peranan komunikasi bimbingan dan konseling dalam … · 2021. 2. 16. · bimbingan konseling adalah...
TRANSCRIPT
PERANAN KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN SISWA MTS HALIMATUSSA’DIYAH PALOPO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
SINAR AHMATIA NIM : 105270009915
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
ABSTRAK
Sinar Ahmatia.105 270 0099 15. 2020 . Peranan Komunikasi Bimbingan Dan Konseling Dalam Pembinaan Siswa Mts. Halimatussa‟diyah Palopo. Di bimbing Abbas dan Meisil B. Wulur.
Penelitian ini membahas tentang peranan komunikasi konseling
dalam pembinaan akhlak siswa Halimatussa‟diyah Palopo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Adapun yang menjadi fokus pembahasan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan Komunikasi Konseling dalam pembinaan
akhlak siswa.
2. Bagaimana efektivitas komunikasi konseling dalam pembinaan
pengembangan diri siswa.
3. Apa hambatan Komunikasi konseling dalam pembinaan akhlak
siswa.
Komunikasi Konseling memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembinaan akhlak siswa, dalam pelaksanaanya guru melaksanakan
komunikasi konseling dengan dua cara, yaitu konseling individual dan
klasikal.
Pelaksanaan layanan komunikasi bimbingan dan konseling sudah
efektif walau masih dalam kategori cukup sebab masih banyak hambatan-
hambatan yang dihadapi dalam mengatasi problem pengembangan diri
siswa binaan.
Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi penghambat komunikasi
konseling, yaitu, faktor internal, faktor eksternal dan sarana prasarana
yang kurang memadai.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa teriring
dalam setiap hela nafas atas kehadirat dan junjungan Allah SWT.
Bingkisan salam dan shalawat kepada kekasih Allah, Nabiullah
Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta ummat yang
senantiasa istiqomah dijalan-Nya. Tiada jalan tanpa rintangan, tiada
puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan
kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai
dititik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari uluran
tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan
moril dan materil. Maka melalui kesempatan ini penulis mengucapakan
banyak terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Syekh Dr. (HC) Mohammad ibn Mohammad al-Thayyib Khoory,
selaku Pembina Asia Muslim Charity Foundation (AMCF).
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh
pimpinan dan stafnya.
4. Dr. Abbas, Lc., M.A., selaku ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Sudir koadhi, S.S., M.Pd.I., Selaku sekertaris Prodi Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
6. Dr. Abbas, Lc., M.A. dan Dr. Meisil B. Wulur, S.Kom.I., M.Kom.I.,
masing-masing sebagai pembimbing I dan II, yang telah
meluangkan waktunya memberikan bimbingan sampai selesai
penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membekali
penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.
8. Untuk kedua orang tua yang saya cintai dan saya banggakan,
kesuksesan ini tidak bermakna tanpa ridha dan kasih sayang
Ibunda dan Ayahanda. Berkat perjuangan Ibunda dan Ayahanda
dalam mendidik kami serta doa dalam setiap sujud-sujud Ibunda
dan Ayahanda hingga kami mampu menjadi orang yang dapat di
harapakn dan di banggakan.
9. Terkhusus suami tercinta Muh. Sholikhin, S.Pd., M.Pd., yang
senantiasa mendoakan, selalu memberikan dorongan dan
semangat agar bisa menyelesaikan skripsi ini, serta ananda
Zeyaad Fatih Sholihin yang telah menjadi qurratu a’yun..
10. Rekan-rekan sesama mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi
bantuan dan dukungannya.
11. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya
satu persatu.
Adalah sebuah kesadaran dan penulis meminta maaf, dan semoga
karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis khususnya serta
segenap pembaca pada umumnya.
Makassar, 16 Rabiul Awal 1442 H
02 November 2020 M
Penulis
SINAR AHMATIA
NIM: 105270009915
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi Konseling ....................................................... 6
B. Strategi Komunikasi ............................................................................. 11
C. Pengertian Bimbingan dan Aktualisasi Diri ......................................... 15
D. Landasan, Fungsi, Tujuan dan Prinsip
Bimbingan dan Konseling................................................................. 21
E. Sifat Bimbingan Pesantren .................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 35
B. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................ 35
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ................................................ 36
D. Sumber Data ........................................................................................ 38
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 39
F. Teknik Pengumpulan data ................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data............................................................................. 41
BAB IVHASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi ..................................................................... 44
1. Sistem Pendidikan ................................................................... 46
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah .................................................. 49
3. Data Siswa MTs.Halimatussa‟diyah Palopo ............................ 50
B. Peranan Komunikasi Bimbingan dan Konseling Terhadap Siswa Binaan
MTs. Halimatussa‟diyah Palopo .......................................................... 51
C. Bagaimana Efektifitas Komunikasi konseling dalam Pengembangan Diri
para Siswa Binaan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo ........................... 55
D. Kendala Komunikasi Bimbingan dan Konseling dalam
Pengembangan Pembinaan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo ............ 57
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 61
B. SARAN ................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi memainkan peran penting, dalam kehidupan manusia.
Hampir setiap saat manusia bertindak dan belajar dengan melalui
komunikasi. Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan
berlangsung dalam situasi komunikasi antar pribadi. Situasi komunikasi
antar pribadi ini biasa kita temui dalam konteks kehidupan dua orang, baik
itu keluarga, kelompok, maupun organisasi.
Komunikasi antar pribadi interpersonal comunication adalah
komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal maupun non verbal.1 Bentuk khusus dan komunikasi antar
pribadi ini adalah komunikasi diadik dyadic comunication yang hanya
melibatkan dua orang, seperti yang terjadi pada konselor dan klien.
Kedekatan hubungan pihak yang berkomunikasi akan tercermin
pada jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan,
tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat sebagai
komunikasi paling lengkap dan sempurna.
Komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun
selama manusia masih mempunyai emosi. Komunikasi tatap muka ini
1Deddy Mulya, Ilmu Komunikasi. (Bandung: Remaja RosdaKarya,2008), h. 81
membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya. 2 Dalam
kehidupan sehari-hari, kita melihat berapa banyak rangsangan dari luar
diri kita, yang disadari ada.
Tetapi mengingat keterbatasan indra, kita tidak dapat mengamati
rangsangan tersebut secara menyeluruh, maka hanya ada satu atau
beberapa saja dari rangsangan-rangsangan itu yang masuk dalam
perhatian kita sehingga yang terjadi disini, sebenarnya adalah proses
memilih dari sekian banyak rangsangan stimulus yang ada. Sebab itu
dalam proses komunikasi, yang terpenting adalah membangkitkan
perhatian dari komunikasi, atau menyingkirkan rangsangan lain hingga
komunikasi hanya tertuju pada rangsangan yang disampaikan kepada
pihak komunikator.
Perubahan dan pembentukan sikap, selanjutnya dapat dilihat dari
segi seberapa jauh intensitas seseorang dalam melakukan interaksi
sosialnya baik di luar maupun didalam kelompoknya, karena interaksi itu
juga adalah masalah komunikasi, maka dapat dikatankan sejauhmanakah
seseorang itu terlibat dalam komunikasi baik langsung maupun
tidaklangsung, sehingga pengalamannya sebagai dasar bagi dirinya
dalam hal membentuk atau merubah sikapnya yang ada.3
Komunikasi antar pribadi berperan untuk saling mengubah dan
mengembangkan. Memulai interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi dapat saling memberi inspirasi, motivasi, dan
2Aang Ridwan, Filsafat Komunikasi (Cet:1, Bandung :Pustaka Setia,2013) h. 188
3Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Cet.2, Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997)
membutuhkan rasa semangat dan dorongan untuk mengubah pemikiran,
perasaan, dan sikap yang sesuai degan topik yang dibahas bersama.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang sangat
memungkinkan bahwa menuntut terjadinya komunikasi antar konselor dan
klien. Sebagaimana dalam defenisi yang diungkapkan oleh Tolbert, bahwa
konseling adalah „hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antara dua orang, dimana melalui hubungan itu, konselor memiliki
kemampuan-kemampuan khusus untuk mengondisikan setuasi belajar‟.
Dalam hal ini, konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya dimasa depan yang dapat ia
ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat
belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.4
Keberhasilan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh
keefektifan komunikasi antara konselor dan konseli. Dalam hal ini konselor
dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif untuk menunjang
pelaksanaan proses konseling.5
Komunikasi yang terjadi antara konselor dan konseli dalam sesi
Bimbingan konseling adalah komunikasi antarpribadi atau dalam istilah
lain biasa disebut komunikasi antar personal. Model komunikasi ini
memiliki pola sederhana yaitu pola stimulus respon S-R. Model
4Prayitno dan Emti Emran, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), h. 101
5Arif Ainur Rafiq, Keterampilan Komunikasi Konseling(Surabaya: IAIN Pres,
2002), h. 1
komunikasi antar pribadi menunjukkan komunikasisebagai proses aksi-
reaksi yang sangat sederhana.
Senada dengan itu, Cavanag dalam Sulistryani mengungkapkan
bahwa konseling merupakan „ a relationship between a trained helper and
person seeking help in which both the skills of the helper and the
admosphere that he or she creter help people learn to relate whit
themselves and others in more growh-producing ways.’Yang berarti
hubungan antara konselor terlatih terhadap konseli yang membutuhkan
pertolongan, dimana keterampilan si konselor dan situasi yang
diciptakannya menolong orang untuk belajar membangun relasi dengan
dirinya dan orang lain dengan cara yang berproduktif.6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana peranan komunikasi bimbingan dan konseling terhadap
siswa binaan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo
2. Bagaimana efektifitas komunikasi bimbingan dan konseling dalam
pengembangan diri para siswa binaan MTs. Halimatussa‟diyah
Palopo
3. Kendala komunikasi bimbingan dan konseling dalam pengembangan
Pembinaan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo
6Sulistryani dan Muhammad Juhar, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
(Jakarta; Prestasi Pustaka,2014), h. 29
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui Bagaimana peranan komunikasi bimbingan dan
konseling terhadap siswa binaan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo.
2. Mengetahui Bagaimana efektifitas komunikasibimbingan dan
konseling dalam pengembangan diri para siswa binaan MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo.
3. Mengetahui apa saja Kendala komunikasi bimbingan dan konseling
dalam pengembangan Pembinaan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo.
D. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, ada beberapa manfaat yang bisa
dihasilkan baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya;
1. Manfaat teoritis
a. Memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam bidang ilmu
komunikasi bimbingan dan konseling.
b. Sebagai rujukan untuk penelitian sejenis dikemudian hari.
2. Manfaat praktis
a. Meningkatkan kemampuan komunikasibimbingan dan konseling
para Pembina dalam pembinaan para siswaMTs.
Halimatussa‟diyah Palopo
b. Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas bimbingan dan
konseling dalam membina karakter siswaMTs. Halimatussa‟diyah
Palopo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi Konseling
1. Pengertian Komunikasi
Beberapa pakar ahli komunikasi mendevenisikan komunikasi
sebagai berikut:
a. W. Weaver,1949 komunikasi adalah semua produser dimana pikiran
seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.
b. Oliver, Zelka & Hotsman, 1962 komunikasi secara mendasar berarti
stimulasi dalam pikiran orang lain yang beresensi pengetahuanmu,
pengertian dan sense kejadian penting, perasaan, fakta, opini, atau
situasi yang kamu usahakan untuk digambarkan.
c. Emery, Ault dan Agee, komunikasi diantara manusia adalah seni
menyampaikan informasi ide dan tingkah lakudari satu orang ke orang
lain.
Menurut para ahli diatas terlihat bahwa devenisi mengenai
komunikasi dapat berbeda antara satu ahli dengan yang lain. Namun pada
dasarnya komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan
lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud informasi-
informasi, pemikiran-pemikiran, pengetahuan ataupun yang lain-lain dari
penyampai atau komunikator pada penerima atau komunikan. Dalam
komunikasi yang terpenting adanya pengertian bersama dari lambang-
lambang tersebut, dan karena itu komunikasi merupakan proses sosial
(Katz,1978). Bila komunikasi itu berlangsung terus-menerus akan terjadi
interaksi, yaitu peroses saling mempengaruhi antara individu satu dengan
yag lain.7
Komunikasi adalah suatu faktor yang penting bagi perkembangan
hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi,
individu manusia tidak mungkin dapat berkembang dengan normal dalam
lingkungan sosialnya, oleh karena tak ada individu manusia yang hidup
berkembang dengan tanpa berkomunikasi dengan manusia lainnya.8
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari kata “ counseling ” adalah kata dalam
bentuk masdhar dari “ to counsel ” secara etimologis berarti “ to give
advice ” atau memberikan saran dan nasehat. Konseling juga memiliki arti
memberikan nasehat, atau memberi anjuran kepada orang lain secara
tatap muka ( face to face ). Jadi counseling berarti pemberian nasehat
atau penasehatan kepada orang lain secara individual yang dilakukan
dengan tatap muka ( face to face ). Pengertian konseling dalam bahasa
indonesia, juga dikenal dengan istilah penyuluhan.
Adapun pengertian counseling atau penyuluhan sebagaimana yang
berlaku di lingkungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang
lebih luas dan beragam oleh para pakarnya, yaitu:
a. Menurut A. Edward Hoffman, konseling adalah perjumpaan secara
berhadapan muka antara konselor dengan konseling atau orang yang
7Aang Ridwan, Filsafat Komunikasi, h. 97
8Arifin, Psikologi Dakwah, (Cet.3, Jakarta: Bumi Aksara; 1994), h. 71
disuluh sedang didalam pelayanan bimbingan. Konseling dapat
dianggap sebagai intinya proses pemberian pertolongan yang esensial
bagi usaha bantuan kepada siswa pada saat mereka berusaha
memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.9
b. Menurut Tobelt yang dikutip Winkel, mengemukakan konseling adalah
bantuan pribadi secara tatap muka antara dua orang, yaitu seorang
yang disebut konselor yang berkompeten dalam bidang konseling
membantu seorang yang disebut konseli yang berlangsung dalam
situasi belajar, agar konseli dapat memperoleh pemahaman baik
tentang dirinya dan pemahaman tentang situasi sekarang dan akan
datang.
c. Rogers menyatakan konseling adalah serangkaian hubungan lansung
dengan individu konseling dengan tujuan memberikan bantuan
kepadanya agar dapat mengubah sikap dan prilakunya.10
Dapat disimpulkan bahwa konseling adalah suatu hubungan antara
seseorang dengan orang lain, dan berusaha keras untuk membantu orang
lain, agar memahami masalahnya dan membantu memberikan alternatif
penyelesaian masalah sesuai dengan situasi dengan kondisi atau
kebutuhan hidup klien.11
Adapun Hassan Langgulung, menyimpulkan
konseling dari perspektif Islam sebagai “ suatu proses pengajaran dan
9Samsul Munir Amir, Bimbingan dan konseling Islam(Cet. 3: Jakarta; Amzah,
2015) h. 10 10
Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling (Cet.3: Jakarta; Kencana 2014) h. 27
11Meisil B. Wulur,Terapi SEFT(Spritual Emotional Freedom Technique) Model
Dakwah Konseling, (Cet. 1; Makassar; Leisyah 2016)h. 12
pembelajaran psikososial yang terjadi dalam bentuk tatap muka antara
konselor yang pakar dalam bidang psikologi konseling ( konselor ) dengan
seorang yang lain (klien).Tekhnik-tekhnik dan kaedah teknikal serta
profesional digunakan dengan tujuan untuk menolong klien dalam
menyelesaikan masalahnya dan menghadapi masalahnya dengan
kaedah-kaedah penyusaian yang langsung, menolong dalam memahami
dirinya, memahami kemampuan dan minatnya dan mendorongnya untuk
menerima nasib tuhan kepadanya. Ini juga melatih klien untuk membuat
keputusan selaras dengan hukum syariah Allah sehingga mereka sendiri
mencari dan mengingini yang halal dan meninggalkan yang haram,
meletakkan dalam diri klien tujuan yang realistis dan halal, menggunakan
potensi yang ada pada diri klien untuk dirinya dan orang lain, serta
mendorong klien ke arah mencapai aktualisasi diri dalam mengerjakan
apa yang diridhoi Allah S.W.T. mendapatkan kebahagian hidup di dunia
dan akhirat”. 12
Dalam Al-Quran surah Al-Maidah : 2 Allah berfirman
هر الرام ول الدي ول القلئد لوا شعائر الله ول الش ول آمين يا أي ها الذين آمنوا ل ت
م ورضوانا وإذا حللتم فاصطادوا ول يرمنكم شنآن الب يت الرام ي بت غون فضل م ن رب
12Zainab Ismail, Praktikum Bimbingan dan Kounseling (Suatu Pengalaman dan
Panduan Kepada Konselor) h.13
وكم عن المسجد الرام أن ت عتدوا وت عاونوا على الب والت قوى ول ت عاونو ا ق وم أن صد
ث والعدوان وات قوا (2الله إن الله شديد العقاب ) على ال
Terjemahan: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. 13
Ini berarti nilai yang perlu diberi ketentuan dalam falsafah hubungan
membantu antara konselor dan klien ialah nilai kebijakan dan ketakwaan.
Kedua nilai merupakan indikator utama yang dapat membedakan antara
layanan bimbingan dan konseling dari perspektif Barat dan layanan
bimbingan dan konseling dari perspektif Islam.14
Konseling sebagai jantung utama layanan BK tidak dapat
dihindarkan dari komunikasi, mengingat konseling pada umumnya
dilakukan dengan wawancara dan dialog secara intensif dan mendalam.
Komunikasi menjadi salah satu faktor determinan bagi suksenya
konseling. Keterampilan komunikasi dalam rana konseling dipelajari
melalui komunikasi konseling, yaitu mengenai tatacara berkomunikasi
dalam proses konseling. Keterampilan ini diinternalisasikan dalam diri
konselor dengan memperhatikan berbagai aspek yang meliputi konseling,
13
Kementrian Agama RI ,Al Qur`an dan Terjemahan (Cet.1,Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri,2013),h.106
14Zainab Ismail, Praktikum Bimbingan dan Kounseling (Suatu Pengalaman dan
Panduan Kepada Konselor), (Cet. 1: PutraJaya; 2009) h. 14
sehingga proses assesmen, pembentukan rapport, wawamcara konseling,
dan terminasi konseling dapat berlangsung efektik dan efesien.15
B. Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi bisa dikatakan sebagai suatu pola pikir dalam
merencanakan suatu kegiatan mengubah sikap, sifat, pendapat, dan
prilaku khalayak ( komunikan, hadirin, atau mad‟u ) atas dasar skala yang
luas melalui penyampaian gagasan-gagasan. Orientasinya terpusat pada
tujuan akhir yang ingin dicapai, dan merupakan kerangka sistematis
pemikiran untuk bertindak dalam melakukan komunikasi. Ia merupakan
keputusan-keputusan yang menentukan brue print komunikasi dan
pelaksanaan prosesnya, yaitu semua kebijaksanaan dalam menentukan
rancangan pengaturan dan penataan sumber daya komunikasi
yagtersedia, guna terlaksananya perubahan sikap,sifat,pendapat,dan
prilaku komunikasi.16
Menurut Ahmad (1979:39) dalam menyusun strategi komunikasi
melalui enam tahapan yaitu:
1. Pengumpulan Data dan Perkiraan Kebutuhan
Menurutnya, informasi yang bersifat data dasar (base-line data) dan
perkiraan kebutuhan (need asesment) adalah faktor-faktor yang penting
untuk menentukan perumusan sasaran dan tujuan komunikasi biasanya
dirumuskan atas dasar kepentingan dan kebutuhan khalayak yang
diamati. Strategi komunikasi yang acap kali terdiri dari analisis dan
15hhtp://journal.stainkudus.ac.id/indekx.php/konseling/article
16Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Cet. IV: Jogjakarta; ANDI, 2007), h. 75
segmentasi khalayak, seleksi, dan/ atau kombinasi antara media dan
komunikator, serta perencanaaan penyusunan pesan, didesain atas
landasan data dasar yang relevan dan kecenderungan-kecenderungan
atau indikator-indikator yang memadai, bukan berdasar asumsi-asumsi
atau intuisi-intuisi 17 . Dalam hal tersebut, dikemukakan tiga komponen
utama yang melakukan koleksi data, yaitu:
a. Khalayak sasaran (target audiense) mencakup:
1) Jumlah dan lokasi khalayak sasaran yang hendak dicapai.
2) Profil sosio-ekonominya, seperti kelompok umur, penghasilan,
pekerjaan, jumlah anak, dan lain-lain.
3) Profil sosio-kulturalnya, seperti agama, bahasa, pendidikan, pola-
pola hidup keluarga, sistem kepercayaan, tradisional/adat kebiasaan,
norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain.
4) Sumber-sumber informasinya, danPola-pola adat kebiasaan media
b. Pengetahuan,sikap dan praktik, meliputi:
1) Tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik khalayak sasaranbertalian
dengan gagasan yang akan disampaikan, dan
2) Bagaimana preskripsi-preskripsi sikap (seperti kesukaan-kesukaan
dan kehendaksukaan-kehendaksukaan) dari khalayak sasaran
bertalian dengan gagasan yang hendak ditawarkan.
17Onang Uctijana Effendy, Ilmu komunikasi h. 31
c. Inventarisasi media dan dampak meliputi:
Pengadaan (availabilitos) dan perolehan (aksesibilitas) dari media
atau saluran-saluran komunikasi yang berbeda-beda.Inventarisasi
perangkat keras dan perangkat lunak, Profil media, seperti readership,
intenership, tingkat kejenuhan media, dan lain-lain.Persepsi-persepsi
visual, auditif, audio-visual, dan sebagainya.18
2. Jenis Perencanaan dan Penyusunan Strategi
Setelah menentukan sasaran-sasaran komunikasi tertentu
(spesifik) untuk dicapai dan jenis kebutuhan pada level analisis yang
umum, maka langkah berikutnya ialah menerjemahkan sasaran-
sasaran dan pertanyaan-pertanyaan kebutuhan tersebut kedalam
suatu strategi komunikasi yang bisa dikerjakan. Ada dua aspekyang
saling berhubungan dari penyusunan strategi komunikasinya, yaitu
pemilihan pendekatan-pendekatan komunikatif, dan penentuan jenis-
jenis pesan yang akan disampaikan. Strategi komunikasi ini harus
mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis
harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.19
3. Analisis Khalayak dan Segmentasi
Analisis khalayak sasaran adalah salah satu faktor yang
paling penting dalam mendesain suatu strategi komunikasi yang
18 Onang Uctijana Effendy, Ilmu komunikasi h. 31
19
Onang Uctijana Effendy, Ilmu komunikasi h. 32
efektif. Segmentasi khalayak biasanya perlu, karena adanya ciri-ciri
maupun kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda dari khalayak
sasaran.
4. Seleksi Media
Dalam menyeleksi media atau saluran untuk digunakan,
harus didaftarkan ke saluran-saluran komunikasi yang bisa mencapai
khalayak sasaran. Kemudian setiap medium dievaluasi di dalam
batas-batas aplikabilitasnya untuk melaksanakan pencapaian tujuan
komunikasi yang spesifik itu.
5. Desain dan Penyusunan Pesan
Tahapan ini tema pesan, tuturan, dan penyajiannya,harus
ditentukan. Oleh karena itu kegiatan pokok dan tahapan ini adalah
mendesain prototipe bahan komunikasi yang juga memerlukan
evaluasi formatif, seperti protesting bahan-bahan protetipe pada
khalayak sasaran. Hasil protesting bisa menuntun kegiatan revisi
yang perlu terhadap bahan prototipe sebelum memasuki proses
produksi yang berskala luas dan final.20
6. Perumusan Sasaran dan Tujuan Komunikasi
Pada tingkatan ini, ada empat persoalan pokok yang perlu
dipertanyakan guna menentukan arah sasaran dan tujuan
komunikasi yang direncanakan:
20
Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah (Cet. 1: Bandung; Remaja Rosdakarya,
2004) h. 84-83
1) Siapa yang menjadi khalayak sasaran tertentu yang harus dicapai?
Khalayak sasaran ini diusahakan sekhusus mungkin, dan bisa terdiri
dari beberapa kelompok sasaran prioritas.
2) Dimana kelompok khusus/tertentu itu berlokasi?
3) Mengapa kelompok tertentu itu dipilih menjadi kelompok sasaran?
4) Dengan alasan apa (mengapa) harus dicapai, maka jenis isi pesan
apa yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran tertentu itu?
C. Pengertian Bimbingan dan Aktualisasi Diri
1. Pengertian Bimbingan.
“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu
untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu
jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya”.Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam
beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk
memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan.
Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.21
Bimbingan di pesantren merupakan proses pemberian
bantuan kepada siswa, dengan memperhatikan siswa itu sebagai
individu dan makhluk sosial serta memperhatikan adanya
perbedaan—perbedaan individu, agar siswa itu dapat membuat
tahap maju seoptimal mungkin dalam proses perkembangannya dan
agar ia dapat menolong dirinya, menganalisis dan memecahkan
21
Salahudin Anas, Bimbingan dan konseling (Bandung Lingkar Selatan :CV
PUSTAKA SETIA . Jl BKR ), h.162-164
masalah-masalahnya semuanya demi memajukan kebahagiaan
hidup, terutama ditekankan pada kesejahteraan mental. 22
Bimbingan dalam islam adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah,sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia
dan akhirat.23
2 .Aktualisasi Diri dalam Lingkup Psikologi
Aktualisasi diri adalah ketepatan seseorang dalam
menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada di
dalam dirinya. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang
unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman
belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika
mencapai usia tertentu seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.Aktualisasi diri adalah
pengembangan, pengayaan, dan perwujudan diri, sehingga diakui
oleh orang lain. Karenanya penguatan terhadap jati diri dan
pengembangan diri esensial dalam diri. Aktualisasi diri dalam
proses perwujudannya dipengaruhi oleh aspek psikologis berupa
22
Masyud Sulthon, Manajemen MTs. ( Jakarta : Diva Pustaka, 2005), h. 124-125
23Aunur Rahim Faqih. Bimbingan dan konseling Dalam Islam.
potensi, aspek psiko-sosial, dan aspek psiko-kultur yang turut
mewarnai.24
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalam arti
bahwa ia memiliki kebebasan untuk memilih kebutuhan-kebutuhan
dalam hidupnya. Manusia pada dasarnya ingin bebas dan
bertanggung jawab atas pandangan hidup dan menentukan
takdirnya sendiri. Individu dipengaruhi keinginan pribadi yang
dihubungkan kepada pengalaman-pengalaman (experience)
mereka sendiri.Manusia berjuang untuk mengaktualisasikan dirinya
atau dengan kata lain, manusia berjuang untuk memperoleh apa
yang diinginkan. Setiap individu mempunyai motivasi bawaan yang
menjadikannya seorang yang berkepribadian. Individu ini
mempunyai keinginan ke arah kemajuan yang unik dan tunggal,
bagi menemukan identitas diri. Apabila seorang individu
mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia
akan merasakan kepuasan yang paling dalam, setakat dengan
yang mampu dicapainya.25
Kebutuhan terhadap aktualisasi diri adalah dasar yang
memberikan efek yang jelas dan terang bagi praktek psikologi
konseling. Aktualisasi diri mempunyai kecenderungan
menumbuhkembangkan diri dan menggerakkannya, sehingga
24
Rajab Khairunnas, Psikologi Agama (Yogyakarta; Azwaja Presindo,2011) h. 38
25Geral Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychoterapi (Belmont,
CA, Thomson/brooks/cole, 2005) h. 82
mencapai proses pengobatan dan perawatan. Manusia sesuai
kodratnya mempunyai motivasi yang kuat untuk mewujudkan rasa
aman yang statis (tetap). Motivasi pada dasarnya bertujuan untuk
mewujudkan potensi diri yang lebih baik, walaupun harus bertemu
dengan masalah-masalah dalam diri dan di luar diri.26
Maslow menekankan pada aspek kemanusiaan yang
memiliki naluri azali yang baik dan mempunyai keinginan untuk
mencapai kesempurnaan diri. Jika keadaan lingkungan
menghalangi atau mengganggu perkembangan psikologinya, maka
individu tersebut akan berkembang secara neurotis. Kondisi ini
dapat terjadi disebabkan naluri dalam diri manusia adalah lemah
dan mudah dipengaruhi oleh faktor lingkungannya.27
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang
berfikir dan merasa serta berkehendak, di mana perlakuannya
mencerminkan apa yang difikir, dirasa, dan dikehendakinya.
Manusia adalah makhluk yang dapat saja menjadi subjek dan objek
sekaligus, disamping ia dapat menghayati perasaan keagamaan
dirinya, ia juga dapat meneliti keberagamaan orang lain.
3. Aspek-aspek Dalam Konseling
Adapun aspek-aspek penting dalam suatu konseling meliputi:
26
Rajab Khairunnas, Psikologi Agama, h.22
27Azlina Abubakar, Psikologi Personaliti Individu (Selanggar: Karisma Publication,
2002) h. 22
a. Konseling sebagai suatu proses
Artinya adanya proses yang dilakukan oleh klien dengan konselor
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh klien. Proses
tersebut melalui pertemuan satu sisi atau beberapa sisi, sesuai
kebutuhan.
b. Konseling sebagai hubungan terapeutik
Hubungan antara konselor dan klien merupakan hubungan yang
unik dan terapeutik yang berusaha mencari “penyembuhan”
masalah klien.Hubungan terapeutik merupakan hubungan
interpersonal bukan hubungan yang dangkal (inpersonal).Dalam
hubungan terapeutik adanya keterbukaan, kepercayaan,
ketulusan, penghargaan, dan empeti.28
c. Konseling merupakan usaha bantuan
Proses konseling merupakan usaha bantuan untuk klien.
Bantuan tersebut berupa pemahaman diri, penyusaian diri,
peningkatan kepercayaan diri, pembentukan prilaku dasar, dan
peningkatan keterampilan tertentu. Melaui bantuan tersebut klien
merasa lega dan dapat menikmati hidupnya. Contoh: klien sudah
berani mengemukakan pendapat di depan kelompok, klien sudah
bisa bergaul dengan teman-teman yang bukan berasal dari satu
sekolah, klien (dewasa) sudah bisa memberikan argumen
terhadap suaminya (selama ini ia merasa takut dan cemas).
28
Zulfan Saam,Psikologi Konseling,(Jakarta; Rajawali Pres 2014),hal.3
d. Konseling mengarahkan tercapainya tujuan klien.
Tujuan konseling bagi klien adalah terselesaikannya masalah
yang dihadapi. Masalah tersebut misalnya kesulitan memilih
jurusan, tidak bisa menghilangkan kesedihan dan hal itu
mengganggu aktivitas sehari-hari, merasa tertekan dalam
keluarga, berkeringat dingin dan gemetar berbicara didepan orang
banyak, merasa rendah diri karena tidak mempunyai teman,
kurang percaya diri dan konflik. Masalah-masalah tersebut
mengganjal atau merisaukan diri klien dan hal tersebut perlu dicari
pemecahannya melaui konseling.
e. Konseling mengarahkan kemandirian klien
Setelah tujuan konseling tercapai atau diperolehnya solusi
masalah yang dihadapi, klien diharapkan dapat mandiri dalam
menyelesaikan masalah selanjutnya.29 Hal ini sebagaimana Allah
berfirman dalam Al-Quran Surah Al-A‟raf: 200-2001:
يط زغنك من الش ا ي ن يع عليم)وإم ( إن الذين ات قوا إذا 222ان ن زغ فاستعذ بالله إنه س
روا فإذا هم مبصرون ) يطان تذك هم طائف من الش (222مس
Terjemahan:
“Dan jika setan datang menggoda-goda, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui (200). Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, merekapun segera ingat
29
Zulfan Saam,Psikologi Konseling,(Jakarta; Rajawali Pres 2014) h.4
kepada Allah, maka ketika itu mereka juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya) (201).”30
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, apabila ditimpa was-
was dari setan dan dilingkupi dengan segala kegelisahan, maka mereka
akan selalu mengingat akan konsep hukuman dan pahala. Sehingga,
akhirnya hal ini mampu membuat mereka melihat permasalahan dengan
jelas dan melepaskan diri mereka dari segala kegelisahan dan juga was-
was.31
D. Landasan, Fungsi, Tujuan dan Prinsip bimbingan dan konseling
1. Landasan Bimbingan dan konseling
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Secara teoritik,
berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat
empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan
konseling, yaitu sebagai berikut : 32
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan
30 Kementrian Agama RI ,Al Qur`an dan Terjemahan h.177
31
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi (Cet.1; Jakarta: Gema Insani Pers,2005), h. 25
32 http://hamz-sazied.blogspot.com/2010/03/administrasi-bimbingan-dan-
konseling.html
setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa
dipertanggungjawabkan secara logis, etis, maupun estetis.
b. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran
layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
1) Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang
menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang
didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir,
seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang
terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan
atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
2) Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang
membentuk dan mempengaruhi perilaku individu.Pembawaan yaitu segala
sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan,
yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit,
golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian
tertentu.Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu
dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya
bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.33
3) Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal)
hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik,
bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.34
4) Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari
psikologi.Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak
akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan
belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat
kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai
sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu.
5) Kepribadian
Menurut pendapat Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey, 2005) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.Kata kunci dari
pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam
Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu
33 Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Knselin(Remaja Rosdakarya:2010) h. 38 34Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Knselin(Remaja Rosdakarya:2010) h. 38
proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental
dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan
emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.35
c. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan
dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap
perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk
lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.36
d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional
yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun
prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun
secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode,
seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes,
inventori atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan
penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.37
2. Fungsi Bimbingan dan konseling
Adapun Fungsi Bimbingan dan konseling adalah :
35Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Knselin(Remaja Rosdakarya:2010) h. 39 36Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Knselin(Remaja Rosdakarya:2010) h.39 37Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Knselin(Remaja Rosdakarya:2010) h.39
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
b. Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
bersifat kuratif.
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang
sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam
berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
j. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan
situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.38
3. Tujuan Bimbingan dan konseling
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya
yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
pribadi-sosial konseli adalah;
1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman
sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada
umumnya.
38 https://www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-
prinsip-dan-asas-bimbingan-dan-konseling/amp/
2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-
masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat
fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak
menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara
positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
akademik (belajar) adalah :
1. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan
memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses
belajar yang dialaminya.
2. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian
terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan
belajar yang diprogramkan.
3. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.39
39https://www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/tujuan-
bimbingan-dan-konseling/amp/
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir
adalah:
1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang
terkait dengan pekerjaan.
2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja
dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal
bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.40
4. Prinsip Bimbingan dan konseling
Program bimbingan dan konselingyang baik harus didasarkan pada
prinsip pelaksanaan bimbingan dan konselingtertetu. Yang dimaksud
prinsip disini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dan dijadikan sebagai
pegangan atau pedoman dalam melaksanakan program bimbingan dan
konselingdi pesantren agar supaya sasaran atau tujuan program
bimbingan dan konselingdapat tercapai secara optimal, efektif dan efisien.
Mengacu pada uraian BP3K Depdikbud (1975), prinsip-prinsip
pelaksanaan program bimbingan dan konselingdapat di kelompokkan
menjadi 4 kelompok prinsip, yaitu :
40 https://www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/tujuan-
bimbingan-dan-konseling/amp/
a. Prinsip-prinsip umum bimbingan di pesantren
Secara umum, dalam perencanaan dan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di pesantren perlu diperhatikan beberapa prinsip
sebagai berikut :
1) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingah laku
individu, maka perlu diingat, bahwa sikap dan tingkah laku
seseorang adalah terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik
dan ruwet.
2) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual dari individu yang
akan dimbimbing, sehingga dapat diberikan bimbingan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan individu yang dimbimbing.
3) Bimbingan adalah proses membentuk individu agar dapat menolong
dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
4) Bimbingan hendaknya berpusat pada diri individu yang dibimbing,
bukan individu yang membimbing.
5) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di pesantren harus
diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan
berwenang untuk melaksanakannya (Alih tangan).
6) Bimbingan harus sesuai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuuhan
yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
7) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
8) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di
pesantren bersangkutan.
9) Pelaksaaan program bimbingan harus dipimpin oleh seseorang yang
memliki keahlian dalam bidang bimbingan dan saggup bekerjasama
dengan para pembantunya serta dapat mempergunakan sumber-
sumber yang berguna diluar pesantren.
10) Program bimbingan harus dinilai secara berkala untuk mengetahui
sejauh mana hasil yang telah dicapai dan mengetahui apakah
pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana semula atau
belum.
11) Program dan pelaksanaan bimbingan dipesantren harus
menjungjung tinggi nilai-nilai dan tidak boleh bertentangan dengan
ajaran islam.41
b. Prinsip-prisnsip khusus yang berkaitan dengan idividu yang
dibimbing
Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan individu yang dibimbing
dalam program bimbinga ini terdiri atas 7 prinsip sebagai berikut :
1) Pelayanan bimbingan harus dilakukan secara kontinyu.
2) Pelayanan bimbingan diberikan kepada semua siswa.
3) Harus ada kriteria untuk memberikan prioritas pelayanan bimbingan
kepada siswa tertentu.
4) Program bimbingan berpusat pada diri siswa.
41
Masyud Sulthon, Manajemen MTs., (Jakarta; Diva Pustaka,2003),h.124
5) Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
individu bersangkutan yang beraneka ragam dan luas.
6) Kepuasan terakhir dalam program bimbingan ditentukan oleh
individu yang dibimbing.
7) Individu yang mendapatkan bimbingan harus berangsur-angsur
dapat membimbing dirinya sendiri.42
c. Prisip-prinsip khusus yang berkaitan dengan individu yang
memberi bimbingan
Prisip-prinsip khusus yang berkaitan dengan individu yang memberi
bimbingan (pembimbing) mencangkup 8 hal sebagai berikut :
1) Para petugas hendaknya melakukan tugasnya sesuai dengan
kemampuan dan kewajibannya masing-masing.
2) Petugas-petugas bimbingan harus mendapat kesempatan
meperkembangkan dirinya serta keahliannya melalui berbagai
latihan tambahan (inservise training).
3) Petugas-petugas bimbingan dipilih atas dasar kualifikasi
kepribadiannya, pendidikannya dan pengalamannya.
4) Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan informasi
yang tersedia mengenai individu yang dibimbing beserta
lingkungannya, sebagai bahan untuk membantu individu yang
bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih baik.Fakta-fakta
yang berhubungan dengan lingkungan ndividu (di pesantren,
42
Masyud Sulthon, Manajemen MTs., (Jakarta; Diva Pustaka,2003) h.125
keluarga, dan masyarakat) harus diperhitungkan dalam memberikan
bimbingan kepada individu yang bersangkutan.
5) Petugas- petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga
kerahasiaan informasi yang konfidensial tentang individual yang
dibimbing.
6) Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai
jenis metode dan teknik yang tepat dalam melaksanakan tugasnya.
7) Petugas-petugas bimbingan hendaknya memperhatikan dan
mempergunakan hasil-hasil penelitian dalam bidang: minat.
Kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan
perkembangan kurikulum pesantren yang bersangkutan.43
d. Prinsip-prinsip khusus yang berkaitan dengan organisasi dan
administrasi bimbingan.
Prinsip-prinsip ini meliputi 9 macam prinsip sebagaimana diuraikan
sebagai berikut :
1) Syarat mutlak bagi adminitrasi bimbingan yang baik adalah adanya
catatan pribadi (commulative record) bagi setiap individu yang
dibimbing.
2) Harus tersedia anggaran biaya yang memadai.
3) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan
pesantren yang bersangkutan.
4) Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas.
43
Masyud Sulthon, Manajemen MTs., (Jakarta; Diva Pustaka,2003)h.83
5) Setiap individu yang dibimbing harus mendapat pelayanan dalam hal
“ follow-up study”, baik mengenai masalah-masalah di dalam
maupun di luar pesantren.
6) Pesantren yang menyelenggarakan bimbingan harus menyediakan
pelayanan dalam siatuasi kelompok maupun situasi individual.
7) Pesantren harus bekerjasama dengan lembaga-lembaga di luar
pesantren yang menyelenggarakan pelayanan yang berhubungan
dengan bimbingan dan penyuluhan.
8) Materi bimbingan harus dipersiapkan, sehingga sewaktu-waktu dapat
dengan mudah dipergunakan oleh petugas-petugas bimbingan yang
membutuhkannya.
9) Pengasuh pesantren memegang tanggung jawab tertinggi dalam
melaksanakan dan perencanaan program bimbingan.44
E. Sifat Bimbingan di Pesantren
Pelayanan bimbingan dimaksudkan untuk pemberian bantuan
kepada individu/siswa/satri. Dalam upaya memberian bantuan tersebut,
program bimbingan menekankan pada sifat-sifat pemberian bantuan
sebagai berikut :
1) Sifat pencegahan (preventive), yaitu pemberian bantuan kepada
individu/siswa sebelaum ia menghadapi kesulitan atau persoalan
secara serius dan agar ia tidak menghadapi persoalan yang serius.
Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang positif
44
Masyud Sulthon, Manajemen MTs., (Jakarta; Diva Pustaka,2003)h.84
terhadap individu serta menciptakan suasana lingkungan pesantren,
termasuk pengajaran yang menyenangkan.
2) Sifat pengembangan (development), yaitu usaha bantuan yang
diberikan pada individu/siswa dengan mengikuti mentalnya, yang
dimaksudkan terutama untuk memantapkan jalan berfikir dan
tindakan siswa sehingga siswa dapat bekembang secara optimal.
Sifat ini juga sebagai sifat persevarative. Sifat ini juga dapat
digolongkan dalam taraf sebelum siswa mengahadapi perasalahan.
Karena demikian sifatnya, maka digabungkan dua sifat tersebut
menjadi sifat Preventive development.
3) Sifat penyembuhan (curative), yaitu usaha bantuan yang diberikan
kepada siswa selama atau setelah siswa mengalami persoalan
serius. Tujuan bantuan ini adalah agar santri /siswa yang
bersangkutan terbebas dari kesulitan-kesulitan tersebut.
4) Sifat pemeliharaan (treatment), yaitu usaha bantuan yang
dilakukan untuk memupuk dan mempertahakankan hasil-hasil positif
dari pelayanan bimbingan yang telah dterimaoleh siswa.tujuan dari
bantuan ini adalag agar siswa yang bersangkutan tidak lagi
mengalami kesulitan serius setelah ia memperoleh kesembuhannya.
Karena sifat bantuan yang demikian itu, maka sifat pemeliaharaan ini
juga biasa disebut sebagai secondary preventive45
45
Masyud Sulthon, Manajemen MTs., (Jakarta; Diva Pustaka,2003)h.80
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dalam
pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif, yaitu penulis
memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif
sebagai realita sosial, serta memaparkan bagaimana Peranan Komunikasi
Bimbingan dan konseling Dalam Membina Siswa MTs. Halimatussa‟diyah
Palopo.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
kondisi obyek yang alamiah.Filsafat postpositivisme juga disebut
paradigma interperatif dan konstruktif, yang memandang realist sosial
sebagai suatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan
hubungan gejala bersifat interaktif.46
B. Lokasi dan objek Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,
Adapun lokasi penelitiannya yaitu MTs. Halimatussa‟diyah Palopo.
Sasarannya yaitu Pembina dan Siswa MTs. Halimatussa‟diyah Palopo,
dimana peneliti akan meneliti Peranan Komunikasi Bimbingan dan
konseling Dalam Membina Siswa MTs. Halimatussa‟diyah Palopo.
46
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 14-15.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Fokus
Dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan untuk meneliti
Peranan Komunikasi Bimbingan dan konseling Dalam Membina Siswa
MTs. Halimatussa‟diyah Palopo.
2. Deskripsi Fokus Penelitian
a. Konseling
Konseling adalah hubungan timbale balik antara dua individu, yaitu
konselor dan konseli (klien) dimana seoarang konselor berusaha
membantu konseli (klien) dalam memecahkan permasalahan
permasalahan yang dialami oleh konseli (klien).
b. Pembinaan Siswa
Siswa ialah komponen masyarakat yang dititipkan oleh kedua
orang tuanya pada lembaga pendidikan, baik jenjang Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA),
untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarkan oleh pihak sekolah,
dengan tujuan menjadi manusia yang berpengetahuan, berpengalaman,
berketrampilan, berbudi pekerti yang baik dan mandiri. Sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam lingkungan sekolah peserta didik merupakan salah satu
unsur kegiatan inti pendidikan. Karena itu kegiatan yang berhubungan
dengan peserta didik merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan.
Pembinaan peserta didik merupakan salah satu komponen dalam sekolah
inklusif yang perlu mendapatkan perhatian dan pengelolaan lebih
dibandingkan dengan sekolah formal lainnya. Tujuan pembinaan peserta
didik adalah memberikan layanan bagi peserta didik dalam
mengembangan potensi, minat dan bakatnya, serta menyiapkan peserta
didik untuk mampu beradaptasi dengan dinamika yang terjadi di
masyarakat. Pembinaan yang dilakukan juga untuk membekali serta
membentuk karakter peserta didik untuk menjadi pribadi yang memiliki
bekal kemampuan dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang.
Pada penelitian ini, penulis melakukan pembinaan dengan berfokus
pada pembentukan akhlak, dengan menanamkan nilai nilai keislaman
pada setiap diri seorang siswa.Tidak dapat dipungkiri bahwa akhlak
merupakan hal yang sangat urgent bagi setiap individu, akhlak memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu, karena akhlak
merupakan aktualisasi dari keilmuan seseorang.
Akhlak merupakan kelakuan yang berasal dari perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence),
yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang
bermanfaat dan yang memberi mudhorot.
Akhlak juga dapat diartikan sebagai sifat yang dapat diketahui dari
prilaku yang melekat pada seoarng individu. Seseorang yang meiliki sifat
baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan
sebaliknya seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung
memiliki akhlak yang tercela.
D. Sumber Data
Data merupakan bahan yang diolah dengan baik melalui proses
analisis dalam memperoleh informasi. Pengumpulan data dapat
menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari
sumber-sumber pertama baik dari individu maupun dari kelompok
atau sumber data yang lansung memberikan data pada pengumpul
data. 47 Maksudnya adalah data langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengukur atau pengambilan data
langsung dari obyek sebagai sumber informasi yang dicari melalui
observasi yang bersifat langsung.48
Dalam penelitian ini pengambilan data primer berdasarkan fakta di
lapangan melalui wawancara langsung dengan Pembina dan Siswa MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh
pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain atau bisa
47 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, h.330
48Moh.Nazir, Metode Penelitian, Ghilmia Indonesia, (Jakarta, 1988), h.58.
dikatakan sumber yang tidak lansung memberikan data pada
pengumpul data. Data sekunder atau data tangan kedua biasanya
terwujud data dokumentasi atau data yang telah tersedia.49
Sumber sekunder merupakan sumber yang dapat melengkapi
sumber data primer. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data
melalui catatan atau dokumentasi, buku-buku, arsip-arsip resmi maupun
data sekunder lainnya yang berkaitan dengan implementasi Peranan
Komunikasi Bimbingan dan konseling Dalam Membina Siswa MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yakni alat bantu yang digunakan dalam
metode pengambilan data oleh peneliti untuk menganalisa hasil penelitian
yang dilakukan pada langkah penelitian selanjutnya. Adapun alat-alat
yang digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Pedoman Observasi
Dalam pengamatan observasi yang dilakukan adalah mengamati
Komunikasi bimbingan dan konseling Dalam Membina Siswa MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo.Tujuannya untuk memperoleh informasi dari
data mengenai Komunikasi Bimbingan dan konseling dalam Membina
Siswa.
49
Moh.Nazir, Metode Penelitian, Ghilmia Indonesia, (Jakarta, 1988). 59.
2. Pedoman Wawancara ( interviw)
Wawancara (interview) adalah suatu percakapan, Tanya jawab
lisan antara dua orang atau lebih yang sudah berhadapan secara fisik dan
diarahkan pada masalah tertentu. Dalam penelitian ini peneliti ingin
mewawancarai Pembina dan Siswa MTs. Halimatussa‟diyah Palopo.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam hal ini peneliti mengambil dokumen melalui
menulis, gambar, ataupun merekam sebagai bukti keaslian data yang di
peroleh.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpsulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini,
maka penulis menggunakan beberapa instrumen nantara lain:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan
objek penelitian dengan saksama. Selain itu kegiatan observasi bertujuan
mencatat setiap keadaan yang relavan dengan tujuan penelitian agar
penelitian lapangan ini membutuhkan hasil yang optimal.Melakukan
observasi langsung terhadap objek peneliti yaitu di MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo.
2. Wawancara
Jenis instrumen penelitian ini yakni pengumpulan data dengan
melakukan wawancara. Wawancara ini memiliki tingkat kemudahan
sendiri dibandingkan dengan kuesioner.
Ada tiga pernyataan dalam metode ini :
a. Pertanyaan berstruktur yaitu Pertanyaan yang memberi struktur pada
responden dalam menjawabnya. Pertanyaan ini dibuat sedemikian rupa
sehingga responden dituntut untuk menjawabnya sesuai dengan apa
yang terkandung dalam pertanyaan.
b. Pertanyaan tidak berstruktur (terbuka) yaitu pertanyaan yang
memberikan kebebasan kepada respoden untuk menjawab semua
pertanyaan.
c. Campuran, hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudahkan
responden dalam memberi keterangan, dan dalam wawancara ini kita
mendapatkan data yang berkenaan dengan tema atau masalah
penelitian digunakan wawancara mendalam.
3. Dokumentasi
Cara lain untuk dapat memperoleh data adalah menggunakan
dokumentasi. Dengan dokumentasi, peneliti memperoleh informasi dan
berbagai macam sumber. Dokumentasi dalam hal ini peneliti mengambil
dokumen melalui menulis, gambar, ataupun merekam.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dimaksud adalah data yang diperoleh
kemudian dikumpulkan, diolah, dan dikerjakan serta dimanfaatkan
sedemikian rupa dengan menggunakan metode deskriptif. Penulis akan
melakukan pencatatan serta berupaya mengumpulkan informasi
mengenai keadaan suatu gejala yang terjadi saat penelitian dilakukan.
Analisis data merupakan upaya untuk mencapai serta menata
secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan
yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menjadikannya sebagai temuan bagi orang lain.50
Tujuan analisis data ialah untuk menyedarhanakan data ke dalam
bentuk yang mudah dipahami. Metode yang digunakan ini ialah metode
survey dengan pendekatan kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun
dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi yang tidak menyimpang serta
sesuai dengan judul peneliti. Teknik pendekatan deskriptif kualitatif
merupakan suatu proses yang menggambarkan keadaan sasaran
sebenarnya, peneliti secara apa adanya, sejauh yang penulis dapatkan
dari hasil observasi, wawancara, dan juga dokumentasi.51
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang diamati agar bermakna dan
komunikatif.52
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
50 Neon Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
1998), h.183
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 335
52
Asep Saeful Muhtadi dan Agus ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah,
(Bandug: Pustaka Setia, 2003), h.107.
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhir dapat diambil. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya. 53
2. Penyajian data (Data display)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data yang
diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh permasalahan penelitian
dipilah antara mana yang dibutuhkan dengan yang tidak, lalu
dikelompokkan, kemudian diberikan batasan masalah. Dari penyajian data
tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan data.54
3. Penarikan kesimpulan
Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif ialah
kesimpulan dan verifikasi.Setiap kesimpulan awal masih sementara yang
berubah apabila diperoleh data baru dalam pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh selama dilapangan diverifikasi
selama penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali dan
meninjau ulang catatan lapangan.55
53
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,h.338.
54
Ibid, h. 341-342.
55Ibid, h.345
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah
Halimatussa‟diyah Palopo. Hasil penelitian diperoleh dari observasi,
interview (wawancara),teknik analisis data,dengan guru bimbingan dan
konseling untuk mendapat keterangan terkait dengan rumusan masalah
pada penelitian ini.
Madrasah Tsanawiyah Halimatussa‟diyah terletak di Jln. andi
kambo, Kelurahan Salekoe, Kecamatan Wara Timur, Kota Palopo.
Lingkungan Madrasah Tsanawiyah Halimatussa‟diyah Palopo
merupakan salah satu lingkungan pendidikan, disekitarnya terdapat SD
muhammadiyah Palopo, SMPN Negeri 3 Palopo, SMPN 4 Palopo dan
MTsN Model kota Palopo. Pada posisi seperti ini menjadikan Madrasah
Tsanawiyah Halimatussa‟diyah Palopo sangat strategis sehingga
mudahdijangkauolehmasyarakat.Halini disebabkan karena Madrasah
Tsanawiyah Halimatussa‟diyah terletak kurang lebih 10 M dari jalan
poros Palopo-Makassar.56
Madrasah Tsanawiyah Halimatussa‟diyah merupakan sekolah
khusus bagi siswa/siswi yang memiliki latar belakang keluarga
kurang mampu dan anak terlantar yang kurang diperhatikan oleh
keluarganya, sehingga kuantitas siswa yang ada tidak sama dengan
56Hasil Observasi selama berada di lingkungan pondok pesantren.
siswa sekolah pada umumnya, jumlah keseluruhan siswa mencapai
42 anak.
Melihat dari lokasi gedungnya dan luas ruang gedungnya 4x5m².
Madrasah Tsanawiyah Halimatussa‟diyah mencapai posisi yang cukup
setrategis untuk proses kegiatan belajar-mengajar.
Sekolah ini dibangun bertujuan untuk membekali siswa berbagai
disiplin ilmu agama dan ilmu umum lainnya. Selain itu, juga bertujuan
untuk mendidik siswa agar mampu memberikan teladan yang baik kepada
masyarakat. Di samping itu dengan di dirikan Madrasah Tsanawiyah
Halimatussa‟diyah diharapkan dapat membantu masyrakat yang kurang
mampu baik yang berasal dari kota Palopo ataupun yang berasal dari luar
daerah Palopo.
Sarana dan prasarana pendidikan di Madrasah Tsanawiyah
merupakan factor yang sangat menentukan. Sarana dan prasarana
belajar yang lengkap, maka hasil yang dicapai akan lebih baik. Sarana
prasarana yang dimaksud yaitu ruang belajar, perpustakaan,
laboratorium dan media belajar dan lain-lainnya.57
Sarana fisik Madrasah Tsanawiyah Halimatusa‟diyah memiliki
gedung sendiri dengan konstruksi bangunan permanen, yang terdiri dari
ruang asrama, ruang kelas ruang kantor kepala Madrasah Tsanawiyah,
ruang dewan guru. Disamping itu Madrasah Tsanawiyahini memiliki
perpustakaan, ruang komputer, dan mushalla, untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat ditabel berikut ini.
57 Observasi selama berada di lingkungan pondok pesantren
Tabel 4.1
Data Ruang Kelas MTs Halimatussa‟diyah
No Fasilitas Jumlah Kondisi
1 RuangBelajarSiswa 3 Baik
2 RuangKepala Madrasah
Tsanawiyah dan Guru
1 Baik
3 Ruang TataUsaha 1 Baik
4 RuangKomputer 1 Baik
5 Perpustakaan 1 Baik
6 Mushala 1 Baik
7 Toilet 20 Baik
8 Ruang Asrama 13 Baik
Sumber data: TU MTs.Halimatussa’diyah Palopo
Madrasah Tsanawiyah Halimatussa‟diyah merupakan panti
asuhan dengan berlatar pola asuh pesantren, panti asuhan ini
didirikan pada tahun 2011 dibawah naungan yayasan Abra
Istiqamah dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Palopo.
Nama Abra Istiqamah diambil dari nama pendiri panti asuhan dan
sang istri dr. Abu Bakar Malinta dan dr Ratna Abu Bakar.
1. Sistem Pendidikan
Panti asuhan Halimatussa‟diyah memiliki 2 program
Pendidikan yaitu :
a. Pendidiakan Formal
Pada pendidikan formal siswa sekolah sebagaimana mestinya,
belajar didalam kelas setiap hari kecuali hari libur. Siswa diwajibkan
datang di kelas pada jam 07:15 dan kembali ke asrama pada jam
14:30. Materi pembelajaran yang dipelajari terdiri dari pelajaran
agama dan umum sesuai dengan kurikulum yang ada di Indonesia,
seperti al-Qur‟an hadits, aqidah Akhlak, Bahasa Arab, Fiqh, Bahasa
Indonesia, PKn, IPA, IPS dan yang lainnya, sehingga pembelajaran
di panti Halimatussa‟diyah sesuai dengan kondisi pembelajaran
yang ada disekolah sekolah pada umumnya.
b. Pendidikan Non Formal
Selain memiliki pendidikan formal, panti Asuhan
Halimatussa‟diyah juga memiliki pendidikan non formal atau
kepesantrenan, pada program ini siswa diwajibakn mengikuti segala
aturan yang telah ditetapkan oleh Pembina santri.Disamping
menyediakan asrama untuk para santri, pihak yayasan juga
menyediakan asrama pembina untuk tinggal didalam lingkungan
panti agar para pembina lebih mudah menjaga amanah menjadi
seorang pendidik dan para santri lebih terawasi selama 24 jam.
Para santri lebih difokuskan pada pembelajaran bahasa yaitu
bahasa Arab dan Inggris, santri dituntut untuk berkomunikasi
dengan bahasa arab dan Inggris selama berada di lingkungan panti
asuhan (pesantren). Bagi santri pembelajaran agama telah menjadi
bagian dari kehidupannya, setiap hari santri bangun pada jam 03:00
untuk melaksankan sholat tahajjud kemudian dilanjutkan dengan
hifdzil qur‟an, selain itu juga para santri telah terbiasa menjalankan
puasa sunnah Senin, Kamis dan puasa sunnah lainnya dalam
aktualisasinya mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw.
1. Hifdzil Qur‟an
Hifdzil Qur‟an adalah salah satu kegiatan mulia lagi bermanfaat
didalam agama Islam. Menghafal Qur'an ialah salah satu kegiatan terpuji
didalam Islam, yang, dikenal dapat berfaidah buat dunia dan
akhirat.Setoran bil hifdzi setoran dilakukan secara mushofahah kepada
pendamping setiap santri, yang dimana pendamping adalah para
pembina itu sendiri dan beberapa santri senior yang diangkat sebagai
mudabbir/mudabbiroh. Metode yang dilakukan adalah santri
membaca/menyetor dan pendamping menyimak ayat yang telah
dihafalkan. Sebelum memulai hafalan baru pendamping memberikan
tahsin ayat yang akan dihafalkan. Setoran bil hifdzi dilakukan ba‟da
subuh setiap harinya dan pada hari minggu muroja‟ah hafalan. Setoran
muroja‟ah dilakukan untuk mengulang kembali hafalan yang sudah
dihafalkan, muroja‟ah berarti mengulang kembali dan disetorkan kepada
pendamping masing-masing.. Setoran muroja‟ah dilakukan satu kali
dalam satu minggu, yakni: hari minggu ba‟da subuh.
2. Visi, Misi dan Tujuan sekolah
a. Visi Sekolah
Terwujudnya siswa/siswi MTs. Halimatussa‟diyah Palopo yang
menguasai ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum serta kecakapan
yang diperlukan untuk masa depan serta mampu beradaptasi dengan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Misi Sekolah
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efesien, efektif,
kreatif, inovativ, dan Islami. Sehingga setiap siswa dapat
berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimilikinya.
2) Membudayakan disiplin dan etos kerja yang produktif dan Islami.
3) Membina dan menciptakan kondisi bagi yang menggunakan bahasa
Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris yang baik.
4) Mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menghasilkan prestasi
akedemik dan non akademik.
5) Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman.
6) Melaksanakan pembinaan yang dapat menimbulkan rasa
kekeluargaan, dan kebersamaan kepada warga sekolah.
c. Tujuan Sekolah
1) Mengahsilkan siswa yang berakhlak mulia dan taat beribadah.
2) Menghasilkan siswa yang berdisiplin dalam berbuat.
3) Menghasilkan siswa yang mampu dan terampil dalam berbahasa
Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris.
4) Menghasilkan siswa yang bermutu serta prestasi akademik dan non
akademik.
5) Memiliki rasa cinta tanggung jawab terhadap kebersihan, keindahan,
dan kenyamanan sekolah.
6) Menjadi pelopor dan aktivis sosial keagaman.
3. Data siswa MTs. Halimatussa‟diyah Palopo
NO KELAS NAMA
1 IX Ahmad Malik
2 Gim Nastiar Syatar
3 Muh. Fadli
4 Muh. Shah Jihan
5 Muh. Yusuf Takki
6 Pauzal Takki
7 Salman
8 Nursa'ida
9 Rahmatia Palenoan T
10 Syahida
1 VIII Aldi
2 Bagus
3 Hasbullah
4 Hidayat Nur Wahid
5 Kasmin Rampian TD
6 Muh. Fahri
7 Syahrul
8 Andi Siti Latifa
9 Mirayanti BP
10 Sharli Safitri
11 Tiara Tahrim
12 Nur Syamsi
1 VII Afdal
2 Muh. Khairul Alimin
3 Arifin
4 Egi
5 Irsat Fahmi
6 Ilham
7 Mulya Saputra
8 Muh. Ilham
9 Muh. Rizky
10 Rival
11 Muh. Rendi
12 Saiful Hidayat
13 Saputra Aldiansar
14 Wiwid
15 Yusri
16 Amelia Ramadhani
17 Anggun Sucitra
18 Dian Purnama
19 Imelda Saputri
20 Andini Nurul A
Sumber data: TU MTs.Halimatussa’diyah Palopo
B. Peranan Komunikasi Bimbingan dan Konseling Terhadap
SiswaBinaan MTs. Halimatussa’diyah Palopo
Secara umum dapat difahami bahwa pelaksanaan komunikasi
bimbingan dan konseling siswa MTs. Halimatussa‟diyah Palopo adalah
memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa,melalui layanan
bimbingan dan konseling dapat membina, menasehati dan mengarahkan
siswa dalam mengembangkan karakter dan akhlak siswa. Sebagaimana
diungkapkan oleh guru sekaligus Pembina MTs. Halimatussa‟diyah
Palopo Ustadz Amril S.Pd.I, MH, :
“Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pembinaan siswa, agar supaya tidak salah dalam mengambil sikap dan keputusan, sehingga program yang dicanangkan bias berjalan dengan baik serta meminimalisir hal-hal yang menghambat dalam proses pembinaan. Komunikasi dalam pembinaan ada dua yaitu antara sesame Pembina dan komunikasi Pembina dengan siswa”.58
Peran guru BK sangat penting dalam mengembangkan karakter
dan akhlak siswa, dengan mengembangkan karakter dan akhlak siswa
58Amril (29).Guru Honorer.Wawancara. Pada Tanggal 06 Februari 2019
akan dibentuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan
mudah menyesuaikan diri dan menjadi berhasil dalam pekerjaannya.
Adapun upaya guru BK dalam mengembangkan nilai karakter dan
akhlak siswa adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan konseling individu
Melaksanakan konseling individu merupakan salah satu metode
dalam memberikan bantuan memecahkan permasalahan siswa, yaitu guru
BK memberikan jalan keluar berupa nasehat-nasehat terkait dengan
permasalahan yang dialami siswa dengan bertatap muka langsung secara
perorangan. Metode ini terbilang cukup efektif karena konseli akan lebih
terbuka terhadap konselor dalam mengungkapkan permasalahan yang
ada.
Pelaksanaan konseling individu yang dilakukan di MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo memang sebenarnya belum sepenuhnya
berjalan dengan baik dikarenakan guru BK yang bersangkutan bukan
seorang yang ahli atau bisa dikatakan hanya guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang merangkap sebagai guru BK, kurang
faham bagaimana tatacara dalam mengkonseling yang baik secara
Baik, namun dengan pengalaman yang di dapatkan ketika menjadi
pambina santri di pesantren juga sangat membantu dalam melaksanakan
Bimbingan Konseling di Sekolah.
DiMTs. Halimatussa‟diyah Palopo sudah melakanakan konseling
individu ketika siswa mengalami berbagai permasalahan, seperti masalah
pertengkaran sesama siswa karena adanya ketidaksesuaian antara satu
individu dengan individu yang lainnya. Di dalam melaksanakan konseling
individu dengan masalah pertengkaran yang dialami oleh siswa guru BK
memberikan kesadaran kepada siswa tentang apa yang mereka lalukan
adalah satu hal yang salah. Selain memberikan kesadaran kepada
siswa,guru BK juga memberikan arahan kepada siswa bagaimana
tindakan yang seharusnya dilaksanakan ketika terjadi ketidak sesuaian
dengan orang lain.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ust Sholihin S.Pd, selaku
penanggung jawab kesiswaan sekaligus guru BK MTs. Halimatussa‟diyah
Palopo adalah sebagai berikut :
“Dalam mengambangkan karakter dan akhlak siswa saya melakukan bimbingan secara personal dengan siswa yang bermasalah diruangan saya, seperti misalnya siswa yang sering terlambat masuk kedalam kelas, saya berusaha mencari tau dengan bertanya apa penyebab anak tersebut terlambat masuk ke kelas, kemudian saya memberikan solusi atas permasalahan yang di alami oleh siswa, sehingga siswa tidak terlambat lagi datang ke kelas.”59
Untuk memperkuat data terkait dengan bimbingan personal,
disamping mewawancarai guru BK, peneliti juga mewawancarai siswa
yang bersangkutan yaitu sebagai berikut :
“Guru BK pernah memanggil saya untuk masuk kedalam ruanganya, bertanya terkait penyebab keterlambatan saya datang ke kelas, kemudian meberikan nasehat dan solusi terkait permasalahan yang saya alami, dalam nasehatnya guru BK menyampaikan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang,
59
Sholihin (27), Guru Honorer. Wawancara.Pada Tanggal 06 Februari 2019.
sehingga saya merasa nyaman dalam menceritakan hambatan saya datang ke kelas tepat waktu.”60
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa guru
BK benar mewawancarai siswa yang bermasalah dengan memberikan
bimbingan khusus secara personal. Begitu pula berdasarkan penjelasan
siswa bahwa ketika siswa yang bersangkutan melakukan kesalahan, guru
BK langsung memanggilnya kedalam ruangan dan diberikan bimbingan
berupa nasehat nasehat dengan penyampaian yang penuh kelembutan
dan kasih sayang.
2. Bimbingan klasikal
Bimbingan klasikal di sini adalah bimbingan yang diberikan
langsung oleh guru BK kepada setiap kelas yang di masuki, namun
bimbingan klasikal di MTs. Halimatussa‟diyah Palopo tidak sepenuhkan
dilakukan hanya oleh guru Bk saja, namun pihak sekolah telah besepakat
dengan para guru yang ada di MTs. Halimatussa‟diyah agar setiap guru
mata pelajaran ataupun guru pengganti yang bersangkutan senantiasa
memberikan bimbingan konseling pada saat proses pembelajaran
sedangberlangsung, sehingga bimbingan konseling dilakukan dengan
tidak terjadwal, seperti yang diungkapkan oleh Ust. Sholihin:
“Bimbingan klasikal adalah salah satu cara kami membentuk karakter siswa yang berakhlak, ketika guru memasuki kelas hal pertama yang dilakukan adalah mengajak mereka untuk melakukan hal-hal yang bersifat positif disertai dengan candaaan sehingga siswa tidak merasa tengang dan jenuh dalam menerima pelajaran yang ada, lalu masuk kegiatan inti, guru BK atau yang
60
Tiara Tahrim, (13) siswa kelas VIII.Wawancara, pada tanggal 06 Februari. 2019.
bersangkutan selalu memberikan motivasi dalam melakukan hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dilingkungan sekolah, maupun diluarsekolah. Selain itu juga memberikan informasi mengenai seputar kegiatan yang akan dilakukan pihak sekolah kedepannya sehingga nantinya siswa tidak terjebak kedalam hal-hal yang merugikan.”61
Berdasarakan hasil wawancara yang dilakukan, maka komunikasi
konseling memiliki peranan yang sangat urgen dalam membina akhlak
siswa. Komunikasi yang baik akan membuat siswa dapat merubah
kebiasan kebiasan negative yang ada pada diri siswa.
C. Bagaimana efektifitas komunikasi konseling dalam pengembangan
diri para siswa binaan MTs. Halimatussa’diyah Palopo.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka
dapat disimpulkan efektivitas komunikasi konseling dalam pengembangan
diri para siswa binaan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo berikut:
1. Program Bimbingan dan Konseling (BK) di MTs. Halimatussa‟diyah
Palopo belum terorganisir dengan baik. Hal ini terbukti dengan belum
adanya strustur organisasi BK yang disertai dengan perincian tugas
tiap komponen sehingga tiap-tiap komponen tersebut belum
mengetahui dengan jelas tugasnya masing-masing. Jenis layanan
BK MTs. Halimatussa‟diyah Palopo masih bersifat umum yaitu
dengan layanan orientasi belajar, layanan informasi belajar, dan
layanan penempatan belajar. Dan yang seharusnya setiap
komponen mampu memberikan materi bimbingan belajar dengan
61
Sholihin (27), Guru Honorer. Wawancara. Pada Tanggal 06 Februari 2019
peningkatan motivasi belajar siswa, peningkatan keterampilan teknik
belajar efektif dan efesien, pengembangan sikap dan
membudayakan kebiasaan kebiasaan belajar yang baik. Namun
disamping itu pelaksanaan bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan oleh para pembina yaitu dengan pembinaan disiplin
belajar, pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar,
bimbingan belajar tambahan dengan program kepesantrenan sangat
membantu dalam pengembangan diri para siswa binaan MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo.
2. Efektifitas layanan bimbingan dan konseling di MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo dalam problem pengembangan diri siswa
binaan dilihat dari 3 aspek efektifitas yaitu aspek tugas dan fungsi,
aspek ketentuan dan aturan, dan aspek tujuan dinilai cukup efektif.
Pelaksanaan layanan komunikasi bimbingan dan konseling dinilai
efektif walau masih dalam kategori cukup sebab masih banyak
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengatasi problem
pengembangan diri siswa binaan, diantaranya:
a. Kurangnya tenaga pendidik khususnya guru BK,
b. Masih kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya disiplin belajar,
dan
c. Kurangnya partisipasi siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapinya.
Hal ini mengakibatkan pada kurang lancarnya proses bimbingan
yang diberikan oleh guru BK, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah yang adapun menjadi lebih lama.
D. Kendala komunikasi bimbingan dan konseling dalam
pengembangan PembinaanMTs. Halimatussa’diyah Palopo
Sebagaimana yang diketahui kendala adalah suatu halangan atau
rintangan yang membuat apa yang kita kerjakan tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Setelah melakukan kegiatan observasi langsung
hingga ketahap wawancara, peneliti menemukan jawaban tentang faktor
apa saja yang menjadi hambatan guru BK dalam membina siswa MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo, berikut di antaranya:
1. Faktor internal
Memang tak bisa dipungkiri salah satu penyebab utama sulitnya
dalam membina akhlak siswa adalah sifat malas, sifat malas ini timbul
akibat tidak adanya motivasi dari dalam diri untuk berbuat sesuatu yang
bermanfaat atau lebih produktif bagi dirinya sendiri, sifat malas yang
berkelanjutan ini akan membawa dampak buruk dari kepribadian mereka
dan tidak bisa bertanggung jawab dengan kewajiban mereka sebagai
siswa atau santri. Seperti yang diungkapkan oleh Rahmatia, dia
menuturkan bahwa:
“ saya selalu bersantai-santai tiap kali teman saya bersiap-siap berangkat ke mushollah, sehingga saya selalu masbuk di waktu sholat Fardu, apalagi di waktu sholat subuh di karenakan saya terlambat bangun, bahkan terkadang saya pulang ke asrama tidur sementara proses pembelajaran sedang berjalan. Pembina
seringkali menasehati saya agar tidak bersantai-santai dangan waktu. Karena waktu sangat berharga bagi kita.”.62
Rahmatia selalu bersantai-santai, dan selalu terlambat tidur malam
sehingga keesokan subuhnya terlambat bangun, seharusnya hal seperti
itu biasa diatasi dangan niat yang kuat tidur pada waktu yang telah
ditentukan agar tidak terlambat lagi dan tidak dikatakan sebagai pemalas.
2. Faktor eksternal
Sebagai generasi penerus bangsa, siswa wajib memiliki
kepribadian yang bertanggung jawab serta berakhlak mulia dan semua itu
selalu berawal dari rumah atau didikan pertama orang tua mereka, orang
tua berkewajiban mengarahkan, dibawa arahan dan didikan yang benar
maka hal tersebut sangat mudah untuk diwujudkan, akan tetapi hal
tersebut menjadi sulit terealisasikan jika orang tua mereka tidak
membantu perkembangan anaknya, dan kurangnya komunikasi antara
orang tua dan anak membuat kepribadian mereka jauh dari yang
diharapkan. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Sholihin :
“Siswa dan siswi Halimatussa‟diyah mayoritas dari keluarga yang tidak mampu dan berlatar belakang keluarga broken home, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kepribadian mereka, dikarenakan kurangnya perhatian dari orang tua sedari awal.63
Hal senada juga diungkapkan oleh Ustadz Amril, salah satu
Pembina, membenarkan bahwa:
“ Dalam pembinaan Siswa tentunya terdapat kendala yang muncul begitupun di tempat ini. Salah satu kendala ialah latar belakang
62
Rahmatia (14)siswa kelas IX, Wawancara, Pada Tanggal 8 februai 2019 63
Sholihin (27), Guru Honorer. Wawancara. Pada Tanggal 06 Februari 2019
siswa yang memang dari kalangan dhuafa, yatim, terlantar dan broken home yang sebelum mereka masuk ke tempat ini mereka belum mendapatkan pendidikan agama yang baik bahkan banyak yang liar sehingga membutuhkan kesabaran dalam membina dan kedisiplinan yang ekstra dalam pembinaaan”.64
Keluarga merupakan faktor utama dalam membentuk karakter yang
berakhlak mulia dan memperlihatkannya kepada masyarakat, untuk itu
diperlukan kerjasama antara orang tua dengan murid itu sendiri untuk
saling membantu, mengingatkan dan memberikan arahan agar tidak
mengecewakan diri sendiri dan keluarga. Kemudian juga salah satu faktor
yang sangat besar yaitu dalam proses pencarian jati diri. Dan pasti timbul
keinginan untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan, hasrat
ingin mengikuti trend dan juga agar mendapatkan pengakuan dari teman-
temannya bahwa dirinya merupakan orang yang bebas, sehingga
melupan peraturan dan tata tertib yang ada.Hal ini masih kerap terjadi
dilingkungan MTs. Halimatussa‟diyah Palopo.
3. Sarana dan prasarana BK yang kurang memadai
Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang mendukung
secara langsung atau tidak langsung terhadap kelancaran proses
bimbingan dan konseling, misalnya ruangan bimbingan dan konseling,
ruangan konseling individu,alat-alat pemberian layanan, dan lain-lain.
Setelah peneliti melakukan wawancara di MTs. Halimatussa‟diyah Palopo,
peneliti mendapatkan hasil bahwa sarana dan prasarana penunjang
bimbingan konseling masih belum memadai. Hal inidi buktikan dengan
64 Amril (29),Guru Honorer. Wawancara. Pada Tanggal 06 Februari 2019
tidak adanya ruangan khusus untuk melaksanakan konseling
individu,sedangkan ruangan konseling individu merupakan salah satu
sarana penting sebagai penunjang dalam bimbingan dan konseling.
Dalam mengatasi berbagai kendala-kendala yang ada maka
pelaksanaan bimbingan dan konseling membutuhkan kerjasama dari
berbagai komponen MTs. Halimatussa‟diyah,baik kerjasama konselor
dengan guru bidang studi, para pembina yang ada, dan dengan siswa
sendiri sebagai peserta dalam pelaskanaan bimbingan dalam
mengembangkan kualitas diri dengan menanamkan akhlakul karimah, dan
pengembangan diri dan konseling. Kerja sama dimaksudkan adalah untuk
terlaksananya bimbingan dan konseling dengan baik,sehingga benar
benar memberikan manfaat bagi MTs. Halimatussa‟diyah itu sendiri,
khususnya bagisiswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Di MTs. Halimatussa‟diyah Palopo sudah melaksanakan konseling
individu ketika siswa mengalami berbagai permasalahan, seperti
masalah pertengkaran sesame siswa karena adanya
ketidaksesuaian antara satu individu dengan individu yang lainnya.
Didalam melaksanakan konseling individu dengan masalah
pertengkaran yang dialami oleh siswa guru BK memberikan
kesadaran kepada siswa tentang apa yang mereka lalukan adalah
satu hal yang salah. Selain memberikan kesadaran kepada siswa,
guru BK juga memberikan arahan kepada siswa bagaimana tindakan
yang seharusnya dilaksanakan ketika terjadi ketidaksesuaian dengan
orang lain.Selain itu juga menerapkan Bimbingan klasikal. Bimbingan
klasikal di sini adalah bimbingan yang diberikan langsung oleh guru
BK kepada setiap kelas yang di masuki.
2. Efektifitas layanan bimbingan dan konseling di MTs.
Halimatussa‟diyah Palopo dalam problem pengembangan diri siswa
binaan dilihat dari 3 aspek efektifitas yaitu aspek tugas dan fungsi,
aspek ketentuan dan aturan, dan aspek tujuan dinilai cukup efektif.
Pelaksanaan layanan komunikasi bimbingan dan konseling dinilai
efektif walau masih dalam kategori cukup sebab masih banyak
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengatasi problem
pengembangan diri siswa binaan, diantaranya: Kurangnya tenaga
pendidik khususnya guru BK, masih kurangnya kesadaran siswa
tentang pentingnya disiplin belajar, dan Kurangnya partisipasi siswa
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Adapun yang menjadi kendala komunikasi bimbingan dan konseling
dalam pengembangan PembinaanMTs. Halimatussa‟diyah Palopo
ialah: Faktor internal, faktor eksternal, dan saranadan prasarana BK
yang kurang memadai
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan sebagaimana dikemukakan di atas,maka
dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah MTs Halimatussa‟diyah Palopo agar
memberikan fasilitas yang lengkap kepada guru BK agar
pelaksanaan bimbingan dan konseling lebihmaksimal dan efektif.
2. Kepada guru BK untuk lebih profesional dalam membantu
menuntaskan masalah siswa serta menjalin kerjasama dengan guru-
guru lainnya dan agar pelaksanaan bimbingan dan konseling lebih
efektif.
3. Kepada siswa apabila mengalami masalah baik bersifat fisik
maupun psikologis agar mengkomunikasikan masalah tersebut
kepadaguru pembimbing. Sehingga masalah yang dialami siswa
bisa segera diatasi dan tidak berlarut-larut.
4. Kepada peneliti lain agar menjadi bahan masukan maupun bahan
perbandingan bagi rekan-rekan yang membahas atau meneliti
pada masalalah yang sama,dan untuk dapat memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik dan diterima kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ainur Rafiq Arif, Keterampilan Komunikasi Konseling(Surabaya: IAIN Pres, 2002).
Arifin, Psikologi Dakwah, (Cet.3, Jakarta: Bumi Aksara; 1994).
Asep Saeful Muhtadi dan Agus ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandug: Pustaka Setia, 2003).
Azlina Abubakar, Psikologi Personaliti Individu (Selanggar: Karisma Publication, 2002).
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Cet. IV: Jogjakarta; ANDI, 2007).
Boy Soedarmadji dan Hartono, Psikologi Konseling (Cet.3: Jakarta; Kencana 2014)
Emti Emran dan Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
Geral Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychoterapi
(Belmont, CA, Thomson/brooks/cole, 2005).
Kementrian Agama RI ,Al Qur`an dan Terjemahan (Cet.1,Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2013).
Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah (Cet. 1: Bandung; Remaja Rosdakarya, 2004).
Masyud Sulthon, Manajemen MTs. ( Jakarta : Diva Pustaka, 2005).
Muhammad Juhar dan Sulistryani, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta; Prestasi Pustaka,2014).
Mulya Deddy, Ilmu Komunikasi. (Bandung: Remaja RosdaKarya,2008).
Munir Amir Samsul, Bimbingan dan konseling Islam(Cet. 3: Jakarta; Amzah, 2015)
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghilmia Indonesia, (Jakarta, 1988).
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi (Cet.1; Jakarta: Gema Insani Pers,2005).
Neon Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998).
Rajab Khairunnas, Psikologi Agama (Yogyakarta; Azwaja Presindo,2011).
Ridwan Aang, Filsafat Komunikasi (Cet:1, Bandung :Pustaka Setia,2013).
Salahudin Anas, Bimbingan dan konseling(Bandung Lingkar Selatan :CV PUSTAKA SETIA . Jl BKR ).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012).
Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah (Cet.2, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997).
Wulur Meisil B.,Terapi SEFT(Spritual Emotional Freedom Technique) Model Dakwah Konseling, (Cet. 1; Makassar; Leisyah 2016)
Zainab Ismail, Praktikum Bimbingan dan Kounseling (Suatu Pengalaman dan Panduan Kepada Konselor), (Cet. 1: PutraJaya; 2009).
Zulfan Saam,Psikologi Konseling,(Jakarta; Rajawali Pres 2014).
http://hamz-sazied.blogspot.com/2010/03/administrasi-bimbingan-dan-konseling.html.
RIWAYAT HIDUP
Sinar Ahmatia, lahir di ENO, pada tanggal 28
Agustus 1994. Peneliti merupakan anak ke lima dari
pasangan Ayahanda Hamma (Rahimahullah) dan
Ibunda Tia. Peneliti mulai masuk ke jenjang
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 064 ENO
dan selesai pada tahun 2007. Peneliti melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 SEKO dan
selesai pada tahun 2010. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR
dan selesai pada tahun 2013. Kemudian Pada tahun 2015, peneliti
melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas
MUHAMMADIYAH MAKASSAR, program studi Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI) dan selesai pada tahun 2020.
LAMPIRAN
RUANG BK RUANG KEPALA
MADRASAH
RUANG GURU RUANG KELAS
Wawancara dengan siswa Wawancara dengan siswa
WAWANCARA BERSAMA GURU BK
FOTO BERSAMA DEWAN GURU
Lampiran 2
DAFTAR WAWANCARA DENGAN GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING MTs HALIMATUSSA’DIYAH PALOPO
1) Bagaimana komunikasi konseling siswa/santri di kelas VIII
MTs.Halimatussa‟diyah Palopo?
2) Bagaimana peran guru BK dalam mengembangkan komunikasi
konseling di kelas VIII MTs.Halimatussa‟diyah palopo?
3)Apa saja faktor penghambat dalam mengembangkan komunikasi
konseling di kelas VIII MTs.Halimatussa‟diyah palopo?
4) Menurut bapak apa pentingnya mengembangkan komunikasi
konseling di kelas VIII MTs.Halimatussa‟diyah palopo?
5) Cara apa saja yang bapak lakukan dalam mengembangkan
komunikasi konseling di kelas VIII MTs.Halimatussa‟diyah palopo?
Lampiran 3
DAFTAR WAWANCARA DENGAN SISWA/SANTRI MTs
HALIMATUSSA’DIYAH PALOPO
1) Apakah saudara sering dating keruang BK?
2) Seberapa sering saudara datang ?
3) Apakah saudara merasa akrab dan dekat dengan guru BK?
4) Apakah saudara sering berkonsultasi dengan guru BK?
5) Bagaimana kritik dan saran bagi guru BK dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi dalam bimbingan dan konseling?