(life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. lta bab ii putri.pdf · 8 maka organ-organ,...

29
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar 1. Kebutuhan Dasar Manusia Manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktifitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar dan status kesehatan individu. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu : 1) terhambat dalam melakukan aktivitas, 2) belum mampu melakukan aktivitas dan 3) tidak dapat melakukan aktifitas. Virginia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut yaitu manusia harus dapat bernafas secara normal, makan dan minum yang cukup, setiap hari harus bisa buang air besar dan buang air kecil (eliminasi) dengan lancar, bisa bergerak dan mempertahankan postur tubuh yang diinginkan, bisa tidur dan istirahat dengan tenang, memilih pakaian yang tepat dan nyaman dipakai, mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifikasikan lingkungan, menjaga kebersihan diri dan penampilan, menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain, berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini, beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup, bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi dan belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal,

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Dasar

1. Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses

tumbuh kembang dalam rentang kehidupan (life span). Dalam

melakukan aktifitas sehari-hari, individu memulainya dengan

bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah

proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh

pola asuh, lingkungan sekitar dan status kesehatan individu. Dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan

kedalam tiga kategori, yaitu : 1) terhambat dalam melakukan aktivitas,

2) belum mampu melakukan aktivitas dan 3) tidak dapat melakukan

aktifitas.

Virginia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam

14 komponen berikut yaitu manusia harus dapat bernafas secara

normal, makan dan minum yang cukup, setiap hari harus bisa buang

air besar dan buang air kecil (eliminasi) dengan lancar, bisa bergerak

dan mempertahankan postur tubuh yang diinginkan, bisa tidur dan

istirahat dengan tenang, memilih pakaian yang tepat dan nyaman

dipakai, mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan

menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifikasikan

lingkungan, menjaga kebersihan diri dan penampilan, menghindari

bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain,

berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,

kebutuhan, kekhawatiran dan opini, beribadah sesuai dengan agama

dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk

membiayai kebutuhan hidup, bermain atau berpartisipasi dalam

berbagai bentuk rekreasi dan belajar, menemukan atau memuaskan

rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal,

Page 2: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

7

kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia (Potter dan

Perry dalam Rosmalawati dan Kasiati, 2016).

2. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,

mempertahankan hidup dan aktivitas sebagai organ dan sel tubuh

(Andarmoyo, 2012).

Fisiologi respirasi adalah pertukaran gas - gas pernafasan terjadi

antara lingkungan dan darah, memindahkan dari atmosfer ke alveoli,

dimana oksigen ditukar menjadi karbon dioksida. Alveoli

memindahkan oksigen dan karbon dioksida ke dan dari darah mealuli

membrane kapiler alveolar. Ada tiga langkah dan proses oksigenasi,

yaitu : ventilasi, difusi dam perfusi.

Ventilasi adalah proses perpindahan gas - gas ke dalam dan ke luar

paru-paru. Ventilasi memerlukan kerjasama antara otot dan elastisitas

dari paru-paru serta toraks, begitu juga dengan persarafannya. Otot

inspirasi pernafasan utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi

oleh nervus frenikus, yang terletak di korda spinalis vertebra servikal

ke empat.

Pertukaran gas respirasi (difusi) adalah suatu proses pertukaran gas

- gas respirasi dalam alveoli dan kapiler – kapiler jaringan tubuh.

Difusi gas terjadi di membran kapiler kapiler alveolar. Ketebalan

membran dapat mempengaruhi kecepatan proses difusi.

Sedangkan Perfusi adalah kemampuan untuk memindahkan gas –

gas pernafasan dari satu area ke area lain. Transpor oksigen terdiri atas

paru dan sisitem kardiovaskuler. Peyampaian tergantung pada jumlah

oksigen yang masuk ke paru – paru (ventilasi), darah mengalir ke paru

– paru dan ke jaringan (perfusi), kecepatan difusi serta kapasitas

kandugan oksigen. Agar pertukaran gas-gas respirasi dapat terjadi,

Page 3: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

8

maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan

diperlukan sistem pernafasan.

Proses fisiologis lain yang mempengaruhi oksigenasi meliputi

kelainan yang dapat mempengaruhi kapasitas kandungan oksigen

darah, seperti : anemia, peningkatan kebutuhan metabolisme tubuh

seperti kehamilan atau oksigen terlarut dalam plasma, jumlah

hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan

oksigen. Hemoglobin yang merupakan suatu pembawa oksigen dan

karbon dioksida, mentrasporkan lebih banyak oksigen ( sekitar 97 % ).

Molekul hemoglobin berikatan dengan oksigen membentuk

oksihemoglobin. Bentuk oksihemoglobin bersifat sangat reversible,

sehingga oksigen dan hemoglobin dapat memisahkan diri, di mana

oksigen bebas kemudian masuk ke jaringan (Potter dan Perry, 2010).

a) Anatomi Sistem Pernafasan

1) Sistem pernafasan atas

Sistem pernafasan atas terdiri dari :

a. Hidung : Udara yang masuk akan mengalami proses

penyaringan, humidifikasi dan penghangatan.

b. Faring : Faring merupakan saluran yang terbagi dua

untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring

dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang

berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman pathogen

yang masuk bersama dengan udara.

c. Laring : Laring merupakan struktur menyerupai

tulang rawan yang bisa disebut jakun. Selain berperan daam

menghasilkan suara, laring juga berfungsi mempertahakan

kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah

dari air dan makanan yang masuk.

Page 4: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

9

2) Sistem pernapasan bawah

Sistem pernapasan bawa terdiri dari :

a. Trakea : merupakan pipa membran yang disokong

oleh cincin - cincin kartilago yang menghubungkan laring

dengan bronkus utama kanan dan kiri. Didalam paru,

bronkus utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih

kecil dan berakhir dibronkiolus terminal. Keseluruhan jalan

napas tersebut membentuk pohon bronkus.

b. Paru – paru : Paru-paru ada dua buah, terletak disebelah

kanan dan kiri. Masing – masing paru terdiri atas beberapa

lobus ( paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus ) dan

dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas

serangkaian jalan napas yang bercbang-cabang, yaitu

alveolus, pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis.

Permukaan luar paru dilapisi oleh kantung tertutup

berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal

membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan

pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Diantara

kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi

sebagai pelumas yang berguna untuk mencegah friksi

selama gerakan bernapas (Mubarak dan Chayatin, 2007).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada Efusi Pleura menurut Irman Somantri

(2009) yaitu :

1. Pengkajian

Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul pada

seluruh usia. Status ekonomi (tempat tinggal) sangat berperan terhadap

timbulnya penyakit ini terutama yang didahului oleh tuberculosis paru.

Klien dengan tuberculosis paru sering ditemukan didaerah padat

penduduk dengan kondisi sanitasi yang kurang.

Page 5: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

10

2. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Efusi pleura yang besar akan mengakibatkan sesak dengan napas

pendek. Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, gejala yang

timbul sesuai dengan penyakit yang mendasarainya.

b) Riwayat kesehatan terdahulu

Klien dengan efusi pleura terutama akibat adanya infeksi non-

pleura biasanya mempunyai riwayat penyakit tuberculosis paru.

c) Riwayat kesehatan Keluarga

Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan dari

anggota keluarga yang lain terkecuali penularan infeksi

tuberculosis yang menjadi faktor penyebab timbulnya efusi pleura.

3. Pemeriksaan Fisik

a) Pada klien efusi pleura bentuk hemitorak yang sakit mencembung

kosta mendatar, ruang interkosta melebar, pergerakan pernapasan

menurun. Pendorongan mediatrum ke arah hemitorak kontralateral

yang diketahui dari posisi trakea dan iktus kordis, RR cenderung

meningkat dan klien biasanya dipsneu.

b) Vokal fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah

cairannya >250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

c) Suara perkusi redup sampai pekak bergantung pada jumlah

cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka

pada pemeriksaan ekskursi diafragma akan didapatkan adanya

penurunan kemampuan pengembangan diafragma.

d) Auskultasi suara napas menurun sampai menghilang, egofoni.

Page 6: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

11

4. Diagnosis Keperawatan

a) Pola napas tidak efektif

1) Definisi : Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan

ventilasi adekuat (PPNI, 2016).

2) Penyebab

a. Depresi pusat pernapasan

b. Hambatan upaya napas (misalnya, nyeri saat bernapas,

kelemahan otot pernapasan)

c. Deformitas dinding dada

d. Deformitas tulang dada

e. Gangguan neuromuskular

f. Gangguan neorologis (misalnya, elektroensefalogram

(EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang)

g. Imaturitas neurologis

h. Penurunan energi

i. Obesitas

j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

k. Sindrom hipoventilasi

l. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

m. Cedera pada medula spinalis

n. Efek agen farmakologis

o. Kecemasan

3) Gejala dan tanda mayor (harus ada)

a. Subjektif

Despnea

b. Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan

2. Fase ekspirasi memanjang

3. Pola napas abnormal (misalnya, takipnea, bradipnea,

hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes)

Page 7: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

12

4) Gejala dan tanda minor (mungkin terdapat)

a. Subjektif

Ortopnea (kondisi sesak yang muncul saat posisi berbaring

lurus dan biasanya terjadi pada pasien yang gagal jantung)

b. Objektif

1. Pernapasan pussed-lip (bernapas dengan cara tarik

napas melalui hidung dua hitungan (satu-dua), jaga

mulut agar tertutup. Jangan menghirup nafas terlalu

dalam (tarik napas seperti biasa). Bentuk mulut

mengkerut (mencucu / agak manyun) seperti orang

mau bersiul atau meniup lilin.

2. Pernapsan cuping hidung

3. Diameter thoraks anterior posterior meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekspirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah

5) Kondisi klinis terkait

a. Depresi sistem saraf pusat

b. Cedera kepala

c. Trauma thorak

d. Gullian barre syndrom

e. Mutiple sclerosis

f. Myasthenia gravis

g. Stroke

h. Kuadriplegia

i. Intoksikasi alkohol

Page 8: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

13

b) Bersihan jalan napas tidak efektif

Definisi : Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi

jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

Penyebab :

1) Spasma jalan napas

2) Hipersekresi jalan napas

3) Disfungsi neuromuskuler

4) Benda asing dalam jalan napas

5) Sekresi yang tertahan

6) Proses infeksi

7) Respon alergi

c) Intoleransi aktivitas

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-

hari.

Penyebab :

1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2) Tirah baring

3) Kelemahan

4) Immobilitas

SDKI (2016)

Page 9: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

14

5. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Intervensi Utama Intervensi pendukung

1. Pola napas tidak efektif

yang berhubungan

dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder

terhadap penumpukan

cairan dalam rongga

pleura.

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan pola nafas

klien efektif dengan

kriteria :

1. Irama, frekuensi dan

kedalaman pernapasan

dalam batas normal

2. Pada pemeriksaan

rontgen thorak tidak

ditemukan adanya

akumulasi cairan

3. Bunyi napas terdengar

jelas

4. Menunjukan jalan

napas yang paten

5. Tanda – tanda vital

dalam rentang normal

(Respiration Rate

(RR), Nadi, Tekanan

darah dan Suhu)

1. Manajemen jalan napas

Mengidentifikasi dan

mengelola jalan napas.

Observasi :

a. Monitor pola napas

(frekuensi, irama,

kedalaman, usaha napas)

b. Monitor sputum (jumlah,

warna, aroma)

c. Monitor bunyi napas

tambahian (gurgling,

mengi, wheezing, ronchi

kering)

Terapeutik :

a. Posisikan semi fowler

atau fowler

b. Berikan minum hangat

c. Lakukan fisioterapi dada,

jika perlu

d. Berikan oksigen, jika

perlu

Edukasi :

a. Anjurkan asupan cairan

2000 ml/hari, jika tidak

ada kontraindikasi

b. Ajarkan teknik batuk

efektif

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian

bronkodilator,

ekspetoran, mukolitik,

jika perlu

2. Pemantauan respirasi

Mengumpulkan dan

menganalisis data untuk

memastikan kepatenan jalan

napas dan kefektifan

pertukaran gas.

Observasi :

a. Monitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya

napas.

b. Monitor pola napas

(seperti bradipnea,

takipnea, hiperventilasi,

kusmaul, cheyne-stokes,

biot, atastik)

c. Monitor kemampuan

batuk efektif

d. Auskultasi bunyi napas

1. Dukungan emosional

2. Dukungan ventilasi

3. Edukasi pengukuran

respirasi

4. Manajemen energi

5. Manajemen jalan

napas

6. Pengaturan posisi

7. Pemberian obat

inhalasi

8. Pemberian obat

intravena

9. Perawatan selang

dada

10. Terapi relaksasi otot

progesif

11. Reduksi ansietas

Page 10: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

15

e. Monitor nilai Analisa Gas

Darah (AGD)

f. Palpasi kesimetrisan

ekspansi paru

Terapeutik :

a. Atur interval pemantauan

respirasi sesuai kondisi

pasien

b. Dokumentasi hasil

pemantauan

Edukasi :

a. Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

b. Informasikan hasil

pemantauan, jika perlu

2. Bersihan jalan napas

tidak efektif

berhubungan dengan

hiprsekresi jalan napas

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan jalan napas

dapat efektif dengan

ktiteria :

1. Menunjukan jalan

napas yang paten

(irama, frekuensi

dalam rentang

normal)

2. Tidak ada suara

napas tambahan

3. Mampu

menidentifikasi

faktor yang dapat

menghambat jalan

napas.

1. Latihan batuk efektif

Melatih pasien yang tidak

memiliki kemampuan batuk

secara efektif untuk

membersihkan trakea dan

bronkiolus dari secret atau

benda asing dijalan napas.

Observasi :

a. Identifikasi kemampuan

batuk

b. Monitor adanya retensi

sputum

c. Monitor tanda dan gejala

infeksi saluran napas

d. Monitor input dan output

cairan (jumlah dan

karakteristik)

Terapeutik :

a. Atur posisi semi fowler-

fowler atau fowler

b. Pasang perlak dan

bengkok dipangkuan

pasien

c. Buang secret pada tempat

sputum

Edukasi :

a. Jelaskan tujuan dan

prosedur batuk efektif

b. Anjurkan tarik napas

dalam melalui hidung

selama empat detik,

ditahan selama dua detik,

kemudian keluarkan dari

mulut dengan bibir

mecucu (dibulatkan)

selama delapan detik

c. Anjurkan mengulangi

tarik napas dalam hingga

tiga kali

1. Dukungan kepatuhan

program pengobatan

2. Edukasi fisioterapi ada

3. Edukasi pengukuran

repsirasi

4. Fisioterapi dada

5. Manajemen jalan

napas

6. Pemberian obat

inhalasi

7. Pemberian obat nasal

8. Pengaturan posisi

9. Pencegahan aspirasi

10. Skrining tuberculosis

11. Stabilisasi jalan napas

12. Terapi oksigen

Page 11: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

16

d. Anjurkan batuk dengan

kuat langsung setelah tarik

napas dalam yang ke-tiga

2. Manajemen jalan napas

Mengidentifikasi dan

mengelola jalan napas.

Observasi :

a. Monitor pola napas

(frekuensi, irama,

kedalaman, usaha napas)

b. Monitor sputum (jumlah,

warna, aroma)

c. Monitor bunyi napas

tambahian (gurgling,

mengi, wheezing, ronchi

kering)

Terapeutik :

a. Posisikan semi fowler atau

fowler

b. Berikan minum hangat

c. Lakukan fisioterapi dada,

jika perlu

d. Berikan oksigen, jika

perlu

Edukasi :

a. Anjurkan asupan cairan

2000 ml/hari, jika tidak

ada kontraindikasi

b. Ajarkan teknik batuk

efektif

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspetoran,

mukolitik, jika perlu

3. Pemantauan respirasi

Mengumpulkan dan

menganalisis data untuk

memastikan kepatenan jalan

napas dan kefektifan

pertukaran gas.

Observasi :

a. Monitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya

napas.

b. Monitas pola napas

(seperti bradipnea,

takipnea, hiperventilasi,

kusmaul, cheyne-stokes,

biot, atastik)

c. Monitor kemampuan

batuk efektif

d. Auskultasi bunyi napas

e. Monitor nilai AGD

Page 12: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

17

f. Palpasi kesimetrisan

ekspansi paru

Terapeutik :

a. Atur interval pemantauan

respirasi sesuai kondisi

pasien

b. Dokumentasi hasil

pemantauan

Edukasi :

a. Jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

b. Informasikan hasil

pemantauan, jika perlu

3. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan.

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

klien dapat beraktifitas

kembali dengan kriteria :

1. Dapat beraktivitas

fisik tanpa disertai

peningkatan tekanan

darah, nadi, dan RR

2. Mampu melakukan

aktivitas sehari-hari

(ADL)

3. Energi psikomotor

4. Status respirasi :

pertukaran gas dan

ventilasi adekuat

5. Status kardipulmonal

adekuat.

1. Manajemen energi

Mengidetifikasi dan

mengelola pengelolaa

penggunaan energi untuk

mengatasi atau mencegah

kelelahan dan mengoptimalkan

proses pemulihan.

Observasi :

a. Identifikasi gangguan

fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan

b. Monitor kelelahan fisik

dan emosional

c. Monitor pola dan jam

tidur

d. Monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama

melakukan aktivitas

Terapeutik :

a. Sediakan lingkungan

nyaman dan rendah

stimulus (cahaya, suara,

kunjungan)

b. Lakukan latihan rentang

gerak pasif dan atau aktif

c. Berikan aktivitas distraksi

yang menenangkan

d. Fasilitas duduk disisi

tempat tidur, jika tidak

dapat berpindah atau

berjalan.

Edukasi :

a. Anjurkan tirah baring

b. Anjurkan melakukan

aktivitas secara betahap

c. Ajarkan strategi koping

unruk mengurangi

kelelahan

1. Dukungan ambulasi

2. Dukungan kepatuhan

program pengobatan

3. Edukasi latihan fisik

4. Manajemen

lingkungan

5. Manajemen program

latihan

6. Promosi latihan fisik

7. Terapi aktivitas

8. Terapi oksigen

9. Terapi relaksasi otot

progresif

10. Manajemen nyeri

Page 13: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

18

Kolaborasi :

a. Kolaborasi dengan ahli

gizi tentang cara

meningkatkan asupan

makanan.

2. Terapi aktivitas

Menggunakan aktivitas fisik,

kognitif, sosial dan spiritual

tertentu untuk memulihkan

keterlibatan frekuensi dan

durasi aktivitas atau kelompok.

Observasi :

a. Identifikasi defisit tingkat

aktivitas

b. Identifikasi kemampuan

beraktivitas tertentu

c. Identifikasi sumber daya

untuk aktivitas yang

diinginkan

d. Identifikasi strategi

meningkatkan partisipasi

dalam aktivitas

e. Monitor respon

emosional, fisik, sosial,

dan spiritual terhadap

aktivitas

Terpeutik :

a. Fasilitasi fokus pada

kemampuan, bukan defisit

yang dialami

b. Fasilitasi memilih

aktivitas dan tetapkan

tujuan aktivitas yang

konsisten sesuai

kemampuan fisik,

psikologis dan sosial.

c. Koordinasikan pemilihan

aktivitas yang sesuai

d. Fasilitasi aktivitas rutin

(ambulasi, mobilisasi dan

perawatan diri), sesuai

kebutuhan

e. Libatkan keluarga dalam

aktivitas, jika perlu

Edukasi :

a. Jalankan metode aktivitas

fisik sehari-hari, jika perlu

b. Ajrkan cara melakukan

aktivitas yang dipilih

c. Anjurkan melakukan

aktivitas fisik, sosial,

spiritual dan kognitif

dalam menjaga fungsi dan

kesehatan

Page 14: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

19

d. Anjurkan terlibat dalam

aktifitas kelompok atau

terapi, jika sesuai.

Sumber : SDKI (2017), Nic - Noc (2016) dan SIKI (2018)

6. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan.

Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan keperawatan

yang efisien, aman dan efektif. Lima kegiatan persiapan tersebut

adalah pengkajian ulang, meninjau dan merevisi rencana asuhan

keperawatan yang ada, mengorganisasi sumber daya dan pemberian

asuhan, mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta

mengimplementasikan intervensi keperawatan (Potter dan Perry,

2009).

Tabel 2.2 Implementasi keperawatan

No Diagnosa

keperawatan

Implementasi utama Implementasi

Pendukung

1. Pola napas tidak

efektif yang

berhubungan dengan

menurunnya ekspansi

paru sekunder terhadap

penumpukan cairan

dalam rongga pleura.

1. Memanajemen jalan napas

Mengidentifikasi dan

mengelola jalan napas.

Tindakan observasi :

a. Memonitor pola napas

(frekuensi, irama,

kedalaman, usaha napas)

b. Memonitor sputum (jumlah,

warna, aroma)

c. Memonitor bunyi napas

tambahian (gurgling, mengi,

wheezing, ronchi kering)

Tidakan terapeutik :

a. Memosisikan semi fowler

atau fowler

b. Memberikan minum hangat

c. Melakukan fisioterapi

dada, jika perlu

d. Memberikan oksigen, jika

perlu

Tindakan edukasi :

a. Menganjurkan asupan

cairan 2000 ml/hari, jika

tidak ada kontraindikasi

b. Mengajarkan teknik batuk

efektif

1. Mendukung

emosional

2. Mendukung ventilasi

3. Mengedukasi

pengukuran respirasi

4. Memanajemen

energy

5. Memanajemen jalan

napas

6. Mengatur posisi

7. Memberikan obat

inhalasi

8. Memberikan obat

intravena

9. Merawat selang dada

10. Menterapi relaksasi

otot progesif

11. Mereduksi ansietas

Page 15: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

20

Tindakan Kolaborasi :

a. Mengolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspetoran,

mukolitik, jika perlu

2. Memantau respirasi

Mengumpulkan dan

menganalisis data untuk

memastikan kepatenan jalan

napas dan kefektifan pertukaran

gas.

Tindakan observasi :

a. Memonitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas.

b. Memonitas pola napas

(seperti bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, kusmaul,

cheyne-stokes, biot, atastik)

c. Memonitor kemampuan

batuk efektif

d. Mengauskultasi bunyi napas

e. Memonitor nilai AGD

f. Memalpasi kesimetrisan

ekspansi paru

Tindakan terapeutik :

a. Mengatur interval

pemantauan respirasi sesuai

kondisi pasien

b. Mendokumentasi hasil

pemantauan

Tindakan edukasi :

a. Menjelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

b. Menginformasikan hasil

pemantauan, jika perlu

2. Bersihan jalan napas

tidak efektif

berhubungan dengan

hiprsekresi jalan napas

1. Melatih batuk efektif

Melatih pasien yang tidak

memiliki kemampuan batuk

secara efektif untuk

membersihkan trakea dan

bronkiolus dari secret atau benda

asing dijalan napas.

Tindakan observasi :

a. Mengidentifikasi

kemampuan batuk

b. Memonitor adanya retensi

sputum

c. Memonitor tanda dan gejala

infeksi saluran napas

d. Memonitor input dan output

cairan (jumlah dan

karakteristik)

Tindakan terapeutik :

a. Mengatur posisi semi fowler

atau fowler

1. Mendukung kepatuhan

program pengobatan

2. Mengedukasi

fisioterapi ada

3. Mengedukasi

pengukuran repsirasi

4. Memfisioterapi dada

5. Memanajemen jalan

napas

6. Memberikan obat

inhalasi

7. Memberikan obat

nasal

8. Mengatur posisi

9. Mencegah aspirasi

10. Menyekrining

tuberculosis

11. Menstabilisasi jalan

napas

12. Menerapi oksigen

Page 16: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

21

b. Memasang perlak dan

bengkok dipangkuan pasien

c. Membuang secret pada

tempat sputum

Tindakan edukasi :

a. Menjelaskan tujuan dan

prosedur batuk efektif

b. Menganjurkan tarik napas

dalam melalui hidung

selama empat detik, ditahan

selama dua detik, kemudian

keluarkan dari mulut dengan

bibir mecucu (dibulatkan)

selama delapan detik

c. Menganjurkan mengulangi

tarik napas dalam hingga

tiga kali

d. Menganjurkan batuk dengan

kuat langsung setelah tarik

napas dalam yang ke-tiga

2. Memanajemen jalan napas

Mengidentifikasi dan

mengelola jalan napas.

Tindakan observasi :

a. Memonitor pola napas

(frekuensi, irama,

kedalaman, usaha napas)

b. Memonitor sputum

(jumlah, warna, aroma)

c. Memonitor bunyi napas

tambahian (gurgling,

mengi, wheezing, ronchi

kering)

Tindakan terapeutik :

a. Memosisikan semi fowler

atau fowler

b. Memberikan minum hangat

c. Melakukan fisioterapi

dada, jika perlu

d. Berikan oksigen, jika perlu

Tindakan edukasi :

a. Menganjurkan asupan

cairan 2000 ml/hari, jika

tidak ada kontraindikasi

b. Mengajarkan teknik batuk

efektif

Tindakan kolaborasi :

a. Mengolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspetoran,

mukolitik, jika perlu

Page 17: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

22

3. Memantau respirasi

Mengumpulkan dan

menganalisis data untuk

memastikan kepatenan jalan

napas dan kefektifan pertukaran

gas.

Tindakan observasi :

a. Memonitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas.

b. Memonitor pola napas

(seperti bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, kusmaul,

cheyne-stokes, biot, atastik)

c. Memonitor kemampuan

batuk efektif

d. Mengauskultasi bunyi napas

e. Memonitor nilai AGD

f. Memalpasi kesimetrisan

ekspansi paru

Tindakan terapeutik :

a. Mengatur interval

pemantauan respirasi sesuai

kondisi pasien

b. Mendokumentasi hasil

pemantauan

Tindakan edukasi :

a. Menjelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan

b. Menginformasikan hasil

pemantauan, jika perlu

3. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan.

1. Memanajemen energy

Mengidetifikasi dan mengelola

pengelolaa penggunaan energi

untuk mengatasi atau mencegah

kelelahan dan mengoptimalkan

proses pemulihan.

Tindakan observasi :

a. Mengidentifikasi gangguan

fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan

b. Memonitor kelelahan fisik

dan emosional

c. Memonitor pola dan jam

tidur

d. Memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama

melakukan aktivitas

Terapeutik :

a. Menyediakan lingkungan

nyaman dan rendah stimulus

(cahaya, suara, kunjungan)

b. Melakukan latihan rentang

gerak pasif dan atau aktif

c. Memberikan aktivitas

distraksi yang menenangkan

1. Mendukung ambulasi

2. Mendukung kepatuhan

program pengobatan

3. Mengedukasi latihan

fisik

4. Memanajemen

lingkungan

5. Memanajemen

program latihan

6. Mempromosikan

latihan fisik

7. Menterapi aktivitas

8. Menterapi oksigen

9. Menterapi relaksasi

otot progresif

10. Memanajemen nyeri

Page 18: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

23

d. Memfasilitasi duduk disisi

tempat tidur, jika tidak

dapat berpindah atau

berjalan.

Tindakan edukasi :

a. Menganjurkan tirah baring

b. Menganjurkan melakukan

aktivitas secara betahap

c. Mengajarkan strategi koping

unruk mengurangi kelelahan

Tindakan kolaborasi :

a. Mengolaborasikan dengan

ahli gizi tentang cara

meningkatkan asupan

makanan.

3. Menerapi aktivitas

Menggunakan aktivitas fisik,

kognitif, sosial dan spiritual

tertentu untuk memulihkan

keterlibatan frekuensi dan durasi

aktivitas atau kelompok.

Observasi :

a. Mengidentifikasi defisit

tingkat aktivitas

b. Mengidentifikasi

kemampuan beraktivitas

tertentu

c. Mengidentifikasi sumber

daya untuk aktivitas yang

diinginkan

d. Mengidentifikasi strategi

meningkatkan partisipasi

dalam aktivitas

e. Memonitor respon

emosional, fisik, sosial, dan

spiritual terhadap aktivitas

Tindakan terpeutik :

a. Memfasilitasi fokus pada

kemampuan, bukan defisit

yang dialami

b. Memfasilitasi memilih

aktivitas dan tetapkan tujuan

aktivitas yang konsisten

sesuai kemampuan fisik,

psikologis dan sosial.

c. Mengkoordinasikan

pemilihan aktivitas yang

sesuai

d. Memfasilitasi aktivitas rutin

(ambulasi, mobilisasi dan

perawatan diri), sesuai

kebutuhan

e. Melibatkan keluarga dalam

aktivitas, jika perlu

Page 19: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

24

Tindakan edukasi :

a. Menjalankan metode

aktivitas fisik sehari-hari,

jika perlu

b. Mengajarkan cara

melakukan aktivitas yang

dipilih

c. Menganjurkan melakukan

aktivitas fisik, sosial,

spiritual dan kognitif dalam

menjaga fungsi dan

kesehatan

d. Mengajurkan terlibat dalam

aktifitas kelompok atau

terapi, jika sesuai.

Sumber : SDKI (2016) dan SIKI (2018)

7. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Tahap

ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau

kesejahteraan klien. Mengambil tindakan evaluasi untuk menentukan

apakah hasil yang diharapkan telah terpenuhi bukan untuk melaporkan

intervensi keperawatan yang telah dilakukannya. Hasil yang

diharapkan merupakan standar penilaian bagi perawat untuk melihat

apakah tujuan telah terpenuhi dan pelayanan telah berhasil (Potter dan

Perry, 2009).

Table 2.3 Evaluasi keperawatan

No. Diagnosa Evaluasi

1. Pola napas tidak efektif yang

berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap

penumpukan cairan dalam rongga

pleura.

S : Klien mengatakan sesak sudah berkurang

O :

a. Irama, frekuensi dan kedalaman

pernapasan dalam batas normal

b. Bunyi napas terdengar jelas

c. Tanda – tanda vital dalam rentang

normal (RR, Nadi, Tekanan darah dan

Suhu)

d. Menunjukan jalan napas yang paten

e. Pada pemeriksaan rontgen thorak tidak

ditemukan adanya akumulasi cairan

A : Pola napas tidak efektif teratasi

P : Hentikan intervensi

2. Bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan hiprsekresi jalan

napas

S : Klien mengatakan dahak sudah tidak

begitu banyak dan sudah bisa melakukan

yang perawat ajarkan secara mandiri

Page 20: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

25

O :

a. Tidak ada suara napas tambahan

b. Tidak ada faktor penghambat jalan

napas.

c. Menunjukan jalan napas yang paten

(irama, frekuensi dalam rentang

normal)

A : Bersihan jalan napas tidak efektif teratasi

P : Hentikan intervensi

3. Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan.

S : Klien mengatakan mampu melakukan

aktivitas ringan

O :

a. Dapat beraktivitas fisik tanpa disertai

peningkatan tekanan darah, nadi, dan

RR

b. Mampu melakukan aktivitas sehari-

hari (ADL)

c. Status respirasi : pertukaran gas dan

ventilasi adekuat

d. Status kardipulmonal adekuat.

A : Intoleransi aktivitas teratasi

P : Hentikan intervensi

Sumber : SDKI (2017), Nic - Noc (2016) dan SIKI (2018)

C. Konsep Penyakit Efusi Pleura

1. Definisi Efusi Pleura

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit

primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder

terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung

sebuah kecil cairan (5 sampai 15 ml) befungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi

(Smeltzer & Suzanne dalam Nurarif & Kusuma, 2016).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan

dalam rongga pleura. (Price & Wilson dalam Nurarif & Kusuma,

2016).

Page 21: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

26

Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu : (Mortin dalam Nurarif &

Kusuma, 2016)

a) Efusi pleura transudat

Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa

membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan

disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produkdi

dan absorbs cairan pleura seperti (gagal jantung kongesti,

atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum).

b) Efusi pleura eksudat

Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler

yang rusak dan masuk kedalam paru yang dilapisi pleura

tersebut atau kedalam paru terdekat. Kriteria efusi pleura

eksudat :

1) Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5.

2) Rasio cairan pleura dengan dehidrogenese laktat (LDH)

lebih dari 0,6.

3) LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH

serum.

Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema,

penyakit metastasis (mis. Kanker paru, payudara, lambung,

atau ovarium), hematorak, infark paru, keganasan, rupture

aneurisme aorta.

Page 22: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

27

2. Jenis – Jenis Efusi Pleura

a) Hemotoraks

Disebut hemotoraks apabila rongga pleura terisi darah. Keadaan ini

biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah

pecahnya pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya

ke dalam rongga pleura, kebocoran aneurisma aorta (daerah yang

menonjol seperti balon di pembuluh darah besar / aorta) yang

kemudian mengalirkan darahnya kedalam rongga pleura, serta

gangguan pembekuan darah. Darah di rongga pleura tidak

membeku secara sempurna, sehingga ketika terjadi trauma kecil

saja, darah dengan mudah keluar.

b) Empiema

Apabila yang terkumpul di dalam rongga plera adalah nanah, maka

hal ini disebut empiema. Empiema bisa terjadi jika pneumonia atau

abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema juga bisa

merupakan komplikasi dari infeksi di dada, pasca-operasi dada,

pecahnya pembuluh darah di kerongkongan, dan ada nanah/abses

di perut.

c) Kilotoraks

Kilotoraks adalah sebutan untuk cairan seperti susu yang

terkumpul di dalam rongga dada. Hal ini biasanya disebabkan oleh

suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus

torakikus) atau oleh penyumbatan karena tumor (Junaidi dalam

Potter Perry, 2010).

3. Tanda dan Gejala Efusi Pleura

a) Dada sakit karena adanya implamasi didalam area, tidak selalu

ada

b) Kesulitan bernapas (dyspneu) karena kurangnya pembesaran dada

di area.

Page 23: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

28

c) Turunnya suara pernapasan pada auskultasi di area karena adanya

cairan.

d) Tumpul saat diketuk diarea yang terkena karena adanya cairan.

e) Demam karena infeksi pada empyema.

f) Denyut jantung dan respirasi bertambah, tekanan darah turun

karena kehilangan darah pada hemothorax.

g) Saturasi oksigen rendah pada oksimetri denyut.

(Digiulio dkk dalam Nurarif & Kusuma, 2016)

Sedangkan tanda dan gejala pada efusi pleura menurut Sudoyo

dalam Nurarif & Kusuma (2016), yaitu :

a) Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena

pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila

cairan banyak, penderita akan sesak napas.

b) Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, mengigil, dan

nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril

(tuberklosis), banyak keringat, batuk, banyak riak.

c) Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika

terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan

d) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan

berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang

sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah

(raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam

keadaan duduk permukaan cairan membentuk garins melengkung

(garis ellis damoiseu).

e) Didapati segitiga garland yaitu daerah yang pada perkusi redup

tympani dibagian atas garis ellis domiseu. Segitiga grocco-

rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong

mediatinum ke sisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati

vesikuler melemah dengan ronki.

f) Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Page 24: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

29

4. Etiologi

Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan

kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan

atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut :

(Morton dalam Nurarif & Kusuma, 2016).

a) Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik

b) Peningkatan permeabilitas kapiler

c) Penurunan tekanan osmotik koloid darah

d) Peningkatan tekanan negatif intrapleura

e) Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

Penyebab efusi pleura :

a) Infeksi

1) Tuberclosis

2) Pneumonitis

3) Abses paru

4) Perforasi Esofagus

5) Abses subfrenik

b) Noninfeksi

1) Karsinoma paru

2) Karsinoma pleura : primer, sekunder

3) Karsinoma mediastinum

5. Anatomi dan Fisiologi Efusi Pleura

Pleura adalah suatu membran serosa yang melapisi permukaan

dalam dinding toraks dikanan dan kiri, melapisi permukaan superior

diafragma kanan dan kiri, melapisi mediastinum kanan dan kiri

(semuanya disebut pleura paritealis), kemudian pada pangkal paru,

membran serosa ini berbalik melapisi (membungkus) paru (disebut

sebagai pleura viseralis). Pleura viseralis ini bervaginasi mengikuti

fisura yang membagi setiap lobus paru.

Page 25: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

30

Berbeda dengan pleura parietalis yang sangat sensitif, pleura

viseralis tidak bisa merasakan rasa sakit, rasa sakit yang berasal dari

pleura akan terasa sampai ke dinding dada tepat di tempat lesi pleura.

Diantara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat ruang yang

disebut “rongga” pleura. Pada “rongga” pleura terdapat cairan pleura

seperti lapisan film karena jumlahnya sangat sedikit yang hanya

berfungsi untuk memisahkan pleura viseralis dengan pleura parietalis.

a) Tumor ovarium

b) Bendungan jantung: perikarditis konstriktiva

c) Gagal hati

d) Gagal ginjal

e) Hipotriodisme

f) Kilotoraks

g) Emboli paru

6. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis dapat ditegakan dengan anamnesis dan pemeriksaan

fisik saja, tetapi kadang-kadang juga sulit juga, sehingga perlu

pemeriksaan penunjang seperti sinar tembus dada. Diagnosis yang

pasti bisa didapatkan melalui tindakan torakosintesis dan biopsi pleura

pada beberapa kasus.

a) Sinar tembus dada

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan

membentuk banyangan seperti kurva, dengan permukaan daerah

lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya

horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga

tersebut yang bisa berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu

sendiri. Hal lain yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura

adalah terdorongnya mediatisnum pada sisi yang berlawanan

dengan cairan.

Page 26: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

31

Akan tetapi, bila terdapat akteletasis pada sisi yang bersamaan

dengan cairan, mediatisnum akan tetap pada tempatnya. pada

permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan

lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung.

Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.

b) Torakosintesis

Aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnostic maupun

terapeutik. Torakosistesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk.

Lokasi aspirasi adalah pada bagian bawah paru disela iga ke-9

garis axial posterior dengan memakai jarum abocath nomor 14 atau

16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1.000-1.500 cc

pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi dilakukan sekligus dalam

jumlah banyak, maka akan menimbulkan syok pleural (hipotensi)

atau edema paru. Edema paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat

mengembang.

Tabel 2.4 Jenis – jenis cairan efusi pleura

No. Klasifikasi Transudat Eksudat

1. Warna Kuning pucat, jernih Jernih, keruh, purulen, hemoragik

2. Bekuan - -/+

3. Berat jenis < 1018 >1018

4. Leukosit <1000 ul Bervariasi, >1000 ul

5. Eritrosit Sedikit Biasanya banyak

6. Hitung jenis MN (limfosit, imesitol) Terutama polimerfrunokuler (PMN)

7. Protein total < 50% serum >50 % serum

8. LDH < 60 % serum >60 % serum

9. Glukosa = plasma = / > plasma

10. Fibrinogen 0,3 – 4 % 4 – 6 % atau lebih

11. Amilase - >50 % serum

12. Bakteri - - / +

Sumber: Black, J.M dan Jacob, E.M dalam Somantri, 2009

Page 27: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

32

c) Biopsi pleura

Pemeriksaan histologist satu atau beberapa contoh jaringan pleura

dapat menunjukan 50 – 75 % diagnosis kasus pleuritis tuberculosis

dan tumor pleura. Bila hasil biopsy pertama tidak memuaskan

dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah

pneumotorak, hemotorak, penyebaran infeksi atau tumor pada

dinding dada.

d) Pendekatan pada efusi pleura yang tidak terdiagnosis.

Pemeriksaan penunjang lainnya :

a) Bronkoskopi : pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, abses

paru.

b) Scanning isotop : pada kasus-kasus dengan emboli paru.

c) Torakoskopi (fiber-optic pleuroscopy) : pada kasus dengan

neoplasma atau TBC (Somantri, 2009).

Page 28: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

33

7. Patofisiologi

Gambar 2.1 Pathway Efusi Pleura

Sumber : http://kangsaipul.blogspot.com/2014/06/asuhan-keperawatan-pada-

klien-dengan.html

Page 29: (life span)repository.poltekkes-tjk.ac.id/347/3/6. LTA BAB II PUTRI.pdf · 8 maka organ-organ, persarafan dan otot-otot pernafasan harus baik dan diperlukan sistem pernafasan. Proses

34

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan efusi pleura adalah dengan

mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah re-acumulation

cairan dan mengurangi ketidaknyamanan dan dipsnea menurut

Isselbecher dalam Nurarif dan Kesuma (2016) antara lain :

a) Tirah baring

Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen

karena peningkatan aktivitas akan kebutuhan oksigen sehingga

dipsneu akan semakin meningkat pula.

b) Thorakhosintetis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif

seperti, nyeri, dipsneu dan lain – lain. Cairan efusi pleura sebanyak

1 – 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah

meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih

banyak maka pegeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan

satu jam kemudian.

c) Antibiotik

Pemberian antibiotic dilakukan apabila terbukti terdapat adanya

infeksi. Antibiotic diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.

d) Pleurodesis

Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat

(tetrasiklin, kalk dan biomisin) melalui selang interkostalis untuk

melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan

terakumulasi kembali.