lo sinusitis ethmoidalis

9
LO Sinusitis ethmoidalis Sinusitis ethmoidalis adalah suatu peradangan pada sinus ethmoidalis yang terjadi oleh karena infeksi virus, bakteri dan jamur atau karena reaksi alergi yang berkepanjangan pada sebagian atau seluruh mukoperiosteum dari sinus paranasalis. ETIOLOGI SINUSITIS ETHMOIDALIS: Penyebab sinusitis ethmoidalis sama halnya dengan penyebab infeksi sinus-sinus yang lain. Infeksi atau peradangan sinus umumnya terjadi sebagai lanjutan infeksi hidung, Sinusitis ethmoid dapat terjadi bila terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mukus. Adanya peradangan yang terus-menerus menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia sehingga lubang drainase ini menjadi buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta pengeluaran cairan mukus. Penyebab terjadinya obstruksi ostia ini antara lain: Virus Sinusitis ethmoidals bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada aluran pernafasan bagian atas. Sehinga virus yang menyerang sinus biasanya sama dengan virus yang menyerang hidung dan nasofaring sebelumnya karena mukosa sinus berjalan kontinue dengan mukosa hidung. Infeksi bakteri

Upload: afiwahyu

Post on 09-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

semangat yooooo

TRANSCRIPT

LO Sinusitis ethmoidalisSinusitis ethmoidalis adalah suatu peradangan pada sinus ethmoidalis yang terjadi oleh karena infeksi virus, bakteri dan jamur atau karena reaksi alergi yang berkepanjangan pada sebagian atau seluruh mukoperiosteum dari sinus paranasalis.

ETIOLOGI SINUSITIS ETHMOIDALIS:

Penyebab sinusitis ethmoidalis sama halnya dengan penyebab infeksi sinus-sinus yang lain. Infeksi atau peradangan sinus umumnya terjadi sebagai lanjutan infeksi hidung, Sinusitis ethmoid dapat terjadi bila terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mukus. Adanya peradangan yang terus-menerus menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia sehingga lubang drainase ini menjadi buntu dan mengganggu aliran udara sinus serta pengeluaran cairan mukus. Penyebab terjadinya obstruksi ostia ini antara lain:

VirusSinusitis ethmoidals bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada aluran pernafasan bagian atas. Sehinga virus yang menyerang sinus biasanya sama dengan virus yang menyerang hidung dan nasofaring sebelumnya karena mukosa sinus berjalan kontinue dengan mukosa hidung.

Infeksi bakteri

Didalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam snus sehingga terjadi infeksi sinus. Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus menciptakan suatu lingkungan yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri.

Infeksi Jamur

Aspergillus merupakan jamur yang dapat menyebabkan sinusitis ethmoidalis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Peradangan menahun pada saluran hidung

Peradangan menahun pada saluran hidung yang diakibatkan reaksi alergi ataupun non alergi mengakibatkan obstruksi ostium akibat edema mukosa dan hipersekresi dalam rongga sinus sehingga menutup hubungan antara sinus dan hidung.

Dalam keadaan sehat, 1/3 anterior dari kavum nasi terdapat organisme yang tampaknya tidak patogen. Sedangkan jika dalam terinfeksi akut baik oleh virus maupun organisme dari luar, maka organisme yang tidak patogen tadi berkembang dengan cepat dan menyebar diantaranya masuk ke dalam ostium sinus paranasalTerjadinya sinusitis ethmodalis juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor predisposisi yang antara lain:

1. Obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung.

2. Infeksi pada sinusitis sering dijumpai pada keluarga yang tinggal di lingkungan yang kurang sehat seperti adanya polusi udara termasuk asap tembakau.

3. Daya tahan tubuh yang rendah, defisiensi nutrisi, kelelahan tubuh.

4. Penyakit sistemik kronis, hipogammaglobulin akan menyebabkan daya tahan tubuh rendah sehingga mudah terjadi infeksi didaerah sinus.

5. Pengaruh udara. Umumnya infeksi sinusitis ethmoidalis pada daerah dengan iklim yang dingin. Udara dingin akan mempengaruhi kerja silia menjadi lebih lambat, demikian juga pada udara yang kering akan mengakibatkan perubahan di mukosa sehingga sering terjadi sinusitis ethmoidalis.

PATOFISIOLOGI SINUSITIS ETHMOIDALISPatofisiologi yang penting dan paling jelas yang menyebabkan sinusitis ethmoidalis adalah edema mukosa didalam dan disekeliling ostium akibat terinfeksi virus, bakteri atau disebabkan karena peradangan yang terus menerus. Bila terjadi edema di kompleks osteo meatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang lebih baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Pada awal penyakit didapati peningkatan tekanan intrasinus yang transient, kemudian dengan berlanjutnya penyakit yang diikuti tekanan negatif intrasinus sehingga menyebabkan hipoksia dalam sinus, bakteri kemudian dapat masuk memasuki ostium sinus dan menyebabkan retensi dari sekret, fungsi silia akan rusak. Juga terdapat perubahan viskositas dari sekret nasal, yang memberikan medium yang ideal bagi perkembangan bakteri anaerob yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip kista.

Mukosa dan kelenjar akan mengalami kerusakan jika terinfeksi virus dan bakteri, serta terpapar oleh polusi udara dan bahan kimia, yang akan menyebabkan produksi kelenjar menjadi tidak normal sehingga akan mengakibatkan gangguan sistem mukosilia, yaitu gangguan drainase dan ventilasi pada sinus maksilaris. Alergi juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi karena terjadi oedem mukosa dan hipersekresi. Mukosa sinus maksilaris yang membengkak dapat menyumbat ostium sinus dan mengganggu drainase, menyebabkan infeksi lebih lanjut, yang selanjutnya menghancurkan epitel permukaan dan siklus seterusnya berulang.Sinusitis ethmoidalis pada dasarnya bersifat rinogenik. Pada sinusitis ethmoidalis kronis, sumber infeksi berulang cenderung berupa suatu daerah stenotik, biasanya infundibulum ethmoidalis dan resessus frontalis. Karena inflamasi menyebabkan saling menempelnya mukosa yang berhadapan dalam ruangan yang sempit ini, akibatnya terjadi gangguan transpor mukosilier dan mempertinggi pertumbuhan bakteri dan virus. Infeksi kemudian menyebar ke sinus yang berdekatan.

DIAGNOSIS SINUSITIS ETHMOIDALIS

Diagnosis sinusitis ethmoidalis kronis eksaserbasi akut ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

AnamnesisDari anamesis akan didapatkan gejala dari sinusitis ethmoidalis akut dan sinusitis ethmoidalis kronis yang timbul secara bersamaan, sinusitis EthmoidalisDari anamesa yang didapat biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas (terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama lebih dari 7 hari. Gejala subyektif terbagi atas:

Gejala sistemik, yaitu demam dan rasa lesu.

Gejala lokal, yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah pangkal hidung dan kantus media, kadang-kadang nyeri pada bola mata atau belakangnya terutama bila mata digerakkan.

Sinusitis Ethmoidalis kronis

Gejala subyektif yang akan didapatkan bervariasi dari yang ringan hingga berat, seperti: Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung serta sekret paska nasal (post nasal drip) dan berbau. Sekret ini yang memicu terjadinya batuk kronis.

Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok.

Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba eustachius.

Adanya nyeri / sakit kepala. Biasanya terasa pada pagi hari dan akan berkurang atau hilang setelah siang hari. Kemungkinan penyebabnya karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adanya stasis vena.

Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis

Gejala saluran nafas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, berupa bronkhitis atau bronkiektasis atau asma bronkial, sehingga terjadi penyakit sinobronkhitis.

Gejala saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis, sering terjadi pada anak.

Anosmia / hiposmia.

Selama eksaserbasi akut, gejala-gejala mirip dengan sinusitis ethmoidalis akut : namun, diluar massa itu, gejala berupa suatu perasaan penuh pada wajah dan hidung dan hipersekresi yang seringkali mukopurulen. Kadang kadang terdapat nyeri kepala, namun gejala ini seringkali tidak tepat dianggap sebagai gejala penyakit sinus ethmoidalis. Hidung biasanya tersumbat dan tentunya ada gejala-gejal faktor predisposisi, seperti rinitis alergi yang menetap dan keluhan-keluhan yang menonjol.

Pemeriksaan Fisik (Gejala Obyekif)

Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan gejala obyektif dari sinusitis ethmoidalis akut dan sinusitis ethmoidalis kronis, yaitu:

Rinoskopi anterior

Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.

Rinoskopi posterior

Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.

Pada pemeriksaan transiluminasi (diafanoskopi)

Dilakukan di kamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya menghadap ke atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah glabella. Pada sinusitis ethmoidalis akan tampak kesuraman

BOIES.....................

Colman, B. Diseases of the Nose, Throat and Ear, and Head and Neck, Fourteenth edition. UK : Oxford University Press. 1992. Page 49-54

Cody, D. Thane R, et all. Penyakit telinga, hidung dan tenggorokan. Jakarta : EGC. 1993. Hal 229 - 38

Soepardi, E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal 145-53