lestari · pdf fileran dan kabut asap pada lahan gambut adalah aksi restorasi hidrologi lahan...
TRANSCRIPT
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam | Kerangka Mengurangi Kebakaran dan Kabut Asap
1
USAID LESTARI
PENATAAN HIDROLOGI LAHAN
GAMBUT DALAM KERANGKA
MENGURANGI KEBAKARAN DAN
KABUT ASAP
Penulis: Christopher Bennett
Editor: Suhardi Suryadi
PENGANTAR
Mencegah dan memerangi kebakaran lahan
gambut di Indonesia memerlukan suatu kerang-
ka tindakan terkoordinasi secara horizontal -
mencakup keseluruhan lahan gambut dimana emisi
gas rumah kaca (GRK) terjadi - antara para
pemangku kepentingan baik masyarakat, sektor
swasta dan pemerintah, serta secara vertikal
mulai dari nasional melalui propinsi dan
kabupaten sampai ke tingkat desa. Jika
membandingkan pengalaman bencana kebakaran
sebelumnya, terutama pada 1983/4 dan 1997/8,
maka respon pemerintah, sektor swasta dan
masyarakat atas kejadian El Niño tahun 2015 jauh
lebih baik. Hal ini dimulai dari pembentu-
kan Badan Restorasi Gambut (BRG), arahan
Presiden untuk memberikan sanksi bagi peru-
sahaan perkebunan yang mempertontonkan
perilaku tidak bertanggung jawab atas keba-
karan, dan upaya-upaya penyadartahuan di ting-
kat masyarakat dalam mengurangi risiko keba-
karan terhadap aset pertanian serta kese-
hatannya.
LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 04 I 27 Juli 2016
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam | Kerangka Mengurangi Kebakaran dan Kabut Asap
2
Namun sebenarnya yang mejadi prinsip utama
dalam mengurangi dan mencegah kebaka-
ran dan kabut asap pada lahan gambut adalah aksi
restorasi hidrologi lahan gambut. Hal di-
dasari oleh fakta bahwa akibat dari konstruksi
yang berlebihan pada kanal drainase ketika
pembukaan lahan sejuta hektar (PLG) telah
mengakibatkan kerusakan ekonomi lokal dan
sekaligus menyumbang terjadinya emisi GRK
global. Tanpa rehabilitasi hidrologi lahan gambut,
maka intervensi pengelolaan lahan gambut lainnya
seperti penanaman pohon dan pema-
daman kebakaran diperkirakan kurang membe-
rikan pengaruh atau perbedaan yang signifikan.
MASALAH DAN TANTANGAN
Kegagalan merestorasi hidrologi lahan gambut
dapat menimbulkan masalah pengelolaan lahan
gambut yang tak tidak ada ujung dan tepinya.
Nyaris seperti lingkaran setan. Kebakaran telah
membuat kerusakan aset pertanian dan wanatani
secara langsung (misalnya, pohon buah-buahan,
karet, kelapa sawit dan pohon untuk industry
kertas, galam, jelutung) dan apinya menjalar
kedalam tanah gambut kering yang mudah
terbakar akibat tinggi muka air turun terlalu
rendah selama musim kemarau (Gambar 1 dan
2). Sementara pada musim hujan terjadi
sebaliknya dimana lahan gambut menjadi banjir
karena turunnya permukaan tanah akibat
kebakaran. Jaringan kanal eks-PLG yang luas dan
panjang saat ini tidak hanya mengeringkan gambut
tetapi cenderung menjadi lokasi asal kebakaran
yang tidak sengaja maupun akibat dari kegiatan
pembersihan lahan.
Gambar 1. Dari kanan ke kiri - tinggi muka air terlalu
rendah untuk mencegah api mendapatkan akses
kedalam tanah gambut di perkebunan karet rakyat,
membunuh sistem akar dan merobohkan pohon-
pohon, bara api masih terlihat setelah hujan yang
pertama, Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau,
Oktober 2015.
Gambar 2. Foto udara dari kerusakan hutan akibat
kebakaran tahun 2015 yang masuk kedalam tanah
gambut kering menyebabkan pohon-pohon tum-
bang di desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau,
Kalimantan Tengah.
Hal ini mengindikasikan bahwa tantangan utama
dan terbesar untuk menghindari terulangnya
kebakaran lahan gambut dan kabut asap adalah
menjaga gambut tetap basah selama musim
kemarau. Sebagai contoh, di sebagian area bekas
proyek lahan gambut sejuta hektar (eks-Blok C
di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah)
terutama di lahan dengan tingkat emisi tertinggi
pada tahun 2015, maka dengan survei cepat
hidrologi dan sosial ekonomi yang dilakukan
LESTARI telah dapat memberikan informasi
kepada pemerintah daerah tentang bagaimana
dan dimana lokasi untuk membendung kanal-
kanal. Sehingga kanal yang dibangun berguna
dalam meningkatkan tinggi muka air dan berfungsi
menjaga agar gambut tetap basah selama musim
kemarau yang rawan kebakaran. Selain itu, kanal
juga dapat berfungsi mencegah banjir selama
musim penghujan. Survey hidrologi ini juga
memberikan rekomendasi tentang perlunya
masyarakat mendapatkan akses yang sah kedalam
kawasan gambut untuk kegiatan pertanian dan
perikanan sembari membangun area konservasi
di area gambut.
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam | Kerangka Mengurangi Kebakaran dan Kabut Asap
3
Berdasarkan permintaan BRG, survei cepat
hidrologi dari seluruh 440.000 hektar KHG #14
(eks-Blok C), dimulai pada bulan April 2016
untuk menentukan indikasi dimana penabatan
kanal harus ditempatkan untuk mempertahan-
kan kecukupan air di lahan gambut sepanjang
tahun. Survei, yang dibagi kedalam empat sub-
blok (Gambar 3) mengukur aliran air dan profil
kanal, menghasilkan perkiraan profil gambut re-
latif (Gambar 4) serta merekam vegetasi yang
ada dan pemanfaatan kanal.
Gambar 3. Empat sub-blok dari survei hidrologi
1
Gambar 4. Aliran air pada sub-blok C2 mengin-
dikasikan kompleksitas hidrologi gambut
Ketika survei geodetic yang dilaksanakan secara
paralel telah selesai, maka elevasi permukaan
gambut akan dapat dipahami dengan lebih baik
dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan dimana lokasi dam harus dibangun.
Termasuk menentukan desain kepadatan gambut,
sehingga dam lebih mudah dibangun dan
dipelihara sekaligus memungkinkan perahu-
perahu kecil keluar masuk di sekitar dam.
Dari survey hidrologis, maka secara ske-
matis dapat digambarkan letak lokasi penem-
patan dam (blok berwarna merah) di sebagian
dari kanal utara-selatan utama yang mengikuti
pusat kubah gambut di KHG #14. Sementara area
indikatif yang diharapkan untuk pemba-sahan
gambut seperti terlihat pada Gambar 3 (dengan
sisipan profil lahan gambut). Kemudian kanal yang
berada di utara-selatan dan melewati kubah
gambut yang rentan dan merupakan jantung dari
KHG#14, adalah lokasi yang dipan-
dang tepat (logis) untuk memulai pembangu-
nan dam. Hal ini juga dapat menunjukkan pada
masyarakat lokal swasta perusahaan dan
pemerintah daerah mengenai apa yang perlu di-
lakukan dan dengan cara apa sehingga tidak
merusak penggunaan kanal untuk transportasi
(perahu-perahu kecil tidak cukup besar untuk
menyembunyikan kayu-kayu ilegal yang dipero-
leh dari Taman Nasional Sebangau National ke
bagian barat (Gambar 4).
Sedangkan suatu indikasi dari nilai res-toratif
potensial yang dapat diperoleh dari pena-batan
kanal dapat dilihat pada Gambar 7 yang diambil
menggunakan drone 1 . Pengambilan gam-
bar ini dilakukan pada wilayah persinggungan
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam | Kerangka Mengurangi Kebakaran dan Kabut Asap
4
kanal utara-selatan dan kanal timur-barat di
Kahayan-Sebangau. Pada tahun 2015, kondisi
hutan di lokasi (sepanjang kanal) ini sangat luar
biasa karena tanamannya lebat, beregenerasi
serta tidak dimanfaatkan telah membuat kondisi
lahannya cukup lembab. Sehingga dapat terhindar
dari kebakaran (api) yang berkecamuk di sisi lain
dari kanal pada tahun 2015 (Gambar 5 & 6).
Garis melintang berwarna merah meng-
indikasikan bekas kebakaran (fire scars). Gambar
5 menunjukkan pembesaran dari daerah
berhutan yang beregenerasi secara alami didalam
kanal dimana gambut berada dalam kondisi cukup
basah untuk menahan api dari peristiwa
kebakaran tahun-tahun sebelumnya.
Gambar 5. Skematis dengan bekas kebakaran tahun
2015 (garis-garis melintang berwarna merah), pem-
basahan gambut yang dapat diharapkan dari pena-
batan kanal (blok berwarna merah) untuk menyebar
keluar dan (kanan) gambar drone dari bagian kanal
yang tidak digunakan dimana regenerasi daerah
berhutan terjadi secara alami dan karenanya cukup
lembab untuk menghindari kebakaran yang terjadi di
sisi lain dari kanal panjang yang tidak digunakan.
Gambar 6. Suatu gambar drone dari bagian kanal
panjang yang tidak digunakan yang mendukung
regenerasi alami daerah berhutan, yang karenanya ber-
ada dalam kondisi yang cukup lembab untuk meng-
hindari kebakaran yang diindikasikan oleh titik api
pada tahun 2015 (gambar sebelah kanan).
Gambar 7. Gambar jarak dekat dari daerah ber-
hutan yang beregenerasi didalam area kanal pan-
jang yang tidak digunakan dimana gambut cukup
basah untuk menahan api.
Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau telah
merespon positif kegiatan survey hidrologi dan
akan menggunakan hasilnya sebagai dasar dalam
kegiatan penabatan kanal pada tahun anggaran
tahun. Disamping itu, hasil survei sosio-ekonomi
tentang pemanfaatan kanal juga akan melengkapi
rekomendasi teknis tentang dimana dan
bagaimana dam dan kanal dibangun guna men-
jaga agar gambut tetap basah serta tetap men-
dapatkan jaminan secara sosial dan legal. Dalam
implementasinya, masyarakat lokal harus dilibat-
kan dalam konstruksi dan pemeliharaan dam
sehingga tumbuh rasa kepemilikan dan tang-
gungjawab terutama ketika terdapat faktor
krusial selama pengelolaan. Sehingga ada duku-
ngan masyarakat dalam pemeliharaan dam/
sekat/tabat untuk menunjang kelancaran penge-
lolaan air di tingkat tersier (handil). Dengan
inisiatif maka secara tidak langsung dapat
mendukung upaya-upaya BRG mengembangkan
manajemen KHG #14 sampai ke tingkat desa,
WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam | Kerangka Mengurangi Kebakaran dan Kabut Asap
5
terutama untuk mempromosikan Desa Peduli
Gambut.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Sekalipun demikian, menjaga gambut tetap basah
dalam faktanya tidaklah mudah. Mengi-ngat masih
terdapat sejumlah pihak yang kurang mencegah
kegiatan eksploitasi gambut yang bersifat jangka
pendek dan menguntungkan. Pada hakekatnya,
secara politis, komitmen pemerintah untuk
merestorasi lahan gambut tidak perlu
dipertanyakan. Pembentukan BRG merupakan
manifestasi konkrit dari komitmen ini. Bahkan
BRG telah mampu mengenali ke-
butuhan fundamental terkait dengan penataan
bagi setiap KHG, suatu lanskap (bentang alam)
yang memiliki definis jelas atau dengan kata lain
adalah lanskap gambut (peatscape). Namun yang
menjadi pertanyaan, bagaiaman penataan ter-
sebut dapat diintegrasikan dengan sistem deteksi
api dan respon. Di sisi lain, agar penataan
(stewardship) dapat fungsional maka kebijakan
penataan juga harus dapat memengaruhi berbagai
aktor yang berbeda baik antar sektor secara
horisontal antar peatscape maupun secara
vertikal antara level-level pemerintah mu-
lai dari nasional hingga desa. Gambar 8
mengilustrasikan bagaimana kesenjangan antara
niat politik dan aksi terkoordinasi di lapangan
terbukti menjadi tantangan utama. Tanpa ke-
mampuan BRG mengatasi tantangan ini maka
dikuatirkan upaya pencegahan kebakaran dan
kabut asap tidak akan effektif hasil dan
pengaruhnya.
Gambar 8. Kanal baru yang dibangun oleh Dinas
Pekerjaan Umum Propinsi Kalteng didalam area KHG
14, tanpa memahami keprihatinan pemerintah
Kabupaten Pulang Pisau yang mendukung penabatan
kanal, menekankan perlunya koordinasi yang efektif
diantara level administrasi mulai dari nasional,
propinsi, kabupaten hingga desa untuk mencapai
penataan restorasi lahan gambut yang efektif guna
mewujudkan restorasi hidrologi lahan gambut.
Publikasi ini dibuat dengan dukungan dari Rakyat Amerika Serikat melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari publikasi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Tetra Tech dan tidak
mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.