bab iii peran legalitas advokat
TRANSCRIPT
49
BAB III
PERAN LEGALITAS ADVOKAT
A. Pengertian Advokat
Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang advokat pengangkatan advokat sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pengurus organisasi advokat hal ini merupakan tantangan baru
bagi organisasi advokat mengingat sebelumnya pengangkatan advokat
dilakukan oleh ketua pengadilan tinggi atau mentri kehakiman,
berdasarkan undang-undang tersebut salah satu persyaratan seseorang
diangkat menjadi advokat adalah melewati pendidikan khusus profesi
advokat.
Advokat berasal dari bahasa latin yaitu advokatus yang berarti
membantu seseorang dalam perkara, sedangkan dalam arti luas
Advokat merupakan seseorang yang membantu, mempertahankan,
membela orang lain (klien), seseorang yang memberi nasihat dan
bantuan hukum, dan berbicara untuk orang lain dihadapan pengadilan.1
Dalam hal ini cakupan tentang advokat yaitu mereka yang
melakukan pekerjaan baik di pengadilan maupun diluar pengadilan
sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-undang Nomor 18
1. V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h. 2
50
Tahun 2003 yang apabila dipandang dari sudut pandang ilmu hukum,
cakupan advokat tersebut sebagai politik hukum, politik hukum yang
dimaksud adalah mencari kegiatan untuk memilih nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai yang telah di tetapkan dalam undang-undang.
Dalam peraktik penegakan hukum di pengadilan (litigation)
bantuan hukum juga terkait dengan dengan provesi kepengacaraan atau
advokat yaitu orang yang berprofesi memberi jasa konsultasi hukum
baik di dalam maupun luar pengadilan.
Sejak Undang-undang No. 18 Tahun 2003 diresmikan,
eksistensi lembaga advokat semakin kuat hal ini dikarenakan Undang-
undang No. 18 Tahun 2003 telah menjadi dasar hukum bagi profesi
advokat, dengan begitu kedudukan profesi advokat sebagai penasihat
hukum sejajar dengan penegak hukum lainnya seperti hakim jaksa dan
polisi. Berdasarkan klasifikasi hukum, Undang-undang No. 18 Tahun
2003 merupakan ius constitutum artinya hukum yang telah ditetapkan
dan berlaku saat ini atau juga di sebut sebagai hukum positif yaitu
hukum yang dapat berlaku dan ditetapkan dalam suatu daerah.
Sebelum diresmikannya Undang-undang No. Tahun 2003,
keinginan untuk membentuk suatu organisasi profesin advokat
51
Indonesia untuk itu dibuat kesepakatan bersama unuk membentuk
Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI). Organisasi advokat ini
disebut juga sebagai organisasi advokat pra-Undang-undang Advokat.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang
advokat yang diresmikan pada tanggal 5 April 2003, hal ini merupakan
hal yang paling ditunggu oleh para advokat Indonesia karena ini
merupakan tonggak karena dengan kehadiran Undang-undang No 18
Tahun 2003 hak-hak dan kewajiban sebagai profesi advokat telah
ditulis di dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2003.
Kebebasan profesi advokat perlu dijamin dalam suatu undang-
undang advokat yang selaras dengan asas-asas hukum internasional.
Kebebasaan advokat bersifat universal dan diakui oleh banyak Negara
terutama dinegara-negara demokrais. Kebebasan profesi advokat atau
disebut dengan independence of the legal profession merupakan syarat
mutlak terciptanya suatu peradilan yang bebas dan tidak memihak
kepada siapapun. 2
Peranan para advokat ini juga sering dikaitkan sebagai
pengawal konstitusi dan hak asasi manusia hal ini dikaitkan unuk
mendirikan pemerintahan yang totaliter yang menjadi tugas utama para
2 Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 1995), h. 23
52
advokat yaitu sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia yang
akan selalu menentang pembentukan suatu pemeritahan diktatorial.
Dalam melakukan tugasnya sebagai profesi advokat untuk
membela kliennya, seorang advokat harus memegang teguh prinsip
equality before the law dan asas praduga tak bersalah (presumption of
innocence) agar dalam menjalankan tugasnya sebagai sebagai advokat
lebih efektif.3
Sistem bantuan hukum dengan segala hakikat tugas
pemerintahan dan Negara adalah sesuatu yang sistem hukum yang
penting unuk dimasukkan menjadi prinsip konstitusi, dimana setiap
warganegara sama kedudukannya didepan hukum untuk melindungi
jaminan sosial dan melindungi mekanisme perlindugan hak asasi
manusia. 4
Prosedur bantuan hukum dan kepengacaraan dalam proses
penegakkan hukum diimplementasikan pada prinsip dan asas-asas
berikut:
1. Kebebasan: setiap individu termasuk aparat penegak hukum
sama kedudukannya di depan hukum maka setiap orang
memiliki kebebasan dalam melakukan upaya hukum.
3 Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 1995), h. 25 4 Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan
UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011),
h.37
53
2. Wajib mendamaikan: dalam setiap penyelesaian perkara hakim
dan advokat/pengacara memiliki kewajiban untuk mendamaikan
para pihak yang berselisih sesuai dengan konsep perdamaian.
3. Sederhana, cepat dan biaya ringan: prinsip ini berhubungan
dngan tata cara atau prosedur hukum di pengadilan mulai dari
pengajuan perkara hingga sampai tahap putusan atau eksekusi.
Cepat maksudnya menyelesaikan perkara dengan efektif dan
efisien. Adapun biaya ringan maksudnya biaya penyelesaian
perkara tidak membebani para pihak yang sedang berselisih.
4. Persidangan terbuka untuk umum: prosedur penyelesaian
perkara diketahui oleh publik, sehingga bersifat transparan
5. Legalitas: harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku
secara formal.
6. Aktif memberi bantuan hukum: membuka ruang bagi para pihak
untuk mempermudah penyelesaian kasus melalui advokat atau
pengacara dalam memberikan jasa bantuan hukum.5
Pada dasarnya advokat merupakan profesi yang bebas dalam
arti tidak ada batasan kewenangan dalam melakukan bantuan,
pembelaan, perwakilan atau pendampingan terhadap kliennya baik
5 Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan
UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.
55
54
yang berkaitan dengan kewenangan materi hukum di lembaga peradilan
manapun.
B. Peran, Tugas dan Fungsi Advokat
Advokat berperan sebagai orang yang membantu kliennya
untuk memperoleh hak-haknya dalam proses penegakkan hukum baik
di dalam pengadilan (litigation) maupun diluar pengadilan (non
litigation). Penggunaaan jasa bantuan hukum melalui para advokat
attau pengacara sangat tergantung kepada kebutuhan klien, dengan
advokat atau pengacara berprofesi memberikan jasa bantuan hukum
dengan aparatur penegak hukum lainnya menerima atau menetapkan
hukum dengan mudah dengan tujuan penegakkan hukum untuk
menegakkan keadilan dan hak asasi manusia juga untuk mencapai
kemaslahatan umum. Pemberian jasa hukum yang dilakukan oleh
advokat kepada msyarakat atau kliennya, sesungguhnya mempunyai
landasan hukum yang sangat kuat baik yang bersumber dari zaman
kolonial maupun setelah masa kemerdekaan.6
Sejak diberlakukannya Undang-undang advokat, pengangkatan
advokat tidak lagi dilakukan oleh pengadilan atau Mentri Kehakiman
yang sekarang telah berubah menjadi Menteri Hukum dan Perundang-
6 Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum
Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 73
55
undangan tetapi pengangkatan advokat telah dilakukan oleh organisasi
itu sendiri.
Berdasarkan KEAI dan Undang-undang advokat dalam
melakukan pekerjaannya sebagai profesi advokat mempunyai
kewajiban baik terhadap sesama advokat, masyarakat maupun klien,
kewajiban ini dilakukan advokat agar kehormatan advokat tetap terjaga
dalam masyarakat. Adapun kewajiban menurut KEAI yang wajib
dilaksanakan oleh advokat adalah sebagai beriku:
1. Memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat (Pasal 3D
KEAI).
2. Memberikan bantuan hukum kepada teman sejawat yang diduga
atau didakwa suatu perkara pidana baik atas permintaan sendiri
maupun karena penunjukan organisasi profsi (Pasal 3E KEAI).
3. Bersikap sopan kepada teman sejawat dan mempertahankan
martabat advokat (Pasal 4D KEAI).
4. Dalam menentukan honorarium, wajib mempertimbangkan
kemampuan klien (Pasal 4D KEAI).
5. Memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberikan oleh
klien secara kepercayaan dan tetap menjaga rahasia tersebut
56
setelah sampai berakhir hubungannya dengan klien (Pasal 4H
KEAI).
6. Memberikan surat dan keterangan apabila perkara akan diurus
advokat baru dengan memperhatikan hak retensi (Pasal 5F
KEAI).
7. Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada orang
tidak mampu (Pasal 7H KEAI).
8. Menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan
mengenai perkara yang ditangani kepada klien (Pasal 7IKEAI).7
Berdasarkan Undang-undang advokat, kewajiban advokat
adalah merahasiakan segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari
kliennya karena hubungan profesinya, kerahasiaan ini meliputi
perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan dan
perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.
Ruang lingkup pekerjaan advokat yang berkaitan dengan
pengadilan disebut dengan litigasi suatu bidang yang dikerjakan lebih
dahulu oleh advokat. Dalam perkembangannya masih terdapat banyak
pekerjaan advokat diluar bidang litigasi yang disebut dengan
pekerjaann non-litigasi (non litigation work) diantaranya yaitu:
7 V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h. 85
57
a. Memberi pelayanan hukum (legal service).
b. Memberi nasihat hukum (legal advive) dengan peran sebagai
penasihat hukum (legal adviser).
c. Memberi pendapat hukum (legal opinion).
d. Mempersiapkan dan menyusun kontrak (legal drafing).
e. Membrikan informasi hukum.
f. Membela dan melindungi hak asasii manusia.
g. Memberikan bantuan hukum cuma-Cuma (pro bono legal aid)
kepada massyarakat yang tidak mampu dan lemah. 8
Tugas advokat bukanlah merupakan pekrjaan (voketion beroep)
tetapi lebih kepada profesi. Karena prpfesi advokat tidak sekedar
bersifat ekonomis untuk mencari nafkah. Tetapi mempunyai nilai-nilai
sosial yang lebih tinggi di masyarakat. Profesi advokat dikenal sebagai
profesi mulia (officium nobile), karena mewajibkan pembelaan kepada
semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama,
budaya, sosial-ekonomi, dan lain sebagainya.9
Advokat dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih anggota
masyarakat menghadapi suatu masalah atau problem dibidang hukum
8 V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h. 21
9 Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum
Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 84
58
sebelum menjalankan pekerjaanya, advokat harus disumpah terlebih
dahulu sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dan
kemudian dilantik sesai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam
menjalankan tugasnya seorang advokat harus memahami kode etik
advokat sebagai landasan moral.
Tugas advokat dalam menjalankan tugasnya advokat
merupakan profesi yang bergerak dibidang hukum untuk memberikan
pembelaan, pendampingan, dan menjadi kuasa untuk dan atas nama
kliennya sebagai benteng hukum keadilan menjalankan fungsinya.
Dalam menajalankan tugasnya sebagai advokat sebagai orang
yang berprofesi memberikan jasa hukum baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-
undang.
Tugas dan fungsi advokat dalam sebuah pekerjaan atau profesi
tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya hal ini berkaitan erat
dengan perannya sebagai advokat atau penegak hukum dan merupakan
sistem kerja yang saling mendukung. Dalam menjalankan tugasnya
advokat memiliki fungsi yaitu diantaranya adalah:
1. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia
2. Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam Negara hukum
Indonesia
59
3. Melaksanakan kode etik advokat
4. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan
hukum keadilan dan kebenaran
5. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai
keadilan dan kebenaran) dan moralitas
6. Menjunjung tinggi citra profesi advokat sebagai profesi
terhormat (officium nobile)
7. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan derajat,
dan martabat advokat
8. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap
masyarakat
9. Menangani suatu perkara-perkara sesuai kode etik advokat
10. Membela klien dengan cara yang jujur dan bertangung jawab
11. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang
merugikan masyarakat
12. Memelihara kepribadian advokat
13. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman
sejawat antara sesame advokat yang didasarkan pada kejujuran,
kerahasiaan, dan keterbukaan, serta saling menghargai dan
mempercayai
60
14. Memelihata persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai dengan
wadah tunggal organisasi advokat
15. Membeikan pelayanan hukum (legal service).
16. Membeerikan nasihat hukum (legal advice).
17. Memberikan konsultasi hukum (legal konstitusion).
18. Memberikan pendapat hukum (legal opinion).
19. Menyusun kontrak-kontrak (legal drafting).
20. Memberikan informasi hukum (legal information).
21. Membela kepentingan klien (litigation).
22. Mewakili klien dimuka pengadilan (legal representation).
23. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada
masyarakat yang lemah dan tidak mampu (legal aid).10
C. Kode Etik Advokat
Oemar Seno Adji mengatakan bahwa kode etik advokat
Indonesia adalah kewajiban-kewajiban yang ada pada dirinya sendiri.
Kode etik ini juga didampingi dengan ketentuan mengenai hukum acara
dewan kehormatan ikatan advokat Indonesia.
10
Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum
Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 86
61
Dalam pasal 33 undang-undang No. 18 Tahun 2003 kode etik
advokat telah diatur dan ditetapkan dalam undang-undang yang wajib
dipatuhi bagi setiap advokat.yaitu sebagai berikut:
Pasal 33 UU No. 18 Tahun 2003
“ Kode etik dan ketentuan dewan kehormatan profesi advokat yang
telah ditetapkan oleh Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi
Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia
(IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI),
Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia (AKHI), Himpunan Konsulan Pasar Modal (HKPM),
pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan mempunyai kekuatan hukum
secara mutatis dan mutandis menurut undang-undang ini sampai
ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh organisasi advokat.11
Advokat profesi yang mulia dan terhormat, setiap advokat harus
dan selalu menjadi panutan dan menjunjung tinggi profesinya agar
tidak merugikan kebebasan, derajat, dan martabat advokat. Setiap
advokat sikap dan tingkah laku perbuatannya sebaik-baiknya sehingga
profesi advokat tetap danggap profesi mulia, dan tidak tercemar yang
dapat mengurangi derajat dan martabat advokat. Advokat adalah
11
V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h.78
62
profesi yang bebas, advokat tidak boleh mempunyai ikatan-ikatan yang
dapat membatasi kewajibannya membela klien dan berjuang untuk
menegakkan hukum.
Kode etik dalam sumpah merupakan perangkat moral yang
harus ada pada semua profesi termasuk juga profesi advokat.12
Objek
material dari etika adalah moralitas yang melekat pada suatu profesi
perbuatan dan prilaku yang baik dan selalu berjalan terus-menerus dan
dapat bersikap adil dengan profesinya sebagai advokat.
Berhubungan dengan kode etik advokat merupakan pengaturan
tentang prilaku anggota-anggotanya baik dalam interaksi sesama
anggotanya maupun organisasi advokat lainnya baik beracara didalam
pengadilan maupun diluar pengadilan. Muhamad Sanusi berpendapat
bahwa “kode etik profesi penasihat hukum sebagai ketentuan atau
norma yang mengatur sikap, perilaku dan perbuatan yang boleh atau
tidak boleh dilakukan seorang penasehat hukum dalam menjalankan
kegiatan profesinya baik dalam beracara didalam pengadilan meupun
diluar pengadilan.13
12
Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan
UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.
166 13
Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan
UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.
167
63
Kode etik ini dapat dijadikan sebagai rambu-rambu bagi
advokat dalam menentukan suatu pelanggaran hukum secara objektif
sehingga dalam menangani suatu perkara sikap dan perilaku advokat
tidak menyalahgunakan kode etik yang telah ditetapkan.
Setiap orang yang menjalankan profesi advokat wajib tunduk
dan mematuhi kode etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan
Organisasi Advokat, dewan kehormatan profesi advokat memeriksa
dan mengdili pelanggaran kode etik berdasarkan tata cara dewan
kehormatan profesi advokat yang diatur lebih lanjut dengan keputusan
dewan kehormatan profesi advokat.14
Apabila terdapat advokat yang
melanggar kode etik advokat maka dapat diajukan kepada dewan
kehormatan IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia) yang bertugas
mengawasi pelaksanaan kode etik advokat, dan dewan kehormatan
IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia) yang akan menjatuhkan hukuman
atau sanksi terhadap advokat yang melakukan pelanggaran kode etik.15
Berdasarkan kesepakatan antar organisasi profesi hukum
Indonesia memutuskan untuk menciptakan dan memiliki suatu kode
etik untuk semua advokat, pengacara, konsultan dan penasehat hukum
14
Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum
Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 127 15
Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 1995), h. 88
64
Indonesia tidak terkecuali advokat dan pengacara syari’ah serta
penasehat hukum yang berkebansaan asing yang berpraktek di
Indonesia.
Kode etik yang telah disepakati oleh suatu organisasi profesi
yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan kepribadian penasehat
hukum adalah sebagai berikut:
a. Setiap penasehat hukum adalah warga Negara yang bertaka
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjalankan praktek
profesinya menjunjung tinggi hukum berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 serta sumpah jabatannya.
b. Penasehat hukum dilarang melakukan sikap-sikap diskriminasi,
karena itu harus bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum
kepada yang memerlukannya tanpa membedakan suku, agama,
kepercayaan, keturunan, kedudukan sosial atau keyakinan
politiknya dan tidak semata mencari imbalan materi, tetapi
harus mengutamakan penegakkan hukum keadilan dan
kebenaran dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab.
c. Penasehat hukum dalam menjalankan praktek profesinya harus
bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan
wajib memperjuangkan setinggi-tingginya hak asasi manusia
didalam Negara hukum Indonesia.
65
d. Penasehat hukum wajib memegang teguh solidaritas terhadap
sesama teman sejawat, dan apabila teman sejawat diajukan
sebagai tersangka dalam suatu perkara pidana, maka ia wajib
dibela oleh teman sejawat lainnya secara cuma-cuma.
e. Penasehat hukum tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang
dapat merugikan kebebasan, derajat dan martabat penasehat
hukum dan dalam perilaku sehari-harinya senantiasaa
menjunjung tinggi profesi penasehat hukum sebagai profesi
yang terhormat (officium nobile).
f. Penasehat hukum dalam melakukan praktek profesinya harus
bersikap hati-hati dan menjaga sopan santun terhadap para
pejabat penegak hukum, sesame teman sejawat dan masyarakat,
namun berkewajiban mempertahankan hak dan martabat
penasehat hukum dimanapun ia berada.16
Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) berlaku untuk seluruh
advokat di Indonesia dan belum dilakukan perubahan. KEAI berperan
sebagai hukum substantif atau hukum materil (substantif law) yang
mengatur hak dan kewajiban atau apa yang boleh dan apa yang dilarang
untuk dilakukan. Selain itu KEAI juga berfungsi sebagai hukum
16
Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan
UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.
168
66
adjektif atau hukum formil (adjective law) yang mengatur pelaksanaan
hak dan kewajiban atau mempertahanan hukum materil.
D. Kontroversi Undang-Undang Advokat
Pembentukan Mahkamah Konstitusi tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan hukum dan ketatanegaraan tentang pengujian produk
hukum oleh lembaga peradilan atau judicial review. Gagasan
pembentukan peradilan tersendiri diluar Mahkamah Agung untuk
menangani perkara judicial review pertama kali dikemukakan oleh
Hans Kelsen pada saat menjadi anggota Chancelery dalam pembaruan
Konstitusi Austria pada 1919 – 1920. Gagasan tersebut diterima dan
menjadi bagian dalam Konstitusi Austria 1920 yang didalamnya
dibentuk Mahkamah Konstitusi. Sejak saat itulah dikenal dan
berkembang lembaga Mahkamah Konstitusi yang berada diluar
Mahkamah Agung yang secara khusus menangani judicial review dan
perkara-perkara konstitusional lainnya.17
Berdasarkan latar belakang sejarah pembentukan Mahkamah
Konstitusi, keberadaan Mahkamah Konstitusi pada awalnya adalah
untuk menjalankan wewenang judicial review, sedangkan munculnya
17
Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta,
Sekretariat Jendral kepanitraan MKRI, 2010), h. 3
67
judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai perkembangan
hukum dan politik ketatanegaraan modern. Dari aspek politik,
keberadaan Mahkamah Konstitusi dipahami sebagai bagian dari upaya
mewujudkan mekanisme Checks and Balances antar cabang kekuasaan
negara berdasarkan prinsip demokrasi. Hal ini terkait dengan dua
wewenang yang biasanya dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi di
berbagai negara, yaitu menguji konstitusionalitas peraturan perundang-
undangan dan memutus sengketa kewenangan konstitusional lembaga
Negara.
Bahkan judicial review secara tradisional dipahami sebagai
tindakan politik untuk menyatakan bahwa suatu ketentuan tidak
konstitusional oleh pengadilan khusus yang berisi para hakim yang
dipilih oleh parlemen dan lembaga politik lain, dan bukan oleh
pengadilan biasa yang didominasi oleh hakim yang memiliki
kemampuan teknis hukum.
Dalam permohonan ini pemohon telah mengajukan gugatan
kepada Mahkamah Konstitusi dengan Nomor perkara 101/PUU-
VII/2009. Bahwa setelah melakukan agenda pemeriksaan berkas
perkara dalam persidangan ke-2 yaitu permohonan uji materil (judicial
review). Setelah melakukanmekanisme persyaratan menjadi advokat
68
yang telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2003 dan
telah dilakukan pelantikan dan pengangkatan advokat oleh dewan
pemimpin pusat kongres advokat Indonesia yang kemudian penggugat
merasa tidak sesuai dengan Undang-undang yang telah ditetapakan dan
merasa hak konstitusionalnya telah dirugikan dan ketua MA-RI
mengeluarkan KMA Nomor 052/KMA/V/2009 yang isinya tentang hal
yang merugikan hak konstitusional yang merasa tidak sesuai dengan
undang-undang yang telah ditetapkan.
Akibat terbitnya KMA 052 yang berawal dari substansi Pasal 4
UU No. 18 Tahun 2003 advokat baru yang telah dilantik dan diangkat
sumpahnya oleh organisasi advokat sebelum berlakunya KMA 052
tetap tidak diakui eksistensinya dan termasuk tidak dapat menjalankan
profesinya sebagai advokat untukm beracara dipengadilan.
Bahwa penafsiran hukum yang dilakukan oleh ketua MA-RI
terhadap pasal 4 ayat (1) UU Advokat No. 18 Tahun 2003 dengan
mengeluarkan surat KMA Nomor 052/KMA/V/2009 juncto Nomor
052/KMA/V/2009 merupakan hal yang bertentangan dengan ketentuan
hukum dan berlaku dan telah memasuki tahap judicial review yang
merupakan otoritas dari pembuatan Undang-undang hal ini semata-
mata karena ketentuan pasal 4 ayat (1) UU advokat No. 18 Tahun 2003
berada dibawah otoritas kewenangan MA-RI, sehingga MA-RI merasa
69
berhak untuk mencampuri mengenai pengambilan sumpah para
kandidat advokat yang akan diambil sumpahnya.
Dalam hal ini. Setatus para pemohin adalah orang perorangan
warga Negara Indonesia yang merasa dirugikan oleh Pasal 4 ayat (1)
UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat setelah para pemohon telah
melakukan seluruh persyaratan untuk menjadi advokat dan telah
dilantik serta diangkat sebagai advokat tetapi tidak dapat diambil
sumpahnya.
Materi muatan tentang pasal dan ayat yang terdapat pada UU
advokat No. 18 Tahun 2003 yang dianggap krusial serta telah
merugikan hak konstitusional para pemohon. Dalam hal ini pemohon
mengajukan gugatan kepada Mahkamah Konstitusi dan telah memasuki
tahap Uji Materil (Judicial Review) tentang pasal-pasal yang dianggap
tidak sesuai dengan Undang-undang. Adapun pasal yang diajukan
dalam Judicial review adalah:
Pasal yang dimohon Uji Materil
(Judicial Review)
Judicial Putusan Mahkamah
Konstitusi
- Pasal 4 ayat (1)
Sebelum menjalankan
profesinya, advokat wajib
bersumpah menurut agamanya
- Dengan pengajuan Pasal
yang di uji materilkan MK
menyatakan mengabulkan
permohonan para
70
atau berjanji dengan sungguh-
sungguh disidang terbuka
pengadilan tinggi diwilayah
domisili hukumnya.
- Pasal 4 ayat (2)
Sumpah atau janji
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) lafalnya sebagai
berikut:
- Demi Allah saya
bersumpah/saya berjanji
- Bahwa saya akan
berpegang teguh dan
mengamalkan pancasila
sebagai dasar Negara dan
UUD RI
- Bahwa saya akan
memperoleh profesi ini,
langsung atau tidak
langsung dengan
menggunakan nama atau
pemohon untuk sebagian.
- Menyatakan Pasal 4 ayat
(1) UU No. 18 tahun 2003
tentang Advokat
bertentangan dengan UUD
1945.
- Menyatakan Pasal 4 ayat
(1) UU No. 18 tahun 2003
tentang Advokat tidak
mempunyai kekuatan
hukum mengikat.
71
cara apapun juga, tidal
memberikan atau
menjanjikan barang
sesuatu kepada siapapun
juga.
- Bahwa saya akan
melaksanakan tugas
profesi sebagai pemberi
jasa hukum akan bertindak
jujur, adil, dan
bertanggung jawab
berdasarkan hukum dan
keadilan.
- Bahwa saya akan
melaksanakan tugas
profesi didalam atau diluar
pengadilan tidak akan
memberikan atau
menjanjikan sesuatu
kepada hakim, pejabat
pengadilan atau pejabat
72
lainnya agar memenangkan
atau menguntungkan bagi
perkara klien yang sedang
atau akan saya tangani.
- Bahwa saya akan menjaga
tingkah laku saya dan akan
menjalankan kewajiban
saya sesuai dengan
kehormatan, martabat, dan
tanggung jawab saya
sebagai advokat.
- Bahwa saya tidak akan
menolak untuk melakukan
pembelaan atau memberi
jasa hukum didalam suatu
perkara yang menurut
hemat saya merupakan
bagian daripada tanggung
jawab profesi saya sebagai
seorang advokat.
- Pasal 4 ayat (3)
73
Salinan berita acara sumpah
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) oleh panitera
Pengadilan Tinggi yang
bersangkutan dikirimkan
kepada MA, Menteri, dan
Organisasi Advokat.
Bahwa mengenai hak-hak konstitusi para pemohon, khususnya
para kandidat advokat Indonesia pada umumnya yang dirugikan
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Dasar 1945
yang menyangkut ketentuan pasal-pasar berikut:
Pasal 27 ayat (2):
Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28D ayat (1):
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
hukum.
Pasal 28I ayat (2), (4), dan (5):
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
74
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai
prinsip hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkandalam peraturan
perundang-undangan.
Bahwa berdasarkan uraian dijabarkan secara jelas dan
transparan dalam posita yang diajukan untuk uji materil (judicial
review) oleh para pemohon memohon kepada Majelis Hakim
mahkamah Konstitusi yang bertugas memeriksa dan mengadili perkara
agar dapat memberikan putusan petitum yang dimohon oleh para
pemohon, diantaranya dadalah:
1. Mengabulkan permohonan dari para pemohon.
2. Menyatakan bahwa pasal 4 ayat (1) UU Advokat No. 18 Tahun
2003 bertentangan terhadap UUD 1945.
3. Menyatakan bahwa pasal 4 ayat (1) UU Advokat No. 18 Tahun
2003 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Apabila majelis hakim Mahkamah Konstitusi memiliki
pendapat lain, maka dimohon keputusan yang seadil-adilnya, sehingga
tidak ada lagi permasalahn yang mengakibatkan suatu lembaga yang
merasa dirugikan hak konstitusionalnya.
75
E. Kewenangan Organisasi Advokat
Organisasi advokat merupakan organisasi yang bebas dan
mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang-undang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas profesi advokat.18
Organisasi
advokat di indonesia bermula dari masa kolonialisme dan advokat
hanya ada di daerah yang memiliki pengadilan tinggi yang tergabumg
dalam dalam organisasi advokat yang dibentuk pada saat pelaksanaan
seminar hukum nasional dan wadah organisasi tersebut adalah
Persatuan Advokat Indonesia (PAI).
Seiring dengan perjalanan waktu, organisasi advokat di
Indonesia semakin berkembang tetapi undang-undang advokat pada
saat itu belum ada hal ini yangbmembuat semangat para advokat
semakin besar untuk membentuk organisasi advokat dengan itu dibuat
kesepakatan bersama organisasi profesi advokat Indonesia nntuk
membentuk Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI) yang
dideklarasikan oleh:
1. Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN)
2. Asosiasi Advokat Indonesia (AAI)
3. Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI)
4. Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI)
18
Sartono, Bhekti Suryani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Advokat, (
Jakarta,Dunia Cerdas), h. 147
76
5. Serikat Pengacara Indonesia (SPI)
6. Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI)
7. Himpunan Konsultan Para Modal (HKPM)19
Dengan terpenuhinya persyaratan sesuai dengan pasal 2 ayat (2)
Undang-undang No. 18 tahun 2003 PRADI (perhimpunan Advokat
Indonesia) akan melakukan pengangkatan calon advokat dan dengan
demikian calon advokat tersebut berhak untuk melakukan praktik
sebagai professional hukum.
Sebagaimana yang tertera dalam KMA 052 bahwa pengadilan
tidak dalam posisi untuk mengakui atau tidak megakui suatu organisasi.
Dengan demikian secara tidak langsung ketua MA-RI mengakui ada
tiga organisasi advokat yang sah untuk mengambil sumpah advokat
diantaranya yaitu:
1. PRADI (Perhimpunan Advokat Indonesia)
2. KAI (Kongres Advokat Indonesia)
3. PERADIN (Persatuan Advokat Indonesia)
Berdasarkan KMA 052 kerua MA-RI menegaskan dalam
Undang-undang No. 18 Tahun 2003 disebutkan bahwa organisasi
advokat tersebut merupakan satu-satunya wadah profesi yang bebas
dan mandiri yang dibentuk sesuai ketentuan undang-undang.
19
V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, (Jakarta, Erlangga, 2011)
h. 11