lembar pernyataan -...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI AGAMA
NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN
IBADAH UMRAH PADA PT. TIMA AMANAH PRIMA WISATA
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Khoirunnisa
11140530000006
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H/2018 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
z
iv
ABSTRAK
Khoirunnisa, 11140530000006. Implementasi Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah Pada PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan, Dosen Pembimbing Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA, 2018
Meningkatnya Jemaah umrah di Indonesia saat ini menjadi kesempatan banyaknya biro perjalanan Haji dan Umrah melaksanakan keberangkatan baik yang sudah memiliki izin maupun yang belum. Oleh karena itu, Kementrian Agama menetapkan Peraturan Menteri Agama Nomor 8 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Metode analisis penulisan ini adalah deskriptif analisis berdasarkan data langsung lapangan dari subyek penulisan. Lokasi penulisan dilakukan di PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 berisi pelayanan yang terdiri dari beberapa bagian, mulai dari Biaya perjalanan ibadah umrah, Pendaftaran dan Adminsitrasi umrah, Bimbingan Manasik umrah, Transportasi dan Akomodasi, Perlindungan dan Kesehatan Jemaah dan Dokumentasi Jemaah. Penyusunan skripsi ini menggunakan jenis penulisan lapangan (field research). Data primer yaitu hasil wawancara pribadi dan dokumen-dokumen yang relevan dengan tema skripsi, sedangkan data sekunder yaitu literatur yang selaras dengan tema penulisan.
Setelah dilakukan penelitian tersebut, diambil kesimpulan bahwa diketahui PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan dalam penyelenggaraan umrahnya sesuai dengan peraturan menteri agama yang mana memiliki izin legalitas pemerintah, harga jual sesuai standar, mekanisme pendaftaran, dan prosedur pelayanan selama di tanah suci hingga sampai di tanah air kembali.
Kata Kunci: Penyelenggaraan, Ibadah Umrah, Peraturan Menteri Agama Nomor 8
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Segala Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kita rahmat dan karunia-Nya. Shalawat beserta
salam semoga selalu Allah SWT curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan ummatnya yang
selalu istiqomah berada di jalan-Nya.
Dengan rasa syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan ridho
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018
Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah Pada PT.
Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan”. Skripsi ini
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis sampaikan terima kasih tak terhingga kepada
semua pihak yang terlibat membantu kelancaran skripsi, terkhusus
dan teristimewa orang tua penulis yaitu, Babeh Sailan dan Ibunda
Irhamnah beserta Keluarga yang telah memberikan kasih sayang,
do’a dan semangat yang menjadi motivasi bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini.
Selanjutnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak.
vi
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed,
Ph.D sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr.
Roudhonah, MA sebagai Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, dan Bapak Suhaimi, MA sebagai
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Ketua Program
Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Noor Bekti Negoro, M.Si sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah sabar membimbing dan mengarahkan
penulis.
5. Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan
waktunya dan sabar dalam membimbing penulis dari awal
sampai akhir penulisan skripsi ini selesai.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen
Dakwah yang telah mencurahkan ilmunya dalam
membimbing dan mengajarkan teori maupun pengalaman
hidup yang luar biasa.
vii
7. Seluruh Pimpinan dan Jajaran Staff PT. Tima Amanah
Prima Wisata yang telah memberikan bimbingan selama
Praktikum Profesi Terpadu (Magang) dan membantu
penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.
8. Saudara/I kandungku, Ade Wahyuni, Nur Sa’adah,
Halimatussaleha, Lailia Lathifah dan M Saiful Aldin yang
selalu memberikan semangat tiada henti dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat setia yang selalu ada dihidup penulis
terimakasih tak terhingga, Hamidah, Izzah dan Zulfa,
sahabat tersetia yang selalu memberikan saran, nasihat dan
menghibur penulis; kawan nongkrong warkop Yuan dan
Zia yang tak hentinya support penulis untuk menyelesaikan
skripsi; Alfi, Ema, Mpa, Mulya dan Arip sahabat
seperjuangan bolang di MD yang selalu menyemangati.
Semoga selalu Allah limpahkan Rahmat dan Syafaat
Rasulullah kepada kalian. Aamiiin…
10. Kawan-kawan KKN Berikatan 22 2017, Khususnya My
‘Honey’ yang selalu support: Sari, KangZayn, Ucup, Bang
Nuril, Rusdan dan pres Fahmi.
11. Teman-teman Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah
Angkatan 2014 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
12. Teman-teman Program Studi Manajemen Dakwah
Angkatan 2014.
13. Keluarga Besar Jurusan Keagamaan terkhusus angkatan 2
MAN 2 Jakarta yang selalu ada dalam kehidupan penulis.
viii
14. Keluarga Besar SKETSA, Komunitas Seni Tari Saman
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Para
perempuan-perempuan Berdayanya Fidikom keep solid!
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan dan banyaknya kekurangan atau kelemahan. Oleh
karenanya, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis
harapkan untuk kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagfi penulis
khususnya dan semua pembaca serta menjadi amal baik di sisi
Allah SWT. Dan semoga seluruh doa, motivasi dan bantuan yang
telah dicurahkan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 13 Agustus 2018
1 Dzulhijjah 1440 H
Khoirunnisa
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................ 5
C. Rumusan Masalah ............................................................. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................ 6
E. Tinjauan Kajian Terdahulu .............................................. 7
F. Metodologi Penulisan ......................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH ................................................................ 18
A. Dasar Hukum Penyelenggaraan dalam ibadah Umrah 18
B. Ibadah Umrah .................................................................. 19
BAB III GAMBARAN UMUM PT. TIMA AMANAH PRIMA WISATA ................................................................................ 25
A. Sejarah Singkat PT. Tima Amanah Prima Wisata ....... 25
B. Struktur Organisasi ......................................................... 27
C. Keadaan Instansi dan Kegiatan Perusahaan ................. 28
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENULISAN .............................. 31
A. Landasan Hukum Perundang-undangan ...................... 31
x
B. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah . 33
BAB V IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH PADA PT. TIMA AMANAH PRIMA WISATA JAKARTA SELATAN .......................................................... 46
A. Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah di PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan ......................... 48
B. Pelayanan Penyelenggaraan Ibadah Umrah pada PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan ............... 50
C. Pemberangkatan Jemaah Umrah PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan ........................................ 52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 56
A. Kesimpulan ....................................................................... 56
B. Saran.................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................. 61
DOKUMENTASI ............................................................................... 96
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Tima Amanah Prima Wisata ......... 27
Gambar 2. Dokumentasi Sidang Munaqasyah ..................................... 96 Gambar 3. Divisi Tiket ........................................................................ 96 Gambar 4. Persiapan Umrah (Idcard, Passport) ................................... 97 Gambar 5. Membuat Buku Panduan Umrah ........................................ 98 Gambar 6. Persiapan umrah (Syal, koper dan Buku Panduan) ............ 98
xii
DAFTAR TABEL
Table 1 Profil PT. Tima Amanah Prima Wisata .................................. 26 Table 2. Legalitas PT. Tima Amanah Prima Wisata ............................ 47 Table 3. Bentuk Produk PT. Tima Amanah Prima Wisata .................. 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Acc Judul Skripsi ............................................................. 61 Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ........................................................ 62 Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian Skripsi ................................ 63 Lampiran 4. Contoh Paket Umrah PT. Tima Amanah Prima Wisata .. 64 Lampiran 5. Contoh (2) Paket Umrah PT. Tima Amanah Prima Wisata 2018 ..................................................................................................... 65 Lampiran 6. Contoh ID Card PT. Tima Amanah Prima Wisata .......... 66 Lampiran 7. Form Wawancara kepada Inanda Tio Kusumah sebagai Divisi Haji dan Umrah ......................................................................... 67 Lampiran 8. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 ............ 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kementrian Agama menerbitkan regulasi terbaru
mengenai Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia (PMA) Nomor 8 tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah. Regulasi baru ini
diterbitkan guna untuk menggantikan aturan sebelumnya,
yakni Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 18 tahun 2015
tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah. Peraturan
terbaru ini berfungsi untuk membenahi biro perjalanan ibadah
umrah, adapun yang menjadi sebab diterbitkan peraturan
tersebut karena banyak bermunculan kasus-kasus yang cukup
besar mengenai perjalanan ibadah umrah saat ini. Sebab
tingkat antusiasme Jemaah yang tinggi akan melaksanakan
ibadah umrah, 10 tahun akhir ini banyak terciptanya biro-biro
perjalanan ibadah umrah yang baru. Dari fenomena tersebut,
terdapat oknum-oknum tak bertanggung jawab yang
memanfaatkan kesempatan dengan berkedok bisnis syariah.
Berbagai masalah timbul mengenai perjalanan umrah
mulai dari yang tertunda keberangkatan, terlantarnya Jemaah
di Arab Saudi hingga penipuan yang merenggut milyaran dana
Jemaah umrah. Hal ini sangat dramatis, terlebih dibalik
2
permasalahan tersebut terdapat point utama yaitu niatnya para
Jemaah yang murni ingin beribadah namun terjebak para
oknum yang sangat tidak memanusiakan manusia hingga
merenggut hak orang lain.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
(PHU) Kementrian Agama, Nizar Ali mengatakan bahwa
regulasi baru tersebut diberlakukan untuk membenahi industri
umrah. Saat ini umrah semakin diminati umat islam Indonesia,
sehingga berkembang menjadi bisnis yang besar.
“PMA ini kami buat untuk menyehatkan bisnis umrah
sekaligus melindungi Jemaah,” ucap Nizar Ali di Kantor
Kementrian Agama, Jakarta Pusat.
Sejauh ini program ibadah umrah rata-rata menerapkan
paketnya dengan sistem Ponzi1, sistem berjenjang dan
investasi bodong. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada
Jemaah selaku costumer. Skema ini dipakai oleh pengelola
investasi bodong yang kemudian diproses hukum karena
melakukan penipuan seperti dalam kasus Koperasi Pendawa.
Dan masalah ini pun kembali terjadi dengan menjerat PT. First
Travel.2
1 Ponzi atau Skema Ponzi adalah modus investasi palsu yang
membayarkan keuntungan kepada investor dari uang mereka sendiri atau uang yang dibayarkan oleh investor berikutnya, bukan dari keuntungan yang diperoleh oleh individu atau organisasi yang menjalankan operasi ini.
2 Kiblat.net, Baru Terbit, Peraturan Menteri Agama Larang Biro Umrah Pakai Sistem Ponzi, melalui https://www.kiblat.net/2018/03/27/baru-terbit-peraturan-menteri-agama-larang-biro-umrah-pakai-sistem-ponzi/ diakses pada jum’at, 20 Juli 2018 pukul 11:40 wib
3
Dari sisi model bisnis, ada kewajiban bagi
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) atau biro
perjalanan umrah mengelola umrah dengan cara halal atau
berbasis syariah dan sesuai aturan pemerintah. Seperti pada
penjelasan Dirjen PHU dalam siaran Pers terkait terbitnya
regulasi baru tentang umrah, Nizar Ali mengatakan bahwa
perjalanan ibadah umrah bukanlah bisnis sebagaimana
umumnya. Umrah adalah ibadah, karenanya pengelolaan
perjalanan harus benar-benar berbasis syariah.3 Melalui
regulasi baru ini, maka izin penyelenggaraan umrah semakin
diperketat. Izin PPIU ini hanya diberikan kepada biro
perjalanan umrah/PPIU yang memiliki kesehatan manajemen
dan finansial, tidak pernah tersangkut kasus hukum terkait
umrah, taat pajak dan tersertifikasi. Secara berkala PPIU
diakreditasi oleh lembaga yang ditunjuk Kemenag.
Sebelumnya, rekrutmen Jemaah dilakukan secara bebas
tanpa melapor kepada Kemenag selaku regulator. Namun
sekarang, pendaftaran harus dilakukan melalui system
pelaporan elektronik dengan pembatasan keberangkatan
paling lama enam bulan setelah tanggal pendaftaran dan
paling lama tiga bulan setelah pelunasan. Melalui system ini,
Kemenag berharap lebih efektif dalam mengawasi
3Siaran Pers tentang Regulasi Baru dalam Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah, diakses pada https://kemenag.go.id/berita/read/507294/benahi----industri----umrah--kemenag-terbitkan-regulasi-baru Jum’at, 20 Juli 2018, pkl 11:30 wib
4
penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah.4 Salahsatu usaha
pemerintah dalam memastikannya adalah dengan
melaksanakan sidak di bandara. Hal ini dijelaskan oleh
Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI), Agus
Priyanto mengatakan pihaknya akan rutin melakukan
pengawasan langsung ke Bandara udara pemberangkatan
umrah di Soekarno Hatta dan berbagai bandara lainnya yang
tersebar di seluruh Indonesia. Ia menjelaskannya pada saat
sidak di terminal 2 Bandara Internasional Soekarno Hatta
selasa pagi, 7 maret 2018.5
Bukan hanya Biro perjalanan saja, dari sidak tersebut
pemerintah pun menemukan Jemaah Abu Tours yang terlantar
di bandara. Akhirnya pencabutan izin bagi Abu Tours, SBL
dan Mustaqbal Prima Wisata yang terbukti gagal
memberangkatkan Jemaah. Sedangkan Interculture dicabut
karena tidak lagi memiliki kemampuan finansial sebagai
penyelenggara perjalanan ibadah umrah setelah bank
garansinya disita pihak kepolisian terkait kasus First Travel.
Interculture merupakan PPIU yang berafiliasi dengan FT.6
4 Kemenag RI, Benahi “Industri” Umrah, Kemenag Terbitkan
Regulasi Baru, diakses pada https://kemenag.go.id/berita/read/507294/benahi----industri----umrah--kemenag-terbitkan-regulasi-baru Jum’at, 20 Juli 2018, pkl 11:30 wib
5 BISNIS SYARIAH, Sidak ke Bandara Soetta, KPHI: SPM Umrah Perlu Diperbaiki, diakses di http://www.bisnissyariah.co.id/2017/03/sidak-ke-bandara-soetta-kphi-spm-umrah-perlu-diperbaiki-18499 pada rabu, 1 agustus 2018 pkl 15:00 wib
6 Kemenag RI, Benahi “Industri” Umrah, Kemenag Terbitkan Regulasi Baru, diakses pada https://kemenag.go.id/berita/read/507294/benahi----industri----umrah--kemenag-terbitkan-regulasi-baru Jum’at, 20 Juli 2018, pkl 11:30 wib
5
Dari berbagai pemaparan masalah-masalah tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi yang
berjudul “IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI
AGAMA NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH
UMRAH PADA PT. TIMA AMANAH PRIMA WISATA
JAKARTA SELATAN”
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan ini penulis membatasi masalah yang
akan dibahas, Agar penulisan ini terarah dan berfokus sesuai
ruanglingkupnya, batasan penulisan ini mengenai
“Implementasi Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun
2018 Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
pada PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah
yang telah dikemukakan, maka dari itu untuk mempermudah
pembahasan penulis merumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas adalah:
a. Apakah penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah
menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018?
b. Bagaimana implementasi Peraturan Menteri Agama
Nomor 8 tahun 2018 pada PT. Tima Amanah Prima
Wisata Jakarta Selatan?
6
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Untuk mengembangkan dan memperluas lebih jauh
tentang apa yang penulis teliti sehingga dapat diuji
kebenaran dari masalah tersebut. Adapun tujuan yang akan
dicapai dalam penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui penyelenggaraan perjalanan
ibadah umrah di Indonesia menurut Peraturan
Menteri Agama Nomor 8 tahun 2018.
b. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Menteri
Agama Nomor 8 tahun 2018 pada PT. Tima Amanah
Prima Wisata Jakarta Selatan.
2. Manfaat Penulisan
Dari tujuan penulisan tersebut, maka penulisan ini
diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Internal Perusahaan
Penulisan ini diharapkan berguna dalam
mengevaluasi penyelenggaraan perjalanan ibadah
umrah dan sebagai informasi untuk penilaian kinerja
managemen dalam memaksimalkan optimalisasi
pelayanan sesuai aturan kementrian agama. Serta
diharapkan mampu memberikan masukan bagi
instansi maupun lembaga-lembaga yang
bersangkutan.
7
b. Bagi Eksternal Perusahaan
Penulisan ini diharapkan berguna dalam menilai
sejauh mana perusahaan dapat mengembangkan dan
mempertahankan nama baik perusahaan.
c. Bagi Penulis
Untuk mengetahui penyelenggaraan perjalanan
ibadah umrah menurut aturan kementrian agama
terbaru yakni PMA Nomor 8 tahun 2018. Diharapkan
pula tulisan ini dapat menjadi bahan perbandingan
atau referensi terkhusus dalam pengkajian topic-
topik yang berkaitan dengan masalah
penyelenggaraan umrah.
d. Bagi Akademis
Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan referensi dengan pengembangan
dan penyempurnaan teori-teori di dalam keilmuan
yang menyangkut masalah tersebut. Serta dapat juga
menjadi acuan untuk penulisan selanjutnya
khususnya untuk Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Program Studi Manajemen Haji dan
Umrah.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebelum penulisan berlanjut, dalam penyusunan skripsi
ini penulis melakukan perbandingan. Dengan referensi
lainnya penulis pun menemukan beberapa skripsi yang
8
memiliki hamper kesamaan dengan skripsi yang penulis teliti,
judul skripsi lainnya itu antara lain:
1. Implementasi Peraturan Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam No: DJ.II/542 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra
Nikah yang ditulis oleh Juniarti Harahap 1111044100046
Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum
Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.
2. Implementasi Undang-undang Nomor 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat di baznas kabupaten
tangerang yang ditulis oleh Luthfi Hidayat
(1110046300009), Program Studi Ekonomi Islam Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
3. Evaluasi Penetapan biaya penyelenggaraan ibadah haji
(BPIH) oleh direktorat jenderal penyelenggaraan haji
dan umrah kemenag RI dalam Penyelenggaraan
Ibadah haji di Indonesia tahun 2012 yang ditulis oleh
Lukman Hidayat (109053100012), Konsentrasi
Manajemen Haji dan Umrah Program Studi Manajemen
Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2013.
9
F. Metodologi Penulisan
1. Metode dan Pendekatan Penulisan
Pada penulisan ini penulis menggunakan metode
penulisan kualitatif dengan analisis deskriptif, metode ini
merupakan suatu penulisan yang menghasilkan data
deskriptif berupa hasil wawancara observasi dari semua
sumber yang diperoleh. Metode kualitatif juga dapat
digunakan untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu
dibalik fenomena yang sedikit pun belum diketahui.7
Penulisan kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena dari sudut pandang partisipan serta
penilaian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari sumber yang
diwawancarai dan bisa juga dari orang-orang atau perilaku
yang dapat diamati.8
Sedangkan penulisan deskriptif adalah penulisan
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penulisan deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual
sebagaimana adanya pada saat penulisan berlangsung.
Pada penulisan deskriptif, penulis berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi
pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus
7Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penulisan Kualitatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm 5 8 Emzir, Metode Penulisan Kualitatif Analisa Data (Jakarta: Rajawali
Press, 2011), hlm 1
10
terhadap peristiwa tersebut. Variable yang diteliti bisa
tunggal (satu variable) bisa juga lebih dari satu variable.
Pada penulisan ini penulis akan melakukan
penulisan lapangan artinya penulis melaksanakan
penulisan ini di lokasi penulisan langsung.9 Penggunaan
metode kualitatif ini penulis lakukan dengan menggali
informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah
dalam skripsi ini. Penulisan dalam penulisan ini akan
memakai pendekatan deskriptif analisis, yang merupakan
penulisan yang disusun dalam menggambarkan secara
sistematis terhadap informasi subjek dan objek
penulisan.10 Menurut Punaji Setyosari, penulisan
deskriptif ini bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah
orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variable-
variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka
maupun kata-kata.11
Penulisan ini dilaksanakan untuk mengetahui
keadaan lapangan terkait dengan aturan menteri agama
terbaru dan mengangkat kondisi nyata mengenai pelayanan
PT. Tima Amanah Prima Wisata kepada Costumer sesuai
dengan peraturan tersebut. Penulisan ini dituntut ketajaman
dan kecermatan dalam mengamati, mencatat suatu proses
9 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penulisan dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm 96
10 Anwar Sanusi, Metodologi Penulisan Bisnis (Jakarta: Salemba Empat, 2016) hlm 13
11 Punaji Setyosari, Metode Penulisan Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana, tanpa tahun)
11
dan aktivitas yang Nampak dalam realita lalu dianalisis
menjadi satu yang bermakna, membutuhkan kesabaran,
ketekunan dan keluwesan dari penulis dalam melaksanakan
penulisan kualitatif ini.12
2. Lokasi dan Waktu Penulisan
Adapun lokasi penulisan ini bertempat di PT. Tima
Amanah Prima Wisata yang berada di Jl. KH. Abdullah
Syafei No. 68 Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan
Agustus 2018.
3. Subjek dan Objek Penulisan
Subjek penulisan ini adalah PT. Tima Amanah Prima
Wisata Tebet, Jakarta Selatan. Sedangkan Objek penulisan
adalah Implementasi Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 8 (PMA No.8) Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk digunakan dalam penulisan guna menjelaskan valid
atau tidaknya suatu penulisan.13 Dalam hal ini penulis
menggunakan:
12 Moh. Kasiram, Metodologi Penulisan Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: Tanpa Penerbit, 2010), hlm 181-182
13 Ummi, Implementasi Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi (KSI) Pelaksanaan Haji Pada Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia, http://repository.uinjkt.ac.id, 2008, diakses pada 20 Juli, 2018.
12
a. Data Primer
Data utama yang diperoleh langsung dari informan
berupa catatan tertulis dan rekaman dari hasil
wawancara serta dokumentasi dengan beberapa
narasumber dari PT. Tima Amanah Prima Wisata.
b. Data Sekunder
Data diperoleh dari sumber-sumber tertulis baik
buku, jurnal dan internet terkait.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penulisan ini, ada beberapa
teknik pengumpulan data dilakukan dengan, sebagai
berikut:
a. Observasi
Dalam pengumpulan data dengan observasi
dilaksanakan pengamatan langsung. Cara ini
dilakukan dengan menggunakan mata tanpa ada
perantara alat standar lain untuk keperluan penulisan.14
Penulis langsung mengamati pada lokasi yaitu PT.
Tima Amanah Prima Wisata Tebet, Jakarta Selatan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat rechecking atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Dalam penulisan ini bersifat
sosial, metode ini dapat dilakukan dengan
wawancara mendalam.
14 Mohammad Nazir, Metode Penulisan, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1988), hlm 211, cet. 3
13
Hal ini menghadapkan penulis harus dapat
menentukan informan kunci.15 Wawancara
dilaksanakan pribadi dengan salahsatu Staff tetap,
Kak Inanda Tio Kusumah sebagai Divisi
Penyelenggaraan Umrah dan Haji.
c. Dokumentasi
Merupakan peristiwa yang dekat dengan
percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan
memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat
dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.16
Pengumpulan data pada penulisan ini berupa laporan
keberangkatan pada PT. Tima Amanah Prima Wisata
setelah peraturan menteri agama diresmikan baik
brosur, dokumen laporan, hasil lapangan, jurnal
maupun internet.
6. Teknik Pengolahan Data
Menurut Mileas and Huberman (1984),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Pengolahan data menurut Miles and Huberman ini terdiri
dari:
15 Burhan Bungin, Metodologi Penulisan Kualitatif, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2001), Hlm, 88-89 16 Burhan Bungin. Hlm 130
14
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan.
b. Penyajian Data (Data Display)
Data yang telah direduksi kemudian akan diubah
dengan mendisplaykan data. Penyajian ini dapat
dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard,
pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian tersebut
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan sehingga akan semakin mudah difahami.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing /
Verification)
Langkah terakhir menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Data-
data yang sudah disimpulkan akan dikuatkan dengan
melakukan verifikasi untuk kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan.
7. Teknik Analisis Data
Prosedur analisis data terhadap masalah lebih
difokuskan pada upaya menggali fakta sebagaimana
adanya (natural setting) dengan teknik analisis
15
pendalaman kajian (verstegen)17. Untuk memberikan
gambaran data hasil penulisan makan dilakukan prosedur
sebagai berikut:
a. Tahap penyajian data: data disajikan dalam bentuk
deskripsi yang terintegrasi.
b. Tahap komparasi: proses ini membandingkan
hasil analisis data yang telah dideskripsikan
dengan interpretasi data untuk menjawab masalah
yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil
deskripsi akan dibandingkan dan dibahas
berdasarkan landasan teori.
c. Tahap penyajian hasil penulisan: tahap ini
dilakukan setelah tahap komparasi, yang
kemudian dirangkum dan diarahkan pada
kesimpulan untuk menjawab masalah yang telah
dikemukakan penulis.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan, skripsi ini dibagi
menjadi 5 bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab
dengan penyusunan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
17 Ummi, Implementasi Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi (KSI)
Pelaksanaan Haji Pada Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia, http://repository.uinjkt.ac.id, 2008, diakses pada 20 Juli, 2018.
16
penelitian, metodologi penelitian, mereview kajian terdahulu
dan sistematika penulisan.
BAB II: PENYELENGGARAAN PERJALANAN
IBADAH UMRAH
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang
digunakan sebagai dasar penelitian dan dasar untuk mengelola
data serta berasumsi.
BAB III: GAMBARAN UMUM PT. TIMA AMANAH
PRIMA WISATA JAKARTA SELATAN
Gambaran umum tentang obyek penelitian. Dalam bab ini
akan diuraikan profil tentang PT. Tima Amnah Prima Wisata
Jakarta Selatan yang menjadi objek penelitian ini yaitu
meliputi Sejarah PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta
Selatan, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Keadaan Instansi
dan Produk-produk PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta
Selatan.
BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini menjelaskan hasil data dan temuan penelitian yang
berisi Peraturan Menteri Agama Nomor 8 tahun 2018 tentang
pengelenggaraan perjalanan ibadah umrah berupa bab-bab,
pasal-pasal dan ayat-ayat yang menjadi ketetapan pemerintah.
Selanjutnya, diselaraskan dengan pemaparan data-data biro
perjalanan yang diteliti yakni PT. Tima Amanah Prima Wisata
Jakarta Selatan berupa pedoman manasik dan pelayanan
selama menjalankan ibadah umrah.
17
BAB V: IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI
AGAMA REPUBLIK INDONESIA (PMA) NOMOR 8
TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN
PERJALANAN IBADAH UMRAH PADA PT. TIMA
AMANAH PRIMA WISATA JAKARTA SELATAN
Dalam bab ini berisi hasil Analisis penelitian dan pembahasan
mengenai Peraturan Menteri Agama No.8 tahun 2018 dan
imlementasinya pada PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta
Selatan.
BAB VI: PENUTUP
Pada bab ini terdapat kesimpulan terkait penelitian dan saran-
saran yang penulis dapatkan dari penyusunan skripsi ini.
18
BAB II
KAJIAN TEORI
PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH
A. Dasar Hukum Penyelenggaraan dalam ibadah Umrah
Qs. At-Taubah ayat 105:
لم ٱلغیب عملكم ورسولھۥ وٱلمؤمنون وستردون إلى ع وقل ٱعملوا فسیرى ٱہلل
دة فینبئكم بما كنتم تعملون ھ ١٠٥وٱلش
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-
Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui
akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Pada ayat di atas menjelaskan tentang salahsatu fungsi
manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry yakni
fungsi pelaksanaan, fungsi ini adalah fungsi lanjutan atau
tindak lanjut dari dua fungsi sebelumnya, perencanaan dan
pengorganisasian.
Penyelenggaraan atau biasa disebut dengan pelaksanaan,
dalam bahasa inggris disebut dengan Actuating merupakan
salah satu dari empat fungsi manajemen yang kita kenal
dengan istilah POAC (planning, organizing, actuating and
controlling). Pelaksanaan merupakan tindak lanjut yang
dilakukan oleh organisasi yang telah memiliki perencanaan
19
dan melakukan pengorganisasian yang terstruktur sesuai
kebutuhan satuan kerja.18
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah adalah
rangkaian kegiatan perjalanan Ibadah Umrah yang meliputi
Pembinaan, Pelayanan dan Perlindungan Jemaah, yang
dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau penyelenggaraan
perjalanan ibadah umrah.19 Prinsip pada penyelenggaraan
perjalanan ibadah umrah ini adalah profesionalitas,
transparansi, akuntabilitas dan syariat. Sedangkan tujuannya
adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kepada Jemaah sehingga Jemaah dapat menunaikan ibadahnya
sesuai dengan ketentuan syariat.20 Penyelenggaraan
perjalanan ibadah umrah biasa disebut juga dengan PPIU.
PPIU ini dinaungi oleh menteri khususnya Menteri Agama
Republik Indonesia. Ibadah umrah di Indonesia dilaksanakan
oleh biro perjalanan umrah/PPIU yang mana memiliki izin
operasional sebagai PPIU.
B. Ibadah Umrah
1. Pengertian Umrah
Umrah menurut bahasa bermakna ziarah. Menurut
istilah syara’ umrah ialah menziarahi Ka’bah, melakukan
18 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik , Organisasi Non-Profit
Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005) Cet. 3 , hal 95
19 Peraturan Menteri Agama No.8 tahun 2018, Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, pasal (1) ayat (1)
20 Peraturan Menteri Agama No.8 tahun 2018, Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, pasal (2) dan (3)
20
tawaf di sekelilingnya, bersa’yu antara Shafa dan Marwah
dan mencukur atau menggunting rambut.21 Definisi umrah
lain yaitu berkunjung ke baitullah (ka’bah) untuk
melakukan thawaf, sa’I dan bercukur demi memenuhi
panggilan Allah SWT dan mengharap ridho-Nya.22 Sesuai
dengan yang disebutkan dalam al-Qur’an:
وما كان صالتھم عند ٱلبیت إال مكاء وتصدیة فذوقوا ٱلعذاب بما كنتم تكفرون
٣٥
“Tiada lain sembahyang mereka di sekitar Baitullah
itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka
rasakanlah azab disebabkan kekafianmu itu.” (QS. Al-
Anfaal: 35)
Pergi ke tanah suci hakikatnya adalah berziarah.
Makna berziarah adalah mengunjungi, artinya tidak
sekedar mengungjungi kuburan seperti layaknya
pengertian di tanah air. Ketika menjalani ibadah haji atau
umrah kita akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah
bagi umat islam di tanah arab.23 Di dalam Keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 375 Tahun
2001 Tentang Perubahan Kedua Keputusan Menteri
Agama Republik Indonesia Nomor 224 Tahun 1999
Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, Pasal
35, Ayat (1), disebutkan bahwa:
21 Teungku Muhammad Hasbi Ash Siddiqiy, Pedoman Haji, Cet. 1, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 2.
22 Gamal Komandoko, Ensiklopedia Istilah Islam, (Yogyakarta: Penerbit Perum Griya Sidokarto CAKRAWALA 2009) cet. 1 hlm, 360
23 Miftah Faridl, Antar Aku ke Tanah Suci, (Jakarta: Gema Insani, 2007), hlm. 111
21
“Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah Biro
perjalanan umrah/PPIU dan/atau Organisasi/Lembaga
Dakwah berbadan hokum yang ditetapkan sebagai
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah oleh Direktur
Jenderal.”
Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah diharuskan
berbadan hukum sesuai dengan peraturan menteri agama.
Dalam hal ini penyelenggaraan Ibadah Umrah
dilaksanakan dengan pelayanan khusus dibidang
bimbingan ibadah, transportasi, akomodasi, konsumsi dan
pelayanan kesehatan yang ditetapkan sebagai
penyelenggara oleh Direktur Jenderal Penyelenggaran Haji
dan Umrah.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal penting
terkait syarat, rukun, wajib dan sunnah umrah yang perlu
diperhatikan agar menghasilkan ibadah umrah yang
mabrur. Adapun syarat, rukun dan wajib umrah adalah:
2. Syarat Umrah
Definisi Syarat menurut bahasa adalah ( ربط ) yang
artinya mengikat. Innu Manzur dalam Lisan al-Arab
menjelaskan, bahwa Syarat adalah keharusan sesuatu dan
22
menjadikan keharusannya dalam jual beli dan
sebagainya.24
Adapun syarat-syarat umrah yakni25:
a. Beragama islam
b. Berakal sehat
c. Baligh (yakni telah sampai umur sehingga dapat
membedakan benar dan salah)
d. Merdeka
e. Bukan hamba sahaya
f. Istitho’ah (mampu)
3. Rukun umrah
Menurut bahasa ( ركن ) berarti penompang, sandaran,
andalan kemuliaan, kekuatan, dasar, unsur, elemen dasar.26
Adapun menurut istilah rukun adalah Hal yang menopang
berdirinya sesuatu, karena sesuatu itu berdiri dengan unsur
pokoknya (rukun) bukan karena berdiri sendiri.27
Rukun umrah menurut para ulama adalah sebagai berikut:
a. Menurut mazhab Syafi’i ada lima yaitu ihram,
thawaf, sa’i, memotong/menggunting rambut, tertib.
Menurut Wahbah Zuhaily bahwa rukun Umrah
24 Ibnu Manzur al-Misri, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar al-Shadir, t. th.)
Juz IX, hlm 202 25 Ahmad Abdul Madjid, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah,
(Surabaya: Mutiara Ilmu, 2003) hal. 23 26 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontenporer Arab-
Indonesia (Yogyakarta : Multi Karya Grafika, 1999), hlm 989 27 Ali bin Muhammad bin Ali al-Jurjani, al-ta’Ta’rifat, ( Beirut Dar al-
Kitab al-‘Arabiy, 1405 H), hlm, 112
23
menurut Syafi’iyah hanya ada empat tidak termasuk
tertib.
b. Menurut mazhab Maliki dan Hambali ada tiga, yaitu
ihram dari miqat, thawaf dan sa’i.
c. Menurut mazhab Hanafi, rukun umrah hanya satu
yaitu thawaf yang dimaksud adalah empat putaran
thawaf sedangkan yang tiga putaran lainnya
hukumnya wajib.
4. Wajib umrah
Menurut bahasa wajib artinya keharusan dan
kepastian.28 Sedangkan menurut istilah adalah perbuatan
yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan jika
ditinggalkan mendapatkan dosa.29 Wajib umrah ada dua,
yaitu ihram dari miqat dan menghindari semua larangan-
larangan ihram.
Pada dasarnya sama dengan wajib haji menurut tiap-tiap
mazhab kecuali wukuf, mabit dan melontar jumrah karena
hal ini hanya ada dalam haji. Menurut ulama hanafiyah
wajib umrah ada dua, yaitu sa’i dan mencukur rambut.
Menurut malikiyah wajib umrah tidak memakai pakaian
berjahit dan menutup kepala bagi laki dan talbiyah.
28 Muhammad bin Muhammad bin Abdurazzaq al-Husaini, Taj al-Arus
min jawahir al-Qamus, juz 1, hlm, 1002 29 Syamsuddin ar-Ramli, Nihayah al-Manhaj, ( Mesir : Mustafa al-
Halabi, 1357 H/1938 M) juz XIV, hlm. 666
24
Menurut hanabilah ada dua yaitu ihram dari miqat dan
bercukur memotong rambut.30
30 Suparman Usman, Manasik Haji dalam Pandangan Madzhab,
(Serang: MUI Provinsi Banten, 2008) hal. 24-26
25
BAB III
GAMBARAN UMUM PT. TIMA AMANAH PRIMA
WISATA
A. Sejarah Singkat PT. Tima Amanah Prima Wisata
PT. Tima Amanah Prima Wisata atau yang biasa dikenal
dengan PT. Tima Amanah Prima Wisata berdiri pada Februari
tahun 2000 dengan usaha dibidang perjalanan keseluruh
dunia, khususnya wilayah Timur Tengah dan Afrika. PT.
Tima Amanah Prima Wisata menjadi satu ikon Biro
perjalanan Agent yang berani menerobos perjalanan ke Timur
Tengah, atas dasar hubungan baik dengan kedutaan-kedutaan
Timur Tengah dan Afrika di Indonesia.
PT. Tima Amanah Prima Wisata menjadi solusi untuk
mendapatkan visa dari Negara-negara yang pada umumnya
sulit dikunjungi. Berawal dari itulah PT. Tima Amanah Prima
Wisata dikenal dengan sebutan spesialis perjalanan Timur
Tengah baik perjalanan religi, bisnis, konferensi ataupun
wisata lainnya. PT. Tima Amanah Prima Wisata mampu
memberikan pelayanan dari airport ke airport baik domestic
maupun internasional.
PT. Tima Amanah Prima Wisata menjadi anggota IATA
sejak tahun 2000, sebagai agen resmi penjualan tiket Qatar,
Emirates, Etihad, Mahan Air, Saudi Airlines, Turkish Airlines,
Oman Air, Garuda, dsb. Sudah menjadi agen umrah berlisensi
sejak tahun 2002 kemudian menyusul llisensi agen haji khusus
26
pada tahun 2013. Setiap tahunnya sekitar kurang lebih 4000
Jemaah menikmati perjalanan ibadahnya.
Pada tahun 2011, PT. Tima Amanah Prima Wisata
menjadi penyedia pelayanan pembuatan visa umrah. PT. Tima
Amanah Prima Wisata juga memberikan jasa pembuatan visa
untuk Negara; Abudhabi, Algire, Bahrain, Dubai, Egypt, Iran,
Oman, Qatar, Kazakhstan, Libya, Maroco, Syiria, Uzbekistan,
Yordan dan lainnya. Kemudian bergabung dengan
ASPHURINDO sebagai anggota sejak tahun 2015. Berikut
profil singkat PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta
Selatan:
Table 1 Profil PT. Tima Amanah Prima Wisata
Nama Perusahaan PT. Tima Amanah Prima Wisata
Merk Dagang PT. Tima Amanah Prima Wisata
Alamat Jalan K.H. Abdullah Syafei No.68
Bukit Duri, Tebet – Jakarta
Selatan. Phone (021) 829 1676 /
(021) 8591 3602, Fax: (021) 829
1674
Email [email protected]/
Web http://www.timawisata.com
Bidang Usaha Penyelenggaraan Umrah dan Haji
Khusus
Perizinan 1. Izin Haji : D/396
2. Izin Umrah: D/567
27
B. Struktur Organisasi
Berikut Jobdesk dari masing-masing kedudukan yang
dimiliki PT. Tima Amanah Prima Wisata:
1. Komisaris, sebagai pemilik saham terbesar dan
bertanggung jawab mengawasi kebijakan direksi serta
memberikan nasihat kepada direksi
2. President Direktur, sebagai pimpinan direksi dalam
meberikan keputusan, mengarahkan, mengawasi serta
mengevaluasi kinerja para karyawan
Komisaris
(Hj. Kenny Sularentjani)
Sekertaris
(Vara Fauziah)
Tikecting and Hajj & Umrah
(Pudji Astuti , Misri Zasni)
Accounting
(Erwin Syahrial, Lulu Aulianisa)
Visa Umrah
(Inanda Tio Kusumah, Iwan Kurniawan)
Tour and Marketing Promo
(Yoga Pramandhana, M Putra Setia)
Messanger
(Mawardi, Syaifullah)
Cleaning Officer
(Sutrisno)
President Direktur
(Hj. Tinny Prayogi)
Finance Direktur
(Hj. Agustina Abubakar)
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Tima Amanah Prima Wisata
28
3. Finance Direktur, sebagai posisi tertinggi dalam
mengelola keuangan perusahaan dengan sesuai
kebijakan dan memastikan setiap divisi melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan efektif.
4. Sekretaris, sebagai asisten administrasi dan tugas
pribadi untuk presiden direktur.
5. Ticketing, sebagai pengelola tiket pemberangkatan dan
pemulangan Jemaah baik perjalanan regular maupun
haji plus.
6. Divisi Umrah dan Haji, sebagai bagian yang mengatur
segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk
pemberangkatan baik umrah maupun haji khusus.
7. Accounting, bagian yang mengatur semua masukan dan
pengeluaran keuangan biro perjalanan serta mengelola
seluruh operasional berlangsung.
8. Visa Umrah, bagian yang mengurus visa dan MOFA
seluruh Jemaah tima yang akan melakukan perjalanan.
9. Tour & Marketing Promo, sebagai pengatur untuk
perjalanan, menentukan tour leader dan memasarkan
nama tima kepada masyarakat.
10. Messanger, bertugas mengantar seluruh dokumen-
dokumen biro perjalanan baik terkait airlines maupun
dokumen pemberangkatan seperti paspor, dll.
C. Keadaan Instansi dan Kegiatan Perusahaan
Berdiri sejak tahun 2000, yang berarti sudah 18 tahun
berkecimpung dalam dunia biro perjalanan ini tentu saja sudah
29
banyak hal-hal positif dan prestasi yang PT. Tima Amanah
Prima Wisata berikan kepada seluruh Jemaah. PT. Tima
Amanah Prima Wisata sudah terbiasa dalam membawa
Jemaahnya dalam melaksanakan perjalanan baik ibadah haji
dan umrah maupun wisata halal. Berikut prestasi-prestasi yang
sudah PT. Tima Amanah Prima Wisata ciptakan:
1. Berpengalaman dalam pengurusan pameran internasional
2. Beragenkan resmi untuk; NAFED (National Agency for
Export Development) dan ISE (Indonesia Solo Exhibition)
3. Pameran pasir pertanian di Riyadh bekerjasama dengan
Departemen Pertanian
4. Setiap tahunnya sekitar kurang lebih 4000 Jemaah
menikmati perjalanan ibadahnya
Pada saat ini, PT. Tima Amanah Prima Wisata sudah
bergabung dengan beberapa asosiasi yakni IATA, Asphurindo,
dan Asita. PT. Tima Amanah Prima Wisata selalu memberikan
pelayanan-pelayanan primanya terhadap Jemaah, berikut
bentuk-bentuk pelayanan yang PT. Tima Amanah Prima
Wisata berikan:
1. Melaksanakan manasik umrah dalam sehari di Aula Hotel
yang dibooking khusus.
2. Mengadakan program perjalanan internasional dan
domestic.
3. Mengadakan program perjalanan ibadah haji khusus dan
umrah.
4. Mengadakan program umrah plus dengan beberapa city
tour.
30
5. Sebagai provider visa.
6. Ticketing pesawat domestic maupun internasional.
7. Mempersiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan
dalam perjalanan khususnya umrah dan haji khusus dengan
khas dari PT. Tima Amanah Prima Wisata.
8. Handling pemberangkatan maupun penjemputan Jemaah di
bandara Soekarno Hatta.
31
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENULISAN
A. Landasan Hukum Perundang-undangan
Sebagai Negara hukum, Indonesia diharuskan memiliki
beberapa elemen penting yang di dalamnya konsekuensi-
konsekuensi hukum, yang mencakup hal penting seperti: adanya
perlindungan Hak Asasi Manusia, pembagian dan pemisahan
kekuasaan, pemerintahan berdasarkan dengan undang-undang.
Terkait dengan pemerintahan berdasar dengan undang-undang
maka segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus
berdasarkan hukum. Hukum yang dibuat untuk mengatur segala
penyelenggaraan pemerintahan itu berlandaskan sumber hukum
yang lebih tinggi. Berdasarkan perkembangannya, Indonesia
mempunyai 4 (empat) landasan hukum perundang-undangan,
antara lain:31
1. Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 tentang
Memorandum DPRGR mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan Republik Indonesia. Merupakan Produk Hukum
yang pertama yang menghasilkan peraturan perundang-
undangan yang isinya:
a. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang
31Ragawino, “Sistem Peraturan Perundang-Undangan Negara
Republik Indonesi”, Universitas Padjajaran, 2005, Hlm. 4
32
c. Peraturan Pemerintah
d. Keputusan Presiden
e. Peraturan pelaksana lainnya seperti:
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri
c. Dan lain-lainnya
2. Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum
dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
e. Peraturan Pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan Daerah
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan:
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:
33
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang
d. Peraturan Pemerintah; Peraturan presiden
e. Peraturan Daerah Provinsi
f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
B. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018
Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
Secara umum, Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah umrah
adalah rangkaian kegiatan perjalanan ibadah umrah di luar musim
haji yang meliputi Pembinaan, Pelayanan dan Perlindungan
Jemaah, yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau
penyelenggara perjalanan ibadah umrah.32
1. Ketentuan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
Berdasarkan pada pasal 1 ayat 2 dan pasal 5, setiap
penyelenggara perjalanan ibadah umrah harus memiliki izin
operasional dari Menteri Agama. Hal ini semakin diperketat
dengan kebijakan yang mengharuskan pemberangkatan Jemaah
dengan biro perjalanan yang memiliki izin, walaupun biro
perjalanan yang belum memiliki membawa rombongan calon
32Peraturan Menteri Agama Nomor 8 tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, Pasal 1 Ayat 1.
34
Jemaah. Seluruh pemberangkatan akan dipastikan dengan biro
perjalanan yang memiliki izin dan terpercaya.
Pasal 1 ayat 1:
“Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah yang selanjutnya
disingkat PPIU adalah biro perjalanan umrah/PPIU yang telah
mendapat izin dari Menteri untuk menyelenggarakan perjalanan
ibadah umrah.”
Berikutnya prosedur yang harus ditempuh para biro
perjalanan umrah/PPIU dijelaskan pada pasal 5 yang berisi
dokumen-dokumen yang harus disiapkan, seperti surat akta
notaris, kepemilikan saham, keterangan domisili kantor, tanda
daftar usaha pariwisata, terbukti beroperasi 2 tahun, dan lain-
lainnya.
Pemerintah pun bertindak untuk melaksanakan sidak atau
peninjauan lapangan terkait hal-hal yang disyaratkan dalam biro
perjalanan umrah/PPIU untuk menyelenggarakan umrah dengan
sesuai peraturan yang terdapat pada Pasal 6:
(1) Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat
(2) huruf k diberikan setelah dilaksanakan verifikasi
terhadap dokumen persyaratan perizinan dan peninjauan
lapangan oleh Kantor Wilayah.
(2) Peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan bersama-sama dengan kantor kementrian
agama kabupaten/kota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
rekomendasi oleh Kantor Wilayah ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal.
35
PPIU juga wajib untuk memiliki kantor cabang diluar daerah
domisili dan melaporkan perubahan-perubahan terkait dengan
perusahaan yakni direksi dan tempat perusahaan.
2. Mekanisme Pelayanan dalam Penyelenggara Perjalanan
Ibadah Umrah
Setiap penyedia jasa, biro perjalanan umrah/PPIU khususnya
perjalanan ibadah umrah akan memiliki siasat tersendiri dalam
menarik calon Jemaah. Mulai dari harga paket yang menarik dan
terjangkau, service perusahaan dan kepuasan Jemaah yang sudah
melaksanakan umrah di biro perjalanan umrah/PPIU tersebut.
Namun, pada peraturan menteri agama nomor 8 ini diterbitkan
informasi terbaru mengenai ketetapan harga jual terhitung mulai
seharga Rp.20.000.000,- / 20 juta rupiah. Hal ini ditegaskan guna
menindaktegas para oknum-oknum yang melakukan penipuan
kepada calon Jemaah dengan memasarkan harga yang terbilang
tidak masuk akal dan sistem dana talangan yang memiliki resiko
cukup besar kepada Jemaah.
Ketetapan Biaya perjalanan ibadah umrah (BPIU)
ditegaskan pada pasal 9 dan 10, yakni:
Pasal 9
(1) PPIU menetapkan BPIU sesuai dengan fasilitas dan
pelayanan yang diberikan.
(2) BPIU meliputi seluruh komponen biaya yang diperlukan
untuk pelaksanaan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah.
36
(3) PPIU dilarang memungut biaya lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Pasal 10
(1) Menteri menetapkan BPIU Referensi secara bekala
sebagai pedoman penetapakn BPIU
(2) Dalam hal PPIU menetapkan BPIU di bawah BPIU
Referensi, PPIU wajib melaporkan secara tertulis
kepada Direktur Jenderal.
(3) Dalam hal PPIU tidak melaporkan secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal
meminta penjelasan.
Selanjutnya, calon Jemaah yang akan melaksanakan umrah
diharuskan untuk mendaftar pada biro perjalanan umrah/PPIU
yang ditunjuk dengan melaksanakan prosedur dokumen yang
diwajibkan guna menunjang pemberangkatan sesuai peraturan.
Pada pendaftaran Jemaah, dilakukan dengan mengisi format
pendaftaran dan perjanjian yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
(Penyelenggara Haji dan Umrah). Pendaftaran dan perjanjian
dilakukan dengan kesepakatan yang sejelas-jelasnya dan diketahui
kedua belah pihak.
Jemaah yang telah terdaftar akan dilaporkan kepada
Direktorat Jenderal melalui sistem pelaporan elektronik. System
pelaporan elektronik ini baru saja dikeluarkan bersamaan dengan
PMA Nomor 8 ini, yang disebut dengan Sistem Informasi
Pengawasan Terpadu Umrah dan Haji Kementerian Agama atau
37
disingkat SiPatuh.33 SiPatuh dikembangkan Kemenag dalam
rangka memperkuat pengawasan penyelenggaraan umrah di
Indonesia dan perluasan cakupan pengawasan sejak pendaftaran
sampai kepulangan. Sistem ini memuat sejumlah informasi, di
antaranya: pendaftaran Jemaah umrah, paket perjalanan yang
ditawarkan PPIU, harga paket, pemantauan penyediaan tiket yang
terintegrasi dengan maskapai penerbangan dan pemantauan
akomodasi yang terintegrasi dengan sistem muassasah di Arab
Saudi.34
Setelah terdaftar, Jemaah akan mendapatkan kode nomor
yang menjadi pin untuk mengetahui mekanisme perjalanan ibadah
umrah biro perjalanan umrah penyelenggara. Hal ini tertera pada
Pasal 11.
Berdasarkan Pasal 13, PPIU wajib memberikan pelayanan
kepada Jemaah:
a. Bimbingan ibadah umrah
b. Transportasi Jemaah
c. Akomodasi dan konsumsi
d. Kesehatan Jemaah
e. Perlindungan Jemaah dan petugas umrah
f. Administrasi dan dokumentasi umrah
33 SiPatuh (Sistem Informasi Pengawasan Terpadu Umrah dan Haji
Kemenag) adalah sistem yang menginput segala informasi jemaah umrah dan pemberangkatan yang sudah didaftarkan oleh biro perjalanan Umrah. SiPatuh dapat diakses pada https://sipatuh.kemenag.go.id/
34 Kementerian Agama Republik Indonesia, Menag: PPIU segera Login Sipatuh atau Tidak Masuk Sistem, diakses di https://kemenag.go.id/berita/read/507363/menag--ppiu-segera-login-sipatuh-atau-tidak-masuk-sistem pada tanggal 6 oktober 2018, pukul 10:00 wib.
38
Umumnya, setiap penyelenggara perjalanan ibadah umrah
akan melaksanakan bimbingan manasik untuk calon Jemaah yaitu
satu kali pertemuan. Dilaksanakan pada seminggu sebelum hingga
2 minggu sebelum keberangkatan. Dalam bimbingan manasik
umrah, Jemaah akan diberikan pemahaman materi ibadah umrah
sesuai dengan syariat yang didukung dengan pemaparan ustadz-
ustadz yang memiliki ilmu agama yang mumpuni. Jemaah juga
diberikan informasi mengenai teknis pemberangkatan, selama di
tanah suci hingga pemulangan ke tanah air. Hal ini diperjelas
dalam Pasal 14, yaitu:
(1) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimaksud dalam pasal 13
huruf a, diberikan oleh pembimbing ibadah sebelum
keberangkatan, dalam perjalanan dan selama di Arab
Saudi.
(2) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah.
(3) Bimbingan Jemaah sebelum keberangkatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan paling sedikit 1 (satu)
kali pertemuan.
(4) Bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
dalam bentuk teori dan praktik.
(5) Pembimbing ibadah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diangkat oleh pimpinan PPIU dan telah melaksanakan
ibadah haji/umrah.
(6) PPIU wajib memberikan buku paket atau buku pedoman
materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah.
39
(7) Materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berpedoman pada
bimbingan manasik dan perjalanan haji dan umrah yang
diterbitkan oleh Kementerian Agama.
Pemerintah dalam hal ini mulai ketat pada kepastian
keberangkatan Jemaah dengan melaporkan ketetapan transportasi
pemberangkatan dan pemulangan yang meliputi jadwal maskapai
penerbangan dan tiket keberangkatan, bus selama di Makkah, bus
selama di Madinah dan tiket pesawat pemulangan ke tanah air.
Sesuai dengan pasal 15 ayat 6 dan 7, sebagai biro
perjalanan umrah diwajibkan menyediakan fasilitas yang layak
bagi Jemaah saat berada di bandara sebelum keberangkatan
menuju Arab Saudi. Umumnya, para biro perjalanan umrah akan
menempatkan titik pertemuan Jemaah di Lounge atau sudut-sudut
bandara yang mampu menampung Jemaah yang sudah berada di
bandara.
Pasal 15 ayat (6) dan (7):
(6) PPIU wajib menyediakan tempat yang layak dan nyaman
bagi Jemaah selama berada di bandara.
(7) PPIU wajib memfasilitasi Jemaah yang mengalami
keterlambatan penerbangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Tibanya di Arab Saudi, Jemaah harus menerima pelayanan
yang meliputi akomodasi dan konsumsi yang layak. Sebagaimana
yang tertuang pada pasal 16 yang meliputi:
40
(1) Pelayanan akomodasi dan konsumsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf c wajib dilakukan oleh
PPIU selama Jemaah berada di Arab Saudi.
(2) Dalam hal Jemaah harus menginap sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, PPIU wajib menyediakan
akomodasi.
(3) Pelayanan akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib dilakukan oleh PPIU dengan menempatkan
Jemaah paling jauh 1.000 (seribu) meter dari Masjidil
Haram di Makkah dan di dalam wilayah Markaziyah di
Madinah pada hotel paling rendah bintang 3 (tiga).
(4) Dalam hal Jemaah ditempatkan lebih dari 1.000 (seribu)
meter dari Masjidil Haram di Makkah, PPIU wajib
menyediakan transportasi selama 24 (dua puluh empat)
jam.
(5) Akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
setiap kamar diisi paling banyak 4 (empat) orang.
(6) Pelayanan konsumsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diberikan oleh PPIU sebelum berangkat, dalam
perjalanan dan selama di Arab Saudi.
(7) Konsumsi selama di Arab Saudi sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) wajib memenuhi persyaratan:
a. Pelayanan dengan sistem penyajian secara
prasmanan sebanyak 3 (tiga) kali sehari.
b. Beberapa pilihan menu, termasuk menu Indonesia;
c. Segala bentuk konsumsi yang disajikan harus
memenuhi standar higienitas dan kesehatan.
41
(8) Konsumsi sebelum, dalam perjalanan atau di bandara
diberikan dalam kemasan box.
Dalam hal ini, sebagai penyelenggara perjalanan ibadah
umrah harus memastikan terlebih dahulu dalam penempatan
akomodasi dan ketetapan konsumsi semua Jemaah. Pelayanan
Jemaah harus maksimal guna kenyamanan dan kekhusyu’an dalam
beribadah selama di Arab Saudi. Para Jemaah juga berhak atas
kebutuhan konsumsi sebanyak 3 kali sehari yang layak dan sesuai
dengan menu Indonesia yang higienis dan memenuhi standar.
Selain semua kebutuhan Jemaah sudah terpenuhi, PPIU juga
wajib memastikan kesehatan Jemaah yang sudah melakukan
vaksinasi meningitis sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu
peraturan perundang-undangan.35 Hal ini dijelaskan hak-hak
Jemaah mendapatkan pelayanan kesehatan saat berada di Arab
Saudi yang dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) dan (2):
(1) PPIU wajib memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kesehatan bagi Jemaah sebelum
pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi dan selama di
Arab Saudi.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit meliputi:
a. Penyediaan petugas kesehatan
b. Penyediaan obat-obatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
35 Peraturan Menteri Agama Nomor 8 tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, Pasal 17 ayat (3).
42
c. Pemeriksaan kondisi kesehatan awal Jemaah
sebelum keberangkatan
d. Pengurusan bagi Jemaah yang sakit selama di
perjalanan dan di Arab Saudi
e. Pengurusan Jemaah yang meninggal dunia;dan
f. Bimbingan kesehatan Jemaah diberikan sebelum
pemberangkatan ked an dari Arab Saudi dan selama
di Arab Saudi.
Oleh karena itu, sebagai biro perjalanan umrah/PPIU wajib
untuk memenuhi hak-hak Jemaah dan menjadi tanggung jawab
yang harus ditunaikan selama di Arab Saudi hingga sampai
kerumah masing-masing. Dan apabila Jemaah terdapat musibah
yang mengharuskan mendapat perawatan khusus maka PPIU pun
wajib bertanggung jawab hingga Jemaah pulih/membaik sehingga
dapat dipulangkan ke tanah air kembali, kewajiban ini terdapat
pada Pasal 18 yang berbunyi:
“PPIU bertanggung jawab terhadap perawatan dan pemulangan
Jemaah yang dirawat inap di Arab Saudi dan Negara transit.”
Tidak hanya perhatian untuk Jemaah saja, pemerintah pula
memerhatikan hingga petugas Jemaah yang membawa rombongan
Jemaah untuk beribadah umrah. Perlindungan Jemaah dan petugas
umrah mulai ditegaskan pada pasal 20, yakni:
(1) Pelayanan perlindungan Jemaah dan petugas umrah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e wajib
dilakukan oleh PPIU, meliputi:
a. Asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakaan
43
b. Pengurusan dokumen Jemaah yang hilang selama
perjalanan ibadah;dan
c. Pengurusan Jemaah yang terpisah dan/atau hilang
selama dalam perjalanan dan di Arab Saudi.
(2) Besaran pertanggungan asuransi/nilai manfaat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai dengan
ketentuan dalam asuransi perjalanan.
Dalam hal ini sebagai PPIU berkewajiban memastikan
keadaan Jemaah mulai dari pemberangkatan hingga pemulangan
dengan menetapkan asuransi setiap jiwanya. Kemudian pada pasal
tersebut pula pengurusan dokumen yang hilang hingga Jemaah
yang terpisah dalam perjalanan dipertanggung jawabkan kembali
kepada PPIU yang bersangkutan dan petugas yang memimpin
perjalanan tersebut.
Ketetapan petugas umrah yang membawa rombongan juga
ditegaskan dengan standar jumlah petugas yang tertulis pada pasal
21:
(1) PPIU wajib menyediakan paling sedikit 1 (satu) petugas
untuk mendampingi Jemaah.
(2) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dirangkap oleh Jemaah
(3) Dalam hal ini Jemaah berjumlah lebih dari 90 (Sembilan
puluh) orang, PPIU wajib menyediakan 1 (satu) orang
tenaga kesehatan.
Para Jemaah dan petugas umrah saat melaksanakan
pembeerangkatan hendaknya memenuhi syarat kelengkapan yang
wajib untuk dibawa kemana saja ibadah umrah. Kelengkapan
44
tersebut harus disediakan oleh biro perjalanan umrah/PPIU terkait.
Hal-hal tersebut tertera pada pasal 22 yakni:
(1) PPIU wajib menyediakan kartu tanda pengenal yang
memuai paling sedikit nama Jemaah, nomor paspor, nama
PPIU, penanggung jawab dan nomor kontak di Arab Saudi,
nama muassasah, nama dan alamat hotel.
(2) PPIU wajib mendaftarkan 1 (satu) orang perwakilan resmi
PPIU di Arab Saudi kepada teknis urusan haji pada
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah.
Semua pelayanan yang memenuhi standar dari kementrian
agama akan ditindak lanjuti kembali oleh biro perjalanan
umrah/PPIU dengan dilaporkan kepada sistem elektronik yang
disebut SiPatuh. Hal-hal yang di input pada Sistem Elektronik
tersebut terinci pada beberapa butir Pasal 26, sebagaimana disebut:
(1) PPIU wajib melaporkan Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah kepada Direktur Jenderal yang meliputi
rencana perjalanan umrah, pemberangkatan, pemulangan
dan permasalahan khusus.
(2) Laporan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
sistem pelaporan elektronik.
(3) Laporan rencana perjalanan umrah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1x24
(satu kali dua puluh empat) jam sebelum Jemaah
berangkat dari tanah air.
45
(4) Laporan pemberangkatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan paling lambat 1x24 (satu kali dua
puluh empat) jam setelah Jemaah berangkat dari bandara
pemberangkatan International.
(5) Laporan kepulangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan paling lambat 1x24 (satu kali dua puluh
empat) jam setelah jemaah tiba di tanah air.
46
BAB V
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI AGAMA
NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH
PADA PT. TIMA AMANAH PRIMA WISATA
JAKARTA SELATAN
Berdasarkan peraturan menteri agama nomor 8 tahun 2018
tentang penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah pada Bab I
Pasal 1: dijelaskan bahwa penyelenggaraan perjalanan ibadah
umrah atau disingkat PPIU adalah rangkaian kegiatan perjalanan
ibadah umrah di luar musim haji yang meliputi pembinaan,
pelayanan dan perlindungan Jemaah yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan/atau penyelenggara perjalanan ibadah umrah.
PPIU dimaksud ini adalah biro perjalanan umrah/PPIU yang telah
mendapatkan izin dari menteri agama untuk menyelenggarakan
perjalanan ibadah umrah.
Ketentuan ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggara
perjalanan ibadah umrah dilaksanakan oleh biro perjalanan
umrah/PPIU atau lembaga diluar instansi pemerintah yang telah
memenuhi kriteria dan mendapatkan perizinan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Dalam hal ini, PT. Tima Amanah Prima Wisata
telah memiliki nomor izin dan legalitas perusahaan, yakni:
47
Table 2. Legalitas PT. Tima Amanah Prima Wisata
Tanda Daftar Perusahaan 09.04.1.79.29225
Tanda Daftar Usaha Pariwisata 24239/14.11/31.75.00.000
Domisili Badan Usaha 39/27.1BU.1/31.75.03.100
4/-071.562/e/2016
Nomor Pokok Wajib Pajak 01957.794.9-002.000
Izin Penyelenggara Haji Khusus 396 tahun 2016
Izin Penyelenggara Umrah 567 tahun 2017
Nomor perizinan di atas menjelaskan bahwa PT. Tima
Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan telah memenuhi syarat
sebagai biro perjalanan umrah terpercaya dan diakui di
pemerintah. Pemerintah yang dimaksud adalah Kementrian
Agama bidang Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah
yang bertanggung jawab dalam regulasi dan pengawasan untuk
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah sehingga dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalitas, transparansi, akuntabilitas dan
syariat. Selain itu tanggung jawab Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah bertujuan memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kepada Jemaah, sehingga Jemaah dapat menunaikan
ibadahnya sesuai dengan ketentuan syariat.36
36 Hasil wawancara dengan Inanda Tio Kusumah, Selaku Divisi Visa
PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan, hari Rabu, 29 Agustus 2018 pukul 14.15 WIB.
48
A. Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah di PT. Tima
Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan
Pada hal ini PT. Tima Amanah Prima Wisata melaksanakan
perjalanan umrah berdasarkan prosedur yang ditetapkan
pemerintah sejak awal mula diciptakannya peraturan yaitu mulai
dari undang-undang nomor 13 tahun 2008 hingga kini Peraturan
Menteri Agama Nomor 8 tahun 2018. Setiap kegiatan dalam
pelayanan kepada Jemaah PT. Tima Amanah Prima Wisata sesuai
dengan ketetapan pemerintah. Biaya perjalananan ibadah umrah
atau yang disingkat BPIU ini diatur dan ditetapkan harga standar
yang dijelaskan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
yang menyatakan Kementrian Agama telah menetapkan biaya
referensi atau biaya standar penyelenggaraan umrah sebesar Rp. 20
juta, pernyataan ini sejalan dengan ketentuan Bab III tentang Biaya
Perjalanan Ibadah Umrah pasal 10 ayat 1, yang berbunyi:
Pasal 10
(1) Menteri menetapkan BPIU Refrensi secara berkala
sebagai pedoman penetapan BPIU
Selaras dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah,
hingga saat ini PT. Tima Amanah Prima Wisata selalu mengikuti
ketentuan dalam menetapkan harga paket umrah. Berikut harga
paket umrah PT. Tima Amanah Prima Wisata pada tahun 2018
sesuai dengan golongannya, yakni:
49
Table 3. Bentuk Produk PT. Tima Amanah Prima Wisata
Nama produk Harga
Bronze Rp. 23.000.000,-
Silver Rp. 26.000.000,-
Gold Rp. 29.000.000,-
Dilihat dari tabel di atas, PT. Tima Amanah Prima Wisata
menetapkan harga sesuai dengan ketetapan menteri agama pada
Bab III pasal 10 yang menetapkan harga minimal Rp. 20.000.000,-
Pada Bab III Menteri agama juga menetapkan bahwa PPIU
wajib melaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
Penyelenggara Haji dan Umrah dengan system informasi berbasis
komputer yaitu Sistem Informasi Pengawasan Terpadu Umrah dan
Haji Kementrian Agama Republik Indonesia yang disingkat
SiPatuh. Hal ini sudah disosialisasikan kepada berbagai biro
perjalanan umrah, namun hingga sekarang belum serentak
diterapkan system ini. Tujuan diciptakannya SiPatuh adalah untuk
mengawasi keuangan setiap pemberangkatan umrah pada biro biro
perjalanan umrah. Pada ketetapan ini dari pemaparan hasil
wawancara oleh penulis terhadap staff ahli PT. Tima Amanah
Prima Wisata Jakarta Selatan dijelaskan telah mengikuti setiap
sosialisasi yang diselenggarakan pemerintah dan sudah
menggunakan system informasi ini (SiPatuh).37
37 Hasil wawancara dengan Inanda Tio Kusumah, Selaku Divisi Visa
PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan, hari Rabu, 28 Agustus 2018 pukul: 14.20 WIB.
50
B. Pelayanan Penyelenggaraan Ibadah Umrah pada PT.
Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan
Hampir setiap harinya PT. Tima Amanah Prima Wisata
Jakarta Selatan menerima pendaftaran para calon Jemaah umrah
dengan membuka kantor khususnya kantor pusat yang terdapat di
Jl. KH. Abdullah Syafei setiap hari senin hingga sabtu dari jam
10:00 sampai 17:00. Jemaah di arahkan dengan mengikuti
prosedur pendaftaran sesuai sistematika di PT. Tima Amanah
Prima Wisata Jakarta Selatan dengann mengisi formulir dan
melengkapi syarat-syarat dokumen yang ditetapkan. PT. Tima
Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan juga menetapkan perjanjian
kepada setiap Jemaah yang akan berangkat dengan isi perjanjian
yang memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak, hal ini sesuai
dengan Bab IV mengenai Pendaftaran dan Pembatalan pasal 11.
Setiap Jemaah yang telah terdaftar akan dilaporkan kepada
Direktorat Jenderal melalui pelaporan elektronik, kemudian jika
Jemaah yang sudah terdaftar membatalkan keberangkatan maka
PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan akan
mengembalikan BPIU sesuai dengan perjanjian yang sudah
disepakati sebelumnya dan tertera pada surat perjanjian.
Calon Jemaah yang sudah membayar lunas BPIU dan sudah
terdaftar menjadi calon Jemaah umrah PT. Tima Amanah Prima
Wisata akan mendapatkan beberapa pelayanan sebelum
keberangkatan, yaitu bimbingan dan informasi-informasi
mengenai teknis keberangkatan hingga pemulangan umrah
bersama PT. Tima Amanah Prima Wisata. Pada bimbingan Jemaah
ini para Jemaah akan menerima materi bimbingan manasik umrah
51
sesuai syariat dan mendapatkan informasi selama perjalanan
umrah. PT. Tima Amanah Prima Wisata dalam memberikan materi
manasik dan merumuskan sistematika perjalanan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan menteri agama Republik Indonesia yakni
pada PMA Nomor 8 Bab V bagian pelayanan pada pasal 14.
Berikut butir ayat mengenai Bimbingan Manasik:
Pasal 14
(1) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimaksud dalam pasal
13 huruf a, diberikan oleh pembimbing ibadah sebelum
keberangkatan, dalam perjalanan dan selama di Arab
Saudi.
(2) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi materi bimbingan manasik dan perjalanan
umrah.
(3) Bimbingan Jemaah sebelum keberangkatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling
sedikit 1 (satu) kali pertemuan.
(4) Bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan dalam bentuk teori dan praktik.
(5) Pembimbing ibadah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diangkat oleh pimpinan PPIU dan telah
melaksanakan ibadah haji/umrah.
(6) PPIU wajib memberikan buku paket atau buku pedoman
materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah.
(7) Materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah
sebagaiman dimaksud pada ayat (2), berpedoman pada
52
bimbingan manasik dan perjalanan haji dan umrah yang
diterbitkan oleh Kementerian Agama.
Sesuai peraturan menteri agama di atas, PT. Tima Amanah
Prima Wisata melaksanakan bimbingan dengan memberikan
materi tertulis yang berbentuk beberapa lembaran teori manasik
beserta dalilnya dan lisan yang disampaikan oleh tokoh agama
berkualitas dan terpercaya keilmuannya. Manasik dilaksanakan
maksimal 2 sampai 3 kali sebelum pemberangkatan umrah.38
C. Pemberangkatan Jemaah Umrah PT. Tima Amanah
Prima Wisata Jakarta Selatan
Berdasarkan buku pedoman perjalanan umrah PT. Tima
Amanah Prima Wisata, para calon Jemaah akan mendapatkan
beberapa pelayanan selama melaksanakan ibadah umrah, yaitu
transportasi, akomodasi, konsumsi, administrasi dan dokumentasi,
bahkan perlindungan dan kesehatan para Jemaah akan terjamin
selama perjalanan ibadah di Mekkah dan Madinah.
Berdasarkan Bab V tentang pelayanan pasal 15 ayat 10,
“PPIU wajib menyediakan sarana transportasi bagi Jemaah yang
aman, layak dan nyaman sesuai dengan perjanjian yang
disepakati” Dari pernyataan tersebut PT. PT. Tima Amanah Prima
Wisata Amanah Prima Wisata selalu berusaha untuk memberikan
yang terbaik dalam pelayanannya, ada beberapa maskapai yang
hampir selalu dipakai dalam pemberangkatan dan pemulangan
38 Hasil wawancara dengan Inanda Tio Kusumah, Selaku Divisi Visa
PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan, hari Rabu, 29 Agustus 2018 pukul: 14.20 WIB.
53
Jemaah. Turkish Airline, Oman Air, dan Garuda Indonesia
merupakan langganan maskapai yang dipakai karena
pelayanannya yang bagus dan kelayakan maskapai tersebut.
Sedangkan saat di Tanah Suci para Jemaah disuguhkan dengan
transportasi bus yang terbaik dalam perjalanannya. Baik selama di
Mekkah maupun di Madinah.
Dalam pelaksanaannya, sebagai sebuah biro perjalanan
ibadah umrah wajib untuk memberikan fasilitas yang nyaman dan
layak serta perlindungan kesehatan dari berangkat, selama di
Tanah Suci hingga sampai di rumah. Setiap calon Jemaah umrah,
sebagai salah satu syarat diturunkannya visa adalah memiliki buku
kuning atau buku kesehatan yang berarti tanda sudah
melaksanakan suntik vaksinasi meningitis untuk mencegah
terjangkitnya penyakit-penyakit berbahaya. Begitu pula saat
menjalankan ibadah umrah. Setidaknya, selama di Tanah Suci
harus adanya seorang petugas kesehatan yang mampu
mendampingi dan memberikan bantuan kesehatan selama
beribadah. Petugas kesehatan pula perlu didampingi kesediaan
obat-obatan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Adapun mengenai pelayanan perlindungan Jemaah dan
petugas umrah ini melalui berbagai aspek, dijelaskan pada Bab III
Pasal 22 mengenai Perlindungan Jemaah dan Petugas Umrah
yakni:
(1) PPIU wajib menyediakan kartu tanda pengenal yang
memuat paling sedikit nama Jemaah, nomor paspor,
nama PPIU, penanggung jawab dan nomor kontak di
Arab Saudi, nama muassasah, nama dan alamat hotel.
54
(2) PPIU wajib mendaftarkan 1 (satu) orang perwakilan
resmi PPIU di Arab Saudi kepada teknis urusan haji
pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah.
Pada pemaparan pasal tersebut, dapat diambil nilai
kelengkapan dan memudahkan satusama lain antara Jemaah dan
petugas untuk saling mengenal serta memberi tanda asal
rombongan umrah. PT. Tima Amanah Prima Wisata selalu
mengeluarkan sebuah idcard sebagai tanda pengenal setiap Jemaah
dengan format sesuai dengan pasal 22 tersebut.
Setiap calon Jemaah PT. Tima Amanah Prima Wisata baik
dari sebelum berangkat, sampai di tanah suci hingga sampai pulang
selalu dilakukan pemeriksaan dokumen dan seluruh administrasi
yang harus dipenuhi. Calon Jemaah akan dipastikan mendapatkan
visa dan tiket pesawat para pemeriksaan tahap pertama sebelum
pemberangkatan, kemudian saat sampai di tanah suci akan dicek
semua kartu identitas dan yang paling penting yaitu paspor dan
tanda pengenal Jemaah, jika terjadi permasalahan dokumen seperti
hilang paspor, idcard ataupun barang-barang berharga Jemaah,
Tour leader akan turun tangan untuk memecahkan permasalahan
dan mencari jalan keluar hingga selesai.
Berdasarkan Bab VI tentang Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah Sebagai Provider Visa pasal 27, PT. Tima Amanah
Prima Wisata telah memenuhi syarat tersebut dari beberapa tahun
yang lalu.
Hingga saat ini, PT. Tima Amanah Prima Wisata tidak
merasa keberatan dengan diciptakannya Peraturan Menteri Agama
55
Nomor 8 ini, bahkan hal ini sangat baik bagi calon Jemaah yang
ingin melaksanakan ibadah umrah karena berkurangnya
kekhawatiran terhadap travel-biro perjalanan bodong yang
merugikan Jemaah. Ketentuan ini cukup efektif dalam
menstabilkan kepercayaan para calon Jemaah untuk tetap
berangkat umrah dengan nyaman sesuai dengan peraturan
pemerintah. Namun, menurut narasumber kebijakan ini belum
sepenuhnya terrealisasikan dengan baik. Karena kurangnya peran
pemerintah dalam terjun kelapangan untuk pengawasan
penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah ini sesuai dengan PMA
No.8.
56
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penulisan dan pembahasan mengenai
Implementasi Peraturan Menteri Agama Nomor 8 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah pada PT. Tima
Amanah Prima Wisata salah satu biro perjalanan umrah/PPIU
penyelenggara umrah yang memiliki izin dan sebagai provider visa
ini selalu berpedoman pada ketentuan dari Kementrian Agama
Republik Indonesia, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah semakin
dioptimalisasikan pada tahun 2018 dengan menurunkan
Peraturan Menteri Agama Nomor 8 dikarenakan faktor
eksternal pemasalahan yang bermunculan terhadap
penyelenggara ibadah umrah ini khususnya biro perjalanan
swasta, hal ini juga untuk menanggulangi dan meminimalisir
kemungkinan kerugian yang dihadapkan pada calon Jemaah
umrah.
2. Pada implementasi peraturan ini pada PT. Tima Amanah
Prima Wisata Jakarta selatan selaras dengan ketetapan yang
ada, karena PT. Tima Amanah Prima Wisata dalam
menyelenggarakan ibadah umrah ini selalu berpedoman
kepada prosedur yang ada. Namun ada beberapa hambatan
57
yang dihadapi oleh PT. Tima Amanah Prima Wisata
terhadap Peraturan Menteri Agama Nomor 8 ini, yakni:
a. Minimnya koordinasi antara Kementrian Agama dan biro
perjalanan khususnya PT. Tima Amanah Prima Wisata
sehingga kurang optimalnya beberapa peraturan yang
ada.
b. Dapat dikatakan sedikit premature peraturan ini
dikarenakan ada beberapa ketetapan yang belum rampung
(seperti: SiPatuh)
B. Saran
Dari hasil penulisan yang telah penulis kemukakan dengan
penulisan dan pengamatan secara langsung dan wawancara dengan
pihak yang bersangkutan, maka berikut adalah saran-saran penulis,
yakni:
1. PT. Tima Amanah Prima Wisata perlu memperkuat promosi
kepada calon Jemaah dengan membangun kepercayaan dan
kesadaran dalam beribadah dengan meluruskan niat.
2. Menata kembali managemen perusahaan yang baik demi
lancarnya keberlangsungan pelayanan dalam
penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah pada PT. Tima
Amanah Prima Wisata.
3. Dalam perkembangannya Pemerintah perlu memberikan
pemahaman lebih terhadap masyarakat dalam pemilihan biro
penyelenggaran ibadah umrah yang terpercaya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ali bin Muhammad bin Ali al-Jurjani. 1405 H. al-ta’Ta’rifat. Beirut Dar al-Kitab al-‘Arabiy
Al-Misri, Ibnu Manzur. 1405. Lisan al-Arab. Beirut: Dar al-Shadir Ash Siddiqiy, Teungku Muhammad Hasbi. 1997. Pedoman Haji.
Semarang: Pustaka Rizki Putra BISNIS SYARIAH, Sidak ke Bandara Soetta, KPHI: SPM Umrah
Perlu Diperbaiki, diakses di http://www.bisnissyariah.co.id/2017/03/sidak-ke-bandara-soetta-kphi-spm-umrah-perlu-diperbaiki-18499 pada rabu, 1 agustus 2018 pkl 15:00 wib
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penulisan Kualitatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada Corbin, Juliet, Anselm Strauss. 2015. Dasar-dasar Penulisan
Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Emzir. 2011. Metode Penulisan Kualitatif Analisa Data. Jakarta:
Rajawali Press Fathoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penulisan dan Teknik
Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta Hasil wawancara dengan Inanda Tio Kusumah, Selaku Divisi Visa
PT. Tima Amanah Prima Wisata Jakarta Selatan, hari Rabu, 29 Agustus 2018 pukul 14.15 WIB.
Kasiram, M. 2010. Metodologi Penulisan Kualitatif-Kuantitatif.
Malang: Tanpa Penerbit Kemenag Republik Indonesia. 2018. Benahi “Industri” Umrah,
Kemenag Terbitkan Regulasi Baru, diakses dari https://kemenag.go.id/berita/read/507294/benahi----industri----umrah--kemenag-terbitkan-regulasi-baru
59
Kiblat.net. 2018. Baru Terbit, Peraturan Menteri Agama Larang Biro Umrah Pakai Sistem Ponzi, diakses dari https://www.kiblat.net/2018/03/27/baru-terbit-peraturan-menteri-agama-larang-biro-umrah-pakai-sistem-ponzi/
Komandoko, Gamal. 2009. Ensiklopedia Istilah Islam.
Yogyakarta: Penerbit Perum Griya Sidokarto CAKRAWALA
Madjid, AA. 2003. Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah. Surabaya:
Mutiara Ilmu Muhammad al-Bakri Syata al-Dimiyati, (1405 H). I’anah al-
Talibin. Beirut : Darul Fikr Muhammad bin Muhammad bin Abdurazzaq al-Husaini, Taj al-
Arus min jawahir al-Qamus Muhdlor, AZ, Atabik Ali. 1999. Kamus Kontemporer Arab-
Indonesia. Yogyakarta : Multi Karya Grafika Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Strategik, Organisasi Non-
Profit Bidang Pemerintahan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nazir, M. 1988. Metode Penulisan. Jakarta: Ghalia Indonesia Peraturan Menteri Agama No.8 tahun 2018, Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah, Sanusi, Anwar. 2016. Metodologi Penulisan Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat Setyosari, Punaji. Tanpa Tahun. Metode Penulisan Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana Siaran Pers tentang Regulasi Baru dalam Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah, (2018). diakses dari https://kemenag.go.id/berita/read/507294/benahi----industri----umrah--kemenag-terbitkan-regulasi-baru
60
Syamsuddin ar-Ramli. 1357 H. Nihayah al-Manhaj. Mesir : Mustafa al-Halabi
Ummi. 2018. Implementasi Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi
(KSI) Pelaksanaan Haji Pada Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia, diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id,
Usman, Suparman. 2008. Manasik Haji dalam Pandangan
Madzhab. Serang: MUI Provinsi Banten
61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Acc Judul Skripsi
62
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
63
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian Skripsi
64
Lampiran 4. Contoh Paket Umrah PT. Tima Amanah Prima Wisata
65
Lampiran 5. Contoh (2) Paket Umrah PT. Tima Amanah Prima
Wisata 2018
66
Lampiran 6. Contoh ID Card PT. Tima Amanah Prima Wisata
67
Lampiran 7. Form Wawancara kepada Inanda Tio Kusumah sebagai Divisi Haji dan Umrah
68
69
Lampiran 8. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018
70
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5038);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5345);
6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
7. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 168);
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);
MEMUTUSKAN:
71
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG
PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah adalah rangkaian
kegiatan perjalanan Ibadah Umrah di luar musim haji yang
meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan Jemaah,
yang dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau penyelenggara
perjalanan ibadah umrah.
2. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah yang selanjutnya
disingkat PPIU adalah biro perjalanan wisata yang telah
mendapat izin dari Menteri untuk menyelenggarakan
perjalanan Ibadah Umrah.
3. Jemaah Umrah yang selanjutnya disebut Jemaah adalah setiap
orang yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan Ibadah Umrah sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
4. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Umrah yang selanjutnya
disingkat BPIU adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh
Jemaah untuk menunaikan perjalanan Ibadah Umrah.
5. BPIU Referensi adalah biaya rujukan Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah yang ditetapkan oleh Menteri.
6. Asosiasi PPIU adalah perkumpulan yang mengoordinasikan
PPIU.
7. Menteri adalah Menteri Agama Republik Indonesia.
72
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.
9. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
10. Kantor Wilayah adalah Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi.
11. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi.
Pasal 2
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalitas, transparansi, akuntabilitas, dan syariat.
Pasal 3
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah bertujuan memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada Jemaah, sehingga
Jemaah dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan
syariat.
BAB II
PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH UMRAH
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dapat dilakukan oleh
pemerintah dan/atau PPIU.
(2) Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Menteri.
Pasal 5
73
(1) Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dilaksanakan oleh biro
perjalanan wisata yang memiliki izin operasional sebagai PPIU.
(2) Untuk memiliki izin operasional sebagai PPIU sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), biro perjalanan wisata harus memenuhi
persyaratan:
a. memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas dan/atau
perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang
memiliki salah satu kegiatan usahanya di bidang
keagamaan/perjalanan ibadah yang telah mendapat
pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
b. pemilik saham, komisaris, dan direksi yang tercantum dalam
akta notaris perseroan terbatas merupakan warga negara
Indonesia yang beragama Islam;
c. pemilik saham, komisaris, dan direksi tidak pernah atau
sedang dikenai sanksi atas pelanggaran Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah;
d. memiliki kantor pelayanan yang dibuktikan dengan surat
keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah dan
melampirkan bukti kepemilikan atau sewa menyewa paling
singkat 4 (empat) tahun yang dibuktikan dengan pengesahan
atau legalisasi dari Notaris;
e. memiliki tanda daftar usaha pariwisata;
f. telah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun sebagai biro
perjalanan wisata yang dibuktikan dengan laporan kegiatan
usaha;
g. memiliki sertifikat usaha jasa perjalanan wisata dengan
kategori biro perjalanan wisata yang masih berlaku;
74
h. memiliki kemampuan teknis untuk menyelenggarakan
perjalanan Ibadah Umrah yang meliputi kemampuan sumber
daya manusia, manajemen, serta sarana dan prasarana;
i. memiliki laporan keuangan perusahaan 2 (dua) tahun
terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar di
Kementerian Keuangan dengan opini wajar tanpa
pengecualian;
j. melampirkan surat keterangan fiskal dan fotokopi nomor
pokok wajib pajak atas nama perusahaan dan pimpinan
perusahaan;
k. memiliki surat rekomendasi asli dari Kantor Wilayah dengan
masa berlaku 3 (tiga) bulan; dan
l. menyerahkan jaminan dalam bentuk deposito/ bank garansi
atas nama biro perjalanan wisata yang diterbitkan oleh bank
syariah dan/atau bank umum nasional yang memiliki layanan
syariah dengan masa berlaku 4 (empat) tahun.
(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan Keputusan Menteri yang ditandatangani oleh Direktur
Jenderal.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan dalam bentuk
deposito/bank garansi ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal.
Pasal 6
(1) Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf
k diberikan setelah dilaksanakan verifikasi terhadap dokumen
persyaratan perizinan dan peninjauan lapangan oleh Kantor
Wilayah.
75
(2) Peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan bersama-sama dengan kantor kementerian agama
kabupaten/kota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan rekomendasi oleh
Kantor Wilayah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Pasal 7
(1) PPIU wajib melaporkan perubahan susunan pemilik saham,
direksi, dan komisaris dan/atau tempat/domisili perusahaan
kepada Menteri melalui Direktur Jenderal paling lama 3 (tiga)
bulan setelah terjadi perubahan.
(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap direksi dan tempat /
domisili perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Menteri menerbitkan perubahan keputusan izin operasional.
(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
menghilangkan kinerja perusahaan.
Pasal 8
(1) PPIU dapat membuka kantor cabang di luar domisili perusahaan
sebagaimana tercantum dalam keputusan tentang penetapan
perizinan PPIU.
(2) Pembukaan kantor cabang PPIU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib memperoleh pengesahan dari Kepala Kantor Wilayah.
(3) Pimpian PPIU wajib melaporkan pembukaan kantor cabang PPIU
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada Direktur Jenderal.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan, dan
pelaporan pembukaan kantor cabang ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal.
BAB III
76
BIAYA PERJALANAN IBADAH UMRAH
Pasal 9
(1) PPIU menetapkan BPIU sesuai dengan fasilitas dan pelayanan
yang diberikan.
(2) BPIU meliputi seluruh komponen biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
(3) PPIU dilarang memungut biaya lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
Pasal 10
(1) Menteri menetapkan BPIU Referensi secara berkala sebagai
pedoman penetapan BPIU.
(2) Dalam hal PPIU menetapkan BPIU di bawah BPIU Referensi,
PPIU wajib melaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal.
(3) Dalam hal PPIU tidak melaporkan secara tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal meminta penjelasan.
BAB IV
PENDAFTARAN DAN PEMBATALAN
Pasal 11
(1) Pendaftaran Jemaah dilakukan setiap hari.
(2) Pendaftaran Jemaah dilakukan oleh calon jemaah yang
bersangkutan pada PPIU sesuai dengan format pendaftaran dan
perjanjian yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
(3) Isi perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak.
77
(4) PPIU wajib menjelaskan isi perjanjian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada calon jemaah sebelum ditandatangani kedua
belah pihak.
(5) PPIU wajib memberangkatkan Jemaah paling lambat 6 (enam)
bulan setelah pendaftaran.
(6) PPIU wajib memberikan informasi mengenai paket umrah kepada
calon jemaah.
(7) PPIU wajib melaporkan Jemaah yang telah terdaftar kepada
Direktorat Jenderal melalui sistem pelaporan elektronik.
(8) PPIU wajib memberikan dokumen perjanjian kepada Jemaah
segera setelah ditandatangani kedua belah pihak.
(9) PPIU hanya menerima pelunasan BPIU paling lama 3 (tiga) bulan
sebelum waktu/tanggal keberangkatan.
(10) Dalam hal Jemaah yang telah terdaftar membatalkan
keberangkatan, PPIU wajib mengembalikan BPIU setelah
dikurangi biaya yang telah dikeluarkan sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran Jemaah ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Jenderal.
Pasal 12
PPIU dilarang memfasilitasi keberangkatan Jemaah menggunakan
BPIU yang berasal dari dana talangan.
BAB V
PELAYANAN
Pasal 13
PPIU wajib memberikan pelayanan:
a. bimbingan ibadah umrah;
78
b. transportasi Jemaah;
c. akomodasi dan konsumsi;
d. kesehatan Jemaah;
e. perlindungan Jemaah dan petugas umrah; dan
f. administrasi dan dokumentasi umrah.
Bagian Kesatu
Bimbingan Ibadah Umrah
Pasal 14
(1) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf
a, diberikan oleh pembimbing ibadah sebelum keberangkatan,
dalam perjalanan, dan selama di Arab Saudi.
(2) Bimbingan Jemaah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah.
(3) Bimbingan Jemaah sebelum keberangkatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan paling sedikit 1 (satu) kali
pertemuan.
(4) Bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan dalam
bentuk teori dan praktik.
(5) Pembimbing ibadah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diangkat oleh pimpinan PPIU dan telah melaksanakan ibadah
haji/umrah.
(6) PPIU wajib memberikan buku paket atau buku pedoman materi
bimbingan manasik dan perjalanan umrah.
(7) Materi bimbingan manasik dan perjalanan umrah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), berpedoman pada bimbingan manasik dan
perjalanan haji dan umrah yang diterbitkan oleh Kementerian
Agama.
79
Bagian Kedua
Transportasi Jemaah
Pasal 15
(1) Pelayanan transportasi Jemaah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 huruf b dilakukan oleh PPIU meliputi pelayanan
pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi dan selama di Arab Saudi.
(2) Pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh PPIU sesuai dengan jadwal yang
tertera dalam perjanjian yang telah disepakati dengan calon
jemaah.
(3) Jadwal pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan tiket pesawat ke dan
dari Arab Saudi.
(4) Transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
transportasi udara dari Indonesia ke Arab Saudi dan dari Arab
Saudi ke Indonesia, serta transportasi darat atau udara selama di
Arab Saudi.
(5) Transportasi udara dari Indonesia ke Arab Saudi dan dari Arab
Saudi ke Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling
banyak 1 (satu) kali transit dengan menggunakan penerbangan
langsung atau paling banyak 1 (satu) kali transit dengan paling
banyak 2 (dua) maskapai penerbangan.
(6) PPIU wajib menyediakan tempat yang layak dan nyaman bagi
Jemaah selama berada di bandara.
(7) PPIU wajib memfasilitasi Jemaah yang mengalami keterlambatan
penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
80
(8) Transportasi darat selama di Arab Saudi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) wajib menggunakan kendaraan yang layak dan
nyaman.
(9) Transportasi darat selama di Arab Saudi sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) harus memenuhi standar kelayakan dan
kenyamanan:
a. usia bus paling lama 5 (lima) tahun;
b. kapasitas bus paling banyak 50 (lima puluh) seat/bus; dan
c. memiliki air condition, sabuk pengaman, tombol manual
darurat pembuka pintu, alat pemecah kaca, alat pemadam
kebakaran, bagasi yang terletak di bawah, ban cadangan
atau ban anti bocor, kotak pertolongan pertama pada
kecelakaan lengkap dengan obat-obatan, pengeras suara,
toilet, dan kulkas seluruhnya dalam kondisi baik dan
berfungsi.
(10) PPIU wajib menyediakan sarana transportasi bagi Jemaah yang
aman, layak, dan nyaman sesuai dengan perjanjian yang
disepakati.
Bagian Ketiga
Akomodasi dan Konsumsi
Pasal 16
(1) Pelayanan akomodasi dan konsumsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf c wajib dilakukan oleh PPIU selama Jemaah
berada di Arab Saudi.
(2) Dalam hal Jemaah harus menginap sebelum keberangkatan ke
Arab Saudi, PPIU wajib menyediakan akomodasi.
(3) Pelayanan akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
dilakukan oleh PPIU dengan menempatkan Jemaah paling jauh
81
1.000 (seribu) meter dari Masjidil Haram di Makkah dan di dalam
wilayah Markaziyah di Madinah pada hotel paling rendah bintang
3 (tiga).
(4) Dalam hal Jemaah ditempatkan lebih dari 1.000 (seribu) meter dari
Masjidil Haram di Makkah, PPIU wajib menyediakan transportasi
selama 24 (dua puluh empat) jam.
(5) Akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam setiap
kamar diisi paling banyak 4 (empat) orang.
(6) Pelayanan konsumsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan oleh PPIU sebelum berangkat, dalam perjalanan, dan
selama di Arab Saudi.
(7) Konsumsi selama di Arab Saudi sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) wajib memenuhi persyaratan:
a. pelayanan dengan sistem penyajian secara prasmanan
sebanyak 3 (tiga) kali sehari;
b. beberapa pilihan menu, termasuk menu Indonesia; dan
c. segala bentuk konsumsi yang disajikan harus memenuhi
standar higienitas dan kesehatan.
(8) Konsumsi sebelum, dalam perjalanan, atau di bandara diberikan
dalam kemasan boks.
Bagian Keempat
Kesehatan Jemaah
Pasal 17
(1) PPIU wajib memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan
kesehatan bagi Jemaah sebelum pemberangkatan ke dan dari Arab
Saudi dan selama di Arab Saudi.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit meliputi:
82
a. penyediaan petugas kesehatan;
b. penyediaan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pemeriksaan kondisi kesehatan awal Jemaah sebelum
keberangkatan;
d. pengurusan bagi Jemaah yang sakit selama di perjalanan dan
di Arab Saudi;
e. pengurusan Jemaah yang meninggal dunia; dan
f. bimbingan kesehatan Jemaah diberikan sebelum
pemberangkatan ke dan dari Arab Saudi dan selama di Arab
Saudi.
(3) PPIU wajib memastikan Jemaah telah mendapatkan vaksinasi
meningitis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 18
PPIU bertanggung jawab terhadap perawatan dan
pemulangan jemaah yang dirawat inap di Arab Saudi dan negara
transit.
Pasal 19
(1) Setiap Jemaah wajib melakukan vaksinasi meningitis.
(2) Vaksinasi meningitis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menjadi tanggung jawab Jemaah secara individu.
Bagian Kelima
Perlindungan Jemaah dan Petugas Umrah
83
Pasal 20
(1) Pelayanan perlindungan Jemaah dan petugas umrah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf e wajib dilakukan oleh PPIU,
meliputi:
a. asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan;
b. pengurusan dokumen Jemaah yang hilang selama perjalanan
ibadah; dan
c. pengurusan Jemaah yang terpisah dan/atau hilang selama
dalam perjalanan dan di Arab Saudi.
(2) Besaran pertanggungan asuransi/nilai manfaat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai dengan ketentuan dalam
asuransi perjalanan.
Pasal 21
(1) PPIU wajib menyediakan paling sedikit 1 (satu) petugas untuk
mendampingi jemaah.
(2) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dirangkap oleh Jemaah.
(3) Dalam hal jemaah berjumlah lebih dari 90 (sembilan puluh) orang,
PPIU wajib menyediakan 1 (satu) orang tenaga kesehatan.
Pasal 22
(1) PPIU wajib menyediakan kartu tanda pengenal yang memuat
paling sedikit nama Jemaah, nomor paspor, nama PPIU,
penanggung jawab dan nomor kontak di Arab Saudi, nama
muassasah, nama dan alamat hotel.
(2) PPIU wajib mendaftarkan 1 (satu) orang perwakilan resmi PPIU
di Arab Saudi kepada teknis urusan haji pada Konsulat Jenderal
Republik Indonesia di Jeddah.
84
Bagian Keenam
Administrasi dan Dokumentasi Umrah
Pasal 23
Pelayanan administrasi dan dokumen umrah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf f meliputi:
a. pengurusan dokumen perjalanan umrah dan visa bagi Jemaah;
b. pengurusan dokumen jemaah sakit, meninggal, dan ghaib/hilang;
dan
c. pengurusan dokumen lain yang dianggap perlu.
Pasal 24
(1) Masa tinggal Jemaah di Arab Saudi sesuai dengan masa berlaku
visa.
(2) PPIU wajib memastikan masa tinggal Jemaah di Arab Saudi sesuai
dengan masa berlaku visa.
Pasal 25
PPIU dilarang menelantarkan jemaah umrah yang mengakibatkan
jemaah umrah:
a. gagal berangkat ke Arab Saudi;
b. melanggar masa berlaku visa; atau
c. terancam keamanan dan keselamatannya.
Pasal 26
(1) PPIU wajib melaporkan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah kepada Direktur Jenderal yang meliputi rencana perjalanan
umrah, pemberangkatan, pemulangan, dan permasalahan khusus.
85
(2) Laporan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem pelaporan
elektronik.
(3) Laporan rencana perjalanan umrah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1x24 (satu kali
dua puluh empat) jam sebelum Jemaah berangkat dari tanah air.
(4) Laporan pemberangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam
setelah Jemaah berangkat dari bandara pemberangkatan
International.
(5) Laporan kepulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam
setelah jemaah tiba di tanah air.
BAB VI
PENYELENGGARA PERJALANAN IBADAH UMRAH SEBAGAI
PROVIDER VISA
Pasal 27
(1) PPIU dapat mengajukan permohonan pengesahan kontrak sebagai
syarat menjadi provider visa.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan:
a. keputusan izin operasional sebagai PPIU;
b. kontrak kerja sama dengan perusahaan pelayanan umrah di
Arab Saudi;
c. sertifikat International Air Transport Association;
d. bank garansi atas nama PPIU yang diterbitkan oleh bank
syariah dan/atau bank umum nasional yang memiliki layanan
syariah dengan masa berlaku selama 1 (satu) tahun;
86
e. laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik yang
terdaftar di Kementerian Keuangan dengan opini wajar tanpa
pengecualian; dan
f. pernyataan komitmen menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dibuktikan dengan surat
pernyataan/pakta integritas.
(3) Provider visa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib:
a. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Arab
Saudi;
b. memastikan pelayanan administrasi akomodasi, konsumsi,
dan transportasi di Arab Saudi;
c. memastikan pengurusan visa Jemaah hanya kepada PPIU;
d. memastikan pengurusan Jemaah yang meninggal dan/atau
mengalami sakit dan dirawat di Arab Saudi dan/atau di negara
transit, dan sampai kembali ke tanah air;
e. memastikan tiket Jemaah ke dan dari Arab Saudi; dan
f. memastikan asuransi perjalanan Jemaah; dan
g. melaporkan pengurusan visa kepada Direktur Jenderal paling
lama 10 (sepuluh) hari sejak visa diterbitkan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bank garansi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal.
Pasal 28
Dalam hal provider visa tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) huruf e yang berakibat Jemaah
terlantar, provider visa wajib menanggung seluruh biaya yang timbul
sebagai akibat keterlantaran Jemaah.
87
BAB VII
PENANGANAN PENGADUAN JEMAAH
Pasal 29
Jemaah dapat mengadukan pelaksanaan Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah kepada perwakilan pemerintah Republik Indonesia di
luar negeri, PPIU, dan/atau Kementerian Agama.
Pasal 30
Untuk menerima pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,
PPIU wajib:
a. menyediakan sarana penyampaian pengaduan Jemaah;
b. memiliki mekanisme penanganan pengaduan Jemaah; dan
c. membuat berita acara penanganan pengaduan Jemaah.
Pasal 31
Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dapat disampaikan
kepada Direktorat Jenderal, Kantor Wilayah, Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 32
(1) Pengawasan dilakukan oleh Direktur Jenderal.
(2) Dalam melaksanakan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Direktur Jenderal dibantu oleh Kepala Kantor Wilayah,
kepala kantor kementerian agama kabupaten/kota, dan staf teknis
haji pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah.
88
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
pengawasan terhadap:
a. pendaftaran;
b. pengelolaan keuangan;
c. rencana perjalanan;
d. kegiatan operasional pelayanan Jemaah;
e. pengurusan dan penggunaan visa;
f. indikasi penyimpangan dan/atau kasus tertentu; dan
g. ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Dalam hal Kepala Kantor Wilayah, kepala kantor kementerian
agama kabupaten/kota, dan staf teknis haji pada Konsulat Jenderal
Republik Indonesia di Jeddah melakukan pengawasan sendiri,
hasil pengawasan dilaporkan kepada Direktur Jenderal.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat bekerja
sama dengan instansi pemerintah/lembaga terkait.
Pasal 33
Pengawasan dilakukan secara:
a. terprogram dan berkala;
b. sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan; dan/atau
c. terpadu dengan instansi pemerintah/lembaga terkait.
Pasal 34
(1) Pengendalian dilakukan oleh Direktur Jenderal terhadap
operasional Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah di tanah
air, negara transit, dan Arab Saudi.
(2) Pengendalian dapat dilakukan dalam bentuk moratorium perizinan
dan/atau dalam bentuk lainnya.
(3) Moratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Direktur Jenderal atas nama Menteri.
89
Pasal 35
(1) Pengawasan dan pengendalian dilakukan berdasarkan standar
pelayanan minimal Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan dan pengendalian
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal.
BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 36
(1) Pembinaan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dilakukan
oleh Direktur Jenderal.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Direktur Jenderal dibantu oleh Kepala Kantor Wilayah,
kepala kantor kementerian agama kabupaten/kota.
(3) Dalam hal diperlukan, Direktur Jenderal dapat bekerja sama
dengan Asosiasi PPIU dalam melakukan pembinaan terhadap
PPIU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal.
BAB X
AKREDITASI
Pasal 37
(1) Setiap PPIU wajib diakreditasi.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal.
90
(3) Akreditasi PPIU dilakukan setiap 3 (tiga) tahun.
Pasal 38
Biro Perjalanan Wisata yang telah ditetapkan sebagai PPIU dinyatakan
memeroleh akreditasi C.
Pasal 39
(1) Akreditasi dipergunakan sebagai bahan penilaian terhadap
kelayakan dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh PPIU.
(2) Kualitas pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peringkat A (Sangat Baik), B (Baik), C
(Cukup), dan D (Kurang).
(3) Dalam hal peringkat kualitas pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mendapatkan peringkat D (Kurang), izin operasional
PPIU dicabut.
Pasal 40
Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal.
BAB XI
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 41
(1) PPIU yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1), Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 10 ayat (2),
Pasal 11 ayat (2), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8),
dan/atau ayat (9), Pasal 12, Pasal 14 ayat (3), ayat (5) dan ayat (6),
91
Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, dan Pasal 26 dikenakan sanksi peringatan tertulis.
(2) PPIU yang melakukan pengulangan pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi pembekuan izin
penyelenggaraan paling lama 2 (dua) tahun.
(3) PPIU yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 dan Pasal 25 dikenakan sanksi pencabutan izin
penyelenggaraan.
(4) Dalam hal PPIU meminjamkan legalitas perizinan umrah kepada
pihak lain untuk menyelenggarakan perjalanan ibadah umrah,
dikenakan sanksi pencabutan izin penyelenggaraan.
(5) Provider visa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (3) dikenakan sanksi, tidak dapat diberikan
pengesahan kontrak sebagai syarat menjadi provider visa untuk
paling lama 2 (dua) kali musim umrah.
(6) Apabila izin operasional sebagai biro perjalanan wisata dicabut
oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang pariwisata,
Gubernur, Bupati/Wali Kota, izin penyelenggaraan umrah
dicabut.
(7) Dalam hal dikenakan sanksi pembekuan atau pencabutan, PPIU
wajib mengembalikan BPIU kepada Jemaah.
Pasal 42
(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1)
sampai dengan ayat (6), dilakukan berdasarkan pengaduan
masyarakat, hasil akreditasi, dan/atau hasil pengawasan terhadap
PPIU yang disampaikan kepada Direktur Jenderal.
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
secara tertulis dengan melampirkan identitas diri pelapor dan bukti
pelanggaran.
92
Pasal 43
(1) Direktur Jenderal melakukan klarifikasi terhadap pelapor, jemaah,
pemilik izin PPIU dan/atau pihak terkait lainnya yang dilaporkan
telah melakukan pelanggaran terhadap Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) Dalam hal diperlukan Direktur Jenderal dapat menugaskan Kepala
Kantor Wilayah untuk melakukan klarifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Hasil klarifikasi oleh Kepala Kantor Wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Direktur Jenderal
sebagai dasar pengenaan sanksi administratif terhadap
pelanggaran yang telah dilakukan oleh PPIU.
Pasal 44
(1) Dalam hal diperlukan, Direktur Jenderal membentuk tim untuk
menelaah hasil klarifikasi.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat melakukan
pemanggilan terhadap pelapor, jemaah, PPIU, dan/atau pihak
terkait lainnya untuk melengkapi penelaahan terhadap laporan
terjadinya pelanggaran dalam penyelenggaraan perjalanan ibadah
umrah.
(3) Hasil telaahan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disampaikan kepada Direktur Jenderal sebagai dasar pengenaan
sanksi administratif terhadap pelanggaran yang telah dilakukan
oleh PPIU.
Pasal 45
93
(1) Direktur Jenderal atas nama Menteri menetapkan sanksi
administrasi terhadap pemegang izin PPIU yang terbukti
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Direktur Jenderal atas nama Menteri menetapkan pemegang
saham, komisaris, dan direksi yang pernah atau sedang mendapat
sanksi atas pelanggaran Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah.
Pasal 46
Penetapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
disampaikan kepada pimpinan PPIU dan ditembuskan kepada Kepala
Kantor Wilayah.
Pasal 47
Direktur Jenderal mengumumkan PPIU yang dikenakan sanksi
administratif di media massa.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 48
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. PPIU yang telah memiliki izin operasional sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, dinyatakan masih tetap berlaku sampai
dilakukan akreditasi;
b. pelaksanaan akreditasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dilakukan sebelum izin operasional berakhir; dan
c. dalam hal PPIU telah memiliki persyaratan minimal hasil
akreditasi C, diterbitkan Keputusan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini.
94
(2) Dalam hal Direktur Jenderal belum menunjuk lembaga akreditasi
PPIU, akreditasi dilaksanakan oleh Direktur Jenderal.
(3) Paling lama 2 (dua) tahun sejak diundangkannya Peraturan
Menteri ini, Direktur Jenderal menunjuk lembaga akreditasi PPIU.
(4) Paling lama 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan
Menteri ini, PPIU wajib memiliki sertifikat usaha jasa perjalanan
wisata dengan kategori biro perjalanan wisata.
(5) Dalam hal PPIU tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), izin operasional sebagai PPIU, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Agama Nomor 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
366), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 50
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
95
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2018
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
96
DOKUMENTASI
Gambar 2. Dokumentasi Sidang Munaqasyah
Gambar 3. Divisi Tiket
97
Gambar 4. Persiapan Umrah (Idcard, Passport)
98
Gambar 6. Persiapan umrah (Syal, koper dan Buku Panduan)
Gambar 5. Membuat Buku Panduan Umrah