lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk …kc.umn.ac.id/5612/1/indah mustika...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DAN KARAKTERISTIK
PERUSAHAAN TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Indah Mustika Lokanata
14130210055
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2018
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Scanned by CamScannerPengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Scanned by CamScannerPengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
“If you really want to do something, you’ll find a
way. If you don’t, you’ll find an excuse.”
-Jim Rohn-
Dari hati jadi aksi, dari hati turun ke kaki. Cita-cita
jangan hanya disimpan di dalam pikiran, tapi harus
diwujudkan dan diperjuangkan.
- Merry Riana-
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh
pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan karakteristik perusahaan
terhadap agresivitas pajak. Karakteristik perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas. Agresivitas pajak
merupakan tindakan yang dilakukan wajib pajak untuk mengefisienkan beban pajak
terutang yang diterimanya. Agresivitas pajak diproksikan dengan effective tax rate
(ETR).
Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling dan data sekunder yang dianalisa dengan menggunakan metode linear
berganda. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan manufaktur sektor
aneka industri yang secara berturut-turut selama periode 2014-2016 terdaftar di
BEI, menerbitkan laporan tahunan per 31 Desember, dan telah di-audit oleh auditor
independen, menggunakan mata uang rupiah, memiliki beban pajak penghasilan
lebih rendah dibandingkan dengan laba sebelum pajak.
Hasil penelitian ini adalah (1) pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) tidak memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak, (2)
ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak,
(3) leverage (DAR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak,
(4) likuiditas (CR) memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak, dan (5)
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan¸
leverage (DAR), dan likuiditas secara simultan berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
Kata kunci: agresivitas pajak (ETR), leverage (DTA), likuiditas (CR),
pengungkapan corporate social responsibility (CSR), ukuran
perusahaan.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
ii
ABSTRACT
The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of
corporate social responsibility (CSR) disclosure and characteristic of the company
toward tax aggressiveness. Characteristic of the company uses firm size, leverage,
and liquidity. Tax aggressiveness is action taken to minimize the burden of the
taxpayer receives tax payable. Tax aggressiveness measured using the effective tax
rate (ETR) proxy.
The sample of this research was selected by using purposive sampling
method and with secondary data which was analysed by using multiple regression
method. There were 14 manufacture firm various industry sectors as samples that
have been simultaneously registered in BEI since 2012-2014, published annual
report at the end of 31 December and had been audited by independently auditor,
used Rupiah as currency, has a lower income tax expense than the pretax income..
The result of this research are (1) Corporate Social Responsibility (CSR)
disclosure does not have positive effect towards tax aggressiveness, (2) firm’s size
have a significant positive effect towards tax aggressiveness, (3) leverage (DAR)
have a significant positive effect towards tax aggressiveness, (4) liquidity (CR) have
a significant positive effect towards tax aggressiveness, and (5) Corporate Social
Responsibility disclosure, firm’s size, leverage (DAR), and liquidity (CR)
simultaneously have a significant effect toward tax aggressiveness.
Keywords: tax aggressiveness (ETR), leverage (DTA), liquidity (CR), corporate
social responsibility (CSR) disclosure, firm size.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya yang melimpaj sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK” dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S.E.).
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berupa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Orang Tua, Kakak penulis Dharmawan Lokanata, dan Adik penulis Mutiara
Zhelitha Lokanata yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang
mendorong penulis untuk berhasil menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Meiriska Febrianti, S.E., Ak., M.E., B.K.P., CA. selaku dosen pembimbing
yang selalu memberikan arahan dan nasihat yang mendukung serta kesabaran
beliau selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Stefanus Ariyanto, S.E., M.Ak., CPSAK. selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Multimedia Nusantara, yang telah memberikan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Scanned by CamScannerPengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah............................................................................................... 20
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................ 20
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 21
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 21
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 22
BAB II TELAAH LITERATUR ......................................................................... 24
2.1 Teori Keagenan ................................................................................................ 24
2.2 Pajak .......................................................................................................... 27
2.3 Agresivitas Pajak .............................................................................................. 30
2.4 Corporate Social Responsibility (CSR) ............................................................ 35
2.5 Ukuran Perusahaan........................................................................................... 42
2.6 Leverage .......................................................................................................... 47
2.7 Likuiditas ......................................................................................................... 51
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
vi
2.8 Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Karakteristik
Perusahaan Secara Simultan Terhadap Agresivitas Pajak ................ 54
2.9 Model Penelitian .............................................................................................. 54
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 56
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................ 56
3.2 Metode Penelitian............................................................................................. 57
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................................... 57
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 62
3.5 Teknik Pengambilan Sampel............................................................................ 62
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 63
3.6.1 Statistik Deskriptif .................................................................................. 63
3.6.2 Uji Normalitas ......................................................................................... 64
3.6.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 65
3.7 Uji Hipotesis .................................................................................................... 67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 72
4.1 Objek Penelitian ............................................................................................... 72
4.2 Analisis dan Pembahasan ................................................................................. 73
4.2.1 Statistik Deskriptif .................................................................................. 73
4.2.2 Uji Normalitas ......................................................................................... 76
4.2.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 77
4.3 Uji Hipotesis ................................................................................................... 80
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
vii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 90
5.1 Simpulan .......................................................................................................... 90
5.2 Keterbatasan ..................................................................................................... 92
5.3 Saran .......................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... 100
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Hasil Perhitungan Sebelum dan Sesudah Tax Planning.................. 8
Tabel 2.1 Tarif Pajak Untuk Orang Pribadi ........................................................... 28
Tabel 2.2 Kriteria Ukuran Perusahaan ................................................................... 44
Tabel 3.1 Interprtasi Koefisien Korelasi ................................................................ 69
Tabel 4.1 Rincian Pengambilan Sampel Penelitian ............................................... 73
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................................ 74
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 76
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas .................................................................... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 78
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................ 80
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F ................................................................................ 81
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t ................................................................................. 83
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2012-2016 ................ 3
Gambar 1.2 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) Tahun 2017 ....................................................................... 4
Gambar 2.1 Model Penelitian ................................................................................ 55
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 79
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendapatan suatu negara memiliki peranan yang penting bagi kesejahteraan rakyat.
Pendapatan negara merupakan penerimaan yang diperoleh untuk membiayai dan
menjalankan seluruh program pemerintah demi kebutuhan masyarakat. Penerimaan
suatu negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak.
Penerimaan pajak dilakukan pemungutannya dibawah kewenangan Kementerian
Keuangan melalui lembaga Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak sangat
berpengaruh dalam menerima, mengatur, menstabilkan, dan meredistribusi pendapatan
negara. Pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk melaksanakan pembangunan
negara.
Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Selain itu penghasilan yang bukan pajak antara lain pengelolaan
dana pemerintah, pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki, pelayanan kepada
masyarakat, pengenaan denda adminstrasi, dan hasil-hasil pengelolahan kekayaan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
2
negara yang telah dipisahkan. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan
Self Assessment yang dimana setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
mendaftarkan diri, menghitung utang pajaknya sendiri, dan melaporkan hasil
perhitungannya ke Kantor Pelayanan Pajak (Ifadhoh, dan Amanah, 2013).
Penerimaan pajak diperoleh dari wajib pajak orang pribadi atau badan.
Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2008 orang pribadi merupakan wajib pajak
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia atau di luar Indonesia. Sedangkan
badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap lainnya. Pemerintah menggunakan pajak yang
diperoleh untuk melaksanakan tanggung jawab negara diberbagai sektor kehidupan
guna mencapai kesejahteraan umum, termasuk masyarakat dan bangsa Indonesia
(Prameswari, 2017). Penerimaan pajak tersebut dapat dilihat dari sisi realisasi
pendapatan negara dan hibah yang bersumber dari pajak tahun 2012-2016.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
3
Gambar 1.1
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2012-2016
Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan, 2017
Berdasarkan Gambar 1.1 mencerminkan bahwa realisasi pendapatan negara dan
hibah untuk tahun 2016 mencapai Rp1.555.934,1 miliar atau 87,11 persen dari target
pendapatan negara dan hibah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) tahun 2016 sebesar Rp1.786.225,0 miliar. Realisasi pendapatan
negara dan hibah pada tahun 2016 terdiri dari realisasi penerimaan perpajakan sebesar
Rp1.284.970,1 miliar atau 83,48 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2016 sebesar Rp1.539.166,2 miliar, realisasi
penerimaan bukan pajak (PNBP) sebesar Rp245.083,6 miliar dan realisasi pendapatan
hibah sebesar Rp8.978,6 miliar atau 45,03 persen dari target Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2016 Rp1.975,1 miliar (www.bpk.go.id).
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
4
Namun sampai dengan triwulan terakhir, yaitu Q4 2017, penerimaan pajak
mencapai Rp1.151,13 Triliun dari target Rp1.283,56 Triliun, atau sebesar 89,68%
sehingga masih terdapat shortfall sebesar Rp132 Triliun dari target Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2017. Persentase pencapaian
penerimaan pajak s.d. Q4 2017 adalah 89,68%, lebih baik dibandingkan persentase
capaian periode yang sama tahun 2016 yaitu 81,60% dan pada tahun 2015 yaitu
81,96%. Oleh karena itu selama tahun 2017, penerimaan perpajakan memiliki
kontribusi yang besar bagi pendapatan negara (www.pajak.go.id).
Gambar 1.2
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) Tahun 2017
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, 2017
Pajak memegang peranan yang sangat penting dalam penerimaan negara yang
besarnya persentase penerimaan yang bersumber dari pajak sebesar 89,68% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2017 dimana
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
5
industri pengolahan nonmigas berperan penting dalam mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi nasional. Hal tersebut dikarenakan sektor manufaktur dalam negeri menjadi
penyumbang terbesar dari pajak dan cukai.
Industri pengolahan non migas pada triwulan I-2017 tumbuh sebesar 4,71
persen. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan dalam periode yang sama
tahun 2016 sebesar 4,51 persen, juga diatas pertumbuhan sepanjang tahun 2016 yang
mencapai 4,42 persen. Industri pengolahan nonmigas menjadi kontributor terbesar bagi
pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan sektor-sektor lainnya. Badan Pusat
Statistik mencatat, industri pengolahan nonmigas mampu memberikan sumbangan
mencapai 18,08 persen pada triwulan I-2017. Menperin mengatakan pertumbuhan
industri nasional salah satunya ditopang oleh laju investasi di dalam negeri yang
semakin meningkat. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan
ekonomi. Beberapa sektor seperti industri otomotif, tekstil, dan olahan susu telah
merealisasikan investasinya (www.kemenperin.go.id). Pemerintah pada paruh kedua
tahun 2017 mendorong percepatan pertumbuhan tiga sektor industri. Sekretaris
Jenderal (Sekjen) Kementrian Perindustrian Haris Munandar mengungkapkan, tiga
sektor industri tersebut yakni sektor industri argo, industri kimia tekstil dan aneka
(IKTA), dan industri logam dasar, infrastruktur hingga elektronik (ILMATE)
(www.ekonomi.kompas.com).
Mendorongnya percepatan pertumbuhan salah satu sektor yaitu industri kimia
tekstil dan aneka (IKTA) dapat meningkatkan penjualan yang signifikan dan hal
tersebut berdampak pada penerimaan pajak negara akan meningkat. Oleh karena itu,
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
6
pajak bagi negara merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan.
Sedangkan pajak bagi perusahaan merupakan beban yang mengurangi laba sebelum
pajak (Pranoto dan Widagdo, 2016). Besarnya pajak perusahaan dihitung berdasarkan
laba bersih yang diperolehnya, semakin besar penghasilan yang diperoleh maka
semakin besar beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sebagai upaya
meningkatkan penerimaan pajak, Kementerian Keuangan menyatakan perlunya revisi
peraturan perpajakan lama dan mengembangkan strategi baru yang lebih sesuai. Sri
Mulyani mengatakan bahwa kesenjangan dalam sistem pajak dalam negeri telah
menciptakan peluang bagi perusahaan, bahkan individu dengan kekayaan tinggi, untuk
mengeksploitasi. Korporasi telah mampu memanfaatkan celah-celah ini untuk
melakukan perencanaan pajak yang agresif dan penetapan harga transfer untuk
meminimalkan kewajiban pajak mereka, atau dalam beberapa kasus tidak membayar
pajak sama sekali (www.finansial.bisnis.com).
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan jika perusahaan tidak membayar pajak
di negara dimana pendapatan mereka dihasilkan, pendapatan pemerintah negara
tersebut menjadi lebih rendah sehingga membuat investasi kesejahteraan masyarakat
menjadi berkurang. Negara membutuhkan pendapatan untuk mendanai rumah sakit,
sekolah, dan proyek infrastruktur dasar yang sangat penting bagi pembangunan
ekonomi dan mengurangi ketidaksetaraan. Dengan pendapatan yang lebih rendah dari
perkiraan, beban untuk mendanai layanan ini bergeser ke sumber pendapatan lain,
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
7
mengurangi pengeluaran untuk investasi masyarakat yang meningkatkan pertumbuhan,
atau keduanya (www.finansial.bisnis.com).
Dalam meminimalkan jumlah pajak yang dibayarkan, maka perusahaan
melakukan manajemen pajak dengan cara perencanaan pajak. Menurut Suandy (2016)
perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak, dimana pada tahap
ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat
diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Melalui tax planning,
dana perusahaan menjadi lebih efektif karena beban pajak dimungkinkan untuk
diperkecil dapat dialihkan untuk pembayaran lainnya yang lebih bermanfaat bagi
perusahaan (Lestari et al, 2017). Menurut Pohan (2013), ada 3 macam cara tax planning
yang dapat dilakukan wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya yakni tax
avoidance (penghindaran pajak), tax evasion (penyelundupan pajak), dan tax saving
(penghematan pajak).
Menurut Pohan (2013), tax avoidance adalah upaya penghindaran pajak yang
dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan
ketentuan perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung
memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang
dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil pajak terutang. Seperti
pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan obyek pajak. Sebagai
contoh, perusahaan yang mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi
pemberian natura, karena natura bukan merupakan obyek dalam PPh Pasal 21 (Putri
dan Putra, 2017). Tax evasion adalah upaya wajib pajak untuk menghindari pajak
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
8
terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
Sedangkan tax saving adalah upaya wajib pajak mengelak utang pajaknya dengan jalan
menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan
nilainya, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat
dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi lebih kecil dan dengan demikian
terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.
Implementasi tax planning pajak penghasilan badan sebagai upaya
penghematan Pajak Penghasilan (PPh Badan) PT Sang Hyang Seri (Persero):
Tabel 1.1
Data Hasil Perhitungan Pajak Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak
Keterangan 2011 2012 2013
Jumlah PPh sebelum
perencanaan pajak
15.738.021.536,50 25.559.036.525 5.028.850.471,56
Jumlah PPh sesudah
Perencanaan pajak
14.888.755.602,25 24.689.648.234,50 4.721.660.765,44
Penghematan Pajak 849.265.934,25 869.388.290,5 307.189.706,12
Sumber: Ernawati, dkk., 2015
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, perencanaan pajak memberikan
pengaruh terhadap besarnya pajak penghasilan badan PT Sang Hyang Seri (Persero),
penghematan tersebut dikarenakan bertambahnya biaya fiskal perusahaan akibat
perjalanan dinas, biaya promosi, dan lain-lain. Pada dasarnya perusahaan tetap
mengeluarkan pengeluaran untuk biaya-biaya tersebut, tetapi dengan adanya
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
9
perencanaan pajak (tax planning) biaya-biaya itu dapat menjadi pengurang besarnya
pajak perusahaan. Dalam laporan keuangan fiskal laba perusahaan mengecil, namun
tidak mengalami kerugian tetapi menjadi untung karena adanya perencanaan pajak (tax
planning) perusahaan menjadi lebih sedikit membayar pajaknya dengan memanfaatkan
celah-celah dalam Undang-Undang Perpajakan (Ernawati, dkk., 2015).
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak berencana memberlakukan aturan
mandatory disclosure rules (MDR) dalam waktu dekat. Kewajiban ini melaporkan
perencanaan pajak (tax planning) yang disiapkan wajib pajak ini merupakan strategi
untuk mencegah penghindaran pajak. Aparat pajak mencurigai tax planning banyak
dilakukan wajib pajak Indonesia. MDR menjadi salah satu aksi dari Anti-Base Erosion
and Profit Shifiting (BEPS) yang mewajibkan wajib pajak dan promotor atau pengatur
strategi pajak untuk mengungkapkan skema atau model tax planning-nya
(www.nasional.kontan.co.id)
Perusahaan yang ingin memperoleh laba yang maksimal maka perusahaan
membutuhkan perencanaan pajak yang agresif. Tax Planning adalah upaya subyek
pajak untuk meminimalkan pajak yang terutang melalui skema yang memang telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan sifatnya tidak
menimbulkan dispute antara subyek pajak dan otoritas pajak (Kurniawati dan Arifin,
2017). Sedangkan perencanaan pajak agresif adalah praktik yang mengarah pada tax
avoidance atau tax evasion, karena memanfaatkan kelemahan sistem perpajakan
dengan tujuan meminimalisasi beban pajak (Gunawan dan Sulistiawan, 2018). Praktik
tindakan agresif biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan hukum pajak dan tidak
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
10
melanggar hukum pajak (Pranoto dan Widagdo, 2016). Perencanaan pajak yang agresif
ini dikenal sebagai agresivitas pajak (tax aggressiveness) untuk meminimalkan
penghasilan kena pajak perusahaan dengan menggunakan sistem self assessment.
Namun demikian, agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai semua upaya yang
dilakukan manajemen untuk menurunkan pembayaran pajak yang seharusnya dibayar
oleh perusahaan. Oleh karena itu, kemungkinan perusahaan lebih agresif terhadap
perpajakannya semakin besar.
Menurut Adiyani dan Septanta (2017) agresivitas pajak merupakan kegiatan
yang lebih spesifik, yaitu mencakup transaksi yang tujuan utamanya adalah untuk
menurunkan kewajiban perusahaan. Agresivitas pajak juga dapat diartikan sebagai
suatu tingkat dimana perusahan lebih agresif untuk menghemat pajak dengan
membayar pajak serendah mungkin dari aturan yang telah ditetapkan dalam
perpajakan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa agresivitas pajak
adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan beban pajak
dengan membayar pajak yang terutang lebih rendah agar dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak yang terutang adalah pajak yang
harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam
Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diukur dengan menggunakan Effective
Tax Rate (ETR). Menurut Gunawan dan Sulistiawan (2018) Effective Tax Rate adalah
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
11
tarif pajak efektif, yang diukur sebagai laporan antara beban pajak penghasilan dan
pendapatan sebelum pajak. Dimana semakin rendah ETR mengindikasikan adanya
agresivitas pajak dalam perusahaan. ETR yang rendah menunjukkan beban pajak
penghasilan yang lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak. Oleh karena agresivitas
pajak penting, maka penelitian ini meneliti mengenai faktor yang diperkirakan dapat
mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan, yaitu pengungkapan corporate social
responsibility (CSR), ukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas.
Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 74 Tentang Perseroan
Terbatas menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan wajib untuk
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan
sumber daya alam. Perusahaan yang agresif terhadap pajak juga akan memberikan
pandangan yang negatif tentang perusahaan dikarenakan perusahaan tidak
menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik dan perusahaan akan menanggung
resiko salah satunya adalah resiko reputasi dimana reputasi yang telah dibangun
perusahaan dapat turun di mata masyarakat. Untuk membuat masyarakat dapat
memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan, maka perusahaan melakukan
kegiatan sosial dan lingkungan yang dapat memberikan nilai yang bermanfaat untuk
masyarakat. Salah satu cara perusahaan yaitu dengan melakukan kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan
dengan tidak mengabaikan kemampuan dari perusahaan. Menurut Gunawan (2015)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
12
dalam Gunawan (2017) corporate social responsibility merupakan aktivitas yang
berkaitan dengan etika dan tanggung jawab perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasinya dengan memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. Pelaksanaan CSR merupakan salah satu bentuk partisipasi perusahaan
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat luas yang akan berdampak pada
keberlangsungan hidup perusahaan. Aktivitas corporate social responsibility (CSR)
dapat dilaporkan di laporan keberlanjutan dan laporan tahunan perusahaan.
Dalam perpajakan, beberapa item CSR merupakan pengeluaran yang dapat
dibebankan sebagai biaya (deductible expenses), contohnya biaya pengolahan limbah,
biaya magang, beasiswa, pelatihan, sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional, sumbangan fasilitas pendidikan dan lain-lain. Pengeluaran yang dapat
dibebankan sebagai biaya ini merupakan biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto sehingga besar laba yang diperoleh oleh perusahaan akan dapat
diminimalisir.
Di Indonesia undang-undang mengenai pengungkapan CSR telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 pasal (4) tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan
lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan
setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran
dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
Kegiatan CSR yang dilakukan oleh masing-masing perusahan beraneka ragam. CSR
yang dilakukan perusahaan sama tujuannya dengan kewajiban perpajakan, yakni untuk
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
13
membangun kesejahteraan masyarakat dan kepedulian terhadap lingkungan sosial
tempat perusahaan tersebut beroperasi.
Kaitan pengungkapan CSR dengan agresivitas pajak terletak pada tujuan utama
perusahaan yaitu untuk memaksimalkan keuntungan tanpa menghilangkan tanggung
jawab sosial dan lingkungannya. Pengungkapan CSR hanya dijadikan alasan semata
agar perusahaan dapat melakukan agresivitas pajak, melalui pemanfaatan celah yang
ada dalam peraturan pajak. Pemanfaatan celah ini dilakukan dengan cara memark up
biaya CSR sehingga semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk CSR dapat
dibebankan sebagai biaya yang dapat mengurangi laba kena pajak.
Salah satu contoh biaya CSR yaitu dengan melakukan pengembangan dan
penelitian, karena pengeluaran tersebut merupakan beban yang dapat dibebankan
sebagai biaya yang menjadi dasar pengurang penghasilan bruto. Semakin tinggi tingkat
pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan maka beban yang akan dikeluarkan
oleh perusahaan akan semakin besar. Biaya CSR yang dikeluarkan oleh perusahaan
akan mengurangi laba perusahaan yang menyebabkan beban pajak yang ditanggung
oleh perusahaan semakin rendah serta menurunkan nilai ETR. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa semakin besar pengungkapan CSR akan mempengaruhi agresivitas
pajak menjadi lebih besar.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuriah dan Asyik
(2016) menunjukkan bahwa pengungkapan corporate social responsibility (CSR)
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap agresivitas pajak, artinya bahwa semakin
tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
14
agresivitas pajak. Sedangkan menurut Jessica dan Toly (2014) menyatakan bahwa
pengungkapan CSR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi seberapa besar jumlah
aset perusahaan yang dapat mempengaruhi laba. Pengukuran perusahaan bertujuan
untuk membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar (large firm) dengan
perusahaan kecil (small firm), besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat
mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan
berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya (Kuriah dan Asyik, 2016). Ukuran
perusahaan diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan, kemudian akan
ditransformasikan dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel
lain dikarenakan total aset perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel-
variabel lain (Dewi dan Priyadi, 2013).
Perusahaan dengan kategori besar dapat membayar lebih banyak ahli pajak
untuk mengelola pajak. Selain itu, perusahaan yang besar memiliki kegiatan operasi
yang besar juga. Perusahaan dengan skala besar memiliki pengalaman yang lebih
dalam strategi untuk keberlanjutan kegiatan operasinya seperti memanfaatkan celah-
celah yang ada termasuk kegiatan untuk meminimalkan pembayaran pajak. Perusahaan
dapat menetapkan untuk menggunakan aset produktif perusahaan dalam jumlah yang
besar sehingga dapat memperbesar kapasitas produksi perusahaan dan laba yang
dihasilkan oleh perusahaan akan semakin besar. Penggunaan aset produktif dalam
jumlah yang besar akan menimbulkan beban depresiasi yang semakin besar. Beban
depresiasi yang semakin besar akan mengurangi laba perusahaan. Laba perusahaan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
15
yang rendah menyebabkan pajak terutang yang dibayarkan oleh perusahaan akan
semakin rendah. Hal ini akan menyebabkan nilai ETR perusahaan akan semakin kecil
dan dapat dinyatakan bahwa agresivitas pajak perusahaan akan semakin tinggi.
Penelitian sebelumnya oleh Kuriah dan Asyik (2016), menunjukan bahwa
ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak artinya besar kecilnya
suatu perusahaan akan mempengaruhi tingkat agresivitas pajak di setiap perusahaan.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Tiaras dan Wijaya (2015), variabel ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak. Sedangkan
menurut penelitian Jessica dan Toly (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Pernyataan ini didukung oleh
penelitian Prasmewari (2017), variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak.
Menurut Subramanyam dan Wild (2014), rasio leverage menggambarkan
jumlah dari pendanaan utang dalam struktur modal perusahaan. Leverage merupakan
nama lain dari rasio utang. Leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan dibelanjai atau didanai dengan pinjaman. Leverage perusahaan yang tinggi
akan mengakibatkan beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan akan menjadi
lebih rendah. Hal ini dikarenakan tingginya biaya tetap yang berupa bunga yang harus
dibayarkan oleh perusahaan kepada kreditur sehingga laba perusahaan akan semakin
lebih kecil serta pembayaran beban pajak akan semakin rendah juga. Dengan demikian
perusahaan melakukan tindakan agresif cenderung meminta manager untuk melakukan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
16
strategi-strategi tertentu agar pembayaran pajak kepada pemerintah akan semakin
rendah.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Debt to Total Asset. Debt to
Total Asset Ratio untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang.
DAR diukur dengan membandingkan total debt dan total asset. Total debt terdiri dari
utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Perusahaan yang memiliki
produktivitas yang tinggi akan melakukan investasi terhadap aset yang pembeliannya
dilakukan menggunakan utang salah satunya menggunakan utang jangka panjang.
Nilai DAR yang tinggi mencerminkan bahwa semakin tingginya aset yang didanai oleh
utang. Sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak yang tinggi dapat melakukan
penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan. Dengan menambah
utang guna untuk mendapatkan insentif pajak berupa beban bunga yang besar yang
dapat mengurangi laba perusahaan. Laba perusahaan yang rendah mengakibatkan
pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan semakin rendah. Hal tersebut berdampak
pada nilai ETR perusahaan yang semakin kecil sehingga dapat dinyatakan bahwa
agresivitas pajak perusahaan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuriah dan
Asyik (2016) menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pajak. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Sukmawati dan Rebecca
(2016), variabel leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
pajak. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Tiaras dan Wijaya (2015)
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
17
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Adisamrtha dan Noviari (2015), variabel
leverage tidak berpengaruh pada tingkat agresivitas wajib pajak badan.
Likuiditas didefinisikan sebagai kepemilikan sumber dana yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban yang sudah jatuh tempo dan digunakan
untuk menjual atau membeli aset secara cepat. Menurut Subramayam dan Wild (2014)
mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya yang secara konvensional, “jangka pendek” dianggap periode
hingga satu tahun meskipun dikaitkan dengan siklus operasional normal perusahaan.
Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang
likuid.
Dalam penelitian ini untuk mengukur likuiditas menggunakan current ratio
yaitu current asset dibandingkan dengan current liabilities. Menurut Hery (2017)
menyatakan bahwa Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera
jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia. Current asset
meliputi aset yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi mata uang, seperti kas,
persediaan barang dagang, perlengkapan, serta piutang usaha dan investasi yang masih
dalam jangka waktu 1 tahun dan current liabilities merupakan utang yang diharapkan
perusahaan untuk dibayarkan dalam jangkauan waktu satu tahun (Weygandt et
al.,2015). Semakin tinggi current ratio perusahaan maka perusahaan mampu
membayar kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
18
menjaga tingkat likuiditasnya maka akan memberikan kepercayaan kepada pihak
kreditur dan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan
usahanya.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka mampu
membayar kewajiban yang timbul atas utang jangka pendek yang dimilikinya seperti
pokok pinjaman dan biaya bunga yang harus dilunasi dalam jangka waktu yang singkat.
Dengan kondisi perusahaan yang likuid, perusahaan memiliki kecukupan kas yang
mampu membayar beban bunga atas pinjaman jangka pendek yang dilakukan. Beban
bunga atas pinjaman akan mendapatkan insentif pajak yang dapat mengurangi laba
perusahaan. Laba perusahaan yang semakin rendah dapat mengakibatkan beban pajak
yang harus dibayarkan oleh perusahaan akan semakin kecil. Hal tersebut dapat
mempengaruhi nilai ETR perusahaan akan semakin rendah. Nilai ETR yang rendah
dapat dinyatakan agresivitas pajak perusahaan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menurut Adisamartha dan Noviari
(2015) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh positif pada tingkat
agresivitas pajak. Menurut Sukmawati dan Rebecca (2016) menyatakan bahwa secara
parsial variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Sedangkan menurut Tiaras dan Wijaya (2015) menyatakan bahwa likuiditas
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Pernyataan ini
didukung oleh penelitian Septanta dan Adiyani (2017), variabel likuiditas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
19
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kuriah dan Asyik (2016).
Tujuan utama dari penelitian ini tentu saja untuk meneliti bagaimana sikap perusahaan
dalam ketaatannya untuk membayar pajak. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Kuriah dan Asyik (2016) adalah:
1. Penelitian ini tidak menggunakan variabel capital intensity dikarenakan pada
penelitian sebelumnya tidak ditemukan pengaruh terhadap agresivitas pajak.
2. Penelitian ini menambahkan dimensi karakteristik perusahaan satu (1) variabel
independen, yaitu likuiditas yang mengacu pada penelitian Adisamartha dan
Noviari (2015).
3. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur sektor aneka industri. Sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan seluruh sektor perusahaan manufaktur.
4. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2014-2016. Sedangkan
penelitian sebelumnya menggunakan periode tahun 2010-2014.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengungkapan CSR dan karakteristik perusahaan
terhadap agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana agresivitas pajak diukur dengan
menggunakan tarif pajak efektif yang di bayarkan oleh perusahaan. Berdasarkan latar
belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility dan Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
20
Agresivitas Pajak (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka industri
yang Terdaftar di BEI tahun 2014-2016)”
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor aneka industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016.
2. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor yang diperkirakan memiliki pengaruh
terhadap agresivitas pajak yakni pengungkapan corporate social responsibility
(CSR) dan karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan,
leverage, dan likuiditas. Agresivitas pajak dalam penelitian ini diproksikan dengan
menggunakan Effective Tax Rate (ETR).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengungkapan CSR memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?
2. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?
3. Apakah leverage memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?
4. Apakah likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak?
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
21
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai:
1. Pengaruh positif pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap
agresivitas pajak.
2. Pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak.
3. Pengaruh positif leverage yang diproksikan dengan Debt to Total Asset Ratio
(DAR) terhadap agresivitas pajak.
4. Pengaruh positif likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) terhadap
agresivitas pajak.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Direktorat Jendral Pajak
Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas untuk pembuatan
kebijakan-kebijakan tertentu mengenai kebijakan pajak serta dapat
mengidentifikasi kasus-kasus yang terkait dengan agresivitas pajak yang terjadi
pada saat ini.
2. Bagi Investor
Penelitian ini dapat dijadikan pandangan bagaimana manajemen perusahaan
mengambil kebijakan terkait dengan perpajakan.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
22
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan harus sebaiknya
berhati-hati untuk menentukan kebijakan dalam membuat keputusan dalam bidang
perpajakan agar perusahaan tidak tergolong dalam agresivitas pajak.
4. Bagi Bidang Akademik Khusus Perpajakan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan serta dapat
dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu ekonomi. Serta dapat berkontribusi
lebih lanjut sebagai literatur dan memunculkan ide gagasan baru untuk penelitian
selanjutnya sehubungan dengan pengungkapan CSR, ukuran perusahaan, leverage
maupun tindakan agresivitas pajak.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan sebagai sarana
untuk berfikir secara ilmiah yang diperoleh dalam bangku perkuliahan dan
menerapkan pada data yang diperoleh dari obyek yang diteliti.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah penelitian ini yang
kemudian dijadikan rumusan masalah, serta bab ini juga terdapat
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
23
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, serta sistematika
penulisan.
BAB II TELAAH LITERATUR
Bab ini membahas mengenai teori mengenai agresivitas pajak sebagai
variabel dependen, teori variabel-variabel independen yaitu
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan karakteristik
perusahaan serta hubungan setiap variabel independen dengan variabel
dependen, pengembangan hipotesis dari masing-masing variabel, dan
model penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan mengenai gambaran umum objek penelitian, metode
penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, teknik
pengambilan sampel, teknik analisis data, dan uji hipotesis.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai pengolahan dan hasil analisis data
berdasarkan model penelitian, dan menjelaskan bagaimana hasil
penelitian dapat menjawab permasalahan pada rumusan masalah.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian ini,
keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
24
BAB II
TELAAH LITERATUR
2.1 Teori Keagenan
Ambarukmi dan Diana (2017) agency theory (teori keagenan) adalah hubungan atau
kontrak antara Principal dan agent. Principal sebagai pemilik modal memiliki akses
pada informasi internal perusahaan. Agent sebagai pelaku dalam praktek operasional
perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil
dan menyeluruh. Menurut Sari, dkk (2016) teori keagenan (agency theory)
menjelaskan bahwa pada praktek di lapangan, pemilik perusahaan memberikan amanat
pengelolaan perusahaan kepada manajemen. Penunjukkan ini dilakukan dengan tujuan
agar manajemen dapat mengelola perusahaan hingga memberikan keuntungan yang
maksimal kepada pihak prinsipal (pemilik perusahaan) dengan pencapaian kinerja yang
maksimal dari manajemen.
Menurut Harahap (2015) menyatakan teori ini menyebutkan bahwa perusahaan
adalah tempat atau intersection point bagi hubungan kontrak yang terjadi antara
manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Teori keagenan dapat menjelaskan
bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan akan bertindak karena pada
dasarnya mereka memiliki kepentingan yang berbeda (Putri, 2017). Perusahaan yang
memisahkan pemilik (principal) dengan fungsi pengelolaan (agent) akan mengalami
masalah keagenan (Savitri, 2017). Agency problem adalah pertentangan kepentingan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
25
yang timbul antara prinsipal selaku pemilik dan agen (manajemen) pada perusahaan
tersebut (Idzni dan Purwanto, 2017).
Menurut Idzni dan Purwanto (2017), kepentingan dari pemilik dan gen atau
pemegang saham tidak selalu berjalan beriringan. Jika pemilik menginginkan dana
yang besar pada perusahaannya dan perusahaannya mempunyai laba besar, maka
manajer menginginkan laba besar namun pengeluaran perusahaan tetap minim.
Sedangkan pemegang saham biasanya hanya tertarik tingkat pengembalian pada saham
yang mereka tanam diperusahaan tersebut. Manajer atau dewan direksi dan dewan
komisaris sebagai pihak yang merasakan dampak dari keputusan yang diambilnya, dan
ingin mendapatkan reputasi yang baik maka manajer tidak akan memaksimalkan laba
jangka pendek dengan meminimalkan beban pajak. Dengan demikian laba tiap
tahunnya akan baik sehingga manajer serta dewan komisaris perusahaan akan
mendapatkan reputasi baik atas kinerjanya jangka panjang. Penunjukkan ini dilakukan
dengan tujuan agar manajemen dapat mengelola perusahaan hingga memberikan
keuntungan yang maksimal kepada pihak prinsipal (pemegang saham) dengan
pencapaian kinerja yang maksimal dari manajemen (Sari, dkk, 2016).
Menurut Saifudin dan Yunanda (2016) menyatakan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya terkadang hanya diketahui oleh manajer karena manajer berada didalam
perusahaan untuk mengelola perusahaan sehingga mempunyai banyak informasi
mengenai perusahaan sedangkan prinsipal bisa dikatakan jarang datang langsung ke
perusahaan sehingga informasi yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan manajer.
Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi adalah
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
26
keadaan dimana informasi yang diberikan kepada principal berbeda dengan yang
diberikan kepada agent untuk melakukan tindakan yang opurtunistik. Tindakan yang
opurtunistik (opportunistic behaviour) adalah tindakan yang tujuannya mementingkan
kepentingan sendiri Rahmawati, (2015) dalam Saifudin dan Yunanda (2016).
Menurut Mulyani, dkk (2018) menyatakan bahwa para manajer dalam
perusahaan terkadang menyembunyikan informasi yang sebenarnya dari para
pemegang saham untuk melindungi kepentingannya sendiri sehingga mengganggu
kepentingan pemegang saham yang seharusnya mendapatkan informasi yang
sebenarnya. Menurut Ardyansyah (2014) dalam Indradi (2018), perbedaan kepentingan
antara principle dan agent dapat mempengaruhi berbagai hal yang berkaitan dengan
kinerja perusahaan, salah satunya adalah kebijakan perusahaan mengenai pajak
perusahaan. Menurut Nurhandono dan Firmansyah (2017), dalam konteks agresivitas
pajak, manajemen memiliki kepentingan untuk memanipulasi laba perusahaan yang
nantinya akan mengurangi utang pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Menurut Ardyansyah (2014) dalam Indradi (2018) penggunaan self assessment
system dapat memberikan kesempatan bagi agent untuk memanipulasi pendapatan
kena pajak menjadi lebih rendah sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan
semakin kecil. Kepentingan ini berbeda dengan kepentingan investor yang tidak
menginginkan adanya agresivitas pajak karena berpotensi mengganggu
keberlangsungan usaha jika perusahaan mendapatkan permasalahan hukum
(Nurhandono dan Firmansyah, 2017).
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
27
2.2 Pajak
Menurut Pohan (2013), pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang
sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Definisi
pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan
pengertian pajak menurut undang-undang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut (Waluyo, 2017):
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang
sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
28
Menurut Halim, Bawono, Dara,(2016), pajak memiliki dua fungsi yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair berarti pajak merupakan salah satu penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
2. Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend berarti pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur masyarakat
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi
Dalam penerimaan pajak, pemerintah memberlakukan sistem self assessment,
dimana Wajib Pajak diberikan wewenang dan kepercayaan untuk menghitung,
melaporkan, dan membayar sendiri pajak terutangnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 17
ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya tarif Pajak Penghasilan yang
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib
Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia sebagai berikut:
1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Tabel 2.1
Tarif Pajak untuk Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 5% (lima persen)
Di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah)
15% (lima belas
persen)
Di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
25% (dua puluh lima
persen)
Di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30% (tiga puluh
persen)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
29
2. Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan BUT
Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT)
sebesar 28%. Tarif tersebut menjadi 25% mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2010.
3. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Menurut Waluyo (2017), untuk wajib pajak badan perhitungan pajak dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa cara yaitu:
1. Pengurangan tarif pajak sesuai dengan pasal 31 E
Khusus untuk Wajib Pajak Badan diberikan fasilitas pajak berupa pengurangan
tarif pajak sebagaimana diamanatkan pada pasal 31E Undang-Undang Pajak
Penghasilan. Pengaturan dimaksud ditunjukkan kepada Wajib Pajak dalam negeri
dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) dari tarif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan
ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
2. Pengurangan tarif pajak bagi Wajib Pajak Badan sesuai Pasal 17
Bagi Wajib Pajak dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka yang paling
sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dibanding
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
30
tarif yang ditetapkan Pasal 17 Undang-Undang PPh yaitu 25% (dua puluh lima
persen).
Perusahaan atau badan merupakan salah satu wajib pajak yang membayar pajak
terbesar dalam penerimaan negara. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal
2 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa, Subjek pajak badan adalah sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap lainnya.
2.3 Agresivitas Pajak
Agresivitas Pajak sering kali terjadi di beberapa perusahaan baik perusahaan nasional
maupun internasional. Tindakan agresivitas pajak ini dilakukan dengan adanya tujuan
yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak. Tindakan
agresivitas ini salah satunya dirancang sebagai tindakan manajerial untuk
meminimalkan pembayaran pajak perusahaan melalui kegiatan agresif. Dengan
melakukan agresivitas pajak, dampak langsung adalah terhadap penerimaan negara
yang menjadi berkurang dari jumlah yang seharusnya. Salah satu cara untuk dapat
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
31
melakukan penghematan pajak adalah dengan melakukan manajemen pajak melalui
perencanaan pajak (tax planning). Menurut Pohan (2013), manajemen pajak adalah
usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau organisasi
agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi
tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis sehingga memberi
kontribusi maksimum bagi perusahaan. Sedangkan perencanaan pajak adalah langkah
awal dalam manajemen pajak, dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan
penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang dilakukan (Suandy, 2016).
Tujuan utama Tax Planning adalah mencari berbagai celah yang dapat
ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan, agar perusahaan dapat membayar pajak
dalam jumlah minimal. Menurut Pohan (2013), dalam tax planning ada 3 macam cara
yang dapat dilakukan wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yakni:
1. Tax Avoidance adalah strategi dan teknik penghindaran pajak dilakukan secara
legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan
perpajakan.
2. Tax Evasion adalah startegi dan teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara
illegal dan tidak aman bagi wajib pajak, cara penyelundupan pajak kini
bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena metode dan teknik yang
digunakan tidak berada dalam koridor undang-undang dan peraturan perpajakan.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
32
3. Tax Saving adalah suatu tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh wajib
pajak secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tanpa bertentangan denagn
ketentuan perpajakan.
Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan penghematan pajak
melalui tax planning yang dapat membuat perusahaan membayar pajak kepada negara
akan seminimal mungkin yang merupakan tindakan pajak agresif. Menurut Luke dan
Zulaikha (2016), agresivitas pajak adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengurangi kewajiban pajaknya. Sementara menurut Zuber (2007)
dalam Jesica dan Toly (2014) menyatakan:
“Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of
aggressiveness. This gray area exists because there are taxshelters beyond what
is specifically allowed by the tax law and the tax law does not specifically
address all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax
avoidance and tax evasion because neither term adequately describes all
transactions. Therefore, aggressive transactions and decision-making may
potentially become either tax avoidance or tax evasion issues.”
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan pajak agresif atau keputusan
agresivitas pajak secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran pajak maupun
masalah penggelapan pajak. Sehingga perusahaan mempunyai strategi dan
perencanaan pajak yang baik dan tentu saja harus sesuai dengan peraturan perpajakan
yang berlaku serta untuk mendorong perusahaan untuk mampu bersaing dengan
perusahaan lain.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer atau perusahaan untuk
pengambilan keputusan pasti akan memperhitungkan dampak baik dan buruknya atas
tindakan yang dilakukan. Menurut Fahriani dan Priyadi (2016) terdapat keuntungan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
33
dan kerugian dari tindakan agresivitas pajak. Ada tiga keuntungan dari agresivitas
pajak, yaitu:
1. Keuntungan berupa penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan kepada
negara, sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham dalam
perusahaan menjadi lebih besar.
2. Keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak langsung) yang
mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham perusahaan atas tindakan
pajak agresif yang dilakukannya.
3. Keuntungan bagi manajer adalah mempunyai kesempatan untuk melakukan rent
extraction. Rent extraction adalah tindakan manajer yang dilakukan tidak untuk
memaksimalkan kepentingan pemilik atau pemegang saham, melainkan untuk
kepentingan pribadi (Kamila, 2014).
Sedangkan kerugian dari agresivitas pajak diantaranya adalah:
1. Kemungkinan adanya penalty atau sanksi administrasi yang dikenakan oleh
petugas pajak.
2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.
3. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui
tindakan agresivitas pajak yang dijalankan manajer dilakukan dalam rangka rent
extraction.
Ada berbagai macam proksi yang digunakan untuk mengukur agresivitas pajak,
antara lain Effective Tax Rate (ETR), Book Tax Differences, Discretionary Permanent
BTDs (DTAX), Unrecognize Tax Benefit, Tax Shelter Activity, dan Marginal Tax Rate.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
34
Pengukuran agresivitas pajak ini dilakukan oleh peneliti terdahulu banyak
menggunakan pengukuran agresivitas pajak ini dengan ETR. Effective Tax Rate adalah
ukuran beban pajak perusahaan yang menunjukkan tingkat pajak yang dibayarkan atas
laba perusahaan. ETR yang rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut
melakukan tindakan yang agresif terhadap pajak karena untuk meminimalkan
pembayaran pajak yang terutang. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak yang terutang adalah pajak
yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam
Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Beberapa peneliti seperti Hadi dan Mangoting (2014) dan peneliti lain seperti Sari
(2017) menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas pajak karena dianggap dapat
merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini (Kuriah dan Asyik, 2016):
Menurut IAI (2016), beban pajak (penghasilan pajak) adalah gabungan pajak
kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu
periode. Beban pajak penghasilan diungkapakan di income statement. Sedangkan
pendapatan sebelum pajak untuk menghitung Effective Tax Rate (ETR) merupakan laba
akuntansi. Menurut IAI (2016), laba akuntansi adalah laba atau rugi selama suatu
periode sebelum dikurangi beban pajak. Pendapatan sebelum pajak diungkapkan
𝐸𝑇𝑅 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
35
dibagian income statement. Menurut Kieso et al. (2014) “income before income tax is
the total income before income tax” yang berarti laba sebelum pajak penghasilan
adalah total pendapatan sebelum pajak penghasilan. Untuk mencari income before
income tax yaitu sales or revenue dikurangi dengan cost of goods sold akan
mendapatkan gross profit. Gross profit dikurangi dengan selling expenses,
administrative or general expenses, dan other income and expense.
2.4 Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut The World Business Council For Sustainable Development (WBCSD),
definisi Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan
adalahsatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang
diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas
hidup bagi karyawan berikut keluarganya, sekaligus peningkatan kualitas hidup
masyarakat sekitar dan masyarakat lebih luas (Hadi, 2011 dalam Dewi dan Priyadi,
2013). Di Indonesia Corporate Social Responsibility (CSR) diatur dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
36
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatuhan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut Kuriah dan Asyik (2016), mendefinisikan Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh suatu
perusahaan yang menginginkan agar kegiatan usaha yang dilaksanakan dapat berjalan
dengan lancar dan berkesinambungan. Sedangkan menurut draft ISO 26000
menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas
dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan
(www.isoindonesiacenter.com). Sementara Nurhayati (2017), Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi
jangka panjang terhadap perkembangan masyarakat atau lingkungan di sekitarnya
untukdapat menciptakan kesejahteraan atau kehidupan yang lebih baik sehingga antara
perusahaan dengan masyarakat dapat menjalin kerjasama yang saling memberikan
keuntungan bersama.
Menurut Pradnyadari dan Rohman (2015) Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani
kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. Kondisi dunia untuk saat
ini sangatlah tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
37
semakin meningkat, serta memburuknya kesehatan masyarakat yang memicu
perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya. Corporate Social Responsibility
(CSR) juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan dampak dari hasil operasi yang dilakukan dalam dimensi
sosial, ekonomi serta lingkungan. Selain itu, menurut Rindawati dan Asyik (2015)
terdapat juga manfaat dari Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu
mempertahankan dan mendongkrak reputasi citra merek perusahaan, mendapatkan
lisensi untuk beroperasi secara sosial, mereduksi resiko bisnis perusahaan, melebarkan
akses sumber daya bagi operasional perusahaan, membuka peluang pasar yang luas,
mereduksi biaya, memperbaiki limbah dengan stakeholders, memperbaiki hubungan
dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, dan peluang
untuk mendapatkan penghargaan.
Pada dasarnya apabila perusahaan melakukan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang berkesinambungan maka akan memberikan banyak manfaat
bagi perusahaan itu sendiri. Keterlibatan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya
dapat meningkatkan citra perusahaan, memperkuat “brand” perusahaan,
mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan, membedakan
perusahaan dengan pesaingnya, menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk
meningkatkan pengaruh perusahaan, membuka akses untuk investasi dan pembiayaan
bagi perusahaan, meningkatkan harga saham.
Pengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen
perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
38
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu,
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan proses yang
digunakan untuk memberikan informasi terhadap dampak sosial dan lingkungan dan
kegiatan ekonomi terhadap kelompok khusus yang dapat memberikan manfaat bagi
masyaakat secara keseluruhan. Gray et al (1995) dalam Ratmono dan Sagala (2015)
mendefinisikan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai proses
pemberian informasi yang dirancang untuk melepaskan sosial akuntabilitas.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu melalui media atau diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban perusahaan kepada stakeholder. Dengan adanya pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan diharapkan semakin
banyak masyarakat yang mengetahui tentang kegiatan sosial perusahaan sehingga
dapat meningkatkan nilai sosial perusahaan. Securities Exchange Comission (SEC)
dalam Nasir, Kurnia dan Hakri, (2013) menyatakan bahwa pengungkapan bertujuan
untuk:
1. Protective disclosure yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap
investor dari perlakuan manajer yang kurang adil dan terbuka.
2. Informative disclosure yang bertujuan untuk memberikan informasi yang layak
kepada pengguna laporan dalam pengambilan keputusan.
Dengan adanya laporan pertanggungjawaban sosial, masyarakat akan
mengetahui aktivitas-aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan. Informasi
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
39
yang berisi tentang aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) tercermin dalam
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaporkan perusahaan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan
dapat dilihat dalam laporan keuangan perusahaan tahunan. Pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) berarti memuat semua informasi yang berhubungan
dengan dampak positif atau negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan. Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan merupakan
informasi yang relevan atau sesuai dengan aktivitas Corporate Social Responsibility
(CSR) yang sebenarnya dilakukan oleh perusahaan.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh
perusahaan adalah sebagai cara untuk mengkomunikasikan kepada stakeholder tentang
kinerja sosial perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 Revisi 2009 paragraf
kesembilan yang berbunyi (IAI, 2016) Perusahaan dapat pula menyajikan laporan
tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value
added statement), khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Pada umumnya perusahaan menggunakan konsep dari GRI (Global Reporting
Initiative) sebagai acuan dalam penyusunan pelaporan Corporate Social Responsibility
(CSR). Global Reporting Initiative merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi
yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
40
laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan
penerapan di seluruh dunia. Laporan berkelanjutan merupakan laporan yang
diterbitkan oleh perusahaan atau organisasi dan berisi hal-hal mengenai ekonomi,
lingkungan, dampak sosial yang ditimbulkan akibat kegiatan operasional perusahaan.
Laporan berkelanjutan juga berisi nilai organisasi (organization’s value) dan model
tata kelola organisasi, serta menunjukan hubungan antara startegi organisasi dan
komitmen organisasi terhadap ekonomi berkelanjutan secara global. Global Initiative
Reporting memiliki indikator yang memberikan informasi tentang kinerja atau dampak
di bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial dari suatu organisasi terkait dengan aspek
materialnya (www.globalreporting.org).
Rumus untuk menghitung pengungkapan penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah (Jessica dan Toly, 2014):
Indeks pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dihitung dengan
menggunakan jumlah item pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
dengan total indikator. Berdasarkan pedoman Global Reporting Initiative (GRI) G4,
terdapat 91 item (9 item indikator ekonomi (economic), 34 item indikator lingkungan
(environment), 16 item indikator tenaga kerja (labor practices and decent work), 12
item indikator hak asasi manusia (human rights), 11 item indikator masyarakat
(community), 9 item indikator produk (product)) yang tersebar dalam 6 kategori.
𝐶𝑆𝑅𝐼𝑗 =Σ𝑋𝑦𝑖
𝑛𝑖
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
41
Perusahaan merupakan salah satu wajib pajak yang memiliki kewajiban untuk
membayar pajak kepada negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Dengan
membayar pajak, perusahaan telah berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan
nasional guna kesejahteraan masyarakat luas. Oleh karena itu apabila perusahaan
menghindari kewajiban perpajakannya, meskipun tidak melanggar hukum, tindakan
tersebut dirasa tidak adil karena dapat mengurangi penerimaan negara dan seharusnya
perusahaan dikenakan sanksi atau hukuman.
Dalam perpajakan, beberapa item Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expense),
contohnya biaya pengolahan limbah, biaya magang, beasiswa, pelatihan, sumbangan
dalam rangka penanggulangan bencana nasional, sumbangan fasilitas pendidikan dan
lain-lain. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya ini dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto sehingga besar laba yang diperoleh oleh perusahaan akan dapat
diminimalisir dan perusahaan membayar pajak dengan lebih kecil.
Kaitan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
agresivitas pajak terletak pada tujuan utama perusahaan yaitu untuk memaksimalkan
laba tanpa menghilangkan tanggung jawab sosialnya. Hubungan antara pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) dengan agresivitas pajak yaitu perusahaan
mengeluarkan biaya seperti melakukan penelitian dan pengembangan yang
mengakibatkan biaya tersebut dapat dibebankan sebagai biaya yang mengakibatkan
penghasilan perusahaan akan semakin rendah dan pembayaran pajak terutang yang
ditanggung oleh perusahaan akan semakin rendah sehingga perusahaan lebih agresif.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
42
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuriah dan Asyik (2016) menunjukan
bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap agresivitas pajak. Sedangkan menurut Jessica dan Toly (2014)
menyatakan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak. Menurut Prasista dan
Setiawan (2016) menyatakan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) berpengaruh pada agresivitas pajak karena menunjukan luas pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) suatu perusahaan mempengaruhi tingkat
agresivitas pajak perusahaan. Berdasarkan literatur yang telah dijabarkan sebelumnya,
hipotesis alternatif terkait dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) dan agresivitas pajak adalah :
Ha1 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh
positif terhadap agresivitas pajak.
2.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dijadikan proksi tingkat ketidakpastian, karena perusahaan yang
berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat dari pada perusahaan yang
berskala kecil. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar,
perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Menurut Kuriah dan Asyik (2016)
pengukuran perusahaan bertujuan untuk membedakan secara kuantitatif antara
perusahaan besar (large firm) dengan perusahaan kecil (small firm) besar kecilnya
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
43
suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk
mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan
menurut besar kecilnya aset yang dimiliki. Secara umum, perusahaan yang berskala
besar dapat mengungkapkan informasi secara lengkap.
Ukuran perusahaan (size) merupakan skala yang digunakan dalam
menentukaan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan indikator tertentu, antara
lain total aset, log size, nilai saham, jumlah tenaga kerja, penjualan, dan kapitalisasi
pasar (Haninum dan Nurdiawansyah, 2014). Menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ukuran perusahaan dibagi
menjadi beberapa kriteria yaitu sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Usaha kecil adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
44
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha
menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan,
dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, terdapat beberapa kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Kriteria Ukuran Perushaan
NO Uraian Kriteria
Aset Omzet
1 Usaha Mikro Max 50.000.000 Max 300.000.000
2 Usaha Kecil >50 juta – 500 juta >300 juta – 2,5 M
3 Usaha Menengah >500 juta – 10 M >2.5 M – 50 M
Penelitian ini menggunakan total aset sebagai ukuran dalam menilai ukuran
suatu perusahaan yang dihitungan dengan logaritma natural terhadap total aset.
Indikator tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Kuriah dan Asyik, 2016):
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
45
Menurut Kieso et al. (2014), aset adalah sumber daya yang dimiliki sebuah
perusahaan yang digunakan untuk proses produksi dan penjualan agar kegiatan
operasional perusahaan berjalan dengan baik. Sedangkan total asset merupakan
sumber yang dikuasai oleh entitas sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan
untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang bagi perusahaan Kieso et al
(2014). Aset dibagi menjadi 2 kelompok yakni non-current asset dan current asset.
Current Asset merupakan aset perusahaan yang diharapkan untuk dikonversi menjadi
kas, dijual atau dikonsumsi dalam jangkauan waktu setahun, sedangkan non-current
asset adalah aset yang selain dari definisi current asset tersebut. Karakteristik yang
dimiliki aset adalah kapasitas untuk menyediakan manfaat atau pemasukan di masa
yang akan datang. Yang termasuk current asset antara lain persediaan, beban dibayar
dimuka, piutang, investasi jangka pendek, kas dan setara kas.
Non-current asset dibagi menjadi 4 kelompok yaitu long-term investments,
property, plant and equipment, intangible assets dan other asset, yaitu sebagai berikut
(Kieso et al., 2014):
1. Long-Term Investment
Long-Term Investment terdiri dari salah satu tipe yaitu investasi dalam sekuritas
seperti obligasi, saham biasa atau long-term notes, investasi dalam aset berwujud
yang sekarang tidak digunakan dalam operasi seperti sinking fund, pension fund
SIZE = LN (Total Aset)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
46
atau plant expansion fund dan investasi dalam non-consolidated subsidiaries atau
associated companies.
2. Property, Plant, and Equipment
Property, Plant, and Eqipment antara lain tanah, gedung, peralatan, kendaraan.
3. Intangible Assets
Intangible asset merupakan aset yang tidak memiliki bentuk fisik dan bukan
merupakan instrimen keuangan. Contoh dari intangible assets adalah patents,
copyrights, franchises, goodwill, trademarks, trade names dan customer lists.
4. Other Asset
Other asset memiliki banyak item yang bervariasi didalamnya, seperti contoh yaitu
long-term prepaid expenses dan non-current receivables. Aset lain yang termasuk
kelompok ini adalah aset dalam dana khusus, properti yang dimiliki untuk dijual
dan restricted cash.
Total aset diungkapkan di statement of financial position, yang merupakan
penjumlahan dari current asset dan non-current asset. Ukuran perusahaan dapat
diartikan sebagai suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan besar atau kecilnya
dari berbagai sudut pandang, salah satunya dari besar kecilnya aset yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan. Peningkatan produktivitas akan menghasilkan laba yang
semakin besar dan tentunya akan mempengaruhi besarnya pajak yang harus dibayar.
Perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak sehingga
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat dan memiliki pemegang saham
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
47
dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan
yang besar cenderung memiliki jumlah aset produktif yang besar yang mengakibatkan
muculnya beban depresiasi yang dapat mengurangkan penghasilan menjadi kecil
sehingga perusahaan besar cenderung lebih banyak melakukan agresivitas pajak karena
perusahaan besar memiliki laba yang besar dan akan mempengaruhi pembayaran pajak
yang cukup besar, sehingga perusahaan besar melakukan perencanaan untuk
mengurangi beban pajak yang dikenakan.
Berdasarkan hasil penelitian menurut Kuriah dan Asyik (2016) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Sedangkan hasil penelitian Anita (2015), Jessica dan Toly (2014) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Karena perusahaan
besar pasti akan mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah terkait dengan
laba yang diperoleh, sehingga mereka sering menarik perhatian fiskus untuk dikenai
pajak yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Berdasarkan literatur yang telah
dijabarkan sebelumnya, hipotesis alternatif terkait dengan ukuran perusahaan dan
agresivitas pajak adalah :
Ha2 : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
2.6 Leverage
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara
hutang perusahaan tehadap modal maupun aset perusahaan (Kuriah danAsyik, 2016).
Rasio Leverage menggambarkan jumlah dari pendanaan utang dalam struktur modal
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
48
perusahaan (Subramanyam dan Wild, 2014). Menurut Siswianti dan Kiswanto (2016),
leverage adalah kemampuan perusahaan atas proporsi penggunaan hutang dalam
membiayai investasi. Jika manajemen memanfaatkan hutang yang terlalu besar dalam
pendanaan perusahaan, masalah yang mungkin akan timbul adalah dalam pelunasan
yang tersisa dan bunganya di masa depan. Menurut Aminah, Hidayati, dan Wahyuni
(2017), leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan aset dan sumber
dana perusahaan dimana dalam penggunaan aset atau dana harus mengeluarkan biaya
tetap atau beban tetap.
Leverage merupakan salah satu komponen penting dalam struktur modal
perusahaan karena utang merupakan salah satu sumber pendanaan. Dalam penelitian
ini menggunakan Debt to Total Asset (DAR) yang membandingkan jumlah utang
perusahaan dengan jumlah total aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Hery (2017),
Debt to Total Asset Ratio untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan
total aset. Dengan kata lain, rasio ini menggambarkan seberapa besar aset perusahaan
yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pembiayaan aset.
Menurut Hery (2017), apabila besaran rasio utang terhadap aset adalah tinggi
maka hal ini tentu saja akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman dari kreditor karena dikhawatirkan bahwa perusahaan tidak
mampu melunasi utang-utangnya dengan total aset yang dimilikinya. Rasio yang kecil
menunjukkan bahwa sedikitnya aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Standar
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
49
pengukuran yang digunakan untuk menilai baik atau tidaknya suatu rasio perusahaan
sebaiknya berdasarkan pada rasio rata-rata industri yang sejenis.
Weygandt et al. (2015) menyatakan bahwa leverage dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Menurut IAI (2016), total debts merupakan utang perusahaan masa kini yang
timbul dari peristiwa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomik. Weygandt et al, (2015)
menyatakan bahwa “liabilities defined as creditor’s claim on total assets and as
existing debts and obligations” yang berarti bahwa liabilitas diartikan sebagai klaim
dari total aset yang dimiliki dan sebagai seluruh utang dan obligasi yang ada.
Utang (liabilities/debt) menurut Weygandt et al. (2015) terdiri dari dua jenis
yaitu current liablities dan non-current liabilities. Current liabilities adalah hutang
perusahaan yang jatuh tempo dalam 1 tahun atau satu kali siklus operasi, yang mana
yang lebih lama. Beberapa contoh dari current liabilities adalah utang dagang, wesel
bayar jangka pendek, utang gaji, utang bunga, utang pajak, pendapatan diterima
dimuka dan utang akrual. Non-current liabilities adalah utang perusahaan yang jatuh
tempo lebih dari satu tahun. Contohnya dari non-current liabilities adalah obligasi,
wesel bayar jangka panjang, utang sewa guna usaha, dan utang pensiun.
𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
50
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut bergantung pada pinjaman dari luar atau utang. Perusahaan yang
memiliki utang yang tinggi akan mendapatkan insentif pajak berupa potongan atas
bunga pinjaman sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat
(1) sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan
penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan (Findiarningtias dkk.
2017). Perusahaan yang memiliki produktivitas yang tinggi akan melakukan investasi
terhadap aset yang pembeliannya dilakukan menggunakan utang salah satunya
menggunakan utang jangka panjang. Nilai DAR yang tinggi mencerminkan bahwa
semakin tingginya aset yang didanai oleh utang. Sehingga perusahaan yang memiliki
beban pajak yang tinggi dapat melakukan penghematan pajak dengan cara menambah
utang perusahaan. Dengan menambah utang guna untuk mendapatkan insentif pajak
berupa beban bunga yang besar yang dapat mengurangi laba perusahaan. Laba
perusahaan yang rendah mengakibatkan pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan
semakin rendah. Hal tersebut berdampak pada nilai ETR perusahaan yang semakin
kecil sehingga dapat dinyatakan bahwa agresivitas pajak perusahaan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian Jessica dan Toly (2014), Kuriah dan Asyik (2016)
menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Berbeda dengan hasil penelitian Tiaras dan Wijaya (2015), Hadi dan Mangoting (2014)
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Pernyataan ini didukung oleh peneliti Mustika (2017), yang menyatakan bahwa
variabel leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
51
literatur yang telah dijabarkan sebelumnya, hipotesis alternative terkait leverage dan
agresivitas pajak adalah:
Ha3 : Leverage memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
2.7 Likuiditas
Weygandt et al. (2015) mengatakan “liquidity ratio measure the short-term ability of
the company to pay its maturing obligations and to meet unexpected needs for cash”
yang artinya adalah rasio likuditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan
untuk mengembalikan/ membayar kewajibannya dan untuk memenuhi kebutuhan akan
kas. Menurut Hery (2017), rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya yang segera jatuh tempo.
Rasio likuiditas dapat digunakan untuk memperhitungkan dampak yang berasal
dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Tiaras dan
Wijaya, 2015). Menurut Nurakhiro dkk. (2014) likuiditas menunjukkan hubungan
antara kas dengan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar yang dimiliki oleh
perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu
aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga,
piutang, dan persediaan (Sari, 2010 dalam Nurakhiro, 2014). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban lancar/ jangka pendeknya.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
52
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya (Hery, 2017). Weygandt
et al. (2015) terdapat beberapa unsur yang memengaruhi penilaian likuiditas suatu
perusahaan yaitu 1) current ratio yang membandingkan aset lancar dengan utang
lancar, 2) acid-test ratio membandingkan kas, investasi jangka pendek, dan piutang
dengan utang lancar, 3) receivable turnover membandingkan penjualan kredit bersih
dengan rata-rata piutang bersih, dan 4) inventort turnover yang membandingkan harga
pokok penjualan (HPP) dengan rata-rata persediaan.
Penelitian ini menggunakan curret ratio (CR) untuk mengukur likuiditas
perusahaan. Menurut Hery (2017), rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia.
Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang kecil mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut memiliki aset lancar yang sedikit untuk membayar kewajiban jangka
pendeknya. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki rasio lancar yang tinggi belum
tentu perusahaan tersebut dikatakan baik. Oleh sebab itu, untuk dapat mengatakan
apakah suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik atau tidak maka
diperlukan standar rasio, seperti standar rasio rata-rata industri dari segmen usaha yang
sejenis. Rumus CR menurut Weygandt et al., (2015) yaitu sebagai berikut:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
53
Current assets (aktiva lancar) adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan
dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau
dalam satu siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama. Pada
umumnya aset lancar meliputi kas, investasi jangka pendek, piutang, persediaan, dan
biaya dibayar dimuka. Current liabilities (kewajiban lancar) adalah kewajiban yang
diperkirajan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau menciptakan
kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau
dalam satu siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama.
Kewajiban lancar pada umumnya mencakup berbagai pos yaitu utang usaha dan utang
wesel jangka pendek, beban yang masih harus dibayar, pendapatan diterima dimuka,
dan bagian utang jangka panjang yang lancar (Hery, 2017).
Fitri (2015), suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang makin besar jika
jumlah aktiva-aktiva lancarnya jauh lebih besar daripada jumlah hutang-hutang
lancarnya yang harus segera dipenuhi dan menandakan perusahaan dalam kondisi
keuangan yang sehat serta dengan mudah menjual aset yang dimilikinya jka
diperlukan. Menurut Adisamartha dan Noviari (2015) menyatakan bahwa semakin
tinggi rasio likuiditas perusahaan, maka tindakan untuk mengurangi laba semakin
tinggi dengan alasan menghindari beban pajak yang lebih tinggi. Perusahaan yang
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka mampu membayar kewajiban yang timbul
atas hutang jangka pendek yang dimilikinya seperti pokok pinjaman dan biaya bunga
yang harus dilunasi dalam jangka waktu yang singkat. Dengan kondisi perusahaan
yang likuid, perusahaan mampu membayar beban bunga atas pinjaman jangka pendek
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
54
yang dilakukan. Beban bunga atas pinjaman akan mendapatkan insentif pajak yang
dapat mengurangi laba perusahaan
Hasil penelitian Adisamartha dan Noviari (2015) menyatakan bahwa likuiditas
perusahaan berpengaruh positif pada tingkat agresivitas pajak badan. Selain itu, Anita
(2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara likuiditas terhadap agresivitas
pajak. Pernyataan ini didukung oleh peneliti Sukmawati dan Rebecca (2016), yang
menunjukkan bahwa secara parsial variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak. Hasil yang berlawanan juga dikemukankan oleh Tiaras dan Wijaya
(2015), yakni bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak. Pernyataan ini didukung oleh peneliti Adiyani dan Septanta (2017),
yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
agresivitas pajak. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebuah hipotesis
sebagai berikut:
Ha4: Likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
2.8 Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil penelitian Kuriah dan Asyik (2016), menyatakan bahwa
pengungkapan Corporate Social Responsibility dan karakteristik perusahaan yang
diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage, dan capital intensity memiliki
pengaruh secara simultan terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan hasil penelitian
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
55
Tiaras dan Wijaya (2015), menyatakan bahwa variabel likuiditas, leverage, manajemen
laba, proporsi komisaris independen dan ukuran perusahaan berpengaruh secara
simultan terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan. Berdasarkan hasil uji F bahwa
corporate social responsibility, return on asset, size, leverage, capital intensity dan
inventort intensity secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
pajak (Aminah, dkk., 2017).
2.9 Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 1
Model Penelitian
Agresivitas Pajak
(ETR)
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR)
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Leverage (DAR)
Likuiditas (CR)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
56
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh pengungkapan corporate social responsibility
(CSR) dan karakteristik perusahaan terhadap agresivitas pajak. Objek penelitian yang
digunakan didalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor aneka industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan industri pengolahan yang mengolah
bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur menurut Bursa Efek
Indonesia terdiri dari tiga macam sektor mencakup (www.idx.co.id):
1. Sektor Industri Dasar dan Kimia
Produk dari perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia meliputi
subsektor semen, keramik, porselen dan kaca, logam dan sejenisnya, kimia, plastik
dan kemasan, pakan ternak, kayu dan pengolahannya, pulp dan kertas.
2. Sektor Aneka Industri
Produk dari perusahaan manufaktur sektor aneka industri meliputi subsektor mesin
dan alat berat, otomotif dan komponen, tekstil dan garment, alas kaki, kabel, dan
elektronika.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
57
3. Sektor Industri Barang Konsumsi
Produk dari perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi meliputi
subsektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan,
dan peralatan rumah tangga.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebab akibat (causal
study). Menurut (Sekaran dan Bougie, 2016), mengatakan bahwa “a study in which the
researcher wants to delineate the cause of one or more problems is called causal
study” yang artinya sebuah studi penelitian dimana peneliti bertujuan untuk
menjelaskan hubungan sebab akibat dari satu atau lebih masalah yang disebut sebagai
causal study. Dalam penelitian ini, membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara
variabel independen yaitu pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan
karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage, dan
likuiditas terhadap variabel dependen, yaitu agresivitas pajak.
3.3 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Menurut Sekaran dan Bougie (2016), yang dimaksud dengan
variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. “A
dependent variable is the variable of primary interest to the researcher” dan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
58
”independent variable is one that influences the dependent variable in either a positive
or negative way,” yang berarti bahwa variabel dependen adalah variabel yang menjadi
perhatian utama bagi peneliti. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Semua variabel
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala rasio. Menurut Ghozali (2016),
skala rasio adalah skala interval dan memiliki nilai dasar (based value) yang tidak dapat
dirubah. Sedangkan menurut Sekaran dan Bougie (2016), skala rasio merupakan skala
pengukuran yang menunjukan kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan kontruk
yang diukur.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak. Agresivitas
pajak adalah salah satu cara meminimalkan pembayaran beban pajak kepada
pemerintah dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Untuk mengukur
agresivitas pajak dilakukan menggunakan model Effective Tax Rate (ETR), yang
menggambarkan seberapa besar perusahaan agresif terhadap pajak dengan
meminimalkan beban pajak perusahaan. Agresivitas pajak perusahaan diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
ETR : ukuran beban pajak perusahaan yang menunjukkan
tingkat pajak yang dibayarkan atas laba perusahaan.
𝐸𝑇𝑅 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
59
Beban Pajak Penghasilan : jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pasa suatu
periode.
Pendapatan Sebelum Pajak : pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada
tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan
Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah kegiatan perusahaan yang tujuannya
membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dengan cara melakukan kegiatan
yang sesuai dengan nilai dan norma serta kebutuhan masyarakat. Pengungkapkan CSR
adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab
sosial perusahaan. maka rumus untuk menghitung CSRIj sebagai berikut:
Keterangan:
CSRIi : Indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
i.
∑Xi : nilai 1 = jika item y dilakukan dan diungkapkan; 0 = jika item y tidak
dilakukan dan diungkapkan.
N : jumlah item yang diungkapkan untuk perusahaan I, n ≤ 91.
𝐶𝑆𝑅Ii =Σ𝑋𝑖
𝑛
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
60
2. Karakteristik Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran mengenai besar kecilnya aset yang dimiliki
suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas
operasi suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
SIZE : Ukuran Perusahaan
Ln total aset : Logaritma natural total aset.
Leverage
Leverage diukur dengan menggunakan debt ratio (rasio total utang) yang digunakan
oleh manajer dalam rangka pengambilan keputusan pendanaan yang dilakukan oleh
perusahaan. Dimana rasio leverage dapat menggambarkan proporsi total hutang jangka
panjang terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Leverage dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan Debt to Total Asset (DAR) yang menunjukkan seberapa
besar utang yang akan digunakan untuk mendanai aset perusahaan untuk kegiatan
operasional perusahaan dalam mencapai laba dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Menurut Weygandt et al, (2015) debt to total asset ratio (DAR) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
SIZE = Ln total aset
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
61
Keterangan
DAR : debt to total asset ratio
Total Debt : penjumlahan dari utang jangka pendek dan jangka panjang
Total Asset : penjumlahan dari aset lancer dan aset tidak lancer (aset tetap)
Likuiditas
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi
kewajiban/utang lancar dengan mengkonversi asetnya menjadi kas. Dalam penelitian
ini likuiditas diproksikan menggunakan current ratio. Current ratio mampu
menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban/utang
lancar menggunakan aset lancarnya. Menurut Weygandt et al. (2015), current ratio
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
CR : current ratio
Current Assets : jumlah aset lancar perusahaan
Current Liabilities : jumlah utang/kewajiban lancar perusahaan
𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐶𝑅 =𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
62
3.4 Teknik Pegumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada.
Sumber data sekunder adalah catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi
pemerintah, analisis industri oleh media, situs Web, internet, dan seterusnya (Sekaran
dan Bougie, 2016). Data dalam penelitian ini sumbernya berasal dari laporan tahunan
(annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2014-2016 diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id,
www.grandkartech.com, www.garudametalindo.com, www.gt-tires.com
www.nipress.com/id/investor, www.toray.co.id dan sustainability report dari website
resmi perusahaan www.astra.co.id.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Sekaran dan Bougie (2016) menyatakan bahwa “population refers to the entire group
of people, events, or things of interest that the researcher wishes to investigate,” yang
berarti bahwa populasi adalah seluruh kelompok orang, kejadian, atau hal yang
menarik untuk diteliti oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014
hingga tahun 2016. Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel yang ditentukan
dalam penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik
purposive sampling. Menurut Sekaran dan Bougie (2016), mengatakan bahwa
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
63
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria-kriteria dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) secara berturut-turut selama periode 2014-2016.
2. Menerbitkan annual report untuk periode 2014-2016.
3. Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember pada periode 2014-2016 yang
telah diaudit oleh auditor independen.
4. Menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang Rupiah.
5. Perusahaan memiliki laba positif sebelum pajak selama tahun penelitian.
6. Perusahaan memiliki beban pajak penghasilan lebih rendah dibandingkan dengan
laba sebelum pajak.
3.6 Teknik Analisis Data
Menganalisis data adalah mengolah data sehingga menghasilkan suatu informasi yang
dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Dalam
melakukan analisis data digunakan program atau software statistik yaitu SPSS.
3.6.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2016) statistif deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, dan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
64
range. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang
bersangkutan. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang
bersangkutan. Nilai rata-rata (mean) digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang
bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang
bersangkutan bervariasi dari rata-rata (Ghozali, 2016).
3.6.2 Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2016) uji asumsi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk
mendeteksi normalitas data dapat juga dilakukan dengan non-parametrik statistik
dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Caranya adalah menentukan terlebih dahulu
hipotesis pengujian yaitu:
Hipotesis Nol (Ho) : data terdistribusi secara normal
Hipotesis Alternatif (HA) : data tidak terdistribusi secara normal
Hasil uji normalitas dapat dilihat dari tingkat signifikansinya. Data dapat
dikatakan terdistribusi secara normal apabila tingkat signifikansinya lebih besar dari
pada 0,05. Sementara itu, apabila tingkat signifikansinya kurang dari 0,05 maka data
tersebut dapat dikatakan tidak terdistribusi secara normal.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
65
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2016), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel
orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar variabel independen
sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi
adalah dengan melihat dari nilai tolerance value dan variance inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai
cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai
tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dapat disimpulkan terjadi multikolonieritas
antar variabel bebas (Ghozali, 2016).
2. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2016), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
66
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada
seseorang individu/ kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada invidu/
kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Cara mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Runs Test,
yang merupakan salah satu bagian dari statistik non-parametrik yang dapat digunakan
untuk mengetahui apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Runs Test
digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau sistematis
(Ghozali,2016). Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Hipotesis yang dalam Runs Test,
yaitu:
H0 : Residual (res_1) random (acak)
HA : Residual (res_2) tidak random
3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2016) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya
tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedatisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
67
adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar
analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudia menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.7 Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya
pengaruh variabel independen pengungkapan corporate social responsibility (CSR)
dan karekteristik perusahaan terhadap variabel dependen agresivitas pajak. Persamaan
fungsi regresi penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
ETR = α + β1CSR + β2SIZE + β3DAR + β4CR + ε
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
68
Keterangan:
α0 : Konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen
ETR : Agresivitas Pajak
CSR :Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
SIZE :Ukuran Perusahaan
DAR :Leverage
CR : Likuiditas
ε : Error
2. Uji Koefisien Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara
dua variabel. Koefisien korelasi untuk menjelaskan seberapa kuat hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Dalam analisis regresi, korelasi juga
menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen
(Ghozali, 2016).
Menurut Supardi (2017), tingkat keeratan hubungan atau korelasi antarvariabel
dapat dilihat dari angka koefisien korelasi yang dapat disajikan dalam bentuk tabel
interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
69
Tabel 3.1
Interpretasi Koefisien Korelasi
Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi
KK = 0 Tidak ada korelasi
0,00 < KK ≤ 0,20 Korelasi sangat rendah/ lemah sekali
0,21 < KK ≤ 0,40 Korelasi rendah/ lemah tapi pasti
0,41 < KK ≤ 0,70 Korelasi yang cukup berarti
0,71 < KK ≤ 0,90 Korelasi yang tinggi, kuat
0,91 < KK ≤ 0,99 Korelasi sangat tinggi, kuat sekali, sangat diandalkan
KK = 1 Korelasi sempurna
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2016) koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Jika nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempredikasi variasi
variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection)
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
70
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu
variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi
mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2016).
Dengan demikian, pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan R2 namun
menggunakan Adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi.
4. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Menurut Ghozali (2016) ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual
dapat diukur dari goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari
nilai koefisien determinasi, nilai statistik F. Uji hipotesis ini seperti dinamakan uji
signifikansi secara keseluruhan terhadap garis regresi yang diobservasi maupun
estimasi, apakah Y berhubungan linear terhadap X1, X2, dan X. untuk menguji
hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai
berikut:
a. Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat
kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternative, yang
menyatakan bahwa semua variabel secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
71
b. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila F
hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima HA.
5. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2016) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Uji statistik t mempunyai signifikansi α = 5%. Kriteria
pengambilan keputusan dalam uji statistik t adalah jika nilai signifikansi t < 0,05 maka
hipotesis alternative diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen
berpengaruh secara signifikan pada variabel dependen.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
72
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor
aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2016
yang berjumlah 42 perusahaan. Dari 42 perusahaan, 6 perusahaan tidak menerbitkan
annual report periode 2014-2016. Sehingga sebanyak 36 perusahaan yang menerbitkan
annual report periode 2014-2016.
Dari 36 perusahaan, 14 diantaranya menerbitkan laporan keuangan dengan
mata uang USD. Dari 22 perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan mata
uang Rupiah, 7 diantaranya mengalami kerugian sebelum pajak. Sehingga sebanyak 15
perusahaan yang memiliki laba positif sebelum pajak selama tahun penelitian. Dari 15
perusahaan, 1 diantaranya memiliki beban pajak penghasilan lebih tinggi dibandingkan
dengan laba sebelum pajak. Sehingga sebanyak 14 perusahaan yang memiliki beban
pajak penghasilan lebih rendah dibandingkan dengan laba sebelum pajak. Hasil akhir
sampel berjumlah 14 perusahaan dengan periode penelitian selama 3 tahun, yaitu tahun
2014-2016. Maka, jumlah observasi adalah sebanyak 42. Untuk sampel perusahaan
yang diambil dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut adalah tabel
rincian pengambilan sampel penelitian:
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
73
Tabel 4.1
Rincian Pengambilan Sampel Penelitian
No. Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indoneisa (BEI) secara berturut-
turut selama periode 2014-2016.
42
2. Menerbitkan annual report untuk periode 2014-2016. 36
3. Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember pada
periode 2014-2016 yang telah diaudit oleh auditor
independen.
36
4. Menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan
mata uang Rupiah.
22
5. Perusahaan memiliki laba positif sebelum pajak selama
tahun penelitian.
15
6. Perusahaan memiliki beban pajak penghasilan lebih
rendah dibandingkan dengan laba sebelum pajak
14
Jumlah Sampel 14
4.2 Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi mengenai agresivitas pajak,
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan, leverage,
dan likuiditas. Berikut merupakan hasil uji statistik deskriptif:
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
74
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 4.2, nilai minimum dari
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah 0,0659340659 (PT Sepatu Bata, Tbk.,
2014) dan nilai maksimalnya adalah 0,2527472527 (PT Astra Indonesia, Tbk,
2014&2015), sedangkan selisih antara nilai minimum dan maksimumnya adalah
0,1868131868. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki rata-rata
(mean) sebesar 0,1242804814 yang menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang
menjadi sampel penelitian melakukan dan mengungkapkan kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) sebesar 12,43% serta variabel ini memiliki nilai standar deviasi
sebesar 0,0467163395.
Variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural total
aset, memiliki nilai minimum 26,79380304 (PT Nusantara Inti Corpora, Tbk., 2016)
dan nilai maksimum sebesar 33,19881203 (PT Astra Indonesia, Tbk., 2016), sedangkan
selisih antara nilai minimum dan maksimumnya sebesar 6.405008994. Variabel ukuran
perusahaan memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 28,30545431 dengan standar
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
75
deviasi sebesar 1,595728328. Nilai rata-rata logaritma natural total aset sebesar
28,30545431 mengintepretasikan rata-rata total aset sekitar Rp20.267.749.725.021.
Berdasarkan rata-rata tersebut, menggambarkan bahwa perusahaan sektor aneka
industri termasuk ke dalam perusahaan besar karena memiliki total aset lebih dari
Rp10.000.000.000.
Variabel leverage yang di proksikan dengan debt to aset ratio (DAR), memiliki
nilai minimum sebesar 0,1651851480 (PT Indospring, Tbk., 2016) dan nilai
maksimalnya adalah 0,8436339178 (PT Jembo Cable Company, Tbk., 2014),
sedangkan selisih antara nilai minimum dan maksimumnya sebesar 0,6784487698.
Variabel leverage memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,4429571242 yang menunjukkan
bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian memiliki aset yang
44,296%-nya didanai oleh utang serta variabel ini memiliki standar deviasi sebesar
0,1528227558.
Variabel likuiditas (current ratio) memiliki nilai minimum sebesar
0,4506931117 (PT Nusantara Inti Corpora, Tbk., 2014) dan nilai maksimum sebesar
3,410645762 (PT KMI Wire And Cable, Tbk., 2016), sedangkan selisih antara nilai
minimum dan maksimumnya sebesar 2,959952650. Variabel likuiditas (current ratio)
memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 1,693401447 sehingga dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini rata-rata
memiliki kas dan setara kas yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
serta variabel ini memiliki standar deviasi sebesar 0,7432942322.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
76
Variabel agresivitas pajak (effective tax rate) memiliki nilai minimum sebesar
0,0907358327 (PT Sepatu Bata, Tbk., 2015) dan nilai maksimum sebesar
0,9371509998 (PT Nusantara Inti Corpora, Tbk., 2014), sedangkan selisih antara nilai
minimum dan maksimumnya sebesar 0,8464151671. Variabel agresivitas pajak
(effective tax rate) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3576465365 yang
mengindikasikan bahwa ETR berada diatas tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 Pasal 17 ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar
20%) yang berarti nilai effective tax rate cukup tinggi dan kemungkinan agresivitas
pajak yang terjadi makin rendah.
4.2.2 Uji Normalitas
Hasil uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
77
Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukkan pada Tabel 4.3
menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.904 dengan nilai signifikansi
0,388. Melalui hasil pengujian ini, dapat dinyatakan bahwa data residual telah
terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi dari hasil uji ini lebih besar dari
0,05.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi
antar variabel bebas/independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independennya. Berikut merupakan hasil dari uji
multikolonieritas:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas yang ditunjukkan pada Tabel 4.4,
terlihat bahwa seluruh variabel independen yaitu pengungkapan Corporate Social
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
78
Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (SIZE), leverage (DAR), dan likuiditas (CR)
memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation
Factor) yang lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
multikolonieritas dalam model regresi.
2. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Berikut merupakan hasil uji autokorelasi dengan Run Test:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan Tabel 4.5, hasil pengujian autokorelasi menggunakan Runs Test
menghasilkan nilai -0,0778 dan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,160. Melalui
hasil pengujian ini, dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi karena nilai
signifikansi dari hasil pengujian tersebut lebih besar dari 0.05.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
79
3. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Berikut merupakan hasil uji heteroskedastisitas:
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot pada Gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y dan tidak membentuk pola tertentu secara teratur, seperti bergelombang, melebar,
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
80
dan kemudian menyempit. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
4.2.4 Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi
Berikut merupakan hasil uji koefisien determinasi:
Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien korelasi (R) dalam penelitian ini sebesar
0,641 atau 64,1%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen,
yaitu pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan karakeristik perusahaan
yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage (DAR), dan likuiditas (CR)
dengan variabel dependen, yaitu agresivitas pajak (ETR) yang berarti korelasi memiliki
korelasi yang cukup berarti, karena nilai koefisien korelasi (R) berada dalam klasifikasi
0,41 sampai 0,70.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,411 yang menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan karakeristik
perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage (DAR), dan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
81
likuiditas (CR) dapat menjelaskan variabel dependen yakni agresivitas pajak (ETR)
sebesar 41,1% dan sisanya sebesar 58,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diuji
dalam penelitian ini. Nilai Standard Error of Estimate (SEE) sebesar 0,1867083037
yang artinya semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi dalam penelitian ini
semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen, yaitu agresivitas pajak (ETR).
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
terdapat dalam model regresi memiliki pengaruh secara bersama-sama atau simultan
terhadap variabel dependen. Berikut merupakan hasil uji statistik F:
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik F
Berdasarkan Tabel 4.7, terlihat bahwa nilai F sebesar 6,460 dengan tingkat
signifikansi di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel independen, yaitu pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan
karakeristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage (DAR),
dan likuiditas (CR) secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen,
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
82
yaitu agresivitas pajak (ETR) dan model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi regresi sampel dalam menaksir
nilai aktual sudah tepat atau model fit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitan Kuriah dan Asyik (2016) yang
menyatakan bahwa pengungkapan karakteristik perusahaan dan Corporate Social
Responsibility (CSR) berpengaruh secara bersama-sama terhadap agresivitas pajak dan
juga Tiaras dan Wijaya (2015) menyatakan bahwa likuiditas, leverage, manajemen
laba, proporsi komisaris independen, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara
simultan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Selain itu, hasil penelitian Sukmawati
dan Rebecca (2016) menyatakan bahwa secara simultan variabel likuiditas dan
leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t bertujuan untuk menguji apakah variabel independen secara
individu/parsial memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Berikut merupakan
hasil uji statistik t:
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
83
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik t
Berdasarkan hasil uji statistik t untuk pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR), diperoleh nilai t sebesar 1,474 dengan tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,149. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha1 ditolak,
sehingga pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak memiliki
pengaruh negatif terhadap Effective Tax Rate (ETR), hal ini mencerminkan bahwa
pengungkapan CSR tidak berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Hal ini sejalan
dengan penelitian Findiarningtias dkk. (2017) yang menyatakan bahwa pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap agresivitas pajak. Berbeda dengan hasil penelitian Kuriah dan Asyik (2016)
yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap agresivitas pajak.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu
kegiatan yang harus dilakukan oleh perusahaan yang menginginkan agar kegiatan
operasional perusahaan akan berjalan dengan baik. Landasan yang mendasari tanggung
jawab sosial adalah bagaimana cara perusahaan memberikan perhatian kepada
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
84
masyarakat ataupun lingkungan yang akan terjadi akibat aktivitas operasional
perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
komitmen keberlanjutan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan serta untuk meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas. Hal ini membuat
perusahaan memiliki tanggung jawab yang luas dan tidak hanya mencari laba untuk
pemegang saham, sehingga semakin tinggi pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR), maka mendorong perusahaan untuk tidak agresif terhadap pajak.
Akan tetapi, dalam penelitian ini memperoleh hasil bahwa pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas
pajak. Berdasarkan data penelitian yang diobservasi dapat dilihat bahwa angka rata-
rata pengungkapan CSR hanya 12,43%. Artinya, pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam penelitian ini
masih sangat minim. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang dilakukan dalam
penelitian periode 2014-2016 terdapat 27 observasi dari 42 observasi yang melakukan
dan mengungkapkan kegiatan CSR dibawah rata-rata. Dari 27 observasi, 10
diantaranya tidak melaporkan biaya CSR, 14 diantaranya melaporkan biaya CSR dalam
annual report dan tidak terdapat dalam beban usaha, sedangkan 3 perusahaan
melaporkan biaya CSR dalam laporan keuangan bagian beban usaha. Karena mayoritas
perusahaan yang menjadi observasi tidak melaporkan biaya CSR dalam laporan
keuangan, hal ini akan membuat laba perusahaan meningkat. Laba meningkat
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
85
menyebabkan beban pajak yang diterima perusahaan semakin tinggi. Sehingga
pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan hasil uji statistik t untuk ukuran perusahaan (SIZE) yang
diproksikan dengan (Ln) total aset diperoleh nilai t sebesar -3,665 dengan tingkat
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,001. Berdasarkan tingkat signifikansi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima, yang berarti bahwa ukuran perusahaan yang
diproksikan dengan logaritma natural total aset memiliki pengaruh yang negatif
signifikan terhadap Effective Tax Rate (ETR), hal ini mencerminkan ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak. Semakin besar ukuran
perusahaan, maka semakin besar total aset tetap yang dimiliki perusahaan. Dengan
semakin besarnya aset tetap perusahaan, maka menimbulkan beban penyusutan setiap
tahunnya yang akan mengurangi laba kena pajak perusahaan. Sehingga pajak yang
dibayarkan oleh perusahaan semakin kecil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Luke
dan Zulaikha (2016), dan Ratmono dan Sagala (2015) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan positif terhadap agresivitas pajak. Berbeda dengan
hasil penelitian Mustika (2017), Prameswari (2017), dan Badriah dkk. (2016) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan hasil uji statistik t untuk leverage yang diproksikan dengan Debt
to Total Asset Ratio (DAR) memiliki hasil uji statistik t diperoleh nilai t sebesar -2.465
dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,018. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa Ha3 diterima, yang berarti bahwa leverage yang diproksikan
dengan debt to total asset ratio (DAR) memiliki pengaruh yang negatif signifikan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
86
terhadap Effective Tax Rate (ETR), hal ini mencerminkan leverage yang diproksikan
dengan debt to total asset ratio berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas
pajak. Semakin besar tingkat utang yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar
juga tindakan agresivitas pajak perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Aminah dkk. (2017), yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap
agresivitas pajak. Berbeda dengan hasil penelitian Tiaras dan Wijaya (2015), dan
Azizah dan Kusmuriyanto (2016) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan hasil uji statistik t untuk likuiditas yang diproksikan dengan
current ratio (CR) diperoleh nilai sebesar -3,083 dengan tingkat signifikansi dibawah
0,05 yaitu sebesar 0,004. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha4 diterima yang berarti
bahwa likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) memiliki pengaruh
negatif terhadap Effective Tax Rate (ETR), hal ini mencerminkan likuiditas yang
diproksikan dengan Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
Semakin besar current ratio perusahaan, maka tingkat agresivitas pajak semakin tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fitri (2015) yang menyatakan bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Berbeda dengan hasil penelitian Adisamartha
dan Noviari (2015), dan Tiaras dan Wijaya (2015) yang menyatakan bahwa likuiditas
tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh suatu persamaan regresi yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu:
ETR = 0,271 CSR – 0,653 SIZE – 0,428 DAR – 0,554 CR
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
87
ETR = Agresivitas pajak
CSR = Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
SIZE = Ukuran Perusahaan
DAR = Leverage
CR = Likuiditas
Variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,0271 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1%
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) akan menyebabkan peningkatan
terhadap Effective Tax Rate, hal ini mencerminkan akan menyebabkan penurunan
terhadap agresivitas pajak sebesar 2,71%. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
pengungkapan CSR PT Astra Otoparts Tbk pada tahun 2015 memiliki nilai
pengungkapan 13 dari 91 item sedangkan pada tahun 2016 memiliki nilai
pengungkapan sebanyak 17 dari 91 item diikuti dengan kenaikan laba sebelum pajak
perusahaan pada tahun 2016 sebesar 0,4966 atau sebesar 49,66%. Perusahaan akan
melakukan tanggung jawab sosial untuk mempertahankan laba dan menjaga image
perusahaan untuk mendapatkan nilai sosial yang tinggi dari masyarakat sekitar. Selain
itu tanggung jawab sosial juga wajib dilakukan oleh perusahaan karena sebagai salah
satu bentuk tanggung jawab perusahaan. Selain itu, sejak ditetapkannya Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatur mengenai kewajiban perusahaan untuk
melakukan CSR menjadi penyebab dari perusahaan yang menjalankan kegiatan CSR
dan melakukan pengungkapan atas CSR tersebut hanya atas dasar kewajiban sesuai
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
88
dengan aturan yang berlaku tanpa menghubungkannya dengan kemungkinannya
melakukan agresivitas pajak. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR memiliki arah positif terhadap effective tax rate (ETR) dan
memiliki arah negatif terhadap agresivitas pajak.
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai koefisien regresi sebesar
-0,653 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% ukuran perusahaan (SIZE) akan
menyebabkan penurunan effective tax rate (ETR) yang akan mengalami peningkatan
terhadap agresivitas pajak perusahaan sebesar 65,3%. Hal ini disebabkan bahwa
perusahaan dalam sampel memanfaatkan aset secara optimal dan beban biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan operasional atas pemanfaatan aset tersebut terjadi sehingga
memberikan dampak yang signifikan dalam meminimalkan pembayaran pajak.
Variabel leverage (DAR) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,428 yang
berarti bahwa setiap peningkatan 1% leverage (DAR) akan menyebabkan penurunan
atas Effective Tax Rate (ETR) dan mengalami peningkatan terhadap agresivitas pajak
sebesar 42,8%. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa leverage (DAR) memiliki
pengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Perusahaan dalam sampel penelitian
memanfaatkan utang yang dimilikinya untuk meminimalkan beban pajak perusahaan.
Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki insentif pajak berupa potongan atas
bunga pinjaman sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No 36
Tahun 2008 yang menyatakan “besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
89
biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha,
antara lain: biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang, bunga, sewa, dan royalty; biaya perjalanan; biaya pengolahan
limbah; premi asuransi; biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; biaya administrasi; dan pajak kecuali Pajak
Penghasilan.” Dengan tingkat utang perusahaan yang tinggi, maka pengurang bunga
yang diterima perusahaan tinggi sehingga dapat mengurangi beban pajak perusahaan.
Variabel likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar -0,554 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% likuiditas
akan menurunkan atas Effective Tax Rate (ETR) yang menyebabkan peningkatan
terhadap agresivitas pajak sebesar 55,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
baik dan efektifnya perusahaan dalam menggunakan aset yang dimiliki dengan
memanfaatkan aset perusahaan yang dimilikinya dari pemanfaatan tersebut
menimbulkan biaya yang mengurangi laba perusahaan.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
90
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR), ukuran perusahaan, leverage, dan likuiditas terhadap agresivitas pajak baik
secara parsial maupun secara simultan. Simpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah:
1. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak memiliki
pengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa Ha1 ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian
Findiarningtias dkk. (2017) yang menyatakan bahwa pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
2. Ukuran perusahaan (SIZE) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
Effective Tax Rate (ETR), hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian Mustika (2017) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahan tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak.
3. Leverage (DAR) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Effective Tax
Rate (ETR), hal ini berarti leverage yang diproksikan dengan debt to total asset
ratio (DAR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima. Hal
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
92
ini berbeda dengan hasil penelitian Tiaras dan Wijaya (2015) yang menyatakan
bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
4. Likuiditas (CR) memiliki pengaruh negatif terhadap Effective Tax Rate (ETR),
hal ini berarti likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR) memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Ha4 diterima. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian Adisamartha dan Noviari (2015) yang menyatakan
bahwa likuditas tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan karakteristik
perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, leverage, dan
likuiditas secara simultan memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak.
Penelitian ini sejalan dengan Kuriah dan Asyik (2016) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh simultan antara variabel Corporate Social Responsibility
(CSR) dan karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran
perusahaan, leverage, dan capital intensity terhadap agresivitas pajak.
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor aneka industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan annual report
(laporan tahunan) yang telah diaudit selama tiga tahun, yaitu tahun 2012-2014,
atau hanya satu dari tiga sektor perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
93
Efek Indonesia. Hal ini membuat hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi
terhadap semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Terdapat variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dapat diketahui dari nilai Adjusted R
Square sebesar 0,310 atau 31%, sedangkan sisanya sebesar 69% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diuji dalam penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan yang ada, maka saran yang dapat
ditunjukkan kepada peneliti selanjutnya terkait dengan agresivitas pajak, yaitu:
1. Menggunakan data lebih dari tiga tahun dan memperluas objek penelitian,
misalnya dengan menggunakan tambahan 2 sektor seperti sektor industri dan
kimia atau industri barang konsumsi.
2. Menambahkan variabel-variabel lain yang diperkirakan berpengaruh terhadap
agresivitas pajak, misalnya capital intensity ratio, profitability, activity ratio,
intensitas aset tetap.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
94
DAFTAR PUSTAKA
Adisamartha, Ida Bagus Putu Fajar., & Noviari, Naniek. 2015. Pengaruh Likuiditas,
Leverage, Intensitas Persediaan, dan Intensitas Aset Tetap Pada Tingkat
Agresivitas Wajib Pajak Badan. Vol.13, Nomor 3, 973-1000, ISSN: 2303-1018.
Adiyani, Novita dan Septanta, Rananda. 2017. Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas
Terhadap Agresivitas Pajak dengan CSR sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang. Volume 5, Nomor 1.
Ambarukmi, Khusniyah Tri., dan Diana, Nur. 2017. Pengaruh Size, Leverage,
Profitability, Capital Intensity Ratio Terhadap Effective Tax Rate (ETR). E-
Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi. Volume 06. ISSN: 2302-7061.
Aminah, Siti Nur., Hidayati, Kusni., & Wahyuni, Susi Tri. 2017. Analisis Program
Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak Pada Perusahaan
BUMN yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016. Jurnal
Ekonomi Akuntansi. Volume 3, Nomor 3.
Anita, Fitria. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility, Leverage, Likuiditas,
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Ekonomi (Jom FEKON). Vol.2, No.2.
Azizah, Nur., Kusmuriyanto. 2016. The Effect of Related Party Transaction, Leverage,
Commissioners and Directors Compensation on Tax Aggressiveness.
Accounting Analysis Journal. Volume 5, Nomor 4.
Badriah, Nuratul., Maslichah., & Mawardi, M. Cholid. 2017. Pengaruh Corporate
Social Responsibility (CSR) Sebagai Sarana Legitimasi: Dampaknya Terhadap
Tingkat Agresivitas Pajak. E-Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi. Volume 6.
Dewi, Sukmawati Safitri., dan Priyadi, Maswar Patuh. 2013. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. Volume 2, Nomor 3.
Ernawati, Ayu., Dzulkirom, Moch., Azizah, Devi Farah. 2015. Analisis Tax Planning
Sebagai Salah Satu Upaya Penghematan Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Jurnal
Administrasi Bisnis. Volume 3, Nomor 1.
Fahriani, Melinda., dan Priyadi, Maswar Patuh. 2016. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 5, Nomor 7. ISSN: 2460-0585.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
95
Findiarningtias, Fenti., Yuliandhari, Willy Sri., & Nazar, M. Rafki. 2017. Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Return on Asset, dan Leverage
Terhadap Agresivitas Pajak. E-Proceeding of Management. Volume 4, Nomor
2.
Fitriandi, Primandita, Yuda Aryanto, dan Agus Puji Priyono. 2016. Kompilasi Undang-
Undang Perpajakan Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23
Edisi 8. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gunawan, Elisa Virginia., & Sulistiawan, Dedhy. 2018. Pengaruh Karakteristik Dewan
Komisaris Terhadap Aggressive Tax Planning Pada Perusahaan yang Terdaftar
di BEI periode 2013-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.
Volume 7, Nomor 1.
Gunawan, Juniati. 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Corporate
Governance Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi. Volume 21, Nomor
3.
Hadi, Junilla dan Yenni Mangoting. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Karakteritik Dewan terhadap Agresivitas Pajak. Tax&Accounting. Vol. 4, No.
2.
Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono, dan Amin Dara. 2016. Perpajakan Konsep,
Aplikasi, Contoh dan Studi Kasus: Jakarta. Salemba Empat.
Haninun dan Nurdiawansyah. 2014. Analysis of Effect Size Company, Profitability, and
Leverage Against Social Responsibility Disclosure of Listed Mining Industry in
Indonesia Stock Exchange Period 2009-2012. Jurnal Akuntansi & Keuangan
Vol. 5, No. 1.
Harahap, Sofyan Syafri. 2015. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers.
Hery. 2017. Teori Akuntansi: Pendekatan Konsep dan Analisis. Jakarta: PT Grasindo.
Idzni, Irsalina Nur., & Purwanto, Agus. 2017. Pengaruh Ketertarikan Investor Asing
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan.
Diponegoro Journal of Accounting. Volume 6, Nomor 1. ISSN: 2337-3806
Ifadhoh, Nurul dan Amanah, Lailatul. 2013. Implementasi Tax Planning Pajak
Penghasilan Badan PT Indojaya Mandiri. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.
Volume , Nomor 10.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2016. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta:
IAI.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
96
Indradi, Donny. 2018. Pengaruh Likuditas, Capital Intensity Terhadap Agresivitas
Pajak. Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia. Volume 1, Nomor 1.
Jessica dan Agus Arianto Toly. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak. Tax and Accounting Review. Vol.
4, No. 1.
Kamila, Putri Almainda. 2014. Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan Keuangan
Dengan Agresivitas Pajak. Finance and Banking Journal. Volume 16, Nomor
2. ISSN: 1410-8623.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. (2014). Intermediate
Accounting IFRS Second Edition. United States: John Wiley & Sons.
Kuriah, Hanik Lailatul dan Asyik, Nur Fadjrih. 2016. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan dan Corporate Social Responsibility Terghadap Agresivitas Pajak.
Jurnal Ilmu dan Komunikasi. Vol. 5, Nomor 3.
Kurniawati, Lestari., & Arifin, Hanif. 2017. Agresivitas Pajak Dan Maturitas Hutang.
Jurnal Pajak Indonesia. Volume 1, Nomor 1.
Lestari, Ayu Nidya., Syafi’I., dan Susanti, Widya. 2017. Tax Planning Sebagai Upaya
Optimalisasi Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Pada Wajib Pajak Badan
(Studi Kasus Pada PT Varia Usaha Beton). Jurnal Ekonomi. Volume 3, Nomor
2.
Luke dan Zulaikha. 2016.Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas Pajak.
Jurnal Akuntansi dan Auditing. Volume 13, Nomor 1.
Mulyani, Sri., Wijayanti, Anita., & Masitoh, Endang. 2018. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis
Airlangga. Volume 3, Nomor 1.
Mustika. 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity dan Kepemilikan Keluarga Terhadap
Agresivitas Pajak. Jurnal Online Mahasiswa Fakutlas Ekonomi (JOM Fekon).
Volume 4, Nomor 1.
Nasir, Azwir., Kurnia, Pipin & Teguh Dheki Hakri. 2013. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, dan Umur Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pada
Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar DI BEI. Jurnal Ekonomi.
Volume 21, Nomor 4.
Nila, Sari., Kalbuana, Nawang., & Jumadi, Agus. 2016. Pengaruh Konservatisme
Akuntansi, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak.
Syariah Paper Accounting FEB UMS. ISSN: 2460-0784.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
97
Nurakhiro, Tsalatsah, Fachrurrozie, Prabowo Yudo Jayanto. 2014. Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Rating Sukuk dengan Manjemen Laba Sebagai Variabel
Intervening. Accounting Analysis Journal, Volume 3, Nomor 1, 110-117.
Nurhandono, Furqon., & Firmansyah, Amrie. 2017. Lindung Nilai, Financial
Leverage, Manajemen Laba dan Agresivitas Pajak. Jurnal Media Riset
Akuntansi, Auditing & Informasi. Volume 17, Nomor 1.
Nurhayati, Amirruddin J. 2017. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos. Volume 6, Nomor 1.
Pohan, Chairul Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pradnyadari, I Dewa Ayu Intan., & Rohman, Abdul. 2015. Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak. Diponegoro
Journal of Accounting. Volume 4, Nomor 2, 1-9.
Prameswari, Findria. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Variabel Moderasi.
Jurnal Ekonomi Akuntansi. Volume 3, Issue 4.
Pranoto, Bayu Agung., & Widagdo, Ari Kuncoro. 2016. Pengaruh Koneksi Politik dan
Corporate Governance Terhadap Tax Aggressiveness. Syariah Paper
Accounting FEB UMS. ISSN 2460-0784.
Prasista, Putu Meita., & Setiawan, Ery. 2016. Pengaruh Profitabilitas dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Volume 17, Nomor 3.
Putri, Khurin’in Kurnia. 2017. Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan,
Rasio Hutang Dan Profitabilitas Terhadap Tarif Pajak Efektif. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ekonomi (JOM Fekon). Volume 4, Nomor 1.
Putri, Vidiyanna Rizal., & Putra, Bella Irwasyah. 2017. Pengaruh Leverage,
Profitability, Ukuran Perusahaan, dan Proporsi Kepemilikan Institusional
Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya. Volume
19, Nomor 1.
Ratmono, Dwi., dan Sagala, Winarti Monika. 2015. Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) Sebagai Sarana Legitimasi: Dampaknya Terhadap
Tingkat Agresivitas Pajak. Jurnal Nominal. Volume IV, Nomor 2.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Sekretariat Negara: Jakarta.
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
98
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah; Jakarta
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sekretariat Negara: Jakarta.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
Sekretariat Negara: Jakarta.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rindawati, Meita Wahyu., dan Asyik, Nur Fadjrih. 2015. Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Kepemilikan Publik Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. Volume 4, Nomor 6.
Sari, Dea Listika. 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan
Mayoritas Dan Corporate Governance Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal
Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi (JOM Fekon). Volume 4, Nomor 1.
Saifudin., & Yunanda, Derick. 2016. Determinasi Return on Asset, Leverage, Ukuran
Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi Terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA. Volume 6, Nomor
2.
Savitri, Dhian Andanarini Minar. 2017. Pengaruh Leverage, Intensitas Persediaan,
Intensitas Aset Tetap, Dan Profitabilitas Terhadap Agresivitas pajak. Jurnal
Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapat (J’MAT). Volume 8, Nomor 2. P-
ISSN: 2086-3748
Sekaran, Uma & Bougie, Roger. 2016. Research Methods For Business : Skill Building
Approach. USA: Wiley.
Setiawan, Dedhy. 2018. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap
Aggressive Tax Planning Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Periode
2013-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Volume 7, Nomor
1.
Siswianti., dan Kiswanto. 2016. Analisis Determinan Tax Agressiveness Pada
Perusahaan Multinasional. Accounting Analysis Journal. Volume 5, Nomor 1.
ISSN: 2252-6765.
Suandy, Erly. 2016. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
99
Subramanyam, K.R. 2014. Financial Statement Analysis 11th Edition. McGraw Hill
Education.
Sukmawati, Fitri., dan Rebecca, Cyntia. 2016. Pengaruh Likuiditas dan Leverage
Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan Pada Perusahaan Industru Barang
Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014. Conference on
Management and Behavioral Studies. ISSN: 2541-3400.
Supardi. 2017. Statistik Penelitian Pendidikan: Perhitungan, Penyajian, Penjelasan,
Penafsiran, dan Penarikan Kesimpulan. Depok: Rajawali Pers.
Tiaras, Irvan dan Henryanto Wijaya. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Manajemen Laba, Komisaris Independen dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Agresivitas Pajak”. Jurnal Akuntansi. Vol. XIX. No. 03, September 2015, 380-
397.
Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Weygandt, J., Kimmel, P., & Kieso, D. (2015). Financial Accounting IFRS (3rd ed).
Hoboken: John Wiley and Sons.
www.bpk.go.id
www.bps.go.id
www.ekonomi.kompas.com
www.finansial.bisnis.com
www.globalreporting.org
www.idx.co.id
www.industri.kontan.co.id
www.isoindonesiacenter.com
www.kemenperin.go.id
www.nasional.kontan.co.id
www.pajak.go.id
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sampel Perusahaan
Lampiran 2 Item Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Lampiran 3 Perhitungan Effective Tax Rates
Lampiran 4 Perhitungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Lampiran 5 Perhitungan Ukuran Perusahaan
Lampiran 6 Perhitungan Leverage
Lampiran 7 Perhitungan Likuiditas
Lampiran 8 Perhitungan Seluruh Variabel
Lampiran 9 Hasil Pengujian SPSS
Lampiran 10 Formulir Konsultasi Skripsi
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 1
SAMPEL PERUSAHAAN
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Sampel Perusahaan
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ASII Astra Indonesia Tbk
2 AUTO Astra Otoparts Tbk
3 INDS Indospring Tbk
4 NIPS Nipress Tbk
5 SMSM Selamat Sempurna Tbk
6 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
7 STAR Star Petrochem Tbk
8 TRIS Trisula International Tbk
9 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
10 BATA Sepatu Bata Tbk
11 JECC Jembo Cable Company Tbk
12 KBLI KMI Wire And Cable Tbk
13 KBLM Kabelindo Murni Tbk
14 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 2
ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
2014
Code ASII AUTO INDS
EC 1
Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan,
meliputi pendapatan, biaya operasional, upah dan tunjangan
karyawan, pembayaran kepada pemodal, pembayaran kepada
pemerintah, investasi masyarakat, dan laba ditahan
1 1 1
EC 2
Implikasi finansial dan resiko serta peluang lainnya kepada
kegiatan organisasi karena perubahan iklim 0 0 0
EC 3 Jaminan Kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti 1 0 0
EC 4 Bantuan finansial yang signifikan dari pemerintah 0 0 0
EC 5
Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah
minimum setempat pada lokasi operasi yang signifikan 1 0 0
EC 6
Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari
masyarakat lokal di lokasi operasi yang signifikan 0 0 0
EC 7
Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur serta jasa
yang diberikan untuk kepentingan publik secara komersial,
natura, atau secara Cuma-Cuma
1 1 0
EC 8
Pemahaman dan penjelasan dampak ekonomi tidak langsung
yang signifikan, termasuk seberapa luas dampaknya 1 1 0
EC 9
Aspek Praktik
Pengadaan
Perbandingan pembelian dari pemasok lokal di lokasi
operasional yang signifikan0 0 0
EN 1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume 0 0 0
EN 2
Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input
daur ulang0 0 0
EN 3 Konsumsi energi dalam organisasi 0 0 0
EN 4 Konsumsi energi di luar organisasi 0 0 0
EN 5 Intensitas energi 1 0 0
EN 6 Pengurangan konsumsi energi 1 0 0
EN 7 Pengurangan kebutuhan energi pada produk dan jasa 0 0 0
EN 8 total pengambilan air berdasarkan sumber 0 1 0
EN 9
sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh pengambilan
air 0 0 0
EN 10
Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan
kembali 0 1 0
EN 11
Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola di
dalam, atau yang berdekatan dengan, kawasan lindung dan
kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar
kawasan lindung
0 1 1
EN 12
Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa terhadap
keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan
nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung
0 0 0
EN 13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan 1 0 0
EN 14
Jumlah total spesies dalam iucn red list dan spesies dalam daftar
spesies yang dilindung nasional dengan habitat di tempat yang
dipengaruhi operasional berdasarkan tingkat resiko kepunahan
0 0 0
L
I
N
G
K
U
N
G
A
N
Aspek Bahan
Aspek
Keanekaraga
man Hayati
E
K
O
N
O
M
I
Aspek
Kinerja
Ekonomi
Aspek
Keberadaan
Pasar
Aspek
Dampak
Ekonomi
Tidak
Langsung
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
EN 15 Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung 0 0 0
EN 16 Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak langsung 0 0 0
EN 17 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung lainnya 0 0 0
EN 18 Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) 0 0 0
EN 19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) 1 0 0
EN 20 Emisi bahan perusak ozon (BPO) 0 0 0
EN 21 Nox, Sox, dan emisi udara signifikan lainnya 0 0 0
EN 22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan 0 0 0
EN 23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan 0 0 0
EN 24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan 0 0 0
EN 25
Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan
konvensi basel yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah dan
persentase limbah yang diangkut untuk pengiriman internasional
0 0 0
EN 26
Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragaman
hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikan
terkena dampak dari air buangan dan limpasan dari organisasi
0 0 0
EN 27
Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingkungan produk
dan jasa1 0 0
EN 28
Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang
direklamasi menurut kategori 0 0 0
EN 29
Aspek
Kepatuhan
Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-
moneter karena ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan lingkungan
0 0 1
EN 30
Aspek
Transportasi
Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan
barang lain serta bahan untuk operasional organisasi, dan
pengangkutan tenaga kerja
0 0 0
EN 31
Aspek Lain-
lain
Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan
berdasarkan jenis0 1 0
EN 32
Persentase penampisan pemasok baru menggunakan kriteria
lingkungan1 0 0
EN 33
Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial dalam
rantaI pasokan dan tindakan yang diambil0 0 0
EN 34
Aspek
Mekanisme
Pengaduan
Masalah
Lingkungan
Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan,
ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi
0 0 0
L
I
N
G
K
U
N
G
A
N
Aspek Emisi
Aspek Efluen
dan Limbah
Aspek Produk
dan Jasa
Aspek
Asesmen
Pemasok
atas
Lingkungan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LA 1
Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover
karyawan menurut kelompok umur, gender, dan wilayah1 1 1
LA 2
Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang tidak
diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu,
berdasarkan lokasi operasi yang signifikan
0 0 0
LA 3
tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti
melahirkan, menurut gender 0 0 0
LA 4
Aspek
Hubungan
Industrial
Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan
operasional, termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam
perjanjian bersama
0 0 0
LA 5
Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite
bersama formal manajemen-pekerja yang membantu mengawasi
dan memberikan saran program kesehatan dan keselamatan
kerja
0 1 0
LA 6
jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang, dan
kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja, menurut
daerah dan gender
1 0 0
LA 7
Pekerja yang sering terkena atau beresiko tinggi terkena
penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka0 0 0
LA 8
Topik kesehatan dan keselamtan yang tercakup dalam perjanjian
formal dengan serikat pekerja 0 0 0
LA 9
Jam pelatihan rata-rata per tahun per karyawan menurut gender,
dan menurut kategori karyawan1 0 0
LA 10
Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran
seumur hidup yang mendukung keberlanjutan kerja karyawan
dan membantu mereka mengelola purna bakti
0 1 1
LA 11
Persentase karyawan yang menerima reviu kinerja dan
pengembangan karier secara reguler, menurut gender dan
kategori karyawan
1 1 0
LA 12
Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per
kategori karyawan menurut gender, kelompok usia, kenggotaan
kelompok minoritas, dan indikator keberagaman lainnya
0 1 1
LA 13
Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-
laki menurut kategori karyawan, berdasarkan lokasi operasional
yang signifikan
0 0 0
LA 14
Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
praktik ketenagakerjaan1 0 0
LA 15
Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
praktik ketenagakerjaan dalam rantai pasokan dan tindakan yang
diambil
0 0 0
LA 16
Aspek
Mekanisme
Pengaduan
Masalah
Ketenagakerj
aan
Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi
0 0 0
T
E
N
A
G
A
K
E
R
J
A
Aspek
Kepegawaian
Aspek
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja
Aspek
Pelatihan
dan
Pendidikan
Aspek
Keberagama
n dan
Kesetaraan
Peluang
Aspek
Asesmen
Pemasok
atas Praktik
Ketenagakerj
aan
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
HR 1
Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi
yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasi
manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi manusia
0 0 0
HR 2
Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau
prosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek hak asasi
manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase
karyawan yang dilatih
0 0 0
HR 3
Aspek Non-
diskriminasi
Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang
diambil 1 0 0
HR 4
Aspek
Kebebasan
Berserikat
dan
Perjanjian
Kerja
Bersama
Operasi dan pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar
atau beresiko tinggi melanggar hak untuk melaksanakan
kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan
yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut
0 0 0
HR 5
Aspek
Pekerja Anak
Operasi dan pemasok diidentifikasi beresiko tinggi melakukan
eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil untuk
berkontribusi dalam penghapusan pekerja anak yang efektif
0 0 0
HR 6
Aspek
Pekerja
Paksa atau
Wajib Kerja
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi beresiko tinggi
melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk
berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa
atau wajib kerja
0 0 0
HR 7
Aspek Praktik
Pengamanan
Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan
atau prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan
dengan operasi
0 0 0
HR 8
Aspek Hak
Adat
Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak
masyarakat adat dan tindakan yang diambil 0 0 0
HR 9
Aspek
Asesmen
Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu
atau asesmen dampak hak asasi manusia0 0 0
HR 10
Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak
asasi manusia1 0 0
HR 11
Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang
diambil
0 0 0
HR 12
Aspek
Mekanisme
Pengaduan
Masalah Hak
Asasi
Manusia
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asai manusia
yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan formal
0 1 0
H
A
K
A
S
A
S
I
M
A
N
U
S
I
A
Aspek
Investasi
Aspek
Asesmen
Pemasok
atas Hak
Asasi
Manusia
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
SO 1
Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen
dampak, dan program pengembangan yang diterapkan 1 0 1
SO 2
Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap masyarkat lokal0 0 0
SO 3
Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko
terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi1 0 0
SO 4
Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti-
korupsi1 0 0
SO 5 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil 0 0 0
SO 6
Aspek
Kebijakan
Publik
Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan penerima/
penerima manfaat0 0 0
SO 7
Aspek Anti
Persaingan
Jumlah total tindakan hukum terkait anti persaingan, anti-trust,
serta praktik monopoli dan hasilnya0 0 0
SO 8
Aspek
Kepatuhan
Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total sanksi non-
moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan
0 1 1
SO 9
Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria
dampak terhadap masyarakat0 0 0
SO 10
Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil 0 0 0
SO 11
Aspek
Mekanisme
Pengaduan
Dampak
terhadap
Masyarakat
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melakui mekanisme
pengaduan resmi
0 0 0
PR 1
Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan yang
dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai
untuk peningkatan
1 1 0
PR 2
Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
koda sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari
produk dan jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil
0 0 0
PR 3
Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh prosedur
organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan
jasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang signifikan
harus mengikuti persyaratan informasi sejenis
0 1 0
PR 4
Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk
dan jasa, menurut jenis hasil
0 0 0
PR 5 Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelanggan 1 0 0
PR 6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan 0 0
PR 7
Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
koda sukarela terkait tentang komunikasi pemasaran, termasuk
iklan, promosi, dan sponsor, menurut jenis hasil
0 0 0
PR 8
Aspek Privasi
Pelanggan
Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran
privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan0 0 0
PR 9
Aspek
Kepatuhan
Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan
penggunaan produk dan jasa
0 0 0
23 16 8
P
R
O
D
U
K
Aspek
Kesehatan
dan
Keselamatan
Pelanggan
Aspek
Pelabelan
Produk dan
Jasa
Aspek
Komunikasi
Pemasaran
Total
S
O
S
I
A
L
/
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
Aspek
Masyarakat
Lokal
Aspek Anti
Korupsi
Aspek
Asesmen
Pemasok
atas Dampak
pada
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN EFFECTIVE TAX RATE
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Tahun Kode Perusahaan Nama Perusahaan
Beban Pajak
Penghasilan Laba Sebelum Pajak ETR
2014 ASII Astra Indonesia Tbk 4.927.000.000.000 27.058.000.000.000 0,18209
2014 AUTO Astra Otoparts Tbk 136.954.000.000 1.091.040.000.000 0,125526
2014 INDS Indospring Tbk 40.767.813.500 168.587.326.085 0,24182
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Tahun
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan ∑Xi n CSR
2014 ASII Astra Indonesia Tbk 23 91 0,252747
2014 AUTO Astra Otoparts Tbk 16 91 0,175824
2014 INDS Indospring Tbk 8 91 0,087912
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 5
PERHITUNGAN UKURAN PERUSAHAAN
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Tahun
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan Total Asset SIZE
2014 ASII Astra Indonesia Tbk 236.027.000.000.000 33,0949673
2014 AUTO Astra Otoparts Tbk 14.387.568.000.000 30,2973856
2014 INDS Indospring Tbk 2.282.666.078.493 28,4563652
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 6
PERHITUNGAN LEVERAGE (DEBT TO TOTAL ASSET
RATIO)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Tahun
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan Total Debt Total Asset DAR
2014 ASII Astra Indonesia Tbk 115.840.000.000.000 236.027.000.000.000 0,490791
2014 AUTO Astra Otoparts Tbk 4.244.862.000.000 14.387.568.000.000 0,295037
2014 INDS Indospring Tbk 459.998.606.660 2.282.666.078.493 0,201518
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 7
PERHITUNGAN LIKUIDITAS (CURRENT RATIO)
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Tahun
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan Current Asset Current Liabilities CR
2014 ASII Astra Indonesia Tbk 97.241.000.000.000 74.241.000.000.000 1,309802
2014 AUTO Astra Otoparts Tbk 5.138.080.000.000 3.857.809.000.000 1,331865
2014 INDS Indospring Tbk 975.954.232.621 335.123.443.361 2,912223
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 8
PERHITUNGAN SELURUH VARIABEL
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Tahun
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan CSR SIZE DAR CR ETR
2014 ASII Astra Indonesia Tbk 0,252747 33,09497 0,490791 1,309802 0,18209
2014 AUTO Astra Otoparts Tbk 0,285714 30,29739 0,295037 1,331865 0,125526
2014 INDS Indospring Tbk 0,131868 28,45637 0,201518 2,912223 0,24182
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 9
HASIL PENGUJIAN SPSS
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Statistik Deskriptif
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Uji Multikolonieritas
Uji Autokorelasi Run Test
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Uji Heteroskedastisitas
Uji Koefisien Determinasi
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Uji Statistik F
Uji Statistik t
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
LAMPIRAN 10
FORMULIR KONSULTASI SKRIPSI
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Scanned by CamScannerPengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Scanned by CamScannerPengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Scanned by CamScannerPengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018
Pengaruh Pengungkapan Corporate..., Indah Mustika Lokanata, FB UMN, 2018