lipoprotein(a)
DESCRIPTION
lipoprotein(a)TRANSCRIPT
Lipoprotein(a) pada Penyakit Jantung
Lipoprotein(a) pada Cardiovascular Diseases
Michele Malaguarnera, Marco Vacante, Cristina Russo, Giulia
Malaguarnera, Tijana Antic, Rita Bella, Giovanni Pennisi, Fabio Galvano
and Alessandro Frigiola.
Lipoprotein(a) (Lp(a)) merupakan molekul LDL yang terdiri dari partikel
apolipoprotein B-100 (apo(B-100)) yang berdempetan untuk menjebatani apo(a).
Berbagai pengamatan telah menunjukkan bahwa Lp(a) mungkin menjadi faktor resiko
untuk penyakit Jantung. Lp(a) menghambat aktivitas dari transforming growth factor
(TGF) dan menambah pertumbuhan lesi - lesi pada plak asterosklerosis dengan
melakukan proliferasi sel - sel otot polos pembuluh darah dan migrasi sel otot polos pada
sel endotel. Selain itu, Lp(a) menghambat plasminogen berikatan dengan permukaan sel
endotel dan menurunkan aktivitas dari jaringan ikat, yang merupakan plasminogen
aktivator. Lp(a) dapat bertindak sebagai mediator proinflammatory yang menmbah dalam
pembentukan lesi pada plak aterosklerosis. Tingginya serum Lp(a) merupakan prediktor
independent dari penyakit arteri koroner dan infark miokard. Selain itu, Lp(a) merupakan
penanda restenosis setelah angioplasti koroner perkutan transluminal, pemotongan
arterosklerosis dari vena saphena, dan transplantasi jantung. Akhirnya, kemungkinan
bahwa Lp(a) dapat menjadi faktor resiko untuk terjadinya stroke iskemik telah dinilai
dalam beberapa penelitian. Hal terbaru menunjukkan bahwa terapi Lp(a) sedkit
bermanfaat pada pasien dengan tingkat Lp(a) yang tinggi.
1. Pendahuluan
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab 3% semua kematian di Amerika utara
dan merupakan penyebab paling umum kematian di Eropa pada pria di bawah 65 tahun
dan penyebab kematian kedua paling uum pada wanita. Dengan adanya fakta ini,
menyarankan kita untuk mempertimbangkan strategi baru untuk prediksi, pencegahan,
dan terapi dari penyakit kardiovaskuler. Mekanisme inflamasi memainkan peran sentral
dalam patogenesis aterosklerosis dan komplikasinya. Hal ini telah ditunjukkan dengan
aterogenik lipoprotein seperti apo(B-100), teroksidasi low - ensity lipoprotein (LDL),
lipoprotein sisa (beta-VLDL), dan LP(a) memainkan peran penting dalam
proinflammatory yang reaktif. High-density lipoprotein (HDL) merupakan anti-
aterogenik lipoprotein yang menggunakan fungsi anti-inflamasinya. Plasma kolesterol
LDL merupakan prediksi yang sangat kuat dalam terjadinya coronary artery disease
(CAD), dan banyak pengamatan menunjukkan bahwa Lp(a) dan apo(a) merupakan faktor
resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
2. Asal Lp(a)
Lp(a) merupakan LDL yang molekulnya mirip dengan partikel apo(B-100) yang
menjembatani apo(a). Konsentrasi plasma Lp(a) merupakan gen apo(a) yang terkontrol
lokasinya pada kromosom. Karakter unik dari Lp(a) didasarkan pada protein apo(a)
memiliki struktural glikosilasi yang homolog dengan plasminogen. Beberapa data yang
dipublikasikan menunjukkan adanya keterikatan bentuk apo(a) dalam darah dan fragmen
ekskresi apo(a). Pada hewan percobaan menunjukkan bahwa apo(a) berfungsi sebagai
penanda khas dalam Lp(a) dan merupakan komponen aterogenik Lp(a). Selanjutnya
apo(a) juga telah dilaporkan berhubungan dengan penyakit arteri koroner serta penyakit
ginjal. Peruraian dari apo(a) dapat menyebabkan tambahan paparan dari lisin yang terikat,
meningkatkan afinitas apo(a) untuk modifikasi benang plasmin, sehingga terjadi
fibrinolosis. Apo(a) merupakan kumpulan dari “kringle” yang mengandung protein
seperti palsminogen, tissue plasminogen activator (tPA), protrombin, faktor XII, dan
macrophage stimulating factor (MSF). Lp(a) merupakan tingkatan yang tinggi
identitasnya dengan plasminogen. Kesamaan Lp(a) ditunjukkan melalui fungsi
trombogenesis dan faktor inflamatory. Lp(a) terbukti dapat meningkatkan ekspresi
molekul adesi. Karena struktural yang homolog dengan plasinogen, Lp(a) mungkin
bersifat anti-trombolitik, yang dapat berkonstribusi pada patogenesis penyakit
anterotrombisis. Sebagai contoh, Lp(a) bergerak mengikat fibrinogen dan hasil fibrin
tersebut menghambat plasminogen untuk mengikat substrat. Selain itu, Lp(a)
berkompetisi dengan plasminogen untuk reseptor paa sel - sel endotel yang menyebabkan
berkurangnya pembentukan plasmin, sehingga menunda bekuan lisis dan mendukung
trombosis. Afinitas tinggi Lp(a) yakni menyediakan fibrin secara mekanis untuk
terjadinya plak asterosklerosis. Selain itu, Lp(a) menginduksi monosit chemoattractant
(CC chemokine I-309), yang berfungsi memfagositosis mononuklear ke dinding vaskuler.
3. Dioksidasi Lp(a)
Partikel Lp(a) dapat modifikasi oxidatif dan reseptor dengan akumulasi kolesterol
dan pembentuka sel busa dan menyebabkan arterogenesis. Oksidasi dari LDL dan Lp(a)
mempengaruhi katabolisme dari lipoprotein, termasuk perubahan reseptor, tingkat
katabolik, retensi vaskuler, dan kecenderungan terjadinya ateroskerosis. Modifikasi
oksidatif dari apo(a) telah memberikan pengaruh pada Lp(a) oleh reseptor dari makrofag.
Beberapa studi menunjukkan bahwa partikel Lp(a) rentan terhadap oksidasi da
peningkatan resiko penyakit arteri koroner terkait dengan peningkatan Lp(a) yang
mungkin terkait sebagai modifikasi oksidatif dan serapan oleh makrofag, sehingga
pembentukan makrofag berasal dari sel busa. Bentuk oksidasi dari Lp(a) (oxLp(a))
menipiskan aktivitas fibrinolitik emlalui pengurangan aktivitas plasminogen, peningkatan
PAI-1, produksi sel endotel vaskuler, dan merusak vasodilatasi endotelium-dependent.
Khususnya, peran ox-Lp(a) terkait dengan makrofag yang mengambil ox-Lp(a) melalui
reseptor scavenger serta LDL teroksidasi. Partikel Lp(a) rentan terhadap modifikasi
oksidatif dan reseptor scavevger, menyebabkan kolesterol intraseluler terkumpul dan
memberikan konstribusi lebih lanjut untuk arterogenesis. Morhisita, et.al. menunjukkan
peningkatan nilai ox-Lp(a) pada penyakit arteri koroner.
4. Glikasi Lp(a)
Glikasi nonenzimatik dari lipoprotein dapat berkonstribusi pada aterogenesis dini
pada pasien diabetes melitus dengan mengalihkan lipoprotein katabolisme dari
nonaterogenik ke jalur aterogenik. Hal ini dilihat dari bagian apo (B-100) dalam bentuk
terglikasi yang secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan diabetes melitus
dibandingkan kelompok non-diabetik, dan dengan kata lain plasma Lp(a) mungkin lebih
meningkat pada pasien diabetes. Sebuah kringle dari apo (a) merupakan homolog dengan
plasminogen, yang masing - masing kringle mengandung potensi N-linked glikasi.
Kandungan karbohidrat dari apo (a) telah ditentukan dan mewakili 28% dari berat
protein. Tingkat Lp(a) telah diteliti di beberapa penelitian yang melibatkan pasien
diabetes karena kosentrasi Lp(a) berhubungan dengan resiko tinggi terhadap penyakit
jantung koroner, dan pasien diabetes cenderung berkembang menjadi penyakit jantung
koroner. Hal ini telah ditunjukkan dengan peningkatan produksi dari PAI-1 dan
melemahkan sintesis t-PA induced oleh Lp(a) arterial dan venous endothelial cells (EC).
Formasi lebih lanjut dari glycation end-products (AGEs) dan modifikasi oksidatif EC
dapat berkontribusi dalam perubahan generasi PAI-1 dan t-PA yang disebabkan oleh
terglikasi Lp(a). Kombinasi dari hiperglyaemia dan hiperlipoprotein (a) dapat
mengurangi aktivitas fibronolitik EC, yang dapat memajukan perkembangan trombosis
dan aterosklerosis pada subjek dengan diabetes.
5. Mekanisme Aterogenik dan proinflamasi dari Lp(a)
5.1 Lp(a) dan gangguan Endotel. Progress pembentukan plak, groeth factor dan
pengeluaran sitokin oleh makrofag dan sel busa dalam plak merangsang pertumbuhan sel
otot pols pembuluh darah dan mensintesis interstitial kolagen. Selain itu, apo (a)
komponen dari Lp(a) telah terbukti meningkatkan ICAM-1. Demikian, efek ini pada
fungsi sel endotel mungkin menyediakan mekanisme yang berkonstribusi dengan Lp(a)
untuk mengembangkan lesi ateroklerotik. Penurunan nitit okside (NO) juga
memprakarsai aktivasi matriks metaloproteinase MMP-2 dan MMP-9 dan selanjutnya
mengurangi penghambatan agregasi platelet. Dengan demikian, disfungsi endotel yakni
dengan mengurangi biovabilitas NO, meningkatkan kelebihan oksidan, dan ekspresi
adhesi molekul yang memberikan konstribusi tidak hanya untuk permulaan tetapi juga
untuk pogesitifitas pembentukan plak aterosklerosis dan memicu kejadian kardiovaskuler.
Dalam studi vitro menunjukkan bahwa Lp(a) meningkatkan sintesis PAI-1 oleh sel
endotel. PAI-1 adalah penghambat utama dari sistem fibrinolitik. Hal lain yang
berpotensi penting dari Lp(a) adalah pengurangan transformating growth factor (TGF)
oleh plasminogen dari permukaan makrofag pada plak asterosklerosis. Dengan tidak
diaktifkannya TGF, sitokin mungkin menyebabkan proliferasi sel otot polos dan
transformasi sel - sel ini untuk lebih aterogenik fenotipe selulernya. Pada tahun 1992,
Cohn et al mempelajari mengenai kelainan vaskuler dalam hipertensi dan
mempertunjukkan vasodilatasi yang dihambat oleh ox-Lp(a). Juga, menunjukkan bahwa
elevasi ox-Lp(a) dapat menjelaskan dysfungsi endotel yang diamati pada pasien
hipertensi karena ox-Lp(a) dapat meningkatkan Lp(a) akibat produksi PAI-1 pada sel
endotelial pembuluh darah. Namun, peran dari ox-Lp(a) masih belum diketahui dan saat
ini lebih kuat keterlibatan ox-Lp(a) dalam mengembangkan arterosklerosis dan lebih
buruk terjadi stroke dan kegagalan jantung. Fakta dari ox- Lp(a) dapat disebabkan oleh
stimulasi dari produksi superokxide mengingat bahwa Lp(a) itu sendiri disebabkan oleh
produksi superoxide sendiri. Akumulasi Lp(a) sendiri mungkin meningkatkan
stimulasidari ox-Lp(a), yang lebih berpotensi pada lipoprotein aterogenik di dinding
vaskuler.
5.2 Inflamasi, Aterosklerosis dan Lp(a). Lp(a) dapat bertindak sebagai mediator
proinflamasi yang menambah lesi pada plak aterosklerotik. Lp(a) dapat menyebabkan
suatu proses inflamasi dengan menginduksi molekul adesi pada sel - sel endotel,
kemoktaksis monosit dan proliferasi sel otot polos. Selain itu, Lp(a) dapat meningkatkan
produksi sitokin oleh sel vaskuler, dan melalui mekanisme autokrin dan parakrin, reaksi
inflamasi dapat menyebabkan lingkaran setan dalam perkembangan lesi. Lp(a) dapat
bekerja pada sistem fibrinolitik dalam beberapa cara meliputi menghambat plasminogen
untuk mengikat dan beraktivasi, dengan demikian merusak aktivitas fibrinolitik dan
pembubaran trombus. Tingginya kosentrasi dari Lp(a) dapat meningkatkan resiko formasi
trombus dengan menghalangi mekanisme fibrinolitik di bagian plak tersebut. Beberapa
mekanisme yang terlibat ke dalam pengembangan aterosklerotik yakni Lp(a)
menghambat aktivasi dari transforming growth factor (TGF) dan berkonstribusi dalam
pertumbuhan lesi arterosklerosis arterial dengan mempromosikan proliferasi sel - sel otot
polos pembuluh darah dan migrasi sel otot polos ke sel endotel. Selain itu, Lp(a)
menghambat plasminogen mengikat aktivitas ke permukaan sel endotel dan menurunkan
aktivitas dari jaringan fibrin - aktivasi plasminogen. Selanjutnya, Lp(a) meningkatkan
aktivitas plasminogen dalam enghambat aktivasi dalam sel endotel dan mempromosikan
arterotrombosis. Fungsi lainnya terkait dengan interaksi sel inflamasi dengan Mac-1
integrin, angiogenesis, dan penyembuhan luka. Namun orang tanpa Lp(a) atau memiliki
Lp(a) yang rendah terkesan sehat. Demikian plasma Lp(a) tidak berarti setidaknya
apabila di bawah normal.
6. Lp(a) dan Penyakit Kardiovaskular
Hubungan antara tingkat Lp(a) dan keparahan dari atherosclerosis pada pasien
dengan angina tidak stabil atau Infark Miokard Akut (IMA) telah dianalisa dalam
beberapa studi dengan hasil controversial [77-79]. Nilai potensi apo(a) kecil isoform
dalam memprediksi berat arterosclerosis angiografi dibuktikan tetap tidak jelas.
Peningkatan serum Lp(a) adalah predictor independen Penyakit Arteri Koroner (CAD)
dan infark miokard [64,68,80]. Motta et al. mempelajari peningkatan kadar serum
transien lipoprotein selama Infark Miokart Akut (IMA). Korelasi positif antara nilai rata-
rata Lp(a) pada hari 1 dan 7 dan ukuran area nekrotik menyarankan peran aterogenik dan
prothrombotik Lp(a). selain itu peningkatan nilai Lp(a) yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang lebih besar. Penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan nilai secara
berkala dalam subjek dengan penyakit koroner mungkin berguna unutk memprediksi
kejadian veskuler akut. [81]. Tingkat Lp(a) sebaiknya menjadi penanda restenosis setelah
perkutan transluminal koronari angioplasty[82]. Vena saphenous memintas cangkok
aterosklerosis [83], dan aterosklerosis koroner transplantasi jantung[84]. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa Lp(a) tidak berkaitan dengan atherosclerosis, dan yang
lain telah menunjukkan bahwa tingkat serum yang tinggi merupakan factor risiko utama
untuk atherosclerosis dan perkembangan penyakit arteri koroner.[85-87]. Tingkat serum
Lp(a) yang tinggi mungkin factor risiko yang tinggi untuk CCSP (Clinical Coronary
Stenosis Progression) dan restenosis setelah PCI (Percutaneous Coronary Progression).
Peningkatan konsentrasi Lp(a) adalah predictor yang signifikan dari hasil yang
merugikan dalam jangka panjang pada pasien AMI yang diobati dengan primer perkutan
transluminal koronari angioplasty [88]. Tingkat serum Lp(a) ≥ 25 mg/dL dicatat pada
67% dari pasien dengan progresi cepat CAD tapi hanya 33% pasien tanpa progresi
CAD[89]. Trauma et al. mempelajari hubungan antara tingkat Lp(a) serum dan
angiograpi dinilai perkembangan penyakit arteri koroner tanpa infark miokardial yang
baru, melaporkan suatu hubungan yang signifikan.[90]. Pada pasien dengan tingkat serum
Lp(a) ≥ 30 mg/dL, perkembangan stenosis koroner muncul, dan revaskularisasi untuk lesi
restenotic target atau lesi baru yang dilakukan sekitar 7 bulan setelah infark miokard
pertama: CCSP terjadi dalam waktu yang relatif singkat setelah yang pertama AMI pada
pasien dengan Lp(a) yang tinggi [91]. Meta-analisis menunjukkan bahwa Lp (a) tingkat
dapat dianggap sebagai faktor risiko untuk penyakit jantung [92,93]. Studi pertama dari
hubungan antara Lp (a) dan berbagai titik akhir kardiovaskular termasuk indeks kognitif
dan kecacatan pada orang tua dilakukan oleh Gaw et al. Temuan utama adalah bahwa
tingkat Lp (a), meskipun dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik dasar, bukan merupakan
prediktor yang signifikan dari fungsi kognitif atau tingkat kecacatan tetapi prediktor
gabungan kejadian kardiovaskular lebih dari rata-rata 3,2 tahun tindak lanjut [94 ]. San
dholzer et al, melaporkan bahwa pada pasien dengan penyakit jantung koroner dini
(PJK), alel yang di apo (a) lokus menentukan risiko PJK melalui efeknya pada Lp plasma
(a) tingkat. Penelitian ini menyarankan bahwa Lp (a) dapat dianggap sebagai faktor risiko
genetik utama untuk PJK [95]. Beberapa penelitian epidemiologi telah menilai hubungan
antara Lp (a) dan penyakit aterosklerosis (Tabel 1). Banyak berbasis populasi studi
prospektif telah melaporkan hubungan antara kontroversial Lp (a) tingkat dan risiko PJK.
Beberapa penelitian, bagaimanapun, telah cukup meneliti aspek-aspek penting dari
asosiasi, seperti ukuran risiko relatif dalam subkelompok klinis yang relevan (seperti
pada pria dan wanita atau pada tingkat yang berbeda dari faktor risiko yang ditetapkan)
[56-63, 65-67, 69, 70, 73, 74,96-98]. Satuan tugas bagi munculnya faktor risiko menilai
hubungan antara Lp (a) konsentrasi dan risiko vaskular utama dan hasil nonvascular.
Dalam studi prospektif jangka panjang ini, Lp (a) kadar plasma dan morbiditas vaskular
utama selanjutnya dan / atau mortalitas penyebab khusus yang tercatat. Lp (a) yang lemah
berkorelasi dengan beberapa faktor risiko vaskular konvensional, dan itu sangat konsisten
di dalam diri seseorang selama beberapa tahun. Perbandingan risiko PJK, disesuaikan
dengan usia dan jenis kelamin saja, 1,16 per 3,5 kali lipat lebih tinggi dari biasanya Lp (a)
konsentrasi (yaitu, per 1 SD), dan itu adalah 1.13 berikut penyesuaian lebih lanjut untuk
lipid dan faktor risiko konvensional lainnya. Rasio risiko yang disesuaikan sesuai adalah
1.10 untuk stroke iskemik, 1.01 untuk agregat kematian non vaskular, 1,00 untuk
kematian akibat kanker, dan 1,00 untuk kematian non vaskular selain kanker. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada terus menerus, independen, dan asosiasi sederhana Lp
(a) konsentrasi dengan risiko PJK dan stroke yang muncul eksklusif untuk hasil vaskular
[99]. Program Jantung Kota Copenhegen (CCHS) menemukan bahwa tingkat Lp(a) yang
ekstrim > 95 persen memprediksi kenaikan 3 sampai 4 kali lipat risiko infark miokard
(MI) dan 10-tahun risiko absolut dari 20% dan 35% pada wanita dan laki-laki berisiko
tinggi [100]. Dalam penelitian ini diamati perkiraan risiko yang lebih besar untuk Lp (a)
dari studi-studi sebelumnya, kemungkinan besar karena penulis terfokus pada tingkat
ekstrim, tingkat diukur segera setelah pengambilan sampel, terkoreksi untuk bias dilusi
regresi, dan dianggap MI daripada penyakit jantung iskemik (IHD). Untuk pertama
kalinya CCHS tersedia mutlak perkiraan risiko 10 tahun pada populasi umum untuk MI
dan IHD sebagai fungsi Lp (a) tingkat stratifikasi faktor risiko lain, yang memungkinkan
dokter untuk menggunakan tingkat ekstrim Lp (a) dalam penilaian risiko pasien individu
[101]. Dalam kesimpulan, sebagian besar tapi tidak semua studi prospektif pada Lp (a)
dan risiko PJK telah menemukan asosiasi positif, dan tingkat Lp (a) juga telah
berhubungan dengan beratnya penyakit. Lp (a) tingkat berbeda antara kelompok etnis,
sehingga hasil dari sebuah penelitian mungkin tidak berlaku untuk kelompok etnis lain.
Rekomendasi baru-baru ini menyatakan bahwa Lp (a) skrining tidak dibenarkan untuk
pencegahan primer dan penilaian risiko kardiovaskular saat ini, tetapi pengukuran Lp (a)
dapat berguna pada pasien dengan riwayat keluarga yang kuat dari penyakit
kardiovaskular atau jika risiko penyakit kardiovaskular adalah dianggap menengah atas
dasar faktor risiko konvensional [102]. the European Atherosclerosis Society Consensus
Panel [103] telah menyarankan skrining untuk peningkatan Lp (a) pada mereka yang
CVD / risiko PJK menengah atau tinggi, tingkat yang diinginkan <50 mg / dL sebagai
fungsi dari risiko kardiovaskular global, dan penggunaan niacin untuk Lp (a ) dan
pengurangan risiko CVD.
7. Kesimpulan
Kepentingan klinis di Lp (a) sebagian besar berasal dari perannya sebagai faktor
risiko kardiovaskular. Meskipun tidak dianggap sebagai faktor risiko, tingkat Lp (a) yang
telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular dalam berbagai studi [72104105]. Baru-
baru Lp (a) tingkat serum ditemukan terkait dengan tingkat keparahan aterosklerosis
aorta, terutama di aorta abdominal, serta aterosklerosis koroner [106]. Apalagi sebuah
studi oleh Momiyama et al. [107] menunjukkan bahwa Lp tinggi (a) memiliki nilai
prognostik tambahan pada pasien dengan gejala revaskularisasi arteri koroner [108]. Lp
(a) terlibat dalam pengembangan atherothrombosis dan aktivasi peradangan akut
mengerahkan efek proatherogenic dan hypofibrinolytic. Lp (a) memainkan peran penting
dalam reaksi proinflamasi dan dapat dianggap sebagai gabungan umum di antara sistem
metabolisme yang berbeda. Tindakan lain Lp (a) bisa dilanjutkan sebagai berikut:
penghambatan aktivasi plasminogen; penghambatan aktivasi TGL-B; aktivasi peradangan
akut; indikasi ekspresi molekul adhesi; elevasi produksi sitokin. Apalagi Lp (a) yang
terlibat dalam aktivasi serapan endotel, modifikasi oksidatif, dan pembentukan sel busa,
menunjukkan bahwa proses ini dapat memainkan peran penting dalam aterosklerosis.
Temuan terbaru menunjukkan bahwa Lp (a) terapi untuk menurunkan mungkin
bermanfaat, setidaknya dalam beberapa sub kelompok pasien dengan tingkat Lp(a) yang
tinggi. Pendekatan terapi dimasa depan dapat mencakup apheresis pada pasien berisiko
tinggi dengan sudah berkurang secara maksimal kadar kolesterol LDL untuk mengurangi
kejadian serangan jantung utama [72]. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan subkelompok tersebut berkaitan dengan Lp (a) tingkat, apo (a) ukuran, dan
adanya faktor risiko lain.