lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/10963/5/bab_i.pdfremaja sendiri...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ratusan juta anak-anak atau para pemuda di Indonesia merupakan
pengguna internet. Namun dari jumlah itu baru sedikit yang
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi ini untuk hal-hal
produktif. Kebanyakan dari mereka hanya memanfaatkan internet untuk
media sosial. Dari 143 juta jiwa anak muda, 54 persen itu sudah
menggunakan internet, namun 90,61 persen anak muda masih
memanfaatkan internet hanya untuk media sosial dan jejaring sosial
(Merdeka, 2018, Maret 31).
Membahas mengenai luasnya kalangan yang menggunakan media
sosial, diketahui dari survey Alvara dalam Hyzkia (2018) bahwa usia 17
sampai 25 tahun mendapati urutan paling banyak pengguna internet di
Indonesia. Dan pola penggunaannya menurut survei Alvara dalam Hyzkia
(2018) dapat diketahui bahwa usia 17-25 tahun adalah usia yang paling
memungkinkan untuk mengakses media sosial.
Tentu sebagai kalangan yang memiliki urutan tertinggi dalam
penggunaan media sosial, kalangan remaja menjadi kalangan yang terkena
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
2
dampak paling signifikan terhadap berita-berita isu intoleransi yang
tersebar melalui media sosial.
Menurut Darmody dan Nurmi dalam Turner dan Helms (1995, p.
373) remaja sudah mampu memikirkan dan menentukan identitas mereka.
Namun menurut Elkin dan Bowen, karena para remaja juga merasa orang-
orang sekitarnya memperhatikan bagaimana dia berperilaku, mereka
menyesuaikan perilaku mereka agar sesuai dengan lingkungan tersebut
(Turner dan Helms, 1995, p. 375).
Karena perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan apa yang
masyarakat pikirkan, hal ini menjadikan labilnya para remaja dalam
menunjukan sikap. Remaja sendiri memiliki arti yang luas, menurut Piaget
dalam Hurlock (2003, p. 206) remaja adalah usia dimana seorang individu
mulai berintegrasi dengan lingkungan masyarakat dewasa, dan usia di
mana seseorang sudah merasakan kesetaraan dengan orang-orang yang
lebih tua.
Karena remaja merupakan golongan usia yang paling aktif
menggunakan media sosial, maka perlu diketahui juga secara umum
mengenai apa itu media sosial. “Apa Itu Sosial Media” dalam Nimda
(2012, Maret 1) media sosial didefinisikan sebagai sebuah media untuk
bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang
memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan
waktu.
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
3
Para pengguna sosial media bisa berinteraksi, berkirim pesan, baik
pesan teks, gambar, audio hingga video, dan saling berbagi. Dalam media
sosial, ada banyak sekali konten yang dapat diperoleh, mulai dari hiburan,
berita, serta informasi-informasi untuk mendukung proses edukasi.
Informasi-informasi yang didapat dari media sosial amat beragam, mulai
dari informasi yang bernilai positif maupun negatif. Dengan keberagaman
informasi tersebut, maka pengguna juga mendapatkan kemungkinan besar
untuk bisa memperoleh informasi-informasi negatif, salah satunya adalah
isu sejumlah kasus yang terindikasi mengandung berita intoleran.
Berbicara mengenai berita yang mengandung nilai intoleran, dapat
diketahui pula bahwa dewasa kini kasus-kasus intoleran semakin marak
terjadi. Seperti yang disampaikan ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat
“Pada 2016, Intoleransi Meningkat” dalam situs resmi Komnasham
(2017), bahwa tahun 2014 tercatat ada 76 kasus, kemudian pada tahun
2015 meningkat menjadi 87 pengaduan kasus. Meningkat kembali aduan
sejumlah 97 kasus sepanjang 2016, juga tercatat pada “Setara Institute:
Terjadi 155 Kasus Intoleransi Sepanjang 2017” dalam Merdeka (2017,
Maret 27), 155 kasus pada tahun 2017.
Makna toleransi adalah right to differ, hak untuk berbeda. Ruang
berbeda ini luas, tetapi biasanya terkait dengan soal keagamaan dan
keyakinan. Prinsipnya adalah, seluruh manusia diberi ruang untuk
merayakan perbedaan tersebut. Dan pihak yang menolak hak untuk
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
4
berbeda atau ruang kebebasan bisa dikatakan sebagai orang yang intoleran
(Hasyim, 2017, p. 7).
Dengan semakin banyaknya kasus-kasus intoleransi yang terjadi,
tentu semakin banyak informasi yang membahas mengenai intoleransi
yang tersebar luas melalui berbagai macam media, dan media sosial.
Berikut adalah beberapa contoh kasus-kasus intoleransi yang beritanya
tersebar melalui media sosial:
a. Penolakan pemimpin non muslim (Panjimastv, 5 September 2016)
Berita yang ditemukan di Youtube ini merupakan berita mengenai
penolakan umat beragama Islam terhadap pemimpin non muslim di
Jakarta.
Gambar 1.1
Berita Kasus Intoleran
Sumber: Panjitv (2016, September 5)
https://www.youtube.com/watch?v=O5RC6TDfBCQ
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
5
b. Keributan antar pendukung calon presiden 2019 (Samarinda TV, 30 April
2018)
Berita di Twitter dari akun @Samarinda_tv mengenai keributan
antar pendukung pasangan calon presiden.
Gambar 1.2
Berita Kasus Intoleran
Sumber: Samarinda Tv (2018, April 30)
https://twitter.com/samarinda_tv/status/990864006025007104
Dengan data yang terlihat dari pengguna media sosial yang
didominasi oleh kalangan remaja dan maraknya pemberitaan mengenai isu
intoleransi di media sosial, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
6
sikap pelajar sekolah menengah atas terhadap pemberitaan kasus intoleran
di media sosial. Seperti apakah sikap pelajar sekolah menengah atas?
Apakah dengan adanya isu kasus intoleran, mereka menjadi toleran atau
bahkan menjadi intoleran dikarenakan kondisi psikologis pelajar sekolah
menengah atas yang masih labil. Maka peneliti ingin mengetahui sikap
pelajar sekolah menengah atas Jakarta Timur terhadap berita kasus
intoleran di media sosial.
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan
populasi dan sampel pelajar sekolah menengah atas di Jakarta Timur.
Peneliti memilih Jakarta karena ibu kota Indonesia ini merupakan kota
paling intoleran di Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh peneliti
Setara Institute, Halili dalam Beritasatu.com dalam berita berjudul
“Jakarta Puncaki Daftar Kota Paling Intoleran di Indonesia”
(Beritasatu.com, 2017), terungkap bahwa dalam Indeks Kota Toleransi
(IKT), Jakarta semakin menempati posisi paling bawah. Dari 94 kota, 10
kota di antaranya mendapat angka 2,30. Banda Aceh memiliki IKT sebesar
2,90. Bogor 3,05, Cilegon 3,20, Depok 3,30, Yogyakarta 3,40,
Banjarmasin 3,55, Makassar 3,65, Padang 3,37 dan Mataram 3,78. Maka
dari itu, peneliti tertarik untuk menjadikan pelajar sekolah menengah atas
di Jakarta untuk mendukung penelitian ini.
Dalam melakukan penelitian ini, agar penelitian dapat dilakukan
lebih terfokus, peneliti memilih kota Jakarta Timur sebagai lokasi
pengambilan sampel. Kota Jakarta Timur dipilih karena memiliki jumlah
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
7
SMA dan SMK yang paling banyak dibandingkan kota-kota lain di
Jakarta. Data dari situs resmi Kemdikbud (2018) bahwa kota Jakarta
Timur memiliki 123 SMA dengan jumlah peserta didik 51.938 dan 194
SMK dengan jumlah 69.064 peserta didik.
Terkait dengan seluruh pembahasan di atas, penelitian ini dirasa
penting untuk diteliti. Karena, belum matangnya psikologis pelajar
sekolah menengah atas, di samping itu juga mereka mendapat berbagai hal
dari media sosial termasuk berita kasus intoleransi. Sehingga dengan
kondisi itu, mereka rentan atau rawan terpengaruh berita-berita yang
intoleran. Dengan alasan-alasan yang dijelaskan di atas, perlu adanya
identifikasi mengenai bagaimana sikap mereka terhadap berita-berita
kasus intoleran.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Seringkali ditemukan berita-berita mengenai isu-isu intoleransi,
baik mengenai agama, ras, jender, dan ideologi yang semakin marak
terjadinya di Indonesia. Sebagai salah satu pengguna aktif media sosial
yang paling konsumtif, siswa SMA dan SMK merupakan salah satu
golongan yang paling rentan dalam penyerapan informasi yang tidak tepat.
Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana sikap
pelajar sekolah menengah atas di Jakarta Timur terhadap berita kasus
intoleran yang beredar di media sosial?
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
8
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana sikap pelajar sekolah menengah atas di Jakarta Timur
terhadap berita intoleransi di media sosial?
2. Dimensi apa saja yang berperan dalam pembentukan sikap pelajar
sekolah menengah atas di Jakarta Timur terhadap berita intoleransi di
media sosial?
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui sikap pelajar sekolah menengah atas di Jakarta
Timur terhadap berita intoleransi di media sosial.
2. Untuk mendiskusikan berbagai dimensi yang berperan dalam
membentuk sikap pelajar sekolah menengah atas Jakarta Timur
terhadap berita kasus intoleran di media sosial.
1.5 KEGUNAAN PENELITIAN
a. Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
kajian tentang sikap khalayak terhadap berita di media sosial, dengan
pendekatan kuantitatif.
b. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan bagi praktisi media pemberitaan agar lebih
memperhatikan pemberitaan tentang kasus intoleransi yang
mendudukkan permasalanan dalam konteks yang proporsional dan
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
9
tidak terjebak pada pendapat yang dominan pada masyarakat.
Diharapkan juga dapat membuat pelajar menjadi lebih skeptis pada
pemberitaan di media sosial agar tidak gampang terhasut pada
pemberitaan yang menyinggung soal intoleransi.
c. Kegunaan Sosial
Penelitian ini secara sosial berguna untuk menginformasikan
kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya isu intoleransi di
Indonesia saat ini, dan juga agar masyarakat mampu mengidentifikasi
bagaimana bentuk-bentuk isu intoleransi itu sendiri. Penelitian ini juga
diharapkan mampu membuat masyarakat khususnya para pelajar agar
bisa menjadi lebih kritis dalam menanggapi isu-isu intoleransi yang
sedang marak terjadi di Indonesia saat ini.
1.6 KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam mengambil sampel
pada populasi. Karena keterbatasan jarak dan waktu, peneliti hanya
memilih 2 sekolah dari 1 kota yaitu Jakarta Timur dengan alasan sekolah
dan murid terbanyak di DKI Jakarta. Semula, peneliti mengajukan
proposal untuk melakukan penelitian kepada SMAK Penabur 7 Jakarta
Timur dan SMAN 61 Jakarta Timur guna membandingkan sikap toleransi
dari kedua sekolah yang berlatar belakang berbeda, yaitu SMA swasta
berbasis agama dan SMA negeri yang dikelola oleh pemerintah.
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
10
Namun, humas dari SMAK Penabur 7 Jakarta Timur menolak
dengan alasan waktu yang tidak pas dan menjelang ujian. Sedangkan
humas dari SMAN 61 tidak memberi kabar untuk kelanjutan dari
pengajuan penelitian ini. Akhirnya, peneliti mendapatkan akses untuk
mendapatkan responden di SMA Cahaya Sakti Jakarta Timur dan SMK
Mahadhika 1 Jakarta Timur.
Dalam penelitian ini, peneliti juga keterbatasan dengan alat ukur
indikator untuk item pertanyaan yang terkait dengan berita intoleran di
media sosial. Pertanyaan-pertanyaan pada angket yang menyinggung
tentang berita intoleran justru tidak valid dan terpaksa dihapus. Dengan
keterbatasan waktu, peneliti tidak sempat membuat pertanyaan baru dan
menyebarkan kuesioner.
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019
95
Sikap pelajar sekolah..., Dinda Rahayu, FIKOM UMN, 2019