mencapai broadband dengan biaya seefektif
mungkin maka bagaimana caranya dalam hal ini postel dibawah kominfo tidak dibebani
dengan pendapatan PNBP yang harus selalu naik dari tahun ke tahun.
14. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian
Pak Yohan dari CSM ya pak harusnya tidak pusing dengan “right of
way” pak satelit kita ga diapa-apain saya kaget juga CSM kok tidak
mau mengembangkannya makanya KU Band Malaysia masuk sinikan .
Sebentar saya stop dulu karena ternyata pak Lukita Wakil Menteri
Perencanaan dan Pembangunan Nasional sudah hadir di depan kita
saya tadi ga liat. Ok Pak Lukita terimakasih sudah hadir jadi kita tadi
sudah memulai acara di buka oleh pak Luki Eko, jadi intinya kita
mengumpulkan teman-teman disini terkait bagaimana memanfaatkan secara maksimum
semua perangkat hardware serta infrastruktur yang kita miliki sampai saat ini ada sekitar
190 juta satuan sambungan telepon dikurangi churn dan nomer yang gagal namun
optimistik sampai 160 juta itu sudah ada, artinya kita diatas rata-rata dunia terutama
untuk mobile nah bagaimana memanfaatkan semua fasilitas ini untuk produktifitas dan
meningkatkan daya saing dan prestasi kita, tadi disebutkan juga ada, kalo bisa postel
ataupun pemerintah jangan terlalu dibebani yang terlalu tinggi target PNBP dan pajak
dan mungkin dalam kaitan semua itu pak Lukita bisa memberikan pandangan
bagaimanapun juga kita harus menyiapkan diri menuju Knowledge Based Economy
dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Poin saya adalah bagaimana
hal-hal yang kita rasakan sekarang itu bisa diaplikasikan bukan hanya sekedar pasar
namun juga dengan teknologi bisa menyalurkan sampai kecamatan dulu lah. Kalau
berbicara desa mungkin terlalu jauh kita fokuskan di kota-kota besar atau kabupaten
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 15
yang produktif. Kita minta komentar ataupun saran dari pak Lukita terkait dengan ICT,
Knowledge Based Economy, dan sekarang lebih khusus lagi kita membicarakan mengenai
Broadband economy dimana yang dimaksudkan adalah penggunaan infrastruktur dasar
seperti internet berkecepatan tinggi dan kapasitas yang besar.
15. Bp. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wamen Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
Pak Eddy terimakasih, Pak Setyanto terimakasih, ass wr. wb. Saya
sebenarnya ingin mendengarkan lebih dulu karena saya sejujurnya
bukan ahli dalam soal broadband ekonomi dan telekomunikasi, tapi
saya menganggap pertemuan ini penting dalam kaitannya dengan
knowledge based economy dan saya sangat meyakini dan itu
tertuang dalam RPJMN dan RPJP bahwa membangun daya saing itu
sangat penting jika kita ingin melihat Indonesia menjadi negara
maju kompetisi semakin kuat kita tidak bisa lagi mengandalkan sumberdaya-
sumberdaya fisik kita aja maka knowledge itu menjadi sama penting untuk
meningkatkan daya saing kita nah broadband ekonomi kita anggap merupakan
backbone kalo kita ingin membangun yang namanya daya saing ini knowledge based
economy secara meluas ke seluruh rakyat Indonesia karena dengan ini bisa menjangkau
lebih mudah masyarakat secara luas ini saya kira memang. Ada kendala kendala kita
perlu bisa atasi kendala-kendala ini secara sistematis ya tadi ada beberapa yang
kelihatan PNBP dsb. Nah saya mengharapkan Pak Eddy dari forum ini ada semacam
identifikasi masalah kemudian kita bahas lagi bagaimana rencana aksi mengatasi
permasalahan tersebut dikaitkan juga dengan sekarang mungkin pemerintah sedang
secara giat menjalankan domestic connectivity. domestic connectivity tidak hanya
bicara tentang infrastruktur fisik tetapi kita mengharapkan di dalam domestic
connectivity ini ada 3 komponen besar yang penting, pertama adalah SISLOGNAS yang
kedua adalah SISTRANAS (Sistem Transportasi Nasional, multimoda) lalu yang ketiga
adalah region development yang didalamnya terkandung wilayah wilayah yang akan
menjadi pusat pertumbuhan yang kita sebut Economic Corridor dan Special Economic
Zone. Nah di dalam SISLOGNAS dan SISTRANAS tadi saya kira ICT akan sangat penting
untuk mencapai tadi SISLOGNAS tadi, jadi kami harapakan pembicaraan hari ini dari
masukan masukan bapak ibu sekalian untuk mengembangkan lebih lanjut ICT yang lebih
luas kepada masyarakat kita ke berbagai daerah itu yang bisa kita hasilkan di dalam
pertemuan ini disamping masalah-masalah tadi dan bagaimana kita bisa menyusun
suatu rencana aksi mengaddress masalah itu dalam kaitannya juga tadi dengan domestic
connectivity kemudian lebih besar lagi. Karena domestic connectivity ujungnya adalah
peningkatan desa. Itu mungkin sebagai pengantar dari depan, saya mungkin ingin
mendengar lebih lanjut komentar-komentar bapak-bapak sekalian. Kebetulan kami
diminta mengkordinasikan mengenai domestic connectivity ini jadi kami ingin
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 16
mendengarkan apa isu-isu yang terkait dengan pengembangan ICT. Oiya satu lagi
pemanfaatan ICT di pemerintahpun akan kita dorong yang pasti e-procurement kita
akan selesaikan di seluruh kementerian lembaga dan daerah itu 2012 kita harapkan bisa
memanfaatkan e-proc ini. Kemudian tentunya kita tahu juga kita akan menuju kepada
sistem informasi kependudukan tunggal NIK tentunya ini juga akan merupakan suatu link
yang kuat diantara infrastruktur ICT dan kalo dari sisi planning kami di Bappenas dan
juga Bappeda akan mengembangkan e-monitoring evolution dan e-planning jadi ini
kaitannya dengan e-Gov tadi. Saya kira itu sebagai pengantar diskusi dan saya ingin
mengenalkan isu isu yang dihadapi dalam kita mengembangkan broadband economy
sekali lagi terimakasih Pak Eddy atas kesempatan yang diberikan.
16. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua umum MASTEL
Dari seminar yang dilaksanakan MASTEL sebelumnya dimana pak
Hatta Rajasa hadir, itu pak Sarwoto sebagai Dirutnya katakanlah
operator GSM terbesar disampaikan kalo operator GSM ini tidak lari
ke konten dia akan mati karena dia tahu terutama dalam broadband
ini bisa dikatakan 30-40 pendapatan akan lari ke konten jadi ini
sebelumnya bikin jalan capek tapi kemudian katakanlah orang lain
yang kemudian meraup keuntungannya oleh karena itu tadi yang
saya kira pak teguh sudah ke arah sana tiap tiap operator itu sekarang dalam rangka
membina untuk itu. Telkomsel mengatakan dia akan membina katakanlah 1000 konten
provider nanti Indosat dua ribu, XL berapa ribu silahkan. Pertumbuhan ini perlu untuk
ekonomi jadi pak Hartoyo saya menganggap istilah saya wireline atau fix broadband itu
ini merupakan infrastruktur ekonomi. Yang bisa menggerakkan industry perumahan dan
anak-anak yang bekerja di konten sekarang bagaimana kita bisa bekerja di konten kalo
dirumah kita nunggu muncul pake kartu akses tinggal ke kamar mandi pun ga pernah
muncul karena memang fiber optic belum masuk ke rumah nah ini mungkin satu hal
yang saya mohon pak Lukita ini suatu hal yang kami mendukung penuh palapa ring
sudah ada tapi feedernya ke rumah-rumah belum ada bayangkan saja rumah saya di
belakang bappenas itu fiber optic pun ga ada pak yang ada kabel – kabel tembaga yang
cukup lama apalagi yang katakanlah daerah lain oleh karena itu saya mohonkan lakukan.
2 operator yang berhak itu 1 operatornya pak Teguh, indosat itu berhak lho pak Teguh
anda punya lisensi untuk Fix line jangan Telkom aja. Telkom juga punya fix line tapi
karena ini bangunnya mahal mbok yo pemerintah memberikan insentif gitu lo pak. Ini
insentif bentuknya terserah bahwa misalnya dibantu Indosat misalnya 40% Telkom sama
dia akan senang gitu lho pak. Atau silakan pemerintah membentuk the third operator
untuk ini seperti singapura. Nah kami juga pak Eddy mohon diatur waktu MASTEL
melayangkan surat kepada Menko Perekonomian tentang keberatan – keberatan
operator terhadap besarnya pungutan-pungutan saya kira suratnya sudah saya
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 17
sampaikan ke pak Eddy nah karena ini adalah suatu hal yang membebani seperti yang
kata pak Yohan tadi sampaikan dan ini mungkin harus dengan menteri keuangan pak
disampaikan kalo tidak mereka akan jadi korban pungutan terus pak.
17. Bp. Adi Seno, Kemenkominfo
Saya akan memberikan sedikit apa yang sebenarnya ada dalam benak
kawan-kawan di kominfo terhadap masalah Broadband economy ini.
Jadi dari paham kami, kami sepakat bahwa ini perlu. Sebagai contoh
dari hasil selama ini kita lakukan studi di berbagai negara penetrasi 10
persen broadband laju pertumbuhan ekonomi suatu negara itu naik
1.27 persen bandingkan dengan seluler yang cuma 0.5 sampai 0.6
persen. Dan kita juga cukup memahami ada empat pemangku
kepentingan disini yang pertama operator, ada vendor dan yang ketiga Masyarakat
sebagai User dan Keempat tentunya negara. Kami menginginkan 4 stakeholder ini
optimal. Kalo seperti 20 tahun yang lalu operator terlalu untung berbeda dengan
sekarang tapi saya pikirmasih untung pak EBITDA nya masih tinggi. Jadi kalo PNBP nya
masih ga bener. Laporannya pak EBITDA nya masih terlalu tinggi.. yaa so what gitu. Itu
yang pertama, jadi kalo misalnya terlalu untung di operatornya yang seneng cuma
operatornya tentunya stakeholder operator kan … tapi masyarakat penggunanya ga
kepikiran dan pasti yang rugi nanti ujung ujungnya negara juga. Jadi kita inginnya 4
stakeholder itu tetap win-win solution kali misalnya ada yang terlalu tinggi kita
melihatnya dari mana. Konon kabarnya dari retain sekitar 20% sampai 27 %, 25% sampai
35% dari opex nya tapi begitu saya melihat ke EBITDA nya rasionya kok masih diatas
50%. Nah ini untuk kelola departemen keuangan ini ga make sense kalo diturunin gitu
tapi disisi lain kita juga memahami jika EBITDA kita tinggi ntar jadi bagusin(?) yang kecil
itu yang pertama. Jadi kita mengatakan kita demikian itu betul bahkan ICT Fund yang
sekarang lagi kita godok yang sampai detik ini kebijakannya belum keluar dari tempatnya
saya tidak akan menyalahkan pihak manapun tidak masalah dari kami. ICT Fund yang
kita endorse rancangannya kita punya visi sampai 2018 walaupun itu bukan masa
kepemimpinan menteri yang sekarang itu setiap ibu kota kabupaten terhubung dengan
fiber optic bagaimana caranya ICT Fund itu kita gunakan dalam bentuk apa? Nah ini yang
belum kita sepakat dengan lembaga pemerintah yang lainnya. Kalo kita sih ngusulkan
begini ICT Fund itu kita gunakan untuk pendanaan 10 persen dari sebuah vendor dari
sebuah proyek misalkan dari A – B katakan habisnya, dengan dana yang paling bagus
habisnya 18 Trilyun nah 10 persen dari dana itu kita kasih nah pengennya begitu tapi
kajian buku belum selesai itu duit, duit darimana. Kalo misalnya dari APBN dan itu
kemudian ujung-ujungnya itu dioperasikan oleh operator kalo perlu semua operator
boleh make dst. Itu pemilik obligasi(?) siapa? Kekayaan Negara apa boleh, tapi inginnya
kita begitu pak. Mimpinya kami di Kominfo itu ibukota polkabes(?) sekitar 400 –an
sekian terhubung dengan broadband fiber optic. Namun saya lebih senang jika tepuk
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 18
tangannya nanti jika terbukti. Bahwa kita sedang mengarah ke arah sana itu betul. Kita
sampai pernah menjanjikan bahwa 1/3 keuntungan ekonomi di akhir tahun 2014 itu
datangnya dari ICT. Bagaimana caranya kita push disitu. Kemarin itu ada desa berdering,
setelah di implementasikan, dalam 4 bulan 8 kali perdagangan keluar dari daerah itu
naik. Walaupun masuk ke arah sana tidak ada jalan jadi lewat laut, jadi infrastruktur ICT
mendahului daripada infrastruktur fisik, jadi saya katakan infrastruktur ICT itu yang
menyatukan negara ini. Demikian yang dapat kami sampaikan.
18. Bp. Noor Iza, Kemenkominfo
Karena pak Eddy memberikan kesempatan maka harus dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, selain yang disampaikan pak Dirjen tadi kami
dari Kominfo pak Adi Seno memang bisa menyampaikan karena
beliau yang memang lebih tahu kami mencoba menyampaikan hal
yang lebih spesifik pak karena kami di direktorat jendral APTEL
kebetulan hal yang terkait dengan broadband economy ini kita lihat
dari sisi broadbandnya nah kalo kita lihat ini sebenarnya negara-
negara di dunia ini bagaimana memanfaatkan digital ini dalam kemudahan
melaksanakan perekonomian dan pelaksanaan kehidupan sehari hari misalnya yang
terkait dengan perdagangan dan juga pemerintah kita lihat singapura, mereka memiliki
program pemerintah membiayai fully jaringan fiber ke rumah-rumah jadi rupanya di
Singapura juga sama fiber itu ke rumah rumah, jadi singapura merasa jika mereka tidak
bisa melakukan sekarang mereka tidak akan bisa mengikuti racing. Dari situ
pemerintahnya akan mendapat sebagian dari pelaksanaan e-government misalnya untuk
taxing untuk parking ERP dsbnya. Kemudian demikina juga Australia mereka memiliki
target 90 persen household terhubunga dengan fiber optic. Nah ini betul betul di funded
oleh pemerintah dan kemudian nanti akan di share dengan operator. Kenapa Singapura
seperti itu dan Australia seperti itu mereka memanfaatkan digital prosperity itu karena
itu akan mendukung economy efisiensi dsb. Tentu ini semua berkaitan dengan insentif
yang mana kalo Kominfo boleh dibilang tidak bisa mengembangkan isu-isu seperti itu
Kominfo itu we are sektoral ibaratnya hanya mengawasi operator mau ngasi insentif aja
berat malah disuruh membebani BHP. Disini memang the father of incentive itu
Bappenas sama Menko Perekonomian sebenarnya bagaimana mengolah itu semua kita
perlu sadari bahwa untuk mengolah itu tidak mudah karena pemerintah memerlukan
side pocket lah untuk itu, untuk misalnya insentif kepada masyarakat saja belum tentu
bisa barangkali memang tidak mudah tapi perlu juga dipikirkan mulai sekarang
barangkali bagaimana sebagai masukan. Nah kalo tadi kita bicara membangun fiber
kemudian jaringan ke rumah rumah itu kita masih dalam level e-readiness, bagaimana
ketersediaan jaringan itu ada. Bagaimana mentransfromasikan manual bisnis menjadi e-
bisnis. Kita harus mulai memikirkan masyarakat dari level manapun itu dia bisa memulai
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 19
sejak sekarang. Di dirjen APTEL kita memiliki 2 muara yang satu adalah e-Government
nah bagaimana supaya adoption ICT broadband ini di dalam government, kemudian
yang kedua e-bisnis bagaimana penyerapan broadband ini dalam sektor non
government. Cukup membina UKM jika UKM ini jalan maka yang gede gede akan segera
jalan. Nah ini menjadi salah satu konsern kami pak bagaimana mentransformasi UKM ke
e-UKM. Mungkin memerlukan program-program yang jitu yang kita perlu dapat
dukungan dari instansi lain, bagaimana kita bisa membantu UKM. Itu saja pak
terimakasih.
19. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian
Bp. Adi Seno terus terang saya sangat menghargai pak saran bapak
tadi dan terus terang kami di kantor Menko dan yang lain rasanya
akan mendiskusikan Blueprint ICT Fund, kalau itu timingnya sudah bisa
kita buka, kita buka. Tapi ngomong-ngomong EBITDA tadi pak
singkatannya apa ya? Kalo di saya itu singkatannya “Earning Before
Irregularity Tampering and Dubious Accounting” jadi karena itu nama
kementeriannya, kementerian pemanfaatan BUMN jadi boleh
dimanfaatkan BUMN nya. Nah dalam kaitan itu mungkin ada pak Lukita kami mohon
juga nanti concern yang disampaikan pak Adi Seno dan pak Noor Iza dan teman-teman
tadi tentang beban pajak yang dikenakan pada mereka itu perlu dipertimbangkan,
artinya kalo itu sampai menekan growth dari operator dan industri. Merubah paradigma
ga boleh turun pajak itu kan agak repot juga tapi memang that’s the way it is pak untuk
orang keuangan, mungkin bisa diakali, tapi memang agak sulit merubahnya dan itu harus
kita pahami bapak dan ibu sekalian.
20. Ibu Silvya W. Sumarlin, KADIN
Termakasih pak Eddy, Ekonomi tdk dilihat dari pengguna saja tp
roda ekonomi itu sendiri seperti apa dan industry termasuk
kedlmnya, saya punya konsern, pak ucok tadi mengatakan ada
puluhan ribu SDM IT tidak terserap, Pak kos melalui Ristek tadi
mengatakan eh ristek melalui bppt menyediakan lahan luas bagi
industry untuk berkarya dan itu kita lakukan keduanya jadi misalnya
industry itu kita menyerap tenaga kerja ahli ahli enjineer yang
pandai-pandai kemudian Ristek memberikan lahan utk uji coba/research wimax yang
mobile. Konsern kami adalah OK pak, bapak ingin industri itu jalan kita sudah jalankan
kita ikuti itu semua jadi tenaga kerja itu ada kita tampung terus penelitian kita jalankan
terus kemudian produksi kita diakui di diluar negeri jadi sebenarnya standarnya sudah di
akui tapi kalo di Indonesia nya sendiri ga dimanfaatkan itu menjadi suatu pertanyaan
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 20
karena justru kita tidak dimanfaatkan bukan karena kita tidak mau dan bermanfaat bagi
masyarakat tapi kita dilarang untuk bermanfaat. Nah itu kasusnya sekarang ini mau
menyalahkan siapa ya, beberapa kali kita lihat banyak yang berkomentar habis masa si
ga mau invesatasi di Indonesia, Habis setelah investasi, hasil investasinya ga bisa dipake,
bisanya di pake di luarnegeri. Ya saya minta pak ada keadilan dan kesetaraan. Kalo
misalnya teknologi itu sendiri sudah mulai maju kenapa kita mempertahankan teknologi
yang lama hanya dengan alasan mau melindungi investasi dari beberapa pihak soalnya
begini pak teknologi itu pak kalo saya merasa ga adil selular boleh pake teknologi dari
AMPS berevolusi jadi edge – HSDPA berevolusi lagi menjadi LTE, nah kenapa kita yang
berangkat dari jalur IP Internet Protokol tidak boleh berevolusi hanya terpatok di satu
teknologi saja bahwa mungkin lupa bagi bapak bahwa teknologi lama ini membuat kita
menjadi lahan pembelian bagi sampah-sampah orang luar negeri artinya base station
tidak dipake, standar luar juga bukan itu kita satu satunya yang mau pake dan kita satu –
satunya yang mau menjalankan teknologi tersebut. Kalo kita ingin menjadi seperti yang
dikatakan menkominfo bulan november dia mau meng invite 20 menteri-menteri ICT di
Bali mengatakan kita bisa menjadi negara yang bisa internasional roaming kenapa
standar kita memake yang bukan standar internasional itu pertanyaannya pak
terimakasih.
21. Bp. Barata Wardhan, FKBWI
Prinsip saya cuma satu saya tidak mau adanya TKDN yang itu jadi
tingkat kebohongan dalam negeri BTS sebanyak 40%, 40% BTS
tersebut banyaknya dari TEX, 25% software dari 10% tex dan 15%
leason tex untuk dibeberapa perusahaan komponen hanya 5-10%
ini yang saya lihat jika kondisinya seperti ini maka kasus
membohongi Indonesia terutama PT. Inti yaitu dengan adanya
central telepon digital yang waktu itu barang pure saya bawa dari
Siemen dan mengklaim itu adalah produk Indonesia apakah kita
akan seperti itu lagi, yang saya inginkan adalah transfer teknologi enjiner-enjiner kita
yang bisa memproduksi itu semuanya, dan selama era globalisasi jangan hanya dibuat
Indonesia ini Negara terkecil, kita adalah no 3 yang terbesar di Asia sebagai pasar namun
sekarang ini para investor-investro lari lebih mending investasi di Vietnam atau atau
Birma Indonesia tdk dilirik lagi oleh para investor dan saya mengusulkan agar internet
tidak hanya mengundang facebook saja tetapi pemerintah/operator dapat membuat
satu email menjadi lokal email.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 21
22. Bp. Rudi Rusdiah, PT. Asricitra Pratama
Sangat menarik sekali dari judul roundtablenya, broadband dan
ekonomi ada dua keyword. Dari broadband sendiri kita banyak,
fokus teknologi dimana, kebanyakan emang pada fokus di
penetrasi padahal yang penting juga adalah kualitas. Karena kalo
kita bicara mengenai aplikasi tadi ada SISLOGNAS, SISTRANAS
kemudian e-proc itu kualitasnya itu sangat-sangat penting kalo
tanpa kualitas yang baik juga percuma jadi regulasi itu sangat
penting sekali untuk juga mementingkan kualitas. Kualitasnya juga adalah kepentingan
dari customer sedangkan kalo dari sisi operator kualitasnya itu menjadi inputan
sehingga penetrasi cuma lebih visible kepada operator sehingga kualitas itu kurang
sekali dibicarakan sedangkan kualitas ini amat penting jika kita akan mengarah pada
aplikasi-aplikasi tanpa kualitas dari broadband ini ga akan ada gunanya. Kemudian
keyword kedua ekonomi, ekonomi itu kita bicara mengenai efisiensi efektifitas output
based sepertinya dari suatu market pasar supply dan demand untuk itu penting sekali
jika kita mempunyai mapping nanti kita bicara apakah kita harus pake fiber atau pake
wireless, wireline padahal kalo kita mapping nya jelas. Harusnya memang teknologi yang
cocok fiber to home. Dimana regulasinya itu “right of way” harus jelas dulu. Kita harus
mapping yang jelas mana desa yang memang butuh wireless, wireless nya juga harus
jelas apakah wireless VSAT atau yang lainnya. Kalo saya lihat proyek2 USO itu dari
semacam handphone yang ditempatkan di tempat yang juga banyak handphone
sehingga tidak dapet sinyal itu telpon. Kemudian kalo kita bicara masalah ekonomi kita
juga bicara mengenai supply chain industrinya nah tadi isu mengenai TKDN itu sangat
penting, TKDN dan standardisasi. Semestinya TKDN dan standardisasi itu empowering
local industry, kalo di luar negeri itu mereka memproteksinya dalam negerinya dengan
standardisasi kalo kita tidak, TKDN ini misalnya saya beberapa kali mencoba membuat
TKDN itu misalnya CSR itu minimum harus 2 Milyar. Sehingga perusahaan besar saja
yang bisa masuk TKDN. Jadi kita menghambat UKM kita sendiri untuk memperoleh
TKDN, kemudian ISO 18001, ISO 14001 Yang bicara mengenai environment padahal yang
penting itu ISO 9001 yang bicara kualitas dan itu malah tidak dipakai. Jadi TKDN ini
malah menghambat industry dalam negeri. Standardisasi juga banyak sekali yang
menghambat, jadi kalo kita ingin seperti China sebelum bisa maju mereka melakukannya
dengan memberikan insentif-insentif empowering. Jadi regulasi kita jangan sampai
menghambat. TKDN ini justru menghambat dan mempersulit terutama UKM untuk bisa
ikut dalam pembangunan. Terimakasih.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 22
23. Bp. Frans Thamura, Managing Programmer Java
Kita lagi coba masuk ke Korea yang tingkat ekonominya lebih tinggi,
saya juga mulai bantuin Malaysia sama singapur dan mostly kita
punya komuniti di Malaysia native programmer. Kita punya SDM
bagus tapi lulusannya dari kampus biasanya ancur ancuran jadi harus
kita kelola dan saya punya yayasan untuk mengelola anak anak dan
kita bantuin bikin perusahaan jadi sekarang yang saya dapet negara
ini unfriendly dan mostly dari mereka miskin malah ada beberapa dari
mereka belum pernah kuliah kalau bapak sudah S3 dan professor mereka bisa kekampus
juga udah hebat. Itu yang saya dapet, kalo saya lihat mostly kita punya produk pre-
konten kita punya android kurikulum kita punya beasiswa, kita punya enterprise
solution, it’s free. Tapi sampai hari ini IGOS kita ga masuk, kominfo bukan kita punya
area, saya harus bikin e-government pustek baru bisa masuk. Yang lucu kita punya
competitor di Malaysia punya acara didepartemen perdagangan dikasi 2 Milyar, 5 tahun
pertama ga bayar pajak ongkos-ongkos ke lur negerinya selalu dibayarkan oleh negara.
Kita harus bayar pajak dan kantor pertama saya, orang pajak nungguin di depan kantor
trus saya bilang bapak ngapain, ini saya udah bayar 10 persen yang seharusnya 6 persen.
Semoga ini bisa menjadi masukan bagi semua pihak itu saja. Yang saya lihat kita yang di
depan bikin konten yang di peres yang mikir yang dapat 90% tapi dia tidak pernah
melakukan siasat yang benar dan tidak pernah mengenyam pendidikan juga. Beberapa
orang telekom mobile cuma seremonial terimakasih dapet 60%. Karena itu para
programmer mobile pada bangkrut barangnya tidak bisa laku tapi ada beberapa yang
laku dengan dijual sahamnya ke luar. Kita lihat itu dilakukan dan kita juga lagi prepare
kayanya saya punya barang dijual saja ke negara sebelah malingsia tapi berani ngasi 5
milyar per brand itu yang menarik. Nah ini mungkin bisa jadi masukan kalo anda mau
menjual koneksi udah byar pet ya, bagi yang pake Telkom speedy ga nyala seminggu,
kabelnya sori pak lama bisa seminggu, padahal kita harus tetap jualan dan bayar pajak.
Nah saya hanya konsern diujung saya tidak didepan saya tidak peduli dengan
infrastruktur tapi yang pasti kemarin saya sama bung Roni ngomongin ketemu bu Sri
Mulyani, saya ngomong bisa ga kita punya multimedia super corridor kata bu Sri Mulyani
ga perlu orang IT mah kaya kaya. Jadi saya mikir nih bisa jadi forum masukan karena
mostly kita punya SDM di Malaysia jadi chief kebanyakan, Korean Telkom juga orang sini,
orang – orang di forum juga rata rata orang sini. Ok itu saja.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 23
24 Bp. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies
Saya singkat saja jadi dari kominfo tadi mengatakan kalo dibedakan
ekonomi sama broadband ekonomi Indonesia ini ekonomi colong
jadi tidak meningkatkan nilai tambah jadi broadband memiliki
peranan untuk kegiatan ekonomi itu harus menciptakan nilai
tambah saya lihat dimana – mana colong. Sehingga saya heran kita
bicara ekonomi tadi dari putrinya Sumarlin, saya kan kenal
bapaknya. Jadi maksud saya kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia
adalah ranseeking caloan. Pekerjaan pemerintah switching ini bagian siapa ini bagian
siapa. Sekarang bagaimana si switching ini dirusak sama email atau SMS saya. Sekarang
udah rusak dikit-dikit. Jadi Eddy kalo mengundang saya untuk mengacau, bentar lagi
Menko Ekuin saya kacau bentar lagi you akan kaget yang saya akan kacau lagi adalah
yang arisan KKN ini. Itu juga saya buka dengan saya kerahkan orang-orang hacker ini
dengan saya bukain rekening mereka semua bener mas saya bukain rekening mereka
semua, arisan nyaloan itu kebuka semua saya bilang SP, saya bilang I, saya bilang YK OK
kita buka rekeningnya semua jangan satu aja datangnya darimana ngelipatnya darimana
karena ini menciptakan broadband karena ekonomi kedua itu, ekonominya ekonomi
trafficking broadbannya yang tadi itu yang broad saja mulutnya.
25 Bp. Teguh A, KADIN
a) Terimakasih pak Eddy saya ringkas saja saya hanya mengingatkan jika infrastruktur
sudah tersedia jika konten terdevelop maka ada satu komponen lagi yang harus kita
perhatikan yaitu transaction saya rasa ini akan menjadi istu jika kita tidak
address dari sekarang karena setahu saya mobile payment sampai sekarang belum
menjadi kenyataan padahal harusnya itu bisa take off ada apa dibalik itu, itu yang harus
kita kaji bersama sama sehingga tidak hanya menjadi broadband infrastruktur sekedar
infrastruktur tapi juga dia membawa manfaat.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 24
b) Saya juga me remind kita semua agar kita tidak lupa membuat R&D center mengapa itu
tetap saya anggap penting, faktanya sebagian besar teknologi yang datang itu kita
terima sudah gelondongan dari vendor tetapi juga ada laporan bahwa teman-teman kita
yang sangat pandai-pandai itu bekerja di vendor-vendor di luar negeri dan lebih pinter.
Yang menyedihkan adalah teman-teman kita di luar negeri itu tidak punya kesadaran
bersama untuk mengait teman-temannya dan yang kedua tidak berusaha
mengembalikan itu ke Indonesia nah bagaimana caranya kita membangun semangat
yang sama biar kita bisa punya R&D center meskipun hanya virtual tapi setidaknya sudah
connected to each other itu sudah sesuatu terakhir pak yang saya hendak remind adalah
siapa yang akan take a lead inisiatif ini, sehingga benar – benar bisa terealisasikan.
26 Ibu Imelda Adhisaputra, PT. Intel Indonesia Coorporate
Terimakasih pak Eddy kami dari intel berpendapat bahwa broadband
infrastructure ini sudah harus diberlakukan di Indonesia dan ICT
corporate ini memang sudah sangat mendesak untuk diberlakukan
atau diterapkan karena menurut pengalaman kami dari negara-
negara lain seperti Vietnam dan Korea atau Malaysia broadband itu
sangat-sangat penting sekali demi kemajuan pendidikan karena
dampaknya kemana-mana pak kami bisa share dengan disini
mengenai sukses dari negara negara tetangga karena ini memang
sudah sangat-sangat tidak bisa di tunda lagi jadi dari intel kami mengharapkan bahwa
pemerintah bisa dengan segera mencanangkan atau menyusun sebuah ICT roadmap
yang terintegrasi dan tidak fragmented pak karena dari segi industry kami juga bingung
bagaimana menerapkan secara keseluruhan broadband plan tersebut.
27 Bp. Elisa Lumbantoruan, KADIN
a) Saya kira karena tema dari diskusi kita hari ini adalah
broadband ekonomi Indonesia dan saya amati dari tadi
banyak diskusi dari sisi infrastruktur nah ini mungkin kita
jangan memulai kesalahan kesalahan dimasa lalu dimana
kita membangun infrastruktur tanpa kita memikirkan
mengenai kreatif yang ada diatasnya dulu kita
membangun jalan tol tapi pada akhirnya itu ga banyak
yang jalan diatasnya karena traffic dari ujung ke ujung tidak tersedia tetapi
sebaliknya kalo trafiknya sudah ada maka siapapun yang akan invest pada
infrastrukturnya akan datang sendiri nah konsep berpikir kalo dari sisi sistem
ekonomi barangkali yang harus kita lihat adalah kontennya yang pertama nah kalo
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 25
kita lihat dari sisi konsep digital divide maka kita mengalami 3 hal dari digital divide,
satu adalah dari sisi economic divide yaitu masalah affordability nah ini dari tadi
dibicarakan mengenai komponen daripada cost apakah itu biaya frekuensi dsb.
b) Yang mengakibatkan affordability di Indonesia ini menjadi sangat mahal tetapi
seandainya pun pemerintah bisa menyediakan dana keuangan apakah itu dana
palapa ring atau dengan USO dan sebagainya maka yang berikutnya yang juga kita
alami di Indonesia adalah usability divide dimana sekarang ini kalo kita lihat dari
tingkat literacy saja misalnya kalo kita mengandalkan serisu secara global berarti
yang lebih banyak adalah yang berbahasa inggris maka tingkat literacy terhadap
bahasa inggris di Indonesia itu masih sangat rendah nah barangkali mungkin yang
kita sitir adalah apakah kita memang sudah memiliki economical scale untuk konten
yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia nah ini mungkin harus dicarikan
apakah itu harus berbahasa Indonesia atau mungkin dicarikan suatu killer apps untuk
bisa mendorong ini dulu beberapa tahun yang lau sebenarnya saya mengusulkan
adalah tanpa membangun infrastrukturnya kalo kita pick satu killer apps waktu itu
yang saya usulkan dalam bidang pendidikan sebenarnya, kalo kita lihat di Indonesia
ini ada lebih dari 400 ribu sekolah dari SMP sampai SMA itu sebenarnya memiliki
ekonomical scale yang sangat besar yang bisa kita pilih sebagai killer apps dan itu
kalo kita wajibkan seluruh pelajar harus memiliki akses ke internet dan juga metoda
pengajarannya berlajar dan mengajar menggunakan internet maka itu domino
effectnya akan sangat besar dampaknya tetapi sayangnya ini sekarang dijalankan
secara sylo oleh masing masing departemen.
c) Yang ketiga adalah yang disebut dengan empowerment divide andaikan kita punya
infrastruktur punya akses devais dan punya konten yang ketiga problem kita adalah
masalah participation, jadi partisipasi daripada pengguna itu nah ini barangkali kalo
kita hanya berada pada level 1 dan 2 maka kita hanyakan menjaid market.
Bagaimana mendorong masyarakat menjadi innovator dan pencipta dari konten.
Nah mungkin itu yang harus dilihat secara tersetruktur dan tiga-tiganya harus di
address dengan baik.
d) Karena ini merupakan suatu sistem ekonomi. Maka yang perlu dipertanyakan adalah
Do we have the economical scale? Apakah ini akan menjadi ekonomi yang mahal?
Untuk bisa menjawab ini maka beberapa pilar F harus dipilih, saya tidak tahu apakah
dari flagship application dari depdiknas, memang diperlukan disini inisiatif yang
terintegrasi jadi dari economic divide, usability divide, dan empowerment divide saya
kira tiga-tiganya harus di address secara bersama sama.
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 26
28 Ibu Risargati, Indosat
a) Mungkin ada 2 masukan saja yang pertama perlu adanya
integrasi membangun broadband integrasi dengan kelistrikan
dan infrastruktur jalan karena ini menimbulkan biaya yang tidak
sedikit untuk menyediakan listrik kita perlu solar kita juga perlu
sarana untuk mengatur. Mungkin kita bisa fokus broadband
yang kita bicarakan sore ini lebih kepada broadband level
kabupaten kebawah. Kalo di kota2 besar itu mungkin
masalahnya sudah tidak terlalu banyak infrastrukturnya sudah cukup bagus
masyarakat sudah bisa menikmati dengan baik mungkin yang kita perlu bicarakan
secara nasional adalah pada level corporate.
b) Berkaitan dengan di level daerah paling tidak adanya program pendidikan untuk
level gubernur ke bawah sehingga dengan pemahaman yang baik dari mereka,
mereka akan membantu pertumbuhan dari broadband ini untuk bisa mereka
gunakan untuk membangun daerahnya sehingga otonomi daerah ini tidak semata
mata ke arah retribusi dan lain-lain tapi dia lebih bisa memberdayakan sarana yang
ada dengan ilmu yang mereka punya mereka akan membuat fasilitas broadband ini
menjadi suatu transaksi. Bisa digunakan untuk promosi pertanian misalnya itu yang
produktif sifatnya.
29 Bp. Iwan Pilliang, Konten Developer
Saya ingin komen aja untuk bu Silvi jangan berkecil hati di negeri
ini saya sepakat dengan pak Hartoyo orang R&D yang spending
waktu dan segalanya tidak akan sia sia. Sekarang begini aja kita
berkelahi, kami development terus di Java di aplikasi mobile
kami sudah bisa menemukan aplikasi yang cross platform, untuk
aplikasi enkripsi sekalipun bahkan kita bisa yang membuat
namanya messenger yang bisa cross platform jadi kita berkelahi
aja dengan operator jadi ini memang negeri yang mengajak kita barbar yang tidak
menghargai R&D kita juga mau kelahi dengan kominfo saya menggugat UU ITE, saya
berkelahi sendiri media belum ngeh walaupun kalah community menyambut baik
dan saya rasa saya kalah dengan terhormat. Saya mengajak kita berkelahi karena
memang keadaannya demikian kalo misalnya operator nanti tergerus oleh aplikasi
messenger yang cross platform bahkan android sekalipun otomatis pendapatannya
akan berkurang jadi saya rasa begitu, jadi saya hadir kemarin untuk mengajak
berkelahi, mari berkelahi dan membangun community. Dan saya berhenti sebagai
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 27
pokja konten dan aplikasi tanya pak Teguh minta pamit di Kadin. Sekarang saya di
desktop untuk menggerakkan 30 ribu orang prita dan lain-lain bisa kok.
30 Bp. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wamen Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional
Terimakasih pak Eddy jadi saya tadi cukup banyak mendengarkan
perkelahian tadi ya, tapi sebetulnya saya melihat bahwa kita semua
ini adalah memiliki mimpi yang sama yaitu membangun Indonesia
yang lebih baik itu saya kira tadi intinya dari sana nah memang
dalam konteks seperti itu ini pak Eddy saya kira menyusun
roadmap, stakeholdernya sudah ada semua disini nah bagaimana
tadi tujuan kita yang bersama sebetulnya kita sadari pembangunan
broadband untuk membangun perekonomian kita yang lebih baik membangun
kesejahteraan yang lebih baik itu dengan broadband ini bisa nah ini saya kira bahwa
stakeholder ini semua tentunya harus bisa mendapatkan fairness tadi kewajaran dari
setiap kerja keras yang dibuat oleh masing masing. Kami harapkan roadmap itu
dibangun dengan basis kebersamaan bahwa semua pihak mendapatkan kewajaran
sesuai dengan kontribusi yang diberikan. Tentunya disini peran pemerintha menjadi
sangat penting, menyusun regulasi, memberikan insentif, mengenakan pajak dsb.
Harusnya bisa melihat kepentingan yang lebih besar tadi, broadband perlu dibangun
untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar sehingga pajaknya itu
sebetulnya bisa dikeluarkan dengan melihat kalo ekonominya besar pasti pajaknya
besar bukan tarifnya yang diperbesar. Nah regulasi pun harus mendukung itu supaya ini
berkembang ekonomi besar tentunya manfaat besar. Saya kira roadmap harus
dibangun dengan komponen-komponen yang tadi saya kira ahli-ahlinya ada disini
bagaimana tadi membangun infrastrukturnya bagaimana tadi konten dan sebagainya
itu perlu saya kira, kalo kita bicara domestic connectivity ICT menjadi satu. ICT roadmap
produknya kita sudah punya logistic nasional sudah ada blue printnya, sudah ada
blueprint multi moda transportation, nah kalo ditambah dengan ini jadi lengkaplah apa
yang dimaksud dengan dosmetic connectivity untuk membangun knowledge based
economy.
31 Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua umum MASTEL
Kita seolah – olah di luar ruangan ini sama dengan kita, saya pake
datanya pak Lukita, 63.4% rakyat Indonesia adalah hanya sekolah
dasar yang semacam kita hanya 3.7% jadi saya kira yang 3.7 ini
harus digerakkan supaya 63,4 ini bisa jalan. Saya kira itu, jangan
66 Notulen ini tidak untuk dikutip!
notulen roundtable discussion broadband economy-8sep.doc 28
mengharap seluruh rakyat Indonesia, saya kira itu pak Eddy terimakasih.
_____________
Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan penyebutan nama/
institusi.
Komentar/tanggapan dapat dikirim ke email:
Jakarta, 8 September 2010
Notulis,
1. Riska Ana Gulang
2. Nur Sobariyatun