life mapping
DESCRIPTION
Life mappingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti. Begitulah cuplikan lirik lagu yang
dipopulerkan oleh band dewa. Kita bukan berbicara tentang Band Dewa. Akan tetapi,
tentang hidup kita. Tentang hidup yang penuh dengan perjuangan tanpa henti. Bisa kita
bayangkan jika hidup yang kita jalani ini tanpa dibumbuhi sebuah perjuangan. Pastinya
akan tercipta hidup yang statis, tidak dinamis dan pragmatis.
Tak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar dari kita saat ini hidup dalam kehidupan
yang tidak hidup. Artinya, kehidupan yang dijalaninya adalah tanpa tujuan, buta visi, dan
lumpuh misi. Akibatnya, kehidupan berjalan seperti keong, lambat dan malas, hedonitas
merajalela, pengangguran membludak, kriminalitas meningkat, dsb.
Anggapan bahwa kehidupan itu seperti air, maka biarlah ia mengalir begitu saja
menjadi landasan tersendiri bagi mereka yang menginginkan kehidupannya itu berjalan
begitu saja. Tanpa harus diprogramkan, tanpa harus dipetakan.
Akan tetapi, fakta di lapangan membuktikan bahwa antara seseorang yang memiliki
visi yang jelas dalam kehidupannya atau dengan kata lain telah mampu membuat peta
hidupnya memiliki masa depan yang jauh lebih cerah bila dibandingkan dengan orang
yang tidak mampu membuat peta hidupnya.
Bagaimanakah sebenarnya tujuan diadakannya peta hidup ini? Apa manfaatnya
bagi kehidupan seseorang? Bagaimana membangun peta hidup dalam perspektif Islam?
Insya Allah, semuanya akan dijelaskan secara global dalam makalah ini.
1.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membangun peta hidup ?
2. Bagaimana membangun peta hidup dalam perspektif Islam ?
BAB II
MEMBANGUN PETA HIDUP
A. Cara Membangun Peta Hidup
1. Pengertian Peta Hidup
Peta hidup atau seringkali dikenal dengan istilah Life Mapping ini merupakan
teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan. Peta hidup akan memberikan kesan yang
mendalam, memberikan kejelasan arah kehidupan, sehingga menghasilkan visi dan misi
hidup yang membuat kehidupan manusia lebih dinamis.
Peta hidup akan memudahkan kita mengenali siapa diri kita sesungguhnya.
Sudahkah kita bersungguh-sungguh merenungkan tentang siapa diri kita sesungguhnya?
Dimanakah letak kita dalam kurun waktu sejarah peradaban di muka bumi ini? Apa peran
kita sebagai makhluk di jagad raya ini? Apa tujuan hidup kita?. Perenungan-perenungan itu
penting kita lakukan untuk mengetahui sejatinya diri kita.
Dale Carnegie mengingatkan betapa spesialnya diri kita. Tiap-tiap kita adalah
sesuatu yang sama sekali baru di muka bumi ini. Tidak ada seorangpun yang pernah ada
dan yang akan ada persis seperti kita. Kita ini adalah produk dari keturunan, lingkungan,
dan masa lalu. Betapa banyak anugerah yang diberikan Allah kepada kita. Maukah kita
menjual mata kita seharga satu juta, satu milyar atau satu trilyun? Bagaimana dengan otak,
pendengaran, hati, jantung, tangan, dan kaki? Kita adalah makhluk dengan nilai tak
terhingga dan tidak bisa dihargai dengan uang.
Oleh karena itu, dalam kehidupan yang singkat ini, sangat dapat dipastikan, setiap
orang dari kita tak ingin dikatakan menyia-nyiakan kehidupannya. Walaupun bukti
konkretnya banyak mengarah pada hal tersebut.
2. Tujuan Membangun Peta Hidup
Tujuan life mapping adalah mencegah kita bertindak tergesa-gesa dan tak
beraturan. Tapi, kadang rencana kita bisa berubah seiring perjalanan kita karena situasi
tertentu. Hidup seperti layaknya jalan, ada belokan, putaran, tanjakan, dan lubang. Kita
harus mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, dan kita juga harus bisa menyesuaikan
keadaan ketika ada perubahan jalur.
Membangun peta hidup, pastinya membawa beberapa manfaat yang sangat
berpengaruh dalam melejitkan potensi. Menurut Solikhin Abu Izzudin dalam bukunya
Zero to Hero mengemukakan beberapa manfaat dari membangun peta hidup, antara lain:
1. Menjadi modal dasar sebelum melangkah. Yakni sebagai starting point yang menentukan
langkah-langkah selanjutnya. “Koreksilah dirimu sendiri sebelum dihisab nanti.”
2. Memiliki kejelasan apa yang harus dilakukan. Seperti Abu Hurairah. Ketika menyadari
ketertinggalannya dalam berislam, maka ia proaktif “menyertai” seluruh kehidupan Nabi
Saw. Ia tidak menyia-nyiakan waktu umurnya yang sudah tua dan tidak menyesali
kemiskinannya untuk senantiasa nempel lekat dengan Nabi Saw.sehingga ia dijuluki Abu
Hurairah, Bapaknya Kucing, karena perilakunya yang sering dekat pada Nabi kemanapun
beliau pergi, bahkan ia membawa sandal Nabi.
3. Mapping adalah analisis kegagalan yang dituliskan. Ini akan mendidik kita lebih realistis
dalam merencanakan sasaran dan merealisasikan tujuan.
4. Agar memiliki skala prioritas dalam melangkah. Setelah memetakan diri, ditemukan skala
prioritas amal yang bisa dilakukan.
Misalnya Bilal bin Rabbah yang menyadari keterbatasan dirinya. Maka ia menentukan
suatu amalan yang menjadi wirid atau amalan rutinnya yaitu selalu menjaga wudhudan
shalat sunnah dua raka’at setelahnya. Ibunda Imam Syafi’i menggunakan seluruh hartanya
untuk mendidik Imam Syafi’i kecil menjadi ulama besar.
5. Agar selalu mendayagunakan potensinya tersebut untuk berprestasi sebanyak-banyaknya.
DR. Aidh Al Qarni mengatakan, “Orang mukmin tidak dari akal yang senantiasa berfikir,
pandangan yang memberi pelajaran, lisan yang berdzikir hati yang bersyukur dan
bersungguh-sungguh dalam bekerja.”
6. Mapping sangat penting untuk mendahsyatkan diri.
7. Mapping akan berguna untuk mengoreksi kesalahan diri. Apabila semua tahapan sudah
dijalani, bisa dicari dimana letak permasalahannya, sehingga mudah melakukan perbaikan
3. Cara Membangun Peta Hidup
1. Kenali tujuan hidup Anda
Perlu kita tekankan dalam alam bawah sadar kita. Hidup ini adalah bagian antara
kelahiran dan kematian. Tentunya kehidupan kita sangatlah singkat dan dibatasi oleh yang
namanya kematian. Jika tidak segera menentukan tujuan hidup. Maka yang akan dirasakan
hanyalah sebuah kematian. Yang walaupun jasadnya masih hidup, ruh atau jiwanya telah
mati. Istilahnya, hidup dalam sebuah kematian.
Terlalu banyak dari kita merasa kecil hati dan rendah hati seolah-olah bukan siapa-
siapa. Padahal setiap kita adalah spesial. Setiap kita memiliki potensi besar untuk sukses
dan berhasil. Asalkan kita mau serius mengenal potensi kita yang sesungguhnya.
Yang perlu dilakukan adalah membedah masa lalu Anda, secara terus terang dan
jujur. Ingat-ingat dan kalau perlu tuliskanlah tentang masa kecil Anda, pendidikan, buku
yang berpengaruh dalam hidup Anda, hobbi dan prestasi, minat dan bakat, perjalanan-
perjalanan yang jauh dan penting, organisasi yang pernah Anda ikuti, pengalaman yang
paling berkesan, kegagalan Anda dan lain-lain yang sekiranya penting. Dengan melakukan
flashback masa lalu, Anda akan lebih mengenal diri anda, mengetahui dimana anda berada
kini dan selanjutnya siap untuk merancang masa depan.
Mengenali diri sendiri adalah hal yang wajib kita lakukan. Semakin dalam kita
mengetahui kelebihan dan kekurangan kita serta peluang dan ancaman kita, semakin
mudah pula kita mengembangkan diri kita guna meraih capaian-capaian kita. Kita dapat
memperkuat sisi positif kita serta mengakali sisi negatif kita dengan memanfaatkan sisi-sisi
positif kita. Dengan demikian kita akan mampu mengakselerasi diri dalam hal pencapaian
mimpi.
2. Visualisasikan Impian Anda
Semua mimpi berawal dari hal yang abstrak pada pikiran kita. Semakin abstrak
sesuatu, semakin sulit untuk dijadikan konkret. Oleh karena itu, hal pertama yang kita
lakukan adalah menjadikannya “sedikit” kokret dengan cara menvisualisasikannya.
Banyak cara menvisualisasikan mimpi. Mulai dari menulis, membuat kliping dari koran-
koran bekas, menggambar, bahkan dengan membuat video visualisasi mimpi.
Salah satu tips sederhana tapi berdampak yang mudah dilakukan adalah menempel
gambar visualisasi mimpi di kamar kita. Usahakan titik lokasi kita menempel adalah titik
pertama yang kita lihat setelah kita tersadar dari tidur kita. Pastikan hal yang pertama kali
kita lihat setelah terbangun dari tidur adalah gambar visualisasi mimpi kita. Menurut riset
di bidang psikologi, hal ini dapat memberikan aura positif kepada diri kita untuk
bersemangat meraihnya pada hari itu. Jika ini dilakukan secara konsisten, maka hari-hari
kita merupakan hari-hari pencicilan dalam hal pencapaian mimpi kita.
Menurut Anwar El Sadat, “He who cannot change the very fabric of his thought
will never be able to change reality, and will never, therefore make any progress.”
Berikut beberapa cara dalam memvisualisasikan impian:
a. Meraih Kepantasan Diri
Kita semua pasti percaya bahwa Allah Maha Adil dan Bijaksana. Dia tidak pernah
salah untuk menurunkan rezekinya. Dia tidak mungkin memberikan sesuatu kepada
hamba-Nya yang tidak pantas untuk meraihnya. Begitu juga dengan mimpi dan capaian
kita. Jika kita tidak pantas, tidak mungkin Allah menurunkannya. Bermimpi akan sia-sia
jika kita tidak membarenginya dengan pemantasan diri untuk meraih mimpi tersebut.
Untuk itu wajib bagi diri kita untuk meningkatkan kapasitas diri sesuai proyeksi mimpi
kita.
Dalam konteks ini, menurut Arief Munandar adalah 3P. Proyeksi, Proteksi, dan
Prestasi. Berawal dari kita memproyeksikan mimpi kita, kita akan mampu fokus dengan
memproteksi diri kita dari hal-hal yang tidak berkaitan dengan mimpi kita. Akhirnya,
prestasi perolehan mimpi pun dapat kita peroleh.
b. Bersahabat dengan Orang-Orang Hebat
Apa yang kita lakukan saat kita mengalami futurisasi semangat dalam menggapai
mimpi? Mengurung diri di kamar, mencari hiburan sebanyak mungkin, atau bahkan
menyalahkan keadaan? Astagfirullah. Hal-hal tersebut sangat jauh dari cara untuk
mendekatkan kita kepada mimpi kita.
Mau tahu cara yang paling efektif untuk menyemangati diri kita? Caranya adalah
dengan berkumpul dengan orang-orang hebat yang memiliki visi yang sama dengan kita.
Jangan ragu-ragu untuk berbagi proyeksi mimpi kita ke depan dalam komunitas yang
berkualitas tersebut. Orang-orang seperti itu adalah tipikal sahabat yang mengingatkan dan
menguatkan di saat kita sedang tidak bersemangat meraih mimpi kita.
Seorang pencapai mimpi dapat diibaratkan dengan pemain sirkus yang melompat-
lompat di matras raksasa. Ibaratnya, mimpi kita adalah benda yang berada di ketinggian.
Pemain itu berusaha untuk meraihnya dengan melompat setinggi-tingginya. Jika dia gagal,
maka dia akan turun ke matras dan kemudian melompat dengan lebih tinggi. Itu
dikarenakan kualitas matras sebagai sarana untuk melompat. Bagaimana jika tidak tersedia
matras? Pasti pemain tersebut jatuh dan tidak bisa melompat lagi.
Bergaul dengan komunitas orang hebat merupakan cara kita menyiapkan matras
terbaik. Saat kita terjatuh dalam usaha melompat kita menggapai mimpi, maka kita akan
dipantulkan kembali oleh matras, yang dalam hal ini adalah sahabat-sahabat kita yang
berkualitas. Mereka akan memberi cambuk bagi kita untuk lebih gigih dalam meraih
mimpi kita.
c. Syukuri Kemenangan-Kemenangan Kecil
Hal yang paling kita sepelekan adalah bersyukur. Kita kerap kali lupa menyukuri
pencapaian-pencapain kecil dalam hidup kita. Padahal, jika kita berkeinginan untuk meraih
capaian yang besar, maka wajib bagi kita untuk meraih capaian-capain yang kecil.
Bukankah jika kita ingin memasuki SMA, maka kita harus lulus SD dan SMP terlebih
dahulu? Lulus SD dan SMP sudah merupakan pencapaian atas visi hidup kita. Lantas,
mengapa kita tak ingin beryukur hanya karena pencapaian yang besar belum terealisasi.
Ingat. Tak akan ada rumah yang kokoh dan mewa, jika tak ada pondasi yang
mengkokohkannya. Dan tak akan ada pondasi jika tak ada orang yang mengerjakannya.
Maka, syukurilah apa yang kita raih sambil terus berikhtiar untuk pencapaian berikutnya.
d. Lakukan Evaluasi Pencapaian Mimpi secara Berkala
Terkadang kita baru merasa bahwa ada yang salah dalam hal pencapaian mimpi
kita. Entah itu terkait motivasi yang mendasarinya, cara perolehannya, ataupun hal-hal
yang ingin kita capai. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengevaluasi segala hal yang
berkaitan dengan pencapaian mimpi kita.
Saat kita menemui hal-hal yang anomali, kita dapat lebih tanggap untuk
memperbaikinya. Semakin peka kita untuk menemukannya, semakin mudah kita membuat
pebaikan-perbaikan dalam hal pencapaian mimpi kita.
B. Membangun Peta Hidup dalam Perspektif Islam
1. Cita-cita itu sebagian dari iman
Dalam membangun peta hidup, tentunya secara tidak langsung akan menyertakan
cita-cita, imajinasi, dan visi. Cita-cita merupakan salah satu titik tolak menuju kesuksesan
seseorang.
Dalam Q.S. Ar Ra’d ayat 11, Allah Swt.berfirman :
وا �ر� �غ�ي ي �ى ح�ت � �ق�و�م ب م�ا �ر� �غ�ي ي ال �ه� الل �ن� ه�م� إ �ف�س� �ن �أ م�اب “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar Ra’d ayat 11)
Ayat di atas mengindikasikan perintah kepada hamba Allah untuk senantiasa
bergerak dan menciptakan perubahan dalam kehidupannya. Melalui ayat ini, Allah
memerintahkan kita agar merancang masa depan. Sekarang, pikirkanlah dengan baik
rencana Anda ke depan. Jika Allah memanggil Anda 1 tahun lagi apa yang akan Anda
lakukan sebelum itu? Memohon maaf kepada orang tua dan saudara, beribadah lebih
rajin,banyak bersedekah, atau apa? Jika Anda diberi umur 60 atau 70 atau 80 tahun apa
yang akan Anda lakukan, prestasi apa yang telah Anda torehkan untuk kemaslahatan umat?
Bagaimana kira-kira keluarga, saudara, dan orang lain mengenang Anda setelah mati?
Pikirkanlah apa target 6 bulan, 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun untuk masing-masing
dimensi hidup anda. Jadi bukan menjadi apa (presiden, menteri, direktur) yang paling
penting, tapi lebih penting adalah apa yang Anda hasilkan lewat peran yang Anda jalani.
Jabatan atau posisi merupakan instrumen bagi prestasi dan pengabdian Anda.
Impian, rencana, visi tetap akan menjadi rumusan hampa tanpa adanya
kesungguhan dalam melaksanakannya. Namun cita-cita pribadi kita hendaknya bukan
hanya untuk kita sendiri tapi hendanya memberikan maslahat kepada umat.
Dalam sebuah riwayat juga bahwa “keluhuran cita-cita adalah bagian dari
keimanan”. Karena orang yang memiliki cita-cita mulia, tujuan yang luhur, tidak akan
menjerumuskan mereka dalam kehinaan, dari kemaksiatan dan dari kenistaan.
Tentunya kita tidak hanya ingin memiliki cita-cita dunia karena cita-cita akhirat
pun tak kalah pentingnya. Berikut ungkapan yang sering kita dengar,”Bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-
akan kau akan mati esok hari.”
Kita semua akan mati. Karenanya yang terpenting bukan mengapa kita mati.
Dengan cara dan kapan kita mati. Tetapi, bagaimana cara kita menghadapi kematian dan
mempersiapkan diri. Karena rasa mati itu sama, hanya sebab matilah yang beragam,
sehingga nilainya berbeda. Ada yang syahid karena taat. Ada yang tersiksa karena gosong
dalam maksiat. Ada yang mulia karena takwa, dan banyak yang hina karena angkara. Lagi-
lagi, hidup ini adalah pilihan. Dua jalan yang diberikan Allah, “Wahadaynaahun najdain-
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”(Q.S.Al Balad :10)
Cita-cita akhirat inilah yang menjadi puncak peristirahatan kita. Seperti kata Imam
Ahmad saat ditanya kapan seorang mukmin itu beristirahat? “Saat menginjakkan kakinya
di syurga.” Jawabnya.
2. Peta Hidup Membuat Hidup Lebih Terarah
Membangun peta hidup berarti memiliki tujuan hidup yang jelas. Lagi-lagi
penekanan tentang arah kehidupan. Ya, karena memang seperti itulah fungsi dibangunnya
peta hidup. Dalam Q.S.Al Qashash ayat 77, Allah berfirman:
“Carilah dari apa yang dianugrahkan Allah untuk meraih kehidupan akhirat dan jangan
lupakan bagianmu dari kenikmatan dunia.”
Dan juga dalam Q.S. Asy Syams ayat 1-10, yang berbunyi:
"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan demi bulan apabila mengiringinya, dan
malam bila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta
penghamparannya, dan jiwa serta penciptaannya (yang sempurna), maka Allah
mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sungguh beruntunglah
orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya".
(Asy-Syams: 1-10).
Jelaslah melalui ayat ini Allah Swt.memberikan penegasan kepada kita bahwa
seseungguhnya dunia ini telah disediakan dua jalan yaitu kefasikan dan ketaqwaan. Ibarat
dua orang yang hidup di dalam hutan belantara, satu memiliki kompas, dan yang satu
tidak. Tentu saja salah satu diantara keduanya akan mudah tersesat. Yaitu ia yang tidak
memiliki kompas, sehingga tidak lihai mencari celah untuk keluar dari gelapnya hutan,
lebih tepatnya gelapnya hutan kehidupan.
Bagi orang beriman, membangun peta hidup sangatlah penting. Cita-citanya yang
mulia tidak akan dengan mudahnya tergoyahkan dan tergantikan oleh sesuatu yang hina
dan rendah. Allah tujuan hidupnya. Rasulullah teladannya. AlQuran pedomannya. Jihad
jalan hidupnya. Mati syahid di jalan Allah cita-cita tertingginya.
Lain pribadi lain pula cita-citanya. Lain visi misi dan yang pasti lain pula cara
membangun peta hidupnya. Berikut adalah cara-cara orang besar memetakan
kehidupannya hingga dapat meraih kesuksesan.
a. Mapping ala Rasulullah dan Sahabat
Metode pemetaan hidup pernah dilakukan Nabi saat beliau menjelaskan tentang
ajal manusia. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Ibnu Mas’ud ia berkata, Rasulullah
membuat gambar segi empat. Di tengah –tengahnya ada garis lurus yang memanjang
hingga keluar kotak. Di samping garis tengah ada garis – garis kecil. Lalu Nabi
menerangkan,
“Ini manusia, dan garis persegi itu adalah kurungan ajalnya, sedangkan garis
panjang yang keluar batas itu adalah angan dan cita-cita manusia. Garis – garis kecil itu
adalah gangguan-gangguan yang selalu menghinggapi manusia. Maka bila ia selamat dari
yang pertama, mungkin akan terkena yang kedua, jika terhindar dari yang satu terkena
yang lain.”
(HR.Bukhari)
Memetakan hidup seperti halnya memetakan kondisi diri, positif maupun negative
dengan sejujur-jujurnya akan berguna sebagai pengingat visual, sebagai peta untuk belajar,
mengorganisasikan ide-idenya, membangkitkan ide-ide orisinil, memicu ingatan dengan
mudah dan berguna untuk merencanakan. Cara ini lebih menenangkan, menyenangkan,
dan kreatif karena mengaktifkan keseluruhan otak Anda.
b. Mapping ala Khalid bin Walid dan Ibu Imam Syafi’i
Mapping adalah analisis kegagalan yang dituliskan. Ini akan mendidik kita lebih
realistis dalam merencanakan sasaran dan merealisasikan tujuan. Setiap dari kita bisa
belajar dan membedah potensi seperti yang dilakukan Khalid bin Walid. Masuk Islam
terlambat bukanlah suatu kegagalan baginya. Justru, ia semakin bergairah untuk
memberdayakan potensi untuk memberikan yang terbaik untuk menebus dosanya yang
telah lalu. Khalid bin Walid memiliki keahlian dan strategi berperang yang ulung. Jihad,
adalah pencapaian yang sangat diinginkannya.
Siapa yang meragukan keilmuan dan ketokohan Imam Syafi’i. Beliau adalah salah
satu mujtahid besar dan merupakan salah satu imam mazhab yang populer di kalangan
umat Islam. Beliau terlahir dalam keadaan yatim dan miskin. Lantas siapakah yang
mendidik dan mengarahkan Syafi’i kecil sehingga berhasil menjadi ulama besar jika bukan
ibunya?
Catatan fantastis ditorehkan Imam Syafi’i yang telah hafal Alquran pada usia yang
masih belia, yaitu 9 tahun. Prestasi spektakuler tersebut juga tidak terlepas dari kontribusi
ibunya yang sering mengurung Imam Syafi’i di suatu kamar hingga Imam Syafi’i bisa
bertambah hafalannya meski hanya satu ayat. Imam Syafi’i telah hafal Alquran pada usia 9
tahun, suatu kemampuan yang luar biasa dan di atas rata-rata bagi kebanyakan orang.
Kisah mengharukan antara Imam Syafi’i dengan ibunya terjadi ketika dirinya ingin
merantau demi menuntut ilmu. Ketika usia Imam Syafi’i masih di angka 14 tahun, beliau
menyampaikan hasratnya kepada ibunya yang sangat disayangi tentang niatnya untuk
menambah ilmu pengetahuan dengan cara merantau. Akhirnya, meski dengan berat hati,
ibunya mengizinkannya disertai dengan linangan air mata dan doa restu saat melepas
kepergiannya, dengan harapan Syafi’i kecil kelak menjadi sosok yang kaya akan ilmu
pengetahuan.
Kisah Ibu syafi’i jelas menunjukkan betapa besar visinya untuk menjadikan anaknya
sebagai penghafal Quran yang hebat. Peta hidupnya jelas. Hingga tak heran, jika pada saat
anaknya meraih kesuksesan. Tak lain dan tak bukan, kesuksesan itu adalah bagian dari
kesuksesan Ibu Imam Syafi’i.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Membangun peta hidup sangatlah penting. Diantara tujuan pemetaan hidup antara lain:
1. Menjadi modal dasar sebelum melangkah.
2. Memiliki kejelasan apa yang harus dilakukan.
3. Mapping adalah analisis kegagalan yang dituliskan.
4. Agar memiliki skala prioritas dalam melangkah. Agar selalu mendayagunakan potensinya
tersebut untuk berprestasi sebanyak-banyaknya.
5. Mapping sangat penting untuk mendahsyatkan diri.
6. Mapping akan berguna untuk mengoreksi kesalahan diri.
Islam juga mengajarkan kita untuk memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupan.
Contohnya seperti life mapping yang dibuat oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Bagi
orang beriman, membangun peta hidup sangatlah penting. Cita-citanya yang mulia tidak
akan dengan mudahnya tergoyahkan dan tergantikan oleh sesuatu yang hina dan rendah.
Allah tujuan hidupnya. Rasulullah teladannya. AlQuran pedomannya. Jihad jalan
hidupnya. Mati syahid di jalan Allah cita-cita tertingginya.