listening dalam komunikasi konseling

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi diantara orang-orang yang ada dalam suatu hubungan membantu harus menunjukkan penerimaan dan respek,harus mampu berempati dengan klien, dan adanya genuineness. Komunikasi melibatkan tindakan mendengarkan. Dalam konseling, kemampuan konselor untuk mendengarkan adalah hal yang sangat pokok. Kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Suatu komunikasi selalu menyangkut aspek-aspek verbal dan aspek-aspek nonverbal. Untuk mencapai pemahaman yang seutuhnya, seorang konselor harus mendengarkan kliennya dengan memperhatikan apa yang disampaikan melalui kata-katanya (aspek verbal), tetapi juga memperhatikan aspek nonverbal (seperti bahasa tubuh, nada suara, ekspresi wajah, gerakan, dan lain-lain). Kemudian konselor harus menggabungkan kedua pesan yang disampaikan melalui bahasa verbal dan bahasa nonverbal ini supaya sampai pada suatu pemahaman dan pengertian yang akurat tentang pesan apa yang ingin disampaikan oleh klien. Dengan demikian observasi menjadi sangat penting. Tetapi, ada kalanya pesan yang ditangkap melalui aspek verbal dan nonverbal bisa berbeda, konselor 1

Upload: mayora-ulfa

Post on 13-Feb-2016

398 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Listening Dalam Komunikasi Konseling

TRANSCRIPT

Page 1: Listening Dalam Komunikasi Konseling

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi diantara orang-orang yang ada dalam suatu hubungan

membantu harus menunjukkan penerimaan dan respek,harus mampu

berempati dengan klien, dan adanya genuineness. Komunikasi melibatkan

tindakan mendengarkan. Dalam konseling, kemampuan konselor untuk

mendengarkan adalah hal yang sangat pokok. Kemampuan mendengarkan

merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor.

Suatu komunikasi selalu menyangkut aspek-aspek verbal dan aspek-aspek

nonverbal. Untuk mencapai pemahaman yang seutuhnya, seorang konselor

harus mendengarkan kliennya dengan memperhatikan apa yang disampaikan

melalui kata-katanya (aspek verbal), tetapi juga memperhatikan aspek

nonverbal (seperti bahasa tubuh, nada suara, ekspresi wajah, gerakan, dan

lain-lain). Kemudian konselor harus menggabungkan kedua pesan yang

disampaikan melalui bahasa verbal dan bahasa nonverbal ini supaya sampai

pada suatu pemahaman dan pengertian yang akurat tentang pesan apa yang

ingin disampaikan oleh klien. Dengan demikian observasi menjadi sangat

penting. Tetapi, ada kalanya pesan yang ditangkap melalui aspek verbal dan

nonverbal bisa berbeda, konselor harus dapat menangkap hal ini dan

kemudian menyaring dan mencari “bukti-bukti,” tentang apa yang sebenarnya

ingin disampaikan oleh klien. Seorang konselor harus dapat mendengarkan

dengan telinga ketiga

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan listening skills (keterampilan mendengarkan)

2. Apa yang dimaksud dengan empat keterampilan mendengar reflektif

3. Apa yang dimaksud dengan alasan untuk mendengarkan

4. Apa yang dimaksud dengan active listening (mendengarkan aktif)

1

Page 2: Listening Dalam Komunikasi Konseling

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan listening skills

(keterampilan mendengarkan)

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan empat keterampilan

mendengar reflektif

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alasan untuk mendengarkan

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan active listening

(mendengarkan aktif)

2

Page 3: Listening Dalam Komunikasi Konseling

BAB II

PEMBAHASAN

A. Listening Skills (Keterampilan Mendengarkan)

Menurut McKay, Davis dan Fanning (1992), keterampilan

mendengarkan adalah kemampuan dasar yang esensial untuk membuat dan

mempertahankan hubungan. Bila seseorang merupakan pendengar yang baik,

maka orang akan tertarik kepadanya. Mendengarkan adalah kemampuan untuk

secara akurat menerima dan menafsirkan pesan dalam proses komunikasi.

Mendengarkan adalah kunci untuk semua komunikasi yang efektif, tanpa

kemampuan untuk mendengarkan secara efektif pesan dengan akan mudah

disalahpahami, komunikasi rusak dan pengirim pesan dapat dengan mudah

menjadi frustasi atau jengkel.1

Ada perbedaan antara Hearing dan Listening. Hearing adalah the

physiological sensory processes by which auditory impression are received

and transmitted to the brain. Sedangkan listening adalah a more complex

psychological procedure which involves interpreting and understanding the

significance of the sensory experience (Baruth & Robinson III, hlm. 88).

Selanjutnya, McKay, Davis dan Fanning (1992) juga mengatakan bahwa

mendengarkan itu sekaligus disertai komitmen dan komplimen. Komitmen

untuk memahami bagaimana perasaan orang lain, bagaimana mereka melihat

dunia, berarti mengesampingkan prasangka dan keyakinan-keyakinan pribadi,

kecemasan dan self-interest, sehingga bisa memandang dunia dari matanya,

berusaha melihat dari perspektifnya. Mendengarkan adalah suatu komplimen,

karena “mengatakan” kepada orang lain I care what’s happening to you, your

life and your experience are important (hlm. 14).

Menurut penulis yang sama kunci untuk real listening adalah wanting dan

intending untuk melakukan hal itu. Berarti memang ada kemauan dan ada niat

untuk melakukannya. Didalam mendengarkan, terdapat unsur atensi

(perhatian). Lindon dan Lindon (2000) mengatakan bahwa memperhatikan

1 BPKP. 2007. Interpersonal Skill. Edisi ke 4 (Modul): Pusat pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, hal 67

3

Page 4: Listening Dalam Komunikasi Konseling

orang lain sangatlah penting. Atensi yang baik melibatkan tingkah laku

melihat dan mendengarkan.

1. Kesadaran tentang bahasa tubuh klien : Apa yang dapat dilihat dari

tingkah lakunya.

2. Kesadaran tentang bahasa tubuh diri sendiri : Apa yang dapat dilihat orang

dari tingkah laku diri sendiri.

3. Mendengarkan apa yang dikatakan klien dan bagaimana caranya

menyampaikannya.

Tanpa perhatian, dialog antara dua orang akan menjadi monolog

ganda, suatu komunikasi paralel dan bukan komunikasi dua arah. Hampir

tidak mungkin untuk membuat orang percaya bahwa seseorang (konselor)

benar-benar memperhatikan, bila sesungguhnya konselor itu tidak

memperhatikan. Atensi yang kurang ini akan terampil melalui dua cara, 2yaitu :

1. Bahasa tubuh orang akan mengkhianatinya. Pandangan matanya ke mana-

mana, terlihat gelisah, atau sering melihat jam.

2. Apa yang diberikan sebagai jawaban akan menunjukkan bahwa ia tidak

mendengarkan. Misalnya, kata-katanya akan menunjukkan bahwa ia tidak

memahami apa yang dikatakan dan tidak berusaha untuk memahami. Atau

apa yang dikatannya hanya sedikit berhubungan dengan apa yang

seharusnya didengar.

Seorang pendengar yang baik akan mendengarkan tidak hanya apa yang

dikatakan, tetapi juga untuk apa yang terucapkan atau hanya sebagian kata.

Mendengarkan secara efektif melibatkan mengamati bahasa tubuh dan melihat

inkonsistensi antara pesan verbal dan nonverbal. Sebagai contoh, jika

seseorang memberitahu Anda bahwa mereka senang dengan kehidupan

mereka, tetapi dengan gigi terkatup atau dengan air mata mengisi mata

mereka, Anda harus mempertimbangkan bahwa pesan verbal dan nonverbal

2 Lesmana, Jeanette Murad. 2005. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Hal 87

4

Page 5: Listening Dalam Komunikasi Konseling

berada dalam konflik, mungkin tidak berarti seperti apa yang mereka katakan.

10 prinsip dalam mendengarkan, yaitu 3:

1. Berhenti Berbicara

Jangan bicara, dengarkan. Ketika orang lain berbicara dengarkan apa yang

mereka katakan, jangan menyela. Berhenti, dengarkan saja. Ketika orang

lain telah selesai berbicara Anda mungkin perlu untuk mengklarifikasi

untuk memastikan Anda telah menerima pesan mereka secara akurat.

2. Siapkan Diri untuk Mendengarkan

Santai Saja. Fokus pada pembicara. Menempatkan hal-hal lain di luar

pikiran. Pikiran manusia mudah terganggu oleh pikiran-pikiran lain,

apakah untuk makan siang, jam berapa saya harus pergi untuk mengejar

jadwal kereta saya, apakah akan hujan, dan lain sebagainya. Mencoba

untuk menempatkan pikiran dan berkonsentrasi pada pesan yang sedang

dikomunikasikan.

3. Tempatkan Pembicara Agar Merasa Nyaman

Membantu pembicara untuk merasa bebas untuk berbicara. Ingat

kebutuhan dan keprihatinan mereka. Mengangguk atau menggunakan

gerak tubuh atau kata-kata lain untuk mendorong mereka untuk

melanjutkan pembicaraan. Pertahankan kontak mata, dengan ini

menunjukkan Anda mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan.

4. Hapus Gangguan

Fokus pada apa yang dikatakan : tidak mencorat-coret kertas, melihat

keluar jendela, dan lain sebagainya. Hindari gangguan yang tidak perlu.

Perilaku ini mengganggu proses mendengarkan dan mengirim pesan ke

pembicara bahwa Anda bosan atau terganggu.

5. Empati

Cobalah untuk memahami sudut pandang orang lain. Melihat masalah dari

sudut pandang mereka. Melepaskan prasangka. Dengan memiliki pikiran

3 Tohirin, 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, hal 47

5

Page 6: Listening Dalam Komunikasi Konseling

terbuka kita dapat lebih berempati dengan pembicara, tetap berpikiran

terbuka terhadap pandangan dan pendapat orang lain.

6. Sabar

Sebuah jeda, bahkan jeda panjang, tidak berarti bahwa pembicara selesai.

Bersabar dan biarkan pembicara melanjutkan dalam waktu mereka sendiri,

kadang-kadang dibutuhkan waktu untuk merumuskan apa yang harus

dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Jangan mengganggu atau

menyelesaikan kalimat untuk seseorang.

7. Hindari Personal Prejudice

Cobalah untuk tidak memihak. Jangan menjadi kesal dan jangan

mengalihkan perhatian Anda dari apa yang benar-benar mereka katakan.

Semua orang memiliki cara yang berbeda untuk berbicara—beberapa

orang misalnya lebih gugup atau malu daripada yang lain, beberapa

memiliki aksen regional atau membuat gerakan lengan yang berlebihan,

beberapa orang ingin duduk diam.

8. Dengarkan Nada/Tekanan Suara

Volume dan nada menambah apa yang dikatakan. Seorang pembicara yang

baik akan menggunakan volume dan nada untuk keuntungan mereka untuk

menjaga perhatian pendengar; semua orang akan menggunakan pitch, nada

dan volume suara dalam situasi tertentu—biarkan ini membantu Anda

untuk memahami penekanan apa yang dikatakan.

9. Dengarkan Gagasannya--Tidak Hanya Kata

Anda perlu untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh, bukan hanya

potongan. Mungkin salah satu aspek yang paling sulit dari mendengarkan

adalah kemampuan untuk menghubungkan bersama potongan-potongan

informasi untuk mengungkapkan ide-ide orang lain. Dengan konsentrasi

yang tepat, melepaskan gangguan, dan fokus ini menjadi lebih mudah.

10. Tunggu dan Perhatikan Komunikasi Non-Verbal

Gerak tubuh, ekspresi wajah, dan mata—semua gerakan bisa menjadi

penting. Tidak hanya mendengarkan dengan telinga saja, tetapi juga

6

Page 7: Listening Dalam Komunikasi Konseling

dengan mata kita—mengambil informasi tambahan yang dikirim melalui

komunikasi non-verbal.

B. Empat Keterampilan Mendengar Reflektif

Bolton (2003) mengatakan bahwa mendengarkan adalah lebih dari hanya

mendengarkan saja. Dalam mendengarkan terdapat unsur-unsur menyimak.

Berarti si pendengar harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh pesan-

pesan yang disampaikan oleh orang yang sedang berbicara. Ia harus berusaha

memahami pesan yang disampaikan oleh orang yang memberi pesan.

Mendengarkan tidak berarti duduk diam dengan mulut tertutup dan memasang

kuping, tetapi membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Mendengarkan

adalah proses aktif yang menuntut partisipasi. Orang yang mendengarkan

harus menyampaikan kembali kepada orang yang didengarkan apa yang

didengarnya. Berarti, si pendengar harus mampu untuk merefleskikan kembali

apa yang diterimanya.4

Bolton (2003) mengatakan bahwa empat keterampilan mendengar

reflektif, yaitu :

1. Paraphrasing

Bolton (2003), mengatakan bahwa paraphrasing adalah jawaban

yang menyebutkan esensi dari isi pesan yang disampaikan dengan

menggunakan kata-kata pendengarnya sendiri. Vrolijk dkk (1972, 1988)

menyebutnya sebagai content response. Menurut McKay, Davis dan

Fanning to paraphrase means to state in your own words what you think

someone just said (1992).

Suatu paraphrase yang efektif, 1). Haruslah ringkas, 2).

Merefleksikan esensi dari pesan yang disampaikan pembicara, 3).

Memfokuskan pada isi (content), dan akhirnya 4). Diucapkan kembali

dengan menggunakan kata-kata dari si pendengar sendiri. Menggunakan

kata-kata lain yang berbeda dari yang diungkapkan oleh pembicara. Harus

4 Wuryanano. (2007). The 21 Principles to Build adan Develop Fighting Spirit. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo. Hal 36

7

Page 8: Listening Dalam Komunikasi Konseling

dibedakan antara paraphrasing dan parroting, yaitu mengulang persis

kata-kata yang diucapkan oleh pembicara. Vrolijk dkk (1972, 1988)

menyebutnya dengan echo response. Apabila Paraphrasing digunakan

secara tepat dapat memberi kontribusi besar dalam komunikasi. Menurut

Bolton (2003), sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari orang sudah

melakukan paraphrasing meskipun tanpa merasakannya.

2. Reflecting Feelings (Merefleksikan Perasaan)

Pada refleksi perasaan mencakup mencerminkan kembali perasaan

yang disampaikan oleh pemberi pesan. Harus mencari dengan akurat

perasaan apa yang ingin disampaikan. Orang yang menyampaikan pesan

mungkin tidak secara eksplisit mengatakan apa yang dirasakannya,

mungkin tanpa kesengajaan, mungkin pula karena ia tidak menyadarinya.

Pendengar yang baik, berusaha untuk membantu dengan mencari perasaan

apa yang ada di balik pesan verbalnya itu. Pendengar seringkali kehilangan

banyak dimensi emosional suatu percakapan karena ada kecenderungan

untuk memusatkan perhatian hanya pada isi. Ketika melakukan refleksi,

seringkali terfokus pada isi dan tidak pada perasaan. Apabila pendengar

tidak tanggap terhadap perasaan yang disampaikan oleh pembicara,

kemungkinan akan kehilangan banyak informasi yang berharga.

Pendengar cenderung tidak memperhatikan reaksi pribadi diri individu

yang menyampaikan suatu pesan atau peristiwa—kegembiraannya,

penderitaannya, kekecewaannya dan lain-lain, sering tidak tertangkap,

karena pendengar terlalu fokus pada isi pesan.

Perasaan adalah kekuatan yang mendorong orang untuk memilah-

milah data, mengorganisasikannya, dan menggunakannya secara efektif

pada waktu membentuk dan mengimplementasikan langkah-langkah yang

sesuai. Sehingga seseorang juga harus meningkatkan kemampuan

“mendengarkan” perasaan. Caranya antara lain dengan 5:

a. Fokuskan pada kata-kata perasaan.

b. Perhatikan isi umum pesan itu.

5 Budiningsih, C Asri. (2004). Perkembangan Moral. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Hal 58

8

Page 9: Listening Dalam Komunikasi Konseling

c. Amati bahasa tubuh.

d. Tanyalah kepada diri sendiri, “bila saya mengalami peristiwa tersebut,

apa yang akan saya rasakan?”

3. Reflecting Meanings (Merefleksikan Makna)

Apabila perasaan dan fakta dicampurkan dalam suatu respons yang

akurat, hal inilah yang disebut sebagai refleksi makna. Dalam mendengar

aktif atau refleksi makna, ada dua elemen yang direfleksikan, yaitu :

a. Isi pembicaraan, dan

b. Perasaan yang menyertai.

Keuntungan dari refleksi makna, antara lain :

a. Orang akan sangat menghargai bila merasa didengarkan.

b. Mencegah meningkatnya rasa marah dan meredakan krisis.

c. Menghentikan komunikasi yang salah. Asumsi yang salah, kesalahan-

kesalahan dan interpretasi yang salah dikoreksi pada saat itu juga.

d. Bila seseorang merasa didengarkan, ia akan lebih mudah

mendengarkan orang lain.

e. Bila dilakukan mendengar aktif, maka tidak akan dilakukan reaksi-

reaksi lain yang akan mengganggu pembicaraan.

4. Summative Reflection (Refleksi Sumatif)

Terjadi suatu refleksi sumatif, bila diungkapkan kembali secara

singkat tema dan perasaan utama yang diekspresikan pembicara selama

durasi percakapan yang lebih lama daripada yang terliput oleh bentuk-

bentuk refleksi lainnya. Refleksi lain biasanya hanya meliputi satu atau

dua kalimat saja. Refleksi sumatif, membantu pembicara memperoleh

gambaran yang terintegrasi mengenai apa yang dikatakannya, refleksi

sumatif menyatakan kembali informasi penting yang dikatakan berulang-

ulang dan dengan intensitas tinggi. McKay, Davis dan Fanning (1992)

menambahkan dua unsur penting dalam mendengarkan, yaitu apa yang

disebut mereka sebagai clarifying dan feedback.

9

Page 10: Listening Dalam Komunikasi Konseling

5. Clarifying (Klasifikasi)

Meminta klasifikasi tidak dapat dipisahkan dari mendengar aktif.

Meminta klarifikasi berarti mengajukan pertanyaan sampai diperoleh

gambaran yang jelas. Karena intensinya adalah untuk mendapatkan

pemahaman seutuhnya, maka seringkali perlu mengajukan pertanyaan

untuk lebih mendapatkan informasi. Jadi, melalui klarifikasi dapat

dilakukan paraphrasing, refleksi perasaan dan refleksi makna yang lebih

baik.

6. Feedback (Umpan Balik)

Feedback merupakan upaya mengkoreksi kesalahan bila apa yang

dipikirkan pendengar salah. Fungsi feedback adalah untuk mengecek

persepsi, apa yang dilihat, apa yang didengar, ditransformasikan ke dalam

suatu deskripsi tentatif. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam

memberikan feedback, yaitu :

a. Segera, artinya langsung setelah merasa memahami komunikasinya

(setelah paraphrasing dan clarifying).

b. Jujur, artinya melakukan reaksi yang sesungguhnya.

c. Suportif.

C. Alasan Untuk Mendengarkan

Keterampilan listening (mendengarkan) yaitu salah satu komponen

dari proses komunikasi, salah satunya ialah mendengarkan. Mendengarkan

bukan secara harfiah menggunakan alat pendengaran (telinga), tetapi memiliki

arti yang lebih luas dengan penggunaan alat penerimaan pesan lainnya.

Berikut ini ada empat alasan utama mengapa orang perlu mendengarkan 6:

1. Untuk Memahami dan Memperoleh Informasi : Orang yang menguasai

informasi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses, baik secara

pribadi maupun konteks profesional, karena di era sekarang, menguasai

informasi berarti menguasai sumber daya. Memahami perintah,

memahami pesan, memahami kebutuhan orang lain, menggali lebih

6 Segal, Jeanne, 2001, Kepekaan Emosional, Bandung : Kaifa. Hal 47

10

Page 11: Listening Dalam Komunikasi Konseling

banyak informasi yang dibutuhkan sebagai modal agar dapat

berkomunikasi serta menjadi kemampuan utama untuk dapat berhasil

dalam setiap pekerjaan.

2. Analisis Terhadap Kualitas Informasi : Kemampuan seseorang untuk dapat

menganalisis informasi dibutuhkan agar dapat bertindak tepat.

Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan

meningkatkan kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data, dan

kemampuan mengolah informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap

suatu kondisi atau keadaan dapat diambil.

3. Membangun dan Memelihara Hubungan : Alasan untuk mendengarkan

adalah untuk melakukan komunikasi interpersonal. Banyak survei telah

membuktikan bahwa orang yang memiliki kemampuan untuk mendengar

dengan efektif memiliki hubungan yang lebih baik dengan sesamanya,

sebaliknya mereka yang kurang mampu untuk mendengarkan akan

memperburuk hubungan atau setidaknya tidak dapat membangun

hubungan yang lebih baik.

4. Menolong Orang Lain : Kemampuan mendengarkan wajib dimiliki agar

dapat memahami orang lain, dan pada akhinya dapat menolong orang lain.

Pada saat seseoramg mau mendengarkan dan memberikan perhatian yang

tulus serta serius kepada permasalahan yang kita sampaikan, hampir

sebagian besar masalah kita telah dapat ditolong, atau minimal dapat

memberikan pola atau prespektif yang baru dapat menghadapi masalah

yang kita hadapi.

D. Active Listening (Mendengarkan Aktif)

Mendengarkan aktif adalah keterampilan yang dapat diperoleh dan

dikembangkan dengan praktek. Namun, mendengar aktif bisa sulit untuk

dikuasai, oleh karena itu, membutuhkan waktu dan kesabaran. Mendengarkan

aktif melibatkan mendengarkan dengan semua indera7. Serta memberikan

7 Baharuddin, H. (2009). Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena. Yogjakarta : Ar Ruzz Media. Hal 52

11

Page 12: Listening Dalam Komunikasi Konseling

perhatian penuh pada pembicara, penting bahwa pendengar aktif' juga terlihat

untuk mendengarkan. Mendengarkan aktif adalah keterampilan dalam teknik

berkomunikasi yang memfokuskan pada perkataan seseorang dan mendalami

perasaan serta berespon dari konten pembicaraan yang melibatkan emosi dan

feeling dalam rangka memastikan informasi atau pesan yang disampaikan

adalah akurat yang menjadikan komunikasi yang efektif.

1. Komponen Mendengar Aktif (Brammer). Attending

a. Membangun kontak mata dengan helpee ketika proses helping. Helper

melihat mata helpee dengan tajam ketika helpee berbicara.

b. Postur tubuh helper ketika merespon helpee

1) Sikap tubuh santai, tidak tegang.

2) Duduk bersebelahan.

3) Menepuk punggung helpee.

4) Memberikan tissue ketika diperlukan.

c. Gestur tubuh helper ketika merespon helpee

1) Tangan terbuka, tidak menutup badan atau dada.

2) Badan sedikit condong kearah helpee, tidak juga menyandar pada

kursi (menengadah).

3) Tidak melakukan gerakan–gerakan yang tidak menunjang (gerak

kaki/tangan/ kedip mata).

4) Menganggukan kepala ketika mendengar keluhan.

d. Tingkah laku secara verbal atau ucapan

1) Hmmm…

2) Ooohh… begitu…

3) Iya… okey…

4) Lalu…

5) Sikap ramah.

6) Tersenyum.

2. Bila Konselor Memberikan Atensi

12

Page 13: Listening Dalam Komunikasi Konseling

a. Klien akan merasa dihargai. Mereka merasa konselor memberi waktu

dan perhatian dan bahwa keprihatinan mereka merupakan sesuatu yang

jadi perhatian konselor juga.

b. Konselor akan menjadi lebih mudah untuk memahami alasan mengapa

seorang klien datang meminta bantuan.

c. Konselor akan ada dalam posisi yang lebih baik untuk memberi

kliennya informasi (atau nasihat bila perlu) yang sesuai dengan

kebutuhan klien dan yang akan benar-benar bisa membantu klien.

d. Konselor akan mampu untuk menilai apakah bisa membantu klien ini,

dan bila tidak, bisa memberi saran siapa yang lebih tepat untuk

membantunya.

3. Clarifying

Klarifikasi adalah keterampilan yang kita gunakan untuk

memastikan bahwa kita telah memahami pesan dari pembicara dalam

pertukaran interpersonal. Bila menggunakan klarifikasi mengikuti panduan

ini untuk membantu memahami komunikasi.

a. Akuilah jika Anda tidak yakin tentang apa arti dari apa yang

dibicarakan.

b. Meminta pengulangan.

c. Memeriksa apakah ini adalah apa yang mereka katakan.

d. Mintalah contoh spesifik.

e. Gunakan pertanyaan terbuka, pertanyaan non-direktif.

f. Tanyakan apakah Anda sudah benar dan siap untuk dikoreksi.

Beberapa contoh pertanyaan klarifikasi, yaitu :

“Saya tidak yakin saya mengerti apa yang Anda katakan.”

“Saya tidak merasa jelas tentang masalah utama di sini.”

“Saat kamu berkata……….apa maksudmu?”

“Bisakah Anda ulangi…..?”

Klarifikasi penting dalam banyak situasi terutama ketika apa yang

disampaikan sulit dalam beberapa cara. Komunikasi dapat “sulit” karena

13

Page 14: Listening Dalam Komunikasi Konseling

berbagai alasan, mungkin emosi sensitif atau Anda sedang mendengarkan

beberapa informasi yang kompleks atau mengikuti instruksi.

4. Paraphrasing

a. Mendengarkan pesan dasar yang diungkapkan helpee dan

mengungkapkan kembali dengan kata-kata lain yang lebih singkat.

1) Jadi, tampaknya kamu seperti…

2) Tampakya kamu menyukainya…

3) Dia begitu membuatmu bingung ya…

b. Mengulangi rangkuman dari pesan dasar yang disampaikan helpee.

c. Memperhatikan isyarat helpee, menanyakan respon helpee untuk

konfirmasi atau penyangkalan dari helpee.

5. Reflection8

Refleksi adalah proses parafrase dan ulangan, baik perasaan dan

kata-kata pembicara. Tujuan refleksi adalah :

a. Untuk memungkinkan pembicara “mendengar” pikiran mereka sendiri

dan untuk fokus pada apa yang mereka katakan dan rasakan.

b. Untuk memastikan bahwa Anda melakukan yang terbaik untuk

memahami pesan mereka.

c. Untuk mendorong mereka untuk terus berbicara.

6. Perception Checking

Persepsi adalah proses dimana manusia hadir untuk memilih,

mengatur, menafsirkan, dan mengingat fenomena. Meskipun semua orang

terus-menerus terlibat dalam persepsi, prosesnya kadang-kadang sama di

seluruh individu (terutama di kalangan anggota erat terkait keluarga atau

kelompok budaya), setiap orang merasakan dunia dengan cara yang unik

yang terbuka untuk sejumlah pengaruh. Sulit bagi kita untuk mengetahui

apa dan bagaimana persepsi orang. Melalui pemeriksaan persepsi,

memberikan orang lain akses dari apa yang kita pikir, kita alami dan

8 Winarti, Euis. (2007). Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Graha Ilmu. Hal 49

14

Page 15: Listening Dalam Komunikasi Konseling

penafsiran kita. Maka pendengar memberikan kesempatan kepada

pembicara untuk mengoreksi, untuk menambah interpretasi mereka, atau

untuk memvalidasi persepsi pendengar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut McKay, Davis dan Fanning (1992), keterampilan mendengarkan

adalah kemampuan dasar yang esensial untuk membuat dan mempertahankan

hubungan. Bila seseorang merupakan pendengar yang baik, maka orang akan

tertarik kepadanya. Mendengarkan adalah kemampuan untuk secara akurat

menerima dan menafsirkan pesan dalam proses komunikasi. Mendengarkan

adalah kunci untuk semua komunikasi yang efektif, tanpa kemampuan untuk

mendengarkan secara efektif pesan dengan akan mudah disalahpahami,

komunikasi rusak dan pengirim pesan dapat dengan mudah menjadi frustasi

atau jengkel

Menurut penulis yang sama kunci untuk real listening adalah wanting dan

intending untuk melakukan hal itu. Berarti memang ada kemauan dan ada niat

untuk melakukannya. Didalam mendengarkan, terdapat unsur atensi

(perhatian). Lindon dan Lindon (2000) mengatakan bahwa memperhatikan

orang lain sangatlah penting. Atensi yang baik melibatkan tingkah laku

melihat dan mendengarkan.

B. Saran

Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari sumber-

sumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita

hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad

yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemidian mengapllikasikannya

dalam kehidupan kita sehari-hari.

15

Page 16: Listening Dalam Komunikasi Konseling

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah

memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, November 2015

Penyusun

16

Page 17: Listening Dalam Komunikasi Konseling

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFATR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Listening Skills (Keterampilan Mendengarkan)....................................

B. Empat Keterampilan Mendengar Reflektif............................................

C. Alasan Untuk Mendengarkan................................................................

D. Active Listening (Mendengarkan Aktif)...............................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................18

B. Kritik dan Saran ...................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................iii

17

i

Page 18: Listening Dalam Komunikasi Konseling

MAKALAHMAKALAHPSIKOLOGI DAKWAH

Karakteristik Manusia Menurut Al-qur’an

Disusun Oleh : DESPA RENISURYANI

131 635 1565

Dosen pembimbing :Wira Hadikusuma, M. Ag

18

ii

Page 19: Listening Dalam Komunikasi Konseling

AKHLAK TASAWUFFAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BENGKULU

2015DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

BPKP. 2007. Interpersonal Skill. Edisi ke 4 (Modul): Pusat pendidikan dan

Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Lesmana, Jeanette Murad. 2005. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta : Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press).

Tohirin, 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Wuryanano. (2007). The 21 Principles to Build adan Develop Fighting Spirit.

Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo

Budiningsih, C Asri. (2004). Perkembangan Moral. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Segal, Jeanne, 2001, Kepekaan Emosional, Bandung : Kaifa

Baharuddin, H. (2009). Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap

Fenomena. Yogjakarta : Ar Ruzz Media

Winarti, Euis. (2007). Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Graha Ilmu

19