budget mapping pendidikan

120
ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2008 LAPORAN AKHIR

Upload: vanny-resi

Post on 06-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Budget Mapping Pendidikan

TRANSCRIPT

  • ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di

    KABUPATEN BANDUNG

    PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNGBADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAHTAHUN 2008

    LAPORAN AKHIR

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    i

    2008

    PENGANTAR

    Bismillaahirrohmaanirrohiim..., kami memulai pekerjaan analisis BUDGET MAPPING PENDIDIKAN DI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG ini, dengan harapan semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap proses yang dilakukan.

    Studi tentang Analisis Budget Mapping ini dilatarbelakangi oleh fakta penyelenggaraan pendidikan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung yang begitu memilukan, baik dari aspek substansi, proses, dan konteks penyelengaraan maupun keterlibatan unsur pemerintah dan masyarakat dalam pembiayaannya. Sudah tentu, kedua aspek tersebut begitu berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang dihasilkan sekolah. Keterlibatan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan di sekolah, berkaitan dengan realisasi pelaksanaan kehendak perundang-undangan pendidikan sering dituding masih relatif kecil. Padahal dilihat dari aspek fungsi, tugas dan peranan kelembagaan satuan pendidikan sekolah memikul tanggung jawab yang sama dengan satuan pendidikan lainnya. Salah satu kelemahan mendasar dalam sistem pembiayaan pendidikan di sekolah ialah alokasi biaya penyelenggaraan tidak didasarkan pada analisis komponen-komponen dan aktifitas-aktifitas manajemen yang harus dibiayai secara riil. Dan ketika menghitung kebutuhan biaya per siswa masih didasarkan pada asumsi-asumsi yang dianggap keliru. Sehingga, pada saat menentukan besaran anggaran untuk satu satuan pendidikan pun kurang dapat dipertanggungjawabkan secara riil.

    Studi tentang ini lahir sebagai hasil pemikiran tentang perlunya ditemukan besaran biaya penyelenggaraan pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, dengan harapan bahwa siapa pun atau pihak mana pun yang akan menyelenggarakan pendidikan, baik pemerintah maupun masyarakat mempunyai formula-formula pembiayaan yang sama.

    Dokumen ini merupakan gambaran keseluruhan rencana studi yang akan dilakukan, yang dibagi ke dalam tiga bab, yaitu: (1) pendahuluan, (2) kajian akademik, dan (3) metodologi studi, termasuk lampiran tentang instrumen studi.

    Dengan segala kerendahan hati, kami akan melaksanakan studi ini dengan sebaik mungkin sesuai dengan kapasitas maing-masing dan semoga memperoleh hasil sesuai dengan harapan kita bersama.

    Bandung, Oktober 2008 TIM PELAKSANA STUDI

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    ii

    2008

    DAFTAR ISI

    PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................. ii

    BAB I. PENDAHULUAN.................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................. 1

    B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Studi ................................... 9 1. Fokus Kajian ................................................................ 9 2. Pertanyaan Studi........................................................... 10

    C. Kerangka Analisis .............................................................. 10

    D. Tujuan dan Produk Studi.................................................... 14 1. Tujuan Studi ................................................................. 14 2. Produk Studi................................................................. 15

    BAB II. KAJIAN AKADEMIK ............................................................ 16 A. Teori Pembiayaan Pendidikan............................................ 16

    1. Konsep, Jenis dan Tingkatan Biaya Pendidikan .......... 16 2. Komponen Biaya Satuan Pendidikan di Sekolah......... 22 3. Aktivitas Biaya Satuan Pendidikan di Sekolah............ 23 4. Model Perhitungan Biaya Satuan Pendidikan.............. 24

    B. Operasional Variabel Studi ............................................... 26 BAB III. METODOLOGI STUDI .......................................................... 53

    A. Ruang Lingkup dan Sampel ............................................... 53 1. Ruang Lingkup Studi .................................................... 53 2. Analisis Sampel............................................................. 53

    B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data............................. 58 1. Tahap-tahap kegiatan ................................................... 58 2. Waktu dan Tempat Studi............................................... 58 3. Metode .......................................................................... 58 4. Teknik Pengumpulan Data............................................ 59

    C. Alat Pengumpul Data ......................................................... 59 D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................... 60

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    iii

    2008

    E. Tahapan Pelaksanaan Studi................................................ 65 BAB IV PROFIL SATUAN BIAYA PENDIDIKAN............................. 68

    A. Komponen-Komponen yang Harus Dibiayai.................. 68 B. Aktivitas-Aktivitas yang Harus Dibiayai ........................ 68 C. Satuan Biaya Pendidikan Pra Sekolah ............................ 70

    1. Pendidikan Formal ........................................................ 70 2. Pendidikan Non Formal ................................................ 73

    D. Satuan Biaya Pendidikan Dasar ...................................... 77 1. Pendidikan Formal ....................................................... 77 2. Pendidikan Non Formal ................................................ 86

    E. Satuan Biaya Pendidikan Menengah............................... 91 1. Pendidikan Formal ....................................................... 91 2. Pendidikan Non Formal ............................................... 95

    F. Satuan Biaya Pendidikan Luar Biasa .............................. 104 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................. 107

    A. Kesimpulan .......................................................................... 107

    B. Rekomendasi ........................................................................ 114 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 113

    LAMPIRAN-LAMPIRAN 115

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    1

    2008

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG Upaya menanggulangi beban pendidikan dalam konteks desentralisasi

    manajemen pendidikan, akan senantiasa berkaitan dengan memadai-tidaknya sistem pembiayaan pembangunan. Akan tetapi, dengan reformasi manajemen pembangunan pendidikan tersebut belum menjamin didukung oleh sarana dan prasarana serta pembiayaan yang cukup memadai. Sekalipun sudah ada UU.No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, melalui dana perimbangan, alokasi umum, dan alokasi khusus, masih tetap memerlukan komitmen politik dan komitmen moral, baik pada tingkat pemerintah pusat maupun tingkat pemerintah daerah. Komitmen politik dari elit-elit politik dan jajaran birokrat pada tingkat pusat maupun daerah menjadi sangat krusial karena sudah menjadi rahasia umum, bahwa program-program yang berupa fisik lebih menguntungkan dan dapat cepat dilihat hasilnya.

    Dalam aspek ini, khususnya yang berkaitan dengan anggaran pembiayaan pendidikan, wakil-wakil rakyat kita di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) "berani" menetapkan 20 persen dari APBN dan APBD masing-masing untuk anggaran sektor pendidikan. Keberanian ini merupakan keputusan politik yang sangat monumental, dan diharapkan dapat mengubah nasib bangsa ini di masa depan ke arah yang lebih baik. Keputusan politik tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa, selama ini anggaran dana pemerintah untuk sektor pendidikan relatif masih kecil, termasuk terkecil di antara berbagai negara di dunia, baik sebagai persentasenya dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) secara keseluruhan yang berkisar antara 6% sampai 8% maupun dari produk domestik bruto (PDB) yang berkisar antara 1,2% sampai 1,4%. Di pihak lain kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan bagi anak-anaknya juga masih rendah karena tingkat pendapatan mereka masih rendah. Dengan terjadinya krisis ekonomi sejak tahun 1998 yang berkepanjangan hingga sekarang, kemampuan ekonomi baik pemerintah maupun masyarakat menurun, dan kemampuan pemerintah dan masyarakat untuk membiayai pendidikan juga menurun

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    2

    2008

    akibat setiap tahun tingkat Inflasi yang selalu berfluktuasi. Seiring dengan itu, mutu pendidikan disinyalir lebih menurun dan menjadi lebih rendah dari negara-negara lain pada umumnya. Mutu pendidikan memang dipengaruhi, salah satunya, oleh ketersediaan dana karena penyelenggaran pendidikan membutuhkan dana.

    Di samping itu, sejak Indonesia ditimpa krisis ekonomi tahun 1998 hingga sekarang, kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam membiayai pendidikan menurun. Studi yang dilakukan oleh kalangan akademisi menunjukkan hal itu. Pemerintah terpaksa harus mengurangi porsi dana rutin dan pembangunan, termasuk bidang pendidikan dari APBN karena harus dialihkan untuk membayar hutang baik dalam maupun luar negeri. Kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan pun berkurang karena daya beli mereka menurun.

    Keputusan politik tersebut, memiliki orientasi yang sangat jelas, yaitu kemandirian dalam penyediaan SDM. Namun, keputusan politik ini tidak serta-merta berwujud realitas karena sebagian besar komponen dana dalam struktur APBN tidak dapat dialokasikan (unallocated), yaitu 34 persen untuk pembayaran utang dan 25 persen untuk dana perimbangan. Di samping itu, keputusan politik tersebut masih mendapat keberatan-keberatan dari departemen lainnya yang merasa dikurangi jatah dalam APBN dengan alasan pada ekonomi Indonesia yang masih "morat-marit" belum memerlukan prioritas pada sektor pendidikan, tetapi pada sektor-sektor ekonomi untuk dapat memacu produktivitas dunia usaha. Anggapan tersebut sangat beralasan karena sampai saat ini pendidikan dituding belum dapat menghasilkan pelaku ekonomi atau pengusaha yang jangankan memiliki kemampuan bersaing di era global, untuk survive saja mereka amat boros subsidi bantuan likuiditas Bank Indonesia yang nyaris meluluhlantahkan ekonomi sejak masa krisis sampai sekarang.

    Penangguhan realisasi keputusan politik tersebut mendapat tanggapan dari MK, yang mengabulkan judicial review terhadap pasal 49 UU.No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengenai penganggaran pendidikan yang dilakukan secara bertahap, melalui putusan perkara No.011/PUU-II/2005 tanggal 5 Oktober 2005 yang menegaskan bahwa pada hakekatnya pelaksanaan konstitusi tidak boleh ditunda-tunda. Dengan demikian, pasal 49 UU.No.20/2003 yang menyatakan dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    3

    2008

    dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD, harus segera direalisasikan. Melalui putusan perkara tersebut, sekali lagi MK mengabulkan judicial review atas UU.No.13/2006 tentang pemenuhan 20 persen Biaya Pendidikan pada APBN dan APBD.

    Akan tetapi, sebagaimana diketahui, sekarang ini penyelenggaraan pemerintahan, termasuk di dalamnya bidang pendidikan, telah didesentralisasikan ke tingkat kabupaten/kota. Dalam pelaksanaannya, desentralisasi mempengaruhi pola pembiayaan pendidikan. Sejak otonomi daerah dilaksanakan, terdapat tiga model penyaluran dana, yaitu dana dekonsentrasi, dana yang langsung ke kabupaten/kota, dan dana yang langsung ke sekolah. Dana dekonsentrasi diberikan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Dana yang langsung ke kabupaten/kota disebut Dana Alokasi Umum (DAU), meskipun demikian ada pula DAU yang diberikan ke provinsi. DAU merupakan transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.

    Proses penyaluran bantuan pembiayaan tersebut, melalui tiga model penyaluran dana, yaitu: (1) dana dekonsentrasi, (2) dana yang langsung ke kabupaten/kota, dan (3) dana yang langsung ke sekolah. Dana dekonsentrasi diberikan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Dana yang langsung ke kabupaten/kota disebut Dana Alokasi Umum (DAU), meskipun demikian ada pula DAU yang diberikan ke provinsi. DAU merupakan transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Model pendanaan seperti Block-Grant lebih mendewasakan daerah kabupaten/kota ditingkatkan diimbangi dengan kualitas pengawasan, dan Model Imbal Swadaya menjadi alternatif pilihan karena mendorong lembaga-lembaga satuan pendidikan untuk mandiri.

    Tugas pemerintah pusat adalah penyusunan kebijakan dan standar pendidikan, penyelenggaraan pendidikan karakter bangsa, serta pengendalian mutu pendidikan. Program-program peningkatan mutu pendidikan, masih harus tetap dikendali pemerintah. Pemerintah bertugas melakukan pengembangan kemampuan daerah-daerah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di daerahnya. Karena itu, "Tugas

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    4

    2008

    Pembantuan" akan menjadi komponen anggaran yang sangat penting untuk membiayai program-program untuk memacu peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah juga bertugas untuk meningkatkan kemampuan daerah baik dalam melaksanakan analisis, inovasi, maupun penyusunan program pembangunan pendidikan sesuai keadaan serta permasalahan daerahnya masing-masing.

    Berbagai studi yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan telah banyak dilakukan, baik oleh para akademisi maupun oleh kalangan instansi teknis sendiri. Dan studi-studi tersebut biasanya menghitung biaya satuan. Namun, studi yang mengkaji pembiayaan pendidikan secara komprehensif masih belum ditemukan. Sebagai contoh, terdapat studi pembiayaan pendidikan yang hanya menghitung biaya PBM. Contoh lain lagi, terdapat analisis biaya pendidikan yang hanya mengkaji pembiayaan pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua saja. Berbagai studi tentang pembiayaan pendidikan sudah dilakukan, studi-studi pembiayaan pendidikan menyampaikan temuan pembiayaan pendidikan dan sumber pendanaannya dengan pendekatan dan fokus yang berbeda-beda, tergantung dari tujuan masing-masing studi tersebut. Berikut ini disampaikan temuan berbagai studi tersebut.

    Studi yang dilakukan oleh Nanang Fattah (2002:115-125) memberikan temuan tentang korelasi dan kontribusi biaya pendidikan terhadap mutu pendidikan di tingkat kecamatan secara keseluruhan dan di tingkat kecamatan yang dikategorikan ke dalam wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan. Temuan-temuan tersebut adalah sebagai berikut.

    Pertama, korelasi dan kontribusi biaya pendidikan terhadap mutu PBM. Secara umum rata-rata mutu proses belajar mengajar (PBM) tergolong rendah, yaitu 2,69. Hasil uji signifikansi dengan teknik regresi ganda (multiple regression) memperlihatkan bahwa setiap komponen biaya berpengaruh secara signifikan terhadap mutu PBM. Dengan demikian, rendahnya mutu PBM tersebut disebabkan, terutama, oleh: (1) ketersediaan dana yang ada masih jauh dari memadai, (2) pemanfaatan dana yang tidak efisien, (3) pemanfaatan sumber-sumber belajar yang belum optimal, (4) kemampuan profesional guru yang masih rendah, (5) sikap dan harapan guru terhadap kemajuan siswa yang belum menggembirakan, dan (6) kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah yang belum terfokus pada PBM. Selain itu, komponen biaya pengelolaan

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    5

    2008

    sekolah, gaji/kesejahteraan pegawai dan pengadaan bahan pelajaran merupakan biaya yang mempunyai kontribusi sangat signifikan dibandingkan dengan komponen lainnya. Artinya, besarnya biaya pendidikan yang dipergunakan untuk kedua komponen tersebut memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi terhadap peningkatan mutu PBM di sebagian besar kecamatan.

    Kedua, korelasi dan kontribusi biaya terhadap mutu hasil belajar. Secara umum, rata-rata nilai hasil belajar mencapai 6,34. Hasil penelitian memperlihatkan tidak setiap komponen biaya memberikan dampak signifikan terhadap hasil belajar siswa. Lebih lanjut, hal-hal yang menyebabkan rendahnya nilai hasil belajar tersebut, terutama, adalah: (1) motivasi belajar siswa masih rendah, terutama motif berprestasi; (2) kondisi ekonomi keluarga siswa yang belum menunjang terhadap penciptaan iklim belajar yang lebih baik, sehingga ketidakhadiran siswa masih tinggi; (3) fasilitas belajar yang ada di sekolah belum dimanfaatkan secara optimal oleh siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. Rendahnya mutu hasil belajar siswa dipengaruhi oleh ketidaktepatan dalam mengalokasikan anggaran pendidikan dengan tidak memberikan prioritas terhadap faktor-faktor yang benar-benar dapat memacu peningkatan prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata besarnya alokasi biaya untuk pengadaan bahan pelajaran, pengadaan sarana tingkat, dan pembinaan siswa kecenderungan umum menunjukkan alokasi yang sangat rendah. Komponen biaya yang paling signifikan berkontribusi terhadap mutu hasil belajar adalah gaji/kesejahteraan pegawai dan pembinaan guru, di sebagian besar kecamatan. Besarnya biaya untuk kedua komponen tersebut telah memberikan tingkat efektivitas yang cukup tinggi terhadap pencapaian mutu hasil belajar. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa komponen biaya yang dominan memberikan efek positif dan signifikan terhadap mutu proses dan hasil belajar siswa adalah (1) gaji/kesejahteraan pegawai, (2) pembinaan guru, (3) pengelolaan sekolah, dan (4) pengadaan bahan pelajaran. Komponen biaya lainnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mutu proses dan hasil belajar siswa. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa secara umum biaya pendidikan berkontribusi signifikan pada kecamatan-kecamatan yang memperoleh biaya pendidikan tergolong cukup besar dari pemerintah.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    6

    2008

    Ketiga, korelasi dan kontribusi biaya pendidikan terhadap mutu pendidikan di wilayah perkotaan. (1) Deskripsi Penerimaan dan Pengeluaran Biaya Pendidikan. Alokasi pengeluaran biaya pendidikan di SD tetap didominasi oleh gaji pegawai (guru dan non guru), yaitu 81,46%nya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar dana yang dialokasikan bersumber dari pemerintah pusat yang sebagian besarnya digunakan untuk gaji guru dan tenaga kependidikan serta tunjangan lainnya. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pendidikan di SD wilayah perkotaan adalah Rp45.438.440 per sekolah per tahun dan rata-rata gaji guru adalah Rp431.878 per bulan; (2) Korelasi dan Kontribusi Biaya Pendidikan terhadap Mutu Pendidikan dan Mutu PBM. Rata-rata tingkat mutu PBM di wilayah perkotaan adalah 3,27, yang tergolong tinggi. Komponen biaya yang memberikan kontribusi secara signifikan, meskipun kecil tingkat signifikansinya, adalah: (a) gaji/kesejahteraan pegawai, (b) pembinaan guru, (c) pengadaan alat pelajaran, (d) pengelolaan sekolah. Komponen biaya lainnya tidak memberikan kontribusi yang signifikan; (3) Korelasi dan Kontribusi Biaya terhadap Mutu Hasil Belajar. Rata-rata nilai hasil belajar siswa di wilayah perkotaan adalah 6,86, yang tergolong tinggi sekali. Komponen-komponen biaya satuan yang mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap nilai hasil belajar siswa adalah gaji/kesejahteraan pegawai, pembinaan pegawai, sarana sekolah, pengadaan alat pelajaran, pengadaan buku pelajaran, dan perawatan ruang belajar. Sedangkan, komponen-komponen biaya satuan lainnya yaitu pengadaan buku dan perawatan ruangan, pembinaan siswa, dan pengelolaan sekolah tidak mempunyai dampak yang signifikan. Studi ini menemukan bahwa kondisi alat pelajaran, buku pelajaran, sarana tingkat, dan ruang belajar yang ada masih jauh dari memenuhi kebutuhan, baik dalam jumlah atau rasio alat pelajaran dan buku pelajaran dengan jumlah siswa, kualitas, dan kelengkapan alat. Selain itu, alat-alat pelajaran juga belum dimanfaatkan secara optimal dalam pelaksanaan PBM di tingkat sehingga keberadaannya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap mutu PBM. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan yang dipergunakan untuk pengadaan fasilitas belajar belum efektif dalam meningkatkan mutu PBM SD di perkotaan.

    Keempat, korelasi dan kontribusi biaya pendidikan terhadap mutu pendidikan di wilayah pedesaan: (1) Deskripsi Penerimaan dan Pengeluaran Pendidikan. Rata-rata

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    7

    2008

    besarnya dana yang diterima untuk biaya personel pendidikan (di luar gaji guru) adalah Rp20.131.395 dan dari BP3 adalah sebesar Rp1.071.376. Besarnya biaya satuan per sekolah adalah Rp21.996.501 per tahun, rata-rata gaji guru adalah Rp261.506 per guru per bulan. Rata-rata besarnya iuran BP3 per murid adalah Rp892 per bulan. Kecukupan jumlah iuran BP3 di SD pedesaan, jumlah murid, dan kemampuan ekonomi orang tua murid adalah rendah; (2) Korelasi dan Kontribusi Biaya Pendidikan terhadap Mutu PBM. Rata-rata tingkat mutu PBM di wilayah pedesaan adalah 2,25, yang artinya tergolong rendah sekali. Komponen biaya satuan yang memiliki kontribusi secara signifikan terhadap mutu PBM, meskipun tingkat signifikansinya adalah sangat rendah, adalah: (1) gaji/kesejahteraan pegawai, (2) pembinaan guru, (3) pengadaan alat pengajaran, (4) pengadaan buku pelajaran, (5) pengadaan sarana sekolah, dan (6) pengelolaan sekolah. Komponen biaya yang tidak mempunyai kontribusi secara signifikan adalah: (1) perawatan ruang belajar, (2) pengadaan sarana sekolah, dan (3) pembinaan kesiswaan. Hal ini berarti bahwa biaya operasional pendidikan SD di pedesaan yang dipergunakan untuk ketiga komponen tersebut jauh tidak memadai dibandingkan dengan kebutuhan. Biaya satuan pendidikan per komponen/ siswa SD di pedesaan adalah relatif sangat kecil sehingga tidak memberikan dampak terhadap PBM. Komponen-komponen biaya tersebut beserta besarannya adalah: (1) pembinaan guru sebesar Rp68.074, (2) pengadaan alat pelajaran sebesar Rp3.351, (3) pengadaan buku pelajaran/buku ajar sebesar Rp3.847, (4) perawatan ruang belajar sebesar Rp3.482, (5) pengadaan sarana tingkat sebesar Rp3.564, (6) pengadaan sarana sekolah, (7) pembinaan kesiswaan sebesar Rp2.099, dan (8) pengelolaan sekolah sebesar Rp2.138.

    Kelima, faktor lain yang menyebabkan rendahnya biaya satuan pendidikan adalah kecilnya dukungan dana yang bersumber dari BP3. Sumbangan BP3 dalam penyelenggaraan pendidikan di SD pedesaan relatif sangat kecil, yaitu Rp 891 per murid per bulan. Dana yang bersumber dari pemerintah pusat juga untuk seluruh komponen biaya adalah rata-rata Rp485 per murid per bulan; (3) Korelasi dan Kontribusi Biaya Pendidikan terhadap Mutu Hasil Belajar. Rata-rata prestasi belajar siswa di pedesaan adalah 5,95, yang artinya tergolong rendah.

    Keenam, komponen biaya satuan yang tidak memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa adalah: (1) perawatan ruang belajar, (2) pengadaan sarana tingkat,

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    8

    2008

    dan (3) pembinaan kesiswaan. Komponen biaya satuan yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan adalah kesejahteraan pegawai/gaji. Ada kemungkinan gaji/ kesejahteraan pegawai tidak terlalu besar, namun dirasakan manfaatnya oleh guru SD di pedesaan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan. Pencapaian prestasi belajar siswa SD pedesaan secara signifikan dipengaruhi oleh mutu PBM. Kontribusi PBM terhadap prestasi belajar siswa pada taraf yang sedang, artinya terdapat faktor lain di samping PBM yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Selain gaji, komponen biaya untuk pengelolaan sekolah di pedesaan ternyata memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pencapaian prestasi belajar. Hal ini menunjukkan biaya untuk pengelolaan sekolah telah cukup efektif dimanfaatkan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Biaya pembinaan guru meskipun relatif kecil tetapi memberikan kontribusi yang berarti terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Hal ini mengandung makna bahwa biaya pembinaan guru cukup efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Secara keseluruhan biaya memberi pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar.

    Hasil-hasil studi sebagaimana dipaparkan di atas memperlihatkan bahwa ada korelasi antara biaya yang dikeluarkan dengan mutu pendidikan. Menghitung biaya satuan di lingkungan persekolahan erat kaitannya dengan alokasi dana yang tersedia. Namun, untuk dapat mengalokasikan biaya untuk setiap satuan tersebut memerlukan rumus-rumus tertentu, baik untuk satuan aktivitas biaya maupun untuk satuan komponen biaya. Di samping itu, diperlukan pula rumus-rumus untuk setiap jenjang pendidikan pada sekolah. Rumus-rumus tersebut harus dapat menghitung kebutuhan biaya keseluruhan, yang berguna bagi perencanaan pembangunan persekolahan. Dengan demikian, kesulitan-kesulitan berkenaan informasi mengenai jumlah biaya keseluruhan dalam perencanaan pendirian persekolahan dapat diatasi dengan hasil studi ini. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka studi tentang analisis kebutuhan biaya satuan bagi penyelenggaraan pendidikan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah sangat diperlukan.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    9

    2008

    B. FOKUS KAJIAN DAN PERTANYAAN STUDI 1. Fokus Kajian

    Sebagaimana diketahui, bahwa biaya pendidikan sangat berbeda antar jenjang, jenis, dan jalur pendidikan yang dikelola oleh Pemerintah dan Masyarakat (Swasta). Idealnya, perhitungan biaya satuan pendidikan tersebut harus pula berdasarkan pada kualifikasi, tingkat penghasilan orangtua, lokasi (perkotaan, semi perkotaan, dan pedesaan), wilayah topografi (pegunungan, pantai, dan dataran rendah bukan pantai), kabupaten/kota, dan provinsi, maka biaya satuan pendidikan sebetulnya perlu dihitung menurut jenjang pendidikan, jenis pendidikan, mutu sekolah, tingkat penghasilan orangtua, lokasi sekolah, kabupaten/kota, dan provinsi. Demikian pula, seyogyanya perlu pula dihitung biaya satuan pendidikan menurut jenis klasifikasi: jenis input (biaya satuan operasional dan biaya satuan modal), sifat penggunaan (biaya satuan langsung dan biaya satuan tidak langsung), jenis penggunaan (biaya satuan personel dan biaya satuan bukan personel), pihak yang menanggung (biaya satuan pribadi, biaya satuan publik, dan biaya satuan sosial), dan tempat penggunaan (orangtua/siswa, sekolah, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat).

    Akan tetapi, persoalan yang paling krusial ialah perhitungan biaya pendidikan yang sesungguhnya mengenai besaran jumlah biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan satuan pendidikan di sekolah yang memiliki kualitas dan daya saing dengan jenis-jenis pendidikan persekolahan lainnya. Karena itu fokus kajian studi ini dirumuskan: Berapa kebutuhan biaya pendidikan per siswa di tingkat sekolah yang faktual berdasarkan Jalur, Jenjang dan Jenis pendidikan sekolah berdasarkan komponen masukan (biaya satuan operasional dan investasi), sifat penggunaan biaya (biaya satuan langsung dan tidak langsung) dan jenis penggunaannya (biaya satuan personel dan biaya satuan bukan personel), dan Berapa besar kontribusi dana pendidikan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat atau Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung?

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    10

    2008

    2. Pertanyaan Studi Perumusan masalah tersebut di atas dapat dirinci ke dalam pertanyaan penelitian

    sebagai berikut.

    a. Komponen-komponen apa yang seharusnya dibiayai dalam penyelenggaraan satuan pendidikan di masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan agar memiliki kualitas dan daya saing ?

    b. Aktivitas-aktivitas apa dari setiap komponen tersebut yang seharusnya dibiayai dalam penyelenggaraan satuan pendidikan di masing-masing jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar memiliki kualitas dan daya saing ?

    c. Berapa biaya satuan pendidikan berdasarkan Jalur, Jenjang dan Jenis pendidikan yang faktual (yang selama ini terjadi) menurut jenis biaya (operasional dan investasi) sifat penggunaan biaya (biaya satuan langsung dan tidak langsung) dan jenis penggunaannya (biaya satuan personel dan biaya satuan bukan personel)?

    C. KERANGKA ANALISIS Studi ini beranjak dari permasalahan, karakteristik kelembagaan sekolah,

    karakteristik murid, infrastruktur dan kekuatan/kelemahan serta tantangan pendidikan yang dihadapi sekolah. Kemudian berlanjut pada analisis faktor-faktor dan aktivitas yang secara faktual memicu biaya dalam penyelenggaraan satuan pendidikan di sekolah, yang mencakup satuan pendidikan TK, RA, PAUD, SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB, Pendidikan Berkelanjutan, Pendidikan Kepemudaan, Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Pemberdayaan Perempuan, dan Keaksaraan Fungsional. Merujuk pada gambaran tersebut, proses analisis selanjutnya difokuskan pada disain model ideal tentang biaya penyelenggaraan satuan pendidikan di sekolah.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    11

    2008

    Mutu pendidikan merupakan sebuah acuan yang senantiasa harus dapat memuaskan tuntutan masyarakat. Dengan demikian mutu pendidikan dituntut pula untuk memberikan peningkatan mutu yang berarti bagi perkembangan dunia pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan biaya pendidikan sebagai faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan dan meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan juga dipengaruhi oleh banyak faktor lain, diantaranya seperti; kurikulum, ketenagaan, sarana, infrastruktur dan sosial ekonomi masyarakat.

    Karakteristik kelembagaan sekolah sangat beraneka ragam. Pada dasarnya keanekargaman tersebut lebih banyak diakibatkan oleh faktor perbedaan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, kejelian pihak penyelenggara dalam mengusahakan dana, potensi sosial ekonomi masyarakat, letak geografis sekolah serta jumlah bantuan pemerintah yang diterima pihak sekolah. Sekolah yang berada di lingkungan masyarakat yang berkemampuan ekonomi tinggi cenderung memiliki biaya yang tinggi dibandingkan dengan sekolah yang terletak di lingkungan masyarakat ekonomi lemah. Demikian pula secara geografis, dengan cakupan wilayah indonesia yang sangat luas, akan berimbas pada karakteristik sekolah dari tiap-tiap daerah. Secara umum karakteristik kelembagaan sekolah lebih menitikberatkan pada kurikulum sekolah yang menggunakan mata pelajaran unggulan sebagai ciri khas.

    Setelah mengetahui karakteristik serta kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, sebagai acuan standarisasi sekolah, maka penelitian ini mencoba menganalisis biaya satuan pendidikan sekolah dengan menggunakan analisis SWOT. Dilihat dari kekuatannya (Strength) sekolah memiliki kekuatan spiritual yang kuat terutama dari nilai-nilai religius yang telah mengakar sebagai kekuatan ideologi bangsa. Sisi kelemahan (Weakness) sekolah yaitu terletak pada sistem manajemen pendidikan sekolah yang masih sentralistik dan pengaturan biaya yang belum maksimal dan merata pada setiap Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan. Persaingan dengan sekolah umum plus merupakan tantangan nyata bagi sekolah untuk menghadapi kemajuan sekolah umum, dengan demikian fenomena tersebut menjadi tantangan (Treath) bagi sekolah agar mampu bersaing kompetitif dalam meraih minat masyarakat. Dalam posisi politis sekolah merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan nasional, yang dalam

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    12

    2008

    penyelenggaraannya mengacu kepada kurikulum nasional. Dengan demikian sekolah memiliki peluang (Opportunities) politis yang kuat.

    Setelah diketahui dan dianalisis dengan analisis SWOT, kemudian hasil analisis tersebut didiskusikan dengan para ahli untuk mendengarkan dan meminta masukan yang sesuai dengan analisa keilmuan, sehingga diharapkan hasil temuan penelitian dapat sesuai dengan prosedur penelitian. Dalam diskusi dengan para ahli diberikan alasan-alasan dan argumentasi mengenai data kelembagaan persekolahan secara komprehensif dan mencari jalan keluar (problem solving) dari permasalahan yang timbul dari diskusi tersebut.

    Perbedaan biaya pendidikan yang signifikan antara sekolah yang terletak di kota dengan sekolah yang terletak di desa menimbulkan perbandingan kira-kira 2:1 yang artinya, biaya yang dikeluarkan oleh sekolah di kota besarnya dua kali lebih mahal dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh sekolah di pedesaan. Komponen-komponen pembiayaan yang dirancang dalam RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) hampir sama dengan sekolah-sekolah swasta yang unggul.

    Yang menarik untuk diungkap dalam penelitian ini bukan jenis komponennya melainkan besaran dan proporsi biaya dari setiap komponen pembiayaan yang berlaku di sekolah. Untuk memperjelas jumlah dan proporsi pembiayaan sekolah yang diperlukan suatu pengkajian secara rinci dan seksama tentang setiap komponen pembiayaan yang dilibatkan. Dengan demikian, maka dalam penelitian ini digunakanlah analisis faktual yang merupakan faktor pemicu kebutuhan biaya penyelenggaraan pendidikan sekolah yang secara nyata berjalan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Faktor pemicu tersebut diantaranya seperti; komponen satuan biaya sekolah, aktivitas yang harus dibiayai dan satuan biaya modal dan penunjang. Setelah ditemukan biaya satuan pendidikan sekolah yang faktual, kemudian menganalisis biaya satuan pendidikan (BSP) yang seharusnya, baik TK, RA, PAUD, SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB, Pendidikan Berkelanjutan, Pendidikan Kepemudaan, Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Pemberdayaan Perempuan, dan Keaksaraan Fungsional. Sehingga, implikasinya dapat membuat rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung apakah akan

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    13

    2008

    menggunakan standarisasi Biaya Satuan Pendidikan (BSP) faktual atau Biaya Satuan Pendidikan (BSP) yang seharusnya dikeluarkan. Sehingga rekomendasi ini seyogyanya akan diarahkan pada model Biaya Satuan Pendidikan Keseluruhan (BSPK) sekolah.

    Bagan 1 pada halaman berikut memperlihatkan bahwa proses analisis menggunakan pendekatan CIPP (Context, Input, Proses & Product), dengan tiga jenis produk yang diharapkan, yaitu:

    (1) Potret faktual tipologi biaya satuan pendidikan pada masing-masing Jalur, Jenjang dan Jenis pendidikan;

    (2) Komponen-komponen dan aktivitas-aktivitas biaya satuan pendidikan yang seyogyanya dibiayai dalam penyelenggaraan masing-masing Jalur, Jenjang, dan Jenis pendidikan; dan

    (3) Model alokasi biaya satuan pendidikan untuk masing-masing Jalur, Jenjang, dan Jenis pendidikan yang patut direkomendasikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam perencanaan pembiayaan pada Jalur, Jenjang, dan Jenis pendidikan. Rekomendasi tentang model ini sebetulnya, bisa cukup dengan hanya beranjak dari tipologi ideal (yang seharusnya) mengenai biaya satuan pendidikan pada masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan, atau bisa juga tipologi ideal (yang seharusnya) ini dijadikan standarisasi biaya satuan pendidikan untuk masing-masing jalur, jenjang dan jenis satuan pendidikan sekolah.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    14

    2008

    Bagan 1 KERANGKA ANALISIS

    D. TUJUAN DAN PRODUK STUDI 1. Tujuan Studi

    Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, studi ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pembiayaan pendidikan yang telah dikeluarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dan Masyarakat dengan cara menghitung biaya satuan pendidikan pada masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

    Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus studi ini ialah untuk mendapatkan informasi tentang:

    Analisis Faktual: Faktor pemicu kebutuhan biaya penyelenggaraan berdasarkan Jalur, Jenjang dan Jenis

    pendidikan

    Tuntutan Peningkatan Mutu Pendidikan

    Aspek Legal Formal Manajemen Sistem Satuan

    Pendidikan

    Karakteristik Kelembagan Sekolah

    Infrastruktur sosek

    Masyarakat

    Kurikulum, Ketenagaan, Sarana

    Potret Tipologi

    Kelembagaan Sekolah (Faktual)

    Masalah, kekuatan, kelemahan, tantangan

    dan peluang yang

    dihadapi

    Sekolah

    Kebijakan Diknas:

    Standarisasi, Spesifikasi, Model / SPM

    FGD (Forum Group

    Diskussion)

    Komponen Satuan Biaya Sekolah

    Aktivitas yang Harus Dibiayai

    Satuan Biaya Modal,

    Operasional & Penunjang

    Analisis dan Strategi

    Peningkatan Biaya Satuan Pendidikan Ideal (yang seharusnya)

    Standarisasi Biaya Satuan Pendidikan (BSP)

    Ideal (yang seharusnya)

    Rekomendasi Model Ideal (yang

    seharusnya) Biaya Satuan Pendidikan per

    siswa Di

    Sekolah

    PROCESS INPUT PRODUCT CONTECT

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    15

    2008

    a. Komponen-komponen yang harus dibiayai dalam penyelenggaraan satuan pendidikan pada masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung

    b. Besaran jumlah biaya satuan pendidikan pada masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang faktual (yang selama ini terjadi) menurut jenis biaya (operasional dan investasi) sifat penggunaan biaya (biaya satuan langsung dan tidak langsung) dan jenis penggunaannya (biaya satuan personel dan biaya satuan bukan personel);

    c. Besaran jumlah biaya satuan pendidikan pada masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang seharusnya agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang memiliki kualitas dan daya saing dengan jenis pendidikan persekolahan lainnya menurut jenis biaya (operasional dan investasi) sifat penggunaan biaya (biaya satuan langsung dan tidak langsung) dan jenis penggunaannya (biaya satuan personel dan biaya satuan bukan personel);

    2. Produk Studi

    Produk yang diharapkan diperoleh dari studi ini ialah:

    a. Rumusan tentang komponen-komponen yang seharusnya dibiayai dalam penyelenggaraan pendidikan pada masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

    b. Gambaran hitungan biaya faktual dan biaya yang seharusnya yang berkenaan dengan pembiayaan untuk satuan penyelenggaraan pendidikan pada masing-masing jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang di berikan dana oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

    c. Model atau strategi alokasi biaya satuan pendidikan untuk masing-masing jenjang pendidikan sekolah yang patut direkomendasikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam perencanaan pengalokasian pembiayaan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    16

    2008

    BAB II KAJIAN AKADEMIK

    A. TEORI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

    1. Konsep, Jenis dan Tingkatan Biaya Pendidikan

    Salah satu persoalan dalam menerapkan pendekatan ekonomi dalam pendidikan adalah apakah investasi yang dilakukan dalam bidang tersebut memberikan keuntungan ekonomi? Dalam menjawab pertanyaan ini telah terjadi silang pendapat yang dinyatakan dalam beberapa pendekatan perencanaan pendidikan seperti pendekatan investasi sumber daya manusia, pendekatan social demand dan pendekatan rate of return.

    Walaupun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan disamping mempunyai manfaat ekonomi juga mempunyai manfaat sosial-psikologis yang sulit dianalisis secara ekonomi. Namun pendekatan ekonomi dalam menganalisis pendidikan memberikan konstribusi sekurang-kurangnya terhadap dua hal yaitu (1) Analisis efektivitas dalam arti analisis penggunaan biaya yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan; (2) Analisis efesiensi penyelenggaraan pendidikan dalam arti perbandingan hasil dengan sejumlah pengorbanan yang diberikan.

    Manfaat biaya pendidikan oleh para ahli pendidikan sering disebut dengan Cost Benefit Analysis, yaitu rasio antara keuntungan financial sebagai hasil pendidikan (biasanya diukur dengan penghasilan) dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan. Mark Blaugh (1970:121) mengemukakan bahwa: Cost benefit analysis as a technique for evaluating public investment projects that compete actually or potentially with similar projects in the private sector: that is, the market mechandism generates prices for the activity in question which can be used to translate the benefits of the public project into term directly comparable to its costs.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    17

    2008

    Senada dengan Blaugh, Psacharopoulos (1987:397) menyebutkan bahwa Cost benefit analysis is to compare the opportunity cost of a project with the expected benefit, measured in the terms of the additions to income that will accrue in the future as a result of the investment.

    Sebetulnya, dalam mengukur manfaat biaya pendidikan sering didasarkan kepada konsep biaya pendidikan yang sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen-komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan. Biaya kesempatan (income forgone) yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi. Dengan demikian, biaya keseluruhan (C) selama di tingkat persekolahan terdiri dari biaya langsung (L) dan biaya tidak langsung (K). Dalam rumusannya digambarkan: C = L + K. Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan sekolah.

    Nanang Fattah (2002:28) mengemukakan bahwa keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar nilai ekonomi dan uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, di samping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial. Dalam pengukuran dampak pendidikan terhadap keuntungan ekonomi atau pendapatan seseorang dari produktivitas yang dimilikinya, memerlukan asumsi-asumsi. Asumsi bahwa produktivitas seseorang dianggap merupakan fungsi dari keahlian dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan.

    Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan yaitu: (1) Dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. (2) Dapat tidaknya seseorang memperoleh pekerjaan. (3) Besarnya penghasilan/gaji yang diterima. (4) Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya dan politik. Sedangkan menurut Cohn (1979:36), dalam mengukur manfaat dari pendidikan terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu: 1) The simple corelation approach, 2) The residual approach, and 3). The returns to education approach.

    Dalam aspek efisiensi, istilah efisiensi pendidikan menggambarkan hubungan antara input (masukan) dan output (keluaran) dari suatu pelaksanaan proses pendidikan. Coombs dan Hallak (1972:255), berpendapat bahwa :

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    18

    2008

    cost effectiveness as the relationship between the inputs and corresponding immediate educational outputs of any educational process. It is to measure of internal efisiensi.

    Efisiensi pendidikan menurut Nanang Fattah (2002:35) artinya memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Dalam biaya pendidikan, efesiensi hanya akan ditentukan oleh ketepatan di dalam mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input pendidikan yang dapat memacu prestasi belajar siswa.

    Untuk mengetahui efesiensi biaya pendidikan biasanya digunakan metode analisis keefektifan biaya (cost effectiveness analysis) yang memperhitungkan besarnya kontribusi setiap masukan pendidikan terhadap efektivitas pencapaian tujuan pendidikan atau prestasi belajar. Upaya efisiensi dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Kedua konsep tersebut satu sama lain erat kaitannya.

    Efisiensi internal dapat dinilai melalui suatu sistem pendidikan yang menghasilkan output yang diharapkan dengan biaya minimum. Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input yang tertentu dapat memaksimalkan output yang diharapkan. Output acapkali diukur dengan indikator-indikator seperti angka kohort, yaitu proporsi siswa yang dapat bertahan sampai akhir putaran pendidikan, pengetahuan keilmuan, keterampilan, ketaatan kepada norma-norma perilaku sosial. Karena dengan alasan inilah persoalan-persoalan mutu pendidikan biasanya dibahas dengan memperhatikan efisiensi internal dari sistem pendidikan.

    Untuk menilai efisiensi internal dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara seleksi di dalam putaran-putaran pendidikan dan seleksi diantara putaran pendidikan. Tingginya angka retensi di dalam putaran-putaran pendidikan merupakan indikator yang diperlukan untuk mengetahui efisiensi internal.

    Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur efisiensi internal adalah sebagai berikut: (1) Rata-rata lama belajar (Average study time). Metode ini digunakan untuk mengetahui berapa lama seorang lulusan menggunakan waktu belajarnya dengan cara menggunakan statistik kohort (kelompok belajar). Cara penghitungannya adalah

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    19

    2008

    jumlah waktu yang dihabiskan lulusan dalam suatu kohort dibagi dengan jumlah lulusan dalam kohort tersebut. (2) Rasio Input Output (Input-Output Ratio (IOR)). Merupakan perbandingan antara jumlah murid yang lulus dengan murid yang masuk awal dengan memperhatikan waktu yang seharusnya ditentukan untuk lulus. Artinya, membandingkan antara tingkat masukan dengan tingkat keluaran.

    Sedangkan efesiensi eksternal, sering dihubungkan dengan metode cost benefit analysis. Efisiensi eksternal dihubungkan dengan situasi makro yaitu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial sebagai dampak dari hasil pendidikan. Pada tingkat makro bahwa individu yang berpendidikan cenderung lebih baik memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan kesehatan yang baik. Analisis efisiensi eksternal berguna untuk menentukan kebijakan dalam pengalokasian biaya atau distribusi anggaran kepada seluruh sub-sub sektor pendidikan. Efisiensi eksternal juga merupakan pengakuan sosial terhadap lulusan atau hasil pendidikan.

    Dalam menganalisis efisiensi eksternal, dalam bidang pendidikan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu: (1) Keuntungan perorangan (private rate of return), yaitu perbandingan keuntungan pendidikan kepada individu dengan biaya pendidikan dari individu yang bersangkutan; (2) Keuntungan masyarakat (social rate of return), yaitu perbandingan keuntungan pendidikan kepada masyarakat dengan biaya pendidikan masyarakat. Jadi, efisiensi eksternal pendidikan meliputi tingkat balik ekonomi dan investasi pendidikan pada umumnya, alokasi pembiayaan bagi jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efisiensi internal dan efisiensi eksternal mempunyai kaitan yang sangat erat. Kedua aspek tersebut saling melengkapi satu sama lain dalam menentukan efisiensi system pendidikan secara keseluruhan.

    Dengan demikian, secara konseptual efisiensi pendidikan meliputi cost-efectiveness dan cost benefit. Cost effectiveness dikaitkan dengan perbandingan biaya input pendidikan dan efektivitasnya dalam mendukung hasil-hasil belajar. Efisiensi internal atau cost effectiveness sangat bergantung pada dua faktor utama yaitu: (1) Faktor institusional, (2) Faktor manajerial. Sedangkan cost benefit dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap, keterampilan. Terdapat dua hal penting dalam hal investasi tersebut, yaitu: (1) Investasi

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    20

    2008

    hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai ekonomi di luar intrinsiknya; (2) Nilai guna dari kemampuan.

    Setiap lembaga pendidikan perlu diberi peluang dan kemampuan untuk mengelola anggaran penerimaan dan pengeluaran biaya pendidikan di lingkungan sistemnya masing-masing. Dengan asumsi bahwa upaya dan hasil pemerataan pendidikan adalah merupakan hak dan kewajiban bersama, partisipasi masyarakat, pemerintah, orang tua dan dunia usaha dalam pembiayaan pendidikan harus dipandang sebagai asset yang harus digali, sehingga tidak sepenuhnya menjadi beban pemerintah. Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pokok berikut ini: (1) Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of access); (2) Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality of survival); (3) Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality of output); (4) Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality of outcome). Konsep peningkatan efisiensi pembiayaan pendidikan akan mempunyai makna jika dihubungkan dengan konsep efisiensi, baik secara internal maupun secara eksternal.

    Berkenaan dengan jenis dan tingkatan biaya pendidikan, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (2000:4-7) memberi kategori terhadap biaya pendidikan ke dalam enam kategori, yaitu biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost), biaya pribadi (private cost), biaya sosial (social cost), biaya moneter (monetary cost), dan biaya bukan moneter (non monetary cost). Biaya langsung adalah biaya yang langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan, misalnya gaji guru dan pegawai, pengadaan fasilitas belajar (ruang tingkat, kantor, WC, sarana ibadah, gudang, laboratorium), ATK, buku rujukan guru dan buku pegangan siswa. Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh siswa, orangtua atau masyarakat untuk menunjang keperluan yang tidak langsung, seperti: biaya hidup, pakaian, kesehatan, gizi, transportasi, pemondokan, dan biaya kesempatan yang hilang selama pendidikan. Biaya tidak langsung ini memiliki sifat kepentingan dan tempat pengeluaran yang berbeda serta dikeluarkan dalam waktu yang tidak terbatas dan jenis pengeluaran yang tidak pasti, seperti hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang mengikuti pendidikan

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    21

    2008

    atau forgone earning. Di samping itu, biaya tidak langsung dapat pula tercermin dari bebasnya pajak bagi sekolah karena sifat sekolah yang tidak mencari laba.

    Biaya pribadi adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya, di dalamnya termasuk biaya kesempatan yang hilang (forgone opportunities). Biaya ini meliputi: uang sekolah, ongkos, dan pengeluaran lainnya yang dibayar secara pribadi. Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sekolah, termasuk di dalamnya biaya yang dikeluarkan oleh keluarga secara perorangan (biaya pribadi). Namun, tidak semua biaya sosial dapat dimasukkan ke dalam biaya pribadi. Menurut Jones, biaya sosial dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu sejumlah biaya sekolah yang ditanggung masyarakat.

    Sejalan dengan hal tersebut, Cohn dan Geske (1990:71) mengelompokkan biaya pendidikan sebagai, (1) biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dikeluarkan oleh sekolah, siswa dan keluarga siswa, (2) biaya tidak langsung (indirect cost) seperti forgone earning. Pengertian lain biaya pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). (Cohn, 1979; Jones, 1985; Thomas, 1976). Selain itu, Hallak (1999:25-27) mengelompokkan biaya berdasarkan, (1) jenis pendidikan (umum dan swasta), dalam hal ini pengeluaran dibandingkan dengan jumlah pendaftaran, (2) tingkat pendidikan dan jurusan, (3) tujuan yaitu biaya langsung (pengeluaran berulang untuk gaji dan bahan) dan biaya tak langsung (untuk manajemen umum) serta biaya untuk menganjurkan kehadiran di sekolah (biaya intervensi; menjelaskan perbedaan antara biaya rata-rata antar negara/tingkat pendidikan), biaya sosial serta biaya pemindahan atau transfer cost (kantin, asrama, transpor dan beasiswa), dan (4) sifat pengeluaran (penggajian).

    Berkenaan dengan tingkatannya, pembiayaan pendidikan terjadi di beberapa tempat atau tingkatan, yang meliputi lembaga satuan pendidikan yaitu sekolah, pengguna jasa pendidikan yaitu orangtua atau siswa, dan administratur pendidikan dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, sampai tingkat pusat. Selain itu di masing-masing tingkatan, biaya pendidikan mencakup bebeberapa atau banyak komponen biaya. Dengan demikian, analisis biaya pendidikan akan lebih bermanfaat bila menggunakan pendekatan tingkatan dan komponen biaya pendidikan. Oleh karena itu kajian teoritik perlu membahas mengenai tingkatan dan komponen biaya pendidikan.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    22

    2008

    2. Komponen Biaya Satuan Pendidikan di Sekolah

    Dalam menganalisis penyelenggaraan biaya satuan pendidikan diperlukan suatu konsep analisis biaya. Untuk keperluan itu dikaji pertanyaan yang berkaitan dengan: (1) Faktor-faktor apa saja yang memicu biaya; (2) Apakah faktor tersebut dapat ditelusuri dari sejak awal hingga menghasilkan suatu output? (3) Apakah dengan mengetahui pembebanan biaya dalam penyelenggaraan satuan program pendidikan dapat menjamin sekurang-kurangnya efektivitas internal suatu penyelenggaraan pendidikan?

    Di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan, pada umumnya sekolah menyusun rencana pendapatan dan belanja sekolah untuk jangka waktu satu tahun. Dalam rencana pendapatan terdapat komponen sumber dana (pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat). Sedangkan dalam rencana belanja secara garis besar dibagi ke dalam komponen gaji dan non gaji. Komponen gaji digunakan untuk membayar gaji dan kesejahteraan guru. Komponen ini merupakan komponen yang paling dominan dalam pengeluaran biaya pendidikan sekolah. Sedangkan komponen non gaji meliputi: sub komponen pengadaan alat pelajaran, bahan pelajaran, perawatan, sarana tingkat, sarana sekolah , pembinaan siswa, dan pengelolaan sekolah. Komponen biaya non gaji yang tidak terdapat dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) meliputi: pembelian buku, alat tulis, tas, sepatu, pakaian seragam, biaya kursus, karyawisata, sumbangan insidental, dan uang jajan yang langsung dikeluarkan oleh orangtua siswa tanpa melalui sekolah, serta biaya pembangunan fisik, perlengkapan alat belajar, beasiswa, dan lainnya yang tidak tercatat dalam RAPBS.

    Komponen-komponen tersebut akan dikaji melalui konsep Cost Driver. Cost Driver merupakan faktor-faktor yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya total untuk suatu obyek biaya (cost object). Perubahan-perubahan biaya tersebut sering disebut cost pool. Karena itu, cost driver sebenarnya merupakan cost pool dan cost object. Cost object adalah jasa tempat biaya dibebankan untuk mencapai tujuan-tujuan penyelenggaraan program. Sedangkan cost pool merupakan pengelompokan biaya-biaya individual ke dalam kelompok tertentu (Blocher et.al., 1999:123). Karena itu, dapat dikemukakan bahwa semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penyelenggaraan satuan program Pendidikan di madrasah merupakan cost driver.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    23

    2008

    Berdasarkan uraian di atas maka tujuan mendasar dari cost driver dalam penyelenggaraan satuan pendidikan adalah untuk meningkatkan efektivitas manajemen pendidikan secara ekonomik. Atas dasar tujuan tersebut maka konsep ini bermanfaat dalam mengembangkan sistem manajemen pendidikan berbasis informasi biaya yang lebih akurat dan relevan untuk pengambilan keputusan dan sebagai sistem informasi strategic yang dibangun secara build-in dan integral dari suatu sistem penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian pengetahuan mengenai informasi biaya tidak lagi berfungsi hanya sebagai sistem pelaporan internal maupun eksternal suatu manajemen pendidikan. Karena itu, cost driver merupakan suatu pendekatan dalam menganalisis biaya penyelenggaran pendidikan sehingga memberikan informasi mengenai tingkat efektivitas yang berguna untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan model-model pendidikan.

    3. Aktivitas Biaya Satuan Pendidikan di Sekolah

    Penyelenggaraan satuan pendidikan merupakan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembelajaran sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ditinjau dari pandangan proses, ini merupakan serangkaian kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan sehingga membentuk keterpaduan (wholeness). Dalam proses tersebut ada serangkaian aktivitas yang dapat memicu timbulnya biaya. Aktivitas tersebut dikelompokkan dalam suatu kategori (pool) yang sering disebut sebagai unit. Atas dasar unit tersebut muncul analisis satuan biaya (unit cost analysis), sehingga muncul istilah yang sering dikenal dalam pendidikan yaitu unit cost siswa (warga belajar). Unit cost tersebut merupakan kumpulan dari aktivitas yang memicu timbulnya biaya. Unit cost tersebut sering dijadikan bahan komparasi baik secara eksternal (dengan unit cost institusi lain) dan internal (dalam institusi itu sendiri) untuk memberikan pertimbangan mengenai tingkat efektivitas atau efesiensi suatu penyelenggaraan pendidikan. Thomas (1988:48), memberikan katagori unit-unit tersebut diatas menjadi beberapa hal, seperti: (1) Gaji Guru, (2) Gaji Pesonil Lainnya, (3) Tempat Belajar, (4) Perlengkapan (equipment), dan (5) Material (alat belajar). Berdasarkan unit-unit cost tersebut maka diperoleh unit cost per siswa. Kategorisasi tersebut bukanlah hal yang mutlak, boleh jadi dalam penyelenggaraan pendidikan berbeda dengan pendidikan persekolah seperti di atas.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    24

    2008

    Analisis cost driver akan memberikan gambaran faktor-faktor pemicu biaya terkait dengan jasa suatu penyelenggaraan pendidikan. Untuk keperluan tersebut maka perlu didisain keterkaitan antara biaya, cost pool dan cost object. Model analisis ini dapat mengidentifikasi proses pembebanan biaya ke dalam cost pool atau dari cost pool ke cost object. Terdapat dua kategori biaya yang perlu dicermati dalam melakukan perhitungan biaya yaitu biaya langsung dan tak langsung. Biaya langsung dapat ditelusuri secara langsung ke cost pool atau ke cost object. Secara mudah dan dapat dengan segera dihubungan secara ekonomi. Misalnya biaya alat belajar dapat dengan mudah ditentukan secara ekonomi. Demikian pula dengan biaya perlengkapan. Sebaliknya dalam biaya tak langsung, tidak dapat ditelusuri secara mudah, misalnya biaya supervisi terhadap kegiatan perencanaan KBM. Hal ini disebabkan karena biasanya biaya tak langsung merupakan gabungan dari beberapa aktivitas yang terdapat dalam beberapa cost pool atau cost object. Jika biaya tak langsung sulit ditelusuri maka harus dilakukan dasar alokasi sebagai cara pembebanannya, misalnya biaya guru dalam merencanakan KBM dengan dasar alokasi berapa kali kegiatan perencanaan tersebut dilakukan sehingga dapat diihitung berapa kali perencanaan perlu dirupiahkan. Cara pembebanan biaya seperti itu pembebanan dana dengan cost driver.

    4. Model Perhitungan Biaya Satuan Pendidikan

    Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisis biaya satuan per siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya biaya satuan per siswa menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

    Sedangkan untuk menghitung biaya per siswa, menurut Bowen (1981:12), menyatakan bahwa: The cost per student unit results from three societal decisions that reflect the combined influence of the many persons and public authorities who control the flow of funds to higher education. These theree decisionspertain to: the total amount

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    25

    2008

    to be spent on higher education, the number of units of service to be provided, and the level of quality.

    Dalam menentukan biaya satuan, menurut Nanang Fattah (2002:26) terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang digunakan oleh murid atau menganalisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total (total cost) dan jumlah biaya satuan (unit cost) menurut jenis dan tingkat pendidikannya.

    Dalam pendekatan makro, terdapat karakteristik pendidikan yang mempengaruhi biaya, yaitu: (1) Skala gaji guru dan jam terbang mengajar; (2) Penataran dan latihan pra jabatan; (3) Pengelompokan siswa di sekolah dan di dalam kelas; (4) Sistem evaluasi; (5) Supervisi pendidikan.

    Dalam pendekatan mikro, perhitungan satuan biaya pendidikan menurut Nanang Fattah (2002:28) dapat menggunakan formula sebagai berikut:

    Sb (s,t) =f [K (s,t) dibagi M (s,t)]

    Dimana :

    Sb : Satuan biaya per murid per tahun K : Jumlah seluruh pengeluaran

    M : Jumlah murid s : Sekolah tertentu

    t : Tahun tertentu

    Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (2002:47-48) menghitung biaya satuan pendidikan di madrasah. Penghitungan dilakukan dengan menjumlahkan komponen-komponen pengeluaran dalam anggaran pendapatan dan belanja madrasah (APBM) dan di luar APBM. Komponen-komponen pengeluaran dalam APBM meliputi gaji dan bukan gaji. Komponen bukan gaji mencakup pengeluaran untuk pemeliharaan, pengadaan, dan sarana penunjang belajar. Pengeluaran yang berasal dari bukan APBM

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    26

    2008

    terutama digunakan untuk pembangunan fisik madrasah. Seluruh pengeluaran di madrasah ini kemudian dibagi jumlah siswa dalam madrasah tersebut.

    Studi yang dilakukan IPB dan Dikdasmen (2002:45-80) menghitung biaya satuan dengan pendekatan kategori kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan biaya pendidikan tingkat sekolah (per tingkat); (2) kebutuhan biaya pendidikan untuk jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA, dan SMK), dan (3) kebutuhan biaya per siswa. Biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah, secara umum dibedakan menjadi: (a) biaya yang terkait langsung dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan, (b) biaya yang tidak terkait langsung dengan KBM. Biaya yang terkait langsung dengan KBM untuk SD sampai SMA terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: (i) persiapan guru, (ii) penyelenggaran teori di tingkat, dan (iii) praktek. KBM di SD dilakukan untuk 10 mata pelajaran, di SMP 16 mata pelajaran, dan di SMA 20 mata pelajaran. Biaya yang terkait langsung dengan KBM di SMK terdiri dari biaya teori dan praktek. Biaya yang terkait tidak langsung dengan KBM terdiri dari biaya rumah tangga dan biaya ATK.

    Penghitungan biaya satuan tersebut menunjukkan secara rinci biaya penyelenggaraan pendidikan riil dan biaya penyelenggaraan pendidikan ideal di SD, SMP, SMA dan SMK baik per mata pelajaran maupun untuk seluruh mata pelajaran dalam satu tahun baik per sekolah, jenjang pendidikan maupun per siswa. Penetapan biaya ideal didasarkan pada asumsi jumlah rombongan belajar yang ideal, yaitu satu tingkat hanya dipakai oleh satu rombongan belajar yang terdiri dari 35-40 murid/tingkat dan jumlah tingkat minimum mengacu pada ketetapan dan peraturan pemerintah yang berlaku.

    B. OPERASIONAL VARIABEL STUDI Biaya Pendidikan diartikan sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya (input)

    baik dalam bentuk natura (barang), pengorbanan peluang, maupun uang, yang dikeluarkan untuk seluruh kegiatan pendidikan. Biaya pendidikan dalam penelitian ini meliputi biaya pendidikan pada jenjang madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), dan madrasah aliyah (MA). Biaya pendidikan yang akan dianalisis adalah biaya pendidikan keseluruhan, yang meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan pada semua tingkat dari tingkat orangtua/siswa, madrasah, dan semua pengelola pendidikan dari

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    27

    2008

    tingkat kecamatan sampai tingkat pusat, yang menangani pendidikan pada jenjang MI, MTs, dan MA. Untuk kepentingan analisis, biaya pendidikan diukur sebagai biaya satuan (unit cost), yaitu biaya pendidikan per tahun per siswa dan biaya siklus (cycle cost), yaitu biaya yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Cycle cost adalah unit cost dikalikan dengan waktu (dalam tahun) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Selain itu, biaya satuan pendidikan perlu pula diklasifikasikan berdasarkan: (1) jenis input, (2) sifat penggunaan, (3) jenis penggunaan, dan (4) pihak yang menanggung, serta (5) sifat keberadaannya. Berdasarkan jenis inputnya, biaya satuan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam biaya satuan pendidikan operasional/lancar (operational /recurrent costs) dan biaya satuan pendidikan investasi/modal/ pembangunan (investment/ capital/ development costs). Untuk kepentingan studi, beberapa batasan perlu ditegaskan seperti di bawah ini.

    1. Biaya satuan pendidikan operasional. Biaya satuan pendidikan operasional adalah biaya input pendidikan yang habis pakai dalam satu tahun atau kurang, atau biaya yang dikeluarkan berulang-ulang setiap tahunnya per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan operasional ini mencakup, antara lain, pengeluaran-pengeluaran untuk: gaji dan tunjangan, buku-buku wajib, barang-barang yang harus sering diganti dengan yang baru, beasiswa, pelayanan kesejahteraan, seperti kantin, transport, penginapan dan olahraga, pemeliharaan gedung dan peralatan, serta pengoperasian gedung, seperti listrik, air, dan telepon.

    2. Biaya satuan pendidikan investasi. Biaya satuan pendidikan investasi adalah biaya input pendidikan yang penggunaannya lebih dari satu tahun per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan investasi ini meliputi, antara lain, pengeluaran-pengeluaran untuk: pembelian tanah, pengembangan gedung madrasah, kelas, laboratorium, peralatan tetap, perlengkapan pelajaran lain yang tahan lama, tempat tinggal dan sebagainya. Berdasarkan sifat penggunaannya, biaya satuan pendidikan dapat dibedakan antara biaya satuan pendidikan langsung (direct costs) dan biaya satuan pendidikan tidak langsung (indirect costs).

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    28

    2008

    3. Biaya satuan pendidikan langsung. Biaya satuan pendidikan langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan input yang langsung terkait dengan proses belajar mengajar. Biaya satuan pendidikan langsung ini mencakup pengeluaran-pengeluaran, antara lain untuk: gaji guru dan tenaga kependidikan lainnya; pembelian bahan, peralatan dan perlengkapan belajar; dan pembangunan gedung untuk belajar.

    4. Biaya satuan pendidikan tidak langsung. Biaya satuan pendidikan tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar tetapi menunjang proses belajar mengajar tersebut. Biaya satuan pendidikan tidak langsung ini, antara lain adalah: overhead madrasah, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan pendapatan yang tidak jadi diterima oleh siswa karena bermasalah dan tidak bekerja (forgone earning). Biaya tidak langsung selain yang ditanggung oleh orangtua/siswa dapat disebut juga biaya overhead atau institusional (overhead/institutional costs). Berdasarkan jenis penggunaannya, khususnya di madrasah, biaya satuan pendidikan operasional dapat dikelompokkan ke dalam biaya satuan pendidikan operasional personel dan biaya satuan pendidikan operasional bukan personel.

    5. Biaya satuan pendidikan operasional personel. Biaya satuan pendidikan operasional personel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kesejahteraan dan pengembangan personel. Personel di madrasah meliputi guru dan tenaga kependidikan lain (laboran, pustakawan, dan lainnya), administrator (kepala madrasah dan pegawai administrasi lain), dan pegawai lain (seperti penjaga madrasah, tukang kebun, dan lainnya) yang melaksanakan atau menunjang PBM.

    6. Biaya satuan pendidikan operasional bukan personel. Biaya satuan pendidikan operasional bukan personel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan segala bahan, peralatan, perlengkapan, serta sarana dan prasarana yang digunakan untuk proses pembelajaran, seperti buku, alat tulis madrasah, gedung, daya dan jasa, dan lainnya. Menurut sifat keberadaannya biaya satuan pendidikan ini dapat dibedakan ke dalam biaya satuan pendidikan faktual dan biaya satuan pendidikan ideal.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    29

    2008

    7. Biaya satuan pendidikan faktual. Biaya satuan pendidikan faktual adalah biaya-biaya yang senyatanya dikeluarkan dalam penyelenggaraan pendidikan.

    8. Biaya satuan pendidikan ideal. Biaya satuan pendidikan ideal adalah biaya-biaya satuan pendidikan yang semestinya dikeluarkan agar penyelenggaraan pendidikan dapat menghasilkan mutu pendidikan yang diinginkan.

    Antar keempat klasifikasi biaya yang pertama tersebut dapat terjadi tumpang tindih. Contohnya adalah tumpang tindih antara klasifikasi biaya menurut jenis input dan sifat penggunaan. Menurut jenis input, biaya dibedakan antara biaya satuan pendidikan operasional dan biaya satuan pendidikan investasi; sedangkan, berdasarkan sifat penggunaannya, biaya satuan pendidikan dikelompokkan menjadi biaya satuan pendidikan langsung dan biaya satuan pendidikan tidak langsung. Tumpang tindihnya adalah bahwa dalam biaya satuan pendidikan operasional ada biaya satuan pendidikan langsung dan ada pula biaya satuan pendidikan tidak langsung. Biaya gaji guru, misalnya, yang adalah biaya operasional, juga merupakan biaya langsung, karena gaji guru dikeluarkan setiap tahun atau kurang, guru juga merupakan input yang digunakan langsung untuk proses pembelajaran; sedangkan biaya gaji pegawai administrasi, misalnya, yang adalah juga biaya operasional, tapi tidak termasuk dalam biaya langsung, melainkan biaya tidak langsung, karena sementara gaji pegawai administrasi dibayarkan setiap bulan, pegawai administrasi tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, melainkan kaitannya tidak langsung atau sebagai pendukung.

    Namun demikian, untuk kepentingan studi ini, variabel-variabel yang dikaji dapat dilihat pada tabel berikut.

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    30

    2008

    Tabel 1 OPERASIONAL VARIABEL STUDI

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    TK/RA/TKLB 1 Operasional/Lancar Dan TPA Personel

    A. Kesejahteraan Kepala Sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL) Pengurus komite sekolah/

    madrasah (TL)

    B. Pengembangan Kepala Sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL) Pengurus komite sekolah/madrasah (TL) 2 Bukan Personel ATK/ATM (TL) Daya dan jasa (L dan TL) Perbaikan/pemeliharaan (L dan TL) Pembinaan siswa (L) Rapat-rapat pengurus

    sekolah/madrasah (TL)

    Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah

    (TL)

    3 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 4 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK/ATM (L)

    Pakaian dan perlengkapan sek (L) Akomodasi (L) Transportasi (L) Konsumsi (L) Kesehatan (L) Karyawisata (L) Uang saku (TL) Kursus/les (L) Iuran sekolah /madrasah (L dan TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    31

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Pengawasan dan Pembinaan

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan Sekolah/ Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat

    (L dan TL)

    Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll.

    (L dan TL)

    Laporan-laporan.. (L ) Lainnya...

    SD/MI/SDLB 1 Operasional/Lancar dan MDA Personel

    A. Kesejahteraan Kepala Sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL) Pegawai perpustakaan (L) Pengurus komite sekolah/

    madrasah (TL)

    B. Pengembangan Kepala Sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL) Pegawai perpustakaan (L) Pengurus komite sekolah/madrasah (TL) Peningkatan Mutu Pendidikan (L) 2 Bukan Personel ATK/ATM (TL) Daya dan jasa (L dan TL) Perbaikan/pemeliharaan (L dan TL) Pembinaan siswa (L) Rapat-rapat pengurus

    sekolah/madrasah (TL)

    Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah

    (TL)

    3 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    32

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 4 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK/ATM (L)

    Pakaian dan perlengkapan sek (L) Akomodasi (L) Transportasi (L) Konsumsi (L) Kesehatan (L) Karyawisata (L) Uang saku (TL) Kursus/les (L) Iuran sekolah /madrasah (L dan TL) Pengawasan dan

    Pembinaan Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan Sekolah/ Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat

    (L dan TL)

    Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll.

    (L dan TL)

    Laporan-laporan.. (L ) Lainnya...

    SMP/MTs/ 1 Operasional/Lancar SMPLB Personel

    dan MDU A. Kesejahteraan Kepala sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL) Tenaga Laboratorium (TL) Pegawai perpustakaan (TL) Pengurus komite sekolah/madrasah (TL) B. Pengembangan Kepala sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    33

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Tenaga Laboratorium (TL) Pegawai perpustakaan (L) Pengurus komite sekolah/madrasah (TL) Peningkatan Mutu Pendidikan (L) 3 Bukan Personel ATK/ATM (TL) Daya dan jasa (L dan TL) Perbaikan/pemeliharaan (L dan TL) Pembinaan siswa (L) Rapat-rapat pengurus

    sekolah/madrasah (TL)

    Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah

    (TL)

    4 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 5 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK/ATM (L)

    Pakaian dan perlengkapan sekolah/madrasah

    (L)

    Akomodasi (L) Transportasi (L) Konsumsi (L) Kesehatan (L) Karyawisata (L) Uang saku (TL) Kursus (L) Iuran sekolah/madrasah (L dan TL) Pengawasan dan

    Pembinaan Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan Sekolah/Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat

    (L dan TL)

    Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll.

    (L dan TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    34

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Laporan-laporan.. (L) Lainnya...

    SMA/SMK/ 1 Operasional/Lancar MA/SMALB Personel

    dan MDW A. Kesejahteraan Kepala Sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL) Tenaga Laboratorium (TL) Tenaga Kesehatan (TL) Pegawai perpustakaan (L) Pengurus komite sekolah/madrasah (TL) B. Pengembangan Kepala Sekolah/madrasah (TL) Wakil kepala sekolah/madrasah (TL) Guru: (GT/GTT) (L) Staf tata usaha (TL) Pesuruh sekolah/madrasah (TL) Satpam (TL) Tenaga Laboratorium (TL) Tenaga Kesehatan (TL) Pegawai perpustakaan (L) Pengurus komite sekolah/madrasah (TL) Peningkatan Mutu Pendidikan (L) 3 Bukan Personel ATK/ATM (TL) Daya dan jasa (L dan TL) Perbaikan/pemeliharaan (L dan TL) Pembinaan siswa (L) Rapat-rapat pengurus

    sekolah/madrasah (TL)

    Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah

    (TL)

    4 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 5 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK/ATM (L)

    Pakaian dan perlengkapan sek (L) Akomodasi (L) Transportasi (L)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    35

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Konsumsi (L) Kesehatan (L) Karyawisata (L) Uang saku (TL) Kursus (L) Iuran sekolah/madrasah (L dan TL) Pengawasan dan

    Pembinaan Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan Sekolah/ Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat

    (L dan TL)

    Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll.

    (L dan TL)

    Laporan-laporan.. (L) Lainnya...

    PAUD 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program (TL) Wakil Ketua Program (TL) Fasilitator/Tutor (L) Narasumber Teknis (L) Staf Tata Usaha (TL) Satpam (TL) Pengurus Yayasan/Organisasi (TL)

    B. Pengembangan Ketua Program (TL) Wakil Ketua Program (TL) Fasilitator/Tutor (L) Narasumber Teknis (L) Staf Tata Usaha (TL) Satpam (TL) Pengurus Yayasan/Organisasi (TL)

    3 Bukan Personel Alat Tulis (TL) Daya dan Jasa (L dan TL) Perbaikan Ringan dan

    Pemeliharaan (L dan TL)

    Biaya Pembinaan Siswa (L) Rapat-rapat (TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    36

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Biaya Operasional Yayasan/Organisasi

    (TL)

    4 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 5 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK (L)

    Pakaian dan perlengkapan (L) Akomodasi (L) Transportasi (L) Konsumsi (L) Kesehatan (L) Karyawisata (L) Uang saku (TL) Kursus (L) Iuran (L dan TL) Pengawasan dan

    Pembinaan Jamuan Pembinaan program oleh tingkat Kecamatan

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan program oleh Pusat

    (L dan TL)

    Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll.

    (L dan TL)

    Laporan-laporan.. (L) Lainnya...

    Bimbingan 1 Operasional/Lancar Belajar Personel

    (Bimbel) A. Kesejahteraan Ketua/Direktur (TL) Wakil Ketua.Direktur (TL) Tenaga Pengajar Tetap (L) Tenaga Pengajar Honorer (TL) Guru Diperbantukan (DPK) (TL) Staf Tata Usaha (TL) Pesuruh (TL) Satpam (TL) Tenaga Laboratorium (L) Pegawai Perpustakaan (TL) Pengurus Yayasan (TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    37

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    B. Pengembangan Ketua/Direktur (TL) Wakil Ketua.Direktur (TL) Tenaga Pengajar Tetap (L) Tenaga Pengajar Honorer (TL) Guru Diperbantukan (DPK) (TL) Staf Tata Usaha (TL) Pesuruh (TL) Satpam (TL) Tenaga Laboratorium (L) Pegawai Perpustakaan (TL) Pengurus Yayasan (TL) 3 Bukan Personel ATK/ATM (TL) Daya dan jasa (L dan TL) Perbaikan/pemeliharaan (L dan TL) Pembinaan siswa (L) Rapat-rapat pengurus Yayasan (TL) Kegiatan Yayasan (TL) 4 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 5 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK (L)

    Pakaian dan perlengkapan (L) Akomodasi (L) Transportasi (L) Konsumsi (L) Kesehatan (L) Karyawisata (L) (TL) (L) Iuran (L dan TL) Pengawasan dan

    Pembinaan Jamuan Pembinaan (L dan TL)

    Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll.

    (L dan TL)

    Laporan-laporan.. (L) Lainnya...

    KBU 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program (TL) Wakil Ketua Program (TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    38

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Fasilitator/Tutor (L) Narasumber Teknis (L) Staf Tata Usaha (TL) Satpam (TL) Pengurus Yayasan/Organisasi (TL) B. Pengembangan Ketua Program (TL) Wakil Ketua Program (TL) Fasilitator/Tutor (L) Narasumber Teknis (L) Staf Tata Usaha (TL) Satpam (TL) Pengurus Yayasan/Organisasi (TL) 3 Bukan Personel Alat Tulis (TL) Daya dan Jasa (L dan TL) Perbaikan Ringan dan

    Pemeliharaan (L dan TL)

    Biaya Pembinaan Siswa (L) Rapat-rapat (TL) Biaya Operasional

    Yayasan/Organisasi (TL)

    4 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 5 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK (L)

    Pakaian dan perlengkapan (L) Akomodasi (L) Transportasi (L) Konsumsi (L) Kesehatan (L) Karyawisata (L) Uang saku (TL) Kursus (L) Iuran (L dan TL) Pengawasan dan

    Pembinaan Jamuan Pembinaan program oleh tingkat Kecamatan

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi

    (L dan TL)

    Jamuan Pembinaan program oleh Pusat

    (L dan TL)

  • Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan Kabupaten Bandung

    39

    2008

    Jenjang Pendidikan

    No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan

    Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll.

    (L dan TL)

    Laporan-laporan.. (L) Lainnya...

    KEAKSARAAN FUNGSIONAL

    1 Operasional/Lancar

    Personel A. Kesejahteraan Ketua Program (TL) Wakil Ketua Program (TL) Fasilitator/Tutor (L) Narasumber Teknis (L) Staf Tata Usaha (TL) Satpam (TL) Pengurus Yayasan/Organisasi (TL) B. Pengembangan Ketua Program (TL) Wakil Ketua Program (TL) Fasilitator/Tutor (L) Narasumber Teknis (L) Staf Tata Usaha (TL) Satpam (TL) Pengurus Yayasan/Organisasi (TL) 3 Bukan Personel Alat Tulis (TL) Daya dan Jasa (L dan TL) Perbaikan Ringan dan

    Pemeliharaan (L dan TL)

    Biaya Pembinaan Siswa (L) Rapat-rapat (TL) Biaya Operasional

    Yayasan/Organisasi (TL)

    4 Investasi/Modal Tanah (L dan TL) Bangunan (L dan TL) Peralatan dan Perlengkapan (L dan TL) Perabot dan mebeler (L dan TL) Buku teks, sumber, dan bacaan (L) Jaringan listrik, telepon, air, dan

    gas (L dan TL)

    Taman (TL) Fasilitas Ibadah (L) Fasilitas olah raga (L) Lain-lain (L dan TL) 5 Biaya Penunjang Kebutuhan

    Siswa/Orang Tua Siswa

    Buku dan ATK (L)

    Pakaian dan perlengkapan (