lembaran daerah kabupaten daerah tingkat iijdih.sumedangkab.go.id/prodhuk/perda/1984/no.14 1984...

26
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 5 TAHUN 1985 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 1984 TENTANG : IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DAN RETRIBUSI BANGUNAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SUMEDANG Menimbang : a. Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang tanggal 3 Pebruari 1959 dengan perubahannya yang terakhir dengan Perda Nomor 4 Tahun 1978 tentang Peraturan Bangunan di Wilayah Kabupaten Sumedang, sudah di rasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan dewasa ini ; b. Bahwa bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, perlu adanya usaha-usaha kearah terwujudnya Peraturan Daerah tentang Peraturan Medirikan Bangunan, sehingga akan dapat menjamin ketertiban, keindahan, kesehatan dan keselamatan baik bagi penghuni bangunan itu sendiri maupun bagi masyarakat ; c. Bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut diatas, untuk memberikan landasan hukum yang kuat perlu ditetapkan dalam satu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemeintahan di Daerah ; 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat ;

Upload: ngobao

Post on 23-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

SUMEDANG

NOMOR : 5 TAHUN 1985 SERI B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

NOMOR 14 TAHUN 1984

TENTANG :

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DAN RETRIBUSI BANGUNAN DI WILAYAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

Menimbang : a. Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang tanggal 3 Pebruari 1959

dengan perubahannya yang terakhir dengan Perda Nomor 4 Tahun 1978

tentang Peraturan Bangunan di Wilayah Kabupaten Sumedang, sudah di

rasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan dewasa ini ;

b. Bahwa bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, perlu adanya

usaha-usaha kearah terwujudnya Peraturan Daerah tentang Peraturan

Medirikan Bangunan, sehingga akan dapat menjamin ketertiban,

keindahan, kesehatan dan keselamatan baik bagi penghuni bangunan itu

sendiri maupun bagi masyarakat ;

c. Bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut diatas, untuk memberikan

landasan hukum yang kuat perlu ditetapkan dalam satu Peraturan

Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok

Pemeintahan di Daerah ;

2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat ;

3. Undang-undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum

Retribusi Daerah ;

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

pokok Agraria ;

5. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1980 tentang Jalan ;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana ;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang

Ketentuan-ketentuan mengenai penyediaan dan Pemberian tanah untuk

keperluan Perusahaan ;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1974 tentang Bentuk

Peraturan Daerah ;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1984 jo Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1984 tentang Tata

Cara Penyediaan tanah dan Pemberian Hak atas tanah, Pemberian izin

Bangunan serta izin Undang-undang Gangguan bagi Perusahaan-

perusahaan yang mengdakan penanaman modal menurut Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-undang Nomor 6 Tahun

1986;

10. Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M-05-PW 07 03 Tahun 1984

tentang Penunjuk Pelaksanaan Pengusulan Pengangkatan dan

Pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil ;

11. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04-PW 07 03 Tahun1984

tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil ;

12. Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1969 tentang

Penertiban Pungutan Daerah.

PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

DAERAH TINGKAT II SUMEDANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

SUMEDANG TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DAN

RETRIBUSI BANGUNAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH

TINGKAT II SUMEDANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

A. Istilah dan Pengertian Umum :

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah ialah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

b. Pemerintah Daerah ialah Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

Sumedang ;

c. Bupati Kepala Daerah ialah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumedang ;

d. DPRD ialah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II

Sumedang ;

e. Dinas Pekerjaan Umum ialah :

1. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang ;

2. Dinas dalam Lingkungan Pemerintah Daerah, yang merencanakan,

mengawasi pekerjaan-pekerjaan umum sepanjang hal trsebut menjadi

wewenangnya ;

f. Dinas Pendapatan Daerah ialah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Daerah

Tigkat II Sumedang ;

g. Pengawas/Penilik Bangunan ialah Pengawas/Penilik Bangunan pada Dinas

Pekerjaan Umum .

B. Istilah dan Pengertian Teknik :

1. Bangunan-bangunan :

a. Setiap susunan sesuatu yang berdiri terletak pada tanah atau bertumpu pada

batu-batu landasan dengan susunan yang berbentuk sesuatu ruangan yang

terbatas seluruhnya atau sebahagiannya ;

b. Suatu peralasan ;

c. Suatu srambi, tangga rumah atau trotoir ;

d. Suatu peralatan persediaan air bersih, tidak termasuk sesuatu sambungan pada

jaring saluran air minum kota ;

e. Suatu peralatan pembuangan atau penampungan air hujan, air kotoran atau air

perusahaan ;

f. Suatu pemasangan pompa ;

g. Suatu pagar atau pemisah dari suatu persil atau sebidang tanah ;

h. Suatu turap, penahan tanah, jembatan, urung-urung, penembokan dari sesuatu

pembuluh atau sesuatu kontruksi lain semacam itu ;

i. Suatu dinding tembok, suatu pasangan kayu, suatu dinding papan atau sesuat

macam dinding lainnya ;

j. Susuatu benda yang terdiri atau bergantung tersendiri, luasnya lebih dari 1

(satu) M2 yang dipasang diluar garis sempadan muka rumah atau di atas

sesuatu tempat yang dapat dikunjungi oleh khalayak ramai ;

k. Papan-papan reklame, alat-alat reklame, tiang-tiang antena dan tiang-tiang

bendera.

2. Mendirikan Bangunan :

a. Mendirikan, memperbaharui, memperluas, mengubah atau membongkar

sesuatu bangunan atau sebahagiannya ;

b. Melakukan pekerjaan tanah untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan yang

dimaksudkan dibawah huruf a.

3. Bangunan :

Bangunan-bangunan yang di dalamnya tersapat sebuah atau beberapa buah kamar,

kamar mandi, kakus, ruangan perusahaan atau gudang .

4. Rumah :

Suatu ruangan atau suatu gabungan ruangan yang berhunungan satu sama lain,

untuk didiami tersendiri oleh seseorang atau sesuatu keluarga dengan atau tanpa

penghuni untuk tempat tinggal .

5. Kamar :

Suatu ruangan, tertutup seluruhnya atau sebahagiannya, yang diperuntukkan buat

tempat kediaman manusia.

6. Induk Bangunan :

a. Bangunan yang berdiri sendiri di atas suatu persil ;

b. Bangunan atau bangunan-banguan yang bukan rumah turutan dalam induk

rumah, terhitung pula rumah-rumah yang nyata-nyata temasuk dalam induk

rumah.

7. Bangunan Turutan :

Suatu bangunan dengan kontruksi atap tanbahan yang menjadi turutan dari suatu

induk bangunan yang penggunannya sesuai dengan kebutuhan.

8. Tingginya Bangunan :

Jarak antara garis potong permukaan atap dengan muka bangunan bagian luar dan

permukaan lantai denah bawah.

9. Jarak antara Bangunan-bangunan :

Jarak yang terkecil diukur antara permukaan-permukaan denah bangunan dari

bangunan-bangunan.

10. Luas denah bangunan :

Luas dari sesuatu bangunan, sepanjang bangunan itu beratap, diukur dalam

lingkaran cucuran-cucuran atai itu, dikurangi dengan permukaan dari jalur yang

terletakpada perbatasan proyeksi mendatar dari atap induk-induk rumah dan

rumah-rumah turutan selebar masing-masing tidak lebih dari 1,50 M dan 0,80 M.

11. Bentuk Bangunan Rapat :

Suatu sistim penempatan bangunan yang induk-induk bangunannya berdampingan

dengan tidak terpisah oleh kerenggangan-kerenggangan atara satu sama lain.

12. Bentuk Bangunan Renggang :

Suatu sistim penempatan bangunan yang induk-induk bangunannya berdampingan

antara satu sama lain terpisah oleh kerenggangan-kerenggangan.

13. Bangunan Gandengan :

Suatu sistim penempatan bangunan yang terdiri dari dua atau beberapa buah induk

bangunan yang bergandengan, yang satu sama lainnya terpisah oleh

kerenggangan-kerenggangan.

14. Garis Sempadan Muka Bangunan :

Garis, yang pada pendirian bangunan kearah jalan yang barbatasan di atas

permukaan tanah tidak boleh di lampaui, kecuali oleh pagar-pagar pekarangan.

15 Garis Sempadan Belakang Bangunan :

Garis di belakang terhitung dari jalan perbatasan dimana tidak diperkenankan

didirikan suatu bangunan.

16. Garis Sempadan Pagar :

Garis yang diatasnya harus dipasang bagian luar dari pagar-pagar pekarangan.

17. Garis Sempadan Loteng :

Garis dibelakang, terhitung dari jalan yang berbatasan, dimana tidak

diperkenankan didirikan suatu loteng.

18. Tingginya Permukaan Tanah :

Tingginya permikaan tanah setempat sesudah siap untuk dipergunakan sesuai

dengan kebutuhan.

19. Pekarangan :

Bagian yang kosong dari sesuatu persil yang berisi atau yang akan di isi

bangunan.

20. Halaman Muka :

Sebagian dari sesuatu pekarangan, teretak antara garis yang ditarik dua meter

dibelakang garis sempadan muka rumah, atau jika belakang yang terletak

disamping induk rumah itu dibatasi bangunan tertutup.

21. Halaman Belakang :

Sebagian dari sesuatu pekarangan yang bukan halaman muka.

22. Persil :

Suatu perpetakan tanah yang menurut pertimbangan Bupati Kepala Daerah dapat

dipergunakan untuk mendirikan sesuatu atau fasilitas lainnya.

23. Air Kotoran :

Semua air bercampur dengan kotoran-kotoran dari dapur, kamar mandi, kakus dan

peralatan-peralatan pembuangan lainnya.

24. Air Perusahaan :

Semua air yang berasal dari tempat-tempat perusahaan.

25. Pembuluh Kota :

Suatu pembuluh yang dikelola oleh Pemerintah Daerah atau yang dipasang

menurut sesuatu ijin.

26. Pembuluh Persil :

Pembuluh disesuatu persil, khusus untuk pembuangan segala sesuatu dari

peralatan-peralatan pembuangan di persil itu, teritung sampai satu meter di dalam

lingkungan batas persil, dimana batas persil itu bersilang dengan pembuluh

termaksud.

27. Sambungan Pembuluh :

Suatu penghubung antara suatu pebluluh persil dengan suatu pembuluh Kota

Kabupaten.

28. Jalan :

Semua jalan yang terbuka untuk lalu lintas umum.

29. Jalur Pembuluh :

Setiap jalur tanah yang pergunakan untuk suatupembuluh kota atau disediakan

untuk keperluan itu menurut sesuatu rencana perluasan kota.

BAB II

KETENTUAN PELAKSANAAN MENDIRIKAN BANGUNAN

Pasal 2

(1) Setiap mendirikan, merubah suatu bangunan, baru dapat dilaksanakan setelah

mendapat ijin dari Bupati Kepala Daerah dengan terlebih dahulu mengisi formulir

yang telah disediakan pada Dinas Pekerjaan Umum ;

(2) Ijin tersebut dalam ayat (1) Pasal ini berbentuk Surat Ijin Bangunan yang memuat

sarat-sarat yang harus dipenuhi oleh pemegang surat ijin ;

(3) Apabila sebagian atau seluruhnya sarat tersebut tidak dipenuhi dapat berakibat

dicabutnya Surat Ijin Bangunan.

Pasal 3

Surat Ijin Bangunan dapat diberikan kepada perorangan atau Badan Hukum yang

bermaksud mendirikan bangunan dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II

Sumedang setelah memenuhi persyaratan menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan

Daerah ini.

Pasal 4

Bupati Kepala Daerah mempunyai wewenang untuk memberikan dipensasi atau

pembebasan dengan syarat-syarat tertentu.

Pasal 5

Dinas Pekerjaan Umum mempunyai wewenang :

1. Untuk sewaktu-waktu mengadakan pemeriksaan ketempat-tempat dan bangunan-

bangunan pada hari kerja antara jam 06.00 sampai dengan 18.00 WIB ;

2. Jika penghuni atau pemilik sesuatu persil atau bangunan tidak mengijinkan

pemeriksaan termaksud di atas, pemeriksaan hanya dapat dilakukan dengan

membawa surat perintah dari Bupati Kepala Daerah ;

3. Para pemilik dan/atau pemakai bangunan dan pekarangan, demikian pula

pelaksanapekerjaan pembangunan, diwajibkan untuk memperbolehkan

diadakannya pemeriksaan-pemeriksaan termasud di atas, serta memberikan

keterangan-keterangan yang diminta dalam jangka waktu yang telah ditentukan

oleh Bupati Kepala Daerah.

Pasal 6

Pada pekerjaan pendirian pembangunan Pemerintah, yang berada dibawah penguasaan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Tinmgkat I atau Pemerintah Daerah dan akan

dilaksanakan oleh masing-masing Dinas teknis maka ketentuan-ketentuan dalam

Peraturan Daerah ini tetap berlaku kecuali terhadap pendirian bangunan-bangunan khusus

yang mendapat dispensasi sesuai dengan kewenangan Bupati Kepala Daerah berdasarkan

pengajuan dari pemohon.

BAB III

KLASIFIKASI BANGUNAN DARI SUDUT PENGGUNANNYA

Pasal 7

Klasifikasi bangunan terdiri dari :

1. Kelas I - Rumah tinggal biasa

2. Kelas II - Rumah tinggal luar biasa

3. Kelas III - Rumah tinggal yang tegabung pada bangunan lain-lain kelas

4. Kelas IV - Bangunan kantor

5. Kelas V - Bangunan pertokoan

6. Kelas VI - Bangunan gudang

7. Kelas VII - Bangunan pabrik

8. Kelas VIII - Bangunan umum

Pasal 8

Bangunan atau bagian dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan

pada pasal 7 Peraturan Daerah ini, diklasifikasikan oleh DinasPekerjaan Umum pada

salah satu kelas dari klasifikasi bangunan yang paling mendekat sesuai dengan

peruntukannya.

Pasal 9

Dalam Peraturan Daerah ini bangunan-bangunan dibedakan dalam type-type kontruksi

berdasarkan daya tahan terhadap api yaitu :

- Type I : Kontruksi rangka tahan api

- Type II : Kontruksi dinding pemikul yang terlindung

- Type III : Kontruksi biasa/sederhana

- Type IV : Kontruksi baja/besi yang tidak dilindungi (tak terlindungi)

- Type V : Kontruksi kayu

Pasal 10

Suatu bangunan yang terdiri dari dua atau lebih type kontruksi yang tidak terpisah oleh

suatu pemisah tahan api yang sempurna, maka seluruh bangunan harus dianggap sebagai

type kontruksi yang paling tidak tahan api.

Pasal 11

Bupati Kepala Daerah dapat menentukan ketentuan-ketentuan lebih lanjut guna

kepentingan kesehatan dan keamanan umum, terutama mengenai pencegahan,

pemberantasan penyakit-penyakit menular dan kecelakaan.

BAB IV

IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Pasal 12

(1) Ijin bangunan di berikan bersdasarkan keputusan Bupati Kepala Daerah ;

(2) Kepala Dinas Pekerjaan Umum membuat Rekomendasi terhadap pemohon ijin

sebagai bahan pertimbangan untuk mengeluarkan Surat Keputusan yang termasuk

dalam ayat (1) pasal ini.

Pasal 13

Ijin mendirikan bangunan tidak diperlukan dalan hal :

a. Membuat lubang-lubang pentilasi, penerangan dan lain sebagainya yang luasnya

tidak lebih dari 0,6 M2 dengan sisi terpanjang mendatar tidak lebih dari dua meter ;

b. Membongkar bangunan-bangunan yang menurut pertimbangan Kepala Dinas

Pekerjaan Umum tidak membahayakan ;

c. Pemeliharaan bangunan-bangunan dan tidak merubah denah, kontruksi maupun

arsitektonis dari bangunan-bangunan semula yang telah mendapat ijin ;

d. Pendirian-pendirian bangunan yang tidak permanen untuk pemeliharaan binatang-

binatang jinak atau tanaman-tanaman, dengan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Ditempatkan dihalaman belakang ;

2. Luasnya tidak melebihi 4 meter persegi dan tingginya tidak melebihi 1,5 meter ;

e. Tiang bendera, tanam dan patung-patung.

Pasal 14

Dilarang mendirikan bangunan apabila :

a. Tidak mempunyai ijin tertulis ;

b. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku ;

c. Bangunan yang didirikan di atas tanah milik orang lain, tanpa ijin pemiliknya atau

kuasanya yang sah ;

Pasal 15

(1) Permohonan ijin dapat diajukan oleh perorangan, badan hukum, perserikatan baik

sendiri-sendiri maupun oleh wakilnya atau kuasanya yang sah secara tertulis ;

(2) Pemohon ijin tersebut dalam ayat (1) pasal ini, harus mengisi formulir yang telah

disediakan pada Dinas Pekerjaan Umum dengan menjelaskan tentang hal-hal sebagai

berikut :

a. Nama pemohon dan alamat yang akan dipilih dalam Daerah Tingkat II oleh

pemohon itu ;

b. Pemberitahuan yang seksama mengenai kegunaan, sifat dari bangunan-bangunan

dan maksud dari permohonan ijin itu ;

c. Pemberitahuan mengenai bangunan-bangunan, nama jalan, Nomor rumah, blok,

letak tanah, nomor persil dan atau nomor registrasinya ;

d. Uraian yang seksama mengenai konstruksi dari bangunan ;

(3) Pada penjelasan dari permohonan itu harus dilampirkan :

a. Surat Keterangan Tanah yang ditanda tangani oleh Pejabat Pemerintah, Agraria,

Notaris atau Pejabat Pemerintah lainnya yang ditunjuk berdasarkan Undang

Undang atau peraturan lainnya ;

b. Surat Kuasa jika pemohon diwakili ;

c. Gambar situasi dengan skala 1 : 1000 sepanjang gambar tersebut dapat

disediakan oleh Pemerintah Daerah ;

d. Uraian yang seksama mengenai konstruksi dari bangunan ;

(4) Pada gambar yang dimaksud pada ayat (3) huruf d pasal ini harus dicantumkan nama

perencana ;

(5) Untuk bangunan bertingkat, pabrik bangunan yang sejenis diharuskan melampirkan

perhitungan konstruksinya guna disetujui oleh Dinas Pekerjaan Umum ;

(6) Pemberi ijin berwenang untuk meminta surat-surat lainnya yang dianggap

diperlukan;

(7) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ayat-ayat

terdahulu pasal ini, pada gambar itu dijelaskan pula :

a. Maksud dari permohonan itu sepanjang mengenai pembaharuan, perubahan-

perubahan baik sebagian maupun seluruhnya atau perluasan-perluasan ;

b. Keadaan tanah dengan tanah-tanah yang berbatasan, pagar-pagar, saluran-saluran

pembuangan, jalan masuk, jalan yang berbatasan dan segala sesuatu yang

mengenai tanah, begitu pula mengenai tingginya letak tanah ;

c. Letak bangunan-bangunan yang akan didirikan, demikian juga letak bangunan-

bangunan yang telah ada, sepanjang bangunan itu tidak akan dibongkar ;

d. Tinggi dari pondamen, pasangan rapat air lantai-lantai dan pagar pekarangan

demikian juga letak tingginya pekarangan yang telah dipersiapkan terhadap

tingginya permukaan jalan yang berbatasan ;

e. Pembagian bangunan-bangunan demikian juga peruntukan ruangan-ruangan;

f. Tempat dan ukuran pintu-pintu, jendela-jendela beserta lubang-lubang dinding

dan tangga-tangga ;

g. Konstruksi bangunan-bangunan itu sepanjang mengenai pondamen, pasang rapat

air, dinding-dindingtembok, tembok-tembok antara pintu dan jendela, pilar-pilar,

lantai, rangka atap dan penutup atap dengan menunjuk pada penempatan dan

penjangkaran balok-balok dan bagian-bagian konstruksi lainnya yang

dipergunakan sebagai pendukung ;

h. Peralatan pembangunan dan penampungan air hujan dan air kotoran, termasuk

peralatan pengaliran dan sambungan pada jaring saluran Daerah ;

i. Pemasangan dan cara pengaturan cerobong asap, lubang perapian dan lubang

pemasukan udara ;

j. Pembuatan septic tank dan rembesan untuk pembuangan dari kamar mandi/WC

atau tempat cuci ;

(8) Kepala Dinas Pekerjaan Umum berwenang untuk menerima sebagian dari gambar-

gambar yang disaratkan, sepanjang mengenai :

a. Bangunan-bangunan mengenai setengah permanen ;

b. Bangunan-bangunan yang kurang penting ;

c. Pembongkaran-pembongkaran.

Pasal 16

(1) Keputusan tehadap suatu permohonan ijin bangunan dikeluarkan dalam waktu paling

lama satu bulan setelah tanggal pemasukan permohonan, apabila semua persaratan

telah terpenuhi ;

(2) Jangka waktu yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat diperpanjang selama-

lamanya untuk dua kali satu bulan ;

(3) Suatu keputusan tentang perpanjangan waktu atau penangguhan suatu keputusan atau

pula penelaahan permohonan ijin, diberitahukan kepada pemihin secara tertulis

disertai alasan-alasannya.

Pasal 17

(1) Penolakan atas pemberian ijin mendirikan bangunan atau pemberian ijin dengan

pembebasan bersarat, harus disertai dengan alasan-alasannya ;

(2) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan

Daerah ini, suatu permohonan ijin bangunan ditolak apabila :

a. Bertentangan dengan Undang Undang, Peraturan Daerah Tingkat I atau Peraturan

Daerah lainnya yang derajatnya lebih tinggi dari Peraturan Daerah ini ;

b. Bertentangan dengan rencana dan atau perluasan kota.

Pasal 18

(1) Bupati Kepala Daerah dapat mencabut suatu ijin bangunan jika :

a. Pemegang ijin tidak menjadi yang berkepentingan lagi ;

b. Dalam waktu 6 (enam) bulan setelah ijin itu diberikan, masih belum dilakukan

permulaan pekerjaan yang sungguh-sungguh ;

c. Pekerjaan-pekerjaanitu telah dihentikan selama 3 (tiga) bulan dan tenyata tidak

dilanjutkan ;

d. Ijin yang telah diberikan itu ternyata kemudian didasarkan kepada keterangan-

keterangan yang keliru ;

e. Pembangunan itu kemudian ternyata menyimpang dari rencana yang disahkan.

(2) Keputusan tentang pencabutan suatu ijin bangunan, diberitahukan secara tertulis

kepada pemegang ijin, disertai dengan alasan pencabutannya.

Pasal 19

(1) Pada pembaharuan-pembaharuan, perluasan atau perubahan sebagian dari bangunan

yang telah ada, ketentuan-ketentuan dalam peraturan-peraturan Daerah ini hanya

berlaku pada bagian-bagian yang diperbaharui, diperluas atau dirubah, kecuali jika

ada ketentuan lain ;

(2) Pada pembaharuan-pembaharuan perluasan atau perubahan-perubahan sebagian dari

bangunan yang telah ada seperti termaksud dalam ayat (1) Peraturan Daerah ini yang

harus dikerjakan dengan mendadak karena hal-hal yang luar biasa, maka pekerjaan

pembaharuan, perluasan atau perubahan termaksud dapat dilakukan lebih dulu

ketentuan bahwa dalam waktu 2 x 24 jam permohonan ijin untuk maksud tersebut

harus sudah dilaksanakan ;

(3) Bupati Kepala Daerah berwenang untuk memberi dispensasi atau pembebasan

sebagian atau seluruhnyan dari ketentuan dalam Peraturan Daerah ini pada

pembaharuan, perluasan atau perubahan sebagian suatu bangunan yang telah ada

dengan ketentuan bahwa segala sesuat itu menjadi lebih baik dari pada keadaan

semula demi kepentingan umum.

BAB V

PENGAWASAN BANGUNAN-BANGUNAN

Pasal 20

Pemegang ijin bangunan atau kuasanya harus memberitahukan kepada Kepala Dinas

Pekerjaan Umum secara tertulis, setiap perubahan alamat, dalam jangka waktu 14 hari.

Pasal 21

Pemegang Ijin Bangunan diwajibkan supaya selama pelaksanaan pendirian bangunan-

bangunan itu berlangsung, surat ijin bangunan senantiasa berada ditempat pekerjaan dan

dapat diperlihatkan setiap kali diminta oleh pengawas bangunan, untuk mengadakan

pemeriksaan dan pembubuhan catatan-catatan pada surat ijin itu.

Pasal 22

Dinas Pekerjaan Umum berwenang untuk memerintahkan menghentikan pendirian suatu

bangunan atau sebagiannya untuk sementara waktu jika :

a. Pelaksanaan pendirian bangunan itu menyimpang dari ijin yang telah diberikan,

menyimpang dari sarat-sarat atau dari perjanjian-perjanjian yang telah ditetapkan;

b. Tidak memenuhi peringatan dari Dinas Pekerjaan Umum untuk mengerjakan segala

sesuatu yang masih dipndang perlu, dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

BAB VI

SARAT-SARAT LINGKUNGAN BANGUNAN

Pasal 23

(1) Perencanaan peruntukan tanah baik untuk bangunan-bangunan maupun bangunan-

bangunan khusus ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku ;

(2) Ijin Perencanaan peruntukan tanah yang dipergunakan untuk mendirikan bangunan-

bangunan maupun bangunan-bangunan khusus diberikan oleh Bupati Kepala Daerah.

Pasal 24

(1) Mendirikan bangunan rumah dan sejenisnya/perusahaan harus memenuhi ketentuan

garis sempadan sebagaimana tersebut di bawah ini :

A. Rumah dan sejenisnya

STATUS JALAN : GARIS SEMPADAN : GARIS SEMPADAN

: PENUTUP (M) : MUKA (M)

Jalan Negara 15 17,5

Jalan Propinsi 8 10

Jalan Kabupaten 5/6/7 8/9/10

Jalan Desa 4 6

Gang Umum 1,25 3,25

B. Pabrik / Industri :

STATUS JALAN : GARIS SEMPADAN : GARIS SEMPADAN

: PENUTUP (M) : MUKA (M)

Jalan Negara 15 17,5

Jalan Propinsi 8 18

Jalan Kabupaten 6 14

Jalan Desa 6 12

(2) Perincian dan penyesuaian perubahan ketentuan garis sempadan menurut

perkembangan situasi, diatur dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah ;

(3) Sepangjang jalan yang oleh Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai komplek toko,

penetapan garis sempadan penutup dapat dirubah dengan ketentuan harus dibuat

trotoir dari mulai garis sempadan penutup ;

(4) Dalam lingkungan-lingkungan bangunan, dimana diperkenankan adanya beberapa

kelas bangunan dan dalam lingkungan–lingkungan campuran, untuk tiap-tiap kelas

bangunan itu dapat ditetapkan garis-garis sempadan tersendiri ;

(5) Dimana garis sempadan pagar dan garis sempadan muka bangunan berimpit, yang

diijinkan menurut peraturan ini, maka bangunan harus ditempatkan dengan pinggir

mukanya pada garis itu ;

Pasal 25

(1) Dilarang mendirikan suatu bangunan dengan tidak memperhatikan garis-garis

sempadan termaksud dalam pasal 24 Peraturan Daerah ini ;

(2) Dalam pembaharuan seluruhnya dari sesuatu bangunan, maka bagian-bagiannya yang

terletak diluar garis-garis sempadan harus dibongkar.

Pasal 26

(1) Larangan untuk melampaui garis sempadan muka bangunan yang tidak merangkap

menjadi garis sempadan pagar, dan untuk garis sempadan belakang tidak berlaku :

a. Pipa-pipa saluran, jendela-jendela atau tutupan yang berputar keluar dan papan-

papan merk ;

b. Pinggir-pinggir tembok, ontob-ontob atap muka bangunan, kuping-kuping atap,

sengkuap-sengkuap dan tangga yang tidak beratap ;

c. Serambi yang tidak beratap.

(2) Larangan untuk melampaui garis sempadan muka bangunan yang merangkap menjadi

garis sempadan badan pagar tidak berlaku untuk :

a. Pinggiran-pinggiran tembok pagar, tiang kusen dan pipa-pipa pembuang air hujan

dengan tidak menjulur lebih dari 15 cm.

b. Ontob atau muka bangunan, kuping-kuping atap dan sengkuap-sengkuap, yang

letaknya dilingkungan toko dengan tinggi sekurang-kurangnya 2,25 meter di atas

permukaan jalan yang ada di bawahnya dan tidak menjulur lebih dari pada lebar

selasan (trotoir) dan tidak mengganggu pemandangan jalan ;

c. Emper-emper dan beranda-beranda yang terbuka pada loteng-loteng dengan lebar

tidak lebih dari separuh lebar muka bangunan dan tidak lebih dari 1 (satu) meter

dan letaknya sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di atas permukaan jalan.

(3) Bupati Kepala Daerah dapat memberikan pembebasan, antara garis sempadan muka

bangunan dan garis sempadan pagar, untuk mendirikan :

Papiliun-papiliun kebun yang terbuka, pergola-pergola dan bangunan semacam itu

yang merupakan bagian dari perlengkapan kebun dengan tinggi tidak melebihi 1,50

meter dari muka jalan.

BAB VII

SARAT KETINGGIAN BANGUNAN

Pasal 27

Tinggi bangunan pada suatu jalan tidak boleh melebihi 1,5 kali jarak antara garis-garis

sempadan bangunan yang berhadapan pada jalan yang bersangkutan.

Pasal 28

(1) Dalam mengukur tinggi bangunan tidak diperhitungkan ruang perlengkapan alat-alat,

perlengkapan dekoratif, menara, tiang antene dan :

a. Yang lebarnya tidak melebihi satu per empat lebar permukaan bangunan kecuali

kubah ;

b. Tidak dipergunakan untuk maksud-maksud adpertensi ;

c. Tidak menghalangi sudut cahaya yang dibutuhkan oleh jendela-jendela pada

bangunan tersebut ;

(2) Ketinggian bangunan dengan konstruksi :

a. Untuk bangunan Type I berlaku ketentuan dalam pasal 27 Peraturan Daerah ini ;

b. Untuk bangunan Type II tinggi bangunan tidak diperkenankan melebihi tiga per

empat tinggi maksimum yang ditentukan dalam pasal 27 Peraturan Daerah ini ;

c. Untuk konstruksi campuran tinggi maksimum dari suatu bangunan diambil tinggi

maksimum dari type konstruksi yang lebih rendah .

(3) Ketinggian bangunan dengan konstruksi type 3, 4, dan 5 tidak diperkenankan

melebihi dua per tiga dari tinggi maksimum yang ditentukan dalam pasal 27

Peraturan Daerah ini dengan jumlah tingkat maksimum bagi :

a. Type 3 dengan penggunaan kelas I s/d VII, jumlah tingkat maksimum 2 buah;

b. Type 5 dengan penggunaan kelas I, jumlah tingkat maksimum 2 buah, dan

penggunaan kelas VII (Ijin khusus dari Bupati Kepala Daerah), jumlah tingkat

maksimum 1 buah.

(4) Jumlah tingkat yang dimaksud dalam ayat (3) pasal ini tidak temasuk ruang di bawah

tanah (basement) yang tinggi langit-langitnya diukur dari permukaan halaman tidak

melebihi 1 meter ;

(5) Lantai tingkat yang tingginya melebihi 6 meter pada penggunaan-penggunaan tiap

kelas, kecuali bangunan kelas VIII, diperhitungkan sebagai dua tingkat ;

(6) Bupati Kepala Daerah dapat menentukan sarat-sarat lebih lanjut mengenai

tinggi/tingkat bangunan dan bangunan bertingkat, dan segala sesuatunya berdasarkan

ketentuan-ketentuan dalam pasal ini.

BAB VIII

SARAT KONSTRUKSI DAN BAHAN

Pasal 29

(1) Konstruksi-konstruksi didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang dilakukan

secara keilmuan/keahlian dan dikerjakan dengan teliti dan atau percobaan-percobaan

yang dapat dipertanggung jawabkan ;

(2) Perhitungan-perhitungan didasarkan atas keadaan yang minimal menguntungkan

konstruksi, mengenai pembebanan, pemindahan gaya-gaya dan tegangan-tegangan ;

(3) Atas persetujuan dari Dinas Pekerjaan Umum penyimpangan dari ketentuan-

ketentuan di atas dapat dilakukan apabila hal-hal tersebut dapat dibuktikan dengan

jalan lain ;

(4) Untuk konstruksi-konstruksi sederhana atas pertimbangan Dinas Pekerjaan Umum

tidak disaratkan adanya perhitungan-perhitungan ;

(5) Beban-beban yang perlu diperhatikan ialah mengenai beban-beban mati termasuk

berat sendiri beban-beban berguna, tekanan angin, gaya-gaya gempa bumi dan pula

tekanan air, tekanan tanah, getaran-getaran dan tumbuhan-tumbuhan yang mungkin

timbul.

BAB IX

BESARNYA TARIP

Pasal 30

Pemohon ijin mendirikan bangunan sebagaimana termaksud dalam pasal 7 Peratura

Daerah ini, terlebih dahulu diharuskan membayar retribusi dan biaya pemeriksaan

gambar dan sarat yang ketentuannya sebagai berikut :

===============================================================

: : : Tarip : Tarip pemeriksaan :

No : Kelas Bangunan : Type Bangunan : Retribusi : gambar dan :

: : : Rp/M2 : Persyaratan Rp :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-

1 : 2 : 3 : 4 : 5 :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. I 1 250,00)

2 200,00)

3 125,00) 1.000,00

4 100,00)

5 50,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2. II 1 400,00)

2 300,00)

3 200,00) 5.000,00

4 150,00)

5 100,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

3. III 1 300,00)

2 250,00)

3 175,00) 2.000,00

4 125,00)

5 75,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4. IV 1 250,00)

2 200,00)

3 150,00) 1.500,00

4 100,00)

5 50,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

5. V 1 450,00)

2 300,00)

3 200,00) 5.000,00

4 150,00)

5 100,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6. VI 1 500,00)

2 400,00)

3 300,00) 5.000,00

4 200,00)

5 100,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

7. VII 1 500,00) 10.000,00

2 400,00) Untuk kelas Pengusaha

3 300,00) besar

4 200,00) 5.000,00

5 100,00) untuk Pengusaha

Menengah

2.500,00

Untuk Pengusaha

Kecil

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

8. VIII 1 200,00)

2 150,00)

3 100,00) 1.000,00

4 50,00)

5 25,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

9. IX 1 250,00)

2 200,00)

3 125,00) 2.000,00

4 100,00)

5 50,00)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

10. Untuk Bangunan tiap tingkatan ruangan untuk tiap tingkatan

Bertingkat atas dihitung 1,5 x tarip ditambah Rp .500,00

Biasa

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

11. Untuk los dari kayu tidak

berdinding sebagian atau 50,00 1.000,00

seluruhnya tembok

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

12. Untuk los dari kayu tidak

berdinding sebagian atau 100,00 1.000,00

seluruhnya tembok

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

13. Untuk los rangka besi 150,00 1.000,00

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

14. Untuk memasang got-got,

riool dari tembokan beton,

pagar pekarangan di atas 200,00 1.000,00

pondamen tembok dan pagar

dari bahan tembokan--------------------------------------------------------------------------------------------------------

15. Untuk memasang pagar

pekarangan dari kayu dengan 150,00 1.000,00

kawat tanpa pondamen tembok

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

16. Untuk pembikinan atau

memperbaharui jembatan 150,00 1.500,00

untuk bangunan biasa 5.000,00

untuk bangunan kelas

V, VI, dan VII

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-

17. Pembuatan jalan dengan

perkerasan dengan menuju 100,00 1.500,00

bangunan untuk bangunan biasa 5.000,00

untuk bangunan kelas

V, VI, dan VII

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

18. Untuk memasang kabel

pipa, dan membuat saluran 100,00 1.000,00/100 meter

dari dalam tanah

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

19. Untuk perbaikan berat 0,5 dari biaya pada bagian 1.000,00

yang diperbaiki

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

20. Tower/Menara dan

sejenisnya 1/mil dari biaya kontruksi 5.000,00

Pasal 31

(1) Hasil retribusi ijin mendirikan bangunan diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah dan

harus disetorkan ke Kas Daerah cq Bank Pembangunan Daerah selambat-lambatnya 1

x 24 jam setelah uang diterima ;

(2) Retribusi Bangunan tidak dipungut dalam hal :

a. Mendirikan bangunan-bangunan sementara yang pendiriannya telah diperoleh ijin

dari Pemerintah Daerah untuk paling lama satu bulan ;

b. Mendirikan perlengkapan bantuan yang pendiriannya telah diperoleh ijin, selama

didirikannya suatu bangunan-bangunan ;

c. Mengerjakan segala sesuatu yang harus dilakukan untuk memenuhi kepentingan

umum.

Pasal 32

Bupati Kepala Daerah dapat memberikan dispensasi dari pembayaran retribusi bangunan

yang dimaksud dalam pasal 23 dalam hal :

a. Kepada mereka yang tidak mampu untuk memperbaiki atau mendirikan bangunan-

bangunan yang termasuk kelas bangunan tidak tetap, yang rusak karena Bencana

Alam, kerusuhan atau akibat peperangan, sepanjang luas bangunan yang akan

didirikan itu tidak melebihi dari 30 meter persegi ;

b. Mendirikan tempat-tempat peribadatan, termasuk gedung Madrasah beserta Pesantren

dan Biara ;

c. Mendirikan bangunan-bangunan yang bersifat sosial seperti : YPAT, Rumah Buta,

Tuli Bisu, Rumah Peristirahatan Orang Tua (Jompo), Yatim Piatu.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 33

(1) Apabila dari pemeriksaan bangunan ternyata telah terjadi pelanggaran terhadap

ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, maka Dinas Pekerjaan Umum dapat

memerintahkan supaya pekerjaan tersebut segera diperbaiki/dirubah atau dibongkar ;

(2) Apabila yang bersangkutan melalaikan perintah sesuai dengan ketentuan

sebagaimana termaksud dalam ayat :

1. Pasal ini maka Bupati Kepala Daerah dapat memerintahkan untuk melakukan

kewajiban tersebut atas biaya yang bersangkutan ;

2. Barang siapa yang mendirikan bangunan dengan tidak memenuhi persyaratan

dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sangsi sebagai berikut :

a. Apabila pendirian bangunan perumahan untuk dihuni pemiliknya sendiri,

tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dikenakan denda sebesar-

besarnya Rp. 25.000,00 (duapuluh lima ribu rupiah) atau hukuman kurungan

selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari.

b. Apabila pendirian bangunan perumahan untuk tujuan diusahakan/dijual/

disewakan tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dikenakan

denda sebesar-besarnya Rp. 35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah) atau

hukuman kurungan selama-lamanya 2 (dua) bulan ;

c. Apabila pendirian bangunan ditujukan untuk perusahaan industri/pabrik, toko,

kantor, swasta, gudang dan keperluan lainnya yang sejenis, tidak memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan dikenakan denda sebesar-besarnya Rp.

50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) atau hukuman kurungan selama-lamanya 3

(tiga) bulan.

(3) Tindak pidana sebagaimana tersebut dalam ayat (3) pasal ini adalah pelanggaran ;

(4) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik

Umum dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis

pelaksanaan akan diatur kemudian dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah.

Pasal 35

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan-ketentuan yang mengatur

ijin mendirikan bangunan yang telah ada sebelumnya dan bertentangan dengan

Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi ;

(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Sumedang, 29 Mei 1984.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUPATI KEPALA DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TINGKAT II SUMEDANG,

SUMEDANG ;

Ketua,

Ttd ttd

R. SLAMET SYAM SmH KDrs. SUTARDJA

Peraturan Daerah tersebut di atas disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa

Barat tanggal 10 Oktober 1985 Nomor 188.342/Kep.1493-Huk/1985.

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I

JAWA BARAT

Ttd

YOGIE . SM

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang tanggal

14 Oktober 1985 Nomor 5 Tahun 1985 Seri B.

SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH

Drs. DENNY SUGANDI