literasi ulama di indonesia - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/buku literasi...

104
LITERASI ULAMA DI INDONESIA Kajian Berbasis Organisasi Keagamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara an Nahdlatul Wathan Nusa Tenggara Barat

Upload: others

Post on 23-Aug-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

LITERASI ULAMA DI INDONESIA

Kajian Berbasis Organisasi Keagamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara an Nahdlatul Wathan Nusa Tenggara Barat

Page 2: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang diatur dan diubah dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2009, bahwa:

Kutipan Pasal 113

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) Huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000, 00 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelaggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelaggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 3: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Yogyakarta, 2019

LITERASI ULAMA DI INDONESIA

Kajian Berbasis Organisasi Keagamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara an Nahdlatul Wathan Nusa Tenggara Barat

PENULIS: Abdul Karim Batubara, M.A

Rina Devianty, S.S, M.Pd

Editor: Muhammad Andre Syahbana

Page 4: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Literasi Ulama di Indonesia© 2019, Abdul Karim Batubara, M.A., Rina Devianty, S.S, M.Pd

Tata letak dan desain oleh GavinDesain sampul oleh SopiePenyunting oleh Muhammad Andre Syahbana

Diterbitkan oleh Bening Pustaka Jalan Santan No. 35A Maguwoharjo, [email protected]

Cetakan pertama, November 2019

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari Penerbit.

viii+ 96 hlm.; 14 cm x 21 cmISBN. 978-623-7104-xx-x

Page 5: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

v

KATA PENGANTAR PENULIS

Alhamdulliah, Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan kesehatan bagi kita semua dan terkhusus bagi team peneliti, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan Penelitian BOPTN 2019 ini dengan baik dan tepat waktu. Selawat dan salam kepada Rasullah Muhammad SAW yang menjadi Uswathun Hasanah dalam kehidupan kita.

Naskah buku ini adalah hasil penelitian tahun 2019 yang didanai oleh BOPTN Kementerian Agama melalui Lembaga Penelitian UIN Sumatera Utara Medan. Sebagai salah satu output yang dihasilkan adalah laporan versi buku cetak. Oleh karena itu buku berjudul LITERASI ULAMA DI INDONESIA: Kajian Berbasis Organisasi Keagamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara an Nahdlatul Wathan Nusa Tenggara Barat.

Bersamaan dengan kata pengantar ini, kami team peneliti juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya yang turut mendukung penelitian ini, antara lain kepada: Bapak Prof. Dr. H. Saidurrahman Harahap, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Bapak Prof. Pagar, M.Ag, selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Sumatera Utara Medan. Ibu Dr. Sukiati, selaku ketua lembaga Penelitian UIN Sumatera Utara Medan . Ulama-ulama dari Al-Washliyah di Sumatera Utara sebagai informan penelitan yang telah banyak memberikan data dan informasi untuk penyempurnaan laporan penelitian. Ulama-ulama dari Nahdlatul Wathan Nusa Tenggara Barat sebagai informan penelitian yang telah banyak memberikan data dan informasi untuk penyempurnaan laporan penelitian Bapak dan Ibu anggota team peneliti yang turut membantu untuk

Page 6: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

vi

penyempurnaan laporan penelitian.Dalam proses pelaksanaan penelitian ini kami menemui

berbagai hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan cukup baik, Laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi perbaikan pada penelitian selanjutnya. Harapan kami semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dalan rangka mengembangkan tradisi literasi.

Nopember 2019

Wassalam

Abdul Karim Batubara, M.A

Rina Devianty, S.S, M.Pd

Page 7: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

vii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR PENULIS v

BAB I 1PENDAHULUAN

BAB II 12KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEMOGRAFI ULAMA ALWASHLIYAH DAN NAHDLATUL WATHAN BAB III 36LITERASI ULAMA AL JAMI’ATUL WASHLIYAH

BAB IV 65LITERASI ULAMA NAHDLATUL WATHAN

BAB V 84PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA 87Biografi Penulis 94

Page 8: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Page 9: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Kajian

Literasi merupakan kemampuan dalam membaca dan menulis. Perkembangan kegiatan literasi menjadi penting untuk diperhatikan, mengingat literasi merupakan fondasi yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk menjalani kehidupan di masa mendatang. Minimnya minat baca dan menulis merupakan fenomena yang terjadi pada masyarakat di negeri ini. Dominan masyarakat Indonesia tergolong pada tingkat minim dalam minat membaca, baik dalam membaca literatur atau membaca informasi, sehingga menjadikan masyarakat Indonesia minim dalam menghasilkan sebuah karya tulis. Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari kecerdasan dan pengetahuan masyarakatnya, sedangkan kecerdasan dan pengetahuan dihasilkan dari ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan diperoleh melalui informasi baik lisan maupun tulisan. Maka dari itu peningkatan literasi tentunya sangat diperlukan.

Kebanyakan dari masyarakat Indonesia tidak menyadari urgensinyaliterasi. Padahal peningkatan pemahaman mengenai literasi, seiring yang dimaksud peningkatan aktivitas membaca atau menggali informasi, berupa aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah tindakan yang terpisah-pisah. Adapun yang dimaksud dengan aktivitas yang kompleks dalam membaca meliputi pengertian, khayalan, menghitung, dan mengamati serta mengingat.1 Dalam membaca terdapat faktor internal yang meliputi intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi, dan tujuan membaca, sedangkan pada faktor eksternal meliputi sarana

1 Listiyanto Ahmad,Speed Reading: Teknik dan Metode Membaca Cepat(Yogyakarta:A+Plusbooks,2010),hlm.14.

Page 10: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

2

membaca, baik berupa teks bacaan, faktor lingkungan, kebiasaan dan tradisi membaca.

Kurangnya tingkat literasi masyarakat yang demikian, menjadikannya mudah terjerumus dalam jurang kebodohan yang pada akhirnya menyebabkan keadaan mereka menjadi keterbelakangan dalam berbagai ilmu seperti: pendidikan, teknologi, ekonomi, dan bahkan budaya, hingga pada akhirnya tidak mampu membedakan informasi yang benar dan bohong sehingga yang terjadi adalah hoax beredar secara masif. Maka dari itu, muncul sebuah asumsi bahwa kesemuanya disebabkan kesenjangan terhadap tingkat pemahaman literasi. Kesenjangan ini boleh jadi karena kebanyakan dari masyarakat tidak memahami tentang kandungan Al-Quran dan hadis, atau belum ada ulama yang memberikan keilmuan dan fokus perhatian terhadap pentingnya membaca dalam persepektif pendidikan dan pengetahuan dari Al-Quran.2

Perkembangan Islam di Indonesia tentu tidak terlepas dari peran para ulama, mereka telah menyebarkan Islam sampai pada pelosok negeri ini. Mereka adalah para dai yang telah siap dan matang dalam segi kemampuan intelektual, khususnya matang dalam bidang keagamaan. Kebanyakan dari mereka menyelesaikan studi di Timur Tengah, baik di Makkah dan Madinah, dan kembali ke Nusantara, guna mengajarkan ilmu agama di Nusantara. Tidak sedikit pula dari mereka yang telah melahirkan karya-karya tulis, berupa kitab dan diantaranya dijadikan rujukan dalam menjalankan nilai-nilai keagamaan.

Dengan menulis, sebuah ilmu menjadi abadi, dapat dipelajari sepanjang hayat. Ali bin Abi Thalib berpesan “ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa meninggal dan warisannya berupa tinta dan pena (yang dituliskan dalam buku) akan masuk surga, dan seorang penyair Arab pernah berkata “Mereka meninggal dan tersisalah apa-apa yang mereka

2 M.QuraishShihab,Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-QuranVol. 15,(Jakarta:LenteraHati,2002),hlm.4.

Page 11: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

3

perbuat dana seakan-akan peninggalan abadi mereka hanyalah apa yang mereka tulis dengan pena.”(Al-Jahidz). Maka jadilah ulama pembaca, ulama penulis, ulama literat, ulama yang senantiasa mencerahkan umat. Untuk menjadi manusia yang kompeten, tentunya seorang ulama harus banyak belajar ilmu agama secara luas dan mendalam ditambah ilmu-ilmu lainnya. Mentalnya sebagai pembelajar akan menjadikannya sebagai manusia yang literat. Hal yang menjadi dasarnya adalah seorang santri harus banyak iqra alias membaca. Selanjutnya sennantiasa memperdalam ilmu, berguru kepada kyai, ajengan, ulama yang memiliki ilmu lebih tinggi darinya. Sebab pada dasarnya manusia adalah pembelajar sepanjang hayat.

Ulama-ulama yang turut mengabdikan diri di pesantren selama ini hanya dikenal sebagai dai di atas mimbar, hanyalah sebuah bahagian dari pandangan yang sempit. Peran para ulama diletakkan pada sebuah dasar mendidik dan melakukan tranformasi ilmu kepada santri lewat pengajian lisan. Padahal, tidak jarang mereka menjadi seorang cendekiawan muslim, melalui karya tulis mereka yang sangat mendalam terhadap suatu disiplin ilmu tertentu. Kekayaan lektur dan intelektual itu dibuktikan dengan banyaknya kitab-kitab turats yang ditulis oleh para mushannif (pengarang) berlatar belakang pendidikan pesantren. Karya-karya ini tidak saja populer di Indonesia, melainkan juga hingga ke tanah Arab.3 Walaupun sebelum mengalami masa modern dan percepatan dunia global terhadap akses informasi, ulama-ulama di Indonesia mampu menghasilkan karya-karya yang tidak kalah hebatnya dengan para ulama Timur Tengah.

Tentu hal ini perlu bagi penelitian yang lebih kompleks, terutama

3 IwanKuswadi,Tradisi Literasi Ulama Madura Abad 19-21,merupakandosendariSTKIPPGRISumenep,tulisaninidikutipdarimakalahbelaiupadaacara“SeminarNasionalGenderdanBudayaMaduraIII,Madura:PerempuanBudaya, danPerubahan.Untuk selengkapnya: http://lppm.trunojoyo.ac.id/budayamadura/wp-content/uploads/2016/10/2-49.-ARTIKEL.pdf

Page 12: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

4

melihat para ulama yang lahir pada organisasi Al-Washliyah di Sumatera Utara, dan Nahdlatul Wathan di NTB. Guna melihat pergerakan dari para ulama yang dimaksud, mengenai peran terhadap dunia literasi di Indonesia. Dalam kaitannya dengan gerakan literasi, ulama sebenarnya sudah akrab dengan hal tersebut, utamanya dalam kaitannya dengan mempelajari kitab-kitab kuning karangan para syaikh dan para ulama. Beragam kitab dipelajari, mulai ilmu tauhid, tasawuf, fiqih, ilmu nahwu-sharaf, ilmu aturan membaca Al-Quran, dan sebagainya. Selain mempelajari kitab-kitab kuning, ulama Nusantara.

Kitab-kitab yang dipelajari oleh para santri adalah karya-karya literasi para syaikh dan ulama besar. Secara fisik, memang para ulama tidak bertemu dengan fisik para syaikh dan ulama tersebut, tetapi mereka bisa bertemu, bercengkrama, dan mendalami karya-karya masyhur yang telah berusia ratusan tahun. Kitab yang dibaca dan dipelajari oleh para ulama adalah cerminan ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang dituliskan akan bertahan lama dibandingkan dengan ilmu yang hanya diucapkan, karena akan lupa atau dilupakan. Oleh karena itu, para ulama disamping membaca dan memahami kitab, juga dilatih untuk pandai menulis, baik menulis materi, bahan ajar, dan menulis sastra seperti sajak sebagai media untuk menyebarkan ilmu agama, pesan moral, dan pesan kemanusiaan.

Al-Washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada 30 November 1930 dan bertepatan 9 Rajab 1349 H di Kota Medan, Sumatera Utara. Al-Washliyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al Washliyah lahir ketika bangsa Indonesia masih dalam penjajahan Hindia Belanda (Nederlandsh Indie), sehingga pendiri Al-Washliyah ketika itu turut pula berperang melawan penjajah Belanda. Tidak sedikit tokoh Al-Washliyah yang ditangkap Belanda dan dijebloskan ke penjara. Tujuan utama untuk mendirikan organisasi Al-Washliyah ketika itu adalah untuk mempersatukan umat yang berpecah belah dan berbeda pandangan.4

4 http://kabarwashliyah.com/sejarah/diaksespadatanggal11Mei2019

Page 13: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

5

Nama “Al Jam’iyatul Washliyah” atau yang biasa disingkat Al-Washliyah adalah pemberian Syaikh Muhammad Yunus yang merupakan pimpinan MIT dan guru para pendiri Al Washliyah, dan nama ini semakin ‘meroket’ dengan dukungan Syaikh Hasan Maksum yang merupakan Mufti Kerajaan Deli. Sebab itulah, Al-Washliyah dipandang sebagai organisasi yang berasal dari ulama dan banyak melahirkan ulama. Mayoritas ulama Al-Washliyah memiliki hubungan intelektual dengan Syaikh Muhammad Yunus dan Syaikh Hasan Maksum. Syaikh Muhammad Yunus pernah belajar di Makkah kepada banyak ulama seperti Syaikh Abdul Kadir al-Mandili. Sedangkan Syaikh Hasan Maksum juga pernah belajar di Makkah lewat asuhan Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan juga Syaikh Abdul Kadir al-Mandili. Dalam melestarikan mazhab Sunni, Al-Washliyah memanfaatkan jalur pendidikan, baik madrasah maupun perguruan tinggi. Kurikulum Madrasah al-Qismul ‘Ali, misalnya, menjadi bukti kuat bahwa organisasi ini melestarikan tradisi Sunni melalui pembelajaran kitab kuning dalam fikih Syafi‘iyah dan teologi Asy‘ariyah. Dalam bidang tauhid, misalnya, diajarkan kitab Kifayat al-‘Awam, Hushun al-Hamidiyah dan al-Dasuqi. Dalam bidang fikih diajarkan kitab Matan Taqrib, Fath al-Qarib, Tuhfah al-Thullab dan al-Mahalli.5

Nahdlatul Wathan merupakan sebuah organisasi sosial keagamaan masyarakat dengan fokus kegiatan pada bidang pendidikan, sosial dan dakwah keagamaan. Organisasi ini merupakan organisasi tertua dan terbesar di Nusa Teggara Barat. Organisasi Nahdlatul Wathan didirikan oleh seorang ulama besaryaitu Maulana Syaikh TGKH.6M. Zainuddin Abdul Majid. Nahdlatul Wathan kemudian dideklarasikan pada hari minggu 15

5 http://kabarwashliyah.com/2015/06/16/mengenal-visi-al-jamiyatul-washliyah/diaksespadatanggal11Mei2019.

6 TGKH adalah singkatan dari “Tuan Guru Kiyai Haji”, julukan yangdiberikanbagiseorangkiyaiyangkarismatikyangmemilikiperansangatpenting dalam perjuangan Islam bagi seorag yang pernah meunaikanibadahhaji,memilikiilmuagamayangsangattinggidantergolongsudahsesepuhdikalanganmasyarakat.

Page 14: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

6

Jumadil Akhir 1372 H bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1953 di Pancor Lombok Timur NTB.7

Salah satu karya terbesar beliau dalam bentuk syair dan do’a yaitu, “Hizb Nahdhat al-Wathan (do’a dan wirid kaum laki-laki). Hizb Nahdhat al-Banat (do’a dan wirid kaum wanita)”. Ini merupakan karya Tuan Guru yang hampir semua langgar di pulau Lombok membacanya disetiap malam jum’at ba’da maghrib sampai selesai. Kumpulan doa dan wirid ini ditulis oleh Maulana untuk membentengi umat Islam yang pada saat itu menjadi jajahan Belanda. Keganasan Belanda membuat beliau khawatir serta prihatin, sehingga ia merasa harus lebih ekstra dalam melindungi serta mengayomi masyarakat, salah satunya dengan memberikan warisan doa dan wirid ini, agar masyarakat Lombok dapat mengusir Belanda dari tanah selaparang (bumi glora sasak). Selain itu, doa dan wirid berfungsi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun tidak sampai disitu, di dalam karyanya terdapat syair-syair para ulama termasyhur. Salah satunya adalah Imam Busyairi, dan yang menjadi anugrah besar dalam karya beliau ini adalah setiap karyanya masih tersimpan di perguruan tinggi ummul qurro”, dan masih dibaca oleh para ulama-ulama setelah beliau, meski disana menjadi gudangnya para Hizb. Tidak hanya itu, masih terdapat banyak karya dalam bahasa Arab terutama syarah kitab-kitab klasik karangan para salafussholih.8

Adapun karya Maulana dalam berbahasa sasak yaitu, “Bersatulah Haluan”. Syair pada kitab ini menggambarkan semangat juang yang ditanamkan oleh beliau dalam berdakwah serta menjaga keutuhan negara. Tidak adanya cerai-berai dalam diri umat, melainkan menanamkan nilai persatuan dalam berbangsa dan bernegara. Lebih-lebih dalam melakukan dakwah, masyarakat akan nyaman,

7 Abdul Hayyi Nu’man, Riwayat Hidup dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid,(Pancor:PBNW,1999),hlm.139.

8 h t t p s : / / w w w . k o m p a s i a n a . c o m /sulaimanaddaroni/5988272d27dbb272f5737882/sang-maulana-pelopor-islam-hubbul-wathaniyah-di-pulau-lombok?page=all diakses padatanggal11Mei2019

Page 15: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

7

harmonis, tenteram bila tidak ada perpecahan, meski terdapat perbedaan pandangan dalam masalah khilafiyah.9

Dari berbagai macam latar belakang masalah ini, perlu kiranya untuk melihat kondisi literasi dari ulama-ulama yang berada pada bagian luar pulau Jawa, terutama pada masa Orde Baru hingga Reformasi. Sebagai bentuk dari perjuangan mereka terhadap dunia keilmuan, khususnya ulama-ulama Nusantara. Sehingga peneliti sangat tertarik untuk melakukan kajian mengenai gerakan para ulama di Sumatera Utara dengan organisasi Al-Washliyah sebagai objeknya, dan gerakan literasi dari Ulama di timur Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Barat yakni Nahdlatul Wathan sebagai objeknya. Adapun judul kajian ini adalah “Literasi Ulama: Studi Komparatif Ulama Al Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara dan NahdlatulWathan Nusa Tenggara Barat.”

2. Kajian Terdahulu

Matu Mona dalam Riwajat Penghidoepan Alfadil Toean Sjech Hasan Ma’some telah menceritakan perjalanan panjang organisasi Al Jam‘iyatul Washliyah yang disingkat Al-Washliyah. Dalam tulisannya ia menjelaskan bahwa Al-Washliyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang muncul sebagai respons pelajar-pelajar Mandailing terhadap kondisi sosial, pendidikan, dan keagamaan masyarakat Muslim Sumatera Timur. Diresmikan pada tanggal 30 November 1930, Al Washliyah yang telah menginjak usia 85 tahun didirikan oleh pemuda-pemuda Mandailing Muslim yang pernah mengenyam pendidikan agama di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) dan Madrasah Hasaniyah.10 Para pendiri Al Washliyah tersebut, antara lain, Ustaz Abdurrahman Syihab, Ustaz

9 h t t p s : / / w w w . k o m p a s i a n a . c o m /sulaimanaddaroni/5988272d27dbb272f5737882/sang-maulana-pelopor-islam-hubbul-wathaniyah-di-pulau-lombok?page=all diakses padatanggal11Mei2019

10AbdurrahmanSyihab,―Memperingati Al Djamijatul Washlijah 21 Tahun 30 November 1930-30 November 1951,‖ in21TahunAlDj.Washlijah,ed.olehM.HuseinAbd.Karim(Medan:PengurusBesarAlDjamijatulWashlijah,1951),2–3.

Page 16: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

8

Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Ustaz Ismail Banda, dan Ustaz Muhammad Yusuf Ahmad Lubis. Di MIT, mereka berguru kepada Syaikh Muhammad Yunus, ulama Sunni yang menimba ilmu di Makkah dan berguru kepada Syaikh Abdul Qadir al-Mandili di Masjidilharam.11 Di Madrasah Hasaniyah, mereka belajar kepada Syaikh Hasan Maksum yang menjabat sebagai Mufti Kerajaan Deli di Sumatera Timur dimana ia berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi di Masjidilharam, Makkah.12 Syaikh Muhammad Yunus dan Syaikh Hasan Maksum merupakan ulama Sunni yang kepakaran mereka dalam bidang fikih Syafiiyah dan akidah Asyariyah diakui, sehingga banyak pelajar dari Sumatera Timur yang mendatangi mereka untuk mendalami ilmu-ilmu agama terutama fikih, tauhid dan tasawuf. Itulah sebabnya Al Washliyah kerap disebut sebagai organisasi yang berasal dari ulama, dan melahirkan banyak ulama kompeten dan terkemuka di Sumatera Timur. 13

Nahdlatul Wathan, yang berarti “Kebangkitan Tanah Air (Bangsa)”, adalah organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh T.G. Muhammad Zainuddin Abdul Majid (selanjutnya disingkat Hamzanwadi) pada 25 Agustus 1937. Organisasi bergerak dalam beberapa bidang, utamanya dalam bidang sosial, pendidikan, dan dakwah. Tujuan didirikannya organisasi tersebut agar bangsa Indonesia khususnya daerah Nusa Tenggara Barat bangkit dari segala kekurangan dan keterbelakangan. Di

11 Muaz Tanjung, Maktab Islamiyah Tapanuli 1918-1942: Menelusuri Sejarah Pendidikan Islam Awal Abad ke-20 di Medan(Medan:IAINPress,2012),193–98;MUISumateraUtara,SejarahUlama-ulamaTerkemukadiSumateraUtara(Medan:MUISumateraUtara,1983),175–79.

12MatuMona,Riwajat Penghidoepan Alfadil Toean Sjech Hasan Ma’soem (Medan: Sjarikat Tapanoeli, 1355); IAINAl Jami‘ah Sumatera Utara,SejarahUlama-ulamaTerkemuka di SumateraUtara (Medan: IAINAlJami‘ah Sumatera Utara, 1975), 7–20; Ja‘far, ―Tarekat dan GerakanSosialKeagamaanShaykhHasanMaksum,‖Teosofi:JurnalTasawufdanPemikiranIslam5,no.2(2015):269–94.

13Ja‘far,Tradisi Intelektual Al Washliyah:Biografi Ulama Kharismatik dan Tradisi Keulamaan(Medan:PerdanaPublishing-CAS,2015);

Page 17: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

9

situlah kemudian orginasasi ersebut berkembang sampai didirikan madrasah modern yang dinamai Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah, disingkat NBDI, sehingga nama Nahdlatul Wathan sebagai organisasi diambil dari dua kata pertama nama NWDI tersebut.

Upaya T.G. Hamzanwadi untuk memodernisir lembaga pendidik-an Islam dipengaruhi langsung dari Makkah, sepulangnya menimba ilmu di Madrasah al-awlatiyah-Makkah. Selain ingin memperbarui sistem pendidikan Islam, sekolah umum yang dikenal sebagai pendidikan Barat dipandang T.G. Hamzanwadi tidak ideal untuk diterapkan di lembaga pendidikan Islam. Sebab keberadaannya disediakan oleh penjajah dengan misi tertentu yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.14

Oleh karenanya, T.G. Hamzanwadi kemudian memadukan sistem pendidikan klasikal dan modern dalam pendidikan yang dikonsepsikannya. Perjuangan untuk memperbarui dalam sistem pendidikan Islam tersebut diselimuti oleh pengalaman heroik. Ia harus berhadapan dengan para ulama tradisional yang telah lama eksis di tengah masyarakat. Meski demikian Zainuddin tetap beranggapan bahwa hidup adalah perjuangan, sedangkan perjuangan adalah kelelahan, kesibukan, dan keyakinan. Salah satu semboyannya, “hidup tanpa aqidah dan gagasan tanpa keberanian berkurban adalah sia-sia, hampa, bahkan sesat dan binasa.15 Itulah kemudian dia menganggap ide-idenya yang awalnya kurang bisa diterima ia anggap sebagai sebuah dinamika kehidupan. Perkembangan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Wathan ditandai dengan dibentuknya institusi tersebut menjadi organisasi sosial keagamaan untuk mempertegas misinya yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah.

14Masnun, et al.,Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid (Jakarta:Pustakaal-Miqdad,2007),50.

15Nu’man,etal.,Biografi Maulana Syeikh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid (Pancor:PengurusBesarNahdhatulWathan,1999),24.

Page 18: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

10

Selain didorong oleh misi tersebut, menurut Fauzan Fuad, pembentukan Nahdlatul Wathan sebagai organisasi juga tidak lepas dari faktor politik. Hal itu terjadi semenjak Nahdlatul Ulama (NU) keluar dari Partai Masyumi untuk membentuk partai sendiri, yaitu Partai Nahdlatul Ulama pada tahun 1952.16

Sementara T.G. Hamzanwadi yang sejak tahun 1950 sudah diangkat menjadi konsulat organisasi tersebut untuk wilayah Sunda Kecil (Wilayah Bali, NTB, dan NTT) tetap memilih Masyumi sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi politiknya. Langkah dan strategi ini diambil seiring dengan konstelasi politik pada zaman liberal saat itu, sehingga PNI sebagai saingan politik tidak berdaya mengambil kursi pemerintahan di wilayah NTB, maka T.G. Hamzanwadi dipilih men-jadi ketua Badan Penasehat Partai Masyumi Daerah Nusa Tenggara Barat pada tahun 1952.17 Keikutsertaan Nahdlatul Wathan dalam berpartai dan berpolitik tidak bermaksud untuk masuk ke dalam dunia politik secara utuh, tetapi justru agar apa yang menjadi program organisasi tersebut dalam membangun masyarakat melalui pendidikan, kegiatan sosial, dan dakwah dapat berjalan sesuai yang diharapakan.

Beberapa karya yang membahas peranan, serta sosok dari Tuan Guru sebagai tokoh yang hendak melahirkan kader pejuang Nahdlatul Wathan, diantaranya ditulis oleh Abdul Hayyi Nu’man.18 Pada bukunya tersebut, beliau menjelaskan bahwa dalam perjuangan membebaskan Bangsa dan rakyat-rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Lombok dari tangan kolonial Belanda dan Jepang, TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid menjadikan Madrasah NWDI dan NBDI sebagai basis gerakan serta melakukan pengkaderan pejuang kemerdekaan. Tidak hanya itu,

16AbdulKabir,“Karakteristik Gerakan Pembaharuan dan Pemikiran TGKH Hamzanwadi”,JurnalFikrah,No.1,Vol.1(Juli-Desember2006),78.

17AbdurrahmanWahid,Kiai Nyentrik Membela Pemerintah(Yogyakarta:LKiS,2000),hlm.133

18 Abdul Hayyi Nu’man, Riwayat Hidup dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid.(Pancor:PBNW,1999)

Page 19: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

11

beliau adalah seorang tokoh panutan atas kearifan, kebijaksanaan, serta perjuangannya sehingga menjadikan masyarakat lombok terbebas dari penjajahan intelektual. Buku tulisan Abdul Hayyi Nu’man menggunakan kerangka berpikir yang teoritis, antara lain, berkelanjutan dan saling berkesinambungan. Sistem relasi pengetahuan serta peranan keagamaan, serta mengandung akar historis yang kuat. Abdul Hayyi Nu’man menawarkan pembaca agar mampu melihat gerakan kebangkitan Islam, yang berlandaskan pendekatan terhadap kultur/budaya lokal, perkembangan global dan dinamika yang terjadi pada tubuh Islam sendiri.

Karya selanjutnya berasal dari Muhmmad Kabul dalam dengan judul buku “Nahdlatul Wathan Pusaka Masyarakat Sasak dan NTB”.19 Beliau menuliskan ada berbagai unsur-unsur budaya lokal di NTB yang masih tetap berlanjut, walaupun beberapa diantaranya pengaruh-pengaruh asing (Timur Tengah dan Barat) menyebabkan terjadinya perubahan dalam Islam. beliau menegaskan perubahan yang ditimbulkan oleh pengaruh asing tersebut hendaknya perlu dilihat dengan menggunakan perspektif lokal, mengimplikasikan bahwa pengaruh asing tersebut mengalami proses adaptasi kultural yang mengakibatkannya melebur dan tidak lagi tampak terlihat asing.

Oleh sebab itu, berdaskan pandangannya ini melahirkan inti sekaligus prinsip kelahiran organisasi Nahdlatul Wathan, serta menunjukkan gejala perubahan sekaligus perkembangan Islam di NTB. Buku ini secara jelas menyatakan bahwa kelahiran NW pada tahun 1937 menjadi sebuah tonggak sejarah kebangkitan masyarakat Sasak untuk terus berjuang serta menegakkan panji Islam, sehingga tetap menciptakan generasi yang siap memperjuangkan agama dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

19LaluMuhammadKabul,Nahdlatul Wathan ; Pustaka Masyarakat Sasak dan NTB, cet 1 (Pancor : pengembangan masyarakat bekerjasamadenganyayasanAMPHIBIdanLPWNNahdlatulWathan,2005)

Page 20: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

12

BAB IIKERANGKA

KONSEPTUAL DAN DEMOGRAFI ULAMA ALWASHLIYAH DAN

NAHDLATUL WATHAN

1. Literasi Ulama

a. Kemampuan MenganalisisDalam kamus besar bahasa Indonesia analisis adalah

penyelidikan terhadap suatu peristiwa baik mengenai karangan, perbuatan, dan sebagainya guna mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya). Sehingga analisis dapat diartikan sebagai usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang jelas hirarkinya maupun susunannya.

Analisis merupakan komponen dari kawasan kognitif. Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.1 Kawasan kognitif ini terdiri dari 6 tingkatan yang secara hirarki berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi), hirarki ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tingkat Pengetahuan(Knowledge) Pengetahuan disini

1 Hamzah B. Uno, dan Satria Koni,Assessment Pembelajaran, BumiAksara,Jakarta,2013,hlm.61

Page 21: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

13

diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. 2) Tingkat Pemahaman (Comprehension) Pemahaman disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. 3) Tingkat Penerapan (Application) Penerapan disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 4) Tingkat Analisis (Analysis) Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu situasi maupun keadaan tertentu. 5) Tingkat Sintesis (Synthesis) Sintesis disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6) Tingkat Evaluasi (Evaluation) Evaluasi disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.2Jadi dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.3 Sehingga kemampuan menganalisis hendaknya dimiliki oleh para ulama, sebagai bentuk mereka sangat dekat dengan dunia intelektual.

b. Deseminasi Gagasan Diseminasi (Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan

kepada kelompok, atau individu agar mereka memperoleh informasi. Timbul kesadaran menerima, dan akhirnya memanfaatkan dan menyebarkan informasi tersebut. Diseminasi merupakan sebuah proses penyebarluasan informasi dan inovasi yang direncanakan,

2 Ibid,hlm.61-62

3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:RemajaRosdakarya,2012)hlm.27

Page 22: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

14

diarahkan, serta dikelola.4 Membuatnya menjadi tindakan inovasi yang disusun dan disebarkan berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh kedepan baik melalui diskusi atau forum lainnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi. Inovasi adalah gagasan ataupun hal yang baru belum ada ataupun yang sudah ada tetapi belum diketahui oleh pengadopsi. Inovasi juga dapat diartikan sebagai metode baru untuk meningkatkan mutu/kualitas terhadap suatu program yang sudah ada. Inovasi dapat diperoleh melalui discovery, invensi, maupun pembaharuan/ peningkatan suatu produk dengan metode/cara yang baru.

c. EvaluasiSecara etimologi “evaluasi” berasal dari bahasa Inggris

evaluation, dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qiamahataual-taqdir yang bermakna penilaian (evaluasi). Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek dan lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk menentukan nilai sesuatu ditentukan dengan cara membandingkan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan kriteria tertentu. Dalam pengertian lain antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian merupakan kegiatan yang bersifat hirarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut erat kaitannya dengan proses pembelajaran, dalam hal ini literasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.5

Menurut Suchman dalam Suharsimi menjelaskan bahwa evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah

4 Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, cet ke-VII (Bandung:Alfabeta,2014)hlm.4

5 Mahirah.B,Evaluasi Belajar Peserta Didik.JurnalIdaarah,Vol.I,No.2,Desember2017,hlm.258

Page 23: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

15

dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan juga oleh Worthen dalam Suharsimi. Para ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mencari sesuatu yang berharga, termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama Stuffle beam dalam Suharsimi menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan untuk menentukan alternatif keputusan.6

Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan dan insidental, melainkan juga merupakan salah satu kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas. Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran ataupun dengan menggunakan cara lain untuk menentukan pendapat serta keputusan.

2. Al Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara

a. Selayang Pandang SejarahAl-Jam’iyatul Washliyah atau yang biasa disingkat dengan Al-

Washliyah adalah organisasi Islam yang muncul dari kegiatan ilmiah sejumlah pelajar Sumatera Timur pada era kolonial. Sejarah organisasi ini diawali dari sejumlah perantau Mandailing di kota Medan mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam bernama Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT). MIT berdiri pada tanggal 19 Mei 1918 di Medan. Para pelajar MIT membentuk kelompok diskusi yang disebut “Debating Club”. Kelompok ini membahas tentang berbagai perdebatan yang terjadi pada saat itu, dengan tujuan awal hanya mengenai pelajaran-pelajaran saja. Namun dengan

6 SuharsimiArikuntodanCepiSafruddinAbdulJabar,Evaluasi Program Pendidikan Edisi Kedua Cet. 5, (Jakarta:PTBumiAksara,2014)hlm.2

Page 24: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

16

munculnya perbedaan pendapat yang cukup tajam dalam masalah furu’ (agama), sehingga berdampak terhadap keharmonisan dan silaturahmi diantara sesama umat Islam yang lazim dikenal dengan istilah “kaum tua dan kaum muda”. Maka Debating Club berperan serta untuk menghadapi masalah tersebut serta menjadi penengah atas masalah ini.

Sejarah berdirinya organisasi masyarakat di Indonesia, tentu yang kita ketahui ada 2 organisasi masyarakat, yaitu pertama Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Akan tetapi menurut Dr. Eidar Nurwahid sebelum Muhammadiyah, organisasi yang pertama berdiri yaitu Jam’iyah Khiriyah, kemudian lahirlah al-Wasliyah pada 30 November 1930 di Medan. Kebanyakan para ulama Al-Washliyah memang berada di Medan. Sebelum pindah ke Jakarta, pengurus besar Al-Washliyah berada di Medan. Cikal bakal berdirinya Jam’iyatul Al-Washliyah berawal dari forum diskusi atau Debating Club yang di bentuk oleh para pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli. Tujuan berdirinya al-Wasliyah hanya untuk wilayah Sumatera Utara. Muhammadiyah yang lahirnya di Yogyakarta dan Nahdlatul Ulama di Jawa, sehingga di Medan juga ada Al-Washliyah yang bertujuan untuk menyatukan umat Islam di Sumatera Utara dari politik Devide et Impera, yaitu politik “adu domba” yang dilakukan oleh kolonial Belanda yang memecah belah umat Islam. Hal tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh dari Snouck Hurgronje.

Snouck Hurgronje merupakan seorang orientalis yang diutus oleh pemerintah Belanda untuk memata-matai orang Islam di Indonesia. Dia mengubah namanya menjadi Abdul Ghafur. Pada tahun 1885 dia pergi ke Makkah dan tinggal bersama dengan seorang bangsawan yang berasal dari Pandeglang yaitu Raden Haji Aboe Bakr Djajadiningrat, dari beliau Snouck belajar banyak tentang Bahasa Melayu. Dia belajar tentang Islam. Dari sinilah Snouck Hurgronje belajar bahasa melayu, dan hafal al-Qur’an serta menguasai bahasa Arab. Di tahun yang sama Snouck berpura-pura masuk Islam, dihadapan hakim yang bernama Ismail Agha,

Page 25: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

17

merubah nama manjadi Abdul Qahhar. Ia mempelajari Islam dan berhasil menghafal al-Qur`an, sempat digelari sebagai seorang Mufti dan Syaikhul Islam of Batavia. Mengenai seluk-beluk Aceh ia belajar banyak dari Habib Abdoerahman Az Zahir, seorang ulama dari Makkah yang pernah menetap di Aceh. Snouck menanamkan pemikiran sekularisme, Islam hanya mengatur ibadah ritual saja, juga membangkitkan masalah furu`iyyah dalam Islam dan banyak tokoh Islam yang terpengaruh Orientalis, Salibis dan Imperialis.Pada abad ke 19 banyak negara-negara Islam jatuh ketangan para penjajah. Indonesia yang dijajah oleh Belanda, Afrika dijajah oleh Italia, termasuk Malaysia yang dijajah oleh Inggris, sehingga seperti sudah diatur oleh para orientalis untuk menghancurkan umat Islam. Berangkat dari sinilah al-Wasliyah berdiri yang tidak lepas dari suasana dunia Islam secara keseluruhan.

Setelah memahami Islam, Snouck Hurgronje belajar budaya setempat untuk memahami kelemahan umat Islam untuk dipecah belah. Selain itu, tujuan untuk memecah belah umat Islam adalah untuk menyebarkan agama Kristen. Seperti yang disebutkan di atas, cikal-bakal terbentuknya Al-Washliyahdikarenakan para pelajar Muslim merasa khawatir dengan politik pecah belah kolonial, sehingga para pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli mencoba menyatukan perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan perkumpulan pelajar pada tahun 1928. Dua tahun kemudian lahirlah Al-Washliyah. Berawal dari sebuah forum diskusi atau Debating Club. Terkait dengan nama Al-Washliyahyang bertujuan untuk mengadakan musyawarah/ diskusi mingguan dalam perkumpulan. Pada akhirnya perkumpulan ini semakin besar, sehingga dibuatlah pertemuan yang lebih besar lagi. Pertemuan dihadiri para Ulama Sumatera Utara yang dipimpin oleh Ismail Banda. Dia merupakan salah seorang politikus dan pernah menjadi duta besar di Kabul. Terbentuklah sebuah forum diskusi yang lebih besar yaitu, al-Jam’iyah Washliyah.7

7 WawancaradenganbapakPemateriI

Page 26: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

18

Al-Washliyah lahir dan besar di Kota Medan, 30 Nopember1930, Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta pada tanggal 18Nopember 19122 Nahdatul Ulama lahir di Surabaya, Jawa Timur tanggal31 Januari 1926,3 Persis lahir di Bandung, semua ormas Islam yang direpresentasikan ini layaknya melukiskan long march estafet perjuangan,aspirasi, ide dan komitmen ke-Islaman dan Nasionalisme dalam meraihsebuah pengharapan akan lahirnya sebuah nation seperti negara-negaradi belahan dunia lainnya.

Pemuda-pemuda yang mengenyam pendidikan di luar negeri seperti: Eropa, danTimur Tengah yang menyimpan dan memendam himmah, cita-cita dan tekad bahwa negara yang dicita-citakan Indonesia dalam waktu tidak lamaharus lepas dari belenggu Kolonialisme. Pada tahun 1928 ketika para pemuda Indonesia menyatukan diri pada Kongres Pemuda sebagai satu peristiwa nasional dan melahirkan komitmen Sumpah Pemuda para pemuda secara nasional dengan melahirkan Sumpah Pemuda, satu-satunya Sumpah Pemuda didunia. Saat bersamaan pula di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) pelajar-pelajar kelas tertinggi mendirikan Debating Club, tempat perkumpulan para pelajar, dengan tujuan mendiskusikan dan membahas persoalan-persoalan agama Islam sekaligus masyarakat. A.Rahman Syihab, Kular, Ismail Banda, Adnan Nur, Sulaeman dan kawan-kawan biasanya dalam seminggu, setiap malam Jum’at selalu mengadakan pertemuan. Sekelompok anak muda itu memiliki jiawa yang menggeliat dan menggelora. Usi mereka masih menginjak dua puluhan tahun, namun mereka tidak gencar melakukan pengamatan terhadap bangsa dan masyarakatnya yang pada masa itu dijajah dan dihadapkan dengan pertentangan mazhab yang beraroma divide et impera ala Belanda. Mereka berdebat dalam wadah Debating Club yang tahun duatahun kemudian menjelma menjadi organisasi Al-Washliyah denganKetua Umum pertamanya Ismail Banda. Al-Washliyah yang lahir dan tumbuh di Kota Medan padatanggal 30 Nopember 1930, di tengah kehidupan masyarakat yang multietnik dengan konfigurasi sosial politik yang beragam.

Page 27: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

19

Eksistensi politiknya ditinjau dari aspek historis mengalami gerak konjungtur8 akibat dinamisasi format politik yang diperaninya. Adakalanya eksistensinya demikian diperhitungkan, disegani lawan dan kawan tetapi pada dekadetertentu terasa ada marginalisasi perannya secara signifikan.

Pada dekade kejayaan partai Masyumi sebagai satu-satunya partai Islam kala itu, Al-Washliyah adalah anggota istimewa sama seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama, sebuah pengakuan eksistensi yang tak pernah dan tak akan terulang kembali.9Ketika

8 Dalam bahasa yang hanpir yang sama, Cendikiawan al-WashliyahHasballahThaibmembagitujuhfase(tahap)sejaktahun1930-1991,yaitu:1. Fase (tahap) berdirinya sampai menjelang lemerdekaan RepublikIndonesia(1930-1942),2.FaseFakumyaitusewaktumasuknyapenjajahJepang sampai kemerdekaan Republik Indnesia. Fase ini dimulai dari1942-1947,3.FasePerjuanganpolitik1847-1955,yaitudimanaIndonesiasedang menyusun negaranya dengan Undang-undang dan kabinetnya,pemilu pertama dan turut menyiapkan konsep bernegara di lembagakonstituante,4.Fasepembinaan1955-1965,yaitupembinaanorganisasidan pendidikanmeluas ke seluruh tanah air termasukKalimantan danJawa,5.FasePerluasaanmisiZendingdanpenyiaran Islamdari tahun1965-1972.Faseinipelajardanmahasiswasertaputeridanjugapemudaal-Washliyah giat meng-Islamkan suku terasing di pegunungan tanahKaro, Kabupaten Dairi, Kepulauan Mentawai dan Irian Jaya, 6. Faseagaksuram,halinidisebabkanketerlibatananggotaAlWashliyahdalampartaipolitiksehinggamempengaruhikesengsaraan jalannyaorganisasidanpendidikanAl-Washliyah.Halinidisebabkanadalahkarena:merekalebihmengutamakanpartainyadaripadapembinaanummatdanukhuwahIslamiyah, 7. Fase penataan kembali dan perluasan yaitu tahun 1983sampaimuktamaryangke-XVI1986di Jakarta,demikian juga sampaikemasamuktamar ke-XVII tahun 1991. Padamasa ini ditertibkannyakembaliorganisasi,sepertidilaksanakankunjungan-kunjunganPengurusBesar kemadrasah-madrasah di Sumatera Utara, konfrensi wilayah didaerah khusus IbuKota Jakarta, SumateraUtara, kalimanatan Selatan,pemberianmandat untuk untuk pembentukanwilayah daerah istimewaYogyakarta,SulawesiUtaradanIrianJaya,pendataansekolah-sekolahdan pengurusan al-Washliyah. Lihat M. Hasballah Thaib, UniversitasAl-WashliyahMedanLembagaPengakaderanUlamadiSumateraUtara(Medan:UNIVA,1993),h.72-73.

9 Tokoh-tokoh Al-Washliyah pun banyak yang menjadi anggota DPR,anggotakonstituantedanpejabatJawatanKeagamaanKementerianLuarNegeri, ketua dan Hakim Mahkamah Syariah. Abdurrahman Syihab,jabatan yang pernah diembannya adalah: Ketua Badan KeagamaanRI di Sumatera Timur (1945), Ketua Majelis Syuro Masyumi Pusat,

Page 28: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

20

Partai Komunis Indonesia menguasai dunia politik di tanah air dan anak negeri dalam kekalutan, di Medan, Sumatera Utara basis Al-Washliyah, tokoh massa pemuda revolusioner, bermusyawarah di kampus UNIVA (sebagaituan rumah).10

Walaupun demikian, format gerakannya yang berbasis pada pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan nyata abadi dalam kontekstualisasi dinamika pembangunan bangsa dan negara. Adalah tidak terlalu berlebihan jika ormas Islam ketiga terbesar di Indonesia ini telah memposisikan dirinya sebagai icon pembaharu11 dan sebagai penopang sejati serta pendorong maksimalisasi gerakan civil society sejati pada zamannya. Tetapi oleh karena dinamisasi perubahan, organisasi ini bermetamorfosis dari energik, kreatif dan futuristik menjadi lamban, lemah dan menjadi silent majority

KepalaAgama (BagianAgama Islam) Sumatera Timur 1946, anggotaKNIP(1947),KepalaJawatanAgama(setingkatKanwilDEPAG)yangberkedudukan di Kutaraja (Aceh), anngota DPRD Sumatera Timur,anggotaParlemenRI(1954).IsmailBandaadalahPerwakilanKedutaanRIdiTaheran(1950).M.ArsyadThalibLubismenjadiKetuaMahkamahSyariah SumateraTimur (1946) danKepala JawatanAgama SumateraTimur (1947), anggotaKonstituante (1956) dan anggotamajelis SyuroPartai Masyumi. Lihat Peringatan-Jam’iyatul Washliyah SeperempatAbad,h.394-399.

10Padatanggal6Oktober1965jam14.00WIBberkumpullahtokoh-tokohyang telah diundang antara lain BrigjenA.Manaf Lubis, H.A.ManafNasution(Azama).H.AhmadDahlan,H.MarzukiLubis(KBKI),sebagaitokoh seniordan tokoh-tokohpemudaadalahSutanBandaroBatubara,Usman Pelly, Sri Krisna Siregar,Abd. Hakim Harahap, S. Sinambela(alm), A. Muis Langat, Syawal Batubara, Daniel Simamora, DrajatHasibuan,YanBustamy,HasranNasution.RapathariitudipimpinolehH.AhmadDahlan.PadahariitulahterbentukKomandoAksiMassaPemudaRevolusionerPenghancuranKontraRevolusiGerakan30SeptemberdiSumateraUtara. Lihat SyamsulBahriNasution,Penumpasan Gerakan 30 September/PKI di Sumatera Utara (Medan:Yayasan PembaharuanPemudaIndonesiaMedan,1992)h.116.

11 Di bidang pendidikan al-Washliyah mendirikan sekolah umum danmadrasah sekaligus, begitu juga dalam bidang tabligh mempeloporibioskop sebagai saranadakwah.Dari sejakberdiri responsive terhadapkebatilan, kezaliman, kemisikian dan kebodohan dengan menghimpunkekuatan organisasi yang sentralistis danpengawasanyangketat. Padazamanya.

Page 29: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

21

di tengah pusaran arus kuat yang menerpanya.12Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Arifin Umar,

selaku Wakil Ketua MPPW Al-Washliyah Sumatera Utara (2015-2020), beliau menyatakan bahwa:13 “Pada saat itu, bangsa Belanda menggunakan perpecahan dan perbedaan sebagai bentuk strategi agar terus berkuasa di Indonesia. Berbagai cara dilakukan oleh pihak Belanda untuk terus mengadu domba masyarakat Indonesia sehingga rakyat terpecah belah. Pihak Belanda sangat khawatir akan kemampuan rakyat Indonesia, terutama jika rakyat mulai melawan dan bersatu. Upaya-upaya perpecahan terus dilancarkan, salah satunya melalui sendi-sendi ajaran agama Islam. Pada masa itu umat Islam terpecah diakibatkan oleh perbedaan pandangan dalam hal ibadah dan cabang dari agama. Kondisinya terus memburuk hingga umat Islam terbelah menjadi dua kubu, yaitu kaum tua dan kaum muda. Dengan adanya perselisihan ini, kalangan umat Islam di Medan, para pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli Medan, berusaha untuk mempersatukan kembali umat Islam yang telah berpecah belah.”

Dari penjelasan diatas, dapat diartikan bahwa terbentuknya Al-Jam’iyatul Washliyah sebagai upaya untuk menghadapi adu domba kolonial Belanda, yang mulai merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat pada masa itu, terutama dalam bidang kehidupan keagamaan. Maka dari itu, dibentuklah sebuah perhimpunan yang dikenal dengan nama Al-Jam’iyatul Washliyah. Organisasi ini memberikan wadah bagi masyarakat untuk bersatu, sebagai upaya perlawanan terhadap pihak Belanda yang pada masa itu gencar memberikan adu domba kepada masyarakat Islam di Medan agar berpecah.

Ada beberapa faktor dan motivasi yang menjadi dorongan didirikannya organisasi Al-Washliyah:

12 Ismed Batubara dan Ja’far, Bunga Rampai al-Jam’iyatul Washliyah (Aceh:al-WashliyahUniversityPress,tt),hlm.1-5.

13BerdasarkanhasilwawancaradenganbapakArifinUmar, selakuWakilKetuaMPPWAl-WashliyahSumateraUtara(2015-2020)

Page 30: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

22

1. Berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918 telah membangkitkan semangat para umat untuk merdeka, terutama dalam dunia Islam salah satunya Indonesia yang memiliki penduduk dengan sebagian besarnya pemeluk agama Islam.

2. Kelahiran pergerakan kebangsaan yang Budi Utomo pelopori pada tahun 1908 telah mempengaruhi para pemuda dan pelajar, termasuk pelajar Maktab Islamiyah Medan untuk bersatu dan membina kesatuan dan persatuan untuk melawan kolonial.

3. Munculnya perbedaan pandangan dalam pemahaman dan penginterpretasian hukum furu’ (agama) syariat di kalangan umat Islam yang dipisahkan menjadi kelompok kaum tua dan kaum muda, atau dikenal juga dengan sebutan kaum tradisional dan kaum pembaharuan.

Pada bulan Oktober 1930 bertepat dirumah H.M Yusuf Ahmad Lubis, yang beralamat di jalan Gelugur Medan, dan dibawah pimpinan Abdul Rahman Shihab dilangsungkan pertemuan, yang dihadiri antara lain H.M. Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, M. Isa dan lain-lain. Maksud dari pertemuan itu adalah upaya untuk memperbesar perkumpulan pelajar, karena belum diterimanya kata “sepakat”, maka pertemuan dilanjutkan seminggu kemudian. Pertemuan kedua berada di kediaman Abdul Rahman Shihab, yang berada di jalan Petisah Medan. Pertemuan kedua ini dipimpin oleh Abdurrahman Syihab dan turut dihadiri oleh Ismail Banda, Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, Abdul Wahab dan Muhammad Isa. Setelah melalui musyawarah, diambil sebuah kesepakatan untuk membangun suatu perhimpunan yang lebih besar, guna membawa para guru dan pelajar lainnya. Direncanakan, akan dilakukan pertemuan yang lebih besar.

Pada tanggal 26 Oktober 1930 bertempat di Maktab Islamiyah Tapanuli Medan, telah berlangsung suatu pertemuan besar yang dihadiri oleh para ulama, pelajar-pelajar, guru-guru, serta pemimpin Islam lainnya dari Medan dan sekitarnya, dengan

Page 31: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

23

dipimpin langsung oleh Ismail Banda. Dan dalam pertemuan tersebut, Ismail Banda, Arsyad Thalib Lubis dan Syamsuddin memberikan gambaran tentang bentuk organisasi yang akan didirikan.

Salah satu bentuk kesepakatan itu terkait usaha-usaha yang akan dilakukan oleh Al-Jam’iyatul Washliyah sebagai sebuah organisasi. Kesepakatan itu antara lain berupa, organisasi Islam yang bergerak dalam bidang dakwah, sosial, dan pendidikan. Sehingga yang terlihat pada fase perkembangan organisasi ini nantinya adalah Al Jam’iyatul Washliyah dikenal sebagai organisasi keagamaan yang berperan aktif dalam menyiarkan agama Islam melalui lembaga pendidikan. Mendirikan madrasah dan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.

Melalui kesepakatan yang hadir, kepada Syekh H. Muhammad Yunus diminta untuk memberikan nama perhimpunan yang baru dibentuk tersebut. Syekh H. Muhammad Yunus merupakan seorang ulama sekaligus guru yang sangat dihormati oleh Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan. Beliau tidak serta merta menjawab keinginan itu. Terlebih dahulu beliau melakukan sholat dua rakaat dan berdo’a kepada Allah SWT. Setelah itu Syekh Yunus mendatangi para muridnya dan mengatakan, “Menurut saya kita namakan saja perkumpulan itu dengan ‘Al Jam’iyatul Washliyah, yang artinya perhimpunan yang memperhubungkan dan mempertalikan.”

Sebagai langkah awal, ditetapkanlah struktur kepengurusan dan tugas pengurus ini adalah mempersiapkan beberapa hal menyangkut masalah keorganisasian seperti rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi. Sulaiman (1956:36) menuliskan struktur awal kepengurusan antara lain :

-Ketua : Ismail Banda-Sekretaris : Muhammad Arsyad Thalib Lubis-Bendahara : H.M. Ya’kub-Anggota : Kular, H.A Malik, Abdul Azis Effendi, dan Muhammad Nurdin.

Page 32: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

24

Setelah mempersiapkan segala kebutuhan, maka pengurus awal tersebut mengadakan sebuah pertemuan besar pada tanggal 30 November 1930, untuk mendeklarasikan perhimpunan Al-Jam’iyatul Washliyah. Para peserta pada pertemuan ini, turut memberikan perhatian besar dan dukungan terhadap rancangan organisasi baru ini. Pertemuan tersebut berhasil meresmikan Al-Jam’iyatul Washliyah sebagai sebuah organisasi. Dalam hal ini, pertemuan tersebut mengamanahkan organisasi baru ini kepada :

-Ketua : Ismail Banda-Wakil Ketua I : Abdul Rahman Shihab-Sekretaris : M. ArsyadThalibLubis-Sekretaris I : Adnan Nur-Bendahara : H.M.Ya’kub-Anggota :H. Syamsuddin, H.Yusuf Ahmad Lubis, H. Abdul Malik, dan Abdul Azis

Effendi.-Penasehat : Syaikh Muhammad Yunus.Secara harfiah Al-Jam’iyatul Washliyah berasal dari dua kata

yaitu, Jam’iyyatun dan Al-Washliyah. Jami’yyatun berarti perkumpulan, perhimpunan atau persatuan. Sementara itu Al-Washliyah memiliki arti penghubung atau menjembatani. Dengan demikian secara umum nama Al-Jam’iyatul Washliyah berarti “Perhimpunan yang memperhubungkan atau yang menjembatani”. Secara umum akhirnya dapatlah dipahami bahwa Al-Jam’iyatul Washliyah diharapkan menjadi perkumpulan atau perhimpunan yang menghubungkan, antara lain:

1. Menghubungkan antara umat manusia dengan Allah SWT sebagai penciptanya.

2. Menghubungkan atau menghimpun manusia dengan manusia lainnya agar bersatu.

3. Menghubungkan manusia dengan alam sekitarnya.Hal ini sesuai dengan makna Hablun-minallahwahablunminannas

(Hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar sesama manusia). Lebih dari pada itu, organisasi ini juga diharapkan bisa

Page 33: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

25

menjadi organisasi yang menghubungkan atau menjembatani antara kaum muda dan kaum tua pada masa itu, yang keduanya saling berperang ego dan merasa dirinya yang paling benar. Perhatian utama organisasi Al-Washliyah pada masa awal perkembangannya mencakup beberapa hal. Program kerjanya, mencakup pada bidang: tablig (ceramah agama), tarbiyah (pengajaran), Pustaka/penerbitan, fatwa, penyiaran, urusan anggota, dan tolong menolong. Lalu sebagai unit pelaksana dari program-program tersebut Al-Washliyah membentuk majelis-majelis.

a. Tokoh Kunci

1. Haji Ismail Banda

H. Ismail Banda, merupakan seorang pendiri Al-Washliyah, beliau lahir pada tahun 1910. Menyelesaikan bangku pendidikan pertama agama Islam, setelah itu beliau melanjutkan pada jenjang sekolah Menengah Islamiyah di Kota Medan, dengan jangka waktu lima tahun. Lalu meneruskan studinya pada Universitas Al Azhar Kairo Mesir, dengan bantuan dari orangtua serta Al-Washliyah. Beliau menunjukkan dirinya sebagai anak Indonesia yang cerdas dan kreatif. Sehingga pada tahun 1930 beliau meraih gelar Ahliyah, dan memperoleh Ijazah ulama pada tahun 1937. Ismail Banda merupakan seorang anak yang aktif, dalam pergerakan Organisasi Mahasiswa Islam di Mesir, beliau terlibat aktif menjadi anggota pengurus dari perkumpulan Jam’iyah Chiriyah Jawiyah, yang nantinya berubah menjadi Perkumpulan Pemuda Indonesia Malaya (Perpindom). Pada tahun 1945 beliau menjadi perintis dan pendiri perkumpulan Kemerdekaan Indonesia Kairo (KIK).

Selama berada di luar negeri, beliau turut membantu ‘Pewarta Deli’ dan ‘Pemandangan’. Ia menjadi seorang informan dan koresponden untuk wilayah Timur Tengah, berkisar antara tahun 1932 sampai tahun 1942. Beliau juga sempat menjadi staf redaksi surat kabar ‘Icksan’ bagian luar negeri di Mesir yang terbit dalam bahasa Arab. Dapat dikatakan Ismail Banda merupakan seorang yang aktif baik dari segi pergerakan politik dan intelektual. Hal itu dibuktikan oleh gelar BA bidang filsafat yang ia dapatkan pada

Page 34: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

26

tahun 1940, di sekolah Tinggi Al Azhar dan pada tahun 1942 meraih gelar MA di bidang yang sama pula. Tidak sampai disitu, Ismail Banda juga mendapatkan ijazah dari Cambridge University pada tahun 1944.

Ismail Banda kembali ke tanah air pada tahun 1947 dan terus melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta, yang masa itu menjadi Ibu Kota. Pergaulannya di Yogyakarta amat menguntungkan umat Islam, ia aktif pada organisasi Masyumi. Awalnya beliau bekerja pada Kementerian Agama, tetapi ia lebih tertarik dengan berbagai urusan luar negeri. Maka pada tahun 1948, ia diangkat menjadi refrendaris pada Kementerian Luar Negeri di Yogyakarta. Di tahun 1950, Ismail Banda pindah ke Jakarta dan menjabat Perwakilan Kedutaan Indonesia di Teheran. Surat Kementerian Luar Negeri tertanggal 30 November 1951 memerintahkan agar ia bekerja pada perwakilan Indonesia di Kabul, Afganistan dan harus berangkat dengan pesawat udara pada akhir Desember 1951. Sebelum ke Afganistan, Ismail Banda bermaksud untuk singgah terlebih dahulu di Mesir dan di Teheran. Akan tetapi pesawat yang ditumpangi Ismail Banda dihantam badai topan dan mendapat kecelakaan di Teheran, Iran. Jasad beliau lalu di makamkan di tempat kejadian yakni di Teheran, Iran.

2. Haji Muhammad Arsyad Thalib Lubis

Beliau merupakan seorang ulama, dai dan pejuang di Sumatera Utara. Beliau lahir pada Oktober 1908, di Stabat, Langkat, Sumatera Utara. Merupakan putra kelima dari pasangan Lebai Thalib bin H. Ibrahim Lubis dan Markoyom Nasution. Syekh HM Arsyad Thalib Lubis, menyelesaikan seluruh bangku pendidikan di Sumatera Utara. Dalam kurun waktu 1917-1930 selepas menjalani pendidikan, beliau mendalami hadits, ilmu tafsir, fiqh, dan usul fiqh kepada Syekh Hasan Maksum di Medan. Beliau merupakan seorang murid yang cerdas dan rajin, menyebabkan ia mendapat kepercayaan dari gurunya yakni H. Mahmud Ismail Lubis untuk menyalin karangan yang hendak dimuat pada surat kabar. Pada usianya yang ke 20 tahun, beliau telah menjadi penulis Majalah

Page 35: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

27

Fajar Islam di Medan. Ketika ia berusia 26 tahun, buku pertamanya, Rahasia Bible terbit pada 1934. Karya tulisnya ini pun menjadi pegangan mubaligh dan da’i Al-Washliyah dalam mensyiarkan Islam di tanah Batak khususnya daerah Porsea, Tapanuli Utara. Semasa hidupnya, HM Arsyad Thalib Lubis, aktif mendidik pada beberapa madrasah Al-Washliyah, yang berada di Medan maupun di Aceh, dari tahun 1926-1957. Kemudian beliaumenjadi Lektor pada Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Medan (1953-1954), menjadi seorang Guru Besar ilmu Fiqh dan Usul Fiqh pada Universitas Islam Sumatera Utara-UISU (1954-1957) serta dosen tetap pada Universitas Al Washliyah (UNIVA).

Sejak berdirinya organisasi Al Jam’iyatul Washliyah beliau turut menjadi anggota Pengurus Besar Al-Washliyah sampai 1956. Walaupun beliau tidak berada dalam struktur kepengurusan, akan tetapi beliau tetap aktif memberikan sumbangan pikiran, dan tenaga dalam berbagai kegiatan Al-Washliyah, khususnya yang bergerak pada bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. Dalam kegiatan berdakwah, beliau sangat aktif. Puluhan ribu orang dari Tanah Batak dan Karo, Sumatera Utara, telah masuk Islam di tangannya, bahkan pada saat menjelang akhir hayat, beliau telah mengislamkan kurang lebih dua ratus orang di Kabupaten Deli Serdang. Di masa hidupnya juga, beliau pernah terlibat dalam dunia politik Indonesia dengan menjadi pengurus Masyumi. Beliau juga pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Sumatera Timur, bahkan beliau juga pernahmenjadi perwakilan pertama ulama Al Washliyah untuk menjadi delegasi Indonesia untuk Uni Soviet bersama beberapa ulama-ulama Indonesia lainnya.

Sebagai tokoh Al Jam’iyatul Washliyah, dalam urusan fiqih beliau berpegang kepada mazhab Imam Syafi’i. Walaupun demikian, beliau bersikap terbuka dan hormat terhadap mazhab lain. Menurutnya kebebasan mengemukakan pendapat serta pandangan hendaknya mendapatkan tempat di masyarakat, karena hal ini sangat penting, terutama sebagai bentuk kemajuan pengetahuan di kalangan umat Islam. Dalam usia 63 tahun,

Page 36: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

28

tepatnya pada hari Kamis tanggal 6 Juli 1972, bertepatan dengan 23 Jumadil Awal 1392 Hijriyah, beliau HM Arsyad Thalib Lubis tutup usia.

3. Haji Abdurrahman Syihab

Haji Abdurrahman Syihab adalah anak ketiga dari H. Syihabuddin. Beliau lahir pada tahun 1910, di Kampung Paku. Sejak kecil sudah terlihat bakatnya menjadi seorang pemimpin. Pada tahun 1918-1922, beliau mengenyam bangku sekolah Gubernement dan pada Maktab Sairussulaiman yang berlokasi di Simpang Tiga Perbaungan, Sumatera Utara. Setelah itu, beliau juga melanjutkan studinya ke Medan, tepatnya di Maktab Islamiyah Tapanuli, yang ketika itu masih di pimpin oleh Syekh Mohammad Yunus dan H. Mohammad. Kemudian beliau juga sempatmenjadiseorang guru pada maktab Islamiyah Tapanuli. Hingga pada akhirnya beliau melanjutkan studi ke Maktab Hasaniyah yang dipimpin oleh Syekh Hasan Ma’sum.

Abdurrahman Syihab, merupakan seorang yang pertama kali mendirikan Madrasah Al Washliyah pada tahun 1932, dengan memanfaatkan waktu belajar sore hari, yang beralamat di Jl. Sinagar Petisah Medan. Beliau juga sempat menjabat sebagai kepala madrasah di beberapa tingkatan, serta menjadi direktur pada madrasah tsanawiyah, direktur madrasah muallimin dan muallimat. Lalu Pada tahun 1940, ketika Madrasah Al Qismul Ali dibuka, beliau juga turut menjabat sebagai direktur Madrasah Qismul Ali. Selain aktif pada perkumpulan pelajar, beliau juga termasuk pendiri Al-Washliyah dan terus menerus terpilih menjadi pimpinan organisasi sampai akhir hayatnya.

4. Syekh. H Muhammad Yunus

Almarhum Syekh H. Muhammad Yunus adalah seorang ulama Al-Washliyah yang selama hidupnya terus mengembangkan dakwah dan dunia pendidikan Islam. Banyak ulama-ulama terkenal yang belajar agama dengan beliau diantaranya, H. Abdurrahman Syihab, H. Baharuddin Ali, OK. H. Abdul Aziz, H. Ismail

Page 37: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

29

Banda, Abdul Wahab dan lain sebagainya. Syekh H. Muhammad Yunus dilahirkan pada tahun 1889, tepatnya Pecukaian Binjai Sumatera Utara. Beliau sebenarnya berasal dari Gunung Baringin, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Ayahnya bernama H. Muhammad Arsyad. Di kota Binjai beliau mempelajari dasar agama dengan sabar dan tekun. Melanjutkan pelajarannya di Titi Gantung Binjai dan menuntut ilmu kepada Syekh H. Abdul Muthalib. Kemudian beliau juga berguru kepada Tuan Syekh H. Abdul Wahab Rokan Naksyabandi, di perguruan Babussalam Langkat, diantara ilmu yang ia dalami adalah fiqih dan mantiq.

Syekh H Muhammad Yunus tidak pernah berhenti untuk menggali ilmupengetahuan, beliau terus menambah kekayaan intelektualnya melalui berbagai sumber. Berangkatlah beliau ke Malaysia (Kedah) untuk menuntut ilmu kepada Syekh Muhammad Idris Petani, selang beberapa lama kemudian beliau melanjutkan studinya ke Makkah, disana beliau belajar dengan Syekh Abdurrahman, Syekh Abdul Qadir Mandili, dan Syekh Abdul Hamid, lalu setelah beberapa tahun menjadi murid, beliau pun diberikan kesempatan untuk mengajar di Makhtab Sultiah Mekkah. Sepulangnya dari Timur Tengah beliau menambah ilmu pengetahuannya lagi di Malaysia (Penang) bersama dengan Syekh Jalaluddin Petani dan Syekh Abdul Majid Keala Muda Penang.

Sekembalinya di tanah air beliau menyumbangkan tenaga dan pikirannya di Maktab Islamiyah Tapanuli Medan, serta menjadi guru dan kepala di madrasah tersebut. Pada masa kepemimpinannya maktab tersebut merupakan madrasah tertua di Sumatra Timur. Beliau membina para muridnya untuk menjalin persatuan tanpa membedakan suku, etnis dan status sosial. Melalui persatuan pelajar-pelajar Islam atau biasa disebut sebagai“Debating club” pada tahun 1930 lahirlah organisasi Al Jam’iyatul Washliyah di kota Medan. Ketika para pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli mencetuskan lahirnya organisasi yang bernama Al-Washliyah mereka meminta pendapat kepada Tuan Guru H. Muhammad Yunus mengenai nama organisasi tersebut, kemudian beliau

Page 38: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

30

melakukan shalat Istikharah, selepas melaksanakan shalat beliau menyampaikannya di hadapan para khalayak nama organisasi yang baru dibentuk ini adalah “Al Jam’iyatul Washliyah” yang artinya organisasi yang saling menghubungkan sesamanya.

Dalam usianya yang ke-60 tahun disaat terjadinya pendudukan Belanda, beban tanggung jawab beliau sangat berat terutama pada bidang ekonomi, khususnya menutupi kebutuhan keluarga. Beliau mempunyai seorang istri dan sepuluh orang anak yang masih kecil. Sampai-sampai beliau harus mengajar diberbagai tempat seperti sekolah menengah Islam Al-Washliyah yang berada di Jalan Hindu, serta Madrasah Al Washliyah yang bertempat di jalan Mabar, mengajar di jalan Sungai Kera Medan, Perbaungan, hingga Pasar Bengkel. Inilah yang terus di tekuni beliau setiap harinya, belum lagi ditambah dengan kegiatan dakwah dan pengajian lainnya. Dalam usianya yang semakin lanjut serta dibarengi dengan pekerjaan berat dan tanggungjawab melengkapi kebutuhan keluarga, akhirnya beliau pun menderita sakit. Hingga pada akhirnya penyakit yang beliau derita tersebut semakin parah, sehingga pada tanggal 7 Juli 1950 bertepatan pada tanggal 1 Syawal 1364 H dalam usianya ke 61 tahun beliau dipanggil oleh Allah SWT kesisi-Nya.

5. Syekh Hasan Maksum

Syekh Hasan Maksum merupakan seorang ulama besar yang banyak berjasa di tengah-tengah kaum muslimin. Nama beliau adalah Hasanuddin yang merupakan salah seorang putrid dari Syekh Muhammad Maksum yang dilahirkan pada tahun 1884 di Labuhan Deli Medan. Pada umur sepuluh tahun beliau belajar di sekolah Inggris sampai kelas tiga, kemudian dikirim kedua orangtuanya ke Makkah untuk memperdalam pendidikan agama Islam. Pada usianya yang kedua puluh, beliau menikah, lalu kembali melanjutkan studinya di Makkah dan Madinah selama delapan tahun. Pada tahun 1916 sepulangnya dari Arab Saudi, beliau menggantikan posisi ayahnya sebagai kadhi di Kesultanan Deli.

Page 39: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

31

Di dalam organisasi Al Washliyah beliau banyak berjasa karena tidak henti-hentinya memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan kepada para pengurus Al- Washliyah. Adapun diantara pimpinan dan ulama Al-Washliyah yang menjadi murid beliau adalah Syekh H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis. Pada pergantian pengurus bulan Juli 1931, beliau diangkat menjadi penasehat. Namun pada usia yang ke 53 tahun tepatnya pada tanggal 7 Januari 1937 M atau 24 Syawal 1353 H beliau wafat.

6. H. Muhammad Ismail Lubis

H. Muhammad Ismail Lubis merupakan seorang ulama yang terkenal, beliau lahir pada tahun 1900, semasa kecilnya belajar pada sekolah dasar Belanda, kemudian melanjutkan studi pada Maktab Islamiyah Tapanuli di Medan. Setelah tamat pada tahun 1921 beliau mulai aktif mengajar di Binjai, sambil menggali ilmu pengetahuannya beliau pindah kekota Medan, dan oleh Kesultanan Deli beliau di angkat menjadi Kadhi wilayah Percut. Beliau juga merupakan seorang penulis buku-buku agama, disamping itu H. Muhammad Ismail Lubis menjadi pengasuh pada majalah suara Islam dan banyak memberikan ulasan-ulasan serta fatwa seputar hukum agama dalam organisasi Al-Washliyah. Disaat umat Islam dirundung duka dengan meninggalnya Tuan Syekh Hasan Maksum, tiba-tiba pada hari Sabtu 9 Januari 1937 atau 26 Syawal 1355 H, beliau dipanggil oleh Allah SWT bertempat di kediaman di Jalan Mabar Medan, beliau tutup usia pada usia yang masih tergolong muda yaitu 37 tahun, meninggalkan seorang istri dan 4 orang anak yang masih kecil.

7. Nadhlatul Wathan di Nusa Tenggara Barat

a. Selayang Pandang SejarahNahdatul Wathan merupakan organisasi sosial keagamaan

Islam yang berada di Indonesia, fokus organisasi ini berada pada bidang pendidikan, sosial, dan dakwah. Organisasi Nahdlatul Wathan didirikan oleh putra asli Sasak, yaitu Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid tepatnya pada tanggal 01 Maret 1953 di Pancor,

Page 40: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

32

Lombok Timur, Nusa Tenggata Barat. Organisasi Nahdatul Wathan memainkan peran penting, dalam menyebarkan Islam di tanah Lombok terutama pada awal abad ke 20, melalui gerakan pendidikan yaitu pesantren dan madrasah yang tersebar keseluruh kampung di pulau Lombok. Kata Nahdatul Wathan, berasal dari bahasa Arab Nahdlah, yang berarti kebangkitan, pergerakan, atau pembangunan. Sedangkan Wathan yang berarti tanah air atau negara. Nahdlatul Wathan berarti kebangkitan tanah air, pembangunan negara atau membangun negara.14

Istilah Nahdlatul Wathan sendiri pada mulanya mengalami proses diskusi yang panjang antara Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid dengan seorang gurunya Syaikh Hasan Al-Masyat sewaktu Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid hendak mendirikan perkumpulan atau jam’iyyah, terhadap gurunya beliau memohon restu agar diberikan masukan, serta pertimbangan nama yang cocok.Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid mengajukan nama Nahdlatul Wathan dengan dasar negeri ini pada masa itu masuk pada tahapan proses perjuangan kemerdekaan. Dari kondisi keterpurukan itulah, sekiranya organisasi ini menunjukkan bahwa negeri ini harus dibangkitkan. Oleh syeikh Hasan Al- Masysyat mengusulkan nama nahdah al-din al-islam li al-watanataunahdah al-islam li al-watan.Walaupun demikian, Tuan Guru Muhammad Zainnuddin Abdul Majid menegaskan kepada sang guru nama Nahdlatul Wathan sebagai pilihan yang paling ideal. Mengingat relevansi yang lebih bernuansa kebangsaan. Hingga pada akhirnya Syaikh Hasan Al Masysyat menyetujui nama tersebut sebagai lebel utama. Tetapi dalam visi dan misi perjuangan organisasi tersebut harus menjadikan agama sebagai basis perjuangan yang utama.15

14SaipulHamid,hlm.23

15 Tuan Guru Haji Afifuddin Adnan,diktat ka-NW –an untukmadrasahmenengahNW (PancorBirio dakwahYPDPPDNWPancor1983)hlm.28-29

Page 41: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

33

Penggunaan nama Nahdlatul Wathan pertama kali muncul di kalangan tokoh-tokoh pejuang Islam di Surabaya 1916. Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Mansur menggunakan istilah ini sebagai salah satu nama organisasi untuk menentang dan menandingi dominasi penjajahan Belanda. Selain organisasi Nahdlatul Wathan, pada tahun 1918 mereka juga membentuk gerakan Nahdlatul Tujjar (gerakan pedagang) Nahdlatul Fikri (gerakan intelektual) sebagai respon terhadap kondisi masyarakat yang mengalami keterbelakangan ekonomi dan pendidikan disebabkan hegemoni politik kolonial. Fakta sejarah ini melahirkan sebuah tandatanya yang besar, apakah terdapat hubungan antara organisasi Nahdlatul Wathan yang lahir di Surabaya 1916, dengan organisasi Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh Tuan Guru Zainuddin di Lombok Timur. Menurut Muhammad Noor secara oganisatoris tidak ada hubungan antara kedua organisasi tersebut walaupun memiliki kesamaan nama, disebabkan jarak, waktu, dan tempat yang berbeda.16

Dari sisi historis dan ideologis, Organisasi Nahdlatul Wathan (NW) lebih dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU) daripada Muhammadiyah. Terutama, tidak adanya perbedaan dalam praktik Ibadah Amaliyah antara Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul Ulama, apalagi sebelum itu tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid Pernah diangkat sebagai konsulat Nahdatul Ulama pada tahun 1950-an perwakilan dari pulau Sunda Kecil. Hal ini menunjukkan adanya ikatan emosional antara Nahdlatul Ulama dengan Nahdlatul Wathan, adapun yang menyebabkan keluarnya Tuan Guru Zainuddin dari Nahdlatul Ulama secara struktural, tidak terlepas dari kebijakan politik para tokoh Nahdliyin yang keluar dari partai Masyumi dan membentuk partai baru, sedangkan Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid memilih tetap di Masyumi. Selain itu, faktor intern juga memainkan peranan yang signifikan, sehingga menyebabkan Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid membentuk sebuah organisasi yang nanti akan berfungsi

16ibidhlm24

Page 42: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

34

sebagai paying besar menaungi dan bertanggungjawab terhadap keberlangsungan lembaga-lembaga pendidikan di tanah Lombok.17

Nahdlatul Wathan menganut paham yang berlandaskan akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menganut Mazhab Syafi’i sebagai Mazhab Tunggal Organisasi. Walaupun menganut Mazhab Imam Syafi’i, namun dalam praktik tradisi keagamaan yang berkembang pada lingkungan jamaah Nahdlatul Wathan, bercampur dengan praktik budaya lokal. Hal ini disebabkan kultur/kebudayaan masih punya pengaruh kuat di kalangan jamaah Nahdlatul Wathan, ditambah lagi kesemuanya sejalan dengan praktik keagamaan atau lebih dikenal dengan Islam di Nusantara sebagai contoh jamaah Nahdlatul Wathan. Seperti halnya masih menggunakan upacara adat untuk kematian, yaitu tahlilan, talkin, dan juga kelahiran bayi dan khitanan. Tidak ada upaya yang ketat yang dilakukan oleh beliau Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid, dengan melakukan pemisahan antara budaya dengan agama. Namun pelan-pelan dominasi agama mulai terlihat seiring berjalannya pendidikan, salafisasi keagamaan, sinkretisme agama dan adat. Pola dakwah yang dilakukan oleh Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid terhadap jamaah Nahdlatul Wathan mengikuti pola dakwah wali Songo di pulau Jawa. Beliau mengembangkan tradisi Islam sufi yang sangat adaptif dan akomodatif dengan budaya lokal, menyisipkan prinsip dan nilai Islam dalam praktik lokal tersebut, beliau juga persuasif dalam dakwahnya, lembut, sopan santun, toleran dan tidak bertindak ekstrim.18

b. Tokoh Kunci

1. Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid menganggap Islam adalah Agama yang sangat kompleks, melekat, sekaligus merakyat bagi kelangsungan hidup manusia secara umum. Islam

17Baharuddin,Nahdatul Wathan dan Perubahan Sosial,Yogyakarta:GentaPresshlm.17

18SaipulHamdihlm25

Page 43: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

35

tidak memberikan ruang kekerasan bagi para pemeluknya, akan tetapi Islam memberikan sebuah ajaran perdamaian, keamanan, kenyamanan serta kebahagiaan bagi setiap manusia. Siapapun mereka dapat bersahabat dengan Islam, tanpa memandang apa agama yang dianutnya, asalkan tidak ada yang berniat merusak, mengganggu, serta mengusik Islam dari dalam.

Sebagai agama yang tidak terlepas dari dakwah, Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid mengerti dengan apa Islam harusnya disebarkan, terutama pada masyarakat Sasak. Bagaimana mensosialisasikan Islam, serta kebijakan apa saja yang harus dibuat dalam rangka memperkuat keutuhan serta ketahanan Islam di mata masyarakat Sasak. Berbekal keilmuan yang berasal dari Makkah. Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid secara bertahap melebur dengan berbagai kultur masyarakat Sasak, dengan melakukan berbagai langkah-langkah ataupun strategi sebagai modal atau mesin penggerak keislamannya.19

TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid merupakan Pendiri NWDI, NBDI, NW, serta seorang motivator umat untuk melek terhadap dunia literasi. Tercatat lebih dari 30-an karya ilmiah yang beliau tulis, baik menggunakan bahasa Arab, Indonesia, dan bahasa Sasak. Beliau TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid adalah figur sentral di organisasi NW. Tuan Guru Nahdlatul Wathan merupakan murid-murid Maulanassyaikh yang mutakharrij (alumni NWDI dan Madrasah NW) yang dikenal keilmuannya oleh masyarakat, dan terlihat kontribusinya terhadap literasi keilmuan dan keumatan. Tercatat ratusan Tuan Guru NW yang merupakan alumni Madrasah al-Shaulatiyah, Alumni Madrasah Darul Ulum Makkah, Alumni al-Azhar Kairo, Alumni Yaman yang berkiprah di dunia pendidikan, sosial dan dakwah cendekiawan. Mereka para Tuan Guru Nahdlatul Wathan merupakan para pemikir-pemikir progresif yang menyandang gelar akademik formal, kemudian banyak berkiprah terhadap keummatan dengan tidak melepaskan identitas ke-NW-annya.

19MunawirHusni.Nalar Islam Keindonesiaan (peta pembahasan keislaman). MultiPersero.Pancor2014hlm54

Page 44: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

36

BAB IIILITERASI ULAMA

AL JAMI’ATUL WASHLIYAH

1. Jaringan Karya Ulama Al-Washliyah

Jaringan keilmuan para ulama Al-Washliyah menyambung sampai kepada berbagai ulama Sunni yang berada di Timur Tengah, misalnya seperti Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Muḥammad Yasin Isa al-Fadani, Ḥasan Masysyaṭ, Sayyid Bakri Syatha, dan Aḥmad Zaini Daḥlan, bahkan sanad keilmuan itu bersambung sampai kepada pendiri Mazhab Syafi’iyah (Imam Syafi’i) dan mazhab Asy‘ariyah (AbuḤasan al-Asy‘ari), maka dapat dikatakan bahwa ulama-ulama Al-Washliyah adalah pewaris mazhab Sunni, dan mereka telah berperan aktif sebagai benteng Sunni di Nusantara. Beberapa ulama Al-Washliyah memiliki hubungan yang erat dengan para ulama Haramain seperti, Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan Abdul Qadir al-Mandili terutama dalam soal intelektual. “Kedua ulama ini memiliki hubungan intelektual dengan Sayyid Bakri Syaṭa dan Ahmad Zaini Dahlan”. Diantara beberapa ulama Al-Washliyah yang memiliki jaringan keulamaan dengan ulama Haramain tersebut adalah: Muhammad Yunus, Hasan Maksum, Dja’far Hasan, Kadhi Iljas dan Mahmud Ismail Lubis.1Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dikenal sebagai tokoh pembaharu paling awal pada abad-20, dengan membawa pemikiran serta ide dari Timur Tengah kebumi Nusantara. Dia

1 Ja’far,Biografi Intelektual Ulama-Ulama Al Washliyah (Medan:CentreforAlWashliyahStudies,2012),hlm.10.

Page 45: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

37

merupakan seorang imam besar Masjid al-Haram. Beliau juga tidak pernah pulang ke kampung halaman disebabkan, sistem adat warisnya yang tidak mau berubah, beliau juga menentang sistem tarekat yang berkembang saat itu. Pemikiran Ahmad Khatib ini banyak disebarluaskan oleh para muridnya seperti, Syekh Muhammad Jamil Djambek; Haji Abdul Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, KH. Ahmad Dahlan, Sulaiman ar-Rasuli dan KH Hasyim Asy’ari. Dua tokoh terakhir masih terbilang menganut sistem tradisi atau tidak sejalan dengan ajaran dari kelompok pembaharu termasuk dengan gurunya sendiri, dikarenakan dalam setiap memberikan materi, Ahmad Khatib menganjurkan untuk tetap menggali pengetahuan dari berbagai sumber.2

Hasan Maksum,3 Muhammad Arsyad Thalib Lubis,4 Nukman Sulaiman,5Lahmuddin Nasution,6 dan Ramli Abdul Wahid merupakan para ulama Al-Washliyah. Nama pertama bisa dikatakan sebagai Guru Besar, tidak hanya di Al-Washliyah tapi Sumatera Timur (Sumatera Utara dahulu). Dua nama berikutnya adalah ulama yang membesarkan Al-Washliyah lebih tepat dikatakan

2 Abd. Ghofur, “Kebangkitan Islam di Indonesia (Tela’ah TentangMunculnyaOrmas IslamAwalAbad 20M)”, dalam:Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama,vol.4,no.2tahun2012,hlm.120,danDeliarNoer,Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942(Jakarta:LP3ES,1996,hlm.11-13.

3 Nama lengkapnya Hasanuddin bin Muhammad Maksum bin AbuBakargelar ImamPadukaTuan, yangdikenal denganHasanMaksum,dilahirkanpada“hariSabtu,17Muharram1301H/1882M,M.Rozali,TradisiKeulamaan al-Jam’iyatulWashliyahSumateraUtara (Disertasi)UINSumateraUtara2016,hlm.120.

4 MuhammadArsyadThalibLubis, lahirpadabulanOktober1908ataubertepatanRamadhan1326H.diStabat,KabupatenLangkatSumateraUtaradaripasanganLebaiThalibbinIbrahimLubisdenganMarkoyomNasution,Ibid.,hlm.126.

5 NukmanSulaimandilahirkandandibesarkandaripasanganAbdulAzisbinSulaimandanMaimunahbintiMohammadArifdiPerbaunganpadatanggal17April1917,Ibid.,hlm.133.

6 LahmudinNasutionlahirdandibesarkandaripasanganRukunNasutiondanAsniahHasibuanbinIbrahim,diHajoranManinggirpadatahun1947,Ibid.,hlm.136.

Page 46: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

38

memiliki hubungan antara guru dan murid. Nama keempat merupakan pendatang baru di Al-Washliyah, namun kehadirannya mendapatkan tempat di hati umat dan patut untuk diperhitungkan sebagai ulama Al-Washliyah. Sedangkan nama terakhir merupakan seorang ulama yang hingga kini ide dan gagasannya masih eksis dalam dunia pendidikan, pemikiran, dakwah dan jurnalistik di lingkungan Al-Washliyah Sumatera Utara.

Al-Washliyah juga menjalin hubungan kerja sama dengan pusat pendidikan dan keulamaan baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai bentuk usaha sekaligus upaya yang dilakukan dalam mengembangkan dunia pendidikan dan tetap menjaga tradisi keulamaannya. Hal ini ditandai dengan kunjungan yang dilakukan oleh Syekh Akbar, beliau merupakan Rektor Universitas al-Azhar Mesir, lalu kunjungan Mahmud Syaltut pada tahun 1960, dan Muhammad al-Fahham pada tahun 1971. Kunjungan-kunjungan ini telah memberikan semangat yang besar bagi Al-Washliyah, karena beberapa lembaga pendidikan di Al-Washliyah memiliki sejumlah kesamaan terutama pada kurikulum yang dimiliki oleh Universitas al-Azhar. Kurikulum ini tentu tidak dimiliki oleh madrasah-madrasah lain di Sumatera Utara. Sehingga dari perbedaan ini, para pelajar akan terbiasa atau mahir dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu agama Islam yang bersumber dari kitab kuning, beberapa pelajaran padamadrasah ini jugamemiliki kesamaan dengan apayang dipelajari pada Universitas al-Azhar.7

7 Al-AzharsebagaiuniversitastertuakeduasetelahUniversitial-QarawiyindikotaFezMarokotidakluputdarikepentinganpenguasanegeritersebut,sejarah mencatat al-Azhartelahbanyak mengalami masa tarik-menarikolehkalanganyangmemilikikepentingan.SejakdidirikannyapadamasaDinasti Fatimiyah, hingga kemudian berubah pada Dinasti Ayubiyah(1171 M) yang berpaham Sunni. Al-Azhar sempat diistirahatkansementara waktu sambil dibentuk lembaga pendidikan alternatifguna mengikis pengaruh Syiah. Pada saat itu pula mulai dimasukkanperubahanorientasibesar-besarandarimazhabSyiahkemazhabSunniyangberlakuhinggasekarangmeski tidakdipungkiripahamsyiahdarisudutakademismasihtetapdipelajari.SampaisaatinipemerintahMesirmempunyaikepentinganyangcukupbesarterhadapkeberadaanal-Azhar.AbuddinNata,SejarahPendidikanIslam(Jakarta:RajaGrafindoPersada,2004), hlm. 89, Hanun Asrahah,Sejarah Pendidikan Islam (Ciputat:

Page 47: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

39

Beberapa perguruan tinggi yang sering menjadi tujuan pelajar dari Al-Washliyah di Timur Tengah antara lain berupa: (1) Universitas al-Azhar Mesir, (2) Islamic Call University Libya, (3) Universitas Umm al-Qura Makkah, (4) Universitas Islam Madinah, (5) Universitas Malik Su’ud Riyadh, (6) Universitas Internasional Afrika Khartoum, (7) Universitas Islam Oum Durman Sudan, (8) Universitas Abu Nor Kaftaru Syria, (9) Universitas Saba Yaman.8Pelajar yang pertama kali diberangkatkan oleh Al-Washliyah untuk belajar ke Timur Tengah adalah seorang Ismail Banda (1910-1951).9Selanjutnya diikuti oleh nama-nama ulama besar dari organisasi Al-Washliyah, seperti: Adnan Lubis (1910-1966), Husin Abdul Karim, Abdul Majid Siraj, Hamdan Abbas (1920-2002), Jalaluddin Abdul Muthalib (1941-2011), Muslim Nasution (1953-2012), Abdul Muin Isma Nasution, Muhammad Ridwan Ibrahim Lubis, Hasbalah Thaib, Usman Sarawi, Zulfikar Hajar, Muhammad Nasir, dan masih banyak lagi nama-nama lainnya, yang tidak dapat disebutkan. Banyak di antara mereka yang berhasil pada bidang pendidikannya, sehingga ketika mereka kembali ke tanah air, mereka menjadi penyambung tradisi keulamaan Al-Washliyah.

Ismail Banda merupakan salah satu ulama yang memiliki jaringan keilmuan yang cukup luar biasa. Beliau mendirikan Al-Washliyah Makkah tepat pada tahun 1934, namun pada tahun 1936 beliau harus melanjutkan pendidikannya ke Mesir, sehingga jabatan ketua Al- Washliyah Makkah dipegang oleh Husin Abdul

LogosWacanaIlmu,1999),hlm.61,danRamliAbdulWahid,“KualitasPendidikan Islam di Indonesia dan Kontribusi Al Washliyah”, dalamJa’far(ed.),AlJam’iyatulWashliyah;PotretHistori,EdukasidanFilosofi(Medan:PerdanaPublishing,2011),hlm.97.

8 M. Rozali, Pelaksanaan Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di Madrasah Aliyah Swasta Al Washliyah Jalan Ismailiyah Medan (Tesis: Program Pascasarjana Institut Agama Islam NegeriSumateraUtaraMedan,2013),hlm.4.

9 Martin van Bruisenen,Kitab Kuning (Yogyakarta:Gading Publishing,2014)hlm.109,181-182,danSulaiman,Peringatan: Al Djamijatul,hlm.53.

Page 48: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

40

Karim dan dibantu oleh pelajar-pelajar agama Islam yang berasal dari Medan. Perlu diingat untuk saat ini, Makkah tidak lagi menjadi tempat utama di mana orang-orang Indonesia mencari ilmu agama yang lebih tinggi dan kebiasaan mereka hanya tinggal sebentar di Makkah, dibandingkan dengan orang Indonesia dahulu yang datang ke Makkah. Meskipun tidak didukung dengan data statistik, al-Azhar masih menjadi yang lebih utama. Hal ini disebabkan selembar ijazah yang dianugerahkan oleh para guru-guru terkenal dengan pusat-pusat studi Islam luar negeri yang masih lebih prestisius. Ismail Banda menyelesaikan studinya di Mesir, serta aktif dalam mendirikan Panitia Kemerdekaan dan beberapa usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Mesir. Pengakuan Mesir secara De Jure bagi kemerdekaan Indonesia turut melibatkan dirinya. Yang menyebabkan beliau menduduki jabatan sebagai perwakilan Indonesia di luar negeri.

Ismail Banda merupakan seorang pelajar Indonesia yang belajar di Mesir, dia juga sempat mendirikan Jam’iyatul Wasliyah cabang Makkah, setelah beberapa tahun dia pindah ke Mesir. Dia juga mendirikan Al-Washliyah di Mesir, dan termasuk kedalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dia termasuk orang yang ikut berkomunikasi dengan Hasan Albana untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu Hasan Albana seorang pemimpin partai besar Ikhwanul Muslimin di Mesir. Terkait sanad keilmuannya disebutkan di dalam bukunya Ja’far, bahwasanya ulama-ulama Al-Washliyah memiliki ketersambungan sanad keilmuan sampai kepada imam Syafi’i melalui Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, bahkan kata dia jaringan keilmuan mereka bahkan menyambung sampai kepada pendiri Madzhab Imam Syaf ’i dan juga sampai ke pendiri Madzhab Asyariyah yaitu yaitu Abu Hasan Asyari.10

10WawancaradenganpemateriII.

Page 49: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

41

2. Produksi Karya Ulama Al-Washliyah

Awal berdirinya Al-Washliyah menjadi sebuah organisasi yang masih terlalu muda, maka perlu mencari relasi pengembang agar diakui keberadaannya dan memiliki satu metode baik pendidikan dakwah ekonomi dan sebagainya, karena Al-Washliyah merupakan organisasi masyarakat yang bergerak dalam kegiatan keagamaan. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya beberapa madrasah pada waktu itu yang tersebar di Medan maupun di luar Medan. Organisasi ini juga bergerak di bidang sosial dengan mendirikan panti asuhan, salah satunya bahkan berada di Jawa Barat. Selain itu, Al-Washliyah juga mendirikan masjid dan sebagainya. Al-Washliyah juga berusaha untuk membuat Bank Pembangunan Rakyat (BPR) Al-Washliyah. Namun pada awal berdirinya, banyak tokoh-tokoh Al-Washliyah yang terjun ke dunia politik seperti ustadz Hamzah. Mereka secara personal tergabung dalam Partai Masyumi.

Dilihat dari sisi historis, ulama Al-Washliyah menempati posisi penting di tengah-tengah kehidupan masyarakat Sumatera Utara. Hal ini di karenakan ulama tidak hanya memiliki otoritas di bidang keagamaan saja, melainkan memiliki kecakapan juga pada bidang pendidikan, sosial, politik serta ekonomi. Adanya lembaga pendidikan yang terdiri dari formal maupun informal merupakan bentuk sumbangan dari para ulama seperti, madrasah, masjid, dan pesantren. Melalui lembaga-lembaga pendidikan yang telah didirikan dan berbagai kitab yang dihasilkan, ulama bertindak sebagai penerjemah setiap butir doktrin ajaran Islam yang otoritatif, serta sebagai proses transmisi nilai-nilai keagamaan pada jalur pendidikan.11

Aktivitas yang dilakukan oleh ulama Al-Washliyah dilakukan secara terorganisir. Ulama yang satu dengan ulama lainnya memiliki metode yang berbeda. Meskipun demikian, para ulama tetap berada di bawah payung yang satu, yaitu organisasi Al-Washliyah. Kondisi

11Rozali,Tradisi.,hlm.196.

Page 50: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

42

ini terus mewarnai kehidupan masyarakat, dan hal ini pula yang menyebabkan organisasi Al-Washliyah dapat bertahan di usia yang hampir satu abad. Usaha untuk memperbaiki setiap kehidupan masyarakat di Sumatera Utara tidak pernah berhenti dilakukan, para ulama berusaha memberikan sumbangan berupa ide yang berkaitan pada bidang politik dan ekonomi. Mereka mengajarkan bahwa tujuan berpolitik bukan untuk mencari kedudukan dan popularitas, melainkan murni untuk memperbaiki kehidupan sosial masyarakat bangsa Indonesia. Hal ini tentunya sangat jauh berbeda dengan kondisi saat ini, dimana pimpinan Al-Washliyah tidak lagi di dominasi oleh kalangan ulama yang senantiasa memikirkan kepentingan masyarakat daripada kehidupan pribadi.12

Pendidikan Al-Washliyah bercirikan tradisional dan moderat. Mereka belajar ketempat-tempat yang sudah memakai sistem pendidikan modern. Selain itu juga membahas kitab kuning, karena jaringan yang dibangun Al-Washliyah dengan Timur Tengah, maka kurikulum Madrasah Al-Washliyah lebih mirip dengan kurikulum al-Azhar. Al-Washliyah sangat menjaga keilmuannya dan pelajarannya yang sesuai dengan standar al-Azhar. Mereka mewajibkan para murid untuk menghafal al-Qur’an, bahkan ada yang menghafal Alfiah Imam Malik.

Organisasi Al-Washliyah merupakan sebuah wadah pembaharu pendidikan Islam, yang di dalamnya memiliki komitmen tinggi dalam pengembangan kualitas pendidikan Indonesia. Terutama dalam menghasilkan para ulama yang berkualitas, dalam sebuah lembaga pendidikan, Al-Washliyah memiliki madrasah yang khusus mendidik calon ulama Al-Washliyah masa depan. Madrasah al-Qismul Ali dan Madrasah Aliyah Muallimin.13Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Al-Washliyah mempunyai cara dalam melahirkan ulama, termasuk pada metode pendidikannya. Metode

12 Ibid.,hlm.258.

13Dja’far Siddik dan Rosnita, “Gerakan Pendidikan al-Washliyah diSumatera Utara” Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Volume 17 No 2Desember2013,hlm.72.

Page 51: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

43

memiliki peranan penting dalam membentuk pola tersendiri bagi ulama selanjutnya, setiap metode pendidikan akan mengalami perubahan menyesuaikan dengan kondisi sosial.

Menurut Hafiz Yazid, pendidikan keulamaan di Al-Washliyah didominasi dengan menggunakan metodenya masing-masing. Para ulama Al-Washliyah tentunya memiliki perbedaan dalam berbagai metode pengajaran. Metode yang didapatkan semasa belajar dengan gurunya direfleksikan kembali kepada para murid yang akan ia ajarkan. Seperti halnya: Muhammad Arsyad Thalib Lubis yang memberikan perbedaan pada penyampaian materi kuliah, pada beberapa perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara. Beliau banyak menggunakan berbagai kitab klasik, yang menjadi sebuah refrensi ataupun rujukan dalam mengajar. Membuat dirinya tampil berbeda dalam menyampaikan setiap isi dari materi kuliah. Di samping menggunakan kitab klasik yang dikarang oleh ulama-ulama mazhab Syafi‘i, beliau juga menerapkan isi, ataupun kandungan dari buku tersebut, beliau langsung mempraktikkannya pada kehidupan, sebelum diajarkan pada murid atau mahasiswanya.

Adapun beberapa metode pengajaran yang digunakan pada setiap kegiatan belajar-mengajar oleh para ulama Al-Washliyah, berupa: ceramah, tugas, tanyajawab, demonstrasi, hafalan, dan diskusi. Metode ceramah merupakan metode pengajaran paling lama, walaupun demikian metode ini masih sering digunakan. Metode ceramah tentunya dapat digunakan di mana saja, serta dapat diikuti oleh para peserta didik yang jumlahnya banyak. Metode pendidikan keulamaan yang dilakukan oleh para ulama Al-Washliyah lebih mirip dengan metode pendidikan yang dilakukan oleh berbagai pesantren salaf yang ada di Indonesia. Beberapa metode tentunya telah diadopsi dari Timur Tengah, namun seiring perubahan zaman, lambat-laun metode ini pun mengalami perkembangan. Maka yang terjadi sebagian ulama Al-Washliyah juga berlomba-lomba dalam mengembangkan metode pendidikan tersebut. Metode-metode itu tentunya belum mewakili dari keseluruhan metode pembelajaran yang ada, dan pernah

Page 52: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

44

dialami oleh ulama Al-Washliyah ketika menggunakannya pada pendidikan di luar negeri.14

Dalam bidang dakwah, Al-Washliyah merupakan salah satu organisasi masyarakat yang dapat mengembangkan dakwahnya di Sumatera, sehingga pada tahun 1937, MIAI menunjuk Al-Washliyah sebagai anggota kehormatan untuk mengembangkan dakwah di Sumatera. Pentingnya posisi dakwah di tubuh Al-Washliyah, menyebabkan dakwah harus dirumuskan dengan benar pula agar dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. Dakwah dapat diartikan sebagai usaha untuk mengajak manusia kearah memahami serta mengamalkan berbagai pokok dan nilai-nilai ajaran Islam dalam segala aspek. Latar belakang didirikannyaorganisasi Al-Washliyah di Sumatera Utara untuk mengisi berbagai kekosongan pada dunia pendidikan Islam, serta sekaligus menyebarkan agama Islam di Sumatera Utara. Al-Washliyah telah berdakwah jauh sebelum bangsa Indonesia meraih kemerdekaan, hingga saat ini masih tetap menjadi bagian dalam program-program yang bertujuan untuk memberikan pencerahan dan menambah ilmu pengetahuan agar masyarakat mampu membuka mata terhadap tujuan yang sesuai dengan berlandaskan agama Islam.15

Pengajaran yang diterapkan Al-Washliyah yaitu menggunakan kitab kuning. Namun sedikit diantara madrasah yang menggunakan kitab kuning baik pada tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah, maupun Aliyah, Muallimin, al-Qismul ‘Ali. Hal itu disebabkan karena kurangnya minat atau kemampuan para ulama dalam mempertahankan pendidikan dan pengajaran kitab kuning yang harusnya ada dalam pendidikan formal di madrasah-madrasah Al-Washliyah. Ditambah lagi dengan minimnya kualitas keilmuan dalam pengkajian keislaman. Maka dari kesemuanya itu

14Rozali,Tradisi.,hlm.95-97.

15SyamsuddinAliNasution,Al Jam’iyatul Washliyah dan Perannya dalam Dakwah Islamiyah di Indonesia (Malaysia: Universitas Malaya KualaLumpur,2001),hlm.235.

Page 53: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

45

lahirlah ide untuk melakukan pelestarian terhadap pengajaran kitab kuning pada jenjang di luar pendidikan formal. Berkaca dari tradisi keulamaan yang ada di Timur Tengah, maupun di Indonesia, beberapa dari ulama Al-Washliyah mengadakan talaqqi di rumah-rumah mereka. Pada awalnya pengajian ini terkesan sangat tradisional dengan sistem pengajaran serupa dengan pesantren-pesantren di Jawa pada umumnya. Metode seperti ini lalu mengalami perkembangan dengan adanya berbagai diskusi-diskusi yang bertujuan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang sedang berkembang. Munculnya ide dari sebagian ulama Al-Washliyah dalam mengadakan kajian terhadap kitab kuning secara rutin merupakan usaha untuk menjaga tradisi keulamaan.

Pengajian ini berawal dari sebuah pengajian kitab kuning yang didasarkan untuk mengumpulkan beberapa ulama Al-Washliyah Sumatera Utara. Pengajian ini berusaha untuk merekrut para alumni-alumni Madrasah Al-Washliyah yang pernah belajar di Timur Tengah. Selain sebagai wadah silaturahmi pengajian ini juga diharapkan mampu menjadi wadah untuk mempersatukan para pemikir, cendikiawan, intelektual ataupun para ulama Al-Washliyah di Sumatera Utara. Namun pengajian ini sempat terhenti diakibatkan beberapa dari para ulama melanjutkan pendidikan ke Jakarta. Pada akhirnya pengajian ini vakum sampai beliau Lahmuddin Nasution kembalike Medan pada tahun 1998, dimana ia telah menyelesaikan studinya. Pengajian kembali dibuka di Masjid Universitas Al-Washliyah Medan. Namun karena berbagai macam hal diantara para penggagas pengajian itu sudah banyak yang berhalangan hadir dikarenakan sakit dan meninggal dunia seperti Usman Sarawi, dan Ustaz Jalaluddin yang sesekali hadir, akhirnya pengajian ini dilanjutkan oleh penerusnya seperti: Khaidir Abdul Wahab, Hafiz Yazid, Sarbaini Tanjung dan Muhammad Nasir.16

Kontribusi ulama Al-Washliyah terhadap dunia pendidikan, tentunya berbeda-beda dari setiap masa. Pada masa awal

16 Ibid.,hlm.98-99.

Page 54: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

46

keberadaan Al-Washliyah, terlihat nuansa keulamaan yang sangat kental, disebabkan metode pendidikan yang lebih banyak dipengaruhi oleh nuansa Timur Tengah, yang menonjolkan metode hafalan dan menggunakan bahasa Arab. Namun akhir-akhir ini kesemuanya mulai terasa longgar disebabkan kurikulum pendidikan sudah disesuaikan dengan kurikulum Kementerian Agama Republik Indonesia. Dengan kelonggaran yang terjadi mengakibatkan kontribusi lain berubah bagi kelanjutan tradisi keulamaan di al-Jam’iyatul Washliyah.17

Pentingnya dakwah bagi organisasi membuatnya harus dirumuskan dengan benar agar dapat terlaksana dengan baik dan tepat pada sasaran. Apabila dikatakan berdakwah maka itu berarti menyeru, mengajak atau memanggil. Sudah sepatutnya jika disebut kalimat dakwah maka yang dimaksud adalah dakwah Islamiyah. Dengan demikian dakwah dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan yang mengajak dan menyerukan kepada manusia memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam segala aspek baik itu kehidupan individu maupun kehidupan dalam sosial masyarakat, yang kesemuanya sesuai dengan pengertian tujuan agama Islam.18

Jaringan Ulama Al-Washliyah Asia Tenggara ketikaHamka menjadi Ketua MajelisUlama Indonesia, Sabah dan Serawakmeminta dikirimkan ulama-ulama dari Indonesia untuk mengajar di Sabah dan Serawak. Ketika Hamka melihat penduduk Malaysia sangat mirip dengan penduduk Indonesia, Hamka merasakan bahwa orang-orang Muhammadiyah kurang tepat jika berdakwah di Malaysia, Hamka merasa yang paling tepat yaitu ulama Al-Washliyah, jika dilihat dari kultur masyarakat Malaysia, sehingga dikirimlah 15 orang untuk mengajar dan berdakwah di Malaysia. Setelah itu dikirim lagi 40 orang untuk mengajar dan berdakwah di Malaysia hingga terputuslah hubungan dan sampai

17AhmadHamimAzizy,Al Jam’iyatul Washliyah dalam Kancah Politik Indonesia (BandaAceh:Pena,2006),hlm.117.

18Syamsuddin,al-Jam’iyatul.,hlm.235

Page 55: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

47

sekarang yang dikirim itu sudah menjadi hakim, pejabat di Malaysia. Jaringan timur tengah, Al-Washliyah bekerjasama dengan al-Azhar yang ditandai dengan kedatangan Syaikh Mahmud Syaltud dan Muhammad Fahm ke UNIVA. Artinya rektor al-Azhar langsung yang datang ke UNIVA, Muallimin melihat kurikulum-kurikulum itu dan mendapat pengakuan dari kampus yang termasuk sebagai Universitas tertua di Mesir dan dia selalu menjadi lembaga yang memberikan izin jika ada al-Qur’an yang keluar dari Makkah.19

Al-Washliyah didirikan pada tahun 1930, Sebelum organisasi ini didirikan, banyak ulama yang terlibat di Kerajaan Deli, yang paling terkenal adalah Syaikh Hasan Mahsum yang menjabat sebagai Imam Paduka Tuan, setingkat Mufti. Kerajaan Deli saat itu memiliki tiga jabatan keagamaan, pertama Imam Paduka Tuan, kedua Mufti, ketiga Qadi. Sebelum terkenal di medan, dia juga sudah terkenal di Makkah sebagai guru besardia belajar dari beberapa gurunya yang berjumlah 12-13 orang guru, tetapi yang paling terkenal adalah Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, ulama besar di Makkah. Usaha yang dilakukan oleh Ismail Banda dalam membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah ketika dia belajar di Mesir, bersama mahasiswalainnya mereka membentuk Panitia Kemerdekaan Indonesia. Mereka melakukan pendekatan terhadap pemerintah Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Ismail Banda turutberperan sebagai diplomat dibeberapa negara.

Al-Washliyah senantiasa mencari cara yang terbaik untuk melancarkan setiap program-program dakwahnya yang sebelumnya telah disepakati. Selain itu Al-Washliyah juga mencari jalan melakukan pendekatan dengan tahapan untuk memastikan bahwa masyarakat Muslim benar-benar memahami isi ajaran syariat Islam. Berdasarkan catatan sejarah, organisasi ini pada awalnya tidak langsung membentuk sebuah lembaga dakwah. Hal tersebut baru dapat direalisasikan pada bulan Juli tahun 1934, yang menyebabkan lembaga dakwah baru bisa dibentuk setelah

19WawancaradenganpemateriII.

Page 56: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

48

terbentuknya pengurus-pengurus yang tersebar di beberapa daerah Sumatera Utara. Walaupun belum terbentuk lembaga dakwah, bukan berarti Al-Washliyah mengabaikan usaha-usaha untuk mengembangkan dakwah. Melainkan sebelumnya Al-Washliyah, sudah terlebih dahulu bergerak pada bidang dakwah.

Sebenarnya semangat dakwah untuk mengajak masyarakat melakukan kebaikan telah tertanam dalam jiwa pemimpin Al-Washliyah. Aktivitas Islamisasi di Sumatera Timur sebelumnya dipimpin oleh guru kitab yang begitu mahir dengan Injil (Bibel) yaitu, Abdul Qadir dan pimpinan Al-Washliyah Muhammad Arsyad Thalib Lubis, adalah pejuang yang gigih menghadapi kristenisasi dan menegakkan hukum Islam dalam segala lapangan. Salah satu tugas dakwah Al-Washliyah adalah menyampaikan dakwah kepada mereka yang belum memeluk agama Islam.20

Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) memilih Al-Washliyah sebagai ketua eksekutif, yang dipimpin oleh Abdurrahman Syihab lalu mendapatkan wewenang untuk membentuk pusat dakwah Islam di Indonesia. Hal ini tentunya bertujuan untuk memperluas dan memperkuat penyiaran Islam di Indonesia. Tujuan didirikan pusat dakwah Islam tidak terlepas untuk mengimbangi aktivitas dari para misionaris di Indonesia khususnya Sumatera Utara (Pekabaran Injil/ Zending). Pekabaran Injil sebenarnya sudah masuk ke Indonesia pada masa Portugis menduduki Maluku dan ditandai dengan menetapnya para misionaris Roma di Ternate pada tahun 1522 sampai kedatangan Fransiscus Xaverius di Ambon tahun 1546, ia telah berhasil membaptis ribuan penduduk lokal. Disaat Zending sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah Indonesia, akan tetapi Tanah Batak berbeda, suku Batak masih tetap dengan kehidupan sosial yang dianut secara turun-temurun dari nenek moyang, dengan pola kehidupan primitif yang hidup dalam permusuhan, perbudakan, peperangan antar kampung, perjudian dan strata sosial. Keadaan ini memaksa Burton dan Ward untuk menarik langkah mereka lebih jauh menjajaki Tanah

20Rozali,Tradisi.,hlm.182-183.

Page 57: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

49

Batak saat berkunjung pada tahun 1824. Burton dan Ward, adalah utusan Lembaga Penginjilan yang berasal dari Inggris dan tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah Batak.21

Beberapa diantara metode yang dilakukan dalam dakwah ulama Al-Washliyah memilihnya dengan jalan dakwah dengan lisan. Berceramah pada derajat yang berbeda merupakan unsur yang sangat sentral dalam menunjukkan berbagai kegiatan yang telah berkembang pada tradisi Keislaman di Indonesia. Beberapa kegiatan tersebut dilakukan melalui acara tablig akbar (ceramah yang disampaikan kepada para hadirin dengan jumlah yang besar, dan biasanya dilakukan di atas panggung), pengajian, malam tausiyah (malam yang digunakan untuk memberikan nasihat), serta malam muzakarah. Jika dilihat dari metode yang dilakukan oleh para dai-dai yang ada di Sumatera Utara secara umum akan jelas terlihat metode yang digunakan tidak jauh berbeda dengan metode yang dipakai oleh ulama Al-Washliyah.

Ceramah merupakan metode dakwah yang dianggap lebih cepat sampainya kepada seseorang, berpindah dari pendakwah kepada mereka sasaran dakwah. Ceramah merupakan salah satu media lisan yang terbaik disebabkan langsung masuk di tengah-tengah masyarakat. Pada dasarnya ceramah yang dilakukan oleh ulama Al-Washliyah, dapat dibagikan menjadi dua kategori, yaitu: formal dan informal. Kategori formal yang dimaksud yaitu, bahwa ceramah diselenggarakan oleh organisasi atau tokoh-tokoh yang berceramah langsung mengtasnamakan organisasi. Sedangkan bentuk informalnya adalah, ceramah yang dilakukan oleh pengurus dan tokoh-tokoh Al-Washliyah secara pribadi dan tidak membawa embel-embel organisasi. Sudah menjadi sebuah tradisi pada lingkungan Al-Washliyah, bahwa ceramah formal dilakukan pada kesempatan tertentu baik pada peringatan hari besar Islam maupun hari besar Nasional. Bentuk ceramah seperti itu akan

21H.Berkhof dan I.H.Enklaar,Sejarah Gereja (Jakarta:BPKGunungMulia, 2010), hlm. 235, dan Patar M. Pasaribu, Dr. Ingwer LudwigNommensen, Apostel di Tanah Batak (Medan: Universitas HKBPNomensen,2007),hlm.80.

Page 58: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

50

terus dilakukan, bahkan sampai sekarang ini, dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubaha besar, baik dari penyampaian materi maupun susunan kegiatan acara.22

Dakwah yang dilakukan oleh para ulama Al-Washliyah mengalami bentuk kemajuan, sehingga dakwah-dakwah itu dapat diterima di tengah masyarakat. Jika dilihat, keberhasilan tersebut dapat diraih akibat dari keikhlasan, kegigihan, kesabaran, serta kemampuan para ulama Al-Washliyah dalam mengukur dan menilai tingkat dari pemahaman masyarakat Sumatera Utara. Ulama Al-Washliyah yang bergerak pada bidang dakwah benar-benar membekali diri dengan berbagai informasi dasar yang kesemuanya tentu berkaitan dengan masyarakat luas, dan cara mereka menyampaikan ajaran Islam dan metode yang mereka gunakan dalam berdakwah menyebabkannya tepat sasaran.23

Namun, jika dilihat pada masa kini meskipun zaman terus berkembang, informasi mudah diakses, tetapi metode yang digunakan para ulama Al-Washliyah dalam mengembangkan dakwahnya tidak pernah jauh berbeda dengan pola yang lama, dalam artian pola-pola itu belum berkembang sesuai dengan masa yang terus berkembang. Pola dakwah yang masih bertahan dalam bentuk retorika dan di atas mimbar dirasakan akan terlihat monoton dan tentun terlihat akan tidak memadai. Banyak masyarakat yang belakangan ini tidak tersentuh oleh dakwah yang dilakukan oleh para ulama, sehingga mereka tidak memiliki pondasi pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang ajaran agama Islam. Hal ini disebabkan manajemen dakwah Al-Washliyah belum tertata secara baik, sehingga Al-Washliyah belum dapat mengkoordinir para da’i nya yang tersebar di diberbagai daerah. Selain itu pula materi yang biasanya digunakan untuk berdakwah tidak terlihat banyak mengalami perubahan.24

22 Ibid.,hlm.192-193.

23 Ibid.,hlm.188.

24 Ibid.,hlm.191.

Page 59: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

51

Pada masa kolonialisme Jepang, Muhammad Arsyad Thalib Lubis lebih memilih menjadi seorang petani ketimbang bekerjasama dengan mereka para penjajah. Dengan keberanian yang sangat luar biasa sebagai seorang pejuang 1945, dia menulis buku Tuntunan Perang Sabil, buku tersebut ditulis dengan maksud untuk membangkitkan semangat para pemuda Islam untuk melawan kolonial. Semangat pantang menyerah dan tidak mengenal kompromi terhadap penjajah, menyebabkan beliau dimasukkan ke dalam tahanan Sukamulia Medan tepatnya di tahun 1948 oleh pemerintahan Belanda. Pasca kemerdekaan Indonesia, beliau berjuang bersama seluruh anggota Al-Washliyah melalui Partai Masyumi. Lalu, pada tahun 1953 seluruh organisasi Islam tergabung dengan Masyumi, yang di dalamnya juga Al-Washliyah ikut terlibat. Pada akhirnya hal itu yang membuat, beliau Muhammad Arsyad Thalib Lubis menjadi anggota DPR hasil pada pemilu tahun 1955.25

Al-Washliyah merupakan organisasi masyarakat Islam yang terbesar di Sumatera Utara yang lahir pada pertengahan awal abad 20 yang secara umum didirikan oleh guru agama Islam, murid dari para ulama besar Medan. Kehadiran ormasi ini sangat berpengaruh dalam mengembangkan dakwah Islam, baik secara lembaga pendidikan, sosial dan politik di daerah tersebut. Salah satu sumbangan terbesarnya adalah warisan intelektual keagamaan yang berupa karya tulis hasil dialektika pemikiran para ulamanya dalam merespon dinamika yang berkembang di masyarakat. Namun, karena makalah ini dibatasi dengan periode Orde Baru (Orba) sampai Reformasi, maka karya tulis yang ditampilkan dan diperkenalkan adalah sejumlah karya yang lahir diterbitkan sejak tahun 1966 saat orba pertama sekali disematkan.

25 Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah, Debat Islam, h. 29-30,HakimuddinLubis,Bulan Sabit Berbintang Lima dalam Kenangan Hidup H.Djalaluddin Lubis(Medan:t.p.,1980),hlm.35,danM.Dzulfikriddin,Mohammad Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia: Peran dan Jasa Mohammad Natsir dalam Dua Orde di Indonesia (Bandung: Mizan,2010),hlm.105-106.

Page 60: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

52

Sangat sulit untuk mengidentifikasi karya-karya ulama dengan batasan masa dan periode di atas, mengingat beberapa alasan: a) karya tulis yang dihasilkan pada periode tersebut merupakan karya tulis para ulama pendiri ormas yang hidup pada periode Orde Lama dan Orde Baru. b) karya tulis pada periode ini secara umum tidak mengikuti gaya penulisan buku periode sebelumnya yang biasanya menyebutkan kapan karya tersebut diselesaikan. c) sebagian besar karya tersebut tidak dicetak ulang. Langkah yang harus dilakukan adalah berkunjung ke kediaman ahli waris yang kemungkinan besar masih menyimpan karya-karya tersebut.

Beberapa karya yang ditulis oleh ulama Al-Washliyah seperti karya Syaikh Hasan Mahsum sebelum pulang pada tahun 1334 H, tahun ketika Syaikh Ahmad Khatib meninggal, dia sudah mengarang 3 kitab, yang pertama itu karyanya 18, yang di temukan sekitar 16 kitab, yang ada di Malaysia merupakan kumpulan fatwanya, khazanah Fathaniyah. Tersisa sekitar 16 kitab yang masih bisa dinikmati sampai sekarang di Pusat Studi Naskah Ulama Nusantara. Tiga yang dia tulis di Makkah, yaitu al-Kutufa Atsaniyah Liman Iba’dim Mafiar Khawaid al-Anbiyah. Buku ini berbahasa Arab-Melayu (Jawi). Kitab ini ditulis sebagai bantahan dari karya teman Syaikh Abdul Karim Amarullah, terkait polemik Talafus Binniyah, temannya Syaikh Abdul Karim Amarullah mempunyai guru, yaitu Syaikh Ahmad Khatib yang sudah menulis buku al-Khitha’ al-mardiyah tentang masalah Usholli. Akan tetapi karya dari Syaikh Ahmad Khatib malah dikritik oleh Syaik Abdul Karim Amrullah, sedangkan karya teman dari Syaikh Abdul Karim Amrullah juga dikritik oleh Syaikh Hasan Mahsum. Kitab al-Khitha al-Mardiyah merupakan karya yang sangat terkenal, Samir Sidyam yang merupakan buku fiqh dengan bahasa Melayu, Tazakkir al-Muridin Suluh Tariqah Muhtadin membahas tentang tasawuf. Dia merupakan seorang pengikut al-Ghazali. Kemudian ada Sarimumayyis Anthalau al-Kalam al-Aziz, buku ini merupakan kritikan Syaikh Hasan Mahsum terhadap karya temannya yang berasal dari Asahan.

Page 61: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

53

Di antara karya Syaikh Hasan Mahsum yang paling fenomenal adalah Tangkihudzunun. Buku ini merupakan dialog Syaikh Hasan Mahsum dengan orang Mandailing di sekitar Kerajaan Deli yang belajar kepada seorang ulama yang bernama Syaikh Muhammad al-Khayya, seorang tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi penasehat di Sumatera Timur, di Sei Rampah. Permasalahan ini sampai terdengar sampai ke Kerajaan Deli, sehingga raja memberi perintah Syaikh Hasan Mahsum yang merupakan seorang Paduka Tuan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Natija Abadiyah berisi tentang ilmu falaq, al-Maqala Annafiah tentang qabliyah jum’at, Tardzib al-Mustaqim, berisi tentang jumlah anggota sholat jum’at yang tidak kurang dari 40 jama’ah, dan Is’af al-Muridin. Walaupun Syaikh Hasan Mahsum tidak terkenal dikalangan tokoh tarekat, tetapi dia juga bertarekat, yaitu Khalwatiyah. Gurunya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dari gurunya sampai keatas, tentang Tarekat Naqhsabandiyah.

Syaikh Hasan Mahsum tidak terkenal sebagai ahli tarekat, tetapi dalam karyanya mengungkapkan polemik-polemik terkait Tarekat Naqsabandiyah mengenai masalah Rabithah. Kemudian Iktihaf al-Ikwan masalah tuntunan doa dan khutbah jum’at, Hidayah al-Ikhwan, al-Bayan,tentang ketauhidan, Fathul Wadud terkait niat sholat. Ada sekitar lima belas, dan yang tiga lagi masih belum ditemukan sampai sekarang. Periode pertama karya dari Syaikh Hasan Mahsum, Muhammad Yunus, Syaikh Khatib Ilyas masih tidak di temukan karyanya, Periode kedua, banyak sekali karya dari Syaikh Muhammad Arsad Thariq Lubis, tetapi karya Syaikh Muhammad Arsad Thariq Lubis dibagi menjadi tiga, yaitu karya yang berbentuk Diktat, karya yang di tulis untuk berdakwah ke non-Muslim Karo.

Syaikh Muhammad Arsad Thariq Lubis pernah hidup di dua masa, yaitu masa Orde Lama dan Orde Baru. Dia pernah ditangkap pada masa Belanda dan Orde Lama karena beberapa karyanya tersebut. Pada masa Orde Baru karyanya tentang pedoman mati menurut al-Qur’an dan Hadits. Dia juga mengarang Imam Mahdi,

Page 62: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

54

ilmu pembagian pusaka, debat Islam-Kristen. Dia juga menulis sebuah buku dari hasil debatnya dengan seorang dokter Kristen di Medan pada tanggal 21 April 1967, Ilmu Fiqh, perbandingan agama yang merupakan karya monumentalnya dan fatwa yang merupakan karya yang di tulis pada masa Orde Baru. Syaikh al-Fadil Adnan Lubis seorang ulama Al-Washliyah yang terkenal. Selain itu ada juga Adnan Lubis (Medan) dan Adnan Yahya Lubis (Seberlawan). Adnan Yahya Lubis lah yang banyak mengarang buku-buku berupa diktat, sedangkan karya Adnan Lubis adalah Tafsir Juz ‘Amma dan Tafsir Yasin. Karya ustadz Hamdan Abbas masih banyak ditemukan di perpustakaan MUI Sumatera Utara.

3. Topik Keislaman dan Keindonesiaan

Karya tulis Syaikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis yang ditemukan sekitar 16 kitab (tidak termasuk karyanya yang ditulis selain bahasa arab, jawi dan indonesia). Karya tulisnya dapat dikelompokkan menjadi tiga: 1) karya yang ditulis sebagai diktat madrasah, 2) karya yang ditulis untuk dakwah ke non muslim, dan 3) karya tema keagamaan secara umum. Di antaranya yang ditulis di era orba adalah:

a. Pedoman Mati Menurut al-Qur’an dan HadisDalam buku ini berbicara tentang hal yang berkaitan dengan

kematian, tebal buku ini sekitar 64 halaman dalam bahasa Indonesia. diterbitkan oleh penerbit Firma Islamiyah Medan (1972 M), cet. 2.

b. Imam MahdiYang terkandung dalam buku ini berbicara tentang Imam

Mahdi yang tebalnya sekitar 120 halaman berbahasa Indonesia diterbitkan oleh Firma Islamiyah Medan/ 1387 H (1967 M)

c. Ilmu Pembagian PusakaYang terkandung dalam buku ini menjelaskan tentang ilmu

pembagian harta warisan yang memiliki ketebalan 162 halaman berbahasa Indonesia. buku ini diterbitkan oleh Penerbit Firma Islamiyah Medan/ 1400 H (1980 M)

d. Debat Islam-Kristen Tentang Kitab Suci

Page 63: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

55

Kandungan dalam buku ini berbicara tentang perdebatan penulis dengan pemuka Kristen, dr. Sri Hardono tertanggal 21 April 1967 M, Jum’at malam tentang kitab suci di rumah penulis, jalan Sei Kera, Medan. Buku ini memiliki ketebalan 35 halaman dalam bahasa Indonesia. buku ini diterbitkan oleh Majelis Dakwah Pengurus Besar al-Jam’iyatul Washliyah.

e. Ilmu FiqihKandungan yang ada dalam buku ini berbicara tentang

fikih lengkap. Alasan penulisan buku ini ialah untuk memenuhi permintaan beberapa masyarakat agar menulis kitab fikih mazhab Syafi’i. Oleh karena itu Muhammad Arsad Thariq Lubis menulis kitab ini dengan ketebalan 233 halaman berbahasa Indonesia. buku ini diterbitkan oleh Firma Islamiyah Medan/ 1405 H (1985) M, cet. 12.

f. Perbandingan Agama Kristen dan IslamKandungan yang dijelaskan dalam buku ini berbicara tentang

perbandingan agama antara Islam dan Kristen. Memiliki ketebalan 478 halaman berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Melayu Baru Kuala Lumpur/ 1982 M, cet. 1.

g. Fatwa (Beberapa Masalah)Kandungan dalam buku ini berbicara tentang fatwa atas 11

masalah yang diperdebatkan, seperti berkumpul membaca al-Qur’an, zikir dan wirid Yasin, dalil khutbah hari raya dengan dua khutbah, shalat terawih 20 rakaat, mentalkin orang meninggal, orang hidup memberi manfaat kepada orang meninggal, perbedaan terawih dengan witir, tahajju dan shalat malam, zikir setelah shalat, membaca al-Qur’an tanpa mengetahui artinya, puasa dengan rukyah, berkumpul dan makan di tempat takziyah dan lainnya. tebal buku ini 188 halaman berbahasa Indonesia diterbitkan oleh Penerbit Firma Islamiyah Medan (1982 M), cet. 3. Buku ini selesai ditulis pada 13 Mei 1970 M/ 1391 H.

Ada beberapa karya Syaikh al-Fadhil Adnan Lubis yang Tidak banyak ditemukan karyanya kecuali 2 kitab. Namun karya tulis yang masuk era Orde Baru seperti: Tafsir Juz Amma, dalam buku

Page 64: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

56

ini terkandung tentang tafsir juz Amma, memiliki ketebalan 342 halaman berbahasa Indonesia. buku ini diterbitkan oleh Penerbit Firma Islamiyah Medan/ (1967 M), cet. 3.

Selain itu ada beberapa karya Syaikh Hamdan Abbas (1920-2002). Ia merupakan ulama asal Kota Pinang ini hanya ditemukan kurang lebih kitab:

a. Usul at-Tafsir (Bahasa Arab)b. Fiqh Ibadah (Bahasa Arab)c. Macam-Macam Benda Yang Wajib Dizakati dan Nishabnya

(bersama dengan Prof. Dr. Abdullah Syah, diterbitkan di MUI Sumut, 1986)

d. Muamalah Maliyah Dalam Islam (MUI Sumut)e. Perkembangan Akidah Dalam Islam (MUI Sumut)f. Sejarah Mazhab dan Perkembangannya (MUI Sumut, 1990)Selain itu ustadz Abdul Majid Sirat, seorang ulama Al-

Washliyah. Karyanya ada 4 yang disimpan sama anaknya, yaitu ustadz Ulumuddin. Karyanya ditemukan kurang lebih 4 kitab:

a. Risalah Tauhidb. Akhlak Anak Terhadap Orangtuac. Al-Fiqh li al-Banind. Munazarah26

Ustadz Lukman Sulaiman, juga mempunyai banyak karya seperti gurunya, yaitu Syaikh Arsad Thariq Lubis. Ustadz Bahrun Jamil, seorang cendekiawan yang mempunyai karya yangdia tuangkan ke dalam autobiografi, dan tentang riwayat hidup ulama Al-Washliyah Sumatera Timur (sampai kepada Syaikh Muhammad Arsad Thariq Lubis. Ustadz Ilhamuddin, karyanya yang ditemukan ada 4, ummat bertanya ulama menjawab, ini tulisannya di koran waspada, pembaharuan hukum Islam madzhab Syafi’i, yang merupakan sebuah disertasinya, fiqh ibadah (belum diterbitkan), dan terjemahan syarah dari Ummul Barohim.

26 Ahmad Fauzi Ilyas, “Literasi Ulama Periode Orde Baru-Reformasi:StudiKomparatifUlamaAlJam’iyatulWashliyahdiSumateraUtaradanNahdhatulWathanNusaTenggaraBarat”dalamFocus Group Discussion,diMadaniHotelMedan,Selasa,30Juli2019.

Page 65: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

57

Ustadz Bahrum Jamil (1924-1995) juga mempunyai beberapa karya seperti:

a. Batu Demi Batu di Bawah Panas Yang Terik UISU Kami Dirikan (Medan, Ma’had Muallimin Al Washliyah). Buku ini merupakan Otobiografi penulis. Di dalamnya disebutkan hubungan penulis dengan para pendiri Al Washliyah. Dalam kitab ini juga dimuat secara lengkap beberapa ulama Al Washliyah sejak abad 19 dan 20 awal

b. Pengantar Ilmu Politikc. Hukum Perkawinan di IndonesiaUstadzah Dr. Khadijah Hasanuddin karya tentang Al-

Washliyah yang dikarangnya, Al-Washliyah al-Jam’iyah api dalam sekam, yang merupakan sebuah disertasinya.Ustadz Muhammad Razali Karyanya memadukan lima tokoh ulama Al-Washliyah dari Syaikh Hasan Mahsum sampai Prof. Ramli. Banyak juga tulisan dari beberapa ulama yang di terbitkan oleh pengajian al-Ittihad yang merupakan karya-karya ulama Al-Washliyah.27 Dia merupakan doktor wanita pertama dalam lingkungan IAIN, karyanya seperti: Al-Jam’iyatul Washliyah: Api Dalam Sekam (disertasi). Kandungan yang terdapat dalam buku ini Berbicara tentang Al-Washliyah: kesultanan Sumatera Timur, awal pendirian dan perkembangan ormas, riwayat ulama dan pendiri ormas, kegiatan dan kegiatan dakwah di daerah Toba. Buku ini mempunyai ketebalan 186 halaman dan berbahasa Indonesia. buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Bandung pada tahun 1988. Buku ini berhasil diselesaikan pada tahun 1986.

Ustadz Ramli Abdul Wahid juga memiliki beberapa karya buku, seperti:

a. Pengantar Ilmu Hadisb. Sejarah Hadis: Pertumbuhan, Perkembangan, Tokoh, dan

Kitab Hadisc. Telaah Terhadap Hadis-hadis Gugurnya Kewajiban Shalat

Jumat dan zuhur bagi Orang Yang Menghadiri Shalat Id

27Rozali,Tradisi.,hlm.186.

Page 66: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

58

d. Telaah Terhadap Hadis-Hadis Tentang Hewan Sembelihan Non-Muslim

e. Ulumul Quranf. Studi Ilmu Hadisg. Kuliah Agama: Ilmiah Populerh. Fiqih Sunnah Dalam Sorotani. Ilmu-Ilmu Hadisj. Fikih Ramadank. Hadis: Beberapa Aspek dari Ajaran Islaml. Konsep Modal Dalam Al-Quran (penelitian kolektif)m. Kamus Bahasa Melayu Asahann. Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesiao. Kupas Tuntas Ajaran Ahmadiyahp. Peranan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi Sekulerq. Mengenal Islam: Akidah dan SyariahUstadz Muhammad Nasir, Lc, MA yang memiliki karya buku

seperti: Konkritisasi Islam Dalam Kehidupan. Kandungan yang terdapat dalam buku ini berbicara tentang berbagai tema tentang Islam, terutama terkait masalah khilafiyah, seperti qabliyah Jumat, jumlah rakaat shalat terawih, dan lainnya. Alasan Penulisan sebagai bantahan atas tulisan Dr. Arifin Sakti di koran Waspada yang menggugat amaliyah keagamaan. Tebal buku ini sekitar 232 halaman dalam bahasa Indonesia.buku ini diterbtkan oleh Univa Press Medan pada tahun 2009.

Ustadz Dr. Ja’far, MA juga memiliki beberapa karya-karya dapat dikatakan sebagai ulama sekaligus intelektual yang melanjutkan tradisi literasi alwashliyah, karya yang beliau miliki antara lain seperti:

a. Tradisi Intelektual Al Washliyah: Biografi Ulama Kharismatik dan Tradisi Keulamaan

b. Al Jam’iyatul Washliyah: Potret Histori, Edukasi, dan Filosofi

c. Biografi Ketua Umum Pengurus Besar Al Jamiyatul Washliyah

Page 67: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

59

d. Ikatan Pelajar Al Washliyahe. Biografi Pengurus dan Anggota Dewan Fatwa Al Jam’iyatul

Washliyah Periode 2015-2020f. Al-Ittihadiyah: Delapan Darsawarsa Menerangi NusantaraDemikian juga beliau Dr. Muhammad Rozali juga memiliki

beberapa karya buku seperti Tradisi Keulamaan Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara yang diterbitkan oleh LKiS pada tahun 2017, beliau Mengangkat kiprah keulamaan dari Syaikh Hasan Maksum, Syaikh Muhammad arsyad Thalib Lubis, Ustad Nukman Sulaiman, Ustadz Dr. Lahmuddin Nasuion, dan Ustadz Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid. Ustadz OK. Mas’ud, Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid, MA, Ustadz Hafiz Yazid, Dr. Ardiansyah, MA, Muhammad Arifin Jahari dan Muhammad Tohir Ritonga karyanya yang merupakan Kumpulan Kuliah Agama Islam Majelis Taklim Al-Ittihad.28

Nukman Sulaiman, juga tidak terlalu jauh berbeda dengan gurunya Muhammad Arsyad Thalib Lubis. Dia adalah sosok ulama yang menguasai berbagai disiplin keagamaan, dapat diketahui bahwa dia menguasai beberapa keilmuan, mulai dari bahasa Arab, sejarah Islam, tafsir, fikih danushul fikih. Dia juga pernah membuka pengajian tafsir dengan mengulas kitab Tafsir al-Jalalain karya Jalal ad-Din as-Suyuṭi dan Jalal ad-Din al-Maṭalli selama tiga belas tahun lamanya. Beliau memang dikenal mahir pada bidang kajian tafsir dan juga seorang hafidz Qur’an. Kemampuannya ini tentu menopang profesinya sebagai seorang guru, dosen, birokrat dan pemimpin pada al-Jam’iyatul Washliyah. Walaupun demikian, Sebagaian kalangan yang menyatakan bahwa kemunduran Universitas Al-Washliyah adalah pada masa kepemimpinan Nukman Sulaiman.29 Selain itu ada beberapa

28Ahmad Fauzi Ilyas, “Literasi Ulama Periode Orde Baru-Reformasi:StudiKomparatifUlamaAlJam’iyatulWashliyahdiSumateraUtaradanNahdhatulWathanNusaTenggaraBarat”dalamFocus Group Discussion,diMadaniHotelMedan,Selasa,30Juli2019.

29AzhariAkmalTarigan,Menjaga Tradisi Mengawal Medernitas Apresiasi Terhadap Pemikiran dan Kiprah Lahmuddin Nasution (Bandung:

Page 68: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

60

karya yang dihasilkan oleh beliau, seperti halnya Tanya Jawab Masalah Hajji yang dikarang pada tahun 1980, Sendi Iman tahun 1977, Al-Quran Mukjizat Yang Kekal pada tahun 1405 H, Apakah Yang Diterima Nabi Ketika Mikraj, Ayat 10.000 Dinar, Bahaya Lidah, Kemuliaan Makkah, Manusia Empat Macam, Membangun Masjid, Nasehat Perkawinan, Pedoman Guru yang diterbitkan pada tahun 1971, Perjumpaan Nabi Khidir Dengan Nabi Musa dan Percakapan Antara Keduanya, Tunanetra Jangan Dihina, Ulul Albab, Wasiat Lukman Kepada Anaknya, Aqidah Islamiyah: Pokok-Pokok Kepercayaan Dalam Islam yang diterbitkan pada tahun 1972, Shalat dan Shalat Tarawieh, Suatu Tinjauan Hukum Tentang Meminjamkan Rahim Untuk Kandungan Bayi (pidato pengukuhan guru besar pada tahun 1987).

Selain itu juga muncul ulama seperti Lahmuddin Nasution. beliau lebih banyak belajar dari luar lingkungan al-Jam’iyatul Washliyah, tetapi beliau sangat diakui sebagai ulama karena loyalitas, militan, keilmuan dan kesamaan pemikiran yang sejalan dengan nilai-nilai dasar Al-Washliyah. Pada dasarnya Lahmuddin Nasution tidak pernah sama sekali mendaftarkan diri sebagai anggota Al-Washliyah, bergabungnya Lahmuddin Nasution dengan organisasi Al-Washliyah disebabkan keinginannya untuk memperkokoh tali persaudaraan antar sesama umat Islam, memberi hal yang bermanfaat bagi orang banyak, dan mengoptimalkan waktu untuk berbuat kebajikan. Karyanya seperti Umat Bertanya Ulama Menjawa,Pembaruan Hukum Islam Dalam Mazhab Syafi’I, Fikih Ibadah, Terjemahan Syarah Umm al-Barahin.

Al-Washliyah adalah organisasi masyarakat muslim di Indonesia yang beranggotakan lebih dari 2 juta orang. Organisasi ini memiliki ciri-ciri yang melekat pada tubuh organisasinya.30 Ciri penting dari Al-Washliyah adalah sistem nilainya sendiri, yang berakar pada orientasi kagamaan. Secara teologis ada tiga prinsip dalam

CitapustakaMediaPerintis,2009),hlm.34.

30 Faisal Riza, “Transformasi Al-Washliyah: Dari Gerakan Kultural kePolitikElektoral”,JurnalPOLITEIA,Volume.5,No.2,Juli2013,hlm.50.

Page 69: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

61

Al-Washliyah: penerimaan terhadap mazhab fikih Islam sunni, seperti Hanafi, Maliki, Hambali, dan Syafi’i. pada saat ini, Al-Washliyah sudah memiliki jaringan luas lewat struktur organisasi sampai ke pelosok desa, ribuan sekolah dari SD sampai universitas, lembaga keuangan dan bentuk pelayanan sosial lainnya, setidaknya di Sumatera Utara.

Sebagai gerakan kultural, Al-Washliyah memiliki jejak sejarah yang gemilang dalam mengembangkan Islam di Sumatera Utara. Kegemilangan tersebut dapat dilihat dari ribuan lembaga pendidikan, panti asuhan, dan lembaga keuangan yang dimilikinya, setidaknya yang terlihat di Sumatera Utara. Namun, sebagai bentuk dari organisasi modern, Al-Washliyah tidak dapat menghindar dari berbagai dimensi sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Islam di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa kerap kali organisasi ini memperlihatkan orientasi ganda, atau dengan istilah suatu organisasi yang dapat berhubungan dengan perusahaan atau kegiatan bisnis untuk membantu menjamin keamanan finansial organisasi. Hal ini sebenarnya lebih banyak lagi ditemukan pada organisasi keagamaan, pendidikan, dan budaya yang mempunyai ciri-ciri politik untuk mewujudkan tujuan utama organisasi, agar mereka dapat terus mempertahankan orientasi budaya dalam masyarakat. Afiliasi dengan percaturan politik penting bagi tiap-tiap organisasi agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya.31Afiliasi organisasi keagamaan dengan organisasi politik sangat kuat menyebabkan ketika organisasi keagamaan menghadapi suatu ancaman yang dapat memperlemah organisasi, hal itu dapat terjadi melalui persaingan terhadap organisasi lain maupun penindasan oleh penguasa.

Posisi Al-Washliyah dengan tantangan internal dan eksternal tidak dapat menghindar dari orientasi ganda, dakwah politik, pendidikan, ekonomi, budaya. Dengan demikian, sekalipun Al-Washliyah selalu antusias dalam kegiatan sosial, pendidikan dan keagamaan, organisasi ini sejak didirikan juga sama peduli dan

31 Ibid.,hlm.51.

Page 70: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

62

bahkan dalam fase tertentu terlibat aktif pada politik praktis. Meskipun secara normatif Al-Washliyah tidak mengatur tentang keterlibatan dalam politik elektoral, bukan berarti Al-Washliyah tidak memiliki rekam jejak ataupun keterlibatan pada politik di Indonesia.

Sejak tahun-tahun awal berdirinya, Al-Washliyah sangat memiliki hubungan erat dengan partai politik di Indonesia, salah satunya Masyumi yang berada pada Era Soekarno. Abdurrahman Syihab ketika itu menjabat ketua umum Al-Washliyah sekaligus merangkap sebagai komisaris Masyumi untuk wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Abdurrahman Syihab menjadi model bagi aktivis alWashliyah lainnya yang kemudian aktif di dalam politik parlemen baik di tingkat pusat maupun daerah.Sentiment Islam politik menguat pada kongres Al-Washliyah kedelapan tahun 1952. Di sini Al-Washliyah mengajukan UU syariah (UU perkawinan secara Islam). Hal ini dimaksudkan agar kaum muslim di nusantara mendapatkan kepastian dari Negara dalam membina keluarga mereka secara syariah. Selain itu muncul juga respon dan desakan mengenai pemilihan umum. Dalam hal ini, kongres tersebut mendesak agar pemilu dilaksanakan secepat mungkin dan memperjuangkan anggota Al-Washliyah untuk duduk di parlemen. Di masa setelah Perang Dunia II ini, dapat dimengerti jika orang muslim Indonesia berharap untuk mendirikan suatu Negara Islam.

Al-Washliyah termasuk di antara gerakan sosial yang mendorong berdirinya negara Islam dan dasar hukum negara berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. Pencapaian politik Al-Washliyah tidak pernah mendekati prestasinya di bidang dakwah dan pendidikan. Selain Masyumi dilarang oleh Sukarno pada 1960 disebabkan sikapnya yang bertentangan dengan pemerintah, perpecahan di internal Islam yang direpresentasikan oleh golongan tradisional (NU) dan Modern (Muhammadiyah) menyebabkan sukar bagi kelompok Islam untuk bertindak sebagai suatu kekuatan politik yang kuat pada kurun waktu Orde Lama. Kendati Masyumi dibentuk berkat kerjasama beberapa kelompok Islam di Indonesia, kesatuan partai

Page 71: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

63

itu rusak ketika NU yang tradisional menarik diri dari Masyumi pada 1952. Salah satu penyebabnya adalah dominasi golongan modernis dalam Masyumi dan kedudukan menteri agama dalam pemerintahan. Perpecahan ini menghasilkan kekecewaan kaum muslim dan partai-partai Islam. Masyumi dilarang keberadaannya oleh pemerintah membuat Al-Washliyah lebih mengkhususkan pergerakan ke arah aktivisme sosial dan menjauhkan diri dari politik praktis, mengambil jalur gerakan kultural dengan berkonsentasi dalam pembangunan dakwah dan pendidikan serta amal sosial.32

Setelah terpinggirkan dari politik nasional dan kehidupan ekonomi di tahun-tahun terakhir orde lama, umat Islam sangat berharap terhadap rezim yang berkuasa selama 1965-1998. Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto menawarkan kemungkinan mengembalikan Islam ke posisi yang sah dalam kehidupan publik. Namun, ada tanda-tanda bahwa beberapa diantara penasehat rezim yang ambivalen tentang organisasi politik Islam dan politik sipil secara keseluruhan. Aktivisme Muslim ditekan, pemerintah mengambil kontrol ketat terhadap Islam politik dengan mendukung gerakan spiritualitas Islam. Strategi Rezim memandang agama terorganisir sebagai dasar untuk moralitas publik, perisai terhadap liberalisme Barat, dan penangkal komunisme. Masa Orde Baru tidak hanya melakukan depolitisasi agama tetapi mengembangkan penetrasi mereka ke seluruh pelosok masyarakat. Selama kehidupan Orde Baru Soeharto yang menekan politik Muslim sementara kesalehan Muslim didorong, justru menawarkan lebih banyak ruang bagi Muslim dari organisasi lain berbasis masyarakat. Asosiasi Muslim menjadi pusat untuk diskusi-diskusi politik dan moralitas publik. Masyarakat Muslim justru mulai fleksibel untuk bereksperimen dengan inisiatif baru, melalui gerakan non-politik elektoral, beberapa di antaranya berkembang dalam keadaan Orde Baru yang berubah.

Bahkan di bawah Orde Baru, umat Islam lebih mampu daripada yang lain untuk melawan kontrol negara dan memelihara ide-ide

32 Ibid.,hlm.52.

Page 72: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

64

dari kepentingan publik. Pada tahun 1986 pemerintah Orde Baru mewajibkan penggunaan ideologi Pancasila sebagai asas tunggal bagi setiap organisasi sosial. Menyikapi kebijakan ini perdebatan yang sengit di internal pengurus tidak terhindarkan. Dalam Kongres ke 14 akhirnya Al-Washliyah menyatakan menerima asas tunggal Pancasila sebagai asas organisasi. Al-Washliyah juga mempunyai posisi di PPP, meski tidak berusaha mengajukan kembali piagam Jakarta.33

33FaisalRiza,Jurnal POLITEIA,hlm.53.

Page 73: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

65

BAB IVLITERASI ULAMA

NAHDLATUL WATHAN

1. Jaringan Karya Ulama Nadhlatul Wathan

Beberapa sumber mengatakan bahwa Al-Mukarram Maulanasyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sesungguhnya masih keturunan dinasti kerajaan Selaparang yang XVII. Catatan yang pasti ialah ia adalah putra dari enam bersaudara anak dari TGH. Abdul Madjid, sedangkan ibunya adalah seorang shalihah bernama Hajjah Halimatus Sa’diyah. Ia dilahirkan di Kampung Berni, Pancor, Lombok Timur, pada tanggal 18 Rabi’ul Awal 1326 H/20 April 1908.

Menjelang kelahirannya, seorang ulama besar, bahkan telah dianggap masyarakat sebagai seorang wali, berasal dari Maghribi, Syaikh Ahmad Rifa’i, mendatangi TGH. Abdul Madjid. Ketika telah bertemu ia berkata, “Akan segera lahir dari isterimu seorang anak laki-laki yang akan menjadi ulama besar”. Ayahnya adalah seorang guru agama yang disegani karena mempunyai murid yang banyak juga. Sedangkan ibunya dikenal masyarakat kampungnya sebagai seorang shalihah. Maka tidaklah mengherankan kalau sejak kecil ia telah belajar agama dengan sungguh-sungguh, di samping belajar di sekolah rendah umum.1

Ketika umurnya baru menginjak 15 tahun, ia dibawa oleh kedua orang tuanya ke Mekah untuk melanjutkan pelajaran agama. Setiba di Makkah, ayahnyaa mencarikan guru yang dianggap sesuai untuk pendidikan anaknya. Untuk menemukan guru yang dianggap memenuhi syarat dan sesuai dengan harapan inilah, sang ayah

1PerjuanganTGKH.MuhammadZainuddinAbdulMadjid(1908-1997)

Page 74: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

66

sempat juga menetap di Mekah selama dua musim haji. Sedangkan ibunya tetap tinggal di Mekah untuk menjaga dan menemaninya. Tetapi tiga setengah tahun kemudian, ajal menjemput sang ibu. Di Mekah ia sempat juga pindah-pindah sekolah dan karena itulah ia bisa mengatakan bahwa ia mempunyai sekian banyak guru, baik mereka yang berasal dari kepulauan Nusantara, maupun mereka yang kelahiran tanah Arab. Ia pun tidak pula hanya belajar berbagai disiplin ilmu keislaman, tetapi malah sempat juga belajar ilmu sastra dari seorang ahli syair yang sudah terkenal di Mekah. Di masa ia sedang berada di Mekah inilah kaum Wahabi berhasil mengalahkan kekuasaan Syarif Husain. Setelah sempat pindah-pindah ke beberapa sekolah, akhirnya ia berhasil menamatkan sekolah di Madrasah ash-Shaulatiyah sebuah madrasah terkenal tempat ia belajar berbagai disiplin ilmu keagamaan. Di sinilah pula ia sempat bergaul dan belajar dengan ulama-ulama besar. Ia berhasil menyelesaikan sekolah dalam waktu enam tahun, meskipun program belajar untuk sembilan tahun.Ia tamat dengan predikat “mumtaz”(summacumlaude). Tetapi ia tidak langsung pulang. Sambil menunggu adiknya yang masih belajar ia memperdalam ilmu fiqih dan sebagainya. Pada tahun 1934 ia kembali ke tanah air.2

Keberangkatannya ke tanah suci pada tahun 1923 yang pada waktu itu umurnya 15 tahun. Sebelumnya dia belajar dengan tuan guru yang ada di Lombok Timur, kemudian dia melanjutkan ke Timur Tengah, ada yang menarik ketika dia di Makkah pada tahun 1923 ada beberapa peristiwa pada awal abad 19 sampai awal abad 20 di Hijaz, ada beberapa kali perubahan politik, Hijaz yang sebelumnya merupakan bagian daerah kekuasaan Turki Utsmani tepatnya salah satu distrik dari provinsinya di Mesir pada tahun 1803 ditundukkan dan dianeksasi oleh Dinasti Saudi, tetapi ketika itu berambil alih lagi kemudian setelah itu Ali Pasha diperintahkan untuk mengambil alih lagi setelah Turki itu menang. Kemudian pada tahun 1923 itu peristiwa yang paling bersejarah di dunia

2 Ibid.,hlm.43-44.

Page 75: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

67

Islam ternyata Maulana Syeih menyaksikan langsung kejadian pembubaran sistem kekhalifahan di Turki.

Pada abad 19-20 ternyata kitab ini menjadi kitab yang paling berpengaruh, ternyata pada saat Maulana Syeikh masuk yang menjadi mundzirnya itu anak dari syeikh Rahmatullah, Salim Rahmatullah. Pada waktu itu masih sangat kental nilai-nilai perjuangan, yang menarik lagi walaupun pada waktu itu pengaruh wahabi sudah mulai terlihat, tetapi ulama-ulama Shalatiyah yang juga menjadi gurunya itu menjadi bukti-bukti yang ada di Makkah. Dia berinteraksi dengan alumni madrasah Shalatiyah. Jadi, orang-orang yang ada di Shalatiyah ini adalah para pejuang dari berbagai macam konflik. Orang-orang yang sudah berinteraksi makanya kemudian Maulana Syeikh ini secara politik sudah mendapatkan banyak hal ketika dia di Timur Tengah, sehingga hal dapat mempengaruhi sosio kultur politiknya.3

Ketika akhirnya ia memutuskan untuk pulang berarti ia sempat belajar pada tiga orang guru asal Lombok dan 28 guru dari Arab dan Palembang. Dari guru-guru ini 11 orang di antaranya bermazhab Syafi’i, sedangkan 6 orang yang lain bermazhab Hanafi, dan 11 orang lagi bermazhab Maliki. Jadi, mereka kesemuanya adalah penganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah.Sebenarnya boleh juga dikatakan bahwa ia didorong untuk pulang ke tanah air. Jadi bukan kehendaknya sendiri. Ia pulang karena ia mengikuti perintah guru yang sangat dikaguminya, Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath. Begitulah ketika akhirnya ia memutuskan untuk pulang berarti ia telah sempat menunaikan ibadah haji 12 kali. Tidak lama setelah ia sampai di kampung halamannya, ulama muda ini langsung saja dipercayai masyarakat sekampung untuk menjadi imam dan khatib dua kedudukan terhormat dalam pandangan masyarakat kampungnya pada masa itu. Dalam waktu yang relatif singkat, ia pun telah pula dianggap sebagai seorang ulama muda. Ia pun segera pula dikenal dengan panggilan “Tuan Guru Bajang”. Maka

3 WawancaradenganpesertaFocus Group DiscussiondiLombokpada6Agustus

Page 76: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

68

begitulah, tidak lama kemudian ia pun telah bisa memberanikan diri untuk mendirikan Pesantren al-Mujahiddin sekolah agama tradisional dengan memakai sistem halaqah murid-murid tanpa kelas duduk mengelilingi sang guru.4

TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendapat nama julukan Abu al-Madaris wa al-Masajid (Bapak madrasah dan masjid). Kemajuan dunia pendidikan, baik untuk laki ataupun perempuan, baik untuk anak ataupun orang dewasa, yang langsung digerakkan atau setidaknya terinspirasi oleh ide-ide yang diperkenalkan sang ulama-pendidik yang amat terpelajar ini akan menghabiskan sekian halaman kertas lagi. Tetapi secara singkat bisa dikatakan tanpa keraguan sedikit pun bahwa sejak sang ulama-pendidik telah kembali dari Mekah, ia secara bertahap, tetapi pasti telah memulai sesuatu yang boleh juga dikatakan suatu “revolusi damai” di bumi Lombok. Bertahap mungkin mula-mulanya, tetapi kemudian berturut-turut tanpa lowong setahun pun sekolah baru bertumbuhan mula-mula hanya di Lombok Timur tetapi kemudian ke Tengah dan ke Barat. Ketika waktunya telah datang, maka pada tanggal 01Maret 1953 berdirinya Organisasi Nahdlatul Wathan (NW) pun diresmikan oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Pancor. Dalam Muktamar I pada tahun 1954, ia pun dengan resmi dipilih sebagai Ketua Umum. Sejak tahun ini, organisasi NW secara teratur mengadakan kongres tiga tahun sekali di Pancor. Sementara itu, NW ini pun berhasil juga meluaskan sayapnya sampai melampaui batas-batas Pulau Lombok.5

Ketika dia ke Makkah, ilmu tata bahasa sudah dia kuasai, tetapi dia menghubungkan dirinya dengan ulama-ulama yang sudah punya sanad keilmuan. Inilah yang kemudian mempengaruhi karya-karyanya. Dari semua guru-gurunya setidaknya ada lima orang ulama yang paling berpengaruh dan berjasa dalam membimbing dirinya di Makkah antara lain Syeih Muhammad Mashad al Maliki, Syeikh Muhammad al-Makuddi bil Hanafi, Syaikh Umar al-Faruq

4 Ibid.,hlm.44-45.

5 Ibid.,hlm.47-48.

Page 77: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

69

al-Maliki, Syeikh Said Umar Hamdan Amirasyi as-Syafii.Syeikh Ahmad Ibnu Abdullah al Qari adalah seorang ulama

madrasah Shalatiyah yang kemudian mengajar di almamaternya, pengarang buku yang berjudul Majalatul Ahkam, Alam Mazhab al hambali ini pada masa pemerintahan Husein Ibnu Ali ditunjuk menjadi Qadi atau bukti. Ini guru beliau yang saya ceritakan yang kemudian setelah beliau ini, itu yang menjadi mahkamah Syariah al-Qubra di Makkah. Keterlibatan alumni madrasah Shalatiyah dalam pemerintahan Hijaz ini menunjukkan bahwa mereka adalah ulama-ulama yang membumi bukan hanya dibidang agama saja, melainkan juga persoalan-persoalan politik memahami secara aktif, jadi interaksi Zainuddin Abdul Madjid dengan mereka ini telah membentuk Zainuddin menjadi ulama yang multi talenta. Modal-modal inilah yang kemudian dikembangkan ketika Zainuddin kembali ke kampong halamannya. Kemudian pengaruh sosial budaya politik di masa masyarakat sasak telah menjadi salah satu pertimbangan penting dalam menulis karyanya baik dari awal perjuangan hingga akhir hayatnya.

Tulisan-tulisannya itu bertemakan perjuangan syair-syair. Artinya bahwa inilah konsep politik, perjuangan yang dilahirkan oleh Maulana Syeikh dalam karyanya itu tidak lepas dari bentukan-bentukan yang dia dapatkan dari Timur Tengah, kemudian dengan melihat kondisi-kondisi di lapangan juga dia berguru dengan orang-orang mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafii tapi ketika beliau sampai di Lombok jadi seluruh karyanya itu bermazhab Syafii. Kenapa tidak dimunculkan pemikiran Imam Malik misalnya, konsep-konsep Imam Malik makanya ketika orang berbicara tentang apapun beliau paham, dan ini sekaligus menepis ketika dia diusir dari Pancor karena dituduh wahabi.6

Nahdlatul Wathan didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, tepatnya pada tanggal 15 Djumadil Akhir 1373 H. atau 1 Maret 1953 M. di Pancor Lombok,

6 WawancaradenganpesertaFocus Group DiscussiondiLombokpada6Agustus

Page 78: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

70

Nusa Tenggara Barat. Pada awalnya organisasi ini merupakan sebuah organisasi yang berkembang pada bagian dakwah hingga mengembangkan sayapnya melalui lembaga-lembaga pendidikan berupa madrasah-madrasah yang dipelopori oleh Syaikh Zainuddin. Pada awal tahun 1953 tersebut, madrasah telah berjumlah 66 madrasah dan berkembang di bawah sistem dakwah Syaikh Zainuddin, yang semuanya aktif, dan tentunya tersebar di seluruh pelosok Pulau Lombok. Oleh karenanya merupakan suatu tuntutan agar dapat membentuk sebuah organisasi yang dapat mengontrol segala bentuk aktivitas, dan bekerja secara lebih profesional.

Pada tahun itu, mungkin hanya segelintir orang Sasak yang mampu membayangkan bahwa di kemudian hari organisasi ini hanya akan menjadi faktor determinan bagi maju tidaknya masyarakat Lombok. Sampai saat ini, hampir di setiap dusun wilayah Lombok berdiri Madrasah Nahdlatul Wathan yang di dalamnya mempengaruhi banyak sisi kompleksitas sosial masyarakat. Ia telah melebur menjadi suatu identitas bagi masyarakat Lombok. Nahdlatul Wathan memiliki tiga bidang pokok sebagai orientasi aktivitas organisasinya yaitu, pendidikan, sosial dan dakwah, tiga bidang yang secara signifikan menjadi jalur utama pergerakan Nahdlatul Wathan. Organisasi ini telah berkontribusi di tengah-tengah masyarakat Lombok, berjalannya tiga bidang yang telah teraktualisasi dalam berbagai program dan kelembagaan serta membangun masyarakat ini, telah menunjukkan secara total ajaran serta bimbingan kepada masyarakat.7

Sebelum mendirikan NW Syaikh Zainuddin adalah konsulat Nahdlatul Ulama di Lombok, dan menjadi ketua Badan Penasehat Masyumi NTB. Ini terjadi pada sekitar tahun 1952. kebijakan NU yang pada saat itu keluar dari Masyumi dan bergabung dengan gerakan politik lainnya, Syaikh Zainuddin tetap setia mendukung

7 Muh.Alwi Parhanudin, “NahdlatulWathan danMasyarakat Sipil” IN Right Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia,Vol.2No.1tahun2012,hlm.123.

Page 79: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

71

Masyumi dengan mendirikan organisasi lokal baru sebagai representasi dan basis politik, yaitu Nahdlatul Wathan, dan sempat terpilih menjadi anggota Konstituante RI hasil pemilu pertama tahun 1955 mewakili Masyumi. Dalam perkembangan NW, misalnya di masa Orde Baru, NW mendukung Parmusi dan selanjutnya dialihkan ke Golkar. Beliau tentunya memiliki pertimbangan yang relatif fair secara politik dan sosial dalam spekulasi tersebut. Kesempatan politik, khususnya pada tataran NTB kemudian menyebabkan Nahdlatul Wathan semakin utuh dalam berbagai relasi di jalur politik nasional, serta pemberdayaan pada politik lokal, yang tidak lain adalah bentukan dari pendewasaan politik sekaligus pengelolaan potensi civil society di Lombok. Demikian juga pada saat ini, munculnya kader Nahdlatul Wathan yakni cucu dari Syaikh Zainuddin sendiri, yang telah terpilih sebagai Gubernur NTB, hal ini merupakan bukti dari nilai tawar Nahdlatul Wathan dalam politik lokal dan nasional, integritas internal organisasi Nahdlatul Wathan dan kemampuannya membangun relasi dengan berbagai kelas sosial yang lain. Melihat kenyataan Nahdlatul Wathan memanfaatkan kesempatan politik dalam sebuah artian dimaknai pemberdayaan politik dengan tetap terikat pada standar etika religius Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Kedewasaan dalam berpolitik merupakan sebuah ciri bagi tumbuhnya kekuatan-kekuatan sosial masyarakat.8

Nahdlatul Wathan merupakan organisasi keagamaan Islam yang memiliki kegiatan utama dalam berbagai bidang, seperti halnya pada pendidikan, sosial, dan dakwah-dakwah keagamaan. Organisasi ini didirikan oleh Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid pada tanggal 15 Jumaidil akhir 1372 Hijriah. Pembentukan organisasi NW merupakan manifestasi dari perspektif pemikiran yang digagas yaitu: “Membangun Islam dan negara-bangsa Indonesia secara simultan, membangun agama sekaligus juga membangun negara-bangsa Indonesia, begitu juga

8 Ibid.,hlm.125.

Page 80: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

72

sebaliknya.”9

Bagi Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Islam adalah agama yang sangat sederhana, atau dengan kata lain merakyat, terutama dari berbagai ajarannya terhadap kelangsungan hidup bagi umat manusia. Islam tidak mengenal berbagai bentuk kekerasan, menyebarkan ketakutan, ancaman ataupun fanatisme yang sering disalah artikan, akan tetapi Islam adalah sebuah agama yang mengajarkan kedamaian, kenyamanan, keamanan, dan kebahagiaan, sehingga kedatangannya membawakan rahmat bagi alam semesta. Siapapun mereka dapat menikmati Islam secara terbuka, asalkan tidak bermaksud menggerogoti Islam dari dalam.

Berbagai jaringan karya para ulama Nahdlatul Wathan tentunya sangat berkaitan erat dengan jaringan keilmuan yang dimiliki oleh para ulama, berbagai sebutan atau gelar jugak disematkan kepada para alim ulama, antara lain Tuan Guru ataupun cendikiawan yang berasal dari Nahdlatul Wathan. Tuan Guru Nahdlatul Wathan, adalah Murid-murid Maulanassyaikh yang mutakharrij (alumni NWDI dan Madrasah NW) yang dikenal keilmuannya oleh masyarakat, dan terlihat kontribusinya terhadap literasi keilmuan dan keummatan.Tercatat ratusan Tuan Guru NW yang alumni Madrasah al-Shaulatiyah, Alumni Madrasah Darul Ulum Makkah, Alumni al-Azhar Kairo, Alumni Yaman yang berkiprah di dunia pendidikan, sosial dan dakwah. Lalu para Cendekiawan Nahdlatul Wathan adalahpemikir-pemikir progresif yang menyandang gelar akademik formal, kemudian banyak berkiprah terhadap keummatan dengan tidak melepaskan identitas ke-NW-annya.10

9 Hariono,“TGKH.MuhammadZainuddinAbdulMadjid:MenapakJalanTinggi,MembangunElevasi”,dalamMakalahSeminarNasional,Jakarta05April2017,hlm.9.

10FahrurroziDahlan,QH,SSGuruBesarUINMataramMateridisampaikanpada agenda FGD Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakatUniversitas IslamNegeriSumateraUtaraMedan,Mataram,Selasa,06Agustus2019.

Page 81: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

73

2. Produksi Karya Ulama Nadhlatul Wathan

Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ulama yang merupakan pewaris para Nabi, di samping menyampaikn sebuah dakwah bi al-hal wa bi al-lisan, juga tergolong sebagai penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai penulis telah tumbuh dan berkembang sejak ia masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Makkah. Akibat banyak dan padatnya kegiatan keagamaan yang harus diisi oleh beliau maka peluangnya untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak. Terdapat beberapa model, program dan kelembagaan organisasi Nahdlatul Wathan yang dapat dikategorikan dalam dua bentuk, antara lain mobilisasi formal dan informal. Dalam proses mobilisasi formal maksudnya adalah berbagai lembaga badan otonom selain organisasi Nahdlatul Wathan, seperti halnya badan-badan otonom yakni HIMMAH NW (Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan), Muslimat NW, Nahdliyat NW, IPNW (Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan), PGNW (Persatuan Guru Nahdlatul Wathan), ISNW (Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan) dan berbagai badan kajian dan pengembangan masyarakat. Badan-badan otonom ini adalah jalur yang mungkin paling penting sekaligus mendorong keberlangsungan organisasi. Mengingat Nahdlatul Wathan adalah organisasi yang sangat terbatas dalam menjalankan program spesifik untuk menyentuh secara menyeluruh berbagai kelas dan tingkatan sosial masyarakat. Oleh karenanya badan-badan otonom tersebut adalah perpanjangan tangan (kontrol) dari organisasi Nahdlatul Wathan.

Beberapa hal yang telah dijadikan tradisi masyarakat Nahdlatul Wathan seperti rutinitas hiziban, Wirid Khusus Nahdlatul Wathan, perkumpulan-perkumpulan muslimat dan berbagai bentuk lainnya. Lebih dari itu, kegiatan penyebaran majelis-majelis taklim juga dapat dikatakan sebagai faktor utama dari perkembangan

Page 82: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

74

Nahdlatul Wathan. Secara terperinci sebenarnya sangat banyak hal formal yang sangat mencerminkan mobilitas sosial yang berjalan dalam organisasi NW, baik sebagai bentuk konsolidasi internal maupun dalam jaringan sosial eksternal, yang terakumulasi secara formal baik dalam program-program bidang pendidikan, sosial, dakwah, hingga politik.11

Adapun beberapa produksi karya yang dimiliki oleh Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid antara lain:12

a. Hizb, adalah berbagai kumpulan doa yang teratur dan terpilih. (Afifudin Adnan). Hizib Nahdlatul Wathan dan Hizib Nahdlatul Banat lahir sebagai bentuk permohonan kepada sang Khalik,Allah Swt. Untuk mempertahankan tetap keutuhan dari madrasah NWDI dan NBDI sehingga penentang sistem madrasah pada saat itu, orang-orang yang hasad, terutama para penjajah Jepang yang berencana akan menutup madrasah tersebut, berkat pertolongan Allah melalui pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan, maka kedua madrasah tersebut tidak dibubarkan oleh Jepang, sementara dipihak lain, sekitar 60 % madrasah dan sekolah agama di indonesia dibubarkan atau membubarkan diri.

b. Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW. yakni silsilah keluarganya/keturunan, masa beliau kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga beliau diangkat menjadi seorang rasul. Didalamnya juga mengisahkan berbagai sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.

c. Ilmu faraidh (pengetahuan tentang harta warisan dan tata cara perhitungan serta pembagian harta warisan) hal ini tentunya memiliki kedudukan yang penting karena

11Parhanudin,IN Right Jurnal Agama, hlm.126-127.

12http://hamzanwadi.nahdlatulwathan.id/

Page 83: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

75

penerapan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. d. Batu Ngompal merupakan sebuah buku yang ditulis dalam

bahasa Sasak, berisikan petunjuk atau tata cara yang digunakan dalam membaca Al-Quran yang biasa disebut sebagai ilmu tajwid. Buku ini diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin memperdalam pemahamannya terhadap Al-Qur’an.

e. Buku Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru. Buku Wasiat Renungan Masa Pengalaman Lama maupun Pengalaman Baru. Merupakan sebuah buku yang ditulis dalam bentuk syair, berisikan berbagai nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga Nahdlatul Wathan. Merupakan salah satu buku dengan warni sastra daerah, yang di dalamnya patut mendapatkan tempat untuk dilestarikan. Ketinggian nilai sastra pada syair-syair wasiat renungan masa pengalaman baru dapat dilihat dari unsur strukturnya. Sedangkan dari kandungan tentang pesan moral, yang berupa nasihat, petunjuk, dan budi pekerti, yang baik dapat dilihat dari segi pragmatik syair-syairnya.

Tidak hanya itu, karya yang dihasilkan Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam bahasa Arab antara lain:13

a. Nahdlah al-Zainiahb. Risalah al-Tauhidc. Nahdlah al-Zainiahd. Sullam al-Hija Syarah Safinah al-Najae. At Tuhfah al-Amfenaniyahf. Shalawat Miftah Bab Rahmah Allahg. Al Fawakih al-Nahdliyahh. Mi’raj al-Shibyan ila Sama’i Ilm al-Bayani. Al-Nafahat ‘ala al-Taqrirah al-Saniyahj. Nail al-Anfalk. Hizib Nahdlatul Wathan

13http://hamzanwadi.nahdlatulwathan.id/

Page 84: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

76

l. Hizib Nahdlatul Banatm. Tariqat Hizib Nahdlatul Wathann. Shalawat Nahdlataino. Shalawat Nahdlatul Wathanp. Shalawat al-Mab’uts Rahmah li al-‘Alamin

Minimal ada Lima Pendorong Literasi di Kalangan Ulama NW, khususnya oleh Maulanassyaikh TGKH.M.Zainuddin Abdul Madjid, antara lain:

a. al-Fikrah al-Nahdhiyyah (Pemikiran kebangkitan)yang mencakup:1. al-Nahdhah al-Tarbiyyah (kebangkitan edukasi formal

kelembagaan)2. al-Nahdhah al-Ijtimâiyyah (kebangkitan sosial)3. al-Nahdlah al-Dakwatiyah (kebangkitan dakwah)

b. al-Fikrah al-Wathaniyyah merupakan Pemikiran kebangsaan; Pemikiran kebangsaan dengan mencintai tanah air, kemudian pemikiran yang mempertegas identitas kesukuan asal pijakan peradabannya. Membuat setiap Karya beliau memiliki arti yang sarat makna, dicermati, pemikiran cemerlangnya tentang kebangsaan dan pemikiran Islam Nusantara, sebagai mana tercermin dalam ungkapan bait-bait wasiat beliau: Nahdlatul Wathan berjalan terus, siang dan malam tidak terputus, dalam lindungan ilahi Quddus (Wasiat Renungan Massa, No. 23). Pergolakan politik kebangsaan pemikiran kemerdekaan, pemikiran politik demokrasi Pancasila. Ini terlihat dalam dialektika dinamika politik Maulanassyaikh (1955-1997). Pemikiran-pemikiran politik kebangsaan dan politik keummatan tertuang secara jelas dalam karya besar beliau Wasiat Renungan Masa, cetakan 1980, sebagai berikut: Ajibnya terkadang di partai Islam, Berpura-pura membela Islam, Aktif keliling siang dan malam, Membela diri melupakan Islam (Wasiat. 142. h. 55) .

Page 85: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

77

c. al-Fikrah al-Diniyyah al-Islamiyya hmencakup nilai-nilaiaqidah yang dipilih ahl al-Sunnah wa al-jamaah, teologi Asy’ariyyah dan dimensi syariah dipilih mazhab al-Imam al-Syafii sedangkan Tasawuf dipilih oleh Organisasi Nahdlatul Wathan adalah Junaidal-Baghdady dan al-Imam al-Ghazali. Sehingga dapat dikatakan bahwa Nahdlatul Wathan merupakan balutan dari Islam moderat.

d. Kelima:al-Fikrah al-Diniyyah al-Wasathiyyah, pemikiran-pemikiran moderasi Islam dari Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Sebagai seorang ulama, Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memfokuskan dirinya pada upaya meningkatkan ketaqwaan manusia kepada Allah SWT. Berbagai karya sastra yang dimiliki oleh Maulanasyaikh yang berupa lagu dan syair juga berisi fokus tentang ajakan atau nasihat keagamaan. Bagaimana agar semua umat terus belajar, dan meningkatkan ketaqwaan. Dalam lagu-lagu nasihat agama ini, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tetap menempatkan NWDI, NBDI dan NW sebagai wadah bersama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sejumlah karya lagu yang berisi tentang nasihat keagamaan tersebut di antaranya lagu berjudul “Pacu Gamaq”. Lagu ini berisi ajakan beribadah meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, tidak ada keutamaan lain di dunia ini yang melebihi dari tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT, baik itu harta maupun tahta.14

Beberapa karya yang dihasilkan oleh para ulama sekaligus cendikiawan yang berasal dari Nahdlatul Wathan antara lain TGH. Abdul Aziz Sukarnawadi yang menulis buku dengan judul TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Seputar Sanad Keilmuannya dan Pengijazahannya, Perisai Keaswajaan Nahdlatul Wathan Membedah 17 Literatur Anti Wahabi Rekomendasi Pendiri NW. Adapun karya lain yang dihasilkan oleh TGH. Husnuddu’at yang menulis buku dengan judul Kesaktian Selawat

14PerjuanganTGKH.MuhammadZainuddinAbdulMadjid(1908-1997)

Page 86: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

78

4. Topik Keislaman dan Keindonesiaan

Nahdlatul Wathan adalah organisasi yang menghendaki akan terciptanya masyarakat religius sekaligus maju. Secara normatif, terdapat kalimat li’i’la’i kalimatillah idzzu al-Islam wa al-muslimin, Nahdlatul Wathan juga memiliki orientasi pada bidang pendidikan, sosial dan dakwah, yang semuanya merupakan alat dan tujuan Nahdlatul Wathan yang paling utama. Keberpihakan Nahdlatul Wathan terhadap nilai-nilai Islam tidak dapat ditawar lagi, dan merupakan prinsip dasar yang fundamental pada organisasi ini, melalui realitas sosial, Nahdlatul Wathan tidak dapat mengelak disebabkan aktivitasnya secara lebih besar berada pada segenap masyarakat Lombok di berbagai kalangan, orientasi, dan kelas sosial. Pengaruh dari Nahdlatul Wathan ini bukanlah merupakan suatu kerugian, melainkan sebuah keuntungan sekaligus peluang nyata bagi proses transformasi ke-NW-an yang lebih luas. Nahdlatul Wathan sangat berpeluang sebagai wakil masyarakat Lombok, menjadi sebuah arsitektur kemasyarakatan dan pedoman untuk menuntun arah kemajuan.

Namun di sisi lain, Nahdlatul Wathan secara nyata telah berada pada posisi ditengah, tentunya pada hirarki politik kenegaraan, di atasnya telah terdapat negara dan di bawahnya telah terdapat masyarakat yang sebagian besar telah bergantung padanya. Posisi demikian ini memang terbentuk secara alamiah dan juga terdefinisikan sebagai civil society, akan tetapi penegasan akan kecenderungan dan keberpihakan politik adalah tuntutan besar dalam rangka membangun identitas poltik. Hal ini merupakan bentukan dari politik kenegaraan yang telah membangun relasi dialogis dan transaksional untuk kepentingan dari masyarakat, sebagai bentuk tatanan utama dari civil society.15

Islam dan wawasan kebangsaan dipandang sebagai sebuah dikotomi, khususnya konteks Islam dengan wawasan kebangsaan Indonesia. Padahal, Islam telah berabad-abad sebelum Proklamasi

15Parhanudin,IN Right Jurnal Agama,hlm.135.

Page 87: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

79

Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari Proklamasi, yang berada pada realitas kehidupan agama, sosial, kultural, dan politik pada negeri ini. Karena itu, ‘Islam dan Wawasan Kebangsaan’ tidak bisa didikotomikan; yang semata-mata untuk kepentingan praktis, bahwa kedua entitas tersebut dalam konteks Indonesia, adalah telah menyatu dan saling beririsan. Penyatuan ini juga kita peroleh dari perspektif pemikiran dan praksis Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Bagaimana praktek “keislaman-keindonesiaan” yang selanjutnya bisa disebut dengan istilah “pemikiran kebangsaan yang religius”.16

Dengan berbekal keilmuan dari Makkah, Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid mengerti bagaimana agama Islam dapat disebarkan pada masyarakat Sasak. Bagaimana secara mensosialisasikannya, serta kebijakan apa yang harus beliau ambil dalam rangka memperkuat ketahanan Islam di mata masyarakat Sasak. Beliau secara bertahap telah memasukkan nilai-nilai keislaman pada masyarakat Sasak, meleburkannya menjadi nilai-nilai keislaman dengan kultur pada tubuh masyarakat. Hal ini merupakan langkah strategi yang menjadi modal beliau dalam menggerakkan setiap mesin keislamannya.17

Dalam Buku Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, sebagai yang merupakan moderasi Islam dalam praktek Nahdlatul Wathan dan warga besarnya di seluruh Nusantara dapat dilihat dalam lima Pancalogi Moderasi Islam perspektif Maulanassyaikh TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang antara lain, Wa’yu al-Diin (Kesadaran dan Semangat Beragama), Wa’yu al-Ilmi (Kesadaran dan Semangat Ilmu Pengetahuan), Wa’yu al-Jamâi (Kesadaran dan Semangat Berorganisasi), Wa’yu al-Ijtimâiy

16 Azyumardi Azra, “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Dan WawasanKebangsaanPerspektifTGKH.M.ZainuddinAbdulMadjid(1904-1997)danNahdlatulWathan”,dalamMakalahMuktamarXIIINahdlatulWathan(NW)PondokPesantrenNurulHaramain,NarmadaLombokBarat,NTB7-9Agustus2016.

17 Munawir Husni, Nalar Islam Keindonesiaan: peta pembahasan keislaman(Pancor:MultiPersero,2014),hlm.54

Page 88: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

80

(Kesadaran dan Semangat Bermasyarakat), Wa’yu al-Wathany wa al-Sya’by (Kesadaran dan semangat berbangsa dan Bernegara).

Islam di Indonesia memiliki berbagai macam karakteristik yang sangat khas sehingga mampu membedakannya dengan Islam pada kawasan lainnya, khususnya Islam yang berada pada wilayah Timur Tengah yang telah banyak mempegaruhi Islam di berbagai belahan dunia. Wilayah Nusantara memiliki sejumlah keunikan yang berbeda dengan negara-negara lain, mulai dari keunikan geografis, sosial, politik, hingga tradisi peradaban.18 Islam di Nusantara ialah, paham dan berbagai praktek keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan realitas, serta budaya setempat.19 Pemaknaan senada bahwa Islam di Nusantara adalah Islam yang khas dengan Keindonesiaan, gabungan dari nilai Islam teologi dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, adat istiadat di tanah air yang di dalamnya tidak ditemukan benturan, antara agama dengan budaya.20

Definisi ini menunjukkan bahwa secara subtansi, Islam di Indonesia merupakan paham Islam dan implementasinya yang berlangsung di kawasan Nusantara, antara wahyu dan budaya lokal, sehingga memiliki kandungan yang bernuansa kearifan lokal. Dengan kata lain, Islam yang memiliki karakter Indonesia, atau juga sebagai hasil dari peleburan antara nilai-nilai Islam teologi dengan nilai-nilai tradisi lokal. Hanya saja dengan wilayah gerak Nusantara.

Metodologi berpikir Maulanassyaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terhadap keadaan sosial masyarakat Sasak adalah dengan bercermin pada sejarah etnis Sasak sendiri. Beliau sangat memahami betul nilai historis yang

18GhozaliAbdulMoqsith,Metodologi Islam Nusantara(Bandung:Mizan2015),hlm115

19MuhajirinAfifuddin, “Meneguhkan IslamNusantara untuk peradabanIndonesiadanDunia”dalamSahaldanMunawiraziz(Eds)2015hlm67

20 Bizawie Zainul Milal, Islam Nusantara Sebagai Subjek dalam Islam Studies Lintas Diskursus dan Metodologi (Bandung:Mizan2015),hlm239.

Page 89: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

81

dimiliki oleh masyarakat Sasak, dan tipologi masyarakatnya. Dari telaah inilah kemudian ia merumuskan pemikiran tentang Sasak. Citra sejarah Sasak, menurutnya adalah sebuah perjalanan yang menunjukkan kedudukan Islam sangat penting pada tatanan kehidupan masyarakat Sasak. Setidaknya dimulai setelah runtuhnya paham animisme maupun antropomorfisme (pengenaan ciri–ciri manusia pada binatang atau benda mati) di kalangan masyarakat Sasak sebagai bentuk keberhasilan terhadap proses Islamisasi. Sehingga yang terjadi, Islam menjadi sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Sasak.21

Maulana Syaikh datang tidak hanya dengan ceramah ke masyarakat, istilah orang sasak itu ngamaren antropologi sasak, guru yang datang ke muridnya ke setiap pelosok tempat disebut dengan ngamaren. Ngamaren itu istilah halusnya, bahasa Sasak yang lebih rendah lagi disebut Beboyak (Mencari), yang lebih rendah lagi Benjagung. Antropologi sasak yang kemudian melekat pada sosok yang mulia maka disebut dengan istilah ngamaren. Dia Ngamaren keluar dari rumah menuju tempat masyarakat bukan hanya itu yang dilakukan Maulana Syeikh, dan itu dilakukan tuan guru-tuan guru pada abad ke 18-19, itu sudah dilakukan tuan guru sebelumnya. Temuan pak Dr. Jamal disitu. Maulana Syaikh datang dari madrasah Shalatiyah dengan pengaruhnya dia mendirikan madrasah formal pertam di NTB. Pada saat mendirikan lembaga formal, masyarakat sekitar tidak setuju karena dianggap sebagai ajaran Wahabi. Bahkan ketika mendirikan madrasah, ia diusir oleh penduduk di Pancor, hingga dia diberikan pilihan oleh masyarakat sekitar, yaitu sebagai imam/ Khatib di masjid atau mendirikan madrasah. Maulana Syaikh punya fatwa bahwa mendirikan madrasah adalah Fardhu ‘Ain, Taksisun Madrasati Fardhu ‘Ainin Wal Imamu wal Khatibu fardhu Kifayatin, jadi imam/ khatib fardhu kifayah sedangkan mendirikan madrasah fardhu ‘ain. Akhirnya dia memilih

21FahrurroziDahlan,QH,SSGuruBesarUINMataramMateridisampaikanpada agenda FGD Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakatUniversitas Islam Negeri Sumatera UtaraMedan-Mataram,Selasa,06Agustus2019.

Page 90: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

82

mendirikan madrasah dan ia dipecat jadi khatib dan imam masjid Pancor. Dia membangun madrasah yang dengan nama Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah.

Yang melatarbelakangi beliau memiliki pemikiran kebangkitan adalah an-nadoh al jumuiyah (kebangkitan sosial) menjadi pemicu kenapa Maulana Syaikh hadir di tengah masyarakat, kemudian Nahdlah Nawatiyah (kebangkitan dakwah) pada saat itu adalah dakwah masih konvensional sistem ngamaren, Maulana Syeikh mengubah paradigma masyarakat dengan paradigma yang baru dia gunakan. Media dakwah yang saat itu dianggap bid’ah oleh masyarakat, Maulana Syaikh menggunakan media baru dalam memberikan suasana baru terhadap masyarakat Islam Indonesia, khususnya masyarakat Lombok.

Pada era awal kemerdekaan dia masuk ke dalam Partai Masyumi kemudian dia menjadi anggota konstituante pada era Presiden Soekarno, kemudian konstituante dibubarkan oleh Soekarno kemudian Maulana Syeikh bergabung ke Parmosi. Pada saat itu Maulana Syaikh keluar dari Nahdatul Ulama dan mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan. Karena saat itu NU sudah menjadi partai politik, karena ikut organisasi politik pemilu pertama di era Presiden Soekarno. Pemikiran Maulana Syeikh tercermin dalam karya-karyanya didalam buku banyak sekali.

Pemikiran keagamaan Maulana Syeikh itu mencakup pertama aspek akidah dipilih ahlul Sunnah wal Jamaah, kemudian teologi memilih asy syariah dan al maturidiyah, jariyah dipilih Imam Syafii sedangkan tasawuf dipilih organisasi Adhlatul waton al imam al-Ghazali, artinya bahwa Maulana Syaikh dengan keragaman dia terima saat menuntut ilmu di Makkah untuk gurunya mazhab Syafii saja sudah lebih dari 40an, mazhab Maliki tidak lebih 20an gurunya, bahkan yang sangat berpengaruh dalam dirinya yaitu Syaikh Salim Rantaula (Hanafi), Hasan Musaina Masyaid (Maliki), Syaikh Amir Khudbi (Hanafi), tetapi maulana Syeikh tidak mengambil mazhab-mazhab gurunya karena itulah beliau mengambil segmen bahwa masyarakat sasak tidak cocok dengan mazhab Hanafi, Maliki

Page 91: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

83

atau Hambali, lebih cocok dengan mazhab Syafii. Segmen ini perlu ditelaah lebih lanjut dengan demikian organisasi alal waton sesungguhnya bergerak dalam narah nabawiyah, nawawiyah, insaniyah, umatiyah, kauniyah, alamiyah.

Pemikiran moderasi maulana Syaikh yang dipraktekan dsebut saja dengan pancalogi moderasi Islam, ada wahyudin yang sedang kesenangan beragama kita lihat dari karya-karya beliau bahwa “di Lombok sebelum ini paham Animisme dan lahir Sultan Rinjani agama itu syariat dari tuhan yang dialamatkan kepada setiap manusia, agar kiranya terus dijunjung sepanjang zaman sehingga selalu terhindar dari godaan setan, setan yang menggoda terus menerus siang dan malam tidak terputus dari tuhan yang suci, wasiat maulana syaikh tentang kesadaran beragama. Pancalogi untuk kesenangan berilmu pengetahuan “tuntutlah ilmu dari yang rendah sampai fakultas, jangan sekali lengah dan malas menjemu sementara hari panas,” bahasanya itu simbolistik semua.

Kesadaran dan semangat bermasyarakat menyebabkan Sasak yang tulen nasionalisnya selalu dituduh terlalu bersifat kesukuan, yang sebenarnya disana NTB, mereka mengharap pemerataan keadilan sejati dan kebenaran agama adalah kemakmuran ciptaan tuhan dan seterusnya, konsep ini merupakan ijtima I, yang menjadi poin pentingnya adalah, semangat kebangsaan dan bernegara, terhadap negara kita pancasila, yang berketuhanan yang maha esa, umat Islam paling setia pancasila yang paling utama, nasionalisme menang disini, menghidupkan iman hidupkan takwa agar hiduplah semua jiwa, cinta teguh pada agama, cinta kokoh pada negara. ini 80an tahun bicara tentang ini bicara konsep tentang keberbangsa dan bernegara, wajib kompak membela agama, agama Allah yang maha esa, yang paling mulia yang paling takwa, yang paling tegak membela agama, agama bukan sekedar ibadah, puasa sembahyang di atas sajadah, tapi hukum akidah mencakup syariah mencakup hukum, ini hukumah maksudnya Negara.22

22WawancarapadasaatFocus GroupDiscussiondiLombok

Page 92: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

84

BAB VPENUTUP

1. Kesimpulan

Jaringan keilmuan para ulama Al-Washliyah menyambung sampai kepada berbagai ulama Sunni yang berada di Timur Tengah, misalnya seperti Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Muḥammad Yasin Isa al-Fadani, Ḥasan Masysyaṭ, Sayyid Bakri Syatha, dan Aḥmad Zaini Daḥlan, bahkan sanad keilmuan itu bersambung sampai kepada pendiri Mazhab Syafi’iyah (Imam Syafi’i) dan mazhab Asy‘ariyah (Abu Ḥasan al-Asy‘ari), maka dapat dikatakan bahwa ulama-ulama Al-Washliyah adalah pewaris Mazhab Sunni, dan mereka telah berperan aktif sebagai benteng Sunni di Nusantara.

Beberapa ulama Al-Washliyah memiliki hubungan yang erat dengan para ulama Haramain seperti, Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan Abdul Qadir al-Mandili terutama dalam soal intelektual.“Kedua ulama ini memiliki hubungan intelektual dengan Sayyid Bakri Syaṭa dan Ahmad Zaini Dahlan”. Di antara beberapa ulama Al-Washliyah yang memiliki jaringan keulamaan dengan ulama Haramain tersebut adalah: Muhammad Yunus, Hasan Maksum, Dja’far Hasan, Kadhi Iljas dan Mahmud Ismail Lubis. Sedangkan ulama Nahdlatul Wathan terutama sebagai tokoh utama Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sejak berumur 15 tahun sudah dibawa oleh kedua orangtuanya ke Makkah.

Ayahnya mencarikan guru yang dianggap sesuai untuk pendidikan anaknya. Untuk menemukan guru yang dianggap memenuhi syarat dan sesuai dengan harapan inilah, sang ayah

Page 93: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

85

sempat juga menetap di Mekah selama dua musim haji. Sedangkan ibunya tetap tinggal di Mekah untuk menjaga dan menemaninya. Tetapi tiga setengah tahun kemudian, ajal menjemput sang ibu. Di Mekah ia sempat juga pindah-pindah sekolah dan karena itulah ia bisa mengatakan bahwa ia mempunyai sekian banyak guru, baik mereka yang berasal dari kepulauan Nusantara, maupun mereka yang kelahiran tanah Arab. Ia pun tidak pula hanya belajar berbagai disiplin ilmu keislaman, tetapi malah sempat juga belajar ilmu sastra dari seorang ahli syair yang sudah terkenal di Mekah. Di masa ia sedang berada di Mekah inilah kaum Wahabi berhasil mengalahkan kekuasaan Syarif Husain.Setelah sempat pindah-pindah ke beberapa sekolah, akhirnya ia berhasil menamatkan sekolah di Madrasah ash-Shaulatiyah sebuah madrasah terkenal tempat ia belajar berbagai disiplin ilmu keagamaan. Di sinilah pula ia sempat bergaul dan belajar dengan ulama-ulama besar. Ia berhasil menyelesaikan sekolah dalam waktu enam tahun, meskipun program belajar untuk sembilan tahun.Ia tamat dengan predikat “mumtaz”(summacumlaude). Tetapi ia tidak langsung pulang. Sambil menunggu adiknya yang masih belajar ia memperdalam ilmu fiqih dan sebagainya. Pada tahun 1934 ia kembali ke tanah air, dan mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan. Oleh karenanya baik Al-Washliyah maupun Nahdlatul Wathan memiliki jaringan keilmuan yang berasal dari Timur Tengah.

Kontribusi ulama Al-Jam’iyatul Washliyah dan Nahdlatul Wathan dalam dunia literasi, terutama pada masa Orde Baru dan Reformasi sudah terlihat dari hasil-hasil karya mereka. Sebagai ulama, ustaz dan juga mengajar di beberapa pesantren, tentu saja banyak tulisan-tulisan yang telah dibukukan, karya-karyanya itu memiliki peranan untuk penanaman nilai keagamaan serta kebangsaan di Indonesia . Karya yang dihasilkan dalam keagamaan antara lain membahas seputar, Akidah/muamalah, Fiqh/Hukum, Hubungan Antaragama Tasawuf, Fiqh/Hukum dan Muamallah. Karya yang dihasilkan juga menyangkut pada bidang sosial, pendidikan, dan syair-syair yang bersifat kedaerahan.

Page 94: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

86

Tradisi-tradisi literasi ulama Al-Jam’iyatul Washliyah sepertiIsmail Banda, Hasan Maksum, Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Nukman Sulaiman yang menghasilkan buku-buku dalam bidang tafsir dan fiqh. Lahmuddin Nasution, Ramli Abdul Wahid, dan beberapa generasi yang muncul seperti fauzy ilyas yang telah banyak menulis tentang literasi ulama nusantara, Rozali dan Ja’far tentu saja telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam dunia literasi ulama Al-Washliyah.

Sedangkan tradisi literasi ulama di Nahdlatul Wathan dilatar belakangi oleh ketidakpuasan TGKH. Muhammad Zainuddin Madjid serta TGH. Abdul Aziz Sukarnawadi, TGH. Husnuddu’at TGH. Fahrul Rozi, TGH. Jamaluddin yang juga merupakan seorang dosen di IAIN Mataram. Ulama yang berasal dari kedua organisasi ini telah banyak menyelesaikan jenjang studi dengan menjadi cendikiawan muslim sekaligus tokoh pendidikan yang selepas mengenyam pendidikan, mereka kembali ke tanah air untuk mengembangkan pendidikan di daerahnya, khususnya mengembangkan pendidikan Islam. Jaringan ulama yang berasal dari Al-Washliyah dan Nahdlatul Wathan berasal dari Timur Tengah.

Para cendikiawan muslim Al-Washliyah dan Nahdlatul Wathan merupakan pembelajar yang berasal dari lulusan Makkah, Madinah, dan beberapa negara Afrika, seperti halnya Mesir. Pada era Orde baru dan Reformasi kedua organisasi ini telah melahirkan ulama produktif yang menghasilkan berbagai macam karya yang sangat identik dengan wajah Keislaman sekaligus Keindonesiaan, para ulama Al-Washliyah dan Nahdlatul Wathan telah membuktikan bahwa hendaknya sebagai seorang ulama harus memberikan pencerahan kepada umat, terutama melalui sebuah karya yang dihasilkan baik dari bentuk kitab, buku, seni, dan berbagai karya lainnya. Melalui organisasi ini pula para ulama mengabdikan dirinya untuk agama dan bangsa.

Page 95: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fattah, Abdul Kabir, Abdul Quddus, dll. Dari Nahdlatul Wathan Untuk Indonesia Perjuangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (1908-1997). Dinas Sosial: NTB

Abd. Ghofur. 2012. “Kebangkitan Islam di Indonesia (Tela’ah Tentang Munculnya Ormas Islam Awal Abad 20 M)”, dalam: Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama. vol. 4, no. 2.

Abdul Kabir. 2006. “Karakteristik Gerakan Pembaharuan dan Pemikiran TGKH Hamzanwadi”, Jurnal Fikrah, No. 1, Vol. 1 Juli-Desember .

Abdul Hayyi Nu’man. 1999. Riwayat Hidup dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid. Pancor : PBNW.

Abdurrahman Wahid. 2000. Kiai Nyentrik Membela Pemerintah. Yogyakarta: LkiS.

Abdurrahman Syihab. 1951. Memperingati Al Djamijatul Washlijah 21 Tahun 30 November 1930-30 November 1951.

Abuddin Nata. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ahmad Fauzi Ilyas. 2018. Warisan Intelektual Ulama Nusantara. Medan: Rawda Publishing.

Ahmad Hamim Azizy. 2006. Al Jam’iyatul Washliyah dalam Kancah Politik Indonesia. Banda Aceh: Pena.

Ali Romdhoni. Al-Qur’an dan Literasi: Sejarah Rancang-

Page 96: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

88

Bangun Ilmu-Ilmu Keislaman.

Azhari Akmal Tarigan.2009. Menjaga Tradisi Mengawal Medernitas Apresiasi Terhadap Pemikiran dan Kiprah Lahmuddin Nasution. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Azyumardi Azra. 2016. “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Dan Wawasan Kebangsaan PerspektifTGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid (1904-1997) dan Nahdlatul Wathan”. Makalah Muktamar XIII Nahdlatul Wathan (NW) Pondok Pesantren Nurul Haramain, Narmada Lombok Barat.

Baharuddin. 2005. Nahdatul Wathan dan Perubahan Sosial.Yogyakarta:Genta Press.

Bizawie Zainul Milal. 2015. Islam Nusantara Sebagai Subjek dalam Islam Studies Lintas Diskursus dan Metodologi. Bandung: Mizan.

Deliar Noer. 1996. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.

Dja’far Siddik dan Rosnita. 2013. “Gerakan Pendidikan al-Washliyah di Sumatera Utara” Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Volume 17 No 2 Desember.

Faisal Riza. 2013. “Transformasi Al-Washliyah: Dari Gerakan Kultural ke Politik Elektoral”, Jurnal POLITEIA, Volume.5, No.2, Juli.

Ghozali Abdul Moqsith. 2015. Metodologi Islam Nusantara. Bandung: Mizan.

H. Berkhof dan I. H. Enklaar. 2010. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Page 97: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

89

Hakimuddin Lubis. 1980. Bulan Sabit Berbintang Lima dalam Kenangan Hidup H.Djalaluddin Lubis. Medan.

Hamzah B. Uno. 2013. dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Hanun Asrahah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Hariono “TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Menapak Jalan Tinggi, Membangun Elevasi”, dalam Makalah Seminar Nasional, Jakarta 05 April 2017.

Iwan Kuswadi. Tradisi Literasi Ulama Madura Abad 19-21. merupakan dosen dari STKIP PGRI Sumenep, tulisan ini dikutip dari makalah beliau pada acara “Seminar Nasional Gender dan Budaya Madura III, Madura: Perempuan Budaya, dan Perubahan.

Ismed Batubara dan Ja’far, Bunga Rampai al-Jam’iyatul Washliyah. Aceh: al-Washliyah University Press.

Ja’far. 2011. Al Jam’iyatul Washliyah; Potret Histori, Edukasi dan Filosofi. Medan: Perdana Publishing.

Ja’far. 2012. Biografi Intelektual Ulama-Ulama Al Washliyah. Medan: Centre for Al Washliyah Studies.

Ja‘far. 2015. Tarekat dan Gerakan Sosial Keagamaan Shaykh Hasan Maksum. Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam.

Ja‘far. 2015. Tradisi Intelektual Al Washliyah: Biografi Ulama Kharismatik dan Tradisi Keulamaan. Medan: Perdana Publishing-CAS.

Page 98: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

90

Lalu Muhammad Kabul. 2005. Nahdlatul Wathan ; Pustaka Masyarakat Sasak dan NTB, cet 1. Pancor : pengembangan masyarakat bekerjasama dengan yayasan AMPHIBI dan LPWN Nahdlatul Wathan.

Listiyanto Ahmad. 2010. Speed Reading: Teknik dan Metode Membaca Cepat. Yogyakarta: A+Plusbooks.

M. Dzulfikriddin. 2010. Mohammad Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia: Peran dan Jasa Mohammad Natsir dalam Dua Orde di Indonesia. Bandung: Mizan.

M. Hasballah Thaib. 1993. Universitas Al-Washliyah Medan Lembaga Pengakaderan Ulama di Sumatera Utara. Medan: UNIVA.

M. Ridwan Ibrahim Lubis,. 1994. Kepribadian Anggota & Pengurus Al Washliyah. Medan: PP HIMMAH.

M. Rozali. 2016. Tradisi Keulamaan al-Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara (Disertasi) UIN Sumatera Utara.

M. Rozali. 2013. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di Madrasah Aliyah Swasta Al Washliyah Jalan Ismailiyah Medan. Tesis: Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-QuranVol. 15. Jakarta: Lentera Hati.

Mahirah, B. 2017. Evaluasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Idaarah, Vol. I, No. 2, Desember.

Martin van Bruisenen. 2014 Kitab Kuning. Yogyakarta:Gading Publishing.

Page 99: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

91

Masnun. 2007. Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Jakarta: Pustaka al-Miqdad.

Matu Mona. 1975. Riwajat Penghidoepan Alfadil Toean Sjech Hasan Ma’soem (Medan: Sjarikat Tapanoeli, 1355); IAIN Al Jami‘ah Sumatera Utara, Sejarah Ulama-ulama Terkemuka di Sumatera Utara. Medan: IAIN Al Jami‘ah Sumatera Utara.

Muaz Tanjung. 2012. Maktab Islamiyah Tapanuli 1918-1942: Menelusuri Sejarah Pendidikan Islam Awal Abad ke-20 di Medan. Medan: IAIN Press.

Muh. Alwi Parhanudin. 2012. “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat Sipil” IN Right Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, Vol. 2 No. 1.

Munawir Husni. 2014. Nalar Islam Keindonesiaan: peta pembahasan keislaman. Pancor: Multi Persero.

Nana Sudjana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nu’man. 1999. Biografi Maulana Syeikh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Pancor: Pengurus Besar Nahdhatul Wathan.

Patar M. Pasaribu, Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. 2007. Apostel di Tanah Batak. Medan: Universitas HKBP Nomensen.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2014. Evaluasi Program Pendidikan Edisi Kedua Cet. 5. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Syamsuddin Ali Nasution. 2001. Al Jam’iyatul Washliyah dan Perannya dalam Dakwah Islamiyah di Indonesia. Malaysia: Universitas Malaya Kuala Lumpur.

Page 100: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

92

Syamsul Bahri Nasution. 1992. Penumpasan Gerakan 30 September/PKI di Sumatera Utara. Medan: Yayasan Pembaharuan Pemuda Indonesia Medan.

Tuan Guru Haji Afifuddin Adnan. 1983. diktat ka-NW –an untuk madrasah menengah NW. Pancor Biro dakwah YPD PPD NW Pancor.

Udin Syaefudin Sa’ud. 2014. Inovasi Pendidikan, cet ke-VII. Bandung: Alfabeta.

1. Wawancara dan FGD:

Wawancara dengan peserta Focus Group Discussion di Lombok pada 6 Agustus 2019

Wawancara dengan pemateri II pada 30 Juli 2019.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Arifin Umar, selaku Wakil Ketua MPPW Al-Washliyah Sumatera Utara (2015-2020)

Wawancara dengan bapak Pemateri I pada 30 Juli 2019

Ahmad Fauzi Ilyas, “Literasi Ulama Periode Orde Baru-Reformasi: Studi Komparatif Ulama Al Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara dan Nahdhatul Wathan Nusa Tenggara Barat” dalam Focus Group Discussion, di Madani Hotel Medan, Selasa, 30 Juli 2019.

Fahrurrozi Dahlan, QH, SSGuru Besar UIN MataramMateri disampaikan pada agenda FGD Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada MasyarakatUniversitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Mataram, Selasa, 06 Agustus 2019.

Page 101: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

93

2. Website:

http://kabarwashliyah.com/2015/06/16/mengenal-visi-al-jamiyatul-washliyah/ diakses pada tanggal 11 Mei 2019.

h t t p s : / / w w w . k o m p a s i a n a . c o m /sulaimanaddaroni/5988272d27dbb272f5737882/s a n g - m a u l a n a - p e l o p o r - i s l a m - h u b b u l -wathaniyah-di-pulau-lombok?page=all diakses pada tanggal 11 Mei 2019

https://matakita.co/2017/06/27/sejarah-perkembangan-literasi/

https://www.dkampus.com/2017/05/pengertian-literasi-menurut-para-ahli/

http://hamzanwadi.nahdlatulwathan.id/

Page 102: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

94

Biografi PenulisRina Devianty, S.S., M.Pd. lahir 8 Maret

1971 di Medan, Sumatera Utara. Menamatkan Sekolah Dasar di Yayasan Pendidikan Medan Putri, Medan (1984), tamat Sekolah Menengah Pertama di Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendhar) Medan (1987), tamat Sekolah Menengah Atas di Yayasan Tunas Kartika, Medan (1990), menamatkan S-1 di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia (1995), menamatkan Akta Mengajar-IV di Fakultas Ilmu Pendidkan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Medan (1999), menamatkan S-2 di Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia (2012).

Mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia sejak 1995 - sekarang di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara Medan. Pernah mengajar di Madrasah Aliyah Laboratorium IAIN Sumatera Medan Medan (1999-2000) dan di SMP Yayasan Perguruan Pahlawan Nasional, Medan (2002-2018).

Menjadi dosen tetap di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan sejak 2014. Sejak 2018 menjadi dosen tetap di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Prodi Ilmu Perpustakaan.

Menulis beberapa karya ilmiah, yakni buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019), jurnal, yakni “Pembelajaran Bahasa Komunikatif ” (2016), “Loan Words in Indonesian” (2016), “Impact of Changen in Culture on Languange” (2016), “Pemerolehan Bahasa dan Gangguan Bahasa pada Anak Usia Batita” (2016), “Membangun Bahasa Anak Usia Dini Melalui Siasat Pemerolehan Bahasa” (2016), “Membangun Karakter Anak Melalui Sastra,” (2017), “Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan” (2017), “Peran Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam Pendidikan Karakter,”

Page 103: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

95

Abdul Karim Batubara adalah penulis buku ini. Penulis lahir di Kabupaten Simalungun tepatnya di Gunung Bayu pada tanggal 12 Januari 1970. Penulis lahir dari orang tua yang bernama (alm) H. Pakih Batubara dan Ibu (almh) Hj. Mazdalifah Ritonga. Penulis menempuh Pendidikan dimulai dari SD 01 di Gunung Bayu

Kab. Simalungun, Melanjutkan ke SMP Swasta Gunung Bayu, dan SMAN Perdagangan Kab. Simalungun dan Universitas Padjajadran Bandung hingga akhirnya bisa menempuh Pendidikan doctoral kajian komunikasi Islam di Pascasarjana UIN Sumatera Utara. Hingga kini penulis adalah dosen tetap di Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara Medan.

(2017), “Penyimpangan dalam Berbahasa Indonesia,” (2018), The Role of Mother Languange on Indonesian Enlightenment,” (2018), “Manfaat Literasi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan (2019), “Membangun Bahasa Komunikatif untuk Anak Usia Dini” (2019).

Penelitian yang telah dihasilkan, yakni Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia di Koran Tribun Medan” (2018) dan Peran Model Pembelajaran Konflik Intelektual terhadap Kecerdasan Interpersonal Mahasiswa Prodi PIAUD FITK UINSU Medan (2018).

Page 104: LITERASI ULAMA DI INDONESIA - repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/8628/1/Buku Literasi Ulama di Indonesia.pdfSanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

96