literatur instrumen evaluasi

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya ialah proses memberikan pertimbangan atau nilai tentang sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. 1 Dalam hubungan ini, kegunaan evaluasi ialah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dan bagian-bagian mana dari program pembelajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari alat evaluasi proses pembelajaran? 2. Bagaimana bentuk-bentuk alat evaluasi proses pembelajaran? Berikan contohnya! 3. Apa pengertian dari alat evaluasi hasil pembelajaran? 1 R. Ibrahim, dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, hlm 86 1

Upload: schifer-hitomi-ulquiorra

Post on 19-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

adadadadaadaddadadadd dadadadadadadad addadad. dadadad adadadnjkadhauidhgajudgaygdyagyuadad adauidhadfjhvajsydfsajebdvsauyfxahebvayudfajhbgauyteqji3q98y6dzsrjwiteabayeql,eqy426erifhifaudaiuw

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya ialah proses memberikan pertimbangan atau nilai tentang sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.[footnoteRef:1] Dalam hubungan ini, kegunaan evaluasi ialah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dan bagian-bagian mana dari program pembelajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. [1: R. Ibrahim, dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, hlm 86]

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari alat evaluasi proses pembelajaran? 2. Bagaimana bentuk-bentuk alat evaluasi proses pembelajaran? Berikan contohnya! 3. Apa pengertian dari alat evaluasi hasil pembelajaran? 4. Bagaimana bentuk-bentuk alat evaluasi hasil pembelajaran? Berikan contohnya!

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Alat Evaluasi Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.[footnoteRef:2] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alat adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Dalam hal evaluasi, alat sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai suatu penilaian, baik dalam penilaian secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Dari pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa disebut juga dengan istilah instrumen. Dengan demikian, alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat adalah untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.[footnoteRef:3] [2: Pupuh, Strategi Belajar Mengajar, 2009, Bandung: PT Refika Aditama, hlm 15] [3: Ibid., hlm 18 ]

Pemahaman tentang instrumen ini menjadi penting karena dalam praktik evaluasi dan penilaian, pada umumnya guru selalu mendasarkan pada proses pengukuran. Dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen). Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil pembelajaran, salah satunya adalah tes.[footnoteRef:4] Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi. Seperti disebutkan di atas, ada dua teknik evaluasi yaitu teknik tes dan non-tes.[footnoteRef:5] [4: Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Evaluasi Pembelajaran, hal 117] [5: Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hal 40]

Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan sekolah, tetapi juga di luar sekolah bahkan di masyarakat umum. Di sekolah juga kita sering mendengar istilah pretest, post tes, tes formatif, tes sumatif, dan sebagainya. Penggunaan tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri. Artinya, tes mempunyai makna sendiri dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran.Istilah tes berasal dari bahasa Perancis, yaitu testum berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu tanah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi dalam psikologi dan pendidikan.[footnoteRef:6] [6: Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Evaluasi Pembelajaran, hal 117]

Amir Daien Indrakusumah dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa tes adalah suatu alat ukur atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Selanjutnya menurut Muhtar Bukhori dalam bukunya Teknik-Teknik Evaluasi bahwa tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid.[footnoteRef:7] [7: Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hal 46]

Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perseorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni tes intelegensi umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian. Sedangkan jika dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru, dan tes standar. Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan. Sementara yang tergolong teknik non-tes adalah: skala bertingkat (rating scale); skala sikap (attitude scale); kuesioner (questioner); daftar cocok (checklist); wawancara (interview); dan riwayat hidup. Alat ukur tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Instrument yang baik adalah instrumen yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel perilaku tertentu. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah valid, reliable, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik, proporsional.[footnoteRef:8] [8: Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Evaluasi Pembelajaran, hal 69]

Maka dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur penting dari istilah tes ialah sebagai berikut:1. Pertama, tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran.1. Kedua, di dalam tes terdapat berbagi pertanyaan atau pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik.1. Ketiga, tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik. 1. Keempat, hasil tes peserta didik perlu diberi skor atau nilai.[footnoteRef:9] [9: Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Evaluasi Pembelajaran, hlm 118]

1. Alat Evaluasi Proses Pembelajaran Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keaktifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Maka penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.[footnoteRef:10] [10: Ibid., hlm 54 ]

Alat evaluasi proses belajar biasanya dilakukan dengan bentuk non-test seperti :a. Skala bertingkat (rating scale) Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan, rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka. Contoh : skor yang diberikan guru di sekolah untuk menggambarkan minat siswa dalam proses belajar pelajaran tertentu.b. Kuesioner (Questionair) Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain- lain. Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:1) Ditinjau dri segi siapa yang menjawab, maka ada:a) Kuesioner langsung: kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh responden.b) Kuesioner tidak langsung: kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh responden.2) Ditinjau dari segi cara menjawab, maka ada: a) Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal member tanda pada jawaban yang dipilih. Contoh : apakah menurutmu guru tersebut telah mengajar dengan baik ?yatidakb) Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka ragam. Contoh: Untuk membimbing mahasiswa ke arah terbiasa membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen menunjuk b uku-buku asing sebagai salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara? Jawab : .[footnoteRef:11] [11: Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2012) h.41-42]

c) Wawancara (interview) Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:a) Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.b) Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Contoh: guru mewawancarai salah seorang dari siswanya tentang hambatan yang dialami siswa pada proses pembelajaran. c. Pengamatan (Observation) Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain pengamatan dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar. Misalnya mengamati tingkah laku siswa saat belajar, tingkah laku guru saat mengajar, kegiatan diskusi siwa, partisipasi siswa dalam simulasi. d. Studi kasus Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dianggap mengalami kasus tertentu. Kasus-kasus tersebut biasanya dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Studi kasus dalam pembelajaran bias dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali kelas, terutama untuk kasus-kasus siswa di sekolah. Misalnya mempelajari khusus anak nakal, anak yang tidak bias bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal belajar dll.

Menurut W.S Winkle Alat dalam Proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: 3. Suatu daftar pertanyaan. Rangkaian pertanyaan biasanya dituangkan dalam bentuk yang mirip pertanyaan pilihan ganda atau skala penilaian. Misalnya: 1. Mengenai cara guru mengelola proses belajar-mengajar: Apakah guru memberikan cukup kesempatan kepada siswa untuk bertanya? . - cukup kesempatan. - Kurang kesempatan. - tidak dapat menentukan2. mengenai taraf kesukaran materi pelajaran.Bagaimana pendapat anda tentang taraf kesukaran materi pelajaran? (Mudah) 1 2 3 4 5 (Sukar)

3. Metode observasi. Beberapa orang yang cukup terlatih dalam mengadakan observasi dengan menggunakan suatu alat yang disesuaikan dengan apa yang akan diobservasi, menghadiri proses belajar-mengajar di dalam kelas. Salah satu system observasi terencana ialah system analisis internal verbal yang dikembangkan oleh Ned. A. Flanders dalam bukunya yang berjudul Analyzing Teacher Behavior yang dikenal dengan nama Interaction Analysis Categories. System ini telah dibahas dalam bab VI. Dapat dikembangkan suatu daftar observasi yang mencakup hal-hal yang relevan bagi pengelolaan pengajaran, misalnya :-Tujuan Intruksional : dijelaskan atau tidak.-Materi pelajaran : sesuai dengan tujuan atau tidak.-Keadaan awal siswa : kemampuan persyaratan di cek atau tidak.-Prosedur didaktis : sesuai dengan tujuan intruksional atu tidak.-Media pengajaran : cara penggunaan dan kesesuaiannya.-Gaya mengajar : corak interaksi, kontak mata, suasana dalam kelas.-Pengelompokan siswa: sesuai denga tujuan atau tidak.-Prosedur evaluasi : relevan atau tidak.-Keterlibatan siswa : siswa aktif atau agak pasif.3. Wawancara dengan beberapa siswa mengenai pengalaman mereka selama berpartisipasi dalam proses belajar-mengajar dalam kelas dan selama mengikuti testing hasil belajar. 3. Laporan tertulis oleh para siswa setelah suatu program pengajaran selesai. Siswa dapat diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya menurut selera sendiri, tetapi hasilnya sering mengecewakan karena siswa kurang mengetahui apa yang harus diberi tanggapan. Maka akan lebih baik bila mereka diberi beberapa petunjuk tentang apa yang perlu ditanggapi, misalnya: -Tempo pengajaran : terlalu cepat atau lamabat.-Prosedur didaktis yang digunakan : sesuai atau kurang sesuai.-Materi pelajaran : menarik atau kurang menarik.-Hasil apa yang dipetik dari pengajaran.-Penjelasan yang diberikan oleh guru : dpat ditangkap atau tidak -Prosedur evaluasi belajar : dianggap sesuai atau tidak.-Usul-usul perbaikan. Data yang diperoleh melalui keempat metode dan alat itu menjadi masukan bagi aneka usaha revisi terhadap obyek-obyek evaluasi proses.[footnoteRef:12] [12: W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996) h. 548-549]

2. Alat Evaluasi Hasil Pembelajaran a. Tes bentuk uraian Dalam soal-soal tes bentuk uraian, siswa diminta merumuskan, mengorganisasi, dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. Seperti pernah dijelaskan sebelumnya bahwa soal uraian ini terbagi atas dua jenis, yaitu uraian bebas dan uraian terbatas. Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan dalam merumuskan soal-soal bentuk uraian, baik bebas maupun terbatas, antara lain ialah bahwa: 1) Rumusan soal-soal hendaknya jelas, dilihat dari pilihan kata atau istilah yang dipakai maupun struktur kalimatnya. 2) Rumusan soal-soal hendaknya cukup singkat, dalam arti tidak bertele-tele melainkan langsung pada pokok persoalannya (to the point). b. Tes bentuk objektif Seperti telah dikemukakan dalam bagian yang lalu, dalam soal-soal tes bentuk objektif ini dikenal bentuk benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau isian. Penjelasan tentang kaidah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan masing-masing jenis atau bentuk soal tersebut dapat diikuti dalam uraian di bawah ini: 1) benar-salah ini adalah bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan. Setiap pernyataan mengandung dua kemungkinan; benar atau salah. Biasanya soal ini berisi pernyataan tentang fakta, definisi, dan prinsip-prinsip. Adapu nkadiah-kadiah konstruksi tesnya sebagai berikut: a) menghindari pernyataan-pernyataan yang mengandung perkataan: kadang-kadang, pasti, pada umumnya, dan sejenisnya, yang dapat memberi indikasi benar atau tidaknya pernyataan tesebut. b) Menghindari pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran. c) Mengindari suatu pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih dapat diperdebatkn kebenarannya. d) Penyusunan pernyataan benar salah dalam tes dilakukan secara acak, misalnya: B, B, S, B, S, S ... dan seterusnya. 2) Pilihan ganda Bentuk soal pilihan ganda menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban, satu di antaranya adalah jawaban yang benar. Adapun kaidah-kaidah konstruksi tesnya adalah sebagai berikut: a) Pokok soal merupakan masalah yang dirumuskan dengan jelas. b) Rumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya dibatasi pada hal-hal yang diperlukan saja. c) Hanya terdapat satu kemungkinan jawaban yang benar. d) Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi. e) Usahakan tidak menggunakan option yang berbunyi semua jawaban salah. 3) Menjodohkan Bentuk soal ini berisi pernyataan yang terdiri atas dua kelompok yang paralel (pernyataan dan jawaban), yang harus dijodohkan satu sama lain. Adapun kaidah-kaidah kosntruksi tesnya adalah sebagai berikut: a) Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama, sehingga pertanyaan yang diajukan bersifat homogen. b) Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti. c) Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah pertanyaan. d) Gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban, misalnya 1, 2, dan seterusnya, untuk pertanyaan, serta a, b, dan seterusnya untuk jawaban. 4) Melengkapi Bentuk melengkapi merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai dengan benar atau salah. Adapun kadiah-kaidah kosntruksi tesnya adalah sebagai berikut: a) Tidak menggunakan pernyataan yang langsung diambil dari buku. b) Pernyataan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan jawaban yang dapat diterima.[footnoteRef:13] [13: R. Ibrahim, dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, hlm 95-98]

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keaktifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses. Sedangkan penilaian hasil belajar merupakan upaya memberi nilai atas tugas-tugas yang telah diberikan kepada siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Alat-alat penilaian proses belajar merupakan teknik penilaian dengan menggunakan non-tes, antara lain: tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Dalam tes tulisan meliputi: tes esai dan tes objektif. Tes esai meliputi: tes berstruktur, tes bebas, dan tes terbatas. Sedangkan dalam tes objektif meliputi: benar-salah, menjodohkan, isian pendek, dan pilihan ganda. Alat-alat penilaian hasil belajar merupakan teknik penilaian dengan menggunakan tes, antara lain: pengamatan (observasi); kuesioner (wawancara); skala penilaian, sikap dan minat; studi kasus; serta checklist.

TESNON-TESLISANTULISANTINDAKANINDIVIDUALKELOMPOKESAIOBJEKTIFBERSTRUKTURBEBAS TERBATASBENAR-SALAH MENJODOHKAN ISIAN PENDEK PILIHAN BERGANDAINDIVIDUALKELOMPOKOBSERVASIKUESIONER/WAWANCARASKALASOSIOMETRI STUDI KASUSCHECKLISTLANGSUNG TAK LANGSUNG PASTISIPASIBERSTRUKTUR TAK BERSTRUKTUR PENILAIAN SIKAP MINAT ALAT PENILAIAN

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ibrahim, R. & Syaodih S., Nana. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Pupuh. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama. Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia. 1