liputan khusus 10 tahun bakti 106_final_rs.pdf · eastern indonesia (sulawesi, maluku, nusa...

42
www.bakti.or.id No. Oktober - November 2014 106 10 Tahun BaKTI Berkarya untuk Kawasan Timur Indonesia LIPUTAN KHUSUS

Upload: duonghanh

Post on 13-Aug-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

www.bakti.or.id No. Oktober - November 2014 106

10 Tahun BaKTIBerkarya untuk

Kawasan Timur Indonesia

LIPUTAN KHUSUS

Page 2: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax [email protected] [email protected] 201Email atau SMS BaKTINews 0813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

www.facebook.com/yayasanbakti Facebook @InfoBaKTI Twitter

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU Design & layout

Editor Foto ICHSAN DJUNAEDEvents at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau mengeirimkan SMS kepada kami. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or send us SMS. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

BaKTINEWS DITERBITKAN OLEH YAYASAN BaKTI DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DAN PEMERINTAH KANADA / BaKTINEWS IS PUBLISHED BY THE BaKTI FOUNDATION WITH SUPPORT OF THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA AND THE GOVERNMENT OF CANADA.

PANDANGAN YANG DIKEMUKAKAN TAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN PANDANGAN YAYASAN BaKTI MAUPUN PEMERINTAH AUSTRALIA DAN PEMERINTAH KANADA. / THE VIEWS EXPRESSED DO NOT NECESSARILY REFLECT THE VIEWS OF YAYASAN BaKTI, THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA AND THE GOVERNMENT

OF CANADA.

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Daftar IsiOktober - November 2014 No. 106

1

3

9

11

627

15

Info Buku

Kegiatan di BaKTI3839

21

24

19

Berkarya untuk Kawasan Timur Indonesia

Liputan Khusus

Oleh Ipul Gassing

Jaminan Rujukan Persalinan Ibu Hamil Resiko Tinggi dari Keluarga Miskin

Program Mitra - BASICS

Cerita Kelaparan Massal Menunjukkan Bagaimana Liputan Media dan Pemerintah Daerah di PapuaA story of mass starvation tells us much about media coverage and local government in Papua

PAPUA

Oleh Bobby Anderson

Konstituen Berdaya, Anggota Parlemen Kuat!

Program MAMPU - BaKTI

Oleh M. Ghufran H. Kordi K

Update Program UNICEF – BaKTIOleh Leonardy Sambo & Arafah

Sumber PAD Potensial Di Kabupaten Lombok Timur

Suara Forum KTI

Oleh Ir. Lalu Muh. Kabul, M.AP

Terinpirasi Untuk Menginspirasi“Catatan Kecil Dari Solan Untuk Indonesia”

Indonesia Mengajar

Oleh Fransisca Christanti

29Partisipasi Masyarakat dan Pertemuan Tim Teknis

ABC Program KINERJA-USAID Papua

Oleh Luna Vidya

33Sebuah Refleksi :Mengefekti�an Advokasi Hasil Kajian

JiKTI

Oleh Agussalim

36Akumulasi Kekayaan Lewat PemiskinanSuara Forum KTI

Oleh Ivan A. Hadar

Masa Depan Indonesia Ada Di Timur

Oleh Mugniar

Dari Dinamisnya Tabuhan Gendang Hingga Gemulainya Tarian Tradisional

8Oleh Cora Bittara Amarah

Noverius Nggili, Preseiden Geng Motor iMuT

Oleh Caroline Tupamahu

Ada Apa di Balik BaKTI

Foto : Jeni B. Karay

Mama Ummu, seorang maestro tari asal Sulawesi Selatan, mempersembahkan gerak tari yang memukau pada perayaan 10 tahun BaKTI

Page 3: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia +62 411 832228, 833383 +62 411 852146 Telp. Fax [email protected] [email protected] 201Email atau SMS BaKTINews 0813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0

www.facebook.com/yayasanbakti Facebook @InfoBaKTI Twitter

Redaksi

www.bakti.or.id

Editor CAROLINE TUPAMAHU VICTORIA NGANTUNGMELYA FINDI ASTUTI

Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL ITA MASITA IBNU Design & layout

Editor Foto ICHSAN DJUNAEDEvents at BaKTI SHERLY HEUMASSEWebsite

Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO

ADITYA RAKHMAT

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.

Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.

MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau mengeirimkan SMS kepada kami. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or send us SMS. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

BaKTINEWS DITERBITKAN OLEH YAYASAN BaKTI DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DAN PEMERINTAH KANADA / BaKTINEWS IS PUBLISHED BY THE BaKTI FOUNDATION WITH SUPPORT OF THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA AND THE GOVERNMENT OF CANADA.

PANDANGAN YANG DIKEMUKAKAN TAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN PANDANGAN YAYASAN BaKTI MAUPUN PEMERINTAH AUSTRALIA DAN PEMERINTAH KANADA. / THE VIEWS EXPRESSED DO NOT NECESSARILY REFLECT THE VIEWS OF YAYASAN BaKTI, THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA AND THE GOVERNMENT

OF CANADA.

Database Kontak A. RINI INDAYANI

Daftar IsiOktober - November 2014 No. 106

1

3

9

11

627

15

Info Buku

Kegiatan di BaKTI3839

21

24

19

Berkarya untuk Kawasan Timur Indonesia

Liputan Khusus

Oleh Ipul Gassing

Jaminan Rujukan Persalinan Ibu Hamil Resiko Tinggi dari Keluarga Miskin

Program Mitra - BASICS

Cerita Kelaparan Massal Menunjukkan Bagaimana Liputan Media dan Pemerintah Daerah di PapuaA story of mass starvation tells us much about media coverage and local government in Papua

PAPUA

Oleh Bobby Anderson

Konstituen Berdaya, Anggota Parlemen Kuat!

Program MAMPU - BaKTI

Oleh M. Ghufran H. Kordi K

Update Program UNICEF – BaKTIOleh Leonardy Sambo & Arafah

Sumber PAD Potensial Di Kabupaten Lombok Timur

Suara Forum KTI

Oleh Ir. Lalu Muh. Kabul, M.AP

Terinpirasi Untuk Menginspirasi“Catatan Kecil Dari Solan Untuk Indonesia”

Indonesia Mengajar

Oleh Fransisca Christanti

29Partisipasi Masyarakat dan Pertemuan Tim Teknis

ABC Program KINERJA-USAID Papua

Oleh Luna Vidya

33Sebuah Refleksi :Mengefekti�an Advokasi Hasil Kajian

JiKTI

Oleh Agussalim

36Akumulasi Kekayaan Lewat PemiskinanSuara Forum KTI

Oleh Ivan A. Hadar

Masa Depan Indonesia Ada Di Timur

Oleh Mugniar

Dari Dinamisnya Tabuhan Gendang Hingga Gemulainya Tarian Tradisional

8Oleh Cora Bittara Amarah

Noverius Nggili, Preseiden Geng Motor iMuT

Oleh Caroline Tupamahu

Ada Apa di Balik BaKTI

Foto : Jeni B. Karay

Mama Ummu, seorang maestro tari asal Sulawesi Selatan, mempersembahkan gerak tari yang memukau pada perayaan 10 tahun BaKTI

Page 4: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

2 No. Oktober - November 2014 106BaKTINews

Oleh SYAIFULLAH GASSING, MUGNIAR,

CORA BITTARA AMARAH Para penulis adalah sahabat BaKTI yang

juga aktif sebagai blo�er

AHUN INI ADALAH TAHUN KESEPULUH BaKTI BERKARYA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA.

SERANGKAIAN PERAYAAN ULANG TAHUN DIADAKAN DI MAKASSAR. DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN, BaKTI MANGAJAK 10 FIGUR YANG SELAMA INI TELAH MENGINSPIRASI BaKTI DALAM BERKARYA .

KESEPULUH FIGUR TERSEBUT BERASAL DARI BERAGAM LATAR BELAKANG PEKERJAAN DAN DAERAH NAMUN KESEMUANYA MEMILIKI KESAMAAN: TAK PERNAH LELAH BERBAGI PENGETAHUAN DENGAN BERBAGAI CARA YANG KREATIF UNTUK KEMAJUAN INDONESIA.

ACARA PERAYAAN ULANG TAHUN BaKTI TELAH DIABADIKAN OLEH TEMAN-TEMAN YANG HADIR DALAM BERBAGAI BENTUK: FOTO DAN INFORMASI SINGKAT YANG DI-SHARING MELALUI SOSIAL MEDIA, TULISAN-TULISAN DI MEDIA MASSA DAN BLOG. SEBAGIAN DARI TULISAN-TULISAN KEREN YANG MEMBUAT KAMI MERASA TERHARU, TERSANJUNG, DAN JUGA KEMBALI TERINSPIRASI KAMI SAJIKAN BAGI ANDA, PEMBACA SETIA BaKTINEWS DALAM EDISI INI. SELAMAT MENIKMATI!

Kontributor foto SAHRUL MANDA TIKUPADANG, JENI B. KARAY,

JUNAEDI UKO, CHANNO DJUNAED

Berkarya untuk

Kawasan Timur

Indonesia

Page 5: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

2 No. Oktober - November 2014 106BaKTINews

Oleh SYAIFULLAH GASSING, MUGNIAR,

CORA BITTARA AMARAH Para penulis adalah sahabat BaKTI yang

juga aktif sebagai blo�er

AHUN INI ADALAH TAHUN KESEPULUH BaKTI BERKARYA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA.

SERANGKAIAN PERAYAAN ULANG TAHUN DIADAKAN DI MAKASSAR. DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN, BaKTI MANGAJAK 10 FIGUR YANG SELAMA INI TELAH MENGINSPIRASI BaKTI DALAM BERKARYA .

KESEPULUH FIGUR TERSEBUT BERASAL DARI BERAGAM LATAR BELAKANG PEKERJAAN DAN DAERAH NAMUN KESEMUANYA MEMILIKI KESAMAAN: TAK PERNAH LELAH BERBAGI PENGETAHUAN DENGAN BERBAGAI CARA YANG KREATIF UNTUK KEMAJUAN INDONESIA.

ACARA PERAYAAN ULANG TAHUN BaKTI TELAH DIABADIKAN OLEH TEMAN-TEMAN YANG HADIR DALAM BERBAGAI BENTUK: FOTO DAN INFORMASI SINGKAT YANG DI-SHARING MELALUI SOSIAL MEDIA, TULISAN-TULISAN DI MEDIA MASSA DAN BLOG. SEBAGIAN DARI TULISAN-TULISAN KEREN YANG MEMBUAT KAMI MERASA TERHARU, TERSANJUNG, DAN JUGA KEMBALI TERINSPIRASI KAMI SAJIKAN BAGI ANDA, PEMBACA SETIA BaKTINEWS DALAM EDISI INI. SELAMAT MENIKMATI!

Kontributor foto SAHRUL MANDA TIKUPADANG, JENI B. KARAY,

JUNAEDI UKO, CHANNO DJUNAED

Berkarya untuk

Kawasan Timur

Indonesia

Page 6: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Deni Ganjar Nugraha. Lelaki tambun dan tak seberapa tinggi ini memang bukan orang dari Indonesia Timur, tapi dia punya sesuatu yang menginspirasi. Dengan kemampuannya sebagai ilustrator, Deni membawa genre baru yang dinamainya rekam gambar. D e n i m e n g g a b u n g k a n k e m a m p u a n menggambarnya dengan teknik merekam video dan disempurnakan dengan narasi. Hasilnya, sebuah video berisi pesan yang sangat mudah ditangkap karena gambar-gambarnya yang sederhana dan m e n a r i k . Ke m a m p u a n D e n i su d a h ba nya k digunakan oleh instansi atau perusahaan yang ingin menyampaikan pesannya kepada publik dengan cara yang mudah dimengerti. Tak ketinggalan ada perwakilan anak muda, Bijaksana Junerosano. Lelaki ramping ini becerita tentang inovasinya di bidang social preneurship. Berangkat dari keprihatinannya melihat begitu banyak sampah plastik yang diproduksi orang Indonesia, Bijaksana mencoba mencari terobosan baru untuk mengurangi sampah plastik. Dari riset yang dilakukannya, Bijaksana menemukan fakta bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan 700 lembar kantung plastik dalam setahun. Kalikan angka itu dengan jumlah orang Indonesia, maka kita akan mendapatkan ratusan juta lembar kantung plastik. Bijaksana kemudian memulai kampanye Diet Kantung Plastik, sasaran utamanya adalah ritel besar yang memang sangat loyal memberikan kantung plastik bagi pelanggannya. Bijaksana membuat alternatif bahan dan metode agar para pelanggan tidak mengkonsumsi kantung plastik. Kantung

Di Jawa sana, orang Timur selalu disuruh paling depan kalau ada kerusuhan atau perkelahian. Orang Timur selalu dituntut untuk paling

berani dan paling kuat. Padahal menurut statistik tingkat gizi rendah itu paling tinggi. Kenapa kita yang sudah gizinya rendah masih harus disuruh berkelahi lagi? Kenapa bukan kalian saja yang gizinya bagus yang berkelahi?” kata Arie Kriting. Sontak semua hadirin terbahak mendengar guyonannya. Arie mengangkat beberapa stigma negatif masyarakat Indonesia terhadap kami orang Timur yang dianggap terbelakang, miskin, pemberang dan kasar. Melalui komedi, Arie Kriting mengangkat kekuatan besar yang membuat orang Indonesia Timur tetap b e r t a h a n h i d u p d a n m e n e r t a w a k a n d u k a kesehariannya. Arie hanya satu dari 10 orang yang hadir di perayaan 10 tahun BaKTI. Selain Arie ada beberapa tokoh lainnya yang juga sama-sama membawa inspirasi dan mencari terobosan baru. Di meja registrasi kami disambut beberapa kain selendang dengan corak khas Indonesia Timur yang ditawarkan sebagai cindera mata. Satu kain dengan corak Nusa Tenggara segera saya ambil dan sampirkan di bahu. Kesan sederhana dan lekat dengan Indonesia Timur ditampilkan oleh panitia. Melewati selasar dari kayu kami disambut beberapa jajanan tradisional khas Indonesia Timur. Ada baruasa, kacang rempah, sampai jajanan kecil dari sagu. Di dalam, Abraham Goram dari Yayasan Kalabia Indonesia sudah melewatkan setengah presentasinya. Abraham dengan kapal Kalabia-nya menyebarkan

informasi pentingnya menjaga ekosistem laut di Raja Ampat. Berlayar dari pulau ke pulau, Abraham mengedukasi anak-anak di kepulauan Raja Ampat untuk mengenal satwa dan tumbuhan yang unik dan

hidup di pesisir laut Raja Ampat. Harapannya agar kelak anak-anak ini tumbuh menjadi orang yang peduli pada eksosistem laut dan mau menjaganya. Logat khas Papua yang dibawa oleh Abraham dan

dua orang lainnya yang sama-sama ikut ke panggung membawa nuansa yang berbeda.

Nuansa yang terasa sangat bersahaja dan tak berjarak.

Sebuah catatan dari acara 10 tahun BaKTI yang sangat menginspirasi dan

menyenangkan.oleh IPUL GASSING

dan

tim kalabia

3 BaKTINews BaKTINews 4 No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

plastik diganti dengan bahan l a i n ya n g l e b i h ra m a h l i n g k u n g a n d a n b i s a dipakai berkali-kali. Dari bahan pengganti dan metode yang baru itu, s at u g e ra i r i t e l b i s a

menghemat jutaan rupiah dalam seminggu. Jumlah yang kemudian bisa disalurkan untuk kegiatan konservasi alam. Selepas Bijaksana, naiklah Kang Pepih Nugraha. Ini untuk pertama kalinya saya melihat langsung inisiator Kompasiana, laman jurnalisme warga terbesar di Indonesia. Saat istirahat kami sempat mengobrol tentang jurnalisme warga dan proses membesarkan Kompasiana. Kang Pepih terang-terangan mengakui kalau dirinya terinspirasi dari Panyingkul. Dari Panyingkul, Kang Pepih belajar tentang kelebihan dan kekurangannya, hasil dari pelajarannya itulah yang kemudian dia terapkan di Kompasiana. Dari awalnya bekerja sendirian dengan niat iseng-iseng, hingga sekarang Kompasiana sudah berkembang pesat dan jadi satu unit usaha sendiri di bawah Kompas Gramedia. Acara ulang tahun BaKTI hari itu serasa sebuah paket komplit. Mereka yang berbagi inspirasi punya latar yang berbeda-beda. Selain beberapa nama yang saya sebut di atas ada satu lagi nama yang luar biasa, Noverius Nggili. Pria berambut kerinting khas orang Timur ini punya sesuatu yang unik dan mungkin sulit ditemukan di tempat lain. Noverius adalah penggagas geng motor iMut, s i n g kat a n d a r i I n ova s i , Mo b i l i t a s u nt u k Transformasi yang berpusat di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Meski bernama geng motor, tapi alih-alih membuat kerusuhan, geng motor iMuT

Page 7: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Deni Ganjar Nugraha. Lelaki tambun dan tak seberapa tinggi ini memang bukan orang dari Indonesia Timur, tapi dia punya sesuatu yang menginspirasi. Dengan kemampuannya sebagai ilustrator, Deni membawa genre baru yang dinamainya rekam gambar. D e n i m e n g g a b u n g k a n k e m a m p u a n menggambarnya dengan teknik merekam video dan disempurnakan dengan narasi. Hasilnya, sebuah video berisi pesan yang sangat mudah ditangkap karena gambar-gambarnya yang sederhana dan m e n a r i k . Ke m a m p u a n D e n i su d a h ba nya k digunakan oleh instansi atau perusahaan yang ingin menyampaikan pesannya kepada publik dengan cara yang mudah dimengerti. Tak ketinggalan ada perwakilan anak muda, Bijaksana Junerosano. Lelaki ramping ini becerita tentang inovasinya di bidang social preneurship. Berangkat dari keprihatinannya melihat begitu banyak sampah plastik yang diproduksi orang Indonesia, Bijaksana mencoba mencari terobosan baru untuk mengurangi sampah plastik. Dari riset yang dilakukannya, Bijaksana menemukan fakta bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan 700 lembar kantung plastik dalam setahun. Kalikan angka itu dengan jumlah orang Indonesia, maka kita akan mendapatkan ratusan juta lembar kantung plastik. Bijaksana kemudian memulai kampanye Diet Kantung Plastik, sasaran utamanya adalah ritel besar yang memang sangat loyal memberikan kantung plastik bagi pelanggannya. Bijaksana membuat alternatif bahan dan metode agar para pelanggan tidak mengkonsumsi kantung plastik. Kantung

Di Jawa sana, orang Timur selalu disuruh paling depan kalau ada kerusuhan atau perkelahian. Orang Timur selalu dituntut untuk paling

berani dan paling kuat. Padahal menurut statistik tingkat gizi rendah itu paling tinggi. Kenapa kita yang sudah gizinya rendah masih harus disuruh berkelahi lagi? Kenapa bukan kalian saja yang gizinya bagus yang berkelahi?” kata Arie Kriting. Sontak semua hadirin terbahak mendengar guyonannya. Arie mengangkat beberapa stigma negatif masyarakat Indonesia terhadap kami orang Timur yang dianggap terbelakang, miskin, pemberang dan kasar. Melalui komedi, Arie Kriting mengangkat kekuatan besar yang membuat orang Indonesia Timur tetap b e r t a h a n h i d u p d a n m e n e r t a w a k a n d u k a kesehariannya. Arie hanya satu dari 10 orang yang hadir di perayaan 10 tahun BaKTI. Selain Arie ada beberapa tokoh lainnya yang juga sama-sama membawa inspirasi dan mencari terobosan baru. Di meja registrasi kami disambut beberapa kain selendang dengan corak khas Indonesia Timur yang ditawarkan sebagai cindera mata. Satu kain dengan corak Nusa Tenggara segera saya ambil dan sampirkan di bahu. Kesan sederhana dan lekat dengan Indonesia Timur ditampilkan oleh panitia. Melewati selasar dari kayu kami disambut beberapa jajanan tradisional khas Indonesia Timur. Ada baruasa, kacang rempah, sampai jajanan kecil dari sagu. Di dalam, Abraham Goram dari Yayasan Kalabia Indonesia sudah melewatkan setengah presentasinya. Abraham dengan kapal Kalabia-nya menyebarkan

informasi pentingnya menjaga ekosistem laut di Raja Ampat. Berlayar dari pulau ke pulau, Abraham mengedukasi anak-anak di kepulauan Raja Ampat untuk mengenal satwa dan tumbuhan yang unik dan

hidup di pesisir laut Raja Ampat. Harapannya agar kelak anak-anak ini tumbuh menjadi orang yang peduli pada eksosistem laut dan mau menjaganya. Logat khas Papua yang dibawa oleh Abraham dan

dua orang lainnya yang sama-sama ikut ke panggung membawa nuansa yang berbeda.

Nuansa yang terasa sangat bersahaja dan tak berjarak.

Sebuah catatan dari acara 10 tahun BaKTI yang sangat menginspirasi dan

menyenangkan.oleh IPUL GASSING

dan

tim kalabia

3 BaKTINews BaKTINews 4 No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

plastik diganti dengan bahan l a i n ya n g l e b i h ra m a h l i n g k u n g a n d a n b i s a dipakai berkali-kali. Dari bahan pengganti dan metode yang baru itu, s at u g e ra i r i t e l b i s a

menghemat jutaan rupiah dalam seminggu. Jumlah yang kemudian bisa disalurkan untuk kegiatan konservasi alam. Selepas Bijaksana, naiklah Kang Pepih Nugraha. Ini untuk pertama kalinya saya melihat langsung inisiator Kompasiana, laman jurnalisme warga terbesar di Indonesia. Saat istirahat kami sempat mengobrol tentang jurnalisme warga dan proses membesarkan Kompasiana. Kang Pepih terang-terangan mengakui kalau dirinya terinspirasi dari Panyingkul. Dari Panyingkul, Kang Pepih belajar tentang kelebihan dan kekurangannya, hasil dari pelajarannya itulah yang kemudian dia terapkan di Kompasiana. Dari awalnya bekerja sendirian dengan niat iseng-iseng, hingga sekarang Kompasiana sudah berkembang pesat dan jadi satu unit usaha sendiri di bawah Kompas Gramedia. Acara ulang tahun BaKTI hari itu serasa sebuah paket komplit. Mereka yang berbagi inspirasi punya latar yang berbeda-beda. Selain beberapa nama yang saya sebut di atas ada satu lagi nama yang luar biasa, Noverius Nggili. Pria berambut kerinting khas orang Timur ini punya sesuatu yang unik dan mungkin sulit ditemukan di tempat lain. Noverius adalah penggagas geng motor iMut, s i n g kat a n d a r i I n ova s i , Mo b i l i t a s u nt u k Transformasi yang berpusat di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Meski bernama geng motor, tapi alih-alih membuat kerusuhan, geng motor iMuT

Page 8: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

malah berkelana membawa inovasi. Dari cara beternak dan bercocok tanam yang efektif sampai mengembangkan desalinator (mengubah air laut menjadi air tawar) dan digester biogas portable. Mendengar presentasi dari Noverius Nggili saya yakin kita semua akan menggelengkan kepala. Punah sudah gambaran geng motor yang brutal dan sering mengganggu keamanan dan ketentraman itu. “Kalau semua geng motor seperti ini, aman Indonesia!” kata saya pada Rama yang duduk di samping saya. Dua tokoh perempuan yang juga hadir di acara itu adalah Andi Tenri Pada dan Salma dari Sekolah Perempuan Politik Maupe, Kabupaten Maros. Sosoknya sederhana dengan keinginan yang juga sederhana, yaitu meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia politik. Dengan cara-cara sederhana tapi terstruktur, Tenri Pada membuka mata perempuan tentang dunia politik agar mereka tidak hanya jadi komoditas di dunia politik. Sampai sekarang sekolah politiknya sudah masuk ke angkatan kedua dan akan terus dikembangkan. Aroma khas Indonesia Timur berusaha

5 6BaKTINews BaKTINews

Tulisan ini dapat dibaca di http://daenggassing.com/2014/09/25/masa-depan-indonesia-ada-di-timur/

No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

aya bergegas ke lantai 2, di mana Phinisi SBallroom berada. Terlihat segerombol orang di dekat meja registrasi. “Syukurlah, acara belum

dimulai, saya tidak terlambat,” ujar saya dalam hati. Saya menuliskan nama di daftar presensi, menerima goodie bag dari panitia, dan memilih selendang sebagai souvenir. Selendangnya bagus-bagus, hasil tenunan dari beberapa daerah. Pintu masuk ballroom masih tertutup. Sudah banyak orang mencicipi aneka penganan tradisional yang tersedia di meja prasmanan. Kami ngobrol ringan sambil mencicipi penganan tradisional yang tersaji, hingga akhirnya pintu ruang Phinisi dibuka dan wow. Tak terbayangkan apa yang disiapkan oleh BaKTI untuk menyambut para tamunya. Terdengar tetabuhan gendang tradisional Makassar bertalu rampak, amat dinamis. Membuat siapa pun yang mendengarnya ikut merasakan semangat yang ditimbulkan dari musik Pakanjara oleh pimpinan sang maestro gendang-Daeng Serang Dakko.

oleh MUGNIAR

Dua orang penari perempuan bersiap di atas panggung. Mereka saling berhadapan sehingga yang satunya memunggungi hadirin. Begitu musik mulai terdengar dari atas panggung, mereka mulai menari. Gerakan yang mereka bawakan amat gemulai, mereka membawakan tarian Pakarena. Beberapa saat kemudian, penari yang memunggungi kami berbalik badan. Dan nampak bahwa penari tersebut bukan wajah Indonesia, melainkan orang bule. Wow, keren sekali! Saya menikmati semua suguhan sejak registrasi. Kreatif. Seperti biasa, BaKTI selalu kreatif dalam menampilkan sesuatu.

Ibu Caroline Tupamahu, Direktur Yayasan BaKTI berkesempatan memaparkan 10 rahasia BaKTI tetap eksis hingga saat ini. Diantaranya adalah adalah melalui fasilitas, asset based, konsisten, service oriented, akurasi data, akuntabel, pertanggung jawaban, integritas, equity. inovatif, dan fokus. Satu contoh kecil yang pernah dilakukan BaKTI adalah merespon pemberitahuan via SMS dari seorang dokter mengenai kemitraan dukun dan bidan di Takalar. Tim BaKTI berkunjung ke daerah yang dimaksud untuk melakukan survei. Setelah survei dilakukan, dibuatlah pemberitaan di media BaKTI, yang kemudian meluas hingga diliput oleh media mainstream. Hingga berdampak pada praktik cerdas kemitraan dukun dan bidan ini direplikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara.

Agussalim, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin ini adalah peneliti yang juga menjadi Focal Point Jaringan Peneliti Kawasan Indonesia Timur (J iKTI) Sulawesi Selatan. Ia memulai presentasinya dengan kata-kata yang

KTI

Page 9: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

malah berkelana membawa inovasi. Dari cara beternak dan bercocok tanam yang efektif sampai mengembangkan desalinator (mengubah air laut menjadi air tawar) dan digester biogas portable. Mendengar presentasi dari Noverius Nggili saya yakin kita semua akan menggelengkan kepala. Punah sudah gambaran geng motor yang brutal dan sering mengganggu keamanan dan ketentraman itu. “Kalau semua geng motor seperti ini, aman Indonesia!” kata saya pada Rama yang duduk di samping saya. Dua tokoh perempuan yang juga hadir di acara itu adalah Andi Tenri Pada dan Salma dari Sekolah Perempuan Politik Maupe, Kabupaten Maros. Sosoknya sederhana dengan keinginan yang juga sederhana, yaitu meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia politik. Dengan cara-cara sederhana tapi terstruktur, Tenri Pada membuka mata perempuan tentang dunia politik agar mereka tidak hanya jadi komoditas di dunia politik. Sampai sekarang sekolah politiknya sudah masuk ke angkatan kedua dan akan terus dikembangkan. Aroma khas Indonesia Timur berusaha

5 6BaKTINews BaKTINews

Tulisan ini dapat dibaca di http://daenggassing.com/2014/09/25/masa-depan-indonesia-ada-di-timur/

No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

aya bergegas ke lantai 2, di mana Phinisi SBallroom berada. Terlihat segerombol orang di dekat meja registrasi. “Syukurlah, acara belum

dimulai, saya tidak terlambat,” ujar saya dalam hati. Saya menuliskan nama di daftar presensi, menerima goodie bag dari panitia, dan memilih selendang sebagai souvenir. Selendangnya bagus-bagus, hasil tenunan dari beberapa daerah. Pintu masuk ballroom masih tertutup. Sudah banyak orang mencicipi aneka penganan tradisional yang tersedia di meja prasmanan. Kami ngobrol ringan sambil mencicipi penganan tradisional yang tersaji, hingga akhirnya pintu ruang Phinisi dibuka dan wow. Tak terbayangkan apa yang disiapkan oleh BaKTI untuk menyambut para tamunya. Terdengar tetabuhan gendang tradisional Makassar bertalu rampak, amat dinamis. Membuat siapa pun yang mendengarnya ikut merasakan semangat yang ditimbulkan dari musik Pakanjara oleh pimpinan sang maestro gendang-Daeng Serang Dakko.

oleh MUGNIAR

Dua orang penari perempuan bersiap di atas panggung. Mereka saling berhadapan sehingga yang satunya memunggungi hadirin. Begitu musik mulai terdengar dari atas panggung, mereka mulai menari. Gerakan yang mereka bawakan amat gemulai, mereka membawakan tarian Pakarena. Beberapa saat kemudian, penari yang memunggungi kami berbalik badan. Dan nampak bahwa penari tersebut bukan wajah Indonesia, melainkan orang bule. Wow, keren sekali! Saya menikmati semua suguhan sejak registrasi. Kreatif. Seperti biasa, BaKTI selalu kreatif dalam menampilkan sesuatu.

Ibu Caroline Tupamahu, Direktur Yayasan BaKTI berkesempatan memaparkan 10 rahasia BaKTI tetap eksis hingga saat ini. Diantaranya adalah adalah melalui fasilitas, asset based, konsisten, service oriented, akurasi data, akuntabel, pertanggung jawaban, integritas, equity. inovatif, dan fokus. Satu contoh kecil yang pernah dilakukan BaKTI adalah merespon pemberitahuan via SMS dari seorang dokter mengenai kemitraan dukun dan bidan di Takalar. Tim BaKTI berkunjung ke daerah yang dimaksud untuk melakukan survei. Setelah survei dilakukan, dibuatlah pemberitaan di media BaKTI, yang kemudian meluas hingga diliput oleh media mainstream. Hingga berdampak pada praktik cerdas kemitraan dukun dan bidan ini direplikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara.

Agussalim, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin ini adalah peneliti yang juga menjadi Focal Point Jaringan Peneliti Kawasan Indonesia Timur (J iKTI) Sulawesi Selatan. Ia memulai presentasinya dengan kata-kata yang

KTI

Page 10: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

oleh CORA BITTARA AMARAH

- Arie Kriting

i t a s u d a h p e r n a h p u n y a p r e s i d e n Kperempuan, tapi kita belum pernah punya presiden dari timur,” begitu pernyataan Arie

Kriting di depan ratusan undangan perayaan 10 Tahun BaKTI. A r i e K r i t i n g s e d a n g t i d a k o r a s i a t a u berkampanye, ia juga sedang tidak melawak. Ia sedang memaparkan presentasinya. Arie diundang oleh BaKTI untuk berbagi cerita mengingat ia kerap mengusung isu-isu pembangunan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Kawasan Timur Indonesia. Lawakan Arie memang khas, ia sering menyindir berbagai ketimpangan yang terjadi di KTI. Juga bagaimana stigma negatif yang terlanjur melekat pada masyarakat KTI. Stigma inilah yang menjadi perhatian Arie dalam presentasinya yang berjudul Melawan Stigma dengan Komedi.

Bagi Arie, masyarakat Indonesia bagian timur adalah masyarakat tangguh menghadapi segala kekurangan. Dengan komedi, ia merasa bebas membahas hal-hal serius semacam ketimpangan p e m ba n g u n a n d i I n d o n es i a bag i a n t i mu r. “Bayangkan jika kita membahas hal menyedihkan, dengan cara menyedihkan juga, maka semakin terpuruklah kita”, kata Arie. Media menurut Arie, berperan penting dalam penyebaran stigma negatif yang kemudian dipercayai oleh generasi penerus di timur Indonesia. Komika yang sudah membintangi dua film ini mengambil contoh Bill Cosby. Komedian berkulit hitam ini juga mencoba menetralisir stigma buruk pada warga Afro-Amerika melalui komedi. “Cosby sangat menghindari makian dan umpatan dalam materinya karena itu sangat identik dengan warga kulit hitam,” terang Arie. Melalui komedi, Bill Cosby ingin mengikis stempel bahwa keluarga kulit hitam itu miskin dan bodoh. Upaya Bill Cosby berhasil, itu terlihat 25 tahun kemudian ketika warga Amerika memilih Barack Obama, presiden pertama berkulit hitam. Arie pun menyandingkan foto Bill Cosby dan Barack Obama dalam slide presentasenya. Slide berikutnya membuat undangan tertawa ketika melihat Arie menyandingkan dirinya sebagai komedian dan Noverius Nggili sebagai presiden Indonesia 25 tahun kemudian. “25 tahun ke depan, kita harus punya presiden dari timur,” tegas Arie yang disambut tepuk tangan para undangan.

menggelitik: “Peneliti dan pengambil kebijakan bagaikan hidup dalam dunia berbeda. Peneliti merasa puas dan bangga bila hasil penelitiannya diterbitkan. Sementara pemerintah kerap membuat program yang salah sasaran atau mengadakan kegiatan yang mubazir.” Pak Agus senang meneliti. Beberapa hasil penelitiannya diserahkannya kepada pemerintah daerah untuk dipakai sebagai dasar pengambilan kebijakan. Menurut pak Agus, peneliti melakukan proses advokasi agar berhasil. Peneliti membuat risalah kebijakan untuk diserahkan kepada pengambil kebijakan. Pak Agus ini contoh peneliti yang senang berbagi untuk kemaslahatan bersama. Melalui blog pribadinya “Dunia Perencanaan”, ia membagi hasil penelitiannya selain yang diunggah ke media-media BaKTI, tentunya. Saya jadi ingat para peneliti yang sebentar-sebentar ke luar kota untuk melakukan penelitian. Topik penelitiannya sebenarnya menarik untuk diketahui banyak orang, misalnya bila menyangkut budaya masyarakat setempat namun sayangnya hasil penelitian itu hanya dinikmati oleh mereka sendiri saja. Sayang kan. Andai semua peneliti memiliki kesadaran membagi informasi kepada publik seperti pak Agus ini, dunia pengetahuan kita

akan menjadi lebih kaya dan berwarna. Berikutnya hadir pak Noldy Tuerah. Ia merupakan figur pejabat pemerintah daerah yang m e n g u t a m a k a n k e m i t r a a n d a n s e l a l u mengupayakan berbagi pengetahuan guna mendukung pemerintahan yang efektif. Pak Noldy menceritakan pengalamannya ketika membuat konsep pembangunan infrastruktur dan diminta oleh gubernur Sulawesi Utara untuk terlibat dalam perencanaan dan pengawasan di lapangan. Pak Noldy mempunyai peran penting dalam sebuah ajang internasional yang diadakan di Manado. Mulanya pihak pusat mencemooh dan mengatakan tak mungkin. Berkat pemberitahuan dari seorang pejabat tinggi yang mengatakan ada dokumen yang disupport sebuah lembaga internasional yang harus dimiliki pemerintah daerah untuk bisa menyelenggarakan kegiatan internasional yang dimaksud, pak Noldy dan timnya pun mengusahakannya dan mengadakan lobi “internasional”. Hasi lnya, kegiatan internasional yang di inginkan berhasi l diselenggarakan dan mendatangkan investasi signifikan di Manado. Satu p e r n y a t a a n p a k N o l d y m e n a r i k u n t u k digarisbawahi, “Dengan komitmen yang kuat dan konsep yang baik, apapun bisa dilakukan!”

7 8BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

http://www.mugniar.com/2014/09/dari-dinamisnya-tabuhan-gendang-hingga.html, http://www.mugniar.com/2014/09/kti-kaya-tangguh-inspiratif.html http://www.mugniar.com/2014/09/ketika-peneliti-dan-pemerintah-tampil.html

Tulisan ini dapat dibaca di http://lelakibugis.net/10thnbakti-noverius-nggili-presiden-geng-motor-imut/

VOICE

Page 11: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

oleh CORA BITTARA AMARAH

- Arie Kriting

i t a s u d a h p e r n a h p u n y a p r e s i d e n Kperempuan, tapi kita belum pernah punya presiden dari timur,” begitu pernyataan Arie

Kriting di depan ratusan undangan perayaan 10 Tahun BaKTI. A r i e K r i t i n g s e d a n g t i d a k o r a s i a t a u berkampanye, ia juga sedang tidak melawak. Ia sedang memaparkan presentasinya. Arie diundang oleh BaKTI untuk berbagi cerita mengingat ia kerap mengusung isu-isu pembangunan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Kawasan Timur Indonesia. Lawakan Arie memang khas, ia sering menyindir berbagai ketimpangan yang terjadi di KTI. Juga bagaimana stigma negatif yang terlanjur melekat pada masyarakat KTI. Stigma inilah yang menjadi perhatian Arie dalam presentasinya yang berjudul Melawan Stigma dengan Komedi.

Bagi Arie, masyarakat Indonesia bagian timur adalah masyarakat tangguh menghadapi segala kekurangan. Dengan komedi, ia merasa bebas membahas hal-hal serius semacam ketimpangan p e m ba n g u n a n d i I n d o n es i a bag i a n t i mu r. “Bayangkan jika kita membahas hal menyedihkan, dengan cara menyedihkan juga, maka semakin terpuruklah kita”, kata Arie. Media menurut Arie, berperan penting dalam penyebaran stigma negatif yang kemudian dipercayai oleh generasi penerus di timur Indonesia. Komika yang sudah membintangi dua film ini mengambil contoh Bill Cosby. Komedian berkulit hitam ini juga mencoba menetralisir stigma buruk pada warga Afro-Amerika melalui komedi. “Cosby sangat menghindari makian dan umpatan dalam materinya karena itu sangat identik dengan warga kulit hitam,” terang Arie. Melalui komedi, Bill Cosby ingin mengikis stempel bahwa keluarga kulit hitam itu miskin dan bodoh. Upaya Bill Cosby berhasil, itu terlihat 25 tahun kemudian ketika warga Amerika memilih Barack Obama, presiden pertama berkulit hitam. Arie pun menyandingkan foto Bill Cosby dan Barack Obama dalam slide presentasenya. Slide berikutnya membuat undangan tertawa ketika melihat Arie menyandingkan dirinya sebagai komedian dan Noverius Nggili sebagai presiden Indonesia 25 tahun kemudian. “25 tahun ke depan, kita harus punya presiden dari timur,” tegas Arie yang disambut tepuk tangan para undangan.

menggelitik: “Peneliti dan pengambil kebijakan bagaikan hidup dalam dunia berbeda. Peneliti merasa puas dan bangga bila hasil penelitiannya diterbitkan. Sementara pemerintah kerap membuat program yang salah sasaran atau mengadakan kegiatan yang mubazir.” Pak Agus senang meneliti. Beberapa hasil penelitiannya diserahkannya kepada pemerintah daerah untuk dipakai sebagai dasar pengambilan kebijakan. Menurut pak Agus, peneliti melakukan proses advokasi agar berhasil. Peneliti membuat risalah kebijakan untuk diserahkan kepada pengambil kebijakan. Pak Agus ini contoh peneliti yang senang berbagi untuk kemaslahatan bersama. Melalui blog pribadinya “Dunia Perencanaan”, ia membagi hasil penelitiannya selain yang diunggah ke media-media BaKTI, tentunya. Saya jadi ingat para peneliti yang sebentar-sebentar ke luar kota untuk melakukan penelitian. Topik penelitiannya sebenarnya menarik untuk diketahui banyak orang, misalnya bila menyangkut budaya masyarakat setempat namun sayangnya hasil penelitian itu hanya dinikmati oleh mereka sendiri saja. Sayang kan. Andai semua peneliti memiliki kesadaran membagi informasi kepada publik seperti pak Agus ini, dunia pengetahuan kita

akan menjadi lebih kaya dan berwarna. Berikutnya hadir pak Noldy Tuerah. Ia merupakan figur pejabat pemerintah daerah yang m e n g u t a m a k a n k e m i t r a a n d a n s e l a l u mengupayakan berbagi pengetahuan guna mendukung pemerintahan yang efektif. Pak Noldy menceritakan pengalamannya ketika membuat konsep pembangunan infrastruktur dan diminta oleh gubernur Sulawesi Utara untuk terlibat dalam perencanaan dan pengawasan di lapangan. Pak Noldy mempunyai peran penting dalam sebuah ajang internasional yang diadakan di Manado. Mulanya pihak pusat mencemooh dan mengatakan tak mungkin. Berkat pemberitahuan dari seorang pejabat tinggi yang mengatakan ada dokumen yang disupport sebuah lembaga internasional yang harus dimiliki pemerintah daerah untuk bisa menyelenggarakan kegiatan internasional yang dimaksud, pak Noldy dan timnya pun mengusahakannya dan mengadakan lobi “internasional”. Hasi lnya, kegiatan internasional yang di inginkan berhasi l diselenggarakan dan mendatangkan investasi signifikan di Manado. Satu p e r n y a t a a n p a k N o l d y m e n a r i k u n t u k digarisbawahi, “Dengan komitmen yang kuat dan konsep yang baik, apapun bisa dilakukan!”

7 8BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

http://www.mugniar.com/2014/09/dari-dinamisnya-tabuhan-gendang-hingga.html, http://www.mugniar.com/2014/09/kti-kaya-tangguh-inspiratif.html http://www.mugniar.com/2014/09/ketika-peneliti-dan-pemerintah-tampil.html

Tulisan ini dapat dibaca di http://lelakibugis.net/10thnbakti-noverius-nggili-presiden-geng-motor-imut/

VOICE

Page 12: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Hingga saat ini pendanaan BaKTI masih sebagian besar dari lembaga donor. Khusus untuk pekerjaan pertukaran pengetahuan, BakTI mendapat bantuan dana dari program AIPD ( A u s t r a l i a I n d o n e s i a P a r t n e r s h i p f o r Decentralisation) dan Kementrian Luar Negeri, Perdagangan dan Pembangunan Kanada. Mulai tahun 2015, BaKTI akan mengembangkan bisnis unit, dengan melakukan diversifikasi pendanaan agar BaKTI dapat menjadi lembaga yang mampu mendanai organisasinya sendiri.

ebagai lembaga yang dibentuk pada tahun S2004 dan memiliki fokus pada pertukaran p e n g e t a h u a n , B a K T I t e l a h b e r b a g i

pengetahuan terkait apa yang telah BaKTI lakukan selama rentang perjalanan 10 tahun ini. Ada 3 platform pertukaran pengetahuan yang dibangun oleh BaKTI, yaitu jaringan pertukaran pengetahuan, media pertukaran pengetahuan dan event pertukaran pengetahuan. Sejak awal pembentukan BaKTI, telah disadari bahwa wilayah kerja BaKTI di Kawasan Timur Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau. Oleh s e b a b i t u , d a l a m m e l a k u k a n p e r t u k a ra n pengetahuan maka BaKTI akan memerlukan jaringan.

Jaringan Pertukaran Pengetahuan

Forum Kawasan Timur Indonesia terbentuk pada tahun 2004 bersamaan bengan berdirinya B a K T I . A n g go t a nya ad a l a h i n d i v i d u ya n g m e l a k u k a n i n o va s i d a l a m m e l a k s a n a k a n pekerjaannya. Mereka juga bisa disebut dengan pembaharu. Forum KTI mempunyai Kelompok Kerja yang selalu memberi masukan tentang isu penting di KTI dan Forum KTI Wilayah yang selalu bersama-sama dengan BaKTI melaksanakan pertukaran pengetahuan di daerahnya masing-masing.

Forum Kepala BAPPEDA Kawasan Timur Indonesia Setelah bekerja beberapa tahun dan melakukan evaluasi, Forum KTI dan BaKTI melihat bahwa semua reformer anggota forum KTI ini tidak bisa melakukan lebih kalau Forum KTI dan BaKTI tidak menggandeng para perencana. Untuk itu pada tahun 2007 BaKTI bersama-sama dengan Forum KTI menfasilitasi terbentuknya Forum Kepala BAPPEDA yang beranggotakan Kepala BAPPEDA Provinsi se-kawasan timur Indonesia. Pada forum ini para kepala Bappeda bertemu, bertukar informasi dan mendiskusikan berbagai hal berskala regional yang mendukung kolaborasi antar daerah dan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat.

JiKTI “Pada saat yang sama juga Forum KTI dan BaKTI menfasilitasi terbentuknya Jaringan Peneliti KTI (JiKTI) karena ingin mewujudkan perencanaan berbasis pengetahuan di kawasan timur Indonesia. Sampai saat ini jumlah anggota JiKTI adalah 615 peneliti (400 laki-laki dan 215 permpuan). Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh JiKTI antara lain penguatan kapasitas anggota JiKTI melalui penulisan proposal dan policy brief) dan rangkaian kegiatan hibah penelitian”, kata Pak Wayan dan Pak Sumedi.

Sahabat BaKTI Seiring berjalannya waktu, BaKTI melihat bahwa banyak sekali individu yang mengapresiasi pekerjaan yang dilakukan oleh BaKTI dan ingin berpartis ipasi dalam kegiatan pertukaran pengetahuan. Untuk itu pada tahun 2011 BaKTI menfasilitasi terbentuknya Sahabat BaKTI. Jumlah Sahabat BaKTI sampai saat ini telah mencapai 1.474 orang, 882 laki-laki dan 592 perempuan. Sahabat BaKTI terdiri dari mahasiswa, pelajar, aktivis, pekerja NGO, jurnalis, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta. Mereka secara rutin mengakses fasilitas publik BaKTI, mengikuti kegiatan yang diselenggarakan BaKTI, dan bahkan berkegiatan bersama BaKTI.

Media Pertukaran Pengetahuan

Da l a m b e r j e ja r i n g g u n a m e l a k sa n a ka n pertukaran pengetahuan, tentunya peran media sangatlah penting. BaKTI melihat peluang ini untuk ikut memperkuat platform pertukaran pengetahuan di KTI melalui beberapa media, yaitu:

BaKTINews Pada awal penerbitannya di tahun 2005, BaKTINews hanya memiliki 8 halaman yang hampir semua artikelnya ditulis oleh staf BaKTI. Sekarang, BaKTINews sudah memiliki 44 halaman dan hampir 80 persen artikelnya ditulis oleh kontributor kami di

oleh CAROLINE TUPAMAHU

KTI. Artikel-artikel yang kami terima juga beraneka ragam bahkan ada juga dalam bentuk tulisan tangan. BaKTI juga mendapat informasi bahwa artikel-artikel dalam BakKTINews telah diterjemahkan dalam bahasa daerah dan dibacakan melalui radio-radio komunitas. Tidak kurang dari 1.200 artikel telah diterbitkan dalam 100 edisi BaKTINews. Adapun fokus dalam media BaKTINews ini adalah tentang kesehatan , pendidikan, gender, ekonomi, dan lain sebagainya. Di tahun 2005, penerima BaKTINews hanya sejumlah 250 orang. Namun saat ini penerima BaKTINews telah berjumlah lebih dari 3.000 orang. Untuk itu kami menfokuskan BaKTINews edisi cetak ke daerah-daerah yang tidak memiliki akses internet yang baik. Untuk daerah-daerah dengan akses internet yang baik, kami membuat BakTINews online. Tetapi platform online kami tidak hanya terbatas pada BaKTINews online. Untuk itu pada tahun 2009 kami membuat platform online tentang pembangunan di kawasan timur Indonesia, yaitu Batukarinfo.

Batukarinfo Batukarinfo berbasis wiki. Ini berarti konten yang ada dalam batukarinfo diupload oleh para penggunanya. Mengandalkan konten dari user, saat ini jumlah member batukarinfo adalah 1.954 individu dan dengan jumlah dokumen adalah sebanyak 13.367.

JIKTI Stock of Knowledge Khusus untuk para peneliti JiKTI, BaKTI memfasilitasi mereka dalam berjejaring dan berkolaborasi untuk mengadakan penelitian. Sehingga pada tahun lalu 2013, BaKTI membentuk platform yang bernama Stock of Knowledge. Saat ini anggota stock of knowledge adalah 329 dengan jumlah perempuan adalah 40 persen.

Acara Pertukaran Pengetahuan

Inspirasi BaKTI, Diskusi Praktik Cerdas, and other events di BaKTI Di era modern yang segala sesuatunya serba online, BaKTI melihat bahwa pertemuan langsung dalam bentuk event masih perlu dilaksanakan. Pe r t e m u a n - p e r t e m a n ya n g s e l a m a i n i difasilitasi oleh BaKTI adalah Diskusi Praktik Cerdas di 12 provinsi, Diskusi Inspirasi BaKTI dan kegiatan lainnya di kantor BaKTI di Makassar. Rata-rata kami menfasilitasi 1 kali pertemuan setiap minggu sepanjang tahun. Salah satu event yang kami fasilitasi terinspirasi dari betapa sulitnya wartawan dan pemerintah untuk duduk bersama membahas suatu agenda pembangunan adalah news café. Pada acara news

9 10BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

café, kami mengundang wartawan bukan untuk meliput tapi untuk menjadi peserta aktif yang ikut berkontribusi membicarakan isu pembangunan. Model ini kemudian direplikasi di beberapa tempat di KTI seperti di Kendari, Mataram dan Ambon.

Smart Practices

Dari ketiga platform di atas, BaKTI menemukan bahwa ternyata KTI tidak hanya merupakan “Kawasan Tertinggal Indonesia” tetapi juga merupakan daerah yang Kaya, Tangguh dan Inspiratif. Ada banyak sekali orang yang melakukan inisiatif untuk mengatasi tantangan pembangunan di daerahnya. Inisiatif-inisiatif ini kemudian diangkat dan dinamakan praktik cerdas. Praktik Cerdas ini dengan aktif BaKTI promosikan ke berbagai pihak yang membutuhkan atau yang berpotensi mereplikasinya. Sampai saat ini, BaKTI mencatat sudah ada lebih dari 300 praktik cerdas dan 25 praktik cerdas telah kami promosikan.

Rahasianya? FasilitasiMulai dengan apa yang BaKTI miliki (Asset Based)Konsisten dalam melaksanakan kegiatannyaService Oriented Akurasi Informasi Akuntabilitas dalam mempertanggung-jawabkan program maupun keuanganIntegritasSemua orang setara InovatifFokus pada kekuatan yang BaKTI miliki

12

3456

789

10

What’s Next?

CAROLINE TUPAMAHU

Page 13: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Hingga saat ini pendanaan BaKTI masih sebagian besar dari lembaga donor. Khusus untuk pekerjaan pertukaran pengetahuan, BakTI mendapat bantuan dana dari program AIPD ( A u s t r a l i a I n d o n e s i a P a r t n e r s h i p f o r Decentralisation) dan Kementrian Luar Negeri, Perdagangan dan Pembangunan Kanada. Mulai tahun 2015, BaKTI akan mengembangkan bisnis unit, dengan melakukan diversifikasi pendanaan agar BaKTI dapat menjadi lembaga yang mampu mendanai organisasinya sendiri.

ebagai lembaga yang dibentuk pada tahun S2004 dan memiliki fokus pada pertukaran p e n g e t a h u a n , B a K T I t e l a h b e r b a g i

pengetahuan terkait apa yang telah BaKTI lakukan selama rentang perjalanan 10 tahun ini. Ada 3 platform pertukaran pengetahuan yang dibangun oleh BaKTI, yaitu jaringan pertukaran pengetahuan, media pertukaran pengetahuan dan event pertukaran pengetahuan. Sejak awal pembentukan BaKTI, telah disadari bahwa wilayah kerja BaKTI di Kawasan Timur Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau. Oleh s e b a b i t u , d a l a m m e l a k u k a n p e r t u k a ra n pengetahuan maka BaKTI akan memerlukan jaringan.

Jaringan Pertukaran Pengetahuan

Forum Kawasan Timur Indonesia terbentuk pada tahun 2004 bersamaan bengan berdirinya B a K T I . A n g go t a nya ad a l a h i n d i v i d u ya n g m e l a k u k a n i n o va s i d a l a m m e l a k s a n a k a n pekerjaannya. Mereka juga bisa disebut dengan pembaharu. Forum KTI mempunyai Kelompok Kerja yang selalu memberi masukan tentang isu penting di KTI dan Forum KTI Wilayah yang selalu bersama-sama dengan BaKTI melaksanakan pertukaran pengetahuan di daerahnya masing-masing.

Forum Kepala BAPPEDA Kawasan Timur Indonesia Setelah bekerja beberapa tahun dan melakukan evaluasi, Forum KTI dan BaKTI melihat bahwa semua reformer anggota forum KTI ini tidak bisa melakukan lebih kalau Forum KTI dan BaKTI tidak menggandeng para perencana. Untuk itu pada tahun 2007 BaKTI bersama-sama dengan Forum KTI menfasilitasi terbentuknya Forum Kepala BAPPEDA yang beranggotakan Kepala BAPPEDA Provinsi se-kawasan timur Indonesia. Pada forum ini para kepala Bappeda bertemu, bertukar informasi dan mendiskusikan berbagai hal berskala regional yang mendukung kolaborasi antar daerah dan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat.

JiKTI “Pada saat yang sama juga Forum KTI dan BaKTI menfasilitasi terbentuknya Jaringan Peneliti KTI (JiKTI) karena ingin mewujudkan perencanaan berbasis pengetahuan di kawasan timur Indonesia. Sampai saat ini jumlah anggota JiKTI adalah 615 peneliti (400 laki-laki dan 215 permpuan). Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh JiKTI antara lain penguatan kapasitas anggota JiKTI melalui penulisan proposal dan policy brief) dan rangkaian kegiatan hibah penelitian”, kata Pak Wayan dan Pak Sumedi.

Sahabat BaKTI Seiring berjalannya waktu, BaKTI melihat bahwa banyak sekali individu yang mengapresiasi pekerjaan yang dilakukan oleh BaKTI dan ingin berpartis ipasi dalam kegiatan pertukaran pengetahuan. Untuk itu pada tahun 2011 BaKTI menfasilitasi terbentuknya Sahabat BaKTI. Jumlah Sahabat BaKTI sampai saat ini telah mencapai 1.474 orang, 882 laki-laki dan 592 perempuan. Sahabat BaKTI terdiri dari mahasiswa, pelajar, aktivis, pekerja NGO, jurnalis, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta. Mereka secara rutin mengakses fasilitas publik BaKTI, mengikuti kegiatan yang diselenggarakan BaKTI, dan bahkan berkegiatan bersama BaKTI.

Media Pertukaran Pengetahuan

Da l a m b e r j e ja r i n g g u n a m e l a k sa n a ka n pertukaran pengetahuan, tentunya peran media sangatlah penting. BaKTI melihat peluang ini untuk ikut memperkuat platform pertukaran pengetahuan di KTI melalui beberapa media, yaitu:

BaKTINews Pada awal penerbitannya di tahun 2005, BaKTINews hanya memiliki 8 halaman yang hampir semua artikelnya ditulis oleh staf BaKTI. Sekarang, BaKTINews sudah memiliki 44 halaman dan hampir 80 persen artikelnya ditulis oleh kontributor kami di

oleh CAROLINE TUPAMAHU

KTI. Artikel-artikel yang kami terima juga beraneka ragam bahkan ada juga dalam bentuk tulisan tangan. BaKTI juga mendapat informasi bahwa artikel-artikel dalam BakKTINews telah diterjemahkan dalam bahasa daerah dan dibacakan melalui radio-radio komunitas. Tidak kurang dari 1.200 artikel telah diterbitkan dalam 100 edisi BaKTINews. Adapun fokus dalam media BaKTINews ini adalah tentang kesehatan , pendidikan, gender, ekonomi, dan lain sebagainya. Di tahun 2005, penerima BaKTINews hanya sejumlah 250 orang. Namun saat ini penerima BaKTINews telah berjumlah lebih dari 3.000 orang. Untuk itu kami menfokuskan BaKTINews edisi cetak ke daerah-daerah yang tidak memiliki akses internet yang baik. Untuk daerah-daerah dengan akses internet yang baik, kami membuat BakTINews online. Tetapi platform online kami tidak hanya terbatas pada BaKTINews online. Untuk itu pada tahun 2009 kami membuat platform online tentang pembangunan di kawasan timur Indonesia, yaitu Batukarinfo.

Batukarinfo Batukarinfo berbasis wiki. Ini berarti konten yang ada dalam batukarinfo diupload oleh para penggunanya. Mengandalkan konten dari user, saat ini jumlah member batukarinfo adalah 1.954 individu dan dengan jumlah dokumen adalah sebanyak 13.367.

JIKTI Stock of Knowledge Khusus untuk para peneliti JiKTI, BaKTI memfasilitasi mereka dalam berjejaring dan berkolaborasi untuk mengadakan penelitian. Sehingga pada tahun lalu 2013, BaKTI membentuk platform yang bernama Stock of Knowledge. Saat ini anggota stock of knowledge adalah 329 dengan jumlah perempuan adalah 40 persen.

Acara Pertukaran Pengetahuan

Inspirasi BaKTI, Diskusi Praktik Cerdas, and other events di BaKTI Di era modern yang segala sesuatunya serba online, BaKTI melihat bahwa pertemuan langsung dalam bentuk event masih perlu dilaksanakan. Pe r t e m u a n - p e r t e m a n ya n g s e l a m a i n i difasilitasi oleh BaKTI adalah Diskusi Praktik Cerdas di 12 provinsi, Diskusi Inspirasi BaKTI dan kegiatan lainnya di kantor BaKTI di Makassar. Rata-rata kami menfasilitasi 1 kali pertemuan setiap minggu sepanjang tahun. Salah satu event yang kami fasilitasi terinspirasi dari betapa sulitnya wartawan dan pemerintah untuk duduk bersama membahas suatu agenda pembangunan adalah news café. Pada acara news

9 10BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

café, kami mengundang wartawan bukan untuk meliput tapi untuk menjadi peserta aktif yang ikut berkontribusi membicarakan isu pembangunan. Model ini kemudian direplikasi di beberapa tempat di KTI seperti di Kendari, Mataram dan Ambon.

Smart Practices

Dari ketiga platform di atas, BaKTI menemukan bahwa ternyata KTI tidak hanya merupakan “Kawasan Tertinggal Indonesia” tetapi juga merupakan daerah yang Kaya, Tangguh dan Inspiratif. Ada banyak sekali orang yang melakukan inisiatif untuk mengatasi tantangan pembangunan di daerahnya. Inisiatif-inisiatif ini kemudian diangkat dan dinamakan praktik cerdas. Praktik Cerdas ini dengan aktif BaKTI promosikan ke berbagai pihak yang membutuhkan atau yang berpotensi mereplikasinya. Sampai saat ini, BaKTI mencatat sudah ada lebih dari 300 praktik cerdas dan 25 praktik cerdas telah kami promosikan.

Rahasianya? FasilitasiMulai dengan apa yang BaKTI miliki (Asset Based)Konsisten dalam melaksanakan kegiatannyaService Oriented Akurasi Informasi Akuntabilitas dalam mempertanggung-jawabkan program maupun keuanganIntegritasSemua orang setara InovatifFokus pada kekuatan yang BaKTI miliki

12

3456

789

10

What’s Next?

CAROLINE TUPAMAHU

Page 14: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

11 12BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Jaminan Rujukan

Persalinan Ibu Hamil

Resiko Tinggi dari

Keluarga Miskin

Kesulitan ekonomi seringkali menjadi hambatan bagi ibu hamil resiko tinggi untuk mendapatkan pertolongan

persalinan di fasilitas kesehatan. Meskipun biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan sudah dijamin oleh pemerintah, akan tetapi transportasi ibu hamil dan

pendampingnya menuju fasilitas kesehatan seringkali jauh lebih besar, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah

terpencil. Salah satu inovasi yang dilakukan untuk menyiasatinya adalah dengan memberikan jaminan biaya

rujukan persalinan bagi ibu hamil resiko tinggi dari keluarga miskin. Jaminan tersebut meliputi biaya

transportasi rujukan dan akomodasi bagi pendamping sang ibu.

Artikel ini mencoba membagikan langkah-langkah penerapan praktik cerdas tersebut agar dapat menjadi

pembelajaran bagi Pemerintah Daerah dan para pemangku kepentingan kesehatan di daerah lain yang

ingin mencoba menerapkannya.

rogram Jampersal telah cukup banyak membantu ibu hamil dari keluarga miskin Puntuk melakukan persalinan aman pada fasilitas kesehatan. Kelemahannya, Jampersal tidak menanggung biaya transportasi bagi ibu hamil dan pendamping

untuk menuju ke fasilitas kesehatan. Bagi ibu hamil yang tinggal di desa terpencil dan kepulauan, biaya transportasi yang besar menjadi hambatan untuk dapat melahirkan di fasilitas kesehatan. Hal ini tentu saja membahayakan ibu dan calon bayi, terlebih bagi ibu hamil resiko tinggi yang membutuhkan penanganan khusus di fasilitas kesehatan rujukan. Pada tahun 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara bersama Proyek BASICS mengembangkan satu inovasi dengan memberikan insentif transportasi untuk membantu keluarga ibu hamil resiko tinggi yang harus dirujuk ke rumah sakit.

Konsep Dasar Konsep dasar dari pemberian jaminan biaya rujukan persalinan ibu hamil resiko tinggi dari keluarga miskin adalah bahwa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan bahwa setiap komplikasi persalinan dapat ditangani secara profesional sesuai standar yang berlaku pada fasilitas kesehatan. Dalam kerangka tersebut, harus dilakukan berbagai upaya untuk memastikan setiap ibu hamil bisa mengakses pelayanan kesehatan dan terlebih bagi yang membutuhkan rujukan. Pemberian jaminan rujukan ini merupakan pelengkap dari program Jampersal, Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah), dan PKH (Program Keluarga Harapan), yang semuanya bertujuan menyediakan bantuan pembiayaan kesehatan untuk meringankan beban finansial keluarga miskin. Karena merupakan pelengkap, maka perlu dipastikan bahwa komponen yang dibiayai dalam jaminan rujukan persalinan ini tidak tumpang tindih dengan program jaminan kesehatan lainnya.

Page 15: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

11 12BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Jaminan Rujukan

Persalinan Ibu Hamil

Resiko Tinggi dari

Keluarga Miskin

Kesulitan ekonomi seringkali menjadi hambatan bagi ibu hamil resiko tinggi untuk mendapatkan pertolongan

persalinan di fasilitas kesehatan. Meskipun biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan sudah dijamin oleh pemerintah, akan tetapi transportasi ibu hamil dan

pendampingnya menuju fasilitas kesehatan seringkali jauh lebih besar, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah

terpencil. Salah satu inovasi yang dilakukan untuk menyiasatinya adalah dengan memberikan jaminan biaya

rujukan persalinan bagi ibu hamil resiko tinggi dari keluarga miskin. Jaminan tersebut meliputi biaya

transportasi rujukan dan akomodasi bagi pendamping sang ibu.

Artikel ini mencoba membagikan langkah-langkah penerapan praktik cerdas tersebut agar dapat menjadi

pembelajaran bagi Pemerintah Daerah dan para pemangku kepentingan kesehatan di daerah lain yang

ingin mencoba menerapkannya.

rogram Jampersal telah cukup banyak membantu ibu hamil dari keluarga miskin Puntuk melakukan persalinan aman pada fasilitas kesehatan. Kelemahannya, Jampersal tidak menanggung biaya transportasi bagi ibu hamil dan pendamping

untuk menuju ke fasilitas kesehatan. Bagi ibu hamil yang tinggal di desa terpencil dan kepulauan, biaya transportasi yang besar menjadi hambatan untuk dapat melahirkan di fasilitas kesehatan. Hal ini tentu saja membahayakan ibu dan calon bayi, terlebih bagi ibu hamil resiko tinggi yang membutuhkan penanganan khusus di fasilitas kesehatan rujukan. Pada tahun 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara bersama Proyek BASICS mengembangkan satu inovasi dengan memberikan insentif transportasi untuk membantu keluarga ibu hamil resiko tinggi yang harus dirujuk ke rumah sakit.

Konsep Dasar Konsep dasar dari pemberian jaminan biaya rujukan persalinan ibu hamil resiko tinggi dari keluarga miskin adalah bahwa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan bahwa setiap komplikasi persalinan dapat ditangani secara profesional sesuai standar yang berlaku pada fasilitas kesehatan. Dalam kerangka tersebut, harus dilakukan berbagai upaya untuk memastikan setiap ibu hamil bisa mengakses pelayanan kesehatan dan terlebih bagi yang membutuhkan rujukan. Pemberian jaminan rujukan ini merupakan pelengkap dari program Jampersal, Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah), dan PKH (Program Keluarga Harapan), yang semuanya bertujuan menyediakan bantuan pembiayaan kesehatan untuk meringankan beban finansial keluarga miskin. Karena merupakan pelengkap, maka perlu dipastikan bahwa komponen yang dibiayai dalam jaminan rujukan persalinan ini tidak tumpang tindih dengan program jaminan kesehatan lainnya.

Page 16: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Langkah-Langkah Pelaksanaan

Membentuk Regulasi Daerah

Regulasi daerah sebagai dasar hukum bagi P e m e r i n t a h D a e r a h d a l a m m e m b e r i k a n perlindungan kepada ibu hamil dan keluarganya untuk mendapatkan pelayanan selama proses persalinan berlangsung di fasilitas kesehatan, termasuk jaminan pembebasan biaya yang menjadi tanggungan Pemerintah Daerah. Pemerintah Kabupaten Buton Utara telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Sistem dan Mekanisme Pemberian Biaya Rujukan Bagi Ibu Hamil, Ibu Melahirkan, Ibu Nifas dengan Resiko Tinggi dari Keluarga Miskin. Dalam pembentukan peraturan tersebut, diatur ruang lingkup yang terkait dengan: 1) ketersediaan anggaran untuk jaminan rujukan persalinan ibu hamil resiko tinggi dari keluarga miskin; 2) langkah-langkah pelaksanaan dan mekanisme pemberian jaminan rujukan persalinan; 3) hak-hak ibu hamil dan ibu bersalin yang harus dipenuhi oleh pemberi layanan selama dalam proses persalinan di fasilitas kesehatan rujukan; dan 4) kewajiban administratif b a g i i b u h a m i l d a n k e l u a r g a ny a s e b a g a i pertanggungjawaban Pemerintah Daerah atas beban biaya yang dikeluarkan dari kas daerah.

Membuat mekanisme pengelolaan jaminan rujukan persalinan

Tidak hanya pembentukan regulasi daerah, dalam tahap perencanaan ini, Pemerintah Daerah

perlu membuat mekanisme pengelolaan jaminan rujukan persalinan. Mekanisme tersebut dapat dilakukan seperti pada contoh berikut:

Melakukan pendataan ibu hamil

Pendataan dilakukan oleh bidan bersama kader kesehatan untuk mendapatkan informasi kondisi ibu hamil di masing-masing wilayah kerja Puskesmas. Pendataan dilakukan secara reguler setiap bulan. Dalam setiap pendataan dilakukan pencatatan dan analisa atas kondisi ibu hamil dalam periode tersebut untuk melihat perkembangannya pada periode-periode selanjutnya. Informasi yang dibutuhkan dan jadi perhatian dalam pendataan tersebut adalah sebagai berikut: jumlah seluruh ibu hamil, jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi, waktu perkiraan kelahiran masing-masing ibu hamil, kondisi sosial ekonomi keluarga ibu hamil resiko tinggi, dan akses terhadap fasilitas kesehatan.

Merencanakan kebutuhan pembiayaan

Dari data-data yang sudah dikumpulkan, P u s ke s m a s m e m b u at re n c a n a ke b u t u h a n pembiayaan dalam rangka pemberian jaminan rujukan persalinan. Langkah pertama adalah dengan menetapkan jumlah ibu hamil yang berhak enerima biaya mrujukan persalinan berdasarkan kriteria sebagai berikut: jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi, kondisi ekonomi keluargasosial ibu hamil resiko tinggi, dan akses terhadap fasilitas kesehatan.

Langkah kedua adalah melakukan perhitungan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pemberian jaminan biaya rujukan persalinan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah: Kondisi wilayah tempat tinggal calon penerima

jaminan, termasuk jarak tempuh dari tempat tinggal me uju fasilitas kesehatan dan sarana ntransportasi apa saja yang tersedia. Informasi ini diperlukan untuk mene tukan standar biaya ntransportasi yang dibutuhkan.

Jumlah pendamping yang dibutuhkan selama proses rujukan dan perawatan di fasilitas kesehatan rujukan.

Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk merawat ibu bersalin di fasilitas kesehatan rujukan, hal ini berkaitan dengan biaya akomodasi dan juga biaya konsumsi selama proses perawatan.

Hasil perencanaan kebutuhan pembiayaan jaminan rujukan persalinan dari setiap Puskesmas kemudian dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan menghimpun data dari s e m u a w i l ay a h u n t u k m e m b u a t r e n c a n a anggarannya.

Mempersiapkan ibu hamil dan keluarganya

Berdasarkan hasil pendataan dan pemetaan, petugas sudah harus proaktif melakukan kesehatan sosialisasi dan komunikasi dengan ibu hamil resiko tinggi tentang proses persalinannya kelak. Bidan yang sudah bermitra dengan dukun bayi dan kader Pos sudah melakukan interaksi yandu sejak awal dengan ibu hamil melakukan konselin untuk g dan pemeriksaan kehamilan, termasuk persiapan fisik dan mental ibu. Penguatan kepada ibu hamil diperlukan karena masih ada kemungkinan ibu hamil atau keluarganya berubah pikiran walaupun sudah ada jaminan pembiayaan. Pendekatan khusus perlu dilakukan kepada suami atau pasangan ibu hamil yang dalam banyak budaya adalah pengambil keputusan yang menentukan dimana persalinan akan dilakuka . nBidan perlu menjelaskan tentang status kehamilan ibu dan meyakinkan suami tentang resiko yang nyadihadapi ibu dan bayi apabila persalinan tidak ditangani oleh petugas kesehatan terlatih. Pemberdayaan kepada ibu hamil dan keluarganya dalam mempersiapkan persalinan juga perlu dilakukan, misalnya dengan mempersiapkan tabungan ibu bersalin yang dapat dipergunakan untuk membiayai berbagai keperluan ibu dan bayi sesudah persalinan yang tidak ditanggung oleh Pemerintah Daerah.

Mempersiapkan administrasi pemberian jaminan rujukan persalinan

Administrasi yang dipersiapkan adalah prasyarat yang harus dipenuhi untuk pertanggung-jawaban petugas kesehatan atas keluarnya uang dari kas daerah untuk membiayai pemberian jaminan biaya rujukan persalinan . fAdministrasi tersebut terdiri dari: oto kopi KTP dan artu eluarga; urat eterangan eluarga k k s k kmiskin yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah dan atau artu Jamkesmas; k surat rujukan dari Puskesmas atau RSUD surat penerimaan rujukan ;dari Rumah Sakit tempat pasien rujukan dirawat; mengisi dan menandatangani formulir penerima pembiayaan yang diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas daftar rincian pengeluaran ; disertai bukti-bukti pengeluaran sesuai format yang disediakan oleh Dinas Kesehatan. Pembayaran dilakukan oleh Dinas Kesehatan setelah keluarga pasien memenuhi berbagai persyaratan administrasi Persyaratan tersebut .merupakan bahan pertanggungjawaban petugas kesehatan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah.

Mendorong peran serta aktif masyarakat desa

Kemitraan dengan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan program ini. Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam mendukung persalinan yang aman bagi setiap ibu hamil adalah dengan mengaktifkan P4K (Program Pe re n ca n a a n Pe rsa l i n a n d a n Pe n ce ga h a n Komplikasi). P4K di masyarakat antara lain berupa Dana Sosial Ibu Bersalin (Dasolin), penyediaan ambulan desa, kelompok kerja golongan darah apabila diperlukan oleh ibu yang akan melahirkan. I n o v a s i t e r s e b u t s a n g a t m e n d u k u n g pengambilan keputusan keluarga untuk membawa ibu hamil yang dirujuk untuk pergi ke rumah sakit. Inovasi ini berkontribusi besar dalam menekan angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten Buton Utara. Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya kematian ibu dan bayi sepanjang tahun 2013 di Kabupaten Buton Utara. Untuk mengintegrasikan inovasi tersebut dalam kebijakan dan program rutin pemerintah d a e r a h , B u p a t i K a b u p a t e n B u t o n U t a r a menerbitkan peraturan terkait dan DPRD telah m e n g e s a h k a n A P B D t a h u n 2 0 1 4 u n t u k mengalokasikan dana tersebut sebesar 90 juta.

INFORMASI LEBIH LANJUT

informasi lebih lanjut tentang inovasi ini dapat menghubungi Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara, Kompleks Perkantoran Bumi Sara Ea Buranga, Kalisusu - Sulawesi Tenggara.

Puskesmas Dinas Kesehatan

Pendataah Bumil

Pemetaan Kondisi Bumil

Membuat Rencana Pembiayaan

Mempersiapkan administrasi

Menyiapkan rujukan persalinan

MengalokasikanAnggaran

MelakukanPembayaran

MONITORING DAN EVALUASI

Kader Kesehatan/Bidan Desa

13 14BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November106 No. Oktober - November 2014 106

Sumber foto BASICS/Yusuf Ahmad

Page 17: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Langkah-Langkah Pelaksanaan

Membentuk Regulasi Daerah

Regulasi daerah sebagai dasar hukum bagi P e m e r i n t a h D a e r a h d a l a m m e m b e r i k a n perlindungan kepada ibu hamil dan keluarganya untuk mendapatkan pelayanan selama proses persalinan berlangsung di fasilitas kesehatan, termasuk jaminan pembebasan biaya yang menjadi tanggungan Pemerintah Daerah. Pemerintah Kabupaten Buton Utara telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Sistem dan Mekanisme Pemberian Biaya Rujukan Bagi Ibu Hamil, Ibu Melahirkan, Ibu Nifas dengan Resiko Tinggi dari Keluarga Miskin. Dalam pembentukan peraturan tersebut, diatur ruang lingkup yang terkait dengan: 1) ketersediaan anggaran untuk jaminan rujukan persalinan ibu hamil resiko tinggi dari keluarga miskin; 2) langkah-langkah pelaksanaan dan mekanisme pemberian jaminan rujukan persalinan; 3) hak-hak ibu hamil dan ibu bersalin yang harus dipenuhi oleh pemberi layanan selama dalam proses persalinan di fasilitas kesehatan rujukan; dan 4) kewajiban administratif b a g i i b u h a m i l d a n k e l u a r g a ny a s e b a g a i pertanggungjawaban Pemerintah Daerah atas beban biaya yang dikeluarkan dari kas daerah.

Membuat mekanisme pengelolaan jaminan rujukan persalinan

Tidak hanya pembentukan regulasi daerah, dalam tahap perencanaan ini, Pemerintah Daerah

perlu membuat mekanisme pengelolaan jaminan rujukan persalinan. Mekanisme tersebut dapat dilakukan seperti pada contoh berikut:

Melakukan pendataan ibu hamil

Pendataan dilakukan oleh bidan bersama kader kesehatan untuk mendapatkan informasi kondisi ibu hamil di masing-masing wilayah kerja Puskesmas. Pendataan dilakukan secara reguler setiap bulan. Dalam setiap pendataan dilakukan pencatatan dan analisa atas kondisi ibu hamil dalam periode tersebut untuk melihat perkembangannya pada periode-periode selanjutnya. Informasi yang dibutuhkan dan jadi perhatian dalam pendataan tersebut adalah sebagai berikut: jumlah seluruh ibu hamil, jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi, waktu perkiraan kelahiran masing-masing ibu hamil, kondisi sosial ekonomi keluarga ibu hamil resiko tinggi, dan akses terhadap fasilitas kesehatan.

Merencanakan kebutuhan pembiayaan

Dari data-data yang sudah dikumpulkan, P u s ke s m a s m e m b u at re n c a n a ke b u t u h a n pembiayaan dalam rangka pemberian jaminan rujukan persalinan. Langkah pertama adalah dengan menetapkan jumlah ibu hamil yang berhak enerima biaya mrujukan persalinan berdasarkan kriteria sebagai berikut: jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi, kondisi ekonomi keluargasosial ibu hamil resiko tinggi, dan akses terhadap fasilitas kesehatan.

Langkah kedua adalah melakukan perhitungan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pemberian jaminan biaya rujukan persalinan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah: Kondisi wilayah tempat tinggal calon penerima

jaminan, termasuk jarak tempuh dari tempat tinggal me uju fasilitas kesehatan dan sarana ntransportasi apa saja yang tersedia. Informasi ini diperlukan untuk mene tukan standar biaya ntransportasi yang dibutuhkan.

Jumlah pendamping yang dibutuhkan selama proses rujukan dan perawatan di fasilitas kesehatan rujukan.

Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk merawat ibu bersalin di fasilitas kesehatan rujukan, hal ini berkaitan dengan biaya akomodasi dan juga biaya konsumsi selama proses perawatan.

Hasil perencanaan kebutuhan pembiayaan jaminan rujukan persalinan dari setiap Puskesmas kemudian dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan menghimpun data dari s e m u a w i l ay a h u n t u k m e m b u a t r e n c a n a anggarannya.

Mempersiapkan ibu hamil dan keluarganya

Berdasarkan hasil pendataan dan pemetaan, petugas sudah harus proaktif melakukan kesehatan sosialisasi dan komunikasi dengan ibu hamil resiko tinggi tentang proses persalinannya kelak. Bidan yang sudah bermitra dengan dukun bayi dan kader Pos sudah melakukan interaksi yandu sejak awal dengan ibu hamil melakukan konselin untuk g dan pemeriksaan kehamilan, termasuk persiapan fisik dan mental ibu. Penguatan kepada ibu hamil diperlukan karena masih ada kemungkinan ibu hamil atau keluarganya berubah pikiran walaupun sudah ada jaminan pembiayaan. Pendekatan khusus perlu dilakukan kepada suami atau pasangan ibu hamil yang dalam banyak budaya adalah pengambil keputusan yang menentukan dimana persalinan akan dilakuka . nBidan perlu menjelaskan tentang status kehamilan ibu dan meyakinkan suami tentang resiko yang nyadihadapi ibu dan bayi apabila persalinan tidak ditangani oleh petugas kesehatan terlatih. Pemberdayaan kepada ibu hamil dan keluarganya dalam mempersiapkan persalinan juga perlu dilakukan, misalnya dengan mempersiapkan tabungan ibu bersalin yang dapat dipergunakan untuk membiayai berbagai keperluan ibu dan bayi sesudah persalinan yang tidak ditanggung oleh Pemerintah Daerah.

Mempersiapkan administrasi pemberian jaminan rujukan persalinan

Administrasi yang dipersiapkan adalah prasyarat yang harus dipenuhi untuk pertanggung-jawaban petugas kesehatan atas keluarnya uang dari kas daerah untuk membiayai pemberian jaminan biaya rujukan persalinan . fAdministrasi tersebut terdiri dari: oto kopi KTP dan artu eluarga; urat eterangan eluarga k k s k kmiskin yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah dan atau artu Jamkesmas; k surat rujukan dari Puskesmas atau RSUD surat penerimaan rujukan ;dari Rumah Sakit tempat pasien rujukan dirawat; mengisi dan menandatangani formulir penerima pembiayaan yang diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas daftar rincian pengeluaran ; disertai bukti-bukti pengeluaran sesuai format yang disediakan oleh Dinas Kesehatan. Pembayaran dilakukan oleh Dinas Kesehatan setelah keluarga pasien memenuhi berbagai persyaratan administrasi Persyaratan tersebut .merupakan bahan pertanggungjawaban petugas kesehatan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah.

Mendorong peran serta aktif masyarakat desa

Kemitraan dengan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan program ini. Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam mendukung persalinan yang aman bagi setiap ibu hamil adalah dengan mengaktifkan P4K (Program Pe re n ca n a a n Pe rsa l i n a n d a n Pe n ce ga h a n Komplikasi). P4K di masyarakat antara lain berupa Dana Sosial Ibu Bersalin (Dasolin), penyediaan ambulan desa, kelompok kerja golongan darah apabila diperlukan oleh ibu yang akan melahirkan. I n o v a s i t e r s e b u t s a n g a t m e n d u k u n g pengambilan keputusan keluarga untuk membawa ibu hamil yang dirujuk untuk pergi ke rumah sakit. Inovasi ini berkontribusi besar dalam menekan angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten Buton Utara. Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya kematian ibu dan bayi sepanjang tahun 2013 di Kabupaten Buton Utara. Untuk mengintegrasikan inovasi tersebut dalam kebijakan dan program rutin pemerintah d a e r a h , B u p a t i K a b u p a t e n B u t o n U t a r a menerbitkan peraturan terkait dan DPRD telah m e n g e s a h k a n A P B D t a h u n 2 0 1 4 u n t u k mengalokasikan dana tersebut sebesar 90 juta.

INFORMASI LEBIH LANJUT

informasi lebih lanjut tentang inovasi ini dapat menghubungi Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara, Kompleks Perkantoran Bumi Sara Ea Buranga, Kalisusu - Sulawesi Tenggara.

Puskesmas Dinas Kesehatan

Pendataah Bumil

Pemetaan Kondisi Bumil

Membuat Rencana Pembiayaan

Mempersiapkan administrasi

Menyiapkan rujukan persalinan

MengalokasikanAnggaran

MelakukanPembayaran

MONITORING DAN EVALUASI

Kader Kesehatan/Bidan Desa

13 14BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November106 No. Oktober - November 2014 106

Sumber foto BASICS/Yusuf Ahmad

Page 18: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

ada April 2013 dilaporkan 95 masyarakat asli PPapua meninggal dunia akibat kelaparan di Kecamatan Kwoor, Kabuapten Tambrauw,

Papua Barat. Sebanyak 533 orang lainnya dalam kondisi gawat dan dirawat di Rumah Sakit. Banyak orang telah meninggal sejak Desember 2012 dan banyak korban terkonsentrasi di desa-desa terpencil Tambraw seperti Baddei (atau Bakdei), Jokbi Joker (atau Jokjoker), dan Kasyef. Tambraw terletak di pesisir Utara daerah Kepala Burung. Laporan tentang kelaparan ini sangat ironis karena Tambrauw terletak tepat di daerah dengan sumberdaya perikanan terkaya di dunia. Walaupun sebagian besar populasi

Cerita Kelaparan di Papua

Tambrauw terkonsentrasi pada dan hidup dari laut, desa-desa yang dilaporkan terpapar bencana kelaparan berada di belakang pantai, dengan jarak sekitar enam jam sampai tiga hari berjalan kaki dari Kampung Kwoor. Cerita ini lalu beresonansi: it was indicative of the Indonesian government's callousness toward the indigenous citizens of its easternmost and most under-developed periphery. Dan bagi banyak orang, ini menjadi bukti untuk mendukung bahwa genosida sedang terjadi di Tanah Papua. Cerita tentang bencana kelaparan menambah kekuatiran saat ada berita bahwa dua aktivis Papua, yohanis Mambrasar dan ayahnya, Hans, ditahan di kota Tambrauw, Sausapor, karena mengumpulkan jenazah dari warga desa di sana, yang tampaknya tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Komisi Hak Azasi Manusia melaporkan bahwa kedua orang tersebut diinterogasi selama berjam-jam tentang aktivitas separatis di daerah tersebut dan kondisi genting dikeluarkan oleh AHRC. Hal implisit dari berita ditahannya dua orang ini ada dua: bahwa kelaparan telah semakin menyebar dari laporan pertama, dan bahwa pemerintah setempat berupaya menutup-nutupinya. Setelah beberapa minggu perhatian ditujukan pada kelaparan oleh beberapa media, cerita ini kemudian menghilang dari perederan-satu contoh lagi dari kekerasan struktural yang ditujukan bagi masyarakat Papua oleh negara, sementara para aktivis pemberani berupaya membuka tabir kejahatan menghilang akibat ditahan polisi. Insiden ini bahkan menjadi lebih penting karena bencana kelaparan yang dimaksudkan sebenarnya tidak terjadi.

Asal mula cerita Cerita bencana kelaparan di Kwoor pertama kali dipublikasikan di Suara Papua, sebuah provider berita online. Berita tersebut ditulis Oktovianus Pogau dan sumbernya terkait dengan koalisi terbesar Indonesia untuk masyarakat asli, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Cerita ini dipilih begitu saja dan didiseminasikan oleh para aktivis termasuk dari Australia West Papua Association, Free West Papua Campaign, West Papua Media, ETAN, dan kelompok-kelompok lainnya, dan segera menjadi perhatian dan diliput oleh Suara Pembaruan, Radio New Zealand International, Scoop, Jakarta Post, the Jakarta Globe, Kompas, Waspada dan media Indonesia lainnya. Saat cerita kelaparan ini pertama kali dilaporkan, cerita ini tampaknya cukup masuk akal. Keamanan

In early April of 2013 it was reported that at least 95 indigenous Papuans had died of starvation in Kwoor sub-district, Tambrauw District, Papua Barat (West Papua). Another 553 were said to be seriously ill and at risk of imminent death. The deaths had begun in December of 2012 and most of the victims were concentrated in Tambrauw’s remote villages of Baddei (alt: Bakdei), Jokbi Joker (alt: Jokjoker) and Kasyefo. Tambrauw lies on the northern coast of the Kepala Burung or Bird’s Head peninsula. This starvation report was particularly ironic in that Tambrauw is located next to some of the richest fisheries in the world. Although much of Tambrauw’s population is concentrated on, and makes their living from, the sea, the starvation-affected villages are all inland, with the closest a six-hour walk from Kampung Kwoor, and the furthest a three-day walk. This story resonated: it was indicative of the Indonesian government’s callousness toward the indigenous citizens of its easternmost and most under-developed periphery. And for many it was more evidence to support allegations that genocide is occurring in Tanah Papua. The story grew more worrisome with news that two Papuan activists, Yohanis Mambrasar and his father, Hans, were arrested in the Tambrauw capital, Sausapor, for compiling a dossier of local deaths, apparently due to lack of medical care. The Asian Human Rights Commission reported that the two were interrogated for hours about separatist activities in the area and an urgent appeal was issued by AHRC on their behalf. Implicit in the news of this arrest were two things: that the starvation must be much more widespread than initially reported, and that the authorities were attempting a cover-up. After a few weeks of attention to this starvation in select media outlets and independence listservs, the story faded from the news - yet another example of structural violence perpetuated against Papuans by the state, while brave activists trying to uncover such crimes disappear into police custody. This incident is even more important because the alleged starvation didn’t actually happen.Origins of the story The story of starvation in Kwoor was first published in Suara Papua, a purported online news service provider. It was authored by Oktovianus Pogau and the source was

A story of mass starvationin Papua

Oleh Bobby Anderson

Insiden ini bahkan menjadi lebih penting karena bencana kelaparan yang dimaksudkan sebenarnya tidak terjadi.

15 16BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Okt ober - November 2014 106

Ilustrasi Ichsan Djunaed

PART I

BAGIAN I

Page 19: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

ada April 2013 dilaporkan 95 masyarakat asli PPapua meninggal dunia akibat kelaparan di Kecamatan Kwoor, Kabuapten Tambrauw,

Papua Barat. Sebanyak 533 orang lainnya dalam kondisi gawat dan dirawat di Rumah Sakit. Banyak orang telah meninggal sejak Desember 2012 dan banyak korban terkonsentrasi di desa-desa terpencil Tambraw seperti Baddei (atau Bakdei), Jokbi Joker (atau Jokjoker), dan Kasyef. Tambraw terletak di pesisir Utara daerah Kepala Burung. Laporan tentang kelaparan ini sangat ironis karena Tambrauw terletak tepat di daerah dengan sumberdaya perikanan terkaya di dunia. Walaupun sebagian besar populasi

Cerita Kelaparan di Papua

Tambrauw terkonsentrasi pada dan hidup dari laut, desa-desa yang dilaporkan terpapar bencana kelaparan berada di belakang pantai, dengan jarak sekitar enam jam sampai tiga hari berjalan kaki dari Kampung Kwoor. Cerita ini lalu beresonansi: it was indicative of the Indonesian government's callousness toward the indigenous citizens of its easternmost and most under-developed periphery. Dan bagi banyak orang, ini menjadi bukti untuk mendukung bahwa genosida sedang terjadi di Tanah Papua. Cerita tentang bencana kelaparan menambah kekuatiran saat ada berita bahwa dua aktivis Papua, yohanis Mambrasar dan ayahnya, Hans, ditahan di kota Tambrauw, Sausapor, karena mengumpulkan jenazah dari warga desa di sana, yang tampaknya tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Komisi Hak Azasi Manusia melaporkan bahwa kedua orang tersebut diinterogasi selama berjam-jam tentang aktivitas separatis di daerah tersebut dan kondisi genting dikeluarkan oleh AHRC. Hal implisit dari berita ditahannya dua orang ini ada dua: bahwa kelaparan telah semakin menyebar dari laporan pertama, dan bahwa pemerintah setempat berupaya menutup-nutupinya. Setelah beberapa minggu perhatian ditujukan pada kelaparan oleh beberapa media, cerita ini kemudian menghilang dari perederan-satu contoh lagi dari kekerasan struktural yang ditujukan bagi masyarakat Papua oleh negara, sementara para aktivis pemberani berupaya membuka tabir kejahatan menghilang akibat ditahan polisi. Insiden ini bahkan menjadi lebih penting karena bencana kelaparan yang dimaksudkan sebenarnya tidak terjadi.

Asal mula cerita Cerita bencana kelaparan di Kwoor pertama kali dipublikasikan di Suara Papua, sebuah provider berita online. Berita tersebut ditulis Oktovianus Pogau dan sumbernya terkait dengan koalisi terbesar Indonesia untuk masyarakat asli, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Cerita ini dipilih begitu saja dan didiseminasikan oleh para aktivis termasuk dari Australia West Papua Association, Free West Papua Campaign, West Papua Media, ETAN, dan kelompok-kelompok lainnya, dan segera menjadi perhatian dan diliput oleh Suara Pembaruan, Radio New Zealand International, Scoop, Jakarta Post, the Jakarta Globe, Kompas, Waspada dan media Indonesia lainnya. Saat cerita kelaparan ini pertama kali dilaporkan, cerita ini tampaknya cukup masuk akal. Keamanan

In early April of 2013 it was reported that at least 95 indigenous Papuans had died of starvation in Kwoor sub-district, Tambrauw District, Papua Barat (West Papua). Another 553 were said to be seriously ill and at risk of imminent death. The deaths had begun in December of 2012 and most of the victims were concentrated in Tambrauw’s remote villages of Baddei (alt: Bakdei), Jokbi Joker (alt: Jokjoker) and Kasyefo. Tambrauw lies on the northern coast of the Kepala Burung or Bird’s Head peninsula. This starvation report was particularly ironic in that Tambrauw is located next to some of the richest fisheries in the world. Although much of Tambrauw’s population is concentrated on, and makes their living from, the sea, the starvation-affected villages are all inland, with the closest a six-hour walk from Kampung Kwoor, and the furthest a three-day walk. This story resonated: it was indicative of the Indonesian government’s callousness toward the indigenous citizens of its easternmost and most under-developed periphery. And for many it was more evidence to support allegations that genocide is occurring in Tanah Papua. The story grew more worrisome with news that two Papuan activists, Yohanis Mambrasar and his father, Hans, were arrested in the Tambrauw capital, Sausapor, for compiling a dossier of local deaths, apparently due to lack of medical care. The Asian Human Rights Commission reported that the two were interrogated for hours about separatist activities in the area and an urgent appeal was issued by AHRC on their behalf. Implicit in the news of this arrest were two things: that the starvation must be much more widespread than initially reported, and that the authorities were attempting a cover-up. After a few weeks of attention to this starvation in select media outlets and independence listservs, the story faded from the news - yet another example of structural violence perpetuated against Papuans by the state, while brave activists trying to uncover such crimes disappear into police custody. This incident is even more important because the alleged starvation didn’t actually happen.Origins of the story The story of starvation in Kwoor was first published in Suara Papua, a purported online news service provider. It was authored by Oktovianus Pogau and the source was

A story of mass starvationin Papua

Oleh Bobby Anderson

Insiden ini bahkan menjadi lebih penting karena bencana kelaparan yang dimaksudkan sebenarnya tidak terjadi.

15 16BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Okt ober - November 2014 106

Ilustrasi Ichsan Djunaed

PART I

BAGIAN I

Page 20: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

pangan adalah salah satu isu di Papua dan pernah terjadi situasi darurat yang signifikan, terutama di dataran tinggi, mulai dari pertengahan 1990 hingga 2005 yang membutuhkan perhatian dari luar. Di daerah dataran tinggi yang lebih terpencil dimana saya pernah berkunjung, saya terus melihat tanda-tanda anak yang kurang gizi dan pertumbuhan terhambat. Hal yang tidak biasa tentang Tambrauw adalah bahwa ini adalah daerah pesisir, dan daerah yang tergolong terpencil, walaupun sulit diakses, tetap dapat dijangkau dengan berjalan kaki dalam hitungan hari. Bagaimana, kemudian, orang-orang bisa mati kelaparan di sana? Pada April 2013, di hari yang sama dimana seorang teman dengan koneksi ke aktivits kemerdekaan di Selandia Baru mengingatkan sayat tentang cerita ini-saya menghubungi dua lembaga s u k a r e l a w a n b i d a n g pendidikan dan kesehatan y a n g b e r b a s i s d i S o r o n g . Kedua lembaga ini memiliki beberapa program dan staf di Tambrauw. Saya telah bekerja dengan lembaga-lembaga ini d a l a m b e b e ra p a p ro y e k layanan di tahun 2012, dan

attributed to Indonesia’s foremost coalition of ‘indigenous’ peoples, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). The story was duly picked up and disseminated by activists i n cl u d i n g t h e Au st ra l i a West Pa p u a Association, the Free West Papua Campaign, West Papua Media, ETAN, and other groups, and soon it received coverage in Suara P e m b a r u a n , R a d i o N e w Z e a l a n d International,Scoop, Jakarta Post, The Jakarta Globe, Kompas, Waspada and other Indonesian media. When this starvation story was first reported, it appeared to be quite plausible. Food security is an issue in Papua and there were significant emergencies, mostly in highland areas, from the mid-1990s up until around 2005 that necessitated outside responses. In the more remote highlands where I travel, I continue to see evidence of childhood malnutrition and stunted growth. What was so unusual about Tambrauw was that it is on the coast, and that the remote inland areas, while difficult to access, are walkable within a matter of days. How, then, could people starve to death there? In April 2013-on the same day that a f r i e n d w i t h c o n n e c t i o n s t o fo re i g n independence activists in New Zealand alerted me to the story-I contacted two S o ro n g - b a s e d v o l u n t e e r h e a l t h a n d

education foundations with programs and staff i n Ta m b ra u w. I h a d w o r k e d w i t h t h e s e foundations on service

projects in 2012, and I knew them to be passionate advocates of Papuan

rights. These are groups that are attempting to provide health services where the government does not. Neither of these foundations or their staff was aware of any starvation in Kwoor, and this includes workers based in the villages named in the initial article in Suara Papua. In the meantime, the Indonesian government was issuing denials which were hardly taken seriously: when the government first responded to the story, it could only say that it was not aware of the cases and would follow them up. S u c h a s t a t e m e n t i s a n i m p l i c i t acknowledgement that there is no government representation in the areas concerned. Such a neglectful answer was taken as evidence that something terrible must have been occurring. Over the next week, the staff of these two foundations searched for purported starvation deaths-not just in Jokbi Joker, Baddei and Kasyefo, but also in Syubi, and a day’s walk from there, in Kweserer and Kwekrisnos, the apparent epicentre of starvation’s victims, but they did not find a single starvation casualty. And they were diligent, not just cynically investigating the veracity of a claim. Rather, they were chasing down an alleged crisis in order to respond to it, as they would in any other humanitarian crisis. One of those involved in the search was an expatriate doctor, a fluent Abun speaker, who has lived and worked for 14 years in Tambrauw’s Kwoor/Abun language areas. These workers found only a few fever-related deaths in Jokbi Joker, a six-hour walk from Kampung Kwoor and the coast. The workers were flummoxed, especially over how the number of 95 dead and 553 at-risk-of dying was calculated. Fever-related deaths in Jokbi Joker occur regularly. But was 95 the total number of deaths from fever over the last three or so years? They didn’t know. They still don’t. I wanted to know how such a story could start and how it could simply end without closure or follow-up among both journalists and activists. If health workers rapidly concluded that the story was a fraud, why couldn’t the people who had disseminated the story in the first place?

saya mengetahui bagaimana mereka sangat berhasrat untuk mengadvokasi hak-hak rakyat Papua. Ini adalah kelompok yang berupaya menyediakan layanan kesehatan di tempat di mana layanan yang sama tidak disediakan oleh Pemerintah. Tidak satupun dari kedua lembaga ini maupun stafnya yang mengetahui adanya bencana kelaparan di Kwoor, dan ini termasuk para staf mereka yang berdomisili di desa-desa yang disebutkan dalam artikel di Suara Papua. Sementara itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan penolakan yang tidak dianggap serius ketika pemerintah pertama kali merespon cerita tersebut, hanya dikatakan bahwa mereka baru m e n g e t a h u i k a s u s t e r s e b u t d a n a k a n menindaklanjutinya. Pernyataan tersebut secara implisit menunjukkan bahwa tidak ada perwakilan pemerintah di daerah tersebut yang peduli. Jawaban yang berkesan tidak peduli ini dianggap sebagai bukti bahwa sesuatu yang buruk pasti tengah terjadi. Dalam beberapa minggu berikutnya, staf dari kedua lembaga ini mencari tau mengenai kematian yang diakibatkan kelaparan tersebut-tidak hanya di Jokbi Joker, Baddei, dan Kasyefo, tapi juga di Syubi, dan satu hari perjalanan dari sana, di Kweserer dan Kwekrisnos, di daerah yang katanya menjadi pusat kelaparan dengan korban terbanyak, namun mereka tidak menemukan satu pun kejadian kelaparan di sana. Dan mereka sangat tekun mencari, tidak hanya sekedar dengan sinis menginvestigasi kebenaran klaim tersebut. Sebaliknya, mereka mengejar dugaan krisis untuk memberi respon, hal yang sama juga mereka lakukan di saat ada krisis kemanusiaan lainnya. Salah seorang dari beberapa yang terlibat dalam pencarian tersebut adalah dokter ekspatriat, beliau bisa berbahasa Abun dengan lancer, dan telah hidup dan bekerja selama 14 tahun di Kwoor, Tambrauw-sebuah daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa Abun. Mereka mendapati hanya sedikit jumlah kematian yang disebabkan demam di Jokbi Joker, sebuah kampung yang berjarak enam jam perjalanan dari Kampung Kwoor dan pesisir pantai. Mereka merasa bingung, bagaimana bisa terhitung ada 95 orang meninggal dan 553 dalam keadaan gawat. Kematian yang diakibatkan kondisi demam di Jokbi Joker kerap terjadi. Namun apakah jumlah 95 orang meninggal dari demam tersbut terjadi dalam tiga tahun lebih? Mereka tidak tahu. Mereka masih belum tahu. Saya ingin mengetahui bagaimana sebuah cerita dapat bermula dan bagaimana cerita itu berakhir begitu saja tanpa liputan atau tindak lanjut baik dari para jurnalis maupun aktivis. Jika para pekerja kesehatan dengan cepat menyimpulkan bahwa cerita tersebut b o h o n g b e l a k a , m e n ga p a o ra n g - o ra n g ya n g menyebarkan cerita itu tidak segera berhenti sejak awal?

Dalam beberapa minggu berikutnya, staff dari kedua lembaga ini mencari tau mengenai kematian yang diakibatkan kelaparan tersebut- tidak hanya di Jokbi Joker, Baddei, dan Kasyefo, tapi juga di Syubi, dan satu hari perjalanan dari sana, di Kweserer dan Kwekrisnos, di daerah yang katanya menjadi pusat kelaparan dengan korban terbanyak, namun mreka tidak menemukan satu pun kejadian kelaparan di sana.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis bekerja pada beberapa program kesehatan, pendidikan, dan tata pemerintahan di kawasan timur Indonesia, khususnya di Papua dan Papua Barat. Artikel ini juga dapat dibaca di : http://independent.academia.edu/BobbyAnderson

17 18BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Bersambung

to be continued

Page 21: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

pangan adalah salah satu isu di Papua dan pernah terjadi situasi darurat yang signifikan, terutama di dataran tinggi, mulai dari pertengahan 1990 hingga 2005 yang membutuhkan perhatian dari luar. Di daerah dataran tinggi yang lebih terpencil dimana saya pernah berkunjung, saya terus melihat tanda-tanda anak yang kurang gizi dan pertumbuhan terhambat. Hal yang tidak biasa tentang Tambrauw adalah bahwa ini adalah daerah pesisir, dan daerah yang tergolong terpencil, walaupun sulit diakses, tetap dapat dijangkau dengan berjalan kaki dalam hitungan hari. Bagaimana, kemudian, orang-orang bisa mati kelaparan di sana? Pada April 2013, di hari yang sama dimana seorang teman dengan koneksi ke aktivits kemerdekaan di Selandia Baru mengingatkan sayat tentang cerita ini-saya menghubungi dua lembaga s u k a r e l a w a n b i d a n g pendidikan dan kesehatan y a n g b e r b a s i s d i S o r o n g . Kedua lembaga ini memiliki beberapa program dan staf di Tambrauw. Saya telah bekerja dengan lembaga-lembaga ini d a l a m b e b e ra p a p ro y e k layanan di tahun 2012, dan

attributed to Indonesia’s foremost coalition of ‘indigenous’ peoples, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). The story was duly picked up and disseminated by activists i n cl u d i n g t h e Au st ra l i a West Pa p u a Association, the Free West Papua Campaign, West Papua Media, ETAN, and other groups, and soon it received coverage in Suara P e m b a r u a n , R a d i o N e w Z e a l a n d International,Scoop, Jakarta Post, The Jakarta Globe, Kompas, Waspada and other Indonesian media. When this starvation story was first reported, it appeared to be quite plausible. Food security is an issue in Papua and there were significant emergencies, mostly in highland areas, from the mid-1990s up until around 2005 that necessitated outside responses. In the more remote highlands where I travel, I continue to see evidence of childhood malnutrition and stunted growth. What was so unusual about Tambrauw was that it is on the coast, and that the remote inland areas, while difficult to access, are walkable within a matter of days. How, then, could people starve to death there? In April 2013-on the same day that a f r i e n d w i t h c o n n e c t i o n s t o fo re i g n independence activists in New Zealand alerted me to the story-I contacted two S o ro n g - b a s e d v o l u n t e e r h e a l t h a n d

education foundations with programs and staff i n Ta m b ra u w. I h a d w o r k e d w i t h t h e s e foundations on service

projects in 2012, and I knew them to be passionate advocates of Papuan

rights. These are groups that are attempting to provide health services where the government does not. Neither of these foundations or their staff was aware of any starvation in Kwoor, and this includes workers based in the villages named in the initial article in Suara Papua. In the meantime, the Indonesian government was issuing denials which were hardly taken seriously: when the government first responded to the story, it could only say that it was not aware of the cases and would follow them up. S u c h a s t a t e m e n t i s a n i m p l i c i t acknowledgement that there is no government representation in the areas concerned. Such a neglectful answer was taken as evidence that something terrible must have been occurring. Over the next week, the staff of these two foundations searched for purported starvation deaths-not just in Jokbi Joker, Baddei and Kasyefo, but also in Syubi, and a day’s walk from there, in Kweserer and Kwekrisnos, the apparent epicentre of starvation’s victims, but they did not find a single starvation casualty. And they were diligent, not just cynically investigating the veracity of a claim. Rather, they were chasing down an alleged crisis in order to respond to it, as they would in any other humanitarian crisis. One of those involved in the search was an expatriate doctor, a fluent Abun speaker, who has lived and worked for 14 years in Tambrauw’s Kwoor/Abun language areas. These workers found only a few fever-related deaths in Jokbi Joker, a six-hour walk from Kampung Kwoor and the coast. The workers were flummoxed, especially over how the number of 95 dead and 553 at-risk-of dying was calculated. Fever-related deaths in Jokbi Joker occur regularly. But was 95 the total number of deaths from fever over the last three or so years? They didn’t know. They still don’t. I wanted to know how such a story could start and how it could simply end without closure or follow-up among both journalists and activists. If health workers rapidly concluded that the story was a fraud, why couldn’t the people who had disseminated the story in the first place?

saya mengetahui bagaimana mereka sangat berhasrat untuk mengadvokasi hak-hak rakyat Papua. Ini adalah kelompok yang berupaya menyediakan layanan kesehatan di tempat di mana layanan yang sama tidak disediakan oleh Pemerintah. Tidak satupun dari kedua lembaga ini maupun stafnya yang mengetahui adanya bencana kelaparan di Kwoor, dan ini termasuk para staf mereka yang berdomisili di desa-desa yang disebutkan dalam artikel di Suara Papua. Sementara itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan penolakan yang tidak dianggap serius ketika pemerintah pertama kali merespon cerita tersebut, hanya dikatakan bahwa mereka baru m e n g e t a h u i k a s u s t e r s e b u t d a n a k a n menindaklanjutinya. Pernyataan tersebut secara implisit menunjukkan bahwa tidak ada perwakilan pemerintah di daerah tersebut yang peduli. Jawaban yang berkesan tidak peduli ini dianggap sebagai bukti bahwa sesuatu yang buruk pasti tengah terjadi. Dalam beberapa minggu berikutnya, staf dari kedua lembaga ini mencari tau mengenai kematian yang diakibatkan kelaparan tersebut-tidak hanya di Jokbi Joker, Baddei, dan Kasyefo, tapi juga di Syubi, dan satu hari perjalanan dari sana, di Kweserer dan Kwekrisnos, di daerah yang katanya menjadi pusat kelaparan dengan korban terbanyak, namun mereka tidak menemukan satu pun kejadian kelaparan di sana. Dan mereka sangat tekun mencari, tidak hanya sekedar dengan sinis menginvestigasi kebenaran klaim tersebut. Sebaliknya, mereka mengejar dugaan krisis untuk memberi respon, hal yang sama juga mereka lakukan di saat ada krisis kemanusiaan lainnya. Salah seorang dari beberapa yang terlibat dalam pencarian tersebut adalah dokter ekspatriat, beliau bisa berbahasa Abun dengan lancer, dan telah hidup dan bekerja selama 14 tahun di Kwoor, Tambrauw-sebuah daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa Abun. Mereka mendapati hanya sedikit jumlah kematian yang disebabkan demam di Jokbi Joker, sebuah kampung yang berjarak enam jam perjalanan dari Kampung Kwoor dan pesisir pantai. Mereka merasa bingung, bagaimana bisa terhitung ada 95 orang meninggal dan 553 dalam keadaan gawat. Kematian yang diakibatkan kondisi demam di Jokbi Joker kerap terjadi. Namun apakah jumlah 95 orang meninggal dari demam tersbut terjadi dalam tiga tahun lebih? Mereka tidak tahu. Mereka masih belum tahu. Saya ingin mengetahui bagaimana sebuah cerita dapat bermula dan bagaimana cerita itu berakhir begitu saja tanpa liputan atau tindak lanjut baik dari para jurnalis maupun aktivis. Jika para pekerja kesehatan dengan cepat menyimpulkan bahwa cerita tersebut b o h o n g b e l a k a , m e n ga p a o ra n g - o ra n g ya n g menyebarkan cerita itu tidak segera berhenti sejak awal?

Dalam beberapa minggu berikutnya, staff dari kedua lembaga ini mencari tau mengenai kematian yang diakibatkan kelaparan tersebut- tidak hanya di Jokbi Joker, Baddei, dan Kasyefo, tapi juga di Syubi, dan satu hari perjalanan dari sana, di Kweserer dan Kwekrisnos, di daerah yang katanya menjadi pusat kelaparan dengan korban terbanyak, namun mreka tidak menemukan satu pun kejadian kelaparan di sana.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis bekerja pada beberapa program kesehatan, pendidikan, dan tata pemerintahan di kawasan timur Indonesia, khususnya di Papua dan Papua Barat. Artikel ini juga dapat dibaca di : http://independent.academia.edu/BobbyAnderson

17 18BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Bersambung

to be continued

Page 22: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

  Sistem demokrasi menghendaki pemilihan anggota parlemen (pusat dan daerah) yang akan mewakili pemilih dalam menjembatani kepentingan pemilih dengan eksekutif. Sebagai w a k i l r a k y a t , a n g g o t a p a r l e m e n (DPR/DPRD/DPD) dituntut untuk mengenali k o n s t i t u e n ( o r a n g y a n g m e m b e r i k a n otoritasnya kepada orang lain) yang diwakilinya. Sebaliknya konstituen bukan hanya perlu, tetapi harus tahu siapa yang mewakili dirinya di parlemen. Pemilih tidak hanya dituntut berpartisipasi untuk memilih wakilnya di parlemen, tetapi juga secara konsisten dan berkesinambungan membangun hubungan dengan wakilnya untuk m e n y a m p a i k a n k e b u t u h a n d a n kepentingannya. Hubungan anggota parlemen dengan rakyat yang diwakilinya dibangun untuk kepentingan bersama. Karena secara prinsip, pemilih memberi otoritasnya kepada yang dipilih untuk mewakilinya. P a d a k e n y a t a a n n y a , r a k y a t h a n y a dimobilisir untuk memberikan suara pada setiap pemilihan legislatif (pileg), dan itu menjadi rutinitas yang akan terulang setiap lima tahun. Pasca pileg rakyat tidak mempunyai

hubungan lagi dengan anggota parlemen yang mewakilinya. Ini terus berulang karena, kedua belah pihak, baik anggota parlemen maupun terutama konstituen tidak mempermasalahkan kondisi tersebut. Padahal, sebagai orang yang menjadi wakil, maka anggota parlemen semestinya melakukan apa-apa yang diminta oleh mereka yang diwakilinya. Faktanya, anggota parlemen baru mengingat kembali konstituennya menjelang pemilihan legislatif. Ironisnya, sebagian anggota parlemen masih tetap terpilih, karena mayoritas konstituen juga menjalani pemilihan hanya sebagai rutinitas politik lima tahunan. Kondisi ini merupakan salah satu yang menjadi perhatian dalam Program MAMPU ( M a j u P e r e m p u a n I n d o n e s i a u n t u k P e n a n g g u l a n g a n K e m i s k i n a n ) y a n g dilaksanakan oleh Yayasan BaKTI di kawasan timur Indonesia. Program yang mengupayakan percepatan reformasi kebijakan ini, tidak hanya b e r t u m p u pad a a n g go t a pa r l e m e n d a n e k s e k ut i f , te t a p i j u ga m e m b e rd aya ka n konstituen, karena konstituen adalah rakyat yang mempunyai kebutuhan dan kepentingan, d a n s e t i a p p e r u b a h a n ke b i ja k a n a k a n

Konstituen Berdaya,

Anggota Parlemen Kuat!

berdampak pada mereka sebagai konstituen maupun rakyat.

Memperkuat Konstituen Ko n st i t u e n ad a l a h ad a l a h ra k yat ya n g mempunyai kepentingan dalam kebijakan dan pembangunan, dan mereka telah mewakilkan kepada wakilnya di parlemen. Namun, umumnya konstituen tidak tahu di mana saluran untuk menyampaikan kepentingan mereka. Dari berbagai wawancara dan dialog yang dilakukan oleh tim MAMPU-BaKTI dan mitra dengan konstituen, mereka umumnya menjawab 'tidak tahu' ketika ditanyakan siapa yang mewakili mereka di parlemen (DPR dan DPRD). Hanya sebagian kecil yang tahu siapa yang mewakilnya di parlemen, itu pun adalah elit (kepala desa atau tokoh masyarakat) yang secara rutin mengikuti musrenbang di tingkat kecamatan, yang juga dihadiri oleh anggota parlemen di daerah pemilihan tersebut. Musrenbang pun tidak lebih dari pertemuan rutin antara elit. Pada tahun pertama (2013 – 2014) Program MAMPU-BaKTI yang dilaksanakan di Bone, Ambon, Mataram, dan Lombok Timur telah memfasilitasi pembentukan dan penguatan kelompok konstituen di tingkat desa/kelurahan dan tingkat kecamatan. Kelompok Konstituen ini disebut juga dengan Forum Kecamatan. Kelompok konstituen yang telah terbentuk diperkuat dengan peningkatan kapasitas melalui pendampingan dan diskusi-diskusi. Pad a p e r te mu a n ko n st i t u e n d i t i n g kat kecamatan atau Forum Kecamatan, penguatan kapasitas dilakukan dengan memfasil itasi i d e n t i fi k a s i p e r m a s a l a h a n d i t i n g k a t desa/kelurahan, dan kemudian menjadi agenda, b a i k k e l o m p o k k o n s t i t u e n d i t i n g k a t desa/kelurahan maupun di tingkat kecamatan. Beberapa di antara kelompok konstituen yang baru saja dibentuk ini telah berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka alami dengan menghubungi atau mendatangi wakil mereka di parlemen maupun pihak eksekutif. Ini merupakan langkah awal yang baik dalam upaya memperkuat konstituen. Dan yang perlu digaribawahi adalah konstituen perempuan relatif lebih aktif ketika terkait dengan urusan-urusan kesejahteraan sosial, seperti siswa putus sekolah, kekerasan terhadap anak dan perempuan, pasien yang tidak terlayani, dan lain-lain. Perempuan tidak hanya dekat dengan permasalahan kesejahteraan sosial, tetapi lebih responsif terhadap faktor tersebut, karena layanan yang buruk selalu berdampak besar terhadap perempuan dan anak. Berbeda dengan laki-laki, walaupun selalu terlibat dalam urusan kesejahteraan sosial, laki-laki

lambat memberikan respon, di samping jika terdapat layanan yang buruk, maka laki-laki memperoleh dampak negatif yang sangat kecil. Laki-laki bahkan memberi dampak buruk terhadap kesejahteraan sosial keluarganya. Menurut ekonom Faisal Basri (2014) pengeluaran terbesar kedua - yang pertama adalah beras - yang menentukan garis kemiskinan di pedesaan adalah rokok filter yang mencapai 8,64%. Artinya, buruknya tingkat kesejahteraan keluarga di desa disumbang oleh l a k i - l a k i y a n g m e m b e l a n j a k a n 8 , 6 4 % pendapatannya untuk rokok. Sebagai rakyat, yang diidentiikan dengan keterbelakangan dan ketidakmampuan, selama ini mereka berada dalam kondisi marjinal atau dimarjinalkan, karena tidak mempunyai akses untuk tahu dan menyampaikan apa yang mereka butuhkan. Program MAMPU membuka ruang untuk tahu mengenai hak-hak warga negara dan rakyat sebagai konstituen. Selama ini pengetahuan mengenai hak-hak warga dan otoritas yang mereka wakilkan kepada wakil mereka di parlemen hanya dikuasai oleh elit di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, wakil rakyat, dan akademisi.

Anggota Parlemen yang Mengakar Konstituen yang kritis dan berdaya tidak hanya menguntungkan mereka semata, tetapi juga kepada wakil rakyat atau anggota parlemen. Anggota parlemen menjadi wakil rakyat yang jelas karena mempunyai konstituen yang jelas. Anggota parlemen tidak asal menyebut dan mengklaim, tetapi memang menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan konstituennya. Kedua belah pihak, baik konstituen dan anggota parlemen, memperoleh keuntungan dari hubungan yang dibangun setara dan bermitra. Konstituen memberikan suara dalam pemilihan legislatif kepada wakilnya yang dipercaya akan memperjuangkan apa yang mereka harapkan. Sebaliknya anggota parlemen memiliki basis dukungan yang jelas dan tidak menyia-nyiakan suara konstituen yang memberikan otoritasnya. Anggota parlemen yang mengakar dan kontituen yang kuat adalah cita-cita demokrasi yang ideal. Selama ini anggota parlemen hanya mengklaim diri sebagai wakil rakyat, namun apa yang dilakukan tidak terhubung dengan kebutuhan dan kepentingan rakyat. Bahkan tidak sedikit anggota parlemen yang tidak tahu apa yang d i b u t u h k a n o l e h ko n s t i t u e n nya , a p a l a g i memperjuangkannya dalam kebiijakan.

Oleh M. Ghufran H. Kordi K

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Konsultan Database & Publikasi Media Program MAMPU – BaKTI dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Program MAMPU-BaKTI

19 20BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Page 23: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

  Sistem demokrasi menghendaki pemilihan anggota parlemen (pusat dan daerah) yang akan mewakili pemilih dalam menjembatani kepentingan pemilih dengan eksekutif. Sebagai w a k i l r a k y a t , a n g g o t a p a r l e m e n (DPR/DPRD/DPD) dituntut untuk mengenali k o n s t i t u e n ( o r a n g y a n g m e m b e r i k a n otoritasnya kepada orang lain) yang diwakilinya. Sebaliknya konstituen bukan hanya perlu, tetapi harus tahu siapa yang mewakili dirinya di parlemen. Pemilih tidak hanya dituntut berpartisipasi untuk memilih wakilnya di parlemen, tetapi juga secara konsisten dan berkesinambungan membangun hubungan dengan wakilnya untuk m e n y a m p a i k a n k e b u t u h a n d a n kepentingannya. Hubungan anggota parlemen dengan rakyat yang diwakilinya dibangun untuk kepentingan bersama. Karena secara prinsip, pemilih memberi otoritasnya kepada yang dipilih untuk mewakilinya. P a d a k e n y a t a a n n y a , r a k y a t h a n y a dimobilisir untuk memberikan suara pada setiap pemilihan legislatif (pileg), dan itu menjadi rutinitas yang akan terulang setiap lima tahun. Pasca pileg rakyat tidak mempunyai

hubungan lagi dengan anggota parlemen yang mewakilinya. Ini terus berulang karena, kedua belah pihak, baik anggota parlemen maupun terutama konstituen tidak mempermasalahkan kondisi tersebut. Padahal, sebagai orang yang menjadi wakil, maka anggota parlemen semestinya melakukan apa-apa yang diminta oleh mereka yang diwakilinya. Faktanya, anggota parlemen baru mengingat kembali konstituennya menjelang pemilihan legislatif. Ironisnya, sebagian anggota parlemen masih tetap terpilih, karena mayoritas konstituen juga menjalani pemilihan hanya sebagai rutinitas politik lima tahunan. Kondisi ini merupakan salah satu yang menjadi perhatian dalam Program MAMPU ( M a j u P e r e m p u a n I n d o n e s i a u n t u k P e n a n g g u l a n g a n K e m i s k i n a n ) y a n g dilaksanakan oleh Yayasan BaKTI di kawasan timur Indonesia. Program yang mengupayakan percepatan reformasi kebijakan ini, tidak hanya b e r t u m p u pad a a n g go t a pa r l e m e n d a n e k s e k ut i f , te t a p i j u ga m e m b e rd aya ka n konstituen, karena konstituen adalah rakyat yang mempunyai kebutuhan dan kepentingan, d a n s e t i a p p e r u b a h a n ke b i ja k a n a k a n

Konstituen Berdaya,

Anggota Parlemen Kuat!

berdampak pada mereka sebagai konstituen maupun rakyat.

Memperkuat Konstituen Ko n st i t u e n ad a l a h ad a l a h ra k yat ya n g mempunyai kepentingan dalam kebijakan dan pembangunan, dan mereka telah mewakilkan kepada wakilnya di parlemen. Namun, umumnya konstituen tidak tahu di mana saluran untuk menyampaikan kepentingan mereka. Dari berbagai wawancara dan dialog yang dilakukan oleh tim MAMPU-BaKTI dan mitra dengan konstituen, mereka umumnya menjawab 'tidak tahu' ketika ditanyakan siapa yang mewakili mereka di parlemen (DPR dan DPRD). Hanya sebagian kecil yang tahu siapa yang mewakilnya di parlemen, itu pun adalah elit (kepala desa atau tokoh masyarakat) yang secara rutin mengikuti musrenbang di tingkat kecamatan, yang juga dihadiri oleh anggota parlemen di daerah pemilihan tersebut. Musrenbang pun tidak lebih dari pertemuan rutin antara elit. Pada tahun pertama (2013 – 2014) Program MAMPU-BaKTI yang dilaksanakan di Bone, Ambon, Mataram, dan Lombok Timur telah memfasilitasi pembentukan dan penguatan kelompok konstituen di tingkat desa/kelurahan dan tingkat kecamatan. Kelompok Konstituen ini disebut juga dengan Forum Kecamatan. Kelompok konstituen yang telah terbentuk diperkuat dengan peningkatan kapasitas melalui pendampingan dan diskusi-diskusi. Pad a p e r te mu a n ko n st i t u e n d i t i n g kat kecamatan atau Forum Kecamatan, penguatan kapasitas dilakukan dengan memfasil itasi i d e n t i fi k a s i p e r m a s a l a h a n d i t i n g k a t desa/kelurahan, dan kemudian menjadi agenda, b a i k k e l o m p o k k o n s t i t u e n d i t i n g k a t desa/kelurahan maupun di tingkat kecamatan. Beberapa di antara kelompok konstituen yang baru saja dibentuk ini telah berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka alami dengan menghubungi atau mendatangi wakil mereka di parlemen maupun pihak eksekutif. Ini merupakan langkah awal yang baik dalam upaya memperkuat konstituen. Dan yang perlu digaribawahi adalah konstituen perempuan relatif lebih aktif ketika terkait dengan urusan-urusan kesejahteraan sosial, seperti siswa putus sekolah, kekerasan terhadap anak dan perempuan, pasien yang tidak terlayani, dan lain-lain. Perempuan tidak hanya dekat dengan permasalahan kesejahteraan sosial, tetapi lebih responsif terhadap faktor tersebut, karena layanan yang buruk selalu berdampak besar terhadap perempuan dan anak. Berbeda dengan laki-laki, walaupun selalu terlibat dalam urusan kesejahteraan sosial, laki-laki

lambat memberikan respon, di samping jika terdapat layanan yang buruk, maka laki-laki memperoleh dampak negatif yang sangat kecil. Laki-laki bahkan memberi dampak buruk terhadap kesejahteraan sosial keluarganya. Menurut ekonom Faisal Basri (2014) pengeluaran terbesar kedua - yang pertama adalah beras - yang menentukan garis kemiskinan di pedesaan adalah rokok filter yang mencapai 8,64%. Artinya, buruknya tingkat kesejahteraan keluarga di desa disumbang oleh l a k i - l a k i y a n g m e m b e l a n j a k a n 8 , 6 4 % pendapatannya untuk rokok. Sebagai rakyat, yang diidentiikan dengan keterbelakangan dan ketidakmampuan, selama ini mereka berada dalam kondisi marjinal atau dimarjinalkan, karena tidak mempunyai akses untuk tahu dan menyampaikan apa yang mereka butuhkan. Program MAMPU membuka ruang untuk tahu mengenai hak-hak warga negara dan rakyat sebagai konstituen. Selama ini pengetahuan mengenai hak-hak warga dan otoritas yang mereka wakilkan kepada wakil mereka di parlemen hanya dikuasai oleh elit di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, wakil rakyat, dan akademisi.

Anggota Parlemen yang Mengakar Konstituen yang kritis dan berdaya tidak hanya menguntungkan mereka semata, tetapi juga kepada wakil rakyat atau anggota parlemen. Anggota parlemen menjadi wakil rakyat yang jelas karena mempunyai konstituen yang jelas. Anggota parlemen tidak asal menyebut dan mengklaim, tetapi memang menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan konstituennya. Kedua belah pihak, baik konstituen dan anggota parlemen, memperoleh keuntungan dari hubungan yang dibangun setara dan bermitra. Konstituen memberikan suara dalam pemilihan legislatif kepada wakilnya yang dipercaya akan memperjuangkan apa yang mereka harapkan. Sebaliknya anggota parlemen memiliki basis dukungan yang jelas dan tidak menyia-nyiakan suara konstituen yang memberikan otoritasnya. Anggota parlemen yang mengakar dan kontituen yang kuat adalah cita-cita demokrasi yang ideal. Selama ini anggota parlemen hanya mengklaim diri sebagai wakil rakyat, namun apa yang dilakukan tidak terhubung dengan kebutuhan dan kepentingan rakyat. Bahkan tidak sedikit anggota parlemen yang tidak tahu apa yang d i b u t u h k a n o l e h ko n s t i t u e n nya , a p a l a g i memperjuangkannya dalam kebiijakan.

Oleh M. Ghufran H. Kordi K

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Konsultan Database & Publikasi Media Program MAMPU – BaKTI dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Program MAMPU-BaKTI

19 20BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Page 24: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

emangat otonomi daerah tidak hanya berkaitan dengan kewenangan daerah untuk Smengurus sendiri penyelenggaraan pemerintah, melainkan juga pada kemandirian daerah. Kemandirian ini dimaknai sebagai upaya daerah untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar dapat mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat. Semestinya upaya ini telah mulai gencar dilakukan, semenjak UU Nomor 33 Tahun 2004 mulai efektif diberlakukan (Riwu Kaho, 2012). Riwu Kaho (2012) menyatakan bahwa hampir semua daerah kabupaten/kota di Indonesia bergantung pada pemerintah pusat melalui skema dana perimbangan, dan utamanya melalui Dana Alokasi Khusus (DAU). Kondisi ini juga didukung dengan rata-rata sumber pendapatan pemerintah daerah yang didominasi oleh dana perimbangan, yakni sekitar 70 hingga 90 persen dari total APBD. Bahkan sejak tahun 2007 hingga 2011, pemerintah daerah di Indonesia tidak lagi mengandalkan PAD sebagai sumber pendapatan utamanya. Sebenarnya daerah kabupaten/kota memiliki potensi baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dapat dikembangkan untuk peningkatan PAD.

SUMBER PAD POTENSIAL

DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh Ir. Lalu Muh. Kabul, M.AP

Bagaimana dengan Kabupaten Lombok Timur? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber-sumber PAD yang potensial untuk dikembangkan bagi peningkatan PAD di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan analisis data periode 2009-2013.

Metode Penelitian Dalam penelitian ini, beragam jenis sumber PAD dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori, y a i t u p r i m a , b e r ke m b a n g , p o t e n s i a l d a n terbelakang. PAD dalam kategori prima adalah PAD maksimal sehingga tidak memungkinkan lagi untuk d i l a k u k a n u p a y a e k s t e n s i fi k a s i m a u p u n intensifikasi. PAD kategori berkembang, PAD ini masih dirasa memungkinkan untuk dilakukan upaya ekstensifikasi maupun intensifikasi untuk mencapai kategori prima. Disisi lain, PAD kategori potensial masih sangat memungkinkan untuk dilakukan upaya ekstensifikasi maupun intensifikasi untuk mencapai kategori berkembang. Dan yang terakhir pada PAD kategori terbelakang, PAD ini dirasa belum potensial sebagai sumber PAD. Keempat kategori PAD tersebut ditentukan oleh 2 (dua) variabel. Kedua variabel tersebut, yaitu

proporsi PAD (Pri) dan Pertumbuhan PAD (Prt). Termasuk kategori PAD Prima jika Pri>1 dan Prt>1. PAD masuk dalam kategori berkembang apabila Pri<1 dan Prt>1. Sementara PAD yang masuk dalam kategori potensial, apabila Pri>1 dan Prt<1. Dan yang terakhir, PAD dalam kategori terbelakang apabila Pri<1 dan Prt<1 (lihat gambar 1). Selain kedua variabel tersebut, variabel lainnya dalam penelitian ini adalah rasio pengumpulan PAD. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumentasi, wawancara, dan diskusi kelompok terarah. Data yang terkumpul meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan statistik deskriptif (Dantes, 2012). Sedangkan data kualitatif dianalisis menggunakan model interaktif (Miles dan Huberman, 1992).

Hasil dan Pembahasan Dalam periode 2009-2013, indikator yang digunakan di Kabupaten Lombok Timur sebagai indikator kinerja yang terkait dengan PAD hanya rasio pengumpulan PAD (collection ratio). Dimana pengumpulan PAD ini hanya menggambarkan rasio (nisbah) antara realisasi PAD yang berhasil dipungut setiap tahun dengan target pada tahun tersebut. Nilai collection ratio PAD Lombok Timur dalam periode 2009-2013 cukup besar, yakni berkisar antara 86,77 persen hingga 100,70 persen. Meskipun pengumpulan PAD tersebut cukup besar dalam periode 2009-2013, tetapi kontribusi PAD terhadap total pendapatan APBD sangat rendah, yakni kurang d a r i 8 p e r s e n . I n i m e n u n j u k k a n b a h w a pengumpulan PAD tidak bisa diandalkan sebagai i n d i k at o r b a g i p e n i n g k at a n PA D ke a ra h

BERKEMBANG

(Pri<1 dan

Prt>1

PRIMA

(Pri>1 dan

Prt>1

POTENSIAL

(Pri>1 dan

Prt<1

TERKEBELAKANG

(Pri<1 dan

Prt<1

Gambar 1. Kategori Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sumber PAD

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Lain-lain Pendapatan

Proporsi(Pri )

1,53 (> 1)

1,08

(> 1)

0,41

(< 1)

2,60

(>1)

Pertumbuhan (Prt )

Kategori PAD

0,88 ( < 1) Potensial

0,31

( < 1)

Potensial

-0,43

(< 1) Terbelakang

4,66

(>1)

Prima

Gambar 2. Kategori PAD di Kabupaten Lombok Timur 2009-2013

Hampir semua daerah kabupaten/kota di Indonesia bergantung pada pemerintah pusat melalui skema dana perimbangan, dan utamanya melalui Dana Alokasi Khusus.

21 22BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November2014 106

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Page 25: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

emangat otonomi daerah tidak hanya berkaitan dengan kewenangan daerah untuk Smengurus sendiri penyelenggaraan pemerintah, melainkan juga pada kemandirian daerah. Kemandirian ini dimaknai sebagai upaya daerah untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar dapat mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat. Semestinya upaya ini telah mulai gencar dilakukan, semenjak UU Nomor 33 Tahun 2004 mulai efektif diberlakukan (Riwu Kaho, 2012). Riwu Kaho (2012) menyatakan bahwa hampir semua daerah kabupaten/kota di Indonesia bergantung pada pemerintah pusat melalui skema dana perimbangan, dan utamanya melalui Dana Alokasi Khusus (DAU). Kondisi ini juga didukung dengan rata-rata sumber pendapatan pemerintah daerah yang didominasi oleh dana perimbangan, yakni sekitar 70 hingga 90 persen dari total APBD. Bahkan sejak tahun 2007 hingga 2011, pemerintah daerah di Indonesia tidak lagi mengandalkan PAD sebagai sumber pendapatan utamanya. Sebenarnya daerah kabupaten/kota memiliki potensi baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dapat dikembangkan untuk peningkatan PAD.

SUMBER PAD POTENSIAL

DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh Ir. Lalu Muh. Kabul, M.AP

Bagaimana dengan Kabupaten Lombok Timur? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber-sumber PAD yang potensial untuk dikembangkan bagi peningkatan PAD di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan analisis data periode 2009-2013.

Metode Penelitian Dalam penelitian ini, beragam jenis sumber PAD dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori, y a i t u p r i m a , b e r ke m b a n g , p o t e n s i a l d a n terbelakang. PAD dalam kategori prima adalah PAD maksimal sehingga tidak memungkinkan lagi untuk d i l a k u k a n u p a y a e k s t e n s i fi k a s i m a u p u n intensifikasi. PAD kategori berkembang, PAD ini masih dirasa memungkinkan untuk dilakukan upaya ekstensifikasi maupun intensifikasi untuk mencapai kategori prima. Disisi lain, PAD kategori potensial masih sangat memungkinkan untuk dilakukan upaya ekstensifikasi maupun intensifikasi untuk mencapai kategori berkembang. Dan yang terakhir pada PAD kategori terbelakang, PAD ini dirasa belum potensial sebagai sumber PAD. Keempat kategori PAD tersebut ditentukan oleh 2 (dua) variabel. Kedua variabel tersebut, yaitu

proporsi PAD (Pri) dan Pertumbuhan PAD (Prt). Termasuk kategori PAD Prima jika Pri>1 dan Prt>1. PAD masuk dalam kategori berkembang apabila Pri<1 dan Prt>1. Sementara PAD yang masuk dalam kategori potensial, apabila Pri>1 dan Prt<1. Dan yang terakhir, PAD dalam kategori terbelakang apabila Pri<1 dan Prt<1 (lihat gambar 1). Selain kedua variabel tersebut, variabel lainnya dalam penelitian ini adalah rasio pengumpulan PAD. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumentasi, wawancara, dan diskusi kelompok terarah. Data yang terkumpul meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan statistik deskriptif (Dantes, 2012). Sedangkan data kualitatif dianalisis menggunakan model interaktif (Miles dan Huberman, 1992).

Hasil dan Pembahasan Dalam periode 2009-2013, indikator yang digunakan di Kabupaten Lombok Timur sebagai indikator kinerja yang terkait dengan PAD hanya rasio pengumpulan PAD (collection ratio). Dimana pengumpulan PAD ini hanya menggambarkan rasio (nisbah) antara realisasi PAD yang berhasil dipungut setiap tahun dengan target pada tahun tersebut. Nilai collection ratio PAD Lombok Timur dalam periode 2009-2013 cukup besar, yakni berkisar antara 86,77 persen hingga 100,70 persen. Meskipun pengumpulan PAD tersebut cukup besar dalam periode 2009-2013, tetapi kontribusi PAD terhadap total pendapatan APBD sangat rendah, yakni kurang d a r i 8 p e r s e n . I n i m e n u n j u k k a n b a h w a pengumpulan PAD tidak bisa diandalkan sebagai i n d i k at o r b a g i p e n i n g k at a n PA D ke a ra h

BERKEMBANG

(Pri<1 dan

Prt>1

PRIMA

(Pri>1 dan

Prt>1

POTENSIAL

(Pri>1 dan

Prt<1

TERKEBELAKANG

(Pri<1 dan

Prt<1

Gambar 1. Kategori Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sumber PAD

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Lain-lain Pendapatan

Proporsi(Pri )

1,53 (> 1)

1,08

(> 1)

0,41

(< 1)

2,60

(>1)

Pertumbuhan (Prt )

Kategori PAD

0,88 ( < 1) Potensial

0,31

( < 1)

Potensial

-0,43

(< 1) Terbelakang

4,66

(>1)

Prima

Gambar 2. Kategori PAD di Kabupaten Lombok Timur 2009-2013

Hampir semua daerah kabupaten/kota di Indonesia bergantung pada pemerintah pusat melalui skema dana perimbangan, dan utamanya melalui Dana Alokasi Khusus.

21 22BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November2014 106

Ilustrasi Ichsan Djunaed

Page 26: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

kemandirian daerah. Disisi lain, tidak ada kejelasan mengenai parameter yang digunakan bagi target PAD yang ditetapkan dalam pengumpulan PAD. Oleh karena itu, perlu dikembangkan coverage ratio sebagai indikator bagi peningkatan PAD ke arah kemandirian daerah. Coverage ratio ini menggambarkan rasio (nisbah) antara realisasi PAD yang berhasil dipungut setiap tahun dengan potensi PAD pada tahun tersebut. Berkaitan dengan pengembangan potensi PAD tersebut, maka pada tabel 1 ditampilkan berbagai sumber PAD potensial di Kabupaten Lombok Timur. Berbagai sumber PAD yang potensial untuk dikembangkan dalam peningkatan PAD ke arah kemandirian daerah, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah. Disisi lain, hasil pengelolaan kekayaan daerah masih tergolong PAD kategori terbelakang. Artinya, belum potensial sebagai sumber PAD. Sementara, pendapatan lain-lain sudah tergolong PAD prima. Cakupan penelitian ini hanya sebatas mengetahui sumber-sumber PAD yang potensial. Dan untuk mengetahui lebih jauh mengenai seberapa besar potensi PAD baik pada

pajak daerah maupun retribusi daerah yang diperlukan penelitian tersendiri. Penelitian terkait dengan potensi PAD bukanlah hal baru di Kabupaten Lombok Timur. Karena sebelumnya dalam periode 2003-2008 pernah dilakukan penelitian serupa, yakni penelitian potensi retribusi pasar. Selain itu, inventarisasi aset daerah telah dilakukan, namun belum optimal, sehingga dirasa belum potensial sebagai sebagai sumber PAD.

Implikasi Kebijakan Sumber PAD potensial yang dapat dikembangkan dalam peningkatan PAD di Kabupaten Lombok Timur, meliputi pajak daerah dan retribusi daerah. Disisi lain,

inventarisasi aset daerah hendaknya dilakukan s e c a r a o p t i m a l , a g a r p o t e n s i a l u n t u k d i k e m b a n g k a n s e b a g a i s u m b e r PA D . Pengembangan potensi PAD di Kabupaten Lombok Timur dalam periode 2013-2018, semestinya tidak hanya bersifat sektoral, bahwa urusan PAD hanya akan menjadi ranah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKKA) Lombok Timur semata. Namun, interaksi antar sektor dengan melibatkan berbagai dinas/badan terkait juga menjadi faktor penting dalam upaya meningkatkan PAD Kabupaten Lombok Timur. Melihat pada kondisi ini, rencana strategis (renstra) yang disusun oleh setiap dinas/badan daerah tidak hanya memuat program dan belanja yang diperlukan untuk menjalankan program tersebut. Namun lebih kepada melihat potensi-potensi yang dapat dikembangkan oleh daerah dalam meningkatkan PAD bagi setiap dinas/badan di pemerintah daerah. DPKKA kemudian menetapkan coverage ratio tahunan berdasarkan potensi PAD yang tertuang dalam renstra dinas/badan.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Dosen AMIKOM-ASM Mataram dan Direktur LPP dapat dihubungi pada email: [email protected]

Inventarisasi aset daerah hendaknya dilakukan secara optimal, agar potensial untuk dikembangkan sebagai sumber PAD.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah masih tergolong PAD kategori terbelakang. Artinya, belum potensial sebagai sumber PAD.

Gambar 3. Sedikit gambaran data dari http://kpdt.bps.go.id/ index.php?KeuanganDaerah/tabel1#

Berdasarkan penelitian "Pengetahuan, Perilaku dan Sikap Anti Kekerasan Terhadap Anak yang dilakukan oleh PUSKAPA UI dan UNICEF, strategi

kunci telah terindentifkasi. Salah satu strategi kunci adalah intervensi pada orang tua yang berkaitan dengan keterampilan orang tua mereka untuk mencegah kekerasan terhadap anak. Saat ini telah dipersiapkan dan dikembangkan sebuah Modul bagi Fasilitator untuk melatih peserta menjadi orang tua dambaan anak. Modul tersebut diterapkan pada dua kelurahan terpilih yaitu Kelurahan Baraya dan Kelurahan Manggala. Kedua kelurahan

tersebut merupakan daerah di mana penelitian awal dilakukan oleh UNICEF bersama Yayasan Indonesia Mengabdi (YIM). Sebagai wilayah percontohan maka dipilih salah satu kelurahan yaitu Manggala sebagai Kelurahan yang akan mengembangkan Kelurahan Ramah Anak. Tujuan Pelatihan adalah Untuk memperkuat kapasitas orang tua dalam mencegah kekerasan terhadap anak dan mendorong orang tua untuk memantau dan melaporkan kasus kekerasan di daerah mereka. Untuk mendukung hal tersebut di atas, UNICEF-BaKTI melaksanakan Pelatihan Parenting Skill. Kriteria Peserta adalah perwakilan orang tua yang memiliki anak yang masih duduk di bangku SMP atau SMA kelas I atau kelas II, serta beberapa pemangku kepentingan yang ada di Kelurahan Baraya dan Kelurahan Manggala seperti Kepala Kelurahan, Imam Mesjid, Ketua RW dan SKPD terkait yang ada di Kota Makassar. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari yaitu tanggal 09-11 Oktober 2014 di Hotel Tree Makassar,

Pelatihan Parenting Skill Bagi Orang Tua dan Para Pihak

Update Program UNICEF – BaKTI

Oleh Leonardy Sambo & Arafah

23 24BaKTINews BaKTINews

9 - 11 Oktober 2014

No. Oktober - November 2014106 No. Oktober - November 2014 106

Page 27: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

kemandirian daerah. Disisi lain, tidak ada kejelasan mengenai parameter yang digunakan bagi target PAD yang ditetapkan dalam pengumpulan PAD. Oleh karena itu, perlu dikembangkan coverage ratio sebagai indikator bagi peningkatan PAD ke arah kemandirian daerah. Coverage ratio ini menggambarkan rasio (nisbah) antara realisasi PAD yang berhasil dipungut setiap tahun dengan potensi PAD pada tahun tersebut. Berkaitan dengan pengembangan potensi PAD tersebut, maka pada tabel 1 ditampilkan berbagai sumber PAD potensial di Kabupaten Lombok Timur. Berbagai sumber PAD yang potensial untuk dikembangkan dalam peningkatan PAD ke arah kemandirian daerah, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah. Disisi lain, hasil pengelolaan kekayaan daerah masih tergolong PAD kategori terbelakang. Artinya, belum potensial sebagai sumber PAD. Sementara, pendapatan lain-lain sudah tergolong PAD prima. Cakupan penelitian ini hanya sebatas mengetahui sumber-sumber PAD yang potensial. Dan untuk mengetahui lebih jauh mengenai seberapa besar potensi PAD baik pada

pajak daerah maupun retribusi daerah yang diperlukan penelitian tersendiri. Penelitian terkait dengan potensi PAD bukanlah hal baru di Kabupaten Lombok Timur. Karena sebelumnya dalam periode 2003-2008 pernah dilakukan penelitian serupa, yakni penelitian potensi retribusi pasar. Selain itu, inventarisasi aset daerah telah dilakukan, namun belum optimal, sehingga dirasa belum potensial sebagai sebagai sumber PAD.

Implikasi Kebijakan Sumber PAD potensial yang dapat dikembangkan dalam peningkatan PAD di Kabupaten Lombok Timur, meliputi pajak daerah dan retribusi daerah. Disisi lain,

inventarisasi aset daerah hendaknya dilakukan s e c a r a o p t i m a l , a g a r p o t e n s i a l u n t u k d i k e m b a n g k a n s e b a g a i s u m b e r PA D . Pengembangan potensi PAD di Kabupaten Lombok Timur dalam periode 2013-2018, semestinya tidak hanya bersifat sektoral, bahwa urusan PAD hanya akan menjadi ranah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKKA) Lombok Timur semata. Namun, interaksi antar sektor dengan melibatkan berbagai dinas/badan terkait juga menjadi faktor penting dalam upaya meningkatkan PAD Kabupaten Lombok Timur. Melihat pada kondisi ini, rencana strategis (renstra) yang disusun oleh setiap dinas/badan daerah tidak hanya memuat program dan belanja yang diperlukan untuk menjalankan program tersebut. Namun lebih kepada melihat potensi-potensi yang dapat dikembangkan oleh daerah dalam meningkatkan PAD bagi setiap dinas/badan di pemerintah daerah. DPKKA kemudian menetapkan coverage ratio tahunan berdasarkan potensi PAD yang tertuang dalam renstra dinas/badan.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Dosen AMIKOM-ASM Mataram dan Direktur LPP dapat dihubungi pada email: [email protected]

Inventarisasi aset daerah hendaknya dilakukan secara optimal, agar potensial untuk dikembangkan sebagai sumber PAD.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah masih tergolong PAD kategori terbelakang. Artinya, belum potensial sebagai sumber PAD.

Gambar 3. Sedikit gambaran data dari http://kpdt.bps.go.id/ index.php?KeuanganDaerah/tabel1#

Berdasarkan penelitian "Pengetahuan, Perilaku dan Sikap Anti Kekerasan Terhadap Anak yang dilakukan oleh PUSKAPA UI dan UNICEF, strategi

kunci telah terindentifkasi. Salah satu strategi kunci adalah intervensi pada orang tua yang berkaitan dengan keterampilan orang tua mereka untuk mencegah kekerasan terhadap anak. Saat ini telah dipersiapkan dan dikembangkan sebuah Modul bagi Fasilitator untuk melatih peserta menjadi orang tua dambaan anak. Modul tersebut diterapkan pada dua kelurahan terpilih yaitu Kelurahan Baraya dan Kelurahan Manggala. Kedua kelurahan

tersebut merupakan daerah di mana penelitian awal dilakukan oleh UNICEF bersama Yayasan Indonesia Mengabdi (YIM). Sebagai wilayah percontohan maka dipilih salah satu kelurahan yaitu Manggala sebagai Kelurahan yang akan mengembangkan Kelurahan Ramah Anak. Tujuan Pelatihan adalah Untuk memperkuat kapasitas orang tua dalam mencegah kekerasan terhadap anak dan mendorong orang tua untuk memantau dan melaporkan kasus kekerasan di daerah mereka. Untuk mendukung hal tersebut di atas, UNICEF-BaKTI melaksanakan Pelatihan Parenting Skill. Kriteria Peserta adalah perwakilan orang tua yang memiliki anak yang masih duduk di bangku SMP atau SMA kelas I atau kelas II, serta beberapa pemangku kepentingan yang ada di Kelurahan Baraya dan Kelurahan Manggala seperti Kepala Kelurahan, Imam Mesjid, Ketua RW dan SKPD terkait yang ada di Kota Makassar. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari yaitu tanggal 09-11 Oktober 2014 di Hotel Tree Makassar,

Pelatihan Parenting Skill Bagi Orang Tua dan Para Pihak

Update Program UNICEF – BaKTI

Oleh Leonardy Sambo & Arafah

23 24BaKTINews BaKTINews

9 - 11 Oktober 2014

No. Oktober - November 2014106 No. Oktober - November 2014 106

Page 28: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Kota Tidore Kepulauan dengan 11 pulau di wilayahnya merupakan salah satu kabupaten/kota di Maluku Utara. Penduduknya berjumlah 109.227 jiwa (sensus 2013), nelayan dan petani adalah mata pencaharian utama mayarakat di kepulauan tersebut.Guna mendukung penurunan angka kematian Ibu dan bayi terkait salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDG's), maka Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan, berinisiasi menyusun Rencana Strategis Kesehatan Ibu dan Anak (Renstra-KIA) 2015-2020 melibatkan staff Dinas Kesehatan dan Lintas Sektor terkait. Angka kematian Ibu di Kota Tidore Kepulauan tahun 2011, tercatat sebesar 401 per 100.000 kelahiran hidup (7 kasus kematian), tahun 2012 menjadi 163 per 100.000 kelahiran hidup (3 kasus kematian) dan tahun 2013 menjadi 181 per 100.000 kelahiran hidup (3 kasus kematian). Untuk angka Kematian bayi, tahun 2011 tercatat 21 per 1000 kelahiran hidup (36 kematian), tahun 2012 menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup (35 kematian) dan tahun 2013 tercatat 24 per 1000 kelahiran hidup (40 kematian).

yang diikuti oleh 37 orang peserta yang t e rd i r i d a r i 9 l a k i - l a k i d a n 2 8 perempuan yang berasal dari Orang tua, Kepala Kelurahan, Ketua RW 3 dan 4 Kelurahan Baraya, Ketua RT 3 Kelurahan Manggala, SKPD terkait (Bappeda Kota Makassar, BPMD, Pe m b e rd aya a n Pe re m p u a n Ko t a Makassar), ICJ, dan Lembaga Pemerhati Anak Sulawesi Selatan. Bertindak selaku fasilitator kegiatan yaitu Ibu Nur Anti (BPP dan KB Sulsel) dan Ibrahim (Direktur LBHP2I). Dihadiri oleh Perwakilan UNICEF Makassar (PO Child Protection) Ibu Amelia Tristiana dan Tim BaKTI. Pelatihan Parenting skill dibuka oleh Asisten III Kota Makassar Bapak Dr. Burhanuddin. Capaian kegiatan tersebut yaitu tersusunnya Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan dilaksanakan oleh p e s e r t a s e c a r a m a n d i r i d i d u a kelurahan. Rencana tindak lanjut t e rs e b u t d i h a ra p k a n m e n d a p at dukungan dari pemerintah kelurahan maupun PKK karena RTL tersebut tidak memiliki sumber pendanaan. Beberapa topik dalam modul pelatihan akan dimasukan dalam agenda Arisan Kelurahan. Misalnya mengenali gaya pengasuhan orang tua, manajemen waktu, peran ayah dalam pengasuhan dan topik lainnya. Peserta yang sudah mendapat pelatihan akan menjadi pionir untuk menyebarkan informasi yang diperoleh ke tingkat kelurahan lewat pertemuan rutin warga maupun arisan kelurahan.

Penyusunan panduan dakwah tentang perlindungan anak ini adalah tindak lanjut dari temuan kunci hasil penelitian tentang pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kekerasan terhadap anak di Sulsel yang dilakukan atas kerjasama Pemerintah Indonesia, Pusat Kajian Anak UI dan UNICEF Internasional serta implementasi dari Perda Provinsi Sulsel No 4 tahun 2013 tentang Sistem Perlindungan Anak. Kegiatan ini diikuti oleh 42 peserta yang berasal dari perwakilan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Pemerhati Anak, dan juga dari SKPD terkait dari tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa, dan Kota Makassar. Kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari UNICEF Makassar. Dalam sambutan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Sulsel, menyampaikan, temuan kunci dari hasil penelitian yang ditindak lanjuti adalah terjadinya berbagai kekerasan yang menimpa anak-anak di Sulsel, khususnya antar anak yang dominan terjadi di masyarakat. Data tahun 2013 menunjukkan jumlah kekerasan seksual sebanyak 210 kasus atau urutan ke-2 setelah kekerasan fisik sbanyak 629 kasus di Sulsel. Total kasus yang terlaporkan sebanyak 1.235 kasus. Tempat terjadinya kekerasan yang paling dominan adalah di lingkungan masyarakat dan 41% terjadi antar anak.

Data tersebut kemudian menunjukkan menurunnya kasus kematian Ibu, namun masih terjadi kenaikan pada kasus kematian anak. Dengan demikian perlu komitmen dari para pengambil kebijakan untuk secara bersama fokus untuk solusi alternatif terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Pemaparan dr. Abdullah Maradjabessy, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan merupakan Pengantar dalam Lokakarya Renstra KIA, diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan kerjasama USAID-UNICEF dan BaKTI di Wisma Seroja Tidore. Lokakarya diikuti peserta dari Dinas Kesehatan, BAPPEDA, Kementerian Agama Tidore, Badan KB&PP, PKK, BKD, BPMD, Dukcapil dan RSUD Tidore. Turut hadir mendukung proses Lokakarya, Badwi M.Amin, Health Officer UNICEF Makassar dan Tim BaKTI. Capaian strategis lokakarya ini adalah Dinas Kesehatan bidang KIA berhasil merampungkan Dokumen Renstra KIA Periode 2015-2020. Setelah difinalisasi dalam lokakarya ini Renstra KIA menjadi panduan dalam pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) periode lima tahun ke depan. Workshop Renstra KIA yang melibatkan lintas sektor terkait kesehatan, dapat menjadi contoh baik yang dapat direplikasi, karena diskusi ini mampu memberi hasil yang lebih komprehensif dan menjadi rumusan Rencana Kerja Tahunan Dinas Kesehatan serta dokumen isu strategis bidang kesehatan pada RPJMD Kota Tidore Kepulauan Periode 2015-2020.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kegiatan-kegiatan ini, Anda dapat menghubungi Senior Program Officer UNICEF-BaKTI, Leonardy Sambo melalui email [email protected]

25 26BaKTINews BaKTINews

Foto

-foto

Dok

. BaK

TI

Bedah Buku dan Konsultasi Publik : Panduan Dakwah tentang Perlindungan Anak 22 September 2014

Workshop Penyusunan Renstra Kesehatan Ibu dan Anak 2015 – 2020 23 – 24 September 2014

No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Sumber foto : Doc. BaKTI

Page 29: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Kota Tidore Kepulauan dengan 11 pulau di wilayahnya merupakan salah satu kabupaten/kota di Maluku Utara. Penduduknya berjumlah 109.227 jiwa (sensus 2013), nelayan dan petani adalah mata pencaharian utama mayarakat di kepulauan tersebut.Guna mendukung penurunan angka kematian Ibu dan bayi terkait salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDG's), maka Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan, berinisiasi menyusun Rencana Strategis Kesehatan Ibu dan Anak (Renstra-KIA) 2015-2020 melibatkan staff Dinas Kesehatan dan Lintas Sektor terkait. Angka kematian Ibu di Kota Tidore Kepulauan tahun 2011, tercatat sebesar 401 per 100.000 kelahiran hidup (7 kasus kematian), tahun 2012 menjadi 163 per 100.000 kelahiran hidup (3 kasus kematian) dan tahun 2013 menjadi 181 per 100.000 kelahiran hidup (3 kasus kematian). Untuk angka Kematian bayi, tahun 2011 tercatat 21 per 1000 kelahiran hidup (36 kematian), tahun 2012 menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup (35 kematian) dan tahun 2013 tercatat 24 per 1000 kelahiran hidup (40 kematian).

yang diikuti oleh 37 orang peserta yang t e rd i r i d a r i 9 l a k i - l a k i d a n 2 8 perempuan yang berasal dari Orang tua, Kepala Kelurahan, Ketua RW 3 dan 4 Kelurahan Baraya, Ketua RT 3 Kelurahan Manggala, SKPD terkait (Bappeda Kota Makassar, BPMD, Pe m b e rd aya a n Pe re m p u a n Ko t a Makassar), ICJ, dan Lembaga Pemerhati Anak Sulawesi Selatan. Bertindak selaku fasilitator kegiatan yaitu Ibu Nur Anti (BPP dan KB Sulsel) dan Ibrahim (Direktur LBHP2I). Dihadiri oleh Perwakilan UNICEF Makassar (PO Child Protection) Ibu Amelia Tristiana dan Tim BaKTI. Pelatihan Parenting skill dibuka oleh Asisten III Kota Makassar Bapak Dr. Burhanuddin. Capaian kegiatan tersebut yaitu tersusunnya Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan dilaksanakan oleh p e s e r t a s e c a r a m a n d i r i d i d u a kelurahan. Rencana tindak lanjut t e rs e b u t d i h a ra p k a n m e n d a p at dukungan dari pemerintah kelurahan maupun PKK karena RTL tersebut tidak memiliki sumber pendanaan. Beberapa topik dalam modul pelatihan akan dimasukan dalam agenda Arisan Kelurahan. Misalnya mengenali gaya pengasuhan orang tua, manajemen waktu, peran ayah dalam pengasuhan dan topik lainnya. Peserta yang sudah mendapat pelatihan akan menjadi pionir untuk menyebarkan informasi yang diperoleh ke tingkat kelurahan lewat pertemuan rutin warga maupun arisan kelurahan.

Penyusunan panduan dakwah tentang perlindungan anak ini adalah tindak lanjut dari temuan kunci hasil penelitian tentang pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kekerasan terhadap anak di Sulsel yang dilakukan atas kerjasama Pemerintah Indonesia, Pusat Kajian Anak UI dan UNICEF Internasional serta implementasi dari Perda Provinsi Sulsel No 4 tahun 2013 tentang Sistem Perlindungan Anak. Kegiatan ini diikuti oleh 42 peserta yang berasal dari perwakilan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Pemerhati Anak, dan juga dari SKPD terkait dari tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa, dan Kota Makassar. Kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari UNICEF Makassar. Dalam sambutan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Sulsel, menyampaikan, temuan kunci dari hasil penelitian yang ditindak lanjuti adalah terjadinya berbagai kekerasan yang menimpa anak-anak di Sulsel, khususnya antar anak yang dominan terjadi di masyarakat. Data tahun 2013 menunjukkan jumlah kekerasan seksual sebanyak 210 kasus atau urutan ke-2 setelah kekerasan fisik sbanyak 629 kasus di Sulsel. Total kasus yang terlaporkan sebanyak 1.235 kasus. Tempat terjadinya kekerasan yang paling dominan adalah di lingkungan masyarakat dan 41% terjadi antar anak.

Data tersebut kemudian menunjukkan menurunnya kasus kematian Ibu, namun masih terjadi kenaikan pada kasus kematian anak. Dengan demikian perlu komitmen dari para pengambil kebijakan untuk secara bersama fokus untuk solusi alternatif terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Pemaparan dr. Abdullah Maradjabessy, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan merupakan Pengantar dalam Lokakarya Renstra KIA, diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan kerjasama USAID-UNICEF dan BaKTI di Wisma Seroja Tidore. Lokakarya diikuti peserta dari Dinas Kesehatan, BAPPEDA, Kementerian Agama Tidore, Badan KB&PP, PKK, BKD, BPMD, Dukcapil dan RSUD Tidore. Turut hadir mendukung proses Lokakarya, Badwi M.Amin, Health Officer UNICEF Makassar dan Tim BaKTI. Capaian strategis lokakarya ini adalah Dinas Kesehatan bidang KIA berhasil merampungkan Dokumen Renstra KIA Periode 2015-2020. Setelah difinalisasi dalam lokakarya ini Renstra KIA menjadi panduan dalam pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) periode lima tahun ke depan. Workshop Renstra KIA yang melibatkan lintas sektor terkait kesehatan, dapat menjadi contoh baik yang dapat direplikasi, karena diskusi ini mampu memberi hasil yang lebih komprehensif dan menjadi rumusan Rencana Kerja Tahunan Dinas Kesehatan serta dokumen isu strategis bidang kesehatan pada RPJMD Kota Tidore Kepulauan Periode 2015-2020.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kegiatan-kegiatan ini, Anda dapat menghubungi Senior Program Officer UNICEF-BaKTI, Leonardy Sambo melalui email [email protected]

25 26BaKTINews BaKTINews

Foto

-foto

Dok

. BaK

TI

Bedah Buku dan Konsultasi Publik : Panduan Dakwah tentang Perlindungan Anak 22 September 2014

Workshop Penyusunan Renstra Kesehatan Ibu dan Anak 2015 – 2020 23 – 24 September 2014

No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Sumber foto : Doc. BaKTI

Page 30: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

elajar bagiku adalah sebuah hal yang Bm e n y e n a n g k a n , t i d a k h a n y a mendapatkan pengetahuan yang baru

a k a n t e t a p i j u g a p e n g a l a m a n u n t u k berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Untuk i t u l a h m e n g a p a a n a k - a n a k b e r h a k mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan. Namun, sayangnya Indonesia yang luas ini menjadi salah satu alasan mengapa tidak semua anak mendapatkan porsi yang sama dalam hal belajar, banyak rintangan serta keterbatasan hanya untuk sekedar duduk di bangku sekolah.

Mendidik adalah tanggung jawab kaum terdidik Gerakan Indonesia Mengajar mencoba untuk menjawab tantangan tersebut yaitu dengan mengajak generasi muda untuk terjun dan terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di berbagai penjuru Indonesia sebagai seorang guru sekolah dasar. Ya, aku adalah salah satu Pengajar Muda Indonesia angkatan VII. Perkenalkan namaku Fransisca Christanti. Aku adalah alumnus Universitas Gadjah Mada Yo g ya k a r t a , Ju r u s a n Ps i ko l o g i . Ke d u a orangtuaku juga berprofesi sebagai tenaga pendidik, hal membuatku seakan terbius untuk mengikuti jejak mereka. Oleh karenanya di tahun 2013 aku mantap untuk mendedikasikan diri kepada Gerakan Indonesia Mengajar dan selama setahun penuh aku akan ditugaskan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah bersama kelima temanku yang lain. Kini, aku mengajar sebagai guru di SD Inpres Solan dan dipercaya menjadi wali kelas 5.

Mendidik dengan mendamaikan Sedikit menggambarkan tentang tempat di mana aku tinggal sekarang, Desa Solan adalah sebuah desa pesisir dimana sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai nelayan. Desa homogen yang terdiri dari satu suku asli yaitu Suku Saluan dan nyaris 100% penduduknya beragama Kristen.

Oleh Fransisca Christanti

TERINPIRASI UNTUK

MENGINSPIRASI“Catatan Kecil Dari Solan

Untuk Indonesia”

INDONESIA MENGAJAR BAGIAN 1membantu orangtuanya di kebun dab tak jarang harus meninggalkan sekolah untuk waktu yang cukup lama. Ya, kebanyakan orangtua masih belum meyakini pentingnya sekolah. Bagi mereka sekolah adalah kegiatan formalitas-atau memang sudah sewajarnya begitu-bukan sebagai bekal yang dipersiapkan bagi masa depan yang lebih baik. Akupun tak kehilangan akal, setiap pagi sebelum melangkahkan kaki ke sekolah yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari tempatku t i n g g a l , a k u m e n y e m p a t k a n d i r i u n t u k menghampiri murid-muridku dan mengajak mereka berangkat bersama ke sekolah. Awalnya ini cukup berat, karena tak jarang aku terpaksa datang terlambat ke sekolah lantaran beberapa kali aku harus menunggu murid yang masih mandi atau masih mengangkut air dari PAM desa, namun lambat laun, mereka terbiasa dengan kehadiranku di pagi hari, mereka bersiap lebih dini hingga akhirnya kami dapat tiba di sekolah sebelum bel berbunyi. Mereka pun menjadi lebih antusias untuk pergi ke sekolah setiap pagi, berjalan bersama menyusuri jalan yang tak mulus meski sudah beraspal di tengah desa. Menjaga adik adalah alasan kedua terbanyak yang sering mereka gunakan ketika tidak masuk sekolah. Kalau sudah begini, terus terang aku tak bisa memaksa mereka untuk berangkat, faktanya memang mereka memiliki adik kecil dan orangtua mereka tak ada karena harus pergi ke kebun. Kelas malam atau les malam sering kali menjadi alternatif yang terasa pas, pukul 18.00-20.00 akan banyak anak dari berbagai jenjang kelas memadati teras rumah keluarga peliharaku (keluarga angkat). Mulai dari mereka yang serius ingin belajar hingga mereka yang hanya ingin mengamati temannya belajar datang setiap malam. Untungnya ibu angkatku tak pernah keberatan saat keributan kecil sering terdengar dari teras rumah mereka yang tak cukup lapang dan diterangi lampu bohlam 15 watt. B u ka n p e r ka ra mu d a h b e rad a p t a s i d i lingkungan, adat, dan keluarga baru. Namun, setelah delapan bulan lamanya aku meninggalkan Yogyakatra, di tempat ini aku seperti sedang menemukan potongan tanah airku dan potongan ini membawaku semakin mencintai Indonesia. Petualangan ini sedang dimulai. Nantikan kelanjutan ceritaku di bagian kedua.

Belakangan aku baru mengetahui bahwa konflik Poso beberapa tahun silam cukup menimbulkan dampak yang cukup serius pada lingkungan tempatku tinggal sekarang ini. Konflik horizontal cukup rawan timbul, tak jarang gesekan antar suku maupun agama bisa dengan mudah terjadi. Dampak ini juga sangat aku rasakan pada anak didikku. Kebanyakan muridku masih belum terbiasa menerima sebuah perbedaan, sering kali mereka menganggap aneh teman yang menurutnya berbeda dengannya. Ini merupakan fakta yang menarik sekaligus menantang bagiku secara pribadi. Aku menetapkan tugas utamaku selain membantu mereka mengejar ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan aku juga ingin mengajak mereka mengenalkan Indonesia secara luas dan mendalam lagi. Bahwa Indonesia terbentuk dari ragam budaya, adat istiadat, agama dan bahasa. Perbedaan itulah yang membuat Indonesia kaya dan indah. Ya, pelajaran pertama untuk mereka adalah mengenal konsep multikultural dan pluralisme dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak seusia mereka. Ini dimulai dari mengenal diri sendiri dan teman–teman di sekitar mereka, termasuk mengenal perbedaan satu dengan yang lainnya baik itu bentuk fisik, warna favorit, hobi, atau mata pelajaraan kesukaan mereka. Aku ingin mereka tak perlu lagi khawatir dan merasa risih dengan sebuah perbedaan.

Setahun mengajar menginspirasi seumur hidup Nyatanya jargon itu juga berlaku sebaliknya. Setahun mengajar, aku pun terinspirasi seumur hidup. Tak hanya mereka yang belajar padaku, kenyataanya aku lebih banyak belajar dari murid-muridku. Bagaimana tidak, bagiku mereka adalah anak-anak luar biasa karena pada usia belum genap 10 tahun mereka sudah menguasai life skill dengan cukup baik. Sepulang sekolah, mereka tak langsung lanjut bermain atau sekedar leyeh-leyeh di rumah. Anak-anak muridku membantu orangtua mereka bekerja, entah itu di laut, di ladang maupun di kebun. Mereka sudah biasa menanam rica (cabai), melempar sauh, memanjat kelapa hingga menjual ikan keliling desa demi menjaga agar dapur terus mengepul. Setiap sore, sebelum matahari tumbang, seusai membantu orangtua bekerja, mereka akan dengan bersemangat berlari menuju pantai yang tak jauh dari desa kami. Membiarkan tubuh mungil mereka tergulung ombak dengan lembut, berbagi tawa dan canda dengan teman sebaya hingga tak peduli akan sisa terik matahari yang menyisakan legam di kulit mereka. Semua itu mereka nikmati dengan penuh rasa bahagia dan syukur. Adalah menjadi sebuah tantangan lain untukku ketika anak-anakku sering kali 'diwajibkan' untuk

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Pengajar Muda Indonesia angkatan VII yang ditempatkan di SDN Inpres Solan, Kabuapten Banggai, Sulawesi Tengah. Beliau dapat dihubungi melalui email [email protected]

27 28BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Foto : Fransisca Christanti/Indonesia Mengajar

Page 31: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

elajar bagiku adalah sebuah hal yang Bm e n y e n a n g k a n , t i d a k h a n y a mendapatkan pengetahuan yang baru

a k a n t e t a p i j u g a p e n g a l a m a n u n t u k berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Untuk i t u l a h m e n g a p a a n a k - a n a k b e r h a k mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan. Namun, sayangnya Indonesia yang luas ini menjadi salah satu alasan mengapa tidak semua anak mendapatkan porsi yang sama dalam hal belajar, banyak rintangan serta keterbatasan hanya untuk sekedar duduk di bangku sekolah.

Mendidik adalah tanggung jawab kaum terdidik Gerakan Indonesia Mengajar mencoba untuk menjawab tantangan tersebut yaitu dengan mengajak generasi muda untuk terjun dan terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di berbagai penjuru Indonesia sebagai seorang guru sekolah dasar. Ya, aku adalah salah satu Pengajar Muda Indonesia angkatan VII. Perkenalkan namaku Fransisca Christanti. Aku adalah alumnus Universitas Gadjah Mada Yo g ya k a r t a , Ju r u s a n Ps i ko l o g i . Ke d u a orangtuaku juga berprofesi sebagai tenaga pendidik, hal membuatku seakan terbius untuk mengikuti jejak mereka. Oleh karenanya di tahun 2013 aku mantap untuk mendedikasikan diri kepada Gerakan Indonesia Mengajar dan selama setahun penuh aku akan ditugaskan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah bersama kelima temanku yang lain. Kini, aku mengajar sebagai guru di SD Inpres Solan dan dipercaya menjadi wali kelas 5.

Mendidik dengan mendamaikan Sedikit menggambarkan tentang tempat di mana aku tinggal sekarang, Desa Solan adalah sebuah desa pesisir dimana sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai nelayan. Desa homogen yang terdiri dari satu suku asli yaitu Suku Saluan dan nyaris 100% penduduknya beragama Kristen.

Oleh Fransisca Christanti

TERINPIRASI UNTUK

MENGINSPIRASI“Catatan Kecil Dari Solan

Untuk Indonesia”

INDONESIA MENGAJAR BAGIAN 1membantu orangtuanya di kebun dab tak jarang harus meninggalkan sekolah untuk waktu yang cukup lama. Ya, kebanyakan orangtua masih belum meyakini pentingnya sekolah. Bagi mereka sekolah adalah kegiatan formalitas-atau memang sudah sewajarnya begitu-bukan sebagai bekal yang dipersiapkan bagi masa depan yang lebih baik. Akupun tak kehilangan akal, setiap pagi sebelum melangkahkan kaki ke sekolah yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari tempatku t i n g g a l , a k u m e n y e m p a t k a n d i r i u n t u k menghampiri murid-muridku dan mengajak mereka berangkat bersama ke sekolah. Awalnya ini cukup berat, karena tak jarang aku terpaksa datang terlambat ke sekolah lantaran beberapa kali aku harus menunggu murid yang masih mandi atau masih mengangkut air dari PAM desa, namun lambat laun, mereka terbiasa dengan kehadiranku di pagi hari, mereka bersiap lebih dini hingga akhirnya kami dapat tiba di sekolah sebelum bel berbunyi. Mereka pun menjadi lebih antusias untuk pergi ke sekolah setiap pagi, berjalan bersama menyusuri jalan yang tak mulus meski sudah beraspal di tengah desa. Menjaga adik adalah alasan kedua terbanyak yang sering mereka gunakan ketika tidak masuk sekolah. Kalau sudah begini, terus terang aku tak bisa memaksa mereka untuk berangkat, faktanya memang mereka memiliki adik kecil dan orangtua mereka tak ada karena harus pergi ke kebun. Kelas malam atau les malam sering kali menjadi alternatif yang terasa pas, pukul 18.00-20.00 akan banyak anak dari berbagai jenjang kelas memadati teras rumah keluarga peliharaku (keluarga angkat). Mulai dari mereka yang serius ingin belajar hingga mereka yang hanya ingin mengamati temannya belajar datang setiap malam. Untungnya ibu angkatku tak pernah keberatan saat keributan kecil sering terdengar dari teras rumah mereka yang tak cukup lapang dan diterangi lampu bohlam 15 watt. B u ka n p e r ka ra mu d a h b e rad a p t a s i d i lingkungan, adat, dan keluarga baru. Namun, setelah delapan bulan lamanya aku meninggalkan Yogyakatra, di tempat ini aku seperti sedang menemukan potongan tanah airku dan potongan ini membawaku semakin mencintai Indonesia. Petualangan ini sedang dimulai. Nantikan kelanjutan ceritaku di bagian kedua.

Belakangan aku baru mengetahui bahwa konflik Poso beberapa tahun silam cukup menimbulkan dampak yang cukup serius pada lingkungan tempatku tinggal sekarang ini. Konflik horizontal cukup rawan timbul, tak jarang gesekan antar suku maupun agama bisa dengan mudah terjadi. Dampak ini juga sangat aku rasakan pada anak didikku. Kebanyakan muridku masih belum terbiasa menerima sebuah perbedaan, sering kali mereka menganggap aneh teman yang menurutnya berbeda dengannya. Ini merupakan fakta yang menarik sekaligus menantang bagiku secara pribadi. Aku menetapkan tugas utamaku selain membantu mereka mengejar ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan aku juga ingin mengajak mereka mengenalkan Indonesia secara luas dan mendalam lagi. Bahwa Indonesia terbentuk dari ragam budaya, adat istiadat, agama dan bahasa. Perbedaan itulah yang membuat Indonesia kaya dan indah. Ya, pelajaran pertama untuk mereka adalah mengenal konsep multikultural dan pluralisme dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak seusia mereka. Ini dimulai dari mengenal diri sendiri dan teman–teman di sekitar mereka, termasuk mengenal perbedaan satu dengan yang lainnya baik itu bentuk fisik, warna favorit, hobi, atau mata pelajaraan kesukaan mereka. Aku ingin mereka tak perlu lagi khawatir dan merasa risih dengan sebuah perbedaan.

Setahun mengajar menginspirasi seumur hidup Nyatanya jargon itu juga berlaku sebaliknya. Setahun mengajar, aku pun terinspirasi seumur hidup. Tak hanya mereka yang belajar padaku, kenyataanya aku lebih banyak belajar dari murid-muridku. Bagaimana tidak, bagiku mereka adalah anak-anak luar biasa karena pada usia belum genap 10 tahun mereka sudah menguasai life skill dengan cukup baik. Sepulang sekolah, mereka tak langsung lanjut bermain atau sekedar leyeh-leyeh di rumah. Anak-anak muridku membantu orangtua mereka bekerja, entah itu di laut, di ladang maupun di kebun. Mereka sudah biasa menanam rica (cabai), melempar sauh, memanjat kelapa hingga menjual ikan keliling desa demi menjaga agar dapur terus mengepul. Setiap sore, sebelum matahari tumbang, seusai membantu orangtua bekerja, mereka akan dengan bersemangat berlari menuju pantai yang tak jauh dari desa kami. Membiarkan tubuh mungil mereka tergulung ombak dengan lembut, berbagi tawa dan canda dengan teman sebaya hingga tak peduli akan sisa terik matahari yang menyisakan legam di kulit mereka. Semua itu mereka nikmati dengan penuh rasa bahagia dan syukur. Adalah menjadi sebuah tantangan lain untukku ketika anak-anakku sering kali 'diwajibkan' untuk

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Pengajar Muda Indonesia angkatan VII yang ditempatkan di SDN Inpres Solan, Kabuapten Banggai, Sulawesi Tengah. Beliau dapat dihubungi melalui email [email protected]

27 28BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Foto : Fransisca Christanti/Indonesia Mengajar

Page 32: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

i layar sebuah foto dengan papan nama DPuskesmas Homhom Tayang. Di latar belakang ada tiga orang sedang mengecat

fasi l i tas Puskesmas. Asalaus Alua, Kepala Puskesmas Distrik Hom-Hom, dengan bersemangat memberi keterangan mengenai apa yang sedang ditayangkan dalam gambar itu. Selain pengecatan, ada kegiatan membersihkan halaman dan p e m b a n g u n a n t a n g k i s e p t i k ( s e p t i ct a n k ) . “Keistimewaan” foto-foto itu ditemukan dalam cerita yang menyertai. Kegiatan itu dilakukan bersama tenaga kesehatan dengan anggota komite kesehatan Puskesmas Hom-hom, Jayawijaya. Cerita istimewa itu adalah dokumentasi pertama bagaimana masyarakat ikut bekerja, notabene kerja bakti: membangun tangki septik, mengecat Puskesmas. Ini tidak terjadi sebelumnya. Setidaknya pertama kali di distrik itu, masyarakat lewat Multi Stakeholder Forum (MSF) melakukan kerja bakti, untuk sarana kesehatan. MSF sendiri adalah sebuah komisi kesehatan yang dibentuk lewat Program KINERJA-USAID, sebagai strategi pelibatan masyarakat dalam peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan. Informasi mengenai perubahan pada tingkat unit layanan Puskesmas, seperti partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sarana kesehatan seperti di Distrik Homhom Jayawijaya, dapat diketahui lewat pertemuan tim teknis. Sebagaimana MSF, pertemuan tim teknis adalah mekanisme pelaporan kegiatan dari unit layanan (Puskesmas) kepada Tim Teknis Kabupaten yang dibentuk oleh Program KINERJA-USAID Papua. Komposisi Tim Teknis Kesehatan yang diinisiasi oleh Program KINERJA-USAID Papua di setiap kabupaten/kota terdiri dari wakil Dinas kesehatan dan Bappeda kabupaten/kota bersama

ABC Program KINERJA-USAID Papua

PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PERTEMUAN TIM TEKNIS

Oleh Luna Vidya

BAGIAN I

tim Kinerja sendiri berkordinasi dengan Sekretaris Daerah. Selain Puskesmas Homhom, dalam pertemuan tim teknis Jayawijaya hadir perwakilan Puskesmas Musatfak dan Puskesmas Hubikosi. Inilah ke tiga puskesmas dampingan program Kinerja-USAID di Kabupaten Jayawijaya. Selain Jayawijaya, lewat program Kinerja Tim Teknis juga dibentuk di Kabupaten Mimika,Jayapura dan Kota Jayapura. Di setiap Kabupaten/Kotasasaran program, tiga Puskesmas dijadikan Puskesmas dampingan. Untuk Kota Jayapura, Puskesmas Tanjung Ria, Koya Barat

dan Abe Pantai. Di Kabupaten Mimika Puskesmas Mapuru Jaya, Limau Asri, Timika Kota. Di Kabupaten jayapura: Puskesmas Sentani Kota, Depapre, dan Dosay. Dengan 12 Puskemas dampingan, bersama organisasi mitra pelaksana program KINERJA-USAID Papua telah terbentuk MSF untuk setiap Puskesmas.

Partisipasi Cerita keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan sarana kesehatan di Homhom hanya satu dari perubahan yang terjadi lewat interfensi

29 30BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Foto Ricky D

ajoh

Page 33: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

i layar sebuah foto dengan papan nama DPuskesmas Homhom Tayang. Di latar belakang ada tiga orang sedang mengecat

fasi l i tas Puskesmas. Asalaus Alua, Kepala Puskesmas Distrik Hom-Hom, dengan bersemangat memberi keterangan mengenai apa yang sedang ditayangkan dalam gambar itu. Selain pengecatan, ada kegiatan membersihkan halaman dan p e m b a n g u n a n t a n g k i s e p t i k ( s e p t i ct a n k ) . “Keistimewaan” foto-foto itu ditemukan dalam cerita yang menyertai. Kegiatan itu dilakukan bersama tenaga kesehatan dengan anggota komite kesehatan Puskesmas Hom-hom, Jayawijaya. Cerita istimewa itu adalah dokumentasi pertama bagaimana masyarakat ikut bekerja, notabene kerja bakti: membangun tangki septik, mengecat Puskesmas. Ini tidak terjadi sebelumnya. Setidaknya pertama kali di distrik itu, masyarakat lewat Multi Stakeholder Forum (MSF) melakukan kerja bakti, untuk sarana kesehatan. MSF sendiri adalah sebuah komisi kesehatan yang dibentuk lewat Program KINERJA-USAID, sebagai strategi pelibatan masyarakat dalam peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan. Informasi mengenai perubahan pada tingkat unit layanan Puskesmas, seperti partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sarana kesehatan seperti di Distrik Homhom Jayawijaya, dapat diketahui lewat pertemuan tim teknis. Sebagaimana MSF, pertemuan tim teknis adalah mekanisme pelaporan kegiatan dari unit layanan (Puskesmas) kepada Tim Teknis Kabupaten yang dibentuk oleh Program KINERJA-USAID Papua. Komposisi Tim Teknis Kesehatan yang diinisiasi oleh Program KINERJA-USAID Papua di setiap kabupaten/kota terdiri dari wakil Dinas kesehatan dan Bappeda kabupaten/kota bersama

ABC Program KINERJA-USAID Papua

PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PERTEMUAN TIM TEKNIS

Oleh Luna Vidya

BAGIAN I

tim Kinerja sendiri berkordinasi dengan Sekretaris Daerah. Selain Puskesmas Homhom, dalam pertemuan tim teknis Jayawijaya hadir perwakilan Puskesmas Musatfak dan Puskesmas Hubikosi. Inilah ke tiga puskesmas dampingan program Kinerja-USAID di Kabupaten Jayawijaya. Selain Jayawijaya, lewat program Kinerja Tim Teknis juga dibentuk di Kabupaten Mimika,Jayapura dan Kota Jayapura. Di setiap Kabupaten/Kotasasaran program, tiga Puskesmas dijadikan Puskesmas dampingan. Untuk Kota Jayapura, Puskesmas Tanjung Ria, Koya Barat

dan Abe Pantai. Di Kabupaten Mimika Puskesmas Mapuru Jaya, Limau Asri, Timika Kota. Di Kabupaten jayapura: Puskesmas Sentani Kota, Depapre, dan Dosay. Dengan 12 Puskemas dampingan, bersama organisasi mitra pelaksana program KINERJA-USAID Papua telah terbentuk MSF untuk setiap Puskesmas.

Partisipasi Cerita keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan sarana kesehatan di Homhom hanya satu dari perubahan yang terjadi lewat interfensi

29 30BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Foto Ricky D

ajoh

Page 34: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

KINERJA-USAID dalam Pembangunan Kesehatan di Papua. Dari “Laporan” ke “Dialog” Dengan apa yang tengah terjadi pada tingkat Puskesmas, pertemuan Tim Teknis Kabupaten secara alamiah berpotensi lebih dari sekedar 'forum pelaporan' dari Puskesmas dampingan. Tapi juga forum dialog mengenai rencana kegiatan, target dan cakupan layanan kesehatan. Sebelumnya program Dinas Kesehatan maupun Puskesmas cenderung salah sasaran, kurang memberi dampak pada upaya memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas sering memprioritaskan fungsi pengembangan atau inovasi daripada fungsi pemenuhan kesehatan wajib kepada masyarakat. “Kaje”: kurang jelas. S e b u a h i s t i l a h u m u m d i P a p u a u n t u k menggambarkan keadaan tanpa hasil berarti. Salah satu sebabnya adalah program dibuat berdasarkan jumlah anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Program seringkali meniru dan mengulang

pembentukan MSF di Puskesmas dampingan. Setiap Puskesmas menandai perjalanan perubahan yang sedang terjadi lewat keterlibatan MSF dengan bukti yang berbeda. Bukan hanya dalam urusan memelihara prasarana, seperti di Homhom. Di Koya Barat, misalnya MSF mendorong dan memperkuat lobby Puskesmas mengenai kebutuhan akan mobil ambulance. Di Mapuru Jaya terjadi perubahan jam layanan di Puskesmas, untuk bisa menjawab kebutuhan masyarakat atas layanan kesehatan. Jam layanan yang sebelumnya hanya tersedia pada pagi sampai tengah hari, sekarang menjadi layanan 24 jam. Di Dosai karena MSF memungkinkan digunakanya anggaran Distrik untuk memperkuat layanan TB dari Puskemas Dosai. Dana Kampung itu digunakan untuk mensubsidi kegiatan pendamping minum obat. MSF juga berkontribusi dalam alokasi penerimaan pegawai negeri sipil tahun 2014 terkait tenaga kesehatan. Permintaan tenaga kesehatan yang spesifik dari puskesmas, diakomodir oleh Pemerintah Kota Jayapura. S t r a t e g i p e m b e n t u k a n M S F u n t u k meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat dalam layanan kesehatan dengan beberapa pencapaian yang terjadi di Puskesmas dampingan di atas, menjadi penting karena hal tersebut memberi referensi baik mengenai hal lain selain partisipasi. Keterlibatan MSF dan kerjasama tenaga kesehatan dengan MSF wilayah layanan puskesmas bersangkutan, menunjukkan MSF tidak semata-mata menjadi mekanisme kontrol terhadap layanan Puskesmas, si “tukang lapor” mengenai jeleknya kualitas layanan Puskesmas, misalnya. Tapi dari pencapaian yang ada, terlihat hadirnya pengakuan dan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan Puskesmas. Tidak ada yang serta merta terjadi. Pengakuan dan kepercayaan masyarakat seperti ini, mulai dapat dicatat pada siklus ke dua Program KINERJA-USAID Papua. Pertemuan rutin MSF dengan Puskesmas, menjadi wadah dialog antara penyedia layanan dan masyarakat yang hendak dilayani. Strategi peningkatan layanan kesehatan ini, diperkuat dengan fasilitisasi penyusunan Standar Prosedur Operational (SPO) serta penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang beresonansi dengan kebutuhan masyarakat di wilayah layanan Puskesmas tersebut. Kesepakatan penerapan SPM pada tingkat puskesmas dalam wujud janji. Perbaikan Layanan di tiap puskesmas dampingan, merupakan mekanisme kontrol yang ideal dan memberi pemahaman baru mengenai kualitas layanan fasilitas kesehatan, yang diinginkan oleh masyarakat setempat. Fasilitasi penyusunan Standar Prosedur Operasional dan penerapan SPM hingga melahirkan Janji Perbaikan Layanan Puskesmas merupakan salah satu “pintu masuk”

p ro g ra m - p ro g ra m ya n g a d a p a d a p e r i o d e sebelumnya. Di sinilah peran penting pertemuan Tim Teknis dapat dikembangkan untuk mendukung perubahan baik yang mulai menggeliat dari Puskesmas. Lewat pertemuan Tim Teknis, Kabupaten/kota bukan saja mendengar laporan perkembangan sebuah kegiatan, capaian yang diraih hingga saat tertentu, tapi secara mental menerima informasi mengenai apa yang masih perlu dilakukan untuk transformasi pembangunan kesehatan di wilayah tersebut. Lewat fasilitasi pertemuan Tim Teknis di satu sisi, dan fasilitasi serta dukungan Kinerja-USAID pada penerapan SPM di ke 12 puskesmas dampingan, proses perencanaan dan penganggaran kegiatan Dinas Kesehatan dapat menjadi lebih baik. Kenapa demikian? Karena SPM mengedepan-kan kerja sama antara Dinas Kesehatan dengan dinas terkait serta masyarakat dalam memenuhi capaian target tersebut. Lewat pertemuan tim teknis, dialog dapat dibangun, antara Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

Sebelumnya program Dinas Kesehatan maupun Puskesmas cenderung salah sasaran, kurang memberi dampak pada upaya memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas sering memprioritaskan fungsi pengembangan atau inovasi daripada fungsi pemenuhan kesehatan wajib kepada masyarakat.

Sehingga Puskesmas bukan saja menjadi sub-ordinat yang memberikan laporan hasil kegiatan dari ordinat super di atasnya, tapi dipandang sebagai “narasumber” penyusunan rencana kegiatan dengan tujuan berkontribusi pada pemenuhan target SPM di tingkat kabupaten/kota. Koordinasi dan kolaborasi seringkali kali mengabur maknanya, ketika unit-unit dalam sebuah sistem menjadi sub-ordinat bagi unit lain. Tetapi platform partisipasi lewat MSF dan pertemuan Tim Teknis Kabupaten sebagai ruang d i a l o g i n i d a p a t d i k e m b a n g k a n u n t u k membangun kordinasi dan kolaborasi yang lebih baik di antara para pendukung kepentingan pembangunan kesehatan di Papua.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program KINERJA-USAID Papua Anda dapat menghubungi Sdri. Luna Vidya melalui email [email protected]

31 32BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. November - Desember 2014 106

Foto Ricky D

ajoh

Bersambung

Page 35: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

KINERJA-USAID dalam Pembangunan Kesehatan di Papua. Dari “Laporan” ke “Dialog” Dengan apa yang tengah terjadi pada tingkat Puskesmas, pertemuan Tim Teknis Kabupaten secara alamiah berpotensi lebih dari sekedar 'forum pelaporan' dari Puskesmas dampingan. Tapi juga forum dialog mengenai rencana kegiatan, target dan cakupan layanan kesehatan. Sebelumnya program Dinas Kesehatan maupun Puskesmas cenderung salah sasaran, kurang memberi dampak pada upaya memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas sering memprioritaskan fungsi pengembangan atau inovasi daripada fungsi pemenuhan kesehatan wajib kepada masyarakat. “Kaje”: kurang jelas. S e b u a h i s t i l a h u m u m d i P a p u a u n t u k menggambarkan keadaan tanpa hasil berarti. Salah satu sebabnya adalah program dibuat berdasarkan jumlah anggaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Program seringkali meniru dan mengulang

pembentukan MSF di Puskesmas dampingan. Setiap Puskesmas menandai perjalanan perubahan yang sedang terjadi lewat keterlibatan MSF dengan bukti yang berbeda. Bukan hanya dalam urusan memelihara prasarana, seperti di Homhom. Di Koya Barat, misalnya MSF mendorong dan memperkuat lobby Puskesmas mengenai kebutuhan akan mobil ambulance. Di Mapuru Jaya terjadi perubahan jam layanan di Puskesmas, untuk bisa menjawab kebutuhan masyarakat atas layanan kesehatan. Jam layanan yang sebelumnya hanya tersedia pada pagi sampai tengah hari, sekarang menjadi layanan 24 jam. Di Dosai karena MSF memungkinkan digunakanya anggaran Distrik untuk memperkuat layanan TB dari Puskemas Dosai. Dana Kampung itu digunakan untuk mensubsidi kegiatan pendamping minum obat. MSF juga berkontribusi dalam alokasi penerimaan pegawai negeri sipil tahun 2014 terkait tenaga kesehatan. Permintaan tenaga kesehatan yang spesifik dari puskesmas, diakomodir oleh Pemerintah Kota Jayapura. S t r a t e g i p e m b e n t u k a n M S F u n t u k meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat dalam layanan kesehatan dengan beberapa pencapaian yang terjadi di Puskesmas dampingan di atas, menjadi penting karena hal tersebut memberi referensi baik mengenai hal lain selain partisipasi. Keterlibatan MSF dan kerjasama tenaga kesehatan dengan MSF wilayah layanan puskesmas bersangkutan, menunjukkan MSF tidak semata-mata menjadi mekanisme kontrol terhadap layanan Puskesmas, si “tukang lapor” mengenai jeleknya kualitas layanan Puskesmas, misalnya. Tapi dari pencapaian yang ada, terlihat hadirnya pengakuan dan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan Puskesmas. Tidak ada yang serta merta terjadi. Pengakuan dan kepercayaan masyarakat seperti ini, mulai dapat dicatat pada siklus ke dua Program KINERJA-USAID Papua. Pertemuan rutin MSF dengan Puskesmas, menjadi wadah dialog antara penyedia layanan dan masyarakat yang hendak dilayani. Strategi peningkatan layanan kesehatan ini, diperkuat dengan fasilitisasi penyusunan Standar Prosedur Operational (SPO) serta penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang beresonansi dengan kebutuhan masyarakat di wilayah layanan Puskesmas tersebut. Kesepakatan penerapan SPM pada tingkat puskesmas dalam wujud janji. Perbaikan Layanan di tiap puskesmas dampingan, merupakan mekanisme kontrol yang ideal dan memberi pemahaman baru mengenai kualitas layanan fasilitas kesehatan, yang diinginkan oleh masyarakat setempat. Fasilitasi penyusunan Standar Prosedur Operasional dan penerapan SPM hingga melahirkan Janji Perbaikan Layanan Puskesmas merupakan salah satu “pintu masuk”

p ro g ra m - p ro g ra m ya n g a d a p a d a p e r i o d e sebelumnya. Di sinilah peran penting pertemuan Tim Teknis dapat dikembangkan untuk mendukung perubahan baik yang mulai menggeliat dari Puskesmas. Lewat pertemuan Tim Teknis, Kabupaten/kota bukan saja mendengar laporan perkembangan sebuah kegiatan, capaian yang diraih hingga saat tertentu, tapi secara mental menerima informasi mengenai apa yang masih perlu dilakukan untuk transformasi pembangunan kesehatan di wilayah tersebut. Lewat fasilitasi pertemuan Tim Teknis di satu sisi, dan fasilitasi serta dukungan Kinerja-USAID pada penerapan SPM di ke 12 puskesmas dampingan, proses perencanaan dan penganggaran kegiatan Dinas Kesehatan dapat menjadi lebih baik. Kenapa demikian? Karena SPM mengedepan-kan kerja sama antara Dinas Kesehatan dengan dinas terkait serta masyarakat dalam memenuhi capaian target tersebut. Lewat pertemuan tim teknis, dialog dapat dibangun, antara Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

Sebelumnya program Dinas Kesehatan maupun Puskesmas cenderung salah sasaran, kurang memberi dampak pada upaya memperbaiki derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas sering memprioritaskan fungsi pengembangan atau inovasi daripada fungsi pemenuhan kesehatan wajib kepada masyarakat.

Sehingga Puskesmas bukan saja menjadi sub-ordinat yang memberikan laporan hasil kegiatan dari ordinat super di atasnya, tapi dipandang sebagai “narasumber” penyusunan rencana kegiatan dengan tujuan berkontribusi pada pemenuhan target SPM di tingkat kabupaten/kota. Koordinasi dan kolaborasi seringkali kali mengabur maknanya, ketika unit-unit dalam sebuah sistem menjadi sub-ordinat bagi unit lain. Tetapi platform partisipasi lewat MSF dan pertemuan Tim Teknis Kabupaten sebagai ruang d i a l o g i n i d a p a t d i k e m b a n g k a n u n t u k membangun kordinasi dan kolaborasi yang lebih baik di antara para pendukung kepentingan pembangunan kesehatan di Papua.

INFORMASI LEBIH LANJUT

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Program KINERJA-USAID Papua Anda dapat menghubungi Sdri. Luna Vidya melalui email [email protected]

31 32BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. November - Desember 2014 106

Foto Ricky D

ajoh

Bersambung

Page 36: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

a l a m r a n a h a d v o k a s i k e b i j a k a n , pertanyaan yang kerapkali mengganggu adalah mengapa hasil-hasil kajian tidak

menjadi basis dalam perumusan kebijakan publik? Mengapa para pengambil kebijakan tidak tertarik untuk menggunakan hasil-hasil kajian sebagai m a s u k a n k e b i j a k a n , d a n j u s t r u l e b i h mengutamakan usulan publik yang disalurkan melalui forum-forum aspirasi (Musrenbang, konsultasi publik, Reses)? Mengapa tradisi perumusan kebijakan berbasis fakta (evidence based policy making) dirasa sulit berkembang di kalangan para pengambil kebijakan? Munculnya berbagai pertanyaan tersebut dapat dipahami jika kita mengamati fenomena yang sedang berlangsung. Para peneliti dan pengambil kebijakan seolah-olah hidup di dua dunia yang berbeda dan terpisah. Di satu sisi, para peneliti disibukkan dengan menulis proposal, merancang i n st r u m e n p e n e l i t i a n , m e l a k u ka n su r ve i , mengumpulkan data, menulis laporan, seminar hasil penelitian, hingga mempublikasikan hasil penelitiannya. Bagi para peneliti, publikasi di jurnal ilmiah yang terakreditasi, dianggap sebagai sebuah prestasi dan tujuan akhir dalam sebuah proses penelitian. Tak jarang, hasil penelitian hanya memenuhi rak buku dan mengendap di hard-disk

komputer. Di sisi lain, para pengambil kebijakan disibukkan dengan aktivitas mendesain rencana, merancang program, menyusun kegiatan, mengalokasikan anggaran, dan kemudian mengimplementasikan-nya. Tetapi apa yang terjadi kemudian, tidak jarang muncul berbagai masalah, seperti program dan kegiatan yang dilaksanakan tidak selaras dengan kebutuhan masyarakat. Terjadi asimetri antara masalah yang dihadapi publik dengan anggaran yang dialokasikan. Fakta di atas melahirkan sebuah tantangan, yaitu mensinergikan dua hal tersebut. Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (disingkat JiKTI), dalam beberapa tahun terakhir telah mencoba menjembatani dunia perencana dengan dunia

MENGEFEKTIFKAN ADVOKASI HASIL

KAJIAN

SEBUAH REFLEKSI

Oleh AGUSSALIMPeneliti senior P3KM UNHAS dan Focal Point JiKTI Sulawesi Selatan

JiKTI

JiKTI berusaha mengambil peran untuk memproduksi dan mengkonsolidasikan hasil-hasil kajian untuk selanjutnya diadvokasikan kepada para pengambil kebijakan.

D

Proses advokasi di Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan kemajuan yang berarti karena adanya minat yang besar dan antusiasme dari para pengambil kebijakan di daerah tersebut.

pengambil kebijakan. JiKTI berusaha mengambil peran untuk memproduksi dan mengkonsolidasi-k a n h a s i l - h a s i l k a j i a n u nt u k s e l a n j u t nya diadvokasikan kepada para pengambil kebijakan. Itu sebabnya, salah satu misi utama JiKTI, yang sebagaimana tertuang di dalam Rencana Strategis JiKTI adalah mendorong dan mengembangkan tradisi evidence based policy making di kalangan para pengambil kebijakan, terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sebagai sebuah gerakan yang baru seumur jagung, tentu saja upaya ini belum menunjukkan hasil yang signifikan. Sebagai peneliti dan Focal Point JiKTI Sulawesi Selatan, dalam beberapa tahun terakhir, saya telah menghasilkan beberapa produk pengetahuan, yaitu berupa hasil penelitian, kajian, dan risalah kebijakan. Tidak semua produk pengetahuan tersebut saya gunakan sebagai bahan advokasi. Namun, hampir semua produk pengetahuan yang saya gunakan sebagai bahan advokasi juga tidak berhasil, diantaranya adalah: (1) Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Gorontalo; (2) Pengelolaan Keuangan Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan; (3) Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Sulawesi Selatan; dan (4) Perencanaan Berbasis Data di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Secara subjektif, proses advokasi yang cukup berhasil adalah upaya pengentasan kemiskinan di Provinsi Gorontalo dan perencanaan berbasis data di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Di Provinsi Gorontalo, selama beberapa bulan, saya telah mendampingi Bappeda dan menfasilitasi forum lintas SKPD dalam mendesain program dan kegiatan untuk pengentasan kemiskinan. Kejadian tersebut berlangsung pada tahun 2010 ketika angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan. Meskipun tidak sepenuhnya dianggap sebagai keberhasilan dalam proses advokasi, namun faktanya angka kemiskinan pada beberapa tahun berikutnya cenderung menurun. Secara khusus, saya ingin menyebutkan bahwa proses advokasi di Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan kemajuan yang berarti karena adanya minat yang besar dan antusiasme dari para pengambil kebijakan di daerah tersebut. Risalah kebijakan yang telah saya advokasikan kepada

pemerintah Kabupaten Polewali Mandar telah ditindak-lanjuti ke dalam berbagai program dan kegiatan, diantaranya penyusunan sistem data pokok perencanaan pembangunan daerah, survei kondisi sosial ekonomi masyarakat, penyusunan master plan pendidikan, pengkoordinasian penanganan kemiskinan, pengkoordinasian strategi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan sebagainya. Proses advokasi yang telah dilakukan, telah dapat melahirkan perubahan positif di lingkungan para pengambil kebijakan. Perubahan positif tersebut adalah: (1) Meningkatnya kesadaran dan antusiasme para pengambil kebijakan terhadap isu-isu kebijakan yang disampaikan; (2) Para pengambil kebijakan menindaklanjuti rekomendasi kebijakan ke dalam berbagai formulasi program, kegiatan dan rencana-rencana aksi; dan (3) Kesediaan para pengambil kebijakan untuk didampingi dalam proses formulasi dan implementasi rencana-rencana aksi. Ketiga hal ini dapat menjadi peluang positif terkait dengan upaya advokasi. Proses menyebarluaskan hasil kajian dan advokasi dapat dilakukan dengan beragam cara, antara lain: (1) Menyusun ringkasan hasil penelitian a t a u m e m b u a t r i s a l a h k e b i j a k a n ; ( 2 ) Mempublikasikan ringkasan hasil penelitian dan risalah kebijakan tersebut melalui blog pribadi, website, koran, dan majalah; (3) Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian ke berbagai stakeholder kunci, melalui kegiatan road-show ke daerah, workshop, dan dialog publik (News Cafe BaKTI); (4) Melakukan konferensi pers dan menerima wawancara dengan media massa; (5) Merancang pertemuan dengan p a ra p e n ga m b i l ke b i ja ka n k u n c i ; d a n ( 6 ) Mendampingi para pengambil kebijakan dalam m e n d e s a i n , m e m f o r m u l a s i , d a n mengimplementasikan rencana-rencana aksi. Secara umum, proses advokasi hasil-hasil kajian kepada para pengambil kebijakan tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Terdapat begitu banyak tantangan. Tantangan-tantangan yang

33 34BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Page 37: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

a l a m r a n a h a d v o k a s i k e b i j a k a n , pertanyaan yang kerapkali mengganggu adalah mengapa hasil-hasil kajian tidak

menjadi basis dalam perumusan kebijakan publik? Mengapa para pengambil kebijakan tidak tertarik untuk menggunakan hasil-hasil kajian sebagai m a s u k a n k e b i j a k a n , d a n j u s t r u l e b i h mengutamakan usulan publik yang disalurkan melalui forum-forum aspirasi (Musrenbang, konsultasi publik, Reses)? Mengapa tradisi perumusan kebijakan berbasis fakta (evidence based policy making) dirasa sulit berkembang di kalangan para pengambil kebijakan? Munculnya berbagai pertanyaan tersebut dapat dipahami jika kita mengamati fenomena yang sedang berlangsung. Para peneliti dan pengambil kebijakan seolah-olah hidup di dua dunia yang berbeda dan terpisah. Di satu sisi, para peneliti disibukkan dengan menulis proposal, merancang i n st r u m e n p e n e l i t i a n , m e l a k u ka n su r ve i , mengumpulkan data, menulis laporan, seminar hasil penelitian, hingga mempublikasikan hasil penelitiannya. Bagi para peneliti, publikasi di jurnal ilmiah yang terakreditasi, dianggap sebagai sebuah prestasi dan tujuan akhir dalam sebuah proses penelitian. Tak jarang, hasil penelitian hanya memenuhi rak buku dan mengendap di hard-disk

komputer. Di sisi lain, para pengambil kebijakan disibukkan dengan aktivitas mendesain rencana, merancang program, menyusun kegiatan, mengalokasikan anggaran, dan kemudian mengimplementasikan-nya. Tetapi apa yang terjadi kemudian, tidak jarang muncul berbagai masalah, seperti program dan kegiatan yang dilaksanakan tidak selaras dengan kebutuhan masyarakat. Terjadi asimetri antara masalah yang dihadapi publik dengan anggaran yang dialokasikan. Fakta di atas melahirkan sebuah tantangan, yaitu mensinergikan dua hal tersebut. Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (disingkat JiKTI), dalam beberapa tahun terakhir telah mencoba menjembatani dunia perencana dengan dunia

MENGEFEKTIFKAN ADVOKASI HASIL

KAJIAN

SEBUAH REFLEKSI

Oleh AGUSSALIMPeneliti senior P3KM UNHAS dan Focal Point JiKTI Sulawesi Selatan

JiKTI

JiKTI berusaha mengambil peran untuk memproduksi dan mengkonsolidasikan hasil-hasil kajian untuk selanjutnya diadvokasikan kepada para pengambil kebijakan.

D

Proses advokasi di Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan kemajuan yang berarti karena adanya minat yang besar dan antusiasme dari para pengambil kebijakan di daerah tersebut.

pengambil kebijakan. JiKTI berusaha mengambil peran untuk memproduksi dan mengkonsolidasi-k a n h a s i l - h a s i l k a j i a n u nt u k s e l a n j u t nya diadvokasikan kepada para pengambil kebijakan. Itu sebabnya, salah satu misi utama JiKTI, yang sebagaimana tertuang di dalam Rencana Strategis JiKTI adalah mendorong dan mengembangkan tradisi evidence based policy making di kalangan para pengambil kebijakan, terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sebagai sebuah gerakan yang baru seumur jagung, tentu saja upaya ini belum menunjukkan hasil yang signifikan. Sebagai peneliti dan Focal Point JiKTI Sulawesi Selatan, dalam beberapa tahun terakhir, saya telah menghasilkan beberapa produk pengetahuan, yaitu berupa hasil penelitian, kajian, dan risalah kebijakan. Tidak semua produk pengetahuan tersebut saya gunakan sebagai bahan advokasi. Namun, hampir semua produk pengetahuan yang saya gunakan sebagai bahan advokasi juga tidak berhasil, diantaranya adalah: (1) Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Gorontalo; (2) Pengelolaan Keuangan Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan; (3) Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Sulawesi Selatan; dan (4) Perencanaan Berbasis Data di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Secara subjektif, proses advokasi yang cukup berhasil adalah upaya pengentasan kemiskinan di Provinsi Gorontalo dan perencanaan berbasis data di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Di Provinsi Gorontalo, selama beberapa bulan, saya telah mendampingi Bappeda dan menfasilitasi forum lintas SKPD dalam mendesain program dan kegiatan untuk pengentasan kemiskinan. Kejadian tersebut berlangsung pada tahun 2010 ketika angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan. Meskipun tidak sepenuhnya dianggap sebagai keberhasilan dalam proses advokasi, namun faktanya angka kemiskinan pada beberapa tahun berikutnya cenderung menurun. Secara khusus, saya ingin menyebutkan bahwa proses advokasi di Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan kemajuan yang berarti karena adanya minat yang besar dan antusiasme dari para pengambil kebijakan di daerah tersebut. Risalah kebijakan yang telah saya advokasikan kepada

pemerintah Kabupaten Polewali Mandar telah ditindak-lanjuti ke dalam berbagai program dan kegiatan, diantaranya penyusunan sistem data pokok perencanaan pembangunan daerah, survei kondisi sosial ekonomi masyarakat, penyusunan master plan pendidikan, pengkoordinasian penanganan kemiskinan, pengkoordinasian strategi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan sebagainya. Proses advokasi yang telah dilakukan, telah dapat melahirkan perubahan positif di lingkungan para pengambil kebijakan. Perubahan positif tersebut adalah: (1) Meningkatnya kesadaran dan antusiasme para pengambil kebijakan terhadap isu-isu kebijakan yang disampaikan; (2) Para pengambil kebijakan menindaklanjuti rekomendasi kebijakan ke dalam berbagai formulasi program, kegiatan dan rencana-rencana aksi; dan (3) Kesediaan para pengambil kebijakan untuk didampingi dalam proses formulasi dan implementasi rencana-rencana aksi. Ketiga hal ini dapat menjadi peluang positif terkait dengan upaya advokasi. Proses menyebarluaskan hasil kajian dan advokasi dapat dilakukan dengan beragam cara, antara lain: (1) Menyusun ringkasan hasil penelitian a t a u m e m b u a t r i s a l a h k e b i j a k a n ; ( 2 ) Mempublikasikan ringkasan hasil penelitian dan risalah kebijakan tersebut melalui blog pribadi, website, koran, dan majalah; (3) Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian ke berbagai stakeholder kunci, melalui kegiatan road-show ke daerah, workshop, dan dialog publik (News Cafe BaKTI); (4) Melakukan konferensi pers dan menerima wawancara dengan media massa; (5) Merancang pertemuan dengan p a ra p e n ga m b i l ke b i ja ka n k u n c i ; d a n ( 6 ) Mendampingi para pengambil kebijakan dalam m e n d e s a i n , m e m f o r m u l a s i , d a n mengimplementasikan rencana-rencana aksi. Secara umum, proses advokasi hasil-hasil kajian kepada para pengambil kebijakan tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Terdapat begitu banyak tantangan. Tantangan-tantangan yang

33 34BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

Page 38: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

sisi lain, akan lebih mudah menangkap pesan yang disampaikan secara lisan ketimbang secara tertulis. Cara ini juga seringkali diinginkan oleh para pengambil kebijakan untuk membangun dialog guna memperjelas pesan yang disampaikan.

Kelima, rekomendasi kebijakan harus bermain di level kegiatan bukan di level kebijakan. Dengan kata lain, rekomendasi

kebijakan harus operasional dan tidak normatif. Para pengambil kebijakan cenderung mengabaikan rekomendasi kebijakan yang bersifat verbal dan normatif. Hal ini mudah dipahami, karena rekomendasi kebijakan semacam itu masih menuntut elaborasi lebih lanjut dari pengambil kebijakan, sesuatu yang seringkali dihindari oleh para pengambil kebijakan. Terlalu sering kita dengarkan ucapan yang keluar dari mulut para pengambil kebijakan, seperti “beritahu saya apa yang harus saya lakukan”. Ucapan ini lebih berkonotasi “kegiatan operasional” ketimbang “kebijakan normatif”.

Keenam, seluruh rekomendasi kebijakan dan desain program harus simple dalam tataran implementasinya. Para pengambil

kebijakan cenderung menghindari rekomendasi kebijakan yang rumit, kompleks, melibatkan banyak pihak, membutuhkan anggaran besar, dan berdimensi jangka panjang. Sebagai contoh, rekomendasi berupa pemberian susu gratis pada saat gerak jalan santai akan lebih cepat direspon oleh para pengambil kebijakan, ketimbang rekomendasi kebijakan yang terkait dengan penanganan gizi buruk.

dimaksud, antara lain: Pertama, kemampuan untuk memilih “isu yang menarik dan seksi”, baik bagi para pengambil kebijakan maupun bagi publik. Para advokator harus memiliki kepekaan untuk menemukan isu-isu yang menimbulkan minat dan membuat

para pengambil kebijakan tertarik dan antusias. Hingga saat ini, isu-isu penanggulangan kemiskinan, pengentasan anak jalanan dan gelandangan, perbaikan kualitas manusia, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi masih menjadi isu yang diminati oleh para pengambil kebijakan.

Ke d u a , p a ra p e n ga m b i l ke b i ja k a n seringkali lebih berfokus pada “siapa yang menyampaikan” ketimbang “apa yang

disampaikan”. Persepsi pengambil kebijakan terhadap figur advokator seringkali menjadi faktor penentu keberhasilan proses advokasi. Ketika pengambil kebijakan tidak lagi meragukan kapasitas dan kapabilitas sang advokator, substansi kebijakan yang diadvokasikan akan mendapatkan perhatian penuh.

Ketiga, proses advokasi tampaknya akan jauh lebih mudah jika sudah ada hubungan yang terbangun sebelum proses advokasi

dimulai. Ikatan kekerabatan sosial yang telah terjalin jauh sebelum proses advokasi dilakukakan, seringkali menjadi faktor yang membuka dan melancarkan jalannya proses advokasi.

Keempat, rekomendasi kebijakan juga h a r u s d i s a m p a i k a n s e c a r a l i s a n , melengkapi penyampaian secara tertulis.

Para advokator harus memahami dua kondisi yang dialami oleh para pengambil kebijakan, bahwa mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca hasil-hasil kajian, meskipun sudah dalam bentuk ringkasan eksekutif (executive summary). Di

Oleh Ivan Hadar

Suara Forum KTI

ekitar tiga tahun lalu, kabar menarik berikut ini menjadi perhatian kita karena Sberkaitan dengan kedaulatan negara yang disimbolkan dalam kemenangan- Presiden Venezuela ketika itu - Hugo Chavez atas Exxon Mobil .Dalam kasus

perdata dengan Exxon Mobil, langkah nasionalisasi perusahaan asing demi perekonomian yang berpihak pada rakyat seolah didukung oleh Lembaga Arbitrase Internasional (ICC), ketika hanya mengharuskan Venezuala membayar 10% kompensasi yang dituntut oleh perusahaan minyak raksasa tersebut.

Akumulasi Kekayaan

Lewat PemiskinanOleh IVAN A. HADAR

35 36BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah peneliti senior P3KM UNHAS dan Focal Point JiKTI Sulawesi Selatan, beliau dapat dihubungi melalui email [email protected]

Suara Forum KTI

Page 39: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

sisi lain, akan lebih mudah menangkap pesan yang disampaikan secara lisan ketimbang secara tertulis. Cara ini juga seringkali diinginkan oleh para pengambil kebijakan untuk membangun dialog guna memperjelas pesan yang disampaikan.

Kelima, rekomendasi kebijakan harus bermain di level kegiatan bukan di level kebijakan. Dengan kata lain, rekomendasi

kebijakan harus operasional dan tidak normatif. Para pengambil kebijakan cenderung mengabaikan rekomendasi kebijakan yang bersifat verbal dan normatif. Hal ini mudah dipahami, karena rekomendasi kebijakan semacam itu masih menuntut elaborasi lebih lanjut dari pengambil kebijakan, sesuatu yang seringkali dihindari oleh para pengambil kebijakan. Terlalu sering kita dengarkan ucapan yang keluar dari mulut para pengambil kebijakan, seperti “beritahu saya apa yang harus saya lakukan”. Ucapan ini lebih berkonotasi “kegiatan operasional” ketimbang “kebijakan normatif”.

Keenam, seluruh rekomendasi kebijakan dan desain program harus simple dalam tataran implementasinya. Para pengambil

kebijakan cenderung menghindari rekomendasi kebijakan yang rumit, kompleks, melibatkan banyak pihak, membutuhkan anggaran besar, dan berdimensi jangka panjang. Sebagai contoh, rekomendasi berupa pemberian susu gratis pada saat gerak jalan santai akan lebih cepat direspon oleh para pengambil kebijakan, ketimbang rekomendasi kebijakan yang terkait dengan penanganan gizi buruk.

dimaksud, antara lain: Pertama, kemampuan untuk memilih “isu yang menarik dan seksi”, baik bagi para pengambil kebijakan maupun bagi publik. Para advokator harus memiliki kepekaan untuk menemukan isu-isu yang menimbulkan minat dan membuat

para pengambil kebijakan tertarik dan antusias. Hingga saat ini, isu-isu penanggulangan kemiskinan, pengentasan anak jalanan dan gelandangan, perbaikan kualitas manusia, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi masih menjadi isu yang diminati oleh para pengambil kebijakan.

Ke d u a , p a ra p e n ga m b i l ke b i ja k a n seringkali lebih berfokus pada “siapa yang menyampaikan” ketimbang “apa yang

disampaikan”. Persepsi pengambil kebijakan terhadap figur advokator seringkali menjadi faktor penentu keberhasilan proses advokasi. Ketika pengambil kebijakan tidak lagi meragukan kapasitas dan kapabilitas sang advokator, substansi kebijakan yang diadvokasikan akan mendapatkan perhatian penuh.

Ketiga, proses advokasi tampaknya akan jauh lebih mudah jika sudah ada hubungan yang terbangun sebelum proses advokasi

dimulai. Ikatan kekerabatan sosial yang telah terjalin jauh sebelum proses advokasi dilakukakan, seringkali menjadi faktor yang membuka dan melancarkan jalannya proses advokasi.

Keempat, rekomendasi kebijakan juga h a r u s d i s a m p a i k a n s e c a r a l i s a n , melengkapi penyampaian secara tertulis.

Para advokator harus memahami dua kondisi yang dialami oleh para pengambil kebijakan, bahwa mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca hasil-hasil kajian, meskipun sudah dalam bentuk ringkasan eksekutif (executive summary). Di

Oleh Ivan Hadar

Suara Forum KTI

ekitar tiga tahun lalu, kabar menarik berikut ini menjadi perhatian kita karena Sberkaitan dengan kedaulatan negara yang disimbolkan dalam kemenangan- Presiden Venezuela ketika itu - Hugo Chavez atas Exxon Mobil .Dalam kasus

perdata dengan Exxon Mobil, langkah nasionalisasi perusahaan asing demi perekonomian yang berpihak pada rakyat seolah didukung oleh Lembaga Arbitrase Internasional (ICC), ketika hanya mengharuskan Venezuala membayar 10% kompensasi yang dituntut oleh perusahaan minyak raksasa tersebut.

Akumulasi Kekayaan

Lewat PemiskinanOleh IVAN A. HADAR

35 36BaKTINews BaKTINews No. Oktober - November 2014 106 No. Oktober - November 2014 106

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah peneliti senior P3KM UNHAS dan Focal Point JiKTI Sulawesi Selatan, beliau dapat dihubungi melalui email [email protected]

Suara Forum KTI

Page 40: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Terdapat kesepakatan luas bahwa terpilihnya Hugo Chavez sebagai presiden Venezuela (1998) memulai apa yang disebut “pergeseran ke kiri”- menapaki langkah sosialisme demokrasi-di hamper semua Negara Amerika Latin. Jurnal Nueva Sociedad dalam Edisi Khusus 2008 mengajukan judul, “Seberapa kiri, kirinya Amerika Latin?”, memuat berbagai tulisan yang mendiskusikan wacana dan langkah politik, atau latar belakang sejarah dan gerakan sosial yang menjadi penyebab “pergeseran ke kiri”di Latin Amerika. Sepanjang 1980-an Amerika Latin mengalami “dekade yang hilang” dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terendah, angka kemiskinan yang melejit, serta distribusi pendapatan terburuk di dunia. Setelah terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup lumayan pada paruh pertama 1990-an di bawah “arahan dan kendali” Bank Dunia dan IMF, kembali terjadi “5 tahun yang hilang” pada paruh kedua 1990-an. Penyebabnya, penyesuaian struktural neoliberalisme (Konsensus Washington) tidak mampu menepati janji perbaikan. Sebaliknya, Argentina sebagai negara “pajangan” reformasi neoliberalisme saat itu, pada 2001 terjerembap dalam krisis yang sangat serius. Akibatnya, para pemilih memberikan kartu merah bagi pemerintahan dan parpol tradisional dan memilih kandidat yang menyandang posisi kiri. Hugo Chavez, Evo Morales, dan Rafael Correa, misalnya, mewakili kecenderungan tersebut. Sementara di negara-negara dengan tradisi demokrasi termasuk memiliki parpol kiri yang cukup kuat seperti Brasil, Cile, dan Argentina, terjadi perubahan paradigm secara ideologis dalam system politiknya. Meskipun,secara detail, terdapat beragam wacana dan praktik politik pemerintahan di Amerika Latin, setidaknya terdapat tiga kecenderungan yang sama. Pertama, semakin aktifnya Negara dalam perekonomian. Kedua, Negara memprioritaskan kebijakan social sebagai kebijakan pendistribusian kue pembangunan dan ketiga, terjadi diversifikasi hubungan politik dan ekonomi luar negeri. S e m e n t a r a i t u , t a k a d a s a t u p u n y a n g mempertanyakan stabilitas moneter dan keuangan, aturan pasar bebas dan integrasi pasar dunia. Semua elemen Konsensus Washington tersebut akibat pengalaman hiper inflasi sepanjang 1990-an, diserap menjadi bagian penting kebijakan pemerintah. Lebih dari sepuluh tahun 'pergeseran ke kiri' di Amerika Latin telah menimbulkan perbaikan sosial-ekonomi yang cukup signifikan. Tingkat kemiskinan menurun dari 48% menjadi 36% total penduduk. Saat ini 15 juta keluarga di Brasil memperoleh tunjangan langsung berkat program 'Bolsa Famillia' - dari sebelumnya 'hanya' berjumlah 3,6 juta keluarga yang memperoleh manfaat tersebut pada 2003. Di banyak Negara Amerika Latin terjadi

perbaikan dalam distribusi penghasilan bagi rakyatnya. Kabar terakhir Brasil berhasil menggusur Inggris sebagai kekuatan ekonomi nomor enam dunia. Bagaimana dengan kita? Kedaulatan Sejak 2002 angka kemiskinan di negeri ini belum beranjak jauh. Sementara itu, terkait kemandirian (lebih tepat, disebut kedaulatan), beberapa contoh berikut ini menunjukkan kita jauh tercecer dari cita- cita bernegara. Aceh bias banyak bercerita tentang Exxon Mobil yang lama beroperasi menghabiskan minyak dan gas, sambil meninggalkan kerusakan di kawasan sekitarnya. Exxon- Mobil kemudian 'mengalahkan' Pertamina dalam perlombaan penguasaan Blok Cepu. Sementara itu, kita semua tahu bahwa PT Freeport Indonesia sejak puluhan tahun beroperasi dengan hanya menyisakan 9,36% saham bagi pemerintah yang mewakili rakyat Indonesia. Saat ini Freeport telah menjadi perusahaan tambang terbesar di dunia berkat menguras gunung Ertsberg dan Grasberg yang sebenarnya memiliki nilai sakral bagi masyarakat adat Papua. Kita pun merasa tak berdaya ketika setiap hari jalanan republic ini dipenuhi segala macam produk otomotif asing. Setiap tahun, terjadinya peningkatan belanja automotif di negeri ini yang menjadikan kita konsumen terbaik bagi negara- Negara produsen. Sebenarnya, yang terjadi adalah kita telah kehilangan triliunan rupiah devisa setiap tahun k a r e n a t i d a k m a m p u a t a u t i d a k m a u mengembangkan kemandirian. Beruntung, sekitar dua tahun lalu, secercah harapan dimunculkan murid-murid sekolah menengah kejuruan, SMK, yang menciptakan mobil SUV murah bernama Esemka. Dukungan konkret pun dating dari Wali Kota (ketika itu) Jokowi yang menjadikan mobil tersebut sebagai kendaraan dinasnya. Setelah merdeka lebih dari separuh abad, tampaknya sudah waktunya kita belajar dari anak-anak muda di Solo tadi sambil berupaya menjadi tuan di rumah sendiri seperti yang dilakukan Chavez. Kalaupun belum seberani Chavez, sudah waktunya kita negosiasikan ulang berbagai kontrak karya dengan perusahaan asing, khususnya terkait sumber daya alam. Targetnya, menjadi pemilik saham mayoritas agar bias berdaulat mengendalikan pengelolaan sumberdaya alam. Semoga!

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education (IDe) dan Anggota Pokja Forum KTI dan dapat dihubungi melalui email [email protected] ini juga dapat dibaca di Malut Post online pada link http://malutpost.co.id/2014/09/04/akumulasi-kekayaan-lewat-pemiskinan/

Bertempat di Kantor Yayasan BaKTI Makassar, BaKTI-Program MAMPU menggelar diskusi antara anggota

DPRD Kabupaten Maros dengan anggota DPRD Kota Parepare mengenai Tata Tertib DPRD yang Transparan, Akuntabel, dan Partisipatif (TAP). Pada Diskusi ini, DPRD Parepare berbagi pengalaman mereka dalam mengembangkan Tatib yang TAP sejak 2009 dan ini cukup menarik bagi anggota DPRD Maros untuk belajar mengenai Tatib tersebut. Tiga narasumber dari DPRD Parepare yang hadir, yaitu ketua DPRD Parepare, Kaharudin Kadir, anggota DPRD perempuan, Andi Nurhanjani dan Sekretaris DPRD Parepare. Sedangkan anggota DPRD Maros yang hadir terdiri dari Panitia Khusus (Pansus) Tatib dan anggota DPRD perempuan. Ketiga narasumber menjelaskan Tatib DPRD Parepare yang membuka ruang partisipasi rakyat, sehingga agenda-agenda DPRD Parepare selalu terbuka dan diikuti oleh rakyat. Yang paling terkenal adalah “Fraksi Balkon”. Istilah “Fraksi Balkon” populer di DPRD Parepare sejak periode 2009-2014. Istilah ini menunjuk pada kehadiran kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) dalam rapat-rapat di DPRD Parepare dan menempati balkon. Fraksi Balkon terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang diundang untuk mengikuti rapat-rapat di DPRD Parepare. Kegiatan ini dihadiri oleh 27 peserta yang terdiri dari Anggota DPRD Pare-pare, DPRD Maros, LSM Mitra MAMPU – LP2EM, KL2SS, Maupe Maros dan staf BaKTI-MAMPU.

Pada Inspirasi BaKTI kali ini, BaKTI menggelar Pemutaran dan Diskusi Film Praktik Cerdas Nonggup yang merupakan film produksi bersama antara BaKTI dan Rumah Ide Makassar. Event ini bertujuan untuk

mempromosikan praktik cerdas yang dilakukan masyarakat di Distrik Iniyandit dalam membawa perubahan ekonomi di daerahnya, serta membuka ruang dialog antar pelaku pembangunan untuk saling berbagi pengalaman dan membangun sinergi dalam kegiatannya. Yan Karowa, Kepala Distrik Iniyandit, Kabupaten Boven Digoel, Papua hadir sebagai narasumber yang berbagi pengalaman mengenai ide dan latar belakang pembentukan Koperasi Nonggup yang awalnya hanya bermodal 8 juta rupiah dengan jumlah anggota 27 orang di tahun 2009 hingga sekarang sudah memiliki omzet sebesar 1.6 miliar dengan jumlah anggota 468 orang. Acara ini dihadiri oleh 46 peserta yang berasal dari pemerintah provinsi dan daerah, NGO/CSO, media, akademisi, program donor dan swasta.

Diskusi Tatib DPRD TAP 7 Oktober 2014

Inspirasi BaKTI "Pemutaran dan Diskusi Film Praktik Cerdas NONGGUP

Kegiatan di BaKTI

Yayasan BaKTI menerima kunjungan Sekolah Politik Perempuan Maupe (SPPM) Maros, yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan para

siswa, sebagai rangkaian kegiatan praktik lapangan setelah mengikuti pendidikan selama tiga bulan. Kunjungan belajar ini bertujuan untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kapasitas serta kepercayaan diri siswa SPPM khususnya dalam melakukan langkah-langkah advokasi agar nantinya bisa menganalisis kebutuhan perempuan di tingkat desa untuk dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi di Kabupaten Maros. Pada kunjungan ini, Direktur Eksekutif BaKTI, Caroline Tupamahu menjelaskan tentang BaKTI dan kegiatan-kegiatannya termasuk beberapa praktik cerdas yang sudah diidentifikasi dan dipromosikan oleh BaKTI terutama terkait dengan isu perempuan seperti Rumah Aman menuju kesetaraan gender di NTT, dan Koperasi Perempuan Mata Mosobu di Buton, Sulawesi Tenggara. Selain berdiskusi dan menonton film praktik cerdas, para siswa juga berkesempatan mengunjungi Galeri Pengetahuan BaKTI untuk mendapatkan informasi buku dan referensi pembangunan. Sebanyak 24 orang mengikuti kegiatan yang bertempat di ruang pertemuan BaKTI Makassar.

Kunjungan Belajar Siswa SPPM7 Oktober 2014

29 Oktober 2014

37 BaKTINews No. Oktober - November 2014 106

Page 41: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Terdapat kesepakatan luas bahwa terpilihnya Hugo Chavez sebagai presiden Venezuela (1998) memulai apa yang disebut “pergeseran ke kiri”- menapaki langkah sosialisme demokrasi-di hamper semua Negara Amerika Latin. Jurnal Nueva Sociedad dalam Edisi Khusus 2008 mengajukan judul, “Seberapa kiri, kirinya Amerika Latin?”, memuat berbagai tulisan yang mendiskusikan wacana dan langkah politik, atau latar belakang sejarah dan gerakan sosial yang menjadi penyebab “pergeseran ke kiri”di Latin Amerika. Sepanjang 1980-an Amerika Latin mengalami “dekade yang hilang” dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terendah, angka kemiskinan yang melejit, serta distribusi pendapatan terburuk di dunia. Setelah terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup lumayan pada paruh pertama 1990-an di bawah “arahan dan kendali” Bank Dunia dan IMF, kembali terjadi “5 tahun yang hilang” pada paruh kedua 1990-an. Penyebabnya, penyesuaian struktural neoliberalisme (Konsensus Washington) tidak mampu menepati janji perbaikan. Sebaliknya, Argentina sebagai negara “pajangan” reformasi neoliberalisme saat itu, pada 2001 terjerembap dalam krisis yang sangat serius. Akibatnya, para pemilih memberikan kartu merah bagi pemerintahan dan parpol tradisional dan memilih kandidat yang menyandang posisi kiri. Hugo Chavez, Evo Morales, dan Rafael Correa, misalnya, mewakili kecenderungan tersebut. Sementara di negara-negara dengan tradisi demokrasi termasuk memiliki parpol kiri yang cukup kuat seperti Brasil, Cile, dan Argentina, terjadi perubahan paradigm secara ideologis dalam system politiknya. Meskipun,secara detail, terdapat beragam wacana dan praktik politik pemerintahan di Amerika Latin, setidaknya terdapat tiga kecenderungan yang sama. Pertama, semakin aktifnya Negara dalam perekonomian. Kedua, Negara memprioritaskan kebijakan social sebagai kebijakan pendistribusian kue pembangunan dan ketiga, terjadi diversifikasi hubungan politik dan ekonomi luar negeri. S e m e n t a r a i t u , t a k a d a s a t u p u n y a n g mempertanyakan stabilitas moneter dan keuangan, aturan pasar bebas dan integrasi pasar dunia. Semua elemen Konsensus Washington tersebut akibat pengalaman hiper inflasi sepanjang 1990-an, diserap menjadi bagian penting kebijakan pemerintah. Lebih dari sepuluh tahun 'pergeseran ke kiri' di Amerika Latin telah menimbulkan perbaikan sosial-ekonomi yang cukup signifikan. Tingkat kemiskinan menurun dari 48% menjadi 36% total penduduk. Saat ini 15 juta keluarga di Brasil memperoleh tunjangan langsung berkat program 'Bolsa Famillia' - dari sebelumnya 'hanya' berjumlah 3,6 juta keluarga yang memperoleh manfaat tersebut pada 2003. Di banyak Negara Amerika Latin terjadi

perbaikan dalam distribusi penghasilan bagi rakyatnya. Kabar terakhir Brasil berhasil menggusur Inggris sebagai kekuatan ekonomi nomor enam dunia. Bagaimana dengan kita? Kedaulatan Sejak 2002 angka kemiskinan di negeri ini belum beranjak jauh. Sementara itu, terkait kemandirian (lebih tepat, disebut kedaulatan), beberapa contoh berikut ini menunjukkan kita jauh tercecer dari cita- cita bernegara. Aceh bias banyak bercerita tentang Exxon Mobil yang lama beroperasi menghabiskan minyak dan gas, sambil meninggalkan kerusakan di kawasan sekitarnya. Exxon- Mobil kemudian 'mengalahkan' Pertamina dalam perlombaan penguasaan Blok Cepu. Sementara itu, kita semua tahu bahwa PT Freeport Indonesia sejak puluhan tahun beroperasi dengan hanya menyisakan 9,36% saham bagi pemerintah yang mewakili rakyat Indonesia. Saat ini Freeport telah menjadi perusahaan tambang terbesar di dunia berkat menguras gunung Ertsberg dan Grasberg yang sebenarnya memiliki nilai sakral bagi masyarakat adat Papua. Kita pun merasa tak berdaya ketika setiap hari jalanan republic ini dipenuhi segala macam produk otomotif asing. Setiap tahun, terjadinya peningkatan belanja automotif di negeri ini yang menjadikan kita konsumen terbaik bagi negara- Negara produsen. Sebenarnya, yang terjadi adalah kita telah kehilangan triliunan rupiah devisa setiap tahun k a r e n a t i d a k m a m p u a t a u t i d a k m a u mengembangkan kemandirian. Beruntung, sekitar dua tahun lalu, secercah harapan dimunculkan murid-murid sekolah menengah kejuruan, SMK, yang menciptakan mobil SUV murah bernama Esemka. Dukungan konkret pun dating dari Wali Kota (ketika itu) Jokowi yang menjadikan mobil tersebut sebagai kendaraan dinasnya. Setelah merdeka lebih dari separuh abad, tampaknya sudah waktunya kita belajar dari anak-anak muda di Solo tadi sambil berupaya menjadi tuan di rumah sendiri seperti yang dilakukan Chavez. Kalaupun belum seberani Chavez, sudah waktunya kita negosiasikan ulang berbagai kontrak karya dengan perusahaan asing, khususnya terkait sumber daya alam. Targetnya, menjadi pemilik saham mayoritas agar bias berdaulat mengendalikan pengelolaan sumberdaya alam. Semoga!

INFORMASI LEBIH LANJUT

Penulis adalah Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education (IDe) dan Anggota Pokja Forum KTI dan dapat dihubungi melalui email [email protected] ini juga dapat dibaca di Malut Post online pada link http://malutpost.co.id/2014/09/04/akumulasi-kekayaan-lewat-pemiskinan/

Bertempat di Kantor Yayasan BaKTI Makassar, BaKTI-Program MAMPU menggelar diskusi antara anggota

DPRD Kabupaten Maros dengan anggota DPRD Kota Parepare mengenai Tata Tertib DPRD yang Transparan, Akuntabel, dan Partisipatif (TAP). Pada Diskusi ini, DPRD Parepare berbagi pengalaman mereka dalam mengembangkan Tatib yang TAP sejak 2009 dan ini cukup menarik bagi anggota DPRD Maros untuk belajar mengenai Tatib tersebut. Tiga narasumber dari DPRD Parepare yang hadir, yaitu ketua DPRD Parepare, Kaharudin Kadir, anggota DPRD perempuan, Andi Nurhanjani dan Sekretaris DPRD Parepare. Sedangkan anggota DPRD Maros yang hadir terdiri dari Panitia Khusus (Pansus) Tatib dan anggota DPRD perempuan. Ketiga narasumber menjelaskan Tatib DPRD Parepare yang membuka ruang partisipasi rakyat, sehingga agenda-agenda DPRD Parepare selalu terbuka dan diikuti oleh rakyat. Yang paling terkenal adalah “Fraksi Balkon”. Istilah “Fraksi Balkon” populer di DPRD Parepare sejak periode 2009-2014. Istilah ini menunjuk pada kehadiran kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) dalam rapat-rapat di DPRD Parepare dan menempati balkon. Fraksi Balkon terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang diundang untuk mengikuti rapat-rapat di DPRD Parepare. Kegiatan ini dihadiri oleh 27 peserta yang terdiri dari Anggota DPRD Pare-pare, DPRD Maros, LSM Mitra MAMPU – LP2EM, KL2SS, Maupe Maros dan staf BaKTI-MAMPU.

Pada Inspirasi BaKTI kali ini, BaKTI menggelar Pemutaran dan Diskusi Film Praktik Cerdas Nonggup yang merupakan film produksi bersama antara BaKTI dan Rumah Ide Makassar. Event ini bertujuan untuk

mempromosikan praktik cerdas yang dilakukan masyarakat di Distrik Iniyandit dalam membawa perubahan ekonomi di daerahnya, serta membuka ruang dialog antar pelaku pembangunan untuk saling berbagi pengalaman dan membangun sinergi dalam kegiatannya. Yan Karowa, Kepala Distrik Iniyandit, Kabupaten Boven Digoel, Papua hadir sebagai narasumber yang berbagi pengalaman mengenai ide dan latar belakang pembentukan Koperasi Nonggup yang awalnya hanya bermodal 8 juta rupiah dengan jumlah anggota 27 orang di tahun 2009 hingga sekarang sudah memiliki omzet sebesar 1.6 miliar dengan jumlah anggota 468 orang. Acara ini dihadiri oleh 46 peserta yang berasal dari pemerintah provinsi dan daerah, NGO/CSO, media, akademisi, program donor dan swasta.

Diskusi Tatib DPRD TAP 7 Oktober 2014

Inspirasi BaKTI "Pemutaran dan Diskusi Film Praktik Cerdas NONGGUP

Kegiatan di BaKTI

Yayasan BaKTI menerima kunjungan Sekolah Politik Perempuan Maupe (SPPM) Maros, yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan para

siswa, sebagai rangkaian kegiatan praktik lapangan setelah mengikuti pendidikan selama tiga bulan. Kunjungan belajar ini bertujuan untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kapasitas serta kepercayaan diri siswa SPPM khususnya dalam melakukan langkah-langkah advokasi agar nantinya bisa menganalisis kebutuhan perempuan di tingkat desa untuk dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi di Kabupaten Maros. Pada kunjungan ini, Direktur Eksekutif BaKTI, Caroline Tupamahu menjelaskan tentang BaKTI dan kegiatan-kegiatannya termasuk beberapa praktik cerdas yang sudah diidentifikasi dan dipromosikan oleh BaKTI terutama terkait dengan isu perempuan seperti Rumah Aman menuju kesetaraan gender di NTT, dan Koperasi Perempuan Mata Mosobu di Buton, Sulawesi Tenggara. Selain berdiskusi dan menonton film praktik cerdas, para siswa juga berkesempatan mengunjungi Galeri Pengetahuan BaKTI untuk mendapatkan informasi buku dan referensi pembangunan. Sebanyak 24 orang mengikuti kegiatan yang bertempat di ruang pertemuan BaKTI Makassar.

Kunjungan Belajar Siswa SPPM7 Oktober 2014

29 Oktober 2014

37 BaKTINews No. Oktober - November 2014 106

Page 42: LIPUTAN KHUSUS 10 Tahun BaKTI 106_FINAL_rs.pdf · eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian

Tuhan Tak Sedang Iseng

Membangun kepedulian akan pentingnya pemenuhan hak-hak anak bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya melalui puisi. Puisi digunakan sebagai sebuah pendekatan karena puisi sarat dengan pesan-pesan moral dan nilai-nilai filosofis serta memiliki kemampuan menggugah lantaran puisi merupakan proses permenungan atas peristiwa yang dialami, dirasakan atau yang disaksikan penulisnya. Buku ini merupakan kumpulan-kumpulan puisi yang ditulis Rusdin Tompo selama menjabat sebagai Ketua KPID dan merupakan hasil pemikiran dari amatan, pengalaman serta perenungannya melihat kondisi sosial saat ini, khususnya yang menimpa anak.

PENULIS ISBN Rusdin Tompo 978-602-95545-33

Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan:Solusi Pembangunan Indonesia Masa Depan

Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan; Solusi Pembangunan Indonesia Masa Depan merupakan kumpulan makalah atau pemikiran akademik yang menjadi acuan utama dalam menyusun dokumen inti. Pertanian Bioindustri cenderung berbasis ilmu pengetahuan maju dan padat modal sehingga tidak mudah diakses oleh usaha pertanian rakyat skala kecil sehingga pengelolaannya harus ketat, dikembangkan dengan sinergis/tidak bertentangan dengan upaya ketahanan pangan nasional.

Lies Marcoes, Lanny Octavia, Inayah Rochmaniyah, Erni Agustini, PENULIS Mukti Ali dan Roland Gunawan ISBN 978-602-17557-1-6

Kesaksian para Pengabdi: Kajian tentang Perempuan dan Fundamentalisme di Indonesia

Buku ini sebagian besar penulisnya adalah perempuan, ditulis dengan perspektif feminisme yang kental, dengan menggunakan bahasa yang lugas dan mengalir. Buku ini berangkat dari pengalaman nyata perempuan Indonesia dalam kehidupan beragama, membahas isu fundamentalis dan yang membuat buku ini menjadi unik adalah karena menjelaskan dua isu besar sekaligus, yaitu isu feminisme dan fundamentalisme.

Ekologi Papua

Penulisan Ekologi Papua melibatkan 76 penulis yang merupakan pakar yang diakui secara global di bidangnya masing-masing. Mereka untuk pertama kalinya menghimpun sejumlah aspek lingkungan Papua. Buku ini dirancang untuk para mahasiswa dan pemerhati konservasi, pegiat lingkungan dan peneliti akademis. Masing-masing topik diuraikan secara rinci namun padat dengan data biogeografis, referensi sejarah, dan wawasan segar mengenai kawasan yang sangat rumit namun mengagumkan. Kami berharap buku ini akan mendorong tingkat kesadartahuan tentang Papua, baik pada skala global maupun lokal dan untuk menjadi katalisator bagi konservasi aset alam yang paling berharga secara efektif.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Rusdin Tompo, AIPJ dan Kementrian Pertanian atas sumbangan bukunya untuk Perpustakaan BaKTI.

Buku tersebut dapat dibaca di Perpustakaan BaKTI

InfoBuku

PENULIS Sri Nurani Kartikasari, Andrew J. Marshall dan Bru ISBN 978-979-4617960

Biro Perencanaan Sekertarian Jenderal Kementrian Pertanian PENERBIT ISBN 978-979-15689-1-3