life skill (2).doc

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak lahir manusia dianugerahi berbagi macam kemampuan bahwa yang mengandung disposisi (kecendrungan berkembang) ke arah titik optimal. Disposisi akan tumbuh berkembang jika mendapat kesempatan melalui pengelolaan sistem pendidikan yang epektif dan efisien menuju arah yang diharapkan. Sistem kurikulum hendaknya memfalisitasi tumbuh dan berkembangnya peserta didik dengan segenap potensi yang dimilikinya serta guru mampu mengembangkan tugas dan tanggungjawab propesinya sebagai pasilitaror mengantarkan peserta didik ke arah perwujudan dirinya sebagai insan bermartabat. Hal ini sesuia dengan fungsi dan tujuan pendidikan sebagaimana ditetapkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yakni, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” (Pasal 3). Realisasi fungsi pendidikan nasional ini diantaranya adalah terlatih, terbimbingnya dan

Upload: kiki

Post on 19-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

life skill

TRANSCRIPT

Page 1: life skill (2).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sejak lahir manusia dianugerahi berbagi macam kemampuan bahwa

yang mengandung disposisi (kecendrungan berkembang) ke arah titik

optimal. Disposisi akan tumbuh berkembang jika mendapat kesempatan

melalui pengelolaan sistem pendidikan yang epektif dan efisien menuju arah

yang diharapkan.

Sistem kurikulum hendaknya memfalisitasi tumbuh dan

berkembangnya peserta didik dengan segenap potensi yang dimilikinya serta

guru mampu mengembangkan tugas dan tanggungjawab propesinya sebagai

pasilitaror mengantarkan peserta didik ke arah perwujudan dirinya sebagai

insan bermartabat. Hal ini sesuia dengan fungsi dan tujuan pendidikan

sebagaimana ditetapkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional yakni, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” (Pasal 3).

Realisasi fungsi pendidikan nasional ini diantaranya adalah terlatih,

terbimbingnya dan dimilikinya “Life Skill” di kalangan peserta didik. Life

Skill bukanlah semata kecakapan hidup dengan keterampilan bekerja untuk

sesuap nasi, melainkan suatu keterampilan pada diri setiap peserta didik

sebagai generasi bangsa, dalam mempertahankan serta meningkatkan derajat

martanat sebagai makhluk paling mulia yakni manusia, dengan kemampuan

akal dan pikiran, naluri dan perasaan serta hati dan keyakinannya hal ini

seiing dengan tujuan pendidikan nasional yakni “untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta

bertanggung jawab” (UU No. 20 tahun 2003).

Page 2: life skill (2).doc

Berkenaan dengan deskripsi diatas, penulis selaku praktisi tertarik dan

terpanggil sekaligus optimis mewujudkan harapan peningkatan kualitas

proses dan hasil pendidikan dan proses pembelajaran, terkait dengan

kebijakan pengembangan KTSP dalam setiap jenjang pendidikan.

Oleh karena itu buku ini disusun dengan judul

“IMPLEMENTASI LIFE SKILL DALAM PENGEMBANGAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mencoba merumuskan

masalah dalam penuliasan buku ini ;

1. Bagaimana mengembangkan secara praktis dan mendalam pola

penyelenggaraan program life skill melalui model pengembangan

potensi Qodrati (MPQ) ?

2. Bagaimanakah mengembangkan program life skill melalui kurikulum

tingkat satuan pendidikan secara terpadu menuju peningkatan kualitas

proses dan hasil belajar siswa ?

3. Bagaimana penyempurnaan dan pengembangan kebijakan kurikulum

tingkat satuan pendidikan dalam mengembangkan program life skill ?

1.3. TUJUAN

Yang hendak dicapai serta melandasi penulisan ini, diharapkan para

pembaca ;

1. Memiliki pemahaman secara praktis dan mendalam pola

penyelenggaraan program life skill.

2. Mengembangkan kemampuan melaksanakan program life skill

bersasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara terpadu

menuju peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

3. Memperoleh gambaran secara jelas dan operasional penyempurnaan

dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam

meningkatkan proses mengembangkan program life skill.

Page 3: life skill (2).doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. STRATEGI PENYELENGGARAAN PROGRAM “LIFE SKILL”

DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN

1. HAKIKAT DAN PENGERTIAN

Pendidikan berfungsi sebagai alat pembentuk masyarakat yang diinginkan.

Melalui pendidikan diharapkan terbentuk pribadi-pribadi yang memiliki

kepercayaan diri, disiplin dan tanggungjawab serta mampu mengungkapkan

dirinya sebagai warga negara yang baik.

Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, disebutkan bahwa ;

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat bangsa dan negara.

Sistem pendidikan nasional merupakan alat dan tujuan yang penting dalam

mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Dalam pasal 3 UU RI No. 20 tahun 2003,

disebutkan fungsi pendidikan nasional. Yakni ;

“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Fungsi pendidikan menuntut setiap warga negara untuk mampu meningkatkan

harkat dan martabat baik sebagai pribadi, warga masyarakat maupun sebagai suatu

bangsa. Upaya peningkatan harkat martabat manusia, memiliki keterkaitan yang

erat dengan kesadaran diri seorang sebagai manusia, dalam arti kesadaran akan

nilai-nilai kemanusiaan.

Page 4: life skill (2).doc

Berkenan dengan hal tersebut M.I Sulaeman (1988:44) menjelaskan bahwa ;

“Kesadaran manusia akan tugas hidupnya sebagai manusia, kesadaran akan

nilai-nilai kemanusiaan, ternyata tidak dibawakan (sejak/saat) lahir. Hal ini tidak

cukup dipelajari sampai mengetahui. Mengetahui akan nilai-nilai tidak dengan

sendirinya menimbulkan yang bersangkutan bertindak sesuai dengan nilai-nilai

yang diakuinya. Harus dibiasakan dulu untuk mampu melaksanakannya ...

pengajaran dan latihan saja tidak cukup untuk membuat seorang bertindak susila

(sesuai nilai). Untuk itu perlu “pendidikan” yang diartikan mencakup keseluruhan

pribadi kita.

Pendidikan merupakan upaya strategis dalam pembentukan sistem nilai yang

ada dalam diri seseorang, kaitannya dengan perwujudan harkat dan martabat

sebagai manusia sesuai dengan tatanan kehidupan masyarakat yang

melingkupinya. Dengan kata lain pendidikan harus senantiasa diarahkan pada

upaya peningkatan kesadaran akan harkat serta martabat seseorang yang baik

selaku pribadi, anggota masyarakat maupun sebagai suatu bangsa.

Dalam kurikulum persekolahan tidak semata-mata untuk

pengetahuan/intelektual, melainkan perlu direalisasikan dalam bentuk sikap dan

perilaku nyata sehari-hari sesuai dengan hakikat dan potensi manusia itu sendiri

yang bersifat utuh.

Nurid Sumaatmaja (2001:15) menjelaskan bahwa;

“Keutuhan manusia itu bukan hanya pada sosok jasmani seperti makhluk

hidup lainnya, melainkan meliputi juga aspek akhlak, moral dan

tanggungjawab sebagai khalifah di muka bumi… disinilah letak kewajiban

keterpaduan antara pendidikan intelektual dengan pendidikan keterampilan

dan pendidikan umum (agama, nilai, etika)”.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pendidikan yang diterapkan di

Indonesia, belum menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu

berdaing dengan bangsa lain. Hal ini ditunjukkan dari penelitian badan-badan

internasional yang hasilnya bahwa Indonesia selalu mendapatkan nomor yang

terbawah, bahkan di bawah negara-negara tetangga.

Page 5: life skill (2).doc

Alternatif pemecahan masalah tersebut, pemerintah melaui Departemen

Pendidikan Nasional (Depdiknas) menyusup kebijakan pendidikan yang berbasis

luas dan mendasar (Broad Based Education) dengan berorientasi paada kecakapan

hidup (life skills) serta berbasis masyarakat ( Community Based Education).

Berkenan dengan program kecakapan hidup (life skill) Tim BBE Depdiknas

(2000) mengungkapkan bahwa ; “Kecakapan hidup (life skill) adalah kecakapan

seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan

secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari

serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya”.

Dari pengertian tersebut, bahwa kecakapan hidup merupakan hal mendasar

dan esensial untuk dimiliki oleh setiap peserta didik. Program life skill ini

memberikan manfaat yang besar bagi peserta didik terutama untuk menghadapi

dan memecahkan problema hidup, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga

masyarakat maupun sebagai warga negara.

Lebih terarah lagi, Team BBE mengemukakan tujuan dari pendidikan

kecakapan hidup, yakni ;

a. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat menggunakannya

untuk memecahkan problema yang dihadapi.

b. Memberikan kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran

yang fleksibel, sesuai prinsip berbasis luas.

c. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dilingkungan sekolah, dengan

pemberian peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai

prinsip manajemen berbasis sekolah.

Kutipan di atas menegaskan betapa pentingnya sekolah berorientasi pada

pengembangan kecakapan hidup bagi peserta didik. Sebagai lembaga pendidikan,

sekolah bukanlah sebuah lembaga yang asing bagi masyarakat dan atau

diasingkan oleh masyarakat, tetapi memberi suatu kekuatan yang sangat potensial

bagi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri. Dengan perkataan

lain program “life skill” pada jalur pendidikan sekolah secara disadari atau tidak

akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah sebagai

lembaga pendidikan.

Page 6: life skill (2).doc

Tim BBE Depdiknas mengelompokkan “kecakapan hidup” kedalam lima

kategori, yakni ; kecakapan mengenal diri (self awareness), kecakapan berfikir

rasional (thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik

(academic skill), dan kecakapan vokasional (vocational skill).

Bagan ;

Bagan ;

Kemampuan mengenal diri ; penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan

Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara serta menyadari

dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus

menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang

bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Kecakapan berfikir rasional ; kecakapan menggali dan menemukan

infofmasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta

kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.

Kecakapan sosial ; kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan

kerjasama. Berempati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah,

perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan

sekedarmenyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan

kesan baik dan menumbuhkan hubungan yang harmonis.

Self Awarenes

Thinking Skill

Social Skill

Academic Skill

Vocational Skill

General Life Skill

SpecificLife Skill

LIFE SKILL

Page 7: life skill (2).doc

Kecakapan akademik disebut juga dengan kemampuan berfikir ilmiah ;

identifikasi variabel, merumuskan hipotesis dan melaksanakan penelitian.

Kecakapan vokasional seringkali disebut dengan keterampilan kejuruan

artinya keterampilan yang dikaitkan denganbidang pekerjaan tertentu yang

terdapat di masyarakat.

Dalam menganalisis kehidupan masyarakat akan selalu diperlukan General

Life Skill (GLS) dan Specific Life Skill (SLS) yang sesuai dengan masalahnya.

Meskipun berbagai kecakapan hidup itu dapat dipilih tetapi dalam penggunaannya

akan selalu bersama-sama dan saling menunjang.

2. Pola Penyelenggaraan “Life Skill” di Sekolah

Penyelenggaraan program “Life Skill” di lembaga pendidikan disesuaikan

dengan tujuan pendidikan pada setiap jenis jenjang sekolah. Tim BBE Depdiknas

menyusun pola penyelenggaraan berbasis Luas yang berorientasi pada “Life Skil”

dengan memperhatikan perbedaab setiap jenjang pendidikan sebagai berikut ;

Pertama, bagi tamatan SLTP/MTs/ paket B dan SMA/MA/paket C yang tidak

melanjutkan.

Bagi mereka ditawarkan program pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) jangka

pendek (3-6 bulan), dalam bentuk paket DIKLAT yang mengintegrasikan potensi

generik, dasar, lanjutan, dan spesialisasi, serta nilai sikap kewirausahaan dan

budaya kerja/wiraswasta, sehingga tamatannya mampu memasuki dunia kerja dan

atau berwirausaha dalam sektor informal. Paket-paket tersebut di desain dan

diorganisasikan oleh SMK/Community College bersama balai Diklat lainnya yang

relevan di suatu kota atau kabupaten setempat, sesuai jenjang dan jenis jabatan

yang dibutuhkan.

Paket diklat tersebut selain berorientasi pada kualifikasi jabatan yang ada dan

yang diperhitungkan akan ada, juga dapat di akreditasi, sebagai Satuan kredit pada

jenjang pendidikan berikutnya, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan.

Kedua, bagi siswa yang drop out dari SLTP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C.

Page 8: life skill (2).doc

Kepada mereka ditawarkan paket-paket diklat seperti yang ditawarkan kepada

tammatan yang tidak melanjutkan ke SLTP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C.

Sertifikasi bagi tammatan “kursus” disamping berorientasi pada kualifikasi kerja,

juga dapatdiperhitungkan dengan saluran kredit semester pada lembaga

pendidikan darimana mereka drop out, sehingga pada suatu saat tertentu mereka

dapat menyelesaikan pendidikannya secara formal.

Ketiga, bagi siswa yang masih berada di lembaga pendidikan dasar (SD/MI) dan

menengah(SLTP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C).

Kepada siswa sekolah dasar (SD/MI) kecakapan hidup yang bersifat umum

diberikan secara terintegrasi dalam program pembelajaran. General Life Skill

merupakan merupakan kompetensi generic yang transperable pada berbagai ilmu

dan teknologi. Dalam hal ini tidak ada perubahan sistem pendidikan dasar, paling

jauh berupa reorientasi dan reorganisasi intern pembelajaran yang mengarah pada

penguasaan kecakapan hidup (Life Skill).

Kepada Siswa SLTP/MTs kecakapan hidup bersifat umum diberikan secara

integrasi dalam program pembelajaran, seperti dilaksanakan di SD/MI.

Sedangkan kecakapan hidup berdifat khusus dilaksanakan, sebagai berikut ;

A. Kecakapan hidup yang bersifat akademik dilaksanakan dengan melakiukan

pemantapan program pembelajaran yang bebasis akademik.

B. Kecakapan hidup bersifat kejuruan, didesain dan dilaksanakan besama SMK/

Community College. Dalam hal ini Community College menawarkan paket-

paket Diklat pra-vocational yang didesain bersama balai diklat yang relevan.

Kepada siswa SMA/MA/Paket C, kecakapan hidup yang bersifat umum

dilakukan secara terintegrasi dalam program dan proses pembelajaran dengan

mengacu pada standar kemampuan dasar, demikian pula kecakapan hidup spesifik

yang bersifat akademik. Kecakapan hidup yang bersifat kejuruan dilaksanakan

bersama dengan Community College, seperti yang dilaksanakan oleh SLTP/MTs.

Page 9: life skill (2).doc

Penjelasan :

A = Tamatan SMA/SMK/MA yang tidak melanjutkan ke jenjang Perguruan

Tinggi.

B = Tamatan SLTP/MTs/Paket B yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi.

C = Siswa SMA/SMK/MA yang masih dalam proses studi.

D = siswa SD/MI dan SLTP/MTs/Paket B yang masih proses studi.

Jalur A dan B ditawarkan paket-paket pendidikan dan pelatihan jangka

pendek sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja, dengan

mempertimbangkan usia. Paket diklat disusun dengan mempertimbangkan potensi

wilayah dan pengakuan hasil belajar awal untuk melanjutkan belajar ke jenjang

yang lebih tinggi.

Jalur C di tawarkan kepada siswa SMA/MA yang masih dalam proses

pendidikan, dengan mengintegrasikan paket-paket diklat yang diperlukan

masyarakat dan dunia kerja melalui reorganisasi materi pembelajaran dan

menetapkan bahan ajar minimal agar dapat menguasai General Life Skill.

SMU / SMK/MA/

Paket C.

SLTP/MTs/

Paket B.

SD/MI/

Paket A.

A

B

C

D

CO

MM

UN

ITY

ED

UC

AT

ION

CO

MM

UN

ITY

CO

LL

EG

E

Page 10: life skill (2).doc

Jalur D pada SLTP/MTs/Paket B maupun SD/MI/Paket A. Dilakukan

dengan mengintegrasikan paket-paket diklat pra-vokasional yang diperlukan

masyarakat dal;am dunia kerja.

Pendekatan Community College Base Education sebagai bagian integral dari

BBE, dilaksanakan dengan memanfaatkan SMK, SKB, PKB, dan BLK serta

pusat-pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan lainnya secara sinergi dalam satu

wilayah kota/kabupaten, yang mengarah pada terbentuknya Community College.

C. Prinsip dan Tujuan Penyelenggaraan “Life Skill” di Sekolah

Sebagai acuan dasar dalam penyelenggaraan Broad Based Education (BBE) yang

berorientasi pada Life Skill, Tim BBE Depdiknas mengemukakan prinsi-prinsip

penyelenggaraan sebagai berikut :

a. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku saat ini.

b. Tidak menurunkan pendidikan menjadi sebatas pelatihan.

c. Etika Sosio-religius bangsa yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dapat

diintegrasikan.

d. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, lerning to do, lerning to

be, lerning to leave together and lerning cooperative.

e. Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan

pendidikan.

f. Penerapan manajemen berbasis sekolah dan masyarakat, merupakan

kolaborasi semua unsur terkait yang ada dalam masyarakat dapat diwadahi.

g. Paradigma school to work dapat menjadi dasar semua kegiatan pendidikan,

sehingga lembaga pendidikan secara jelas memiliki pertautan dengan dunia

kerja dan pihak lain yang relevan.

h. Penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik

agar :

1). Membantu mereka untuk menuju hidup sehat dan berkualitas

2). Mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

3). Memiliki akses untuk mampu memenuhi standar hidupnya secara layak

Page 11: life skill (2).doc

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui pengembangan life skill adalah :

1. mengaktualisasi potensi anak sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan problema yang dihadapi.

2. memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karier.

3. memberi bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

4. memberikan kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis

luas.

5. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat.

Page 12: life skill (2).doc

A. IMPLEMENTASI PROGRAM “LIFE SKILL”DALAM

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

A. Implementasi Dalam Orientasi Pembelajaran

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran pengembangan program

Life Skill senantisasa berlandaskan pada potensi seseorang secara utuh

dan menyeluruh, baik potensi pisik material (jasmani), maupun potensi

mental psikologis (kejiwaan). A. Kosasih jahiri 1996 menyebutkan bahwa

: “…. Dalam pendekatan perkembangan diri manusia hendaknya

dikembangkan pendekatan holistik, yang membaca manusia sebagai

pemilik dan pembina tiga potensi ( kognitif, afektif, dan psikomotor) yang

harus selalu utuh dan bulat, interadiatif satu terhadap lainnya. Darimana

dimulai pembelajaran tidak selalu harus dari kognitif atau apektif atau

psikomotor. Kualifikasi subtstansi yang harus diserap. Kemampuan siswa

dan kondisi kebutuhan menentukan awalan pembelajaran tersebut. Tetapi

ketiga potensi itu harus berproses dan terlibat kait mengkait”

Berdasarkan sumsi tersebut maka kegiatan pendidikan sebagai

implementasi dari program life skill diupayakan mampu membuahkan

hasil pendidikan yang menitegrasikan secara utuh dan menyeluruh aspek-

aspek potensi serta kuaifikasi belajar siswa, baik berkenaan dengan aspek

jasmani (lahir) maupun rohani (batin). Keterpaduan antar aspek-aspek

tersebut secara selaras, serasi dan seimbang sebagai perwujudan

kesempurnaan serta tingginya hasil pendidikan serta menunjukan

terjaminya harkat dan martabat manusia.

Secara skematik pengembangan potensi kodrati dalam proses

pembelajaran sebagai inti dari proses pendidikan, sebagai berikut :

Page 13: life skill (2).doc

Proses pembelajaran sebagai inti pendidikan, pada hakikatnya merupakan

pemberdayaan potensi kodrati manusia secara utuh dan terpadu, menuju derajat

dan martabat sebagai manusia yang sempurna, yakni mampu menjalani

kehidupannya secara baik dan benar sesuai kodrat sebagai manusia, yang

selanjutnya terwujud dalam bentuk “kecakapan hidup” ketiga potensi kodrati itu

meliputi : naluri kemanusiaan, akal, dan pikiran serta hati dan kejiwaan. Proses

pendidikan yang menitikberatkan pada ketiag potensi tersebut, tidak mungkin

dapat mewujudkan derajat dan mertabat manusia sesuai dengan kodratnya. Hasil

pendidikan yang menitikberatkan aspek naluri tidak lebih baik dari hewan-hewan

yang terlatih. Pendidikan yang menitikberatkan aspek akal dan pikiran juga tidak

akan lebih canggih dari teknologimenitikberatkan aspek akal dan pikiran juga

tidak akan lebih canggih dari teknologi teknologi hasil penemuan manusia sendiri.

Namun demikian antara naluri dan akal harus senantiasa terpadu secara utuh

dalam nuansa kesempurnaan htri manusia proses pendidikan yang terpadu akan

tercipta dan hasil akan semourna apabila mampu membentuk sistem nilai dan tau

sistem keyakinan pada diri peserta didik, tentang sesuatu yang dipelajari dan

kajiannya sehingga akan menjadi motor penggerak kejiwaanya secra utuh, baik

dalam bersikap, bertindak, ataupun dalam mengambil keputusan, yang apada

DESONANSI

DESONANSI

RESONAN

RESONAN

PENDIDIKAN / PEMBELAJARAN

AKAL

HATI

NALURI

KOGNITIF

AFEKTIF

PSIKOMOTOR

SCIENTISM

ESKAPISTIK

LIFE SKILL

BELIEF/ VALUE SYSTE

M

Page 14: life skill (2).doc

akhirnya merupakan awal dari kesempurnaan sebuah propesi secara propesional

dalam bentuk kecakapan hidup (life skill).

Tim BBE Depdiknas, bahwa; ”Pendidikan perlu dikembalikan pada prinsip

dasarnya, yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia (humanisasi),

mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani dan mau menghadapi

problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, serta mau dan mampu meningkatkan

pitrahnya sebagai khalifah di muka bumi”.

Ilustrasi Hubungan pengembangan life skill dengan upaya pencapaian tujuan

pendidikan, sekema berikut.

B. Implementasi dalam penyusuna rencana pelaksanaan pembelajaran

Dalam ktsp para praktisi pendidikan daerah pada setiap satuan pendidikan

diberikan kewenangan untuk mengembangakan elaborasi kebijakan umum dan

kompetensi dalam bentuk penyusunan “silabus” serta rencana pelaksanaan

pembelajara yang bersipat operasional.

Silabus merupakan drafft rencana pembelajaran yang menjabarkan kompetensi

dasar, termasuk materi standar dan indikator penilaian yang ditetapkan pusat,

Kecakapan Generik

SMA SMK

Kecakapan Vokasional

Kecakapan Akademik

SMP

Page 15: life skill (2).doc

menjadi kompetensi komptensi khusun yang tersusun secara logis dan sitematis

pada setiap bidang study atau mata pelajaran, sehingga mejadi pedoman praktis

operasional dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran disekolah sesuai

jenis, jenjang dan tingkatannya.

Komponen-komponen silabus dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp)

meliputi : standar komtensi; kompetensi dasar; materi pokok pembelajaran;

kegiatan pembelajaran. Indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi

waktu, dan sumber belajar.

Berdasarkan kewenangan diatas. Guru selaku praktisi dilapangan dalam ktsp dan

kaitannya dengan program “life skill” sebagai implementasi dari tuntunan

terhadap kualitas proses dan hasil belajar, dituntut mampu mengintegrasikan

kedua program tersbut dalam kegiatan belajar mengajar secra jelas, terarah dan

terencana.

Tim bbe depdiknas merumuskan hubungan antara mata pelajaran sebagai

komponen ktsp dengan “life skill” dan kehidupan nyata dengan skema sebagai

berikut

HUBUNGAN ktsp dan life skill tersebut berimplikasi terhadap kemampuan guru

dalam mengembangkan kompetensi siswa sebagai indikator keberhasilan proses

pembelajaran sekaligus mencerminkan karakteristik dari ktsp.

Semua jenis mata pelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan

Bahan ajar / model kecakapan hidup

Permasalahan dalam kehidupan nyata yang harus disikapi dan dihadapi dengan kecakapan-kecakapan tertentu

KONTEKSTUAL / REALITA

Page 16: life skill (2).doc

Demikian penyusunan rencana pembelajaran (silabus) serta pelaksanaannya.

Disusun dan diorganisasikan secara sistimatis sesuai dengan susunan kompetensi

baik kompetensi dasar kompetensi standar maupun kompetensi lulusan.

d. Implementasi dalam pengembangan proses dan penilaian hasil pembelajaran

Proses pembelajaran dengan ktsp berlandaskan pada aktivitas proses belajar siswa

kadar tinggi dan multidomain, multidimensional dengan pole pengorganisasian

bahan ajar proses pembelajaran yang utuh dan terpadu. Pembelajaran harus

memperhtungkan pendekatan interdisipliner atau transdisipliner, bahkan tidak

menutup kemungkinan antar bidang kajian.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan, menetapkan standar nasional yang terwujud

dalam bentuk kompetensi dasar. Materi standar dan indikator penilaian.

Sedangkan pengembangan kegiatan dan proses pembelajaran dilaksanakan oleh

wilayah / daerah serta guru, secara bersama-sama demikian pula halnya dalam

sisten penilaian / evaluasi.

Model pembelajaran kondisi yang demikian adalah model proses dan penilaian

“portofolio” a.kosasih djahiri (2001:4) menyatakan bahwa “ proses pembelajaran

portofolio merupakan multidomain taksonomik melalui serangkai kegiatan belajar

siswa, metoda, media dan sumber yang bervariasi serta berlangsung dikelas

maupun diluar kelas/sekolah mandiri maupun kelompok.”

Beliau menyebutkan pula beberapa karakteristik kegiatan belajar siswa dengan

model tersebut, meliputi :

a. Pemberdayaan dan pelatihan potensi belajar siswa dengan beraneka ragam

kegiatan belajar aktif partisipatif

b. Pemberdayaan berbagai varisai media dan sumber belajar

(termasuk/terutama realita kehidupan).

c. Serta pelatihan / pelakonan proses sosialisasi diri sebaga manusia, warga

masyarakat kelompok dan wni

Pola penilaianya guru sepenuhya berhak menentukan bobot nilai dari setiap jenis

penilaian dengan parameter, antara lain :

a. Kadar kualitas dan kuantitas kegiatan belajar siswa,

Page 17: life skill (2).doc

b. Esesnsi dan kegunanan perolehan kegiatan belajar siswa yang

bersangkutan dan lingkungannya

c. Keterkaitan proses dan perolehan kegiatan belajar siswa terhadap tema

pembelajaran

d. Kada kualitas / kuantitas terhadap kompetensi standar maupun kompetensi

lulusan.

Berdasarkan uraian diatas, portofilio merupakan serangkaian untuk memperoleh,

menganalisis dan menafsirkan data/informasi tentang proses dan hasil belajar

siswa yang dilakukan secara sistimatis dan berkesinambungan, sehingga menjadi

informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan dan peroleh suatu

kemampuan yang mesti dimiliki peserta didik. Baik secara perseorangan maupun

perkelompok.

a.kosasih djahiri (2001), mengembangkan tiga model alternatif pengembangan

portofolio yakni:

a. model yang berlandaskan target berprosesnya domain taksonomi yang

dipelajarkan (kognitif-afektif dan psikomotor)

b. model yang berlandaskan besaran (luas cakupan) bahan ajar yakni bahan ajar

untuk satu semester atau sejumlah pokok bahasan

c. model tradisional yang biasa dilakukan guru yakni mengajar persatu pokok

bahasan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

- Tujuan dari pendidikan kecakapan hidup mengaktualisasikan potensi

peserta didik sehingga dapat menggunakannya untuk memecahkan

problema yang dihadapi, memberikan kesempatan kepada sekolah

untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel. Sesuai prinsip

pendidikan berbasis luas. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya

di lingkungan sekolah. Dengan memberi peluang pemanfaatan sumber

Page 18: life skill (2).doc

daya yang ada dimasyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen

berbasis sekolah.

- Mengaktualisasi potensi anak sehingga dapat digunakan untuk

memcahkan problema yang dihadapi memberikan wawasan yang luas

dalam mengembangkan karier memberi bekal dengan latihan dasar

tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas

mengoftimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat.

-

B. SARAN