leny ramadhan.docx

Upload: leny-ramadhan

Post on 13-Jan-2016

249 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan fitokimia 1, Universitas Indoneia Timur, Makassar

TRANSCRIPT

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN DAUN BINAHONG (Andredera cordifolia (Tenore) Steenis) YANG BERASAL DARI DAERAH SINJAI SULAWESI SELATAN SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB IPENDAHULUAN

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefiniskan obat tradisional sebagai obat asli disuatu negara yang digunakan secara turun temurun di negara itu atau negara lain (Ismawan Bambang, 2012).Binahong atau Anredera cordifolia (Ten.) Steenis merupakan tanaman yang memiliki nama genus Anredera dan tergolong Famili Basellaceae. Binahong adalah tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli dheng san chi, sedangkan di dunia intrnasional binahong dikenal dengan nama hearthleaf madeiravin. Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai gendola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh.Terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya. Berbagai pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit berat (Anonim, 2013).Dengan demikian, tanaman binahong atau di Indonesia dikenal sebagai, gendola adalah tanaman yang tumbuh menjalar yang dapat berfungsi sebagai tanaman hias sekaligus tanaman obat yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengungkap khasiat yang dikandungnya (Anonim, 2013).Obat asli adalah suatu obat bahan alam yang ramuannya, cara pembuatannya, pembuktian khasiat, keamanan, serta cara pemakainnya berdasarkan pengetahuan tradisional penduduk suatu daerah. Sedangkan obat bahan alam adalah semua obat yang dibuat dari bahan alam yang dalam proses pembuatannya belum merupakan isolat murni. Obat bahan alam bisa berupa obat asli, obat tradisional, atau pengembangan dari keduannya. Pemakaian herbal yang utama tetaplah obat tradisional. Jika pembicaraan obat herbal ada 3 istiilah terkat di dalamnya: Obat asli, Obat tradisional, dan obat bahan alam (Ismawan Bambang, 2012).Di indonesia tanaman ini dikenal sebagai gendola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangan dan diteliti lebih jauh terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang di kandungnya (Anonim, 2013)Semua tumbuh tumbuhan dalam flora ini umumnya termasuk flora yang asli. Tetapi kenyataannya sejumlah besar tanaman termasuk dalam kategori tanaman impor, yang dengan sengaja atau tidak sengaja, kebetulan datang dari bagian dunia yang lain. Mereka dapat

menyesuaikan dengan keadaan kultur atau budidaya yang di ciptakan oleh manusia di sini malahan sama sekali sudah menjadi penghuni sebagai ciptaan manusia , malahan sama sekali sudah menjadi penghuni sebagai tanaman kultur atau tanaman herba (Steenis Van, 2006).Obat tradisional dengan bahan baku serbuk simplisia tidak selamanya rasional. Sebagai contoh misalnya obat tradisional dalam bentuk tablet, kapsul dan juga pil yang penggunaannya yang dilakukan secara langsung dengan cara ditelan dan tidak seperti obat tradisional dalam bentuk serbuk, yang penggunaaannya dilakukan dengan cara penyeduhan dengan air mendidih terlebih dahulu, yang sekaligus merupakan upaya pengamanan terhadap jasad renik yang mungkin terikut. Adapun maksud percobaan untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi komponen kimia daun Binahong secara maserasi dan Kromotografi lapis tipis (KLT). Adapun tujuan percobaan adalah untuk mengetahui cara, tehnik, atau metode metode ekstraksi dan proses identifikasi komponen kimia.Adapun prinsip berdasarkan percobaan ini yaitu pada pengambilan dan pengolahan sampel buah cengkeh dan pemeriksaan farmakognostik meliputi pemeriksaan morfologi, anatomi, dan pemeriksaan identifikasi Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan metode Maserasi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman1. Klasifikasi buah cengkeh Regnum: PlantaeSuperdivisio : SpermatophytaDivisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : CaryophyllalesFamilia : BasellaceaeGenus : AnrederaSpecies : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis (Anonim, 2013).

Gambar 1 : Daun Binahong

2. Nama lain Gendola (Gayo), Gendolak (Sunda), Gomod (Halmahera).

3. MorfologiTanaman binahong memiliki batang Yang lunak, berbentuk silindris, dan saling membelit satu sama lain. Batang berwarna merah dan memiliki permukaan yang halus.Adakalanya tanaman ini berbentuk seperti umbi-umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk yang tidak beraturan dan memiliki tekstur yang kasar.Jenis bunga pada tanaman binahong ini adalah majemuk yang tertata rapi menyerupai tandan dengan tangkai yang panjang.Bunga tersebut muncul di ketiak daun.Mahkota Bunga berwarna krem keputih-putihan dengan jumlah kelopak sebanyak 5 helai.Bunga ini cukup menarik karena memiliki aroma wangi yang khas.Daun binahong memiliki ciri-ciri seperti: berdaun tunggal, memiliki tangkai yang pendek (subsessile), tersusun berseling-seling, daun berwarna hijau, bentuk daun menyerupai jantung (cordata), panjang daun 5-10 cm sedangkan lebarnya 3-7 cm, helaian daun tipis lemas dengan ujung yang meruncing, memiliki pangkal yang berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, dan bisa dimakan (Suseno, 2013)4. Kandungan Kimiaa. Flavonoid Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi, analgesi, anti-oksidan. Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidona,b. Asam Oleanolik Asam oleanolik merupakan golongan triterpenoid yang merupakan antioksidan pada tanaman. Mekanisme perlindungan oleh asam oleanolik adalah dengan mencegah masuknya racun ke dalam sel dan meningkatkan sistem pertahanan sel.c. Protein Protein dengan berat molekul yang besar akan menjadi antigen yang memacu pembentukan antibodi. Kemudian antibodi akan mengaktifkan komplemen . Protein tersebut juga mampu menstimulasi produksi nitrit oksida. Nitrit Oksida mampu meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi ke tiap jaringan sel.4. KegunaanManfaat tanaman binahong adalah mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, melahirkan, khitan, segala luka-luka dalam, radang usus, melancarkan dan menormalkan peredaran darah dan tekanan darah, mencegah stroke, asam urat, maag, menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh, wazir (ambeien), melancarkan buang air kecil dan buang air besar, diabetes, dll Cara pengobatan secara tradisional5. Cara Pengobatan Secara TradisionalBerdasarkan penelitian, binahong sangat baik untuk revitalisasi kulit, memberikan stamina ekstra, melancarkan peredaran darah, mencegah stroke dan asam urat. Selain itu, mengkonsumsi binahong mampu meningkatkan vitalitas pria, mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi tubuh yang lemah dan menyembuhkan luka setelah operasi. Satu lagi manfaat binahong berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh bagi penderita kanker.Berikut pengolahan binahong sebagai obat yang memiliki nilai farmakologis atau obat, adalah :Ramuan untuk mengobati kankerBahan:30 gram daun binahong kering dan 1 liter airCara membuat : Rebus daun binahong dengan 1 liter air hingga tersisa 600 ml air. Cara pemakaian: Minum 3 kali sehari, masing-masing sebanyak 200 ml.B. Uraian Metode Ekstraksi1. Pengertian ekstraksiEkstraksi yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik namun khasiatnya tidak berubah. (Syamsuni, 2007) 1. Tujuan ekstraksiTujuan utama ektraksi adalah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mingkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah, agar lbih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorbsi, rasa pemaakian, dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan pengobatannya lebih terjamin (Syamsuni, 2007).1. Macam-macam metode ekstraksia. Metode ekstraksi dinginMetode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menhindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasan (anonim,2013 ).b. Metode ekstraksi panasMedote ini artinya proses dengan adanya pemanasan secara otomatis yang akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin ( anonim,2013 ).

1. Cara-cara ekstraksia. Ekstrasi MaserasiMaserasi adalah cara penyaringan yang sedehana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari (biasanya 5 hari) pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang komponen kimianya mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks, dan lilin.Maserasi umumnya dilakukan dengan cara memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi dengan pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari pada suhu kamar, terlindung dan cahaya sambil berulang-ulang diaduk, seteiah 5 hari disaring ke dalam wadah penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyani lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaning lagi hingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dan cahaya selama 2 hari,endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dan dipekatkan. b. PerkolasiPerkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkancairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan cara perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang pada bagian bawahnya diberi sekat berpori.c. SoxhletasiSoxhlet adalah merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari di dalam labu alas bulat dipanaskan sehingga menguap, dan uap cairan penyari mengembun menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan jatuh ke dalam selongsong membasahi simplisia sambil mengekatraksi zat aktif yang ada di dalam sel-sel simplisia dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melalui pipa kapiler (sifon), proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif yang sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang bmelalui pipasifon (sekitar 20-25 kali sirkulasi) atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak menampakkan noda lagi.d. RefluksRefluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode berkesinambungan, cairan penyari secara kontinyu menyari zaqt aktif dalam simplisia.cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap cairan penyari tersebut selanjutnya mengalami kondensasi (pengembunan) pada pendingin balik menjadi molekul-molekul cairan penyari yangselanjutnya jatuh ke dalam labu las bulat dan menyari zat aktif yang ada di dalam sel simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan sampai ekstraksi dinyatakan selesai.e. Destilasi uap airDestilasi dilakukan dengan cara mendidihkan sampel dalam katel atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated or superheated) dari katel pendidih air ke dalam katel penyulingan.C. Penguapan Ekstrak1. Tujuan PenguapanPenguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan.2. Macam-macam EkstrakBerdasarkan konsistensinya, ekstrak dibedakan menjadi :a. Ekstrak cair : Tingtur, maserat minyak (extracta fluida atau Liquida)b. Semi solid : ekstrak kental (extracta spissa)c. Kering : ekstrak kering (extracta sicca)3. Penguapan dengan RotavaporPada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu penguapan dengan menggunakan rotavapor. Prinsip kerja dari rotavapor yaitu, penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat, dan cairan penyari dapat menguap 5-10OC dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada labu alas bulat tempat sampel.D. Uraian KromatografiKromatografi merupakan salah satu bagian dari teknik pemisahan komponen senyawa di dalam bidang kimia. Teknik pemisahan yang lain misalnya ekstraksi, destilasi dan sebagainya. Kromatografi sendiri adalah teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran yang ada di dalam sampel di antara dua fase, yakni fase diam (padat atau cair) dan fase gerak. Atau dapat juga diartikan sebagai suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan pada perbedaan pola pergerakan yakni antara fase gerak dan fase diam yang berguna untuk memisahkan komponen (molekul) yang berada di dalam sampel. Secara umum, teknik kromatografi terbagi ke dalam beberapa jenis yaitu, kromatografi gas dan kromatogarfi cair. Kromatografi cair terdiri dari beberapa macam yaitu, kromatografi kolom, kromatografi kertas (partisi), kromatografi absorbsi (lapis tipis). Teknik pemisahan menggunakan metode kromatografi terdiri dari beberapa macam, berikut ini disajikan beberapa macam teknik kromatografi beserta penjelasannya:3. Kromatografi kertasKromatografi kertas menggunakan fase diam kertas, yakni kandungan selulosa di dalamnya, sedangkan untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Kertas sebagai fase diam akan dicelupkan ke dalam sampel dan pelarut, selanjutnya sampel dan pelarut berdasarkan gaya kapilaritas akan terserap dan bergerak ke atas. Perbandingan jarak relatif antara senyawa (sampel) dengan jarak pelarut dihitung sebagai nilai Rf. Aplikasi penggunaan dari kromatografi kertas sendiri adalah untuk memisahkan diantaranya adalah tinta, zat pewarna, senyawa tumbuhan seperti klorofil , make up dan berbagai zat lainnya. Mekanisme kerja dari kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita sering melakukan percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas tersebut.3. Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis biasanya menggunakan sebuah lempengan tipis yang terbalut gel silika atau alumina. Silika atau alumina tersebut berfungsi sebagai fase diam. Materi lain juga bisa digunakan sebagai fase diam asalkan mampu mengalami pendarflour (fluorescence) dalam sinar ultra violet. Sementara untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan. Aplikasi dari teknik pemisahan kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu. Teman-teman mungkin bertanya, interaksi apa yang terjadi pada proses kromatografi cair sehingga terjadi pergerakan sampel di dalam pelarut? Ada beberapa interaksi yang terjadi, diantaranya adalah pembentukan ikatan hidrogen, ikatan vander walls dan gaya debye. Atau bisa juga berupa pembentukan senyawa kompleks.3. GLC (Gas Liquid Chromatography) GLC merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada kromatografi ini, fasa gerak yang digunakan adalah gas dan fasa diamnya adalah zat cair. Aplikasi dari kromatografi gas misalnya digunakan untuk menentukan komposisi kimia dari zat-zat yang tidak kita ketahui, seperti misalnya senyawa berbeda dalam bensin. Waktu analisa menggunakan GLC cenderung lebih lama. GLC menggunakan instrumen yang lebih kompleks, beberapa instrumen penting dalam GLC adalah sebagai berikut:a. Gas pembawa, merupakan gas yang harus inert dengan sampel dan harus murni. Diantara gas pembawa yang banyak digunakan adalah hidrogen, helium, nitrogen dan argon. b. Pengontrol aliranc. Injektor atau tempat untuk menyuntikkan sampeld. Kolome. Detektor, merupakan instrumen yang berfungsi untuk merupakan sinyal analitik menjadi sinyal listrik.f. Rekorder, merupakan instrumen yang akan merubah sinyal listrik menjadi sinyal mekanik agar bisa dibaca dalam bentuk data.3. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan kromatografi lainnya, diantaranya adalah: cepat dalam proses analisa, resolusi yang lebih tinggi, sensitivitas detektor yang lebih tinggi, kolom yang dipakai dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar dan berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh dibilang sebagai teknik tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan sistem instrumen seperti pada kromatogarfi gas. Di dalam teknik ini juga digunakan tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik.1. Kromotografi lapis tipis preparatifKromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam.1. Kromotografi dua arahKLT 2 arah atau 2 dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solut mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan pada suatu campuran tertentu sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda.BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2014, dilaboratorium fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur.B. Bahan percobaanSampel Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) diambil pada pagi hari, dipetik dengan tangan dan diambil dari daerah Sulawesi Tengah. C. Alat dan bahan yang digunakan1) Alat yang digunakanAdapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, batang pengaduk, botol selai kaca, botol semprot, botol syrup ABC, buku gambar, chamber, corong, corong pisah, erlenmeyer, ember, gabus, gegep besi, gelas kimia, gelas ukur, gunting, katter, keranjang, kertas karkil, kertas karton, kertas saring, label, lakban, lampu UV 254 m, mesin air, mistar, object glass, oven, penotol, pensil, pensil warna, pipet tetes, spidol, toples, vial.2) Bahan yang digunakanAdapun bahan yang digunakan adalah aquadest, asam sulfat, benzen, ethanol, eter, etil asetat, heksan, kloroform, methanol, n-butanol,silica gel, simplisia Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dan tissue.D. Prosedur Kerja1. Pengambilan sampelBagian tanaman yang digunakan adalah Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) yang berasal dari Daerah Sinjai Sulawesi Selatan. Akar Pepaya (Radix Carica papaya L.) diambil pada pukul 09.00 10.00 WITA.2. Pengolahan sampelPengolahan sampel yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian diambil Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) setelah itu, dicuci sampai bersih di air mengalir, kemudian Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) di angin-anginkan supaya sisa air pada daun hilang, setelah air hilang pada daun dilanjutkan dengan pemotongan daun atau digunting menjadi empat bagian. Setelah pemotongan atau pengguntingan selesai, maka daun yang sudah dipotong itu di angin anginkan hingga daun benar benar kering, setelah daun sudah kering langsung dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup dengan baik.3. Ekstraksi sampel dengan menggunakan metode maserasiDisiapkan alat dan bahan, wadah maserasi berupa toples di cuci sampai bersih, di keringkan dan di bilas dengan metanol, kemudian sampel yang telah di gunting gunting kecil dan ditimbang sebanyak 500 gram dan dimasukkan ke dalam toples, lalu di tekan dengan batang pengaduk hingga rata permukaannya, kemudian di tambahkan pelarut metanol 2 liter sampai sampel kemudian tertutupi oleh cairan penyari, ditutup toples dengan aluminium foil dengan rapat dan simpan pada suhu kamar dan tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung selama 5 x 24 jam, setian 1 x 24 jam sampel di aduk hinggan sampel bagian bawah berada dibagian atas, setelah 5 x 24 jam sampel di saring dengan menggunakan kertas saring ke dalam botol penampung, ampasnya dimasukkan kembali ke dalam toples dan dilakukan kembali seperti perlakuan semula. Ekstrak yang di peroleh di kumpulkan dan dieraptuangkan selama semalam, filtrat dan endapan dipisahkan. Filtrat diambil dan diuapkan hingga kering dan kental dan selanjutnya di identifikasi komponen kimia. Penguapan ekstrak4. Ekstraksi dengan dietil etera. Disiapkan alat dan bahanb. Diambil ekstrak methanol kering, lalu ditambahkan 50 ml aquadestc. Dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan 3 X 50 ml dietil eterd. Ditutup corong pisah, lalu dibalik kemudian dikocok pada satu arah beberapa kalie. Setelah dikocok, dibuka kran corong untuk mengeluarkan gas dari cairan tersebutf. Ditutup kran corong lalu corong dibalik seperti semula dan dibiarkan beberapa saat hingga terjadi pemisahan lapisan air dan eter, lalu dikeluarkan dan ditampung dalam wadah yang berbeda.g. Dimasukkan lagi lapisan air kedalam corong pisah dan dilakukan seperti semula, dilakukan 3 kali ekstraksi.h. Dikumpulkan ekstraksi eter dan diuapkan.5. Ekstraksi dengan n butanol Jenuh aira. Diambil lapisan air dari ekstrak eter.b. Dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan dengan n butanol sebanyak 3 x 50 ml.c. Ditutup corong pisah, lalu dibalik kemudian dikocok pada satu arah beberapa kali.d. Setelah dikocok, dibuka kran corong untuk mengeluarkan gas dari cairan tersebut.e. Ditutup kran corong dan corong dibalik seperti semula dan dibiarkan beberapa saat hingga terjadi pemisahaan lapisan air dengan n butanol, lalu dikeluarkan dan ditampung dalam wadah yang berbeda.f. Dimasukkan lagi lapisan air kedalam corong pisah dan dilakukan seperti semula, dilakukan 3 kali ekstraksi.g. Diambil ekstraksi n butanol lalu diuapkan.6. Pembuatan fase diama. Disiapkan alat dan bahan.b. Diambil object glass dan batang pengaduk dicuci lalu dikeringkan.c. Dibuat bubur silica gel dengan perbandingan air : silica gel( 2 : 1) diaduk hingga homogen, jika kental ditambahkan langsung sedikit air.d. Dituang diatas object glass yang telah diatur dan diratakan dengan bantuan batang pengaduk, ditarik satu arah hingga rata.e. Dibiarkan lempeng hingga kering, lalu dipindahkan di baki oven dan diaktifkan dalam oven pada suhu 100o C selama 15 menit.f. Dikeluarkan lempeng dari oven dan dibuatkan batas penotolan dan batas eluen (1 cm dari bagian bawah lempeng dan 0,5 dari bagian atas lempeng).7. Pembuatan eluen / fase geraka. Untuk eluen polar1. Kloroform : methanol : air (20 : 6 : 1) sebanyak 250 mla) Diambil kloroform sebanyak 185,18 ml dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil methanol sebanyak 55,55 ml dimasukkan ke dalam botol yang berisi kloroformc) Diambil aquadest sebanyak 9,25 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi kloroform dan methanold) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.2. Kloroform : methanol : air (15 : 6 : 1)sebanyak 250 mla) Diambil kloroform sebanyak 170,45 ml dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil methanol sebanyak 68,18 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi kloroformc) Diambil aquadest sebanyak 11,36 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi kloroform dan methanold) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.3. Kloroform : methanol : air (10 : 6 : 1) sebanyak 250 mla) Diambil kloroform sebanyak 147,05 ml dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil methanol sebanyak 88,23 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi kloroformc) Diambil aquadest sebanyak 14,70 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi kloroform dan methanol.d) Dokocok hingga homogen, lalu diberi etiket4. Etil asetat : etanol : air (8 : 2 : 1) sebanyak 250 mla) Diambil etil asetat sebanyak 18,18 ml dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etanol sebanyak 45,45 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi etil asetatc) Diambil aquadest sebanyak 22,72 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi etil asetat dan etanold) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.5. Etil asetat : etanol : air (7 : 2 : 1) sebanyak 250 mla) Diambil etil asetatsebanyak 175 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etanol sebanyak 50 mldan dimasukkan ke dalam botol yang berisi etil asetatc) Diambil aquadest sebanyak 25 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi etil asetat dan etanold) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.6. Etil asetat : etanol : air (6 : 2 : 1) sebanyak 250 ml a) Diambil etil asetat sebanyak 166,66 ml dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etanol sebanyak 55,55 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi etil asetat.c) Diambil aquadest sebanyak 27,77 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi etil asetat dan etanold) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.b. Untuk eluen non polar1. Benzen : etil asetat (9 : 1) sebanyak 300 mla) Diambil benzen sebanyak 270 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etil asetat sebanyak 30ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi benzenc) Dikocok hingga homogen, lalu beri etiket.2. Benzen : etil asetat (8 : 2) sebanyak 300 mla) Diambil benzen sebanyak 240 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etil asetat sebanyak 60 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi benzenc) Dikocok hingga homogen, lalu beri etiket.3. Benzen : etil asetat (7 : 3) sebanyak 300 mla) Diambil benzen sebanyak 210 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etil asetat sebanyak 90 ml dimasukkan ke dalam botol yang berisi benzenc) Dikocok hingga homogen,lalu berietiket.4. Benzen : etil asetat (6 : 4) sebanyak 300 mla) Diambil benzen sebanyak 180 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etil asetat sebanyak 120 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi benzenc) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.5. Heksan : etil asetat (9 : 1) sebanyak 250 mla) Diambil heksan sebanyak 225 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil eti asetat sebanyak 25 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi heksanc) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etikat.6. Heksan : etil asetat (8 : 2) sebanyak 250 mla) Diambil heksan sebanyak 200 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etil asetat sebanyak 50 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi heksanc) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.7. Heksan : etil asetat (7 : 3) sebanyak 250 mla) Diambil heksan sebanyak 175 ml dan dimasukkan ke dalam botol ABCb) Diambil etil asetat sebanyak 75 ml lalu dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi heksan.c) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.8. Heksan : etil asetat (6 : 4) sebanyak 250 mla) Diambil heksan sebanyak 150 ml dan dimasukka ke dalam botol ABCb) Diambil etil asetat sebanyak 100 ml lalu di masukkan ke dalam botol yang telah berisi heksan.c) Dikocok hingga homogen, lalu diberi etiket.9. Penjenuhan fase gerak/eluena) Disiapkan alat dan bahanb) Dimasukkan masing masing eluen kedalam tiap tiap chamberc) Dimasukkan kertas saring ke dalam masing masing chamber kemudian ditutup dengan tutup chamber, di diamkan hingga jenuh.10. Teknik penotolan ekstraka) Disiapkan alat dan bahanb) Dibuat garis atas dan garis bawah pada tiap tiap lempengc) Dototolkan ekstrak pada lempeng pada batas bawah dengan menggunakan penotol pipa kapiler secara tegak lurusd) Dimasukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak kedalam chamber yang telah jenuh dengan posisi miring, diusahakan sampel yang telah ditotol tidak terendam dalam cairan pengelusi, lalu chamber ditutupe) Dibiarkan sampel terelasi sampai batas atas lempeng, lalu dikeluarkan dalam chamber.11. Pengamatan bercak noda pada sinar UVa) Diambil lempeng yang telah ditutupkan ekstrak yang telah mencapai batas atas b) Diamati dibawah sinar lampu UV 254/366 nmc) Digambar noda yang berflourensi, pada kertas karkil, lalu diwarnai sesuai warna noda yang diamati di sinar UV.12. Pengamatan bercak noda pada penyemprotan H2SO4a) Diambil lempeng yang telah diamati dibawah sinar UVb) Disemprotkam lempeng dengan larutan H2SO4 10 %, lalu difiksasi diatas bunsen dengan menggunakan gegepc) Digambar noda yang tampak pada lempeng, pada kertas karkil.13. Perhitungan nilai RFa) Diukur jarak noda pada lempeng dan jarak eluenb) Dihitung nilai RF nya dengan menggunakan Rumus :

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PercobaanDari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil, pada proses ekstraksi terhadap 500 gram sampel Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan memakai pelarut metanol diperoleh ekstrak metanol kental sebanyak 5 gram. Dari ekstrak yang diperoleh dilakukan dilakukan identifikasi dengan metode kromatografi lapis tipis diperoleh hasil sebagai berikut :1. Ekstrak EterTabel 1 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak Eter Akar Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi N-heksan : Etil Asetat (9:1), (8:2), (7:3) dan (6:4)

NO.EluenN-heksan : Etil AsestatJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

1.(9:1)2 Noda1.Merah2.Merah HijauHijau0,500,27

2.(8:2)1 NodaHijau Hijau0,61

3.(7:3)1 NodaMerah Hijau0,90

4.(6:4)1 NodaHijau tuaHijau0,63

Sumber : Laboratorium Fitokimia Farmasi, Universitas indonesia Timur 2015Tabel 2 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak Eter Akar Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi Benzen : Etil Asetat (9:1), (8:2), (7:3) dan (6:4)

NO.Eluen Benzen : Etil AsetatJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

1.(9:1)1 NodaHijau Hijau 0,63

2.(8:2)1 NodaMerah Hijau0,98

3.(7:3)1 NodaMerah Hijau0,90

4.(6:4)1 NodaMerahHijau 0,36

Sumber : Laboratorium Fitokimia Farmasi, Universitas indonesia Timur 2015

2. Ekstrak N - Butanol Tabel 3 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak N-Butanol Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi Cloroform : Methanol : Air(20:6:1), (15:6:1), (10:6:1)NO.Eluen Klorofor: Metanol : AirJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

1. (20:6:1)1 NodaMerah Hijau0,98

2.(15:6:1)1 NodaMerah Hijau0,90

3.(10:6:1)1 NodaMerahHijau 0,36

Sumber :Laboratorium Fitokimia Farmasi, Universitas indonesia Timur 2015

Tabel 4 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak N-Butanol Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi Etil asetat : Methanol : Air (7: 2:1), (8:2:1), (9:2:NO.Eluen Etil asetat : Metanol : AirJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

1.(7: 2 : 1)2 NodaKuningUnguKuningUngu0,450,63

2..(8 : 2 : 1)1 NodaCoklatCoklat0,6

3.(9 : 2 : 1)1 NodaKuningKuning0,72

3. Ekstrak MetanolTabel 5 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak metanol Akar Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi N-heksan : Etil Asetat (9:1), (8:2), (7:3) dan (6:4)NO.EluenHeksan : Etil AsestatJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

1.(9:1)1 nodaKuningKuning0,36

2.(8:2)1`nodaCoklatCoklat0,45

3.(7:3)1 nodaUnguUngu0,54

4.(6:4)1 nodaKuningKuning0,18

Sumber :Laboratorium Fitokimia Farmasi, Universitas indonesia Timur 2015

Tabel 6 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak Metanol Akar Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi Benzen : Etil Asetat (9:1), (8:2), (7:3) dan (6:4)NO.Eluen Benzen : Etil AsetatJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

1.(9:1)1 NodaMerahColat0,47

2.(8:2)1 NodaUnguUngu0,87

3.(7:3)1 NodaMerahUngu0,87

4.(6:4)1 NodaKuningUngu0,67

Sumber :Laboratorium Fitokimia Farmasi, Universitas indonesia Timur 2015

Tabel 7 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak Metanol Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi Cloroform : Methanol : Air (20:6:1), (15:6:1), (10:6:1)NO.Eluen Klorofor: Metanol : AirJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

2.(20:6:1)1 NodaUnguCoklat0,47

3.(15:6:1)1 NodaKuningKuning0,41

4.(10:6:1)1 NodaUnguMerah0,47

Sumber :Laboratorium Fitokimia Farmasi, Universitas indonesia Timur 2015

Tabel 8 : Hasil identifikasi Kromatografi lapis tipis ekstrak Metanol Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan cairan pengelusi Etil asetat : Methanol : Air (7: 2:1), (8:2:1), (9:2:1)

NO.EluenEtil asetat : Metanol : AirJumlah nodaPenampakan nodaRf

Lampu UV 254 nmH2SO4 10%

1.(7 : 2 : 1)1 NodaCoklatCoklat0,6

2.(8 : 2 : 1)1 NodaKuningKuning0,72

3.(9 : 2 : 1)1 NodaUnguMerah0,18

Sumber :Laboratorium Fitokimia Farmasi, Universitas indonesia Timur 2015

B. PembahasanUntuk memisahkan komponen suatu senyawa dapat kami lakukan dengan cara ekstraksi. Bubuk sampel Daun Binahong diektraksi menggunakan pelarut metanol . Hasil ekstrak yang diperoleh berwarna Hijau kehitaman. Setelah itu, pemisahan dan pemurnian komponen-komponen kimiapada ekstrak dilakukan dengan menggunakan Kromatografi lapis Tipis (KLT). Pada ekstrak kering methanol yang di hasilkan menggunakan non polar yaitu: N- Heksan dan etil asetat dengan perbandingan (6 : 4), (7 : 3), (8 : 2), (9 : 1). Masing-masing diperoleh satu noda yaitu noda warna kuning pada perbandingan (6 : 4) dengan nilai Rf = 0,18 cm, pada (7 : 3) menghasilkan warna ungu dengan nilai Rf = 0,54 cm, pada (8 : 2) menghasilkan warna coklat dengan nilai Rf = 0,45 cm, dan pada (9 : 1) menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf = 0,36 cm. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing 1 noda pada lempeng dengan warna dan nilai Rf yang sama.Pada Benzen dan etil asetat dengan perbandingan (6 : 4), (7 : 3), (8 : 2), (9 : 1). Masing-masing diperoleh satu noda yaitu noda warna kuning pada perbandingan (6 : 4) dengan nilai Rf = 0,81 cm, pada (7 : 3) menghasilkan warna Merah dengan nilai Rf = 0,72 cm, pada (8 : 2) menghasilkan warna ungu dengan nilai Rf = 0,54 cm, dan pada (9 : 1) menghasilkan warna merah dengan nilai Rf = 0,4 cm. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing 1 noda pada lempeng dengan warna dan nilai Rf yang sama.Pada ekstrak kering Metanol yang di hasilkan menggunakan pelarut polar yaitu: Kloroform : metanol : Air dengan perbandingan (10 :6 : 1), (15 :6 : 1), (20 :6 : 1). Masing-masing diperoleh satu noda yaitu noda warna ungu pada perbandingan (10 :6 : 1), dengan nilai Rf = 0,47 cm, pada (15 :6 : 1), menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf = 0,41 cm, pada (20 :6 : 1), menghasilkan warna ungu dengan nilai Rf = 0,47 cm,. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing noda pada lempeng dengan warna yang berbeda yaitu pada perbandingan (10 :6 : 1) warna merah , perbandingan (15 :6 : 1) warna kuning, perbandingan (20 :6 : 1) warna coklat dan nilai Rf yang sama.Pada Etil asetat : metanol : air dengan perbandingan (7 : 2 : 1), (8 : 2 : 1), (9 : 2 : 1). Masing-masing satu noda diperoleh noda dengan warna coklat pada perbandingan (7 : 2 : 1) dengan nilai Rf = 0,6 cm , pada (8 : 2 : 1) menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf = 0,72 cm, dan pada (9 : 2 : 1) menghasilkan warna Merah dengan nilai Rf = 0,63 cm. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing 1 noda pada lempeng dengan warna dan nilai Rf yang sama.Pada ekstrak kering eter yang di hasilkan menggunakan pelarut non polar yaitu: N- Heksan dan etil asetat dengan perbandingan (6 : 4), (7 : 3), (8 : 2), (9 : 1). Masing-masing diperoleh noda yaitu noda warna Hijau tua pada perbandingan (6 : 4) dengan nilai Rf = 0,63 cm, pada (7 : 3) menghasilkan warna merah dengan nilai Rf = 0,90 cm, pada (8 : 2) menghasilkan warna hijau dengan nilai Rf = 0,61 cm, dan pada (9 : 1) menghasilkan 2 noda dengan warna yang sama yaitu merah muda dengan nilai Rf = 0,50 cm dan 0,27 cm. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing noda pada lempeng dengan warna hijau muda dan nilai Rf yang sama.Pada Benzen dan etil asetat dengan perbandingan (6 : 4), (7 : 3), (8 : 2), (9 : 1). Masing-masing diperoleh satu noda yaitu noda warna merah pada perbandingan (6 : 4) dengan nilai Rf = 0,36 cm, pada (7 : 3) menghasilkan warna Merah dengan nilai Rf = 0,90 cm, pada (8 : 2) menghasilkan warna merah dengan nilai Rf = 0, 98 cm, dan pada (9 : 1) menghasilkan warna hijau tua dengan nilai Rf = 0,63 cm. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing 1 noda pada lempeng dengan warna hijau tua dan nilai Rf yang sama.Pada ekstrak kering N - Butanol yang di hasilkan menggunakan pelarut polar yaitu: Kloroform : metanol : Air dengan perbandingan (10 :6 : 1), (15 :6 : 1), (20 :6 : 1). Masing-masing diperoleh satu noda yaitu noda warna Merah pada perbandingan (10 :6 : 1), dengan nilai Rf = 0,72 cm, pada (15 :6 : 1), menghasilkan warna merah dengan nilai Rf = 0,63 cm, pada (20 :6 : 1), menghasilkan warna merah dengan nilai Rf = 0,45 cm,. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing noda pada lempeng dengan warna hijau muda dan nilai Rf yang sama.Pada Etil asetat : metanol : air dengan perbandingan (7 : 2 : 1), (8 : 2 : 1), (9 : 2 : 1). Masing-masing diperoleh noda yaitu 2 noda dengan warna kuning dan ungu pada perbandingan (7 : 2 : 1) dengan nilai Rf = 0,45 cm dan 0,63 cm, pada (8 : 2 : 1) menghasilkan warna Merah dengan nilai Rf = 0,90 cm, dan pada (9 : 2 : 1) menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf = 0,72 cm. Setelah penyemprotan dengan H2SO4 10% diperoleh masing masing satu noda pada lempeng dengan warna dan nilai Rf yang sama.BAB V PENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan dan hasilpenelitian yang telah dilakukan, maka dapatdisimpulkan bahwa :1. Hasil ekstraksi dan identifikasi dari 500 gram Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) diperoleh Ekstrak kental Metanol yang kemudian di suspensikan dengan eter dan n-butanol agar didapatkan esktrak eter dan ekstrak n-butanol yang siap dilakukan identifikasi senyawa kimia.2. Hasil percobaan di peroleh penampakan noda yg lebih dominan adalah hijau dan merah. Karena kandungan daun binahong sebagian besar adalah alkaloida, sehingga dengan penampakan noda yang ada dapat diduga senyawa yang terkandung dalam Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) adalah senyawa alkaloida.B. SaranUntuk memastikan komponen kimia yang terkandung dalam Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) diharapkan untuk percobaan kedepannya dapat dilanjutkan dengan KLTP, KLT dua dimensi dan spektrofotometri.DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2012. Manfaat dan khasiat dari daun binahong http://manfaatbuahdaun.blogspot.com/2013/11/manfaat-daun-binahong.html. Diakses 23 Desember 2012 pukul 18.00 Wita.Sulastri, 2011. Kandungan Kimian Daun Binahong http://ardika-zein-fst08.web.unair.ac.id/artikel_detail-46352-Umum %20BINAHONG%20.html. Diakses 12 april 2011 Pukul 12.00 Wita.Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Departemen kesehatan Indonesia : JakartaDirjen POM, 1989. Materi Medika Indonesi Edisi V. Departemen Kesehatan Indonesia : JakartaIsmawan. B, 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat. PT. Trubus Swadaya : Depok

LAMPIRAN

Simplisia Daun Binahong (Anredera cordifolia Steenis)Ekstrak methanol cairDitimbang 500 gDiektraksi secara perkolasiEkstrak methanol KeringEkstraksi cair-cairDi KLTDigambar Hitung nilai RfFase EterFase AirTambahkan H2O sebanyak 50 mlTambahkan eter 50 ml (3x50 ml)diuapkanEkstra Eter keringDi KLTDigambar Hitung nilai RfFase n-butanolTambahkan N-butanol sebanyak 50 ml (3x50 ml)diuapkanEkstra n-butanol keringDi KLTDigambar Hitung nilai RfDiuapkan dengan alat rotavafor, diperoleh ekstrak pekat, dilanjutkan penguapan di atas waterbacthc sampai diperoleh ekstrak kering.

1-Laboratorium Fitokimia Farmasi Kelas J12

Gambar 2. Ekstraksi dan identifikasi komponen kimia Daun Binahong (Anredera cordifolia Steenis) yang berasal dari Desa Barua kec. Eremerasa kab. Bantaeng prov. Sulawesi selatan secara kromatografi lapis tipis

Lampiran 1 : Perhitungan pembuatan Eluena) Pembuatan Eluen Polar1. Kloroform : Metanol : Aira. 20 : 6 : 1Kloroform: x 500 mL= 370,37 mLMetanol: x 500 mL= 111,11 mLAir: x 500 mL= 18, 51 mLb. 15 : 6 : 1 Kloroform: x 500 mL = 277, 77 Metanol: x 500 mL= 111,11 mLAir: x 500 mL= 18, 51 mLc. 10 : 6 : 1Kloroform: x 500 mL= 185, 18 mLMetanol: x 500 mL= 111,11 mLAir: x 500 mL= 18, 51 mL2. Etil asetat : Metanol : Aira. 9 : 2 : 1Etil asetat: x 500 mL= 375 mLMetanol: x 500 mL= 83,33 mLAir: x 500 mL= 41, 67 mLb. 8 : 2 : 1 Etil Asetat: x 500 mL= 363,63 mLMetanol: x 500 mL= 90,99 mLAir: x 500 mL= 45,45 mLc. 7 : 2 : 1Etil asetat: x 500 mL= 350 mLMetanol: x 500 mL= 100 mLAir: x 500 mL= 50 mLb) Pembuatan Eluen Non polar1. Benzena : Etil asetata. 9 : 1 Benzena: x 500 = 450 mLEtil Asetat: x 500 = 50 mLb. 8 : 2Benzena: x 500 = 400 mlEtil Asetat: x 500 = 100 mlc. 7 : 3Benzena: x 500 = 350 mLEtil Asetat: x 500 = 150 mL

d. 6 : 4Benzena: x 500 = 300 mLEtil Asetat: x 500 = 200 mL2. N Heksan : Etil Asetata. 9 : 1N-Heksan: x 500 = 450 mLEtil Asetat: x 500 = 50 mLb. 8 : 2N-Heksan: x 500 = 400 mLEtil Asetat: x 500 = 100 mLc. 7 : 3N-Heksan: x 500 = 350 mLEtil Asetat: x 500 = 150 mLd. 6 : 4N-Heksan: x 500 = 300 mLEtil Asetat: x 500 = 200 mLLampiran II : Perhitungan Nilai Rf 1. Ekstrak Etera. Dengan menggunakan eluen non polar N-Heksan Etil Asetat dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 9 : 1Rf1= = 0,50Rf2 = = 0,272) 8 : 2Rf= = 0,613) 7 : 3Rf= = 0,904) 6 : 4Rf= = 0,63b. Dengan menggunakan eluen non polar N-Heksan Etil Asetat dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 9 : 1Rf1= = 0,50Rf2 = = 0,272) 8 : 2Rf= = 0,61

3) 7 : 3Rf= = 0,904) 6 : 4Rf= = 0,63c. Dengan menggunakan eluen non polar Benzena Etil Asetat dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 9 : 1Rf= = 0,63

2) 8 : 2Rf= = 0,983) 7 : 3Rf= = 0,904) 6 : 4Rf= = 0,36d. Dengan menggunakan eluen non polar N-Heksan Etil Asetat dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 9 : 1Rf= = 0,632) 8 : 2Rf= = 0,983) 7 : 3Rf= = 0,904) 6 : 4Rf= = 0,362. Ekstrak N Butanola. Dengan menggunakan eluen polar Kloroform : Metanol : Air dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 20 : 6 : 1Rf= = 0,452) 15 : 6 : 1Rf= = 0,633) 10 : 6 : 1Rf= = 0,72b. Dengan menggunakan eluen polar Kloroform : Metanol : Air dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 20 : 6 : 1Rf= = 0,452) 15 : 6 : 1Rf= = 0,633) 10 : 6 : 1Rf= = 0,72c. Dengan menggunakan eluen polar Etil asetat : Metanol : Air dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 9 : 2 : 1Rf1= = 0,45Rf2= = 0,632) 8 : 2 : 1Rf= = 0,63) 7 : 2 : 1Rf= = 0,72d. Dengan menggunakan eluen polar Kloroform : Metanol : Air dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 9 : 2 : 1Rf1= = 0,45Rf2= = 0,632) 8 : 2 : 1Rf= = 0,63) 7 : 2 : 1Rf= = 0,723. Ekstrak Metanola. Dengan menggunakan eluen non polar N-Heksan Etil Asetat dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 9 : 1Rf= = 0,362) 8 : 2Rf= = 0,453) 7 : 3Rf= = 0,544) 6 : 4Rf= = 0,18b. Dengan menggunakan eluen non polar N-Heksan Etil Asetat dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 9 : 1Rf= = 0,362) 8 : 2Rf= = 0,453) 7 : 3Rf= = 0,544) 6 : 4Rf= = 0,18c. Dengan menggunakan eluen non polar Benzena Etil Asetat dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 9 : 1Rf= = 0,42) 8 : 2Rf= = 0,543) 7 : 3Rf= = 0,724) 6 : 4Rf= = 0,81d. Dengan menggunakan eluen non polar N-Heksan Etil Asetat dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 9 : 1Rf= = 0,42) 8 : 2Rf= = 0,543) 7 : 3Rf= = 0,724) 6 : 4Rf= = 0,81

e. Dengan menggunakan eluen polar Kloroform : Metanol : Air dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 20 : 6 : 1Rf= = 0,474) 15 : 6 : 1Rf= = 0,415) 10 : 6 : 1Rf= = 0,47f. Dengan menggunakan eluen polar Kloroform : Metanol : Air dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 20 : 6 : 1Rf= = 0,472) 15 : 6 : 1Rf= = 0,41

3) 10 : 6 : 1Rf= = 0,47

g. Dengan menggunakan eluen polar Etil asetat : Metanol : Air dengan penampakan noda UV 254 nm sebagai berikut :1) 9 : 2 : 1Rf= = 0,6

2) 8 : 2 : 1Rf= = 0,723) 7 : 2 : 1Rf= = 0,63h. Dengan menggunakan eluen polar Kloroform : Metanol : Air dengan penampakan noda H2SO4 10 % sebagai berikut :1) 9 : 2 : 1Rf= = 0,62) 8 : 2 : 1Rf= = 0,723) 7 : 2 : 1Rf= = 0,63

Lampiran III. Gambar Alat Praktikum

Gambar 2 : Rotavapor

Gambar 3 : Chamber

Gambar 4 : Corong Pisah

Gambar 5 : Kromotografi Lapis Tipis

Gambar 6 : Penampakan Noda Pada Lempeng

Gambar 7 : Perendaman Sampel Daun Binahong Pada Toples

Lampiran IV: Penampakan Noda pada lempeng KLTA. Ekstra Metanol1. Eluen non polar N Heksan : Etil asetata. Penampakan Pada UV 254 mm

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1

2. Eluen non polar (Benzen : Etil Asetat)a. Penampakan pada UV 254 mm

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1

3. Eluen Polar (Kloroform : Metanol : Air)a. Penampakan pada UV 254 mm

10 : 6 : 1 15 : 6 : 1 20 : 6 : 1b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

10 : 6 : 1 15 : 6 : 1 20 : 6 : 1

4. Eluen Polar (Etil asetat : Metanol : Air)a. Penampakan noda pada UV 254 mm

7: 2 : 1 8 : 2 :1 9 : 2 : 1b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

7: 2 : 1 8 : 2 :1 9 : 2 : 1

B. Ekstra Eter1. Eluen non polar N Heksan : Etil asetata. Penampakan Pada UV 254 mm

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1

2. Eluen non polar (Benzen : Etil Asetat)a. Penampakan pada UV 254 mm

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

6 : 4 7 : 3 8 : 4 9 : 1

C. Ekstrak N Butanol1. Eluen Polar (Kloroform : Metanol : Air)a. Penampakan pada UV 254 mm

10 6 : 1 15 : 6 : 1 20 : 6 : 1

b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

10 : 6 : 1 15 : 6 : 1 20 : 6 : 1

2. Eluen Polar (Etil asetat : Metanol : Air)a. Penampakan noda pada UV 254 mm

7: 2 : 1 8 : 2 :1 9 : 2 : 1b. Penampakan Noda setelah di semprot H2SO4 10%

7: 2 : 1 8 : 2 :1 9 : 2 : 1