Download - Etika Profesi (Aspek Legalitas AnKes)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini semakin banyak bermunculan penyakit-penyakit sistemik
maupun non-sistemik di Indonesia. Peranan laboratorium sangat penting untuk
menganalisa berbagai macam penyakit. Sehingga keberadaan tenaga
laboratorium (Analis Kesehatan) semakin penting di dalam suatu Puskemas
maupun rumah sakit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
akurat, diperlukan tenaga analis yang berkompeten. Kompetensi seorang analis
telah diatur di dalam undang-undang, dimana seorang analis harus mampu
menguasai 33 kompetensi.
Dalam prakteknya, seorang analis harus memiliki ijin dari Menteri
Kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. Ijin dari Menteri Kesehatan, berupa STR (Surat Tanda Registrasi).
Untuk mendapatkan STR, seorang analis harus menguasai kompetensi analis
yang telah ditetapkan. Agar menghasilkan tenaga analis yang berkompeten,
tenaga analis harus melalui uji kompetensi.
Uji kompetensi merupakan syarat untuk menndapatkan STR. Adanya
STR merupakan pegangan bagi tenaga analis, bahwa mereka telah diakui oleh
Kementrian Kesehatan. Pengakuan dari Kementrian Kesehatan merupakan bukti
legal seorang tenaga kesehatan. Seorang tenaga kesehatan yang telah memiliki
ijin secara legal, dapat memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal
1
kepada masyarakat. Tenaga analis yang telah terdaftar secara legal, harus
mentaati segala peraturan yang berlaku. Termasuk melakukan tugas dan
kewajibannya sesuai dengan keahlian.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis ingin membahas mengenai
“Aspek Legalitas Tenaga Analis Kesehatan dalam Menjalankan Tugas
Profesi” yang kemudian tertuang dalam makalah berikut ini.
1.2. Rumusan Masalah
Mengapa diperlukan proses legalisasi untuk analis kesehatan sebagai profesi?
1.3. Tujuan
1. Untuk dapat menerapkan kemampuannya secara profesional sebagai profesi.
2. Untuk dapat diakui secara legal oleh Kementrian Kesehatan.
1.4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Analis kesehatan merupakan salah satu profesi kesehatan yang bertugas di
laboratorium. Peranan laboratorium sangat penting dalam mendiagnosa berbagai
macam penyakit. Sehingga diperlukan tenaga analis yang berkompeten untuk
menangani berbagai macam pemeriksaan di laboratorium. Analis kesehatan yang
berkompeten harus mampu menguasai 33 kompetensi, yang telah ditetapkan oleh
undang-undang. Kemampuan atau kompetensi dapat diperoleh tenaga analis
kesehatan dari pendidikan atau pelatihan, tetapi kewenangan atau authority sebagai
aspek legalitas seorang tenaga profesi diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas
di bidang tersebut melalui pemberian ijin. Kewenangan memang hanya diberikan
kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun adanya kemampuan tidak berarti
dengan sendirinya memiliki kewenangan.
Sebagai dokter, perawat, dan bidan, kompetensi dalam melakukan suatu
tindakan medis seperti melakukan tindakan phlebotomi telah dimilikinya dan
kewenangan melakukannya pun telah dimilikinya tanpa disebutkan secara eksplisit di
dalam sertifikasi kompetensinya dan atau surat ijin praktek profesinya. Sedangkan
bagi analis kesehatan yang bekerja di laboratorium, kompetensi mereka diperoleh dari
pendidikan menengah atau pelatihan atau kursus, sehingga kompetensinya harus
dinyatakan secara tegas di dalam sertifikat kompetensinya. Sertifikat kompetensi
tersebut harus dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang terakreditasi atau oleh
lembaga sertifikasi tertentu.
3
Ada kecenderungan bahwa suatu pekerja di bidang kesehatan akan lebih
mudah diakui sebagai tenaga kesehatan apabila pendidikannya setidaknya mencapai
diploma tiga (D3). Hal ini perlu dilakukan agar konsumen kesehatan terjamin
kepentingan dan keselamatannya. Sementara itu tenaga analis kesehatan merupakan
tenaga kesehatan sebagaimana diatur dalam PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan yang disebutkan dalam BAB II Pasal 2 tentang jenis tenaga kesehatan,
meskipun belum ada permenkes yang mengaturnya lebih lanjut.
Kewenangan melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengn medis
sebagai tenaga profesi di dunia kesehatan oleh analis kesehatan belum diakui sebagai
suatu kewenangan yang mandiri, namun harus dianggap sebagai kewenangan yang
memerlukan supervisi dari keprofesian yang menjadi "pemberi kerjanya" sebagai
penanggung-jawabnya. Etika dan standar pekerjaannya pun harus ditetapkan, diatur
dan ditegakkan oleh penanggungjawabnya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa : sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan
dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi (Pasal 61 ayat 3). Lalu dalam penjelasan Pasal 15 disebutkan
bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian
khusus. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta
4
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara
dengan program sarjana.
Berbicara mengenai aspek legalitas tenaga analis kesehatan dalam
menjalankan tugasnya sebagai tenaga profesi, kita sebelumnya harus paham apa
makna yang tersirat dari kata “aspek legal” tersebut. Aspek legal dapat didefinisikan
sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau
dan hukum yang berlaku di Indonesia. Legal, berasal dari kata leggal (bahasa
Belanda) yang pengertiannya adalah sah menurut undang-undang. Atau menurut
kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang atau hukum.
Dari dua sumber pengertian tersebut sama-sama menyebut undang-undang.
Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat kata hukum. Untuk
memberi gambaran berikut ini akan dibahas tentang konsep undang-undang dan
konsep hukum secara garis besarnya.
Hukum itu salah satu tatanan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan
merupakan perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan,
tatanan lainnya adalah, tatanan kebiasaan, dan tatanan kesusilaan. Dalam tatanan
hukum, dicirikan oleh penciptaan norma-norma hukum yang dibuat secara sengaja
oleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang khusus ditugasi untuk
menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu dan menghasilkan substansi yang
sah.
Norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu
menjadi sumber hukum yang paling utama dan kegiatan badan itu disebut dengan
5
kegiatan perundang-undangan. Hukum yang dihasilkan oleh proses seperti itu
disebut sebagai hukum yang diundangkan.
Dengan uraian tersebut diatas, maka pengertian aspek legalitas adalah
penggunaan norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu
menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh
tenaga analis kesehatan sebagai tenaga profesi yang sah dibidangnya.
Undang-undang atau peraturan perundangan yang digunakan oleh tenaga
kesehatan termasuk analis kesehatan sebagai dasar pelayanan adalah undang-undang
atau peraturan perundangan yang seharusnya khusus diperuntukannya. Sehingga
akan muncul berbagai macam undang-undang dari berbagai macam profesi, misalnya
saat ini sudah ada UU Praktik Kedokteran dan seterusnya tentu akan disusul dengan
profesi lain yang belum memiliki undang-undang dan diharapkan kedepannya akan
ada undang-undang yang mengatur lebih lanjut dan jelas tentang tenaga analis
kesehatan.
Berikut dijelaskan beberapa aspek legalitas yang mendukung tenaga analis
kesehatan dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga profesi di dunia kesehatan.
Aspek tersebut meliputi standarisasi kompetensi, etika dan standar profesi yang harus
dimiliki tenaga analis kesehatan, pembinaan dan pengawasan, tanggung jawab
hukum, serta inform concent.
A. Standarisasi Kompetensi Analis Kesehatan
Istilah "kompeten" dan "kompetensi" merupakan istilah yang sudah
sangat umum terdengar. Kompeten adalah keterampilan yang diperlukan
6
seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan konsisten
memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi
pekerjaan spesifik. Sedangkan kompetensi adalah apa yang seorang mampu
kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau
hasil yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan
pada pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitude) dan sifat-
sifat pribadi lainnya.
Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah
kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan
(knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat
diamati, diukur dan dievaluasi.
Yang dimaksud dengan kompetensi adalah : seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu. Kompetensi profesional didapatkan melalui pendidikan, pelatihan dan
pemagangan dalam periode yang lama dan cukup sulit, pembelajarannya
dirancang cermat dan dilaksanakan secara ketat, dan diakhiri dengan ujian
sertifikasi (Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi).
Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah pernyataan yang menguraikan
keterampilan dan pengetahuan yang harus dilakukan saat bekerja serta
7
penerapannya, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh tempat kerja
(industri).
Dimensi Kompetensi
1. Mampu melakukan tugas per tugas (task skills). Contoh : Mampu
melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara
aseptik.
2. Mampu mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam melaksanakan
pekerjaan (task management skills). Contoh : Mampu melakukan
pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik.
3. Mampu menanggapi kelainan dan kerusakan dalam pekerjaan sehari-
hari (contingency management skills). Contoh : Sedang memindahkan
biakan, gas habis. Menggunakan lampu spiritus untuk sterilisasi ose.
4. Mampu mengahadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan
kerja termasuk bekerjasama dengan orang lain (Job role Environment
Skills). Contoh : Biakan tumpah, menangani tumpahan (didisinfeksi)
sehingga tidak membahayakan dirinya dan orang lain / lingkungan.
5. Mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang
berbeda /situasi yang baru/ tempat kerja yang baru (transfer
skills/adaptation skills). Contoh : Memindahkan biakan bakteri dalam
safety cabinet.
Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi
1. Dasar pemberian rekomendasi kewenangan pelayanan bagi tenaga
kesehatan.
8
2. Dasar pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan.
3. Jembatan kesenjangan antara kurikulum pendidikan dengan
implementasi kewenangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan.
4. Pedoman CPD (Continuing Profesional Development) bagi organisasi
profesi.
5. Sebagai salah satu alat untuk skrining tenaga kesehatan asing yang akan
beri pelayanan kesehatan
Standar Kompetensi Analis Kesehatan
1. Ilmu pengetahuan yang melatarbelakangi dan berkaitan dengan
fungsinya di laboratorium kesehatan
2. Kemampuan untuk merancang proses teknik operasional
Dapat merancang alur kerja pengujian/pemeriksaan mulai tahap pra
analitik, analitik, sampai dengan paska analitik.
Membuat SOP, Manual Mutu, indikator kinerja dan proses analisis
yang akan digunakan.
3. Kemampuan melaksanakan proses teknik operasional.
Melakukan pengambilan spesimen :pengetahuan persiapan pasien.
Penilaian terhadap spesimen (memenuhi syarat atau tidak).
Pelabelan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan,
pengiriman.
Dapat melakukan pemilihan alat, alat bantu, metode, reagent untuk
pemeriksaan atau analisa tertentu.
9
Dapat mengerjakan prosedur laboratorium.
Dapat memahami cara kerja dan menggunakan peralatan dalam
proses teknis operasional.
Mengetahui cara-cara kalibrasi dan cara menguji kelaikan alat.
Dapat memelihara alat dan menjaga kinerja alat tetap baik.
4. Kemampuan untuk memberikan penilaian (judgement) hasil proses
teknik operasioanl.
Mampu menilai layak dan tidak hasil pemeriksaan, pemantapan
mutu yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan proses
selanjutnya
Mampu menilai proses pemeriksaan atau rangkaian pemeriksaan.
Diterima tidaknya suatu hasil atau rangkaian hasil pemeriksaan
5. Kemampuan komunikasi dengan pelanggan atau pemakai jasa, seperti
pasien, klinisi, mitra kerja, dll.
6. Mampu mendeteksi secara dini :
Munculnya penyimpangan dalam proses operasional.
Terjadinya kerusakan media, reagent alat yang digunakan atau
lingkungan pemeriksaan.
Mampu menilai validitas (kesahihan) suatu hasil pemeriksaan atau
rangkaian hasil pemeriksaan
7. Kemampuan untuk melakukan koreksi atau penyesaian terhadap
masalah teknis operasional yang muncul.
8. Kemampuan menjaga keselamatan kerja dan lingkungan kerja
10
9. Kemampuan administrasi
Tugas Pokok Analis Kesehatan
Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan laboratorium
kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,
imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi, imunopatologi,
histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam
pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis
terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab
penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan
perorangan atau masyarakat
Peran Analis Kesehatan
1. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan.
2. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan.
3. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan.
4. Penyuluh dalam bidang laboratorium kesehatan (Promotion Health
Laboratory)
Analis Kesehatan Sebagai Profesi
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat bersifat khusus atau
spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan tinggi.
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kewenangan yang sah, peran dan fungsi jelas.
11
5. Mempunyai kompetensi jelas dan terukur.
6. Memiliki organisasi profesi, kode etik, standar pelayanan, standar
praktek, standar pendidikan.
Standar Profesi Analis Kesehatan
1. Profesionalisme : tuntutan profesi sebagai jawaban memenangkan
kompetisi GLOBAL.
2. Standar mutu : berlaku bagi semua Analis Kesehatan di Indonesia
3. Melindungi pasien/klien & masyarakat dari pelayanan yg tidak
profesional.
4. Melindungi Analis Kesehatan dari tuntutan klien.
5. Penapisan Ahli Laboratorium asing.
Kewajiban Analis Kesehatan
1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen.
2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen maupun terhadap spesimen,
yang berkisar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan laboratorium dari yang
sederhana sampai dengan yang canggih.
4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur
pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan data hasil uji.
5. Mengevaluasi teknik, instrumen dan prosedur baru untuk menentukan
manfaat kepraktisannya.
12
6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan yang benar dari data laboratorium
untuk memastikan seleksi yang efektif dan efisien terhadap uji
laboratorium dalam menginterpretasi hasil uji.
7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium.
8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang Teknik
kelaboratoriuman.
9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium
kesehatan.
Kemampuan yang Harus Dimiliki Analis Kesehatan
1. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium
kesehatan.
2. Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk
penyiapan pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan,
atau fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman spesimen.
3. Keterampilan dalam melaksanakan prosedur laboratorium.
4. Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian
alat dengan benar.
5. Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat,
kalibrasi dan penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang
dilakukan.
6. Keterampilan dalam pembuatan uji kualitas media dan reagen untuk
pemeriksaan laboratorium.
13
7. Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan
prosedur laboratorium.
8. Kewaspadaan terhadap faktor yang mempengaruhi hasil uji.
9. Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui
evaluasi mutu spesimen, sebelum melaporkan hasil uji.
10. Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.
11. Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan
jenjangnya.
Penguasaan kompetensi oleh analis kesehatan seperti yang diuraikan di
atas, kemudian akan diuji melalui uji kompetensi. Uji kompetensi akan dilakukan
oleh organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan. Uji kompetensi tersebut
akan dilaksanakan secara Nasional, untuk tiap profesi kesehatan. Untuk dapat
melakukan prakteknya, setiap tenaga profesi kesehatan harus memiliki surat ijin
melalui proses registrasi. Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga
profesi harus mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik
guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan
profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
badan tersebut. Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian, dan
pengakuan terhadap analis. Setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi
inti. Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan
haknya untuk ijin praktik (lisensi) setelah memenuhi beberapa persyaratan
administrasi untuk lisensi guna melengkapi legalitasnya sebagai tenaga profesi.
14
Uji kompetensi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan STR
(surat tanda registrasi). Dimana STR merupakan surat ijin yang dikeluarkan oleh
Menteri Kesehatan. STR digunakan oleh para tenaga kesehatan untuk melakukan
prakteknya.
STR merupakan surat ijin legal yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan.
STR digunakan oleh para tenaga kesehatan, untuk melakukan prakteknya.
Adapun persyaratan untuk memperoleh STR, bagi lulusan sebelum tahun 2012
(proses pemutihan) adalah :
1. Fotocopi ijazah terakhir yang dilegalisir (cap basah) 2 lembar
2. Pas Foto ukuran 4 x 6 cm dengan latar belakang merah 3 lembar
3. Apabila telah memiliki Surat Izin (SIP,SIB,dll) dan sudah habis masa
berlakunya dapat dilampirkan.
4. Apabila sudah memilki sertifikat kompetensi boleh dilampirkan.
5. Apabila Surat Izin (SIP, SIB, dll) masih berlaku sesuai dengan PMK 1796
pasal 36 ayat (1) dnyatakan telah memiliki STR sampai masa berlakunya
berakhir (artinya Surat Izin saudara masih barlaku dan tidak diharuskan
membuat STR, namun bila tetap ingin membuat STR juga tidak salah)
Proses pemutihan untuk mendapatkan STR ini dapat dilakukan melalui
organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan agar sekaligus terdaftar dan
teregistrasi dalam organisasi profesi setiap tenaga kesehatan. Proses pemutihan
harus melalui organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan, karena masa
berlaku STR adalah 5 (lima) tahun terhitung tanggal diterbitkan (sesuai dengan
tanggal lahir) dan apabila STR tenaga kesehatan habis masa berlakunya perlu
15
diperpanjang dengan persyaratan harus memilki 25 SKP (satuan kredit profesi)
yang dikeluarkan oleh organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan. Oleh
karena itu keanggotaan tenaga kesehatan dalam organisasi profesinya adalah
merupakan bagian yang harus dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan.
Proses pemutihan pembuatan STR tidak dipungut biaya, adapun apabila
ada pungutan biaya terkait pengurusan STR (pemutihan STR) agar melaporkan
ke organisasi profesinya (OP) disini adalah PATELKI, biasanya pungutan biaya
diberlakukan bagi anggota OP yang menunggak kewajiban anggota seperti iuran
keanggotaan atau mungkin biaya pendaftaran keanggotaan karena belum
terdaftar sebagai anggota OP.
Bagi lulusan pendidikan tahun 2012 dan seterusnya untuk mendapatkan
STR diwajibkan mengikuti uji kompetensi nasional yang diselenggarakan oleh
MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) diperguruan tinggi yang
terakreditasi, dengan uji kompetensi tenaga kesehatan akan memperoleh
Sertifikat Kompetensi. MTKI akan memberikan Sertifikat Kompetensi kepada
peserta didik pada waktu pengambilan sumpah.
Sertifikat Kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh
STR dan diberikan oleh MTKI kepada peserta didik yang dinyatakan lulus
bersamaan dengan pemberian sertifikat kompetensi.
B. Etika Profesi dan Standar Profesi sebagai Analis Kesehatan
Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi, atau tepatnya masyarakat
profesi, untuk mengatur sikap dan tingkah-laku para anggotanya, terutama
berkaitan dengan moralitas. Etika profesi di bidang kesehatan mendasarkan
16
ketentuan-ketentuan di dalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat khusus
moralitas profesi pengobat pada umumnya, seperti patient autonomy,
beneficence, non maleficence, justice, truth telling, privacy, confidentiality,
loyality, dll. Etika profesi bertujuan untuk mempertahankan keluhuran profesi
dan melindungi masyarakat yang berhubungan dengan profesi tersebut. Etika
profesi umumnya dituliskan dalam bentuk Kode Etik dan pelaksanaannya
diawasi oleh sebuah Majelis atau Dewan Kehormatan Etik
Standar Profesi terdiri dari 3 bagian, yaitu (a) standar kompetensi yang
telah dibahas di atas sebagai bagian dari persyaratan profesi, (b) standar perilaku
yang sebagian diatur dalam kode etik, dan (c) standar pelayanan. Standar
pelayanan, yang dalam UU Kesehatan disebut sebagai standar profesi, diartikan
sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik.
UU No.18 tahun 2002 tentang IPTEK menjelaskan bahwa Dewan
Kehormatan Kode Etik dibentuk oleh organisasi profesi untuk menegakkan etika,
pelaksanaan kegiatan profesi serta menilai palanggaran profesi yang dapat
merugikan masyarakat atau kehidupan profesionalisme di lingkungannya (Pasal
25). Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memberikan landasan di
bidang profesi untuk menjamin perlindungan masyarakat atas penyimpangan
pelaksanaan profesi.
C. Pembinaan dan Pengawasan
Organisasi profesi membuat kode etik dan standar profesi, mengawasi
pelaksanaannya, dan memberikan sanksi bagi mereka yang melanggarnya dengan
17
atau tanpa adanya korban atau kerugian. Semuanya itu ditujukan untuk
melindungi masyarakat, khususnya pengguna jasa profesi. Upaya itu merupakan
bagian dari akuntabilitas profesi. Majelis atau Dewan Kehormatan Etik-lah yang
melakukan pengawasan, pemeriksaan dan pemberian sanksi atas pelanggaran etik
dan disiplin profesi.
Sebuah profesi dikatakan akuntabel apabila organisasinya dapat
memastikan bahwa pelayanan profesional di bidang itu hanya dilaksanakan oleh
orang-orang yang kapabel atau kompeten. Organisasi profesi dapat membentuk
Dewan Kehormatan Kode Etik yang akan melaksanakan proses persidangan,
pemberian sanksi dan pembinaan.
D. Tanggung Jawab Hukum
Tanggung jawab hukum kepada pasien dapat terjadi sebagai akibat dari
suatu tindakan yang melanggar hukum atau merugikan pasien. Sifatnya pun
merupakan kesengajaan atau kelalaian. Pelanggaran hukum dapat berupa
tindakan tanpa informfed concent, pelanggaran susila, pengingkaran atas janji
atau jaminan, dan sebagainya.
Kelalaian diartikan sebagai suatu perbuatan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
orang-orang yang berkualifikasi sama pada situasi dan kondisi yang identik.
Pertanggung jawabannya dapat berupa pidana dengan ancaman hukuman tertentu
dan dapat pula perdata dalam bentuk ganti rugi.
Tanggung jawab pidana diberikan langsung kepada pelakunya apabila
kompetensi itu telah sah atau terakreditasi, atau menjadi tanggung jawab pemberi
18
perintah apabila dalam kondisi sebaliknya. Penanggung jawab dianggap telah
lalai memberikan perintah kepada orang untuk melakukan tindakan di luar
kompetensinya, padahal diketahuinya bahwa kesalahan atau kerugian dapat
terjadi karenanya.
Tanggung jawab perdatanya menjadi beban pemberi kerja berdasarkan
doktrin respondeat superior atau Pasal 1367 KUH Perdata.
E. Inform Concent (Persetujuan Medik)
Inform concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut.
Dasar hukum dari inform concent adalah : (1) Keputusan Menteri
Kesehatan No. 585/Menkes/PER/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik,
(2) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 53 ayat (2) dan
penjelasannya, dan (3) PP No. 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Anatomis
serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Unsur-unsur yang terdapat dalam informed concent meliputi : (1)
etiologi/patogenesis penyakit, berisikan tentang mengapa penyakit itu muncul,
kemungkinan lanjut penyakit itu jika tidak dilakukan perawatan, (2) diagnosis
penyakit, merupakan sebutan nama dari penyakit yang diderita menurut bahasa
kedokteran, (3) rencana perawatan, berisikan penjelasan tentang jalannya
perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan, dan (4) risiko, kemungkinan
yang bisa muncul dari upaya perawatan yang dilakukan.
19
Fungsi dari informed concent adalah : (1) promosi dari hak otonomi
perorangan, (2) proteksi dari pasien dan subyek, (3) mencegah terjadinya
penipuan dan paksaan, (4) menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk
introspeksi diri, (5) promosi dari keputusan yang rasional, dan (6) keterlibatan
masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial dan
mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.
Hak pasien dalam inform concent : (1) hak untuk memperoleh informasi
mengenai penyakitnya dan tindakan apa yang hendak dilakukan dokter terhadap
dirinya, (2) hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan, (3)
hak untuk memilih alternatif lain (jika ada), dan (4) hak untuk menolak usul
tindakan yang hendak dilakukan
Dasar adanya inform concent adalah : (1) hubungan dokter pasien
berdasarkan atas kepercayan, (2) hak pasien untuk menentukan apa yang
dikehendaki terhadap dirinya sendiri, dan (3) adanya hubungan kontrak
terapeutik antara dokter dan pasien.
20
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Riswanto. 2010. Standar Kompetensi Analis Kesehatan. Available from :
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/standar-kompetensi-analis-
kesehatan_05.html. Diakses tanggal 29 Desember 2012.
Primadi, Oscar. 2012. Kebijakan Standarisasi dan Sertifikasi Tenaga Kesehtan.
Available from : http://www.slideshare.net/perawatonline/kebijakan-
standardisasi-dan-sertifikasi-nakes. Diakses tanggal 29 Desember 2012.
Riswanto. 2010. Aspek Medikolegal Phlebotomi bagi Analis Kesehatan. Available
from : http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/aspek-medikolegal-
phlebotomi-bagi.html. Diakses 30 Desember 2012.
Anonim. 2012. Uji Kompetensi Pedoman Uji Kompetensi Sertifikasi. Available at :
http://uji Kompetensi/pedoman-uji-kompetensi-sertifikasi-
dan_23.htmldan_23.html. Diakses tanggal 30 Desember 2012
Anonim. 2012. Uji Kompetensi Penyerahan Surat Tanda Registrasi (STR). Available
at : http://UjiKompetensi/PenyerahanSurat TandaRegistrasi (STR) _
Hidup ]SehatdanBahagia.html. Diakses tanggal 30 Desember 2012
22