etika profesi (aspek legalitas ankes)

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini semakin banyak bermunculan penyakit- penyakit sistemik maupun non-sistemik di Indonesia. Peranan laboratorium sangat penting untuk menganalisa berbagai macam penyakit. Sehingga keberadaan tenaga laboratorium (Analis Kesehatan) semakin penting di dalam suatu Puskemas maupun rumah sakit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat, diperlukan tenaga analis yang berkompeten. Kompetensi seorang analis telah diatur di dalam undang-undang, dimana seorang analis harus mampu menguasai 33 kompetensi. Dalam prakteknya, seorang analis harus memiliki ijin dari Menteri Kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Ijin dari Menteri Kesehatan, berupa STR (Surat Tanda 1

Upload: putu-yunita-peraba

Post on 28-Apr-2015

603 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini semakin banyak bermunculan penyakit-penyakit sistemik

maupun non-sistemik di Indonesia. Peranan laboratorium sangat penting untuk

menganalisa berbagai macam penyakit. Sehingga keberadaan tenaga

laboratorium (Analis Kesehatan) semakin penting di dalam suatu Puskemas

maupun rumah sakit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang

akurat, diperlukan tenaga analis yang berkompeten. Kompetensi seorang analis

telah diatur di dalam undang-undang, dimana seorang analis harus mampu

menguasai 33 kompetensi.

Dalam prakteknya, seorang analis harus memiliki ijin dari Menteri

Kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan. Ijin dari Menteri Kesehatan, berupa STR (Surat Tanda Registrasi).

Untuk mendapatkan STR, seorang analis harus menguasai kompetensi analis

yang telah ditetapkan. Agar menghasilkan tenaga analis yang berkompeten,

tenaga analis harus melalui uji kompetensi.

Uji kompetensi merupakan syarat untuk menndapatkan STR. Adanya

STR merupakan pegangan bagi tenaga analis, bahwa mereka telah diakui oleh

Kementrian Kesehatan. Pengakuan dari Kementrian Kesehatan merupakan bukti

legal seorang tenaga kesehatan. Seorang tenaga kesehatan yang telah memiliki

ijin secara legal, dapat memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal

1

Page 2: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

kepada masyarakat. Tenaga analis yang telah terdaftar secara legal, harus

mentaati segala peraturan yang berlaku. Termasuk melakukan tugas dan

kewajibannya sesuai dengan keahlian.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis ingin membahas mengenai

“Aspek Legalitas Tenaga Analis Kesehatan dalam Menjalankan Tugas

Profesi” yang kemudian tertuang dalam makalah berikut ini.

1.2. Rumusan Masalah

Mengapa diperlukan proses legalisasi untuk analis kesehatan sebagai profesi?

1.3. Tujuan

1. Untuk dapat menerapkan kemampuannya secara profesional sebagai profesi.

2. Untuk dapat diakui secara legal oleh Kementrian Kesehatan.

1.4. Manfaat

2

Page 3: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

BAB II

PEMBAHASAN

Analis kesehatan merupakan salah satu profesi kesehatan yang bertugas di

laboratorium. Peranan laboratorium sangat penting dalam mendiagnosa berbagai

macam penyakit. Sehingga diperlukan tenaga analis yang berkompeten untuk

menangani berbagai macam pemeriksaan di laboratorium. Analis kesehatan yang

berkompeten harus mampu menguasai 33 kompetensi, yang telah ditetapkan oleh

undang-undang. Kemampuan atau kompetensi dapat diperoleh tenaga analis

kesehatan dari pendidikan atau pelatihan, tetapi kewenangan atau authority sebagai

aspek legalitas seorang tenaga profesi diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas

di bidang tersebut melalui pemberian ijin. Kewenangan memang hanya diberikan

kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun adanya kemampuan tidak berarti

dengan sendirinya memiliki kewenangan.

Sebagai dokter, perawat, dan bidan, kompetensi dalam melakukan suatu

tindakan medis seperti melakukan tindakan phlebotomi telah dimilikinya dan

kewenangan melakukannya pun telah dimilikinya tanpa disebutkan secara eksplisit di

dalam sertifikasi kompetensinya dan atau surat ijin praktek profesinya. Sedangkan

bagi analis kesehatan yang bekerja di laboratorium, kompetensi mereka diperoleh dari

pendidikan menengah atau pelatihan atau kursus, sehingga kompetensinya harus

dinyatakan secara tegas di dalam sertifikat kompetensinya. Sertifikat kompetensi

tersebut harus dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang terakreditasi atau oleh

lembaga sertifikasi tertentu.

3

Page 4: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

Ada kecenderungan bahwa suatu pekerja di bidang kesehatan akan lebih

mudah diakui sebagai tenaga kesehatan apabila pendidikannya setidaknya mencapai

diploma tiga (D3). Hal ini perlu dilakukan agar konsumen kesehatan terjamin

kepentingan dan keselamatannya. Sementara itu tenaga analis kesehatan merupakan

tenaga kesehatan sebagaimana diatur dalam PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan yang disebutkan dalam BAB II Pasal 2 tentang jenis tenaga kesehatan,

meskipun belum ada permenkes yang mengaturnya lebih lanjut.

Kewenangan melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengn medis

sebagai tenaga profesi di dunia kesehatan oleh analis kesehatan belum diakui sebagai

suatu kewenangan yang mandiri, namun harus dianggap sebagai kewenangan yang

memerlukan supervisi dari keprofesian yang menjadi "pemberi kerjanya" sebagai

penanggung-jawabnya. Etika dan standar pekerjaannya pun harus ditetapkan, diatur

dan ditegakkan oleh penanggungjawabnya.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan bahwa : sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan

dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai

pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji

kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau

lembaga sertifikasi (Pasal 61 ayat 3). Lalu dalam penjelasan Pasal 15 disebutkan

bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang

mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian

khusus. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta

4

Page 5: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara

dengan program sarjana.

Berbicara mengenai aspek legalitas tenaga analis kesehatan dalam

menjalankan tugasnya sebagai tenaga profesi, kita sebelumnya harus paham apa

makna yang tersirat dari kata “aspek legal” tersebut. Aspek legal dapat didefinisikan

sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau

dan hukum yang berlaku di Indonesia. Legal, berasal dari kata leggal (bahasa

Belanda) yang pengertiannya adalah sah menurut undang-undang. Atau menurut

kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang atau hukum.

Dari dua sumber pengertian tersebut sama-sama menyebut undang-undang.

Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat kata hukum. Untuk

memberi gambaran berikut ini akan dibahas tentang konsep undang-undang dan

konsep hukum secara garis besarnya.

Hukum itu salah satu tatanan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan

merupakan perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan,

tatanan lainnya adalah, tatanan kebiasaan, dan tatanan kesusilaan. Dalam tatanan

hukum, dicirikan oleh penciptaan norma-norma hukum yang dibuat secara sengaja

oleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang khusus ditugasi untuk

menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu dan menghasilkan substansi yang

sah.

Norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu

menjadi sumber hukum yang paling utama dan kegiatan badan itu disebut dengan

5

Page 6: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

kegiatan perundang-undangan. Hukum yang dihasilkan oleh proses seperti itu

disebut sebagai hukum yang diundangkan.

Dengan uraian tersebut diatas, maka pengertian aspek legalitas adalah

penggunaan norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu

menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan

membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh

tenaga analis kesehatan sebagai tenaga profesi yang sah dibidangnya.

Undang-undang atau peraturan perundangan yang digunakan oleh tenaga

kesehatan termasuk analis kesehatan sebagai dasar pelayanan adalah undang-undang

atau peraturan perundangan yang seharusnya khusus diperuntukannya. Sehingga

akan muncul berbagai macam undang-undang dari berbagai macam profesi, misalnya

saat ini sudah ada UU Praktik Kedokteran dan seterusnya tentu akan disusul dengan

profesi lain yang belum memiliki undang-undang dan diharapkan kedepannya akan

ada undang-undang yang mengatur lebih lanjut dan jelas tentang tenaga analis

kesehatan.

Berikut dijelaskan beberapa aspek legalitas yang mendukung tenaga analis

kesehatan dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga profesi di dunia kesehatan.

Aspek tersebut meliputi standarisasi kompetensi, etika dan standar profesi yang harus

dimiliki tenaga analis kesehatan, pembinaan dan pengawasan, tanggung jawab

hukum, serta inform concent.

A. Standarisasi Kompetensi Analis Kesehatan

Istilah "kompeten" dan "kompetensi" merupakan istilah yang sudah

sangat umum terdengar. Kompeten adalah keterampilan yang diperlukan

6

Page 7: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten

memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi

pekerjaan spesifik. Sedangkan kompetensi adalah apa yang seorang mampu

kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau

hasil yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan

pada pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitude) dan sifat-

sifat pribadi lainnya.

Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah

kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan

(knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat

diamati, diukur dan dievaluasi.

Yang dimaksud dengan kompetensi adalah : seperangkat tindakan cerdas,

penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap

mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan

tertentu. Kompetensi profesional didapatkan melalui pendidikan, pelatihan dan

pemagangan dalam periode yang lama dan cukup sulit, pembelajarannya

dirancang cermat dan dilaksanakan secara ketat, dan diakhiri dengan ujian

sertifikasi (Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Pendidikan Tinggi).

Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah pernyataan yang menguraikan

keterampilan dan pengetahuan yang harus dilakukan saat bekerja serta

7

Page 8: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

penerapannya, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh tempat kerja

(industri).

Dimensi Kompetensi

1. Mampu melakukan tugas per tugas (task skills). Contoh : Mampu

melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara

aseptik.

2. Mampu mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam melaksanakan

pekerjaan (task management skills). Contoh : Mampu melakukan

pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik.

3. Mampu menanggapi kelainan dan kerusakan dalam pekerjaan sehari-

hari (contingency management skills). Contoh : Sedang memindahkan

biakan, gas habis. Menggunakan lampu spiritus untuk sterilisasi ose.

4. Mampu mengahadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan

kerja termasuk bekerjasama dengan orang lain (Job role Environment

Skills). Contoh : Biakan tumpah, menangani tumpahan (didisinfeksi)

sehingga tidak membahayakan dirinya dan orang lain / lingkungan.

5. Mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang

berbeda /situasi yang baru/ tempat kerja yang baru (transfer

skills/adaptation skills). Contoh : Memindahkan biakan bakteri dalam

safety cabinet.

Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi

1. Dasar pemberian rekomendasi kewenangan pelayanan bagi tenaga

kesehatan.

8

Page 9: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

2. Dasar pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan.

3. Jembatan kesenjangan antara kurikulum pendidikan dengan

implementasi kewenangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan.

4. Pedoman CPD (Continuing Profesional Development) bagi organisasi

profesi.

5. Sebagai salah satu alat untuk skrining tenaga kesehatan asing yang akan

beri pelayanan kesehatan

Standar Kompetensi Analis Kesehatan

1. Ilmu pengetahuan yang melatarbelakangi dan berkaitan dengan

fungsinya di laboratorium kesehatan

2. Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional

Dapat merancang alur kerja pengujian/pemeriksaan mulai tahap pra

analitik, analitik, sampai dengan paska analitik.

Membuat SOP, Manual Mutu, indikator kinerja dan proses analisis

yang akan digunakan.

3. Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional.

Melakukan pengambilan spesimen :pengetahuan persiapan pasien.

Penilaian terhadap spesimen (memenuhi syarat atau tidak).

Pelabelan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan,

pengiriman.

Dapat melakukan pemilihan alat, alat bantu, metode, reagent untuk

pemeriksaan atau analisa tertentu.

9

Page 10: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

Dapat mengerjakan prosedur laboratorium.

Dapat memahami cara kerja dan menggunakan peralatan dalam

proses teknis operasional.

Mengetahui cara-cara kalibrasi dan cara menguji kelaikan alat.

Dapat memelihara alat dan menjaga kinerja alat tetap baik.

4. Kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses

teknik operasioanl.

Mampu menilai layak dan tidak hasil pemeriksaan, pemantapan

mutu yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan proses

selanjutnya

Mampu menilai proses pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan.

Diterima tidaknya suatu hasil atau rangkaian hasil pemeriksaan

5. Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa, seperti

pasien, klinisi, mitra kerja, dll.

6. Mampu mendeteksi secara dini :

Munculnya penyimpangan dalam proses operasional.

Terjadinya kerusakan media, reagent alat yang digunakan atau

lingkungan pemeriksaan.

Mampu menilai validitas (kesahihan) suatu hasil pemeriksaan atau

rangkaian hasil pemeriksaan

7. Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap

masalah teknis operasional yang muncul.

8. Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja

10

Page 11: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

9. Kemampuan administrasi

Tugas Pokok Analis Kesehatan

Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan laboratorium

kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,

imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi, imunopatologi,

histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam

pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis

terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari

manusia yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab

penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan

perorangan atau masyarakat

Peran Analis Kesehatan

1. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.

2. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan.

3. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan.

4. Penyuluh dalam bidang laboratorium kesehatan (Promotion Health

Laboratory)

Analis Kesehatan Sebagai Profesi

1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat bersifat khusus atau

spesialis.

2. Melalui jenjang pendidikan tinggi.

3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.

4. Mempunyai kewenangan yang sah, peran dan fungsi jelas.

11

Page 12: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

5. Mempunyai kompetensi jelas dan terukur.

6. Memiliki organisasi profesi, kode etik, standar pelayanan, standar

praktek, standar pendidikan.

Standar Profesi Analis Kesehatan

1. Profesionalisme : tuntutan profesi sebagai jawaban memenangkan

kompetisi GLOBAL.

2. Standar mutu : berlaku bagi semua Analis Kesehatan di Indonesia

3. Melindungi pasien/klien & masyarakat dari pelayanan yg tidak

profesional.

4. Melindungi Analis Kesehatan dari tuntutan klien.

5. Penapisan Ahli Laboratorium asing.

Kewajiban Analis Kesehatan

1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen.

2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen,

yang berkisar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan laboratorium dari yang

sederhana sampai dengan yang canggih.

4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur

pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang

berkaitan dengan data hasil uji.

5. Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan

manfaat kepraktisannya.

12

Page 13: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium

untuk memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji

laboratorium dalam menginterpretasi hasil uji.

7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan

laboratorium.

8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang Teknik

kelaboratoriuman.

9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium

kesehatan.

Kemampuan yang Harus Dimiliki Analis Kesehatan

1. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium

kesehatan.

2. Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk

penyiapan pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan,

atau fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen.

3. Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium.

4. Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian

alat dengan benar.

5. Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,

kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang

dilakukan.

6. Keterampilan dalam pembuatan uji kualitas media dan reagen untuk

pemeriksaan laboratorium.

13

Page 14: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

7. Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan

prosedur laboratorium.

8. Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil uji.

9. Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui

evaluasi mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji.

10. Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.

11. Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan

jenjangnya.

Penguasaan kompetensi oleh analis kesehatan seperti yang diuraikan di

atas, kemudian akan diuji melalui uji kompetensi. Uji kompetensi akan dilakukan

oleh organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan. Uji kompetensi tersebut

akan dilaksanakan secara Nasional, untuk tiap profesi kesehatan. Untuk dapat

melakukan prakteknya, setiap tenaga profesi kesehatan harus memiliki surat ijin

melalui proses registrasi. Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga

profesi harus mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik

guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan

profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh

badan tersebut. Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian, dan

pengakuan terhadap analis. Setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi

inti. Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan

haknya untuk ijin praktik (lisensi) setelah memenuhi beberapa persyaratan

administrasi untuk lisensi guna melengkapi legalitasnya sebagai tenaga profesi.

14

Page 15: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

Uji kompetensi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan STR

(surat tanda registrasi). Dimana STR merupakan surat ijin yang dikeluarkan oleh

Menteri Kesehatan. STR digunakan oleh para tenaga kesehatan untuk melakukan

prakteknya.

STR merupakan surat ijin legal yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan.

STR digunakan oleh para tenaga kesehatan, untuk melakukan prakteknya.

Adapun persyaratan untuk memperoleh STR, bagi lulusan sebelum tahun 2012

(proses pemutihan) adalah :

1. Fotocopi ijazah terakhir yang dilegalisir (cap basah) 2 lembar

2. Pas Foto ukuran 4 x 6 cm dengan latar belakang merah 3 lembar

3. Apabila telah memiliki Surat Izin (SIP,SIB,dll) dan sudah habis masa

berlakunya dapat dilampirkan.

4. Apabila sudah memilki sertifikat kompetensi boleh dilampirkan.

5. Apabila Surat Izin (SIP, SIB, dll) masih berlaku sesuai dengan PMK 1796

pasal 36 ayat (1) dnyatakan telah memiliki STR sampai masa berlakunya

berakhir (artinya Surat Izin saudara masih barlaku dan tidak diharuskan

membuat STR, namun bila tetap ingin membuat STR juga tidak salah)

Proses pemutihan untuk mendapatkan STR ini dapat dilakukan melalui

organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan agar sekaligus terdaftar dan

teregistrasi dalam organisasi profesi setiap tenaga kesehatan. Proses pemutihan

harus melalui organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan, karena masa

berlaku STR adalah 5 (lima) tahun terhitung tanggal diterbitkan (sesuai dengan

tanggal lahir) dan apabila STR tenaga kesehatan habis masa berlakunya perlu

15

Page 16: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

diperpanjang dengan persyaratan harus memilki 25 SKP (satuan kredit profesi)

yang dikeluarkan oleh organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan. Oleh

karena itu keanggotaan tenaga kesehatan dalam organisasi profesinya adalah

merupakan bagian yang harus dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan.

Proses pemutihan pembuatan STR tidak dipungut biaya, adapun apabila

ada pungutan biaya terkait pengurusan STR (pemutihan STR) agar melaporkan

ke organisasi profesinya (OP) disini adalah PATELKI, biasanya pungutan biaya

diberlakukan bagi anggota OP yang menunggak kewajiban anggota seperti iuran

keanggotaan atau mungkin biaya pendaftaran keanggotaan karena belum

terdaftar sebagai anggota OP.

Bagi lulusan pendidikan tahun 2012 dan seterusnya untuk mendapatkan

STR diwajibkan mengikuti uji kompetensi nasional yang diselenggarakan oleh

MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) diperguruan tinggi yang

terakreditasi, dengan uji kompetensi tenaga kesehatan akan memperoleh

Sertifikat Kompetensi. MTKI akan memberikan Sertifikat Kompetensi kepada

peserta didik pada waktu pengambilan sumpah.

Sertifikat Kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh

STR dan diberikan oleh MTKI kepada peserta didik yang dinyatakan lulus

bersamaan dengan pemberian sertifikat kompetensi.

B. Etika Profesi dan Standar Profesi sebagai Analis Kesehatan

Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi, atau tepatnya masyarakat

profesi, untuk mengatur sikap dan tingkah-laku para anggotanya, terutama

berkaitan dengan moralitas. Etika profesi di bidang kesehatan mendasarkan

16

Page 17: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

ketentuan-ketentuan di dalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat khusus

moralitas profesi pengobat pada umumnya, seperti patient autonomy,

beneficence, non maleficence, justice, truth telling, privacy, confidentiality,

loyality, dll. Etika profesi bertujuan untuk mempertahankan keluhuran profesi

dan melindungi masyarakat yang berhubungan dengan profesi tersebut. Etika

profesi umumnya dituliskan dalam bentuk Kode Etik dan pelaksanaannya

diawasi oleh sebuah Majelis atau Dewan Kehormatan Etik

Standar Profesi terdiri dari 3 bagian, yaitu (a) standar kompetensi yang

telah dibahas di atas sebagai bagian dari persyaratan profesi, (b) standar perilaku

yang sebagian diatur dalam kode etik, dan (c) standar pelayanan. Standar

pelayanan, yang dalam UU Kesehatan disebut sebagai standar profesi, diartikan

sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan

profesi secara baik.

UU No.18 tahun 2002 tentang IPTEK menjelaskan bahwa Dewan

Kehormatan Kode Etik dibentuk oleh organisasi profesi untuk menegakkan etika,

pelaksanaan kegiatan profesi serta menilai palanggaran profesi yang dapat

merugikan masyarakat atau kehidupan profesionalisme di lingkungannya (Pasal

25). Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memberikan landasan di

bidang profesi untuk menjamin perlindungan masyarakat atas penyimpangan

pelaksanaan profesi.

C. Pembinaan dan Pengawasan

Organisasi profesi membuat kode etik dan standar profesi, mengawasi

pelaksanaannya, dan memberikan sanksi bagi mereka yang melanggarnya dengan

17

Page 18: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

atau tanpa adanya korban atau kerugian. Semuanya itu ditujukan untuk

melindungi masyarakat, khususnya pengguna jasa profesi. Upaya itu merupakan

bagian dari akuntabilitas profesi. Majelis atau Dewan Kehormatan Etik-lah yang

melakukan pengawasan, pemeriksaan dan pemberian sanksi atas pelanggaran etik

dan disiplin profesi.

Sebuah profesi dikatakan akuntabel apabila organisasinya dapat

memastikan bahwa pelayanan profesional di bidang itu hanya dilaksanakan oleh

orang-orang yang kapabel atau kompeten. Organisasi profesi dapat membentuk

Dewan Kehormatan Kode Etik yang akan melaksanakan proses persidangan,

pemberian sanksi dan pembinaan.

D. Tanggung Jawab Hukum

Tanggung jawab hukum kepada pasien dapat terjadi sebagai akibat dari

suatu tindakan yang melanggar hukum atau merugikan pasien. Sifatnya pun

merupakan kesengajaan atau kelalaian. Pelanggaran hukum dapat berupa

tindakan tanpa informfed concent, pelanggaran susila, pengingkaran atas janji

atau jaminan, dan sebagainya.

Kelalaian diartikan sebagai suatu perbuatan yang seharusnya tidak

dilakukan atau tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh

orang-orang yang berkualifikasi sama pada situasi dan kondisi yang identik.

Pertanggung jawabannya dapat berupa pidana dengan ancaman hukuman tertentu

dan dapat pula perdata dalam bentuk ganti rugi.

Tanggung jawab pidana diberikan langsung kepada pelakunya apabila

kompetensi itu telah sah atau terakreditasi, atau menjadi tanggung jawab pemberi

18

Page 19: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

perintah apabila dalam kondisi sebaliknya. Penanggung jawab dianggap telah

lalai memberikan perintah kepada orang untuk melakukan tindakan di luar

kompetensinya, padahal diketahuinya bahwa kesalahan atau kerugian dapat

terjadi karenanya.

Tanggung jawab perdatanya menjadi beban pemberi kerja berdasarkan

doktrin respondeat superior atau Pasal 1367 KUH Perdata.

E. Inform Concent (Persetujuan Medik)

Inform concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau

keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan

terhadap pasien tersebut.

Dasar hukum dari inform concent adalah : (1) Keputusan Menteri

Kesehatan No. 585/Menkes/PER/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik,

(2) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 53 ayat (2) dan

penjelasannya, dan (3) PP No. 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Anatomis

serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.

Unsur-unsur yang terdapat dalam informed concent meliputi : (1)

etiologi/patogenesis penyakit, berisikan tentang mengapa penyakit itu muncul,

kemungkinan lanjut penyakit itu jika tidak dilakukan perawatan, (2) diagnosis

penyakit, merupakan sebutan nama dari penyakit yang diderita menurut bahasa

kedokteran, (3) rencana perawatan, berisikan penjelasan tentang jalannya

perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan, dan (4) risiko, kemungkinan

yang bisa muncul dari upaya perawatan yang dilakukan.

19

Page 20: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

Fungsi dari informed concent adalah : (1) promosi dari hak otonomi

perorangan, (2) proteksi dari pasien dan subyek, (3) mencegah terjadinya

penipuan dan paksaan, (4) menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk

introspeksi diri, (5) promosi dari keputusan yang rasional, dan (6) keterlibatan

masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial dan

mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.

Hak pasien dalam inform concent : (1) hak untuk memperoleh informasi

mengenai penyakitnya dan tindakan apa yang hendak dilakukan dokter terhadap

dirinya, (2) hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan, (3)

hak untuk memilih alternatif lain (jika ada), dan (4) hak untuk menolak usul

tindakan yang hendak dilakukan

Dasar adanya inform concent adalah : (1) hubungan dokter pasien

berdasarkan atas kepercayan, (2) hak pasien untuk menentukan apa yang

dikehendaki terhadap dirinya sendiri, dan (3) adanya hubungan kontrak

terapeutik antara dokter dan pasien.

20

Page 21: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

21

Page 22: Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)

DAFTAR PUSTAKA

Riswanto. 2010. Standar Kompetensi Analis Kesehatan. Available from :

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/standar-kompetensi-analis-

kesehatan_05.html. Diakses tanggal 29 Desember 2012.

Primadi, Oscar. 2012. Kebijakan Standarisasi dan Sertifikasi Tenaga Kesehtan.

Available from : http://www.slideshare.net/perawatonline/kebijakan-

standardisasi-dan-sertifikasi-nakes. Diakses tanggal 29 Desember 2012.

Riswanto. 2010. Aspek Medikolegal Phlebotomi bagi Analis Kesehatan. Available

from : http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/aspek-medikolegal-

phlebotomi-bagi.html. Diakses 30 Desember 2012.

Anonim. 2012. Uji Kompetensi Pedoman Uji Kompetensi Sertifikasi. Available at :

http://uji Kompetensi/pedoman-uji-kompetensi-sertifikasi-

dan_23.htmldan_23.html. Diakses tanggal 30 Desember 2012

Anonim. 2012. Uji Kompetensi Penyerahan Surat Tanda Registrasi (STR). Available

at : http://UjiKompetensi/PenyerahanSurat TandaRegistrasi (STR) _

Hidup ]SehatdanBahagia.html. Diakses tanggal 30 Desember 2012

22