lo evi fix

11
2).Bagaimana alur kerjasama LSM dan Dinas Kesehatan untuk mengidentifikasi individu high risk? Jawab : LSM merupakan semua lembaga non-pemerintahan seperti misalnya UNICEF dan berbagai lembaga lainnya. LSM akan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit, hanya saja LSM bekerja sesuai dengan bidang cakupannya masing-masing. Untuk mengidentifikasi individu high risk tentunya dapat dilakukan dengan adanya upaya screening baru kemudian melakukan pencegahan ataupun penanganan awal. Pencegahan dapat dilakukan untuk orang-orang yang tidak terdeteksi memiliki penyakit tertentu, sedangkan pencegahan awal dapat dilakukan untuk individu yang dinyatakan menderita suatu penyakit tertentu. Sumber : www.manajemen-pelayananksehatan.net 6. Jelaskan kebijakan kesehatan dalam pelayanan medis! Jawab : Upaya peningkatan mutu dapat dilaksanakan melalui clinical governance. Karena secara sederhana Clinical Governance adalah suatu cara (sistem) upaya menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dan efisien dalam organisasi rumah sakit. Karena upaya peningkatan mutu sangat terkait dengan standar baik input, proses maupun outcome maka penyusunan indikator mutu klinis yang merupakan standar outcome sangatlah penting. Dalam organisasi rumah sakit sesuai dengan Pedoman

Upload: rahmah-thaha

Post on 25-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kdkD

TRANSCRIPT

2).Bagaimana alur kerjasama LSM dan Dinas Kesehatan untuk mengidentifikasi individu high risk?Jawab :LSM merupakan semua lembaga non-pemerintahan seperti misalnya UNICEF dan berbagai lembaga lainnya. LSM akan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit, hanya saja LSM bekerja sesuai dengan bidang cakupannya masing-masing.Untuk mengidentifikasi individu high risk tentunya dapat dilakukan dengan adanya upaya screening baru kemudian melakukan pencegahan ataupun penanganan awal. Pencegahan dapat dilakukan untuk orang-orang yang tidak terdeteksi memiliki penyakit tertentu, sedangkan pencegahan awal dapat dilakukan untuk individu yang dinyatakan menderita suatu penyakit tertentu.Sumber : www.manajemen-pelayananksehatan.net

6. Jelaskan kebijakan kesehatan dalam pelayanan medis! Jawab :Upaya peningkatan mutu dapat dilaksanakan melalui clinical governance. Karena secara sederhana Clinical Governance adalah suatu cara (sistem) upaya menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dan efisien dalam organisasi rumah sakit. Karena upaya peningkatan mutu sangat terkait dengan standar baik input, proses maupunoutcome maka penyusunan indikator mutu klinis yang merupakan standar outcome sangatlah penting. Dalam organisasi rumah sakit sesuai dengan Pedoman Pengorganisasian Staf Medis dan Komite Medis, masing-masing kelompok staf medis wajib menyusun indikator mutu pelayanan medis. Dengan adanya penetapan jenis indikator mutu pelayanan medis diharapkanmasing-masing kelompok staf medis melakukan monitoring melalui pengumpulan data, pengolahan data dan melakukan analisa pencapaiannya dan kemudian melakukan tindakan koreksi.Upaya peningkatan mutu pelayanan medis tidak dapat dipisahkan dengan upaya standarisasi pelayanan medis, karena itu pelayanan medis di rumah sakit wajib mempunyai standar pelayanan medis yang kemudian perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan standar prosedur operasional. Tanpa ada standar sulit untuk melakukan pengukuran mutu pelayanan. Di Indonesia standar pelayanan medik yang diterbitkan oleh departemen Kesehatantelah disususn pada bulan April thn 1992, berdasarkan keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.436/MENKES/SK/VI/1993. Standar pelayanan medik ini disususn oleh Ikatan Dokter Indonesia, sebagai salah satu upaya penertiban dan peningkatan manajemen rumah sakit dengan memanfaatkan pendayagunaan segala sumber daya yang ada di rumah sakitagar mencapai hasil yang seoptimal mungkin berisi penatalaksanaan penyakit saja, sesuai profesi yang menyusun. Yang terdiri dari komponen: Jenis penyakit, penegakan diagnosanya, lama rawat inap, pemeriksaan penunjang yang diperlukan, terapi yang diberikan (medikamentosa, psikoterapi, anjuran diit, dsb).Standar pelayanan medik disusun oleh profesi yang selanjutnya di rumah sakit akan disusun standard operating procedur berdasarkan standar pelayanan medik tersebut. Terhadap pelaksanaan standar dilakukan audit medik. Penetapan standar dan prosedur ini oleh peer-group (kelompok staf medis terkait) dan atau dengan ikatan protesi setempat. Pola penyusunan dirancang sama untuk semua profesi yang memberikan bahan masukan, terdiri dari:1. Nama penyakit/diagnosa, dengan mencantumkan nama penyakit atau dibagi dalam kelompok sesuai kepentingan, bila perlu dengan definisi, berdasarkan ICD IX yang direvisi;2. Kriteria diagnosis, terutama klinis dan waktu (untuk data laboratoriumdicantumkan nilai tertentu);3. Diagnosis differensial, maksimum 3 (tiga); 4. Pemeriksaan penunjang;5. Konsultasi, rujukan kepada spesialis terkait di luar bidangnya atau oleh dokter umum diterangkan tempat merujuk pertama kali; 6. Perawatan RS, perlu/tidak; 7. Terapi, farmakologik, non farmakologik, bedah dan non bedah;8. Standar RS, kelas RS minimal yang menangani; 9. Penyulit, komplikasi yang mungkin terjadi; 10. Informed consent; 11. Standar tenaga; 12. Lama perawatan, khusus untuk penayakit tanpa komplikasi; 13. masa pemulihan;14. output, keterangan sembuh/komplikasi/kematian pada saat pasien pulang; 15. Patologi anatomi, khusus bedah; 16. Autopsi/risalah rapat, bila terjadi kasus kematian.Pada penyusunan terdapat kesepakatan bahwa standar no 8 (standar RS) dan no 11 (standar tenaga) tidak harus selalu disebutkan agar pelaksana pelayanan medis tidak dibatasi, selama pelaksanaan memenuhi prosedur yang ditetapkan.Sumber : Kebijakan Standar Pelayanan Medik dan Diagnosis Related Group (DRG), Kelayakan Penerapannya di Indonesia pdf.

8).Screening penyakit dan pencegahannya! Jawab : Sasaran : mereka yang menderita suatu penyakit tertentu tapi tidak memberikan Gejala yang nyata/jelas

Pengertian : Skrining adalah suatu usaha mendeteksi/ mencari penderita penyakit tertentu yang tanpa Gejala/tidak tampak dalam suatu test/pemeriksaan, yang secara singkat dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui gejala dan pengobatan. Skrining bukan gejala Hasil didapatkan dari pemeriksaan test tertentu Kepastian gejala klinik dilakukan kemudian

Tujuan : Menemukan penderita sedini mungkin segera di terapi Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin Mendidik dan memberikan gambaran pada petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan selalu waspada atau pengamatan terhadap setiap Gejala dini Mendapatkan keterangan epidemiologi yang berguna bagi klinis dan peneliti

Bentuk pelaksanaan skrining : Secara masal pada penduduk tertentu Secara selektif/random terutama pada mereka dengan risiko yang lebih besar Untuk satu penyakit atau serentak beberapa penyakit.

Keuntungan skrining : Efisiensi biaya Lebih cepat mendapatkan keterangan tentang penyakit dalam masyarakat Pelaksanaannya fleksibel Cukup sederhana dan mudah Hasilnya dapat dipercaya selama tetap memperhatikan nilai Reabilitas Validitas Kekuatan test berdasar sensitivitas dan spesifisitas

Kriteria dalam menyusun program skrining : Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang dinyatakan menderita. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk gejala pasti dan pengobatan. Penyakit yang dituju harus memiliki masa latent yang cukup lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau test khusus. Pemeriksaan skrining memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan spesifitas. Tehnik dan cara pemeriksaan Harus dapat diterima masyarakat secara umum. Sifat perjalanan penyakit diketahui dengan pasti. Ada standar yang disepakati tentang mereka yang menderita. Biaya yang digunakan harus seimbang dengan risiko biaya bila tanpa skrining. Harus dimungkinkan untuk diadakan follow-up dan kemungkinan pencarian penderita secara berkesinambungan. Sumber : http://rosita-myprinces.blogspot.com/2012/10/pencegahan-penyakit.html

10).Konsep pelayanan kesehatan, perawatan medis, dan kesehatan masyarakat!Jawab :Konsep pelayanan kesehatan :

Konsep perawatan medis :Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik

Konsep kesehatan masyarakat :Menurut Proff. Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958), ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, control infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek social, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat untuk menjaga kesehatannya.

Sumber :http://curupmedicalcomunnity.blogspot.com/p/konsep-dasar-keperawatan-i.htmlhttp://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/195909281985032-SRI_SUBEKTI/bahan_ajar_BAB_I_kes_n_ilmu_penyakit.pdf

LEARNING OBJECTIVESTUTORIAL 2DR. MEI DAN KEBIJAKANNYA

Oleh :Evy Afrianti A.DariseN 101 13 085