bab iii peran legalitas advokat

28
49 BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT A. Pengertian Advokat Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat pengangkatan advokat sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengurus organisasi advokat hal ini merupakan tantangan baru bagi organisasi advokat mengingat sebelumnya pengangkatan advokat dilakukan oleh ketua pengadilan tinggi atau mentri kehakiman, berdasarkan undang-undang tersebut salah satu persyaratan seseorang diangkat menjadi advokat adalah melewati pendidikan khusus profesi advokat. Advokat berasal dari bahasa latin yaitu advokatus yang berarti membantu seseorang dalam perkara, sedangkan dalam arti luas Advokat merupakan seseorang yang membantu, mempertahankan, membela orang lain (klien), seseorang yang memberi nasihat dan bantuan hukum, dan berbicara untuk orang lain dihadapan pengadilan. 1 Dalam hal ini cakupan tentang advokat yaitu mereka yang melakukan pekerjaan baik di pengadilan maupun diluar pengadilan sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-undang Nomor 18 1 . V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h. 2

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

49

BAB III

PERAN LEGALITAS ADVOKAT

A. Pengertian Advokat

Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003

tentang advokat pengangkatan advokat sepenuhnya menjadi tanggung

jawab pengurus organisasi advokat hal ini merupakan tantangan baru

bagi organisasi advokat mengingat sebelumnya pengangkatan advokat

dilakukan oleh ketua pengadilan tinggi atau mentri kehakiman,

berdasarkan undang-undang tersebut salah satu persyaratan seseorang

diangkat menjadi advokat adalah melewati pendidikan khusus profesi

advokat.

Advokat berasal dari bahasa latin yaitu advokatus yang berarti

membantu seseorang dalam perkara, sedangkan dalam arti luas

Advokat merupakan seseorang yang membantu, mempertahankan,

membela orang lain (klien), seseorang yang memberi nasihat dan

bantuan hukum, dan berbicara untuk orang lain dihadapan pengadilan.1

Dalam hal ini cakupan tentang advokat yaitu mereka yang

melakukan pekerjaan baik di pengadilan maupun diluar pengadilan

sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-undang Nomor 18

1. V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h. 2

Page 2: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

50

Tahun 2003 yang apabila dipandang dari sudut pandang ilmu hukum,

cakupan advokat tersebut sebagai politik hukum, politik hukum yang

dimaksud adalah mencari kegiatan untuk memilih nilai-nilai dan

menerapkan nilai-nilai yang telah di tetapkan dalam undang-undang.

Dalam peraktik penegakan hukum di pengadilan (litigation)

bantuan hukum juga terkait dengan dengan provesi kepengacaraan atau

advokat yaitu orang yang berprofesi memberi jasa konsultasi hukum

baik di dalam maupun luar pengadilan.

Sejak Undang-undang No. 18 Tahun 2003 diresmikan,

eksistensi lembaga advokat semakin kuat hal ini dikarenakan Undang-

undang No. 18 Tahun 2003 telah menjadi dasar hukum bagi profesi

advokat, dengan begitu kedudukan profesi advokat sebagai penasihat

hukum sejajar dengan penegak hukum lainnya seperti hakim jaksa dan

polisi. Berdasarkan klasifikasi hukum, Undang-undang No. 18 Tahun

2003 merupakan ius constitutum artinya hukum yang telah ditetapkan

dan berlaku saat ini atau juga di sebut sebagai hukum positif yaitu

hukum yang dapat berlaku dan ditetapkan dalam suatu daerah.

Sebelum diresmikannya Undang-undang No. Tahun 2003,

keinginan untuk membentuk suatu organisasi profesin advokat

Page 3: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

51

Indonesia untuk itu dibuat kesepakatan bersama unuk membentuk

Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI). Organisasi advokat ini

disebut juga sebagai organisasi advokat pra-Undang-undang Advokat.

Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang

advokat yang diresmikan pada tanggal 5 April 2003, hal ini merupakan

hal yang paling ditunggu oleh para advokat Indonesia karena ini

merupakan tonggak karena dengan kehadiran Undang-undang No 18

Tahun 2003 hak-hak dan kewajiban sebagai profesi advokat telah

ditulis di dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2003.

Kebebasan profesi advokat perlu dijamin dalam suatu undang-

undang advokat yang selaras dengan asas-asas hukum internasional.

Kebebasaan advokat bersifat universal dan diakui oleh banyak Negara

terutama dinegara-negara demokrais. Kebebasan profesi advokat atau

disebut dengan independence of the legal profession merupakan syarat

mutlak terciptanya suatu peradilan yang bebas dan tidak memihak

kepada siapapun. 2

Peranan para advokat ini juga sering dikaitkan sebagai

pengawal konstitusi dan hak asasi manusia hal ini dikaitkan unuk

mendirikan pemerintahan yang totaliter yang menjadi tugas utama para

2 Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 1995), h. 23

Page 4: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

52

advokat yaitu sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia yang

akan selalu menentang pembentukan suatu pemeritahan diktatorial.

Dalam melakukan tugasnya sebagai profesi advokat untuk

membela kliennya, seorang advokat harus memegang teguh prinsip

equality before the law dan asas praduga tak bersalah (presumption of

innocence) agar dalam menjalankan tugasnya sebagai sebagai advokat

lebih efektif.3

Sistem bantuan hukum dengan segala hakikat tugas

pemerintahan dan Negara adalah sesuatu yang sistem hukum yang

penting unuk dimasukkan menjadi prinsip konstitusi, dimana setiap

warganegara sama kedudukannya didepan hukum untuk melindungi

jaminan sosial dan melindungi mekanisme perlindugan hak asasi

manusia. 4

Prosedur bantuan hukum dan kepengacaraan dalam proses

penegakkan hukum diimplementasikan pada prinsip dan asas-asas

berikut:

1. Kebebasan: setiap individu termasuk aparat penegak hukum

sama kedudukannya di depan hukum maka setiap orang

memiliki kebebasan dalam melakukan upaya hukum.

3 Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 1995), h. 25 4 Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan

UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011),

h.37

Page 5: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

53

2. Wajib mendamaikan: dalam setiap penyelesaian perkara hakim

dan advokat/pengacara memiliki kewajiban untuk mendamaikan

para pihak yang berselisih sesuai dengan konsep perdamaian.

3. Sederhana, cepat dan biaya ringan: prinsip ini berhubungan

dngan tata cara atau prosedur hukum di pengadilan mulai dari

pengajuan perkara hingga sampai tahap putusan atau eksekusi.

Cepat maksudnya menyelesaikan perkara dengan efektif dan

efisien. Adapun biaya ringan maksudnya biaya penyelesaian

perkara tidak membebani para pihak yang sedang berselisih.

4. Persidangan terbuka untuk umum: prosedur penyelesaian

perkara diketahui oleh publik, sehingga bersifat transparan

5. Legalitas: harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku

secara formal.

6. Aktif memberi bantuan hukum: membuka ruang bagi para pihak

untuk mempermudah penyelesaian kasus melalui advokat atau

pengacara dalam memberikan jasa bantuan hukum.5

Pada dasarnya advokat merupakan profesi yang bebas dalam

arti tidak ada batasan kewenangan dalam melakukan bantuan,

pembelaan, perwakilan atau pendampingan terhadap kliennya baik

5 Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan

UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.

55

Page 6: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

54

yang berkaitan dengan kewenangan materi hukum di lembaga peradilan

manapun.

B. Peran, Tugas dan Fungsi Advokat

Advokat berperan sebagai orang yang membantu kliennya

untuk memperoleh hak-haknya dalam proses penegakkan hukum baik

di dalam pengadilan (litigation) maupun diluar pengadilan (non

litigation). Penggunaaan jasa bantuan hukum melalui para advokat

attau pengacara sangat tergantung kepada kebutuhan klien, dengan

advokat atau pengacara berprofesi memberikan jasa bantuan hukum

dengan aparatur penegak hukum lainnya menerima atau menetapkan

hukum dengan mudah dengan tujuan penegakkan hukum untuk

menegakkan keadilan dan hak asasi manusia juga untuk mencapai

kemaslahatan umum. Pemberian jasa hukum yang dilakukan oleh

advokat kepada msyarakat atau kliennya, sesungguhnya mempunyai

landasan hukum yang sangat kuat baik yang bersumber dari zaman

kolonial maupun setelah masa kemerdekaan.6

Sejak diberlakukannya Undang-undang advokat, pengangkatan

advokat tidak lagi dilakukan oleh pengadilan atau Mentri Kehakiman

yang sekarang telah berubah menjadi Menteri Hukum dan Perundang-

6 Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum

Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 73

Page 7: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

55

undangan tetapi pengangkatan advokat telah dilakukan oleh organisasi

itu sendiri.

Berdasarkan KEAI dan Undang-undang advokat dalam

melakukan pekerjaannya sebagai profesi advokat mempunyai

kewajiban baik terhadap sesama advokat, masyarakat maupun klien,

kewajiban ini dilakukan advokat agar kehormatan advokat tetap terjaga

dalam masyarakat. Adapun kewajiban menurut KEAI yang wajib

dilaksanakan oleh advokat adalah sebagai beriku:

1. Memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat (Pasal 3D

KEAI).

2. Memberikan bantuan hukum kepada teman sejawat yang diduga

atau didakwa suatu perkara pidana baik atas permintaan sendiri

maupun karena penunjukan organisasi profsi (Pasal 3E KEAI).

3. Bersikap sopan kepada teman sejawat dan mempertahankan

martabat advokat (Pasal 4D KEAI).

4. Dalam menentukan honorarium, wajib mempertimbangkan

kemampuan klien (Pasal 4D KEAI).

5. Memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberikan oleh

klien secara kepercayaan dan tetap menjaga rahasia tersebut

Page 8: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

56

setelah sampai berakhir hubungannya dengan klien (Pasal 4H

KEAI).

6. Memberikan surat dan keterangan apabila perkara akan diurus

advokat baru dengan memperhatikan hak retensi (Pasal 5F

KEAI).

7. Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada orang

tidak mampu (Pasal 7H KEAI).

8. Menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan

mengenai perkara yang ditangani kepada klien (Pasal 7IKEAI).7

Berdasarkan Undang-undang advokat, kewajiban advokat

adalah merahasiakan segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari

kliennya karena hubungan profesinya, kerahasiaan ini meliputi

perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan dan

perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.

Ruang lingkup pekerjaan advokat yang berkaitan dengan

pengadilan disebut dengan litigasi suatu bidang yang dikerjakan lebih

dahulu oleh advokat. Dalam perkembangannya masih terdapat banyak

pekerjaan advokat diluar bidang litigasi yang disebut dengan

pekerjaann non-litigasi (non litigation work) diantaranya yaitu:

7 V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h. 85

Page 9: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

57

a. Memberi pelayanan hukum (legal service).

b. Memberi nasihat hukum (legal advive) dengan peran sebagai

penasihat hukum (legal adviser).

c. Memberi pendapat hukum (legal opinion).

d. Mempersiapkan dan menyusun kontrak (legal drafing).

e. Membrikan informasi hukum.

f. Membela dan melindungi hak asasii manusia.

g. Memberikan bantuan hukum cuma-Cuma (pro bono legal aid)

kepada massyarakat yang tidak mampu dan lemah. 8

Tugas advokat bukanlah merupakan pekrjaan (voketion beroep)

tetapi lebih kepada profesi. Karena prpfesi advokat tidak sekedar

bersifat ekonomis untuk mencari nafkah. Tetapi mempunyai nilai-nilai

sosial yang lebih tinggi di masyarakat. Profesi advokat dikenal sebagai

profesi mulia (officium nobile), karena mewajibkan pembelaan kepada

semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama,

budaya, sosial-ekonomi, dan lain sebagainya.9

Advokat dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih anggota

masyarakat menghadapi suatu masalah atau problem dibidang hukum

8 V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h. 21

9 Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum

Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 84

Page 10: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

58

sebelum menjalankan pekerjaanya, advokat harus disumpah terlebih

dahulu sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dan

kemudian dilantik sesai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam

menjalankan tugasnya seorang advokat harus memahami kode etik

advokat sebagai landasan moral.

Tugas advokat dalam menjalankan tugasnya advokat

merupakan profesi yang bergerak dibidang hukum untuk memberikan

pembelaan, pendampingan, dan menjadi kuasa untuk dan atas nama

kliennya sebagai benteng hukum keadilan menjalankan fungsinya.

Dalam menajalankan tugasnya sebagai advokat sebagai orang

yang berprofesi memberikan jasa hukum baik didalam maupun diluar

pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-

undang.

Tugas dan fungsi advokat dalam sebuah pekerjaan atau profesi

tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya hal ini berkaitan erat

dengan perannya sebagai advokat atau penegak hukum dan merupakan

sistem kerja yang saling mendukung. Dalam menjalankan tugasnya

advokat memiliki fungsi yaitu diantaranya adalah:

1. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia

2. Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam Negara hukum

Indonesia

Page 11: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

59

3. Melaksanakan kode etik advokat

4. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan

hukum keadilan dan kebenaran

5. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai

keadilan dan kebenaran) dan moralitas

6. Menjunjung tinggi citra profesi advokat sebagai profesi

terhormat (officium nobile)

7. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan derajat,

dan martabat advokat

8. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap

masyarakat

9. Menangani suatu perkara-perkara sesuai kode etik advokat

10. Membela klien dengan cara yang jujur dan bertangung jawab

11. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang

merugikan masyarakat

12. Memelihara kepribadian advokat

13. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman

sejawat antara sesame advokat yang didasarkan pada kejujuran,

kerahasiaan, dan keterbukaan, serta saling menghargai dan

mempercayai

Page 12: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

60

14. Memelihata persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai dengan

wadah tunggal organisasi advokat

15. Membeikan pelayanan hukum (legal service).

16. Membeerikan nasihat hukum (legal advice).

17. Memberikan konsultasi hukum (legal konstitusion).

18. Memberikan pendapat hukum (legal opinion).

19. Menyusun kontrak-kontrak (legal drafting).

20. Memberikan informasi hukum (legal information).

21. Membela kepentingan klien (litigation).

22. Mewakili klien dimuka pengadilan (legal representation).

23. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada

masyarakat yang lemah dan tidak mampu (legal aid).10

C. Kode Etik Advokat

Oemar Seno Adji mengatakan bahwa kode etik advokat

Indonesia adalah kewajiban-kewajiban yang ada pada dirinya sendiri.

Kode etik ini juga didampingi dengan ketentuan mengenai hukum acara

dewan kehormatan ikatan advokat Indonesia.

10

Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum

Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 86

Page 13: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

61

Dalam pasal 33 undang-undang No. 18 Tahun 2003 kode etik

advokat telah diatur dan ditetapkan dalam undang-undang yang wajib

dipatuhi bagi setiap advokat.yaitu sebagai berikut:

Pasal 33 UU No. 18 Tahun 2003

“ Kode etik dan ketentuan dewan kehormatan profesi advokat yang

telah ditetapkan oleh Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi

Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia

(IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI),

Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum

Indonesia (AKHI), Himpunan Konsulan Pasar Modal (HKPM),

pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan mempunyai kekuatan hukum

secara mutatis dan mutandis menurut undang-undang ini sampai

ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh organisasi advokat.11

Advokat profesi yang mulia dan terhormat, setiap advokat harus

dan selalu menjadi panutan dan menjunjung tinggi profesinya agar

tidak merugikan kebebasan, derajat, dan martabat advokat. Setiap

advokat sikap dan tingkah laku perbuatannya sebaik-baiknya sehingga

profesi advokat tetap danggap profesi mulia, dan tidak tercemar yang

dapat mengurangi derajat dan martabat advokat. Advokat adalah

11

V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, 2011, Erlangga, h.78

Page 14: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

62

profesi yang bebas, advokat tidak boleh mempunyai ikatan-ikatan yang

dapat membatasi kewajibannya membela klien dan berjuang untuk

menegakkan hukum.

Kode etik dalam sumpah merupakan perangkat moral yang

harus ada pada semua profesi termasuk juga profesi advokat.12

Objek

material dari etika adalah moralitas yang melekat pada suatu profesi

perbuatan dan prilaku yang baik dan selalu berjalan terus-menerus dan

dapat bersikap adil dengan profesinya sebagai advokat.

Berhubungan dengan kode etik advokat merupakan pengaturan

tentang prilaku anggota-anggotanya baik dalam interaksi sesama

anggotanya maupun organisasi advokat lainnya baik beracara didalam

pengadilan maupun diluar pengadilan. Muhamad Sanusi berpendapat

bahwa “kode etik profesi penasihat hukum sebagai ketentuan atau

norma yang mengatur sikap, perilaku dan perbuatan yang boleh atau

tidak boleh dilakukan seorang penasehat hukum dalam menjalankan

kegiatan profesinya baik dalam beracara didalam pengadilan meupun

diluar pengadilan.13

12

Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan

UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.

166 13

Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan

UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.

167

Page 15: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

63

Kode etik ini dapat dijadikan sebagai rambu-rambu bagi

advokat dalam menentukan suatu pelanggaran hukum secara objektif

sehingga dalam menangani suatu perkara sikap dan perilaku advokat

tidak menyalahgunakan kode etik yang telah ditetapkan.

Setiap orang yang menjalankan profesi advokat wajib tunduk

dan mematuhi kode etik dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan

Organisasi Advokat, dewan kehormatan profesi advokat memeriksa

dan mengdili pelanggaran kode etik berdasarkan tata cara dewan

kehormatan profesi advokat yang diatur lebih lanjut dengan keputusan

dewan kehormatan profesi advokat.14

Apabila terdapat advokat yang

melanggar kode etik advokat maka dapat diajukan kepada dewan

kehormatan IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia) yang bertugas

mengawasi pelaksanaan kode etik advokat, dan dewan kehormatan

IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia) yang akan menjatuhkan hukuman

atau sanksi terhadap advokat yang melakukan pelanggaran kode etik.15

Berdasarkan kesepakatan antar organisasi profesi hukum

Indonesia memutuskan untuk menciptakan dan memiliki suatu kode

etik untuk semua advokat, pengacara, konsultan dan penasehat hukum

14

Rahmat Rosyadi,Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum

Positif (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003), h. 127 15

Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, (Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 1995), h. 88

Page 16: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

64

Indonesia tidak terkecuali advokat dan pengacara syari’ah serta

penasehat hukum yang berkebansaan asing yang berpraktek di

Indonesia.

Kode etik yang telah disepakati oleh suatu organisasi profesi

yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan kepribadian penasehat

hukum adalah sebagai berikut:

a. Setiap penasehat hukum adalah warga Negara yang bertaka

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjalankan praktek

profesinya menjunjung tinggi hukum berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945 serta sumpah jabatannya.

b. Penasehat hukum dilarang melakukan sikap-sikap diskriminasi,

karena itu harus bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum

kepada yang memerlukannya tanpa membedakan suku, agama,

kepercayaan, keturunan, kedudukan sosial atau keyakinan

politiknya dan tidak semata mencari imbalan materi, tetapi

harus mengutamakan penegakkan hukum keadilan dan

kebenaran dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab.

c. Penasehat hukum dalam menjalankan praktek profesinya harus

bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan

wajib memperjuangkan setinggi-tingginya hak asasi manusia

didalam Negara hukum Indonesia.

Page 17: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

65

d. Penasehat hukum wajib memegang teguh solidaritas terhadap

sesama teman sejawat, dan apabila teman sejawat diajukan

sebagai tersangka dalam suatu perkara pidana, maka ia wajib

dibela oleh teman sejawat lainnya secara cuma-cuma.

e. Penasehat hukum tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang

dapat merugikan kebebasan, derajat dan martabat penasehat

hukum dan dalam perilaku sehari-harinya senantiasaa

menjunjung tinggi profesi penasehat hukum sebagai profesi

yang terhormat (officium nobile).

f. Penasehat hukum dalam melakukan praktek profesinya harus

bersikap hati-hati dan menjaga sopan santun terhadap para

pejabat penegak hukum, sesame teman sejawat dan masyarakat,

namun berkewajiban mempertahankan hak dan martabat

penasehat hukum dimanapun ia berada.16

Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) berlaku untuk seluruh

advokat di Indonesia dan belum dilakukan perubahan. KEAI berperan

sebagai hukum substantif atau hukum materil (substantif law) yang

mengatur hak dan kewajiban atau apa yang boleh dan apa yang dilarang

untuk dilakukan. Selain itu KEAI juga berfungsi sebagai hukum

16

Didi kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan

UU Advokat dan Penegakkan Hukum di Indonesi , (Kementrian Agama RI, 2011), h.

168

Page 18: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

66

adjektif atau hukum formil (adjective law) yang mengatur pelaksanaan

hak dan kewajiban atau mempertahanan hukum materil.

D. Kontroversi Undang-Undang Advokat

Pembentukan Mahkamah Konstitusi tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan hukum dan ketatanegaraan tentang pengujian produk

hukum oleh lembaga peradilan atau judicial review. Gagasan

pembentukan peradilan tersendiri diluar Mahkamah Agung untuk

menangani perkara judicial review pertama kali dikemukakan oleh

Hans Kelsen pada saat menjadi anggota Chancelery dalam pembaruan

Konstitusi Austria pada 1919 – 1920. Gagasan tersebut diterima dan

menjadi bagian dalam Konstitusi Austria 1920 yang didalamnya

dibentuk Mahkamah Konstitusi. Sejak saat itulah dikenal dan

berkembang lembaga Mahkamah Konstitusi yang berada diluar

Mahkamah Agung yang secara khusus menangani judicial review dan

perkara-perkara konstitusional lainnya.17

Berdasarkan latar belakang sejarah pembentukan Mahkamah

Konstitusi, keberadaan Mahkamah Konstitusi pada awalnya adalah

untuk menjalankan wewenang judicial review, sedangkan munculnya

17

Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta,

Sekretariat Jendral kepanitraan MKRI, 2010), h. 3

Page 19: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

67

judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai perkembangan

hukum dan politik ketatanegaraan modern. Dari aspek politik,

keberadaan Mahkamah Konstitusi dipahami sebagai bagian dari upaya

mewujudkan mekanisme Checks and Balances antar cabang kekuasaan

negara berdasarkan prinsip demokrasi. Hal ini terkait dengan dua

wewenang yang biasanya dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi di

berbagai negara, yaitu menguji konstitusionalitas peraturan perundang-

undangan dan memutus sengketa kewenangan konstitusional lembaga

Negara.

Bahkan judicial review secara tradisional dipahami sebagai

tindakan politik untuk menyatakan bahwa suatu ketentuan tidak

konstitusional oleh pengadilan khusus yang berisi para hakim yang

dipilih oleh parlemen dan lembaga politik lain, dan bukan oleh

pengadilan biasa yang didominasi oleh hakim yang memiliki

kemampuan teknis hukum.

Dalam permohonan ini pemohon telah mengajukan gugatan

kepada Mahkamah Konstitusi dengan Nomor perkara 101/PUU-

VII/2009. Bahwa setelah melakukan agenda pemeriksaan berkas

perkara dalam persidangan ke-2 yaitu permohonan uji materil (judicial

review). Setelah melakukanmekanisme persyaratan menjadi advokat

Page 20: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

68

yang telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2003 dan

telah dilakukan pelantikan dan pengangkatan advokat oleh dewan

pemimpin pusat kongres advokat Indonesia yang kemudian penggugat

merasa tidak sesuai dengan Undang-undang yang telah ditetapakan dan

merasa hak konstitusionalnya telah dirugikan dan ketua MA-RI

mengeluarkan KMA Nomor 052/KMA/V/2009 yang isinya tentang hal

yang merugikan hak konstitusional yang merasa tidak sesuai dengan

undang-undang yang telah ditetapkan.

Akibat terbitnya KMA 052 yang berawal dari substansi Pasal 4

UU No. 18 Tahun 2003 advokat baru yang telah dilantik dan diangkat

sumpahnya oleh organisasi advokat sebelum berlakunya KMA 052

tetap tidak diakui eksistensinya dan termasuk tidak dapat menjalankan

profesinya sebagai advokat untukm beracara dipengadilan.

Bahwa penafsiran hukum yang dilakukan oleh ketua MA-RI

terhadap pasal 4 ayat (1) UU Advokat No. 18 Tahun 2003 dengan

mengeluarkan surat KMA Nomor 052/KMA/V/2009 juncto Nomor

052/KMA/V/2009 merupakan hal yang bertentangan dengan ketentuan

hukum dan berlaku dan telah memasuki tahap judicial review yang

merupakan otoritas dari pembuatan Undang-undang hal ini semata-

mata karena ketentuan pasal 4 ayat (1) UU advokat No. 18 Tahun 2003

berada dibawah otoritas kewenangan MA-RI, sehingga MA-RI merasa

Page 21: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

69

berhak untuk mencampuri mengenai pengambilan sumpah para

kandidat advokat yang akan diambil sumpahnya.

Dalam hal ini. Setatus para pemohin adalah orang perorangan

warga Negara Indonesia yang merasa dirugikan oleh Pasal 4 ayat (1)

UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat setelah para pemohon telah

melakukan seluruh persyaratan untuk menjadi advokat dan telah

dilantik serta diangkat sebagai advokat tetapi tidak dapat diambil

sumpahnya.

Materi muatan tentang pasal dan ayat yang terdapat pada UU

advokat No. 18 Tahun 2003 yang dianggap krusial serta telah

merugikan hak konstitusional para pemohon. Dalam hal ini pemohon

mengajukan gugatan kepada Mahkamah Konstitusi dan telah memasuki

tahap Uji Materil (Judicial Review) tentang pasal-pasal yang dianggap

tidak sesuai dengan Undang-undang. Adapun pasal yang diajukan

dalam Judicial review adalah:

Pasal yang dimohon Uji Materil

(Judicial Review)

Judicial Putusan Mahkamah

Konstitusi

- Pasal 4 ayat (1)

Sebelum menjalankan

profesinya, advokat wajib

bersumpah menurut agamanya

- Dengan pengajuan Pasal

yang di uji materilkan MK

menyatakan mengabulkan

permohonan para

Page 22: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

70

atau berjanji dengan sungguh-

sungguh disidang terbuka

pengadilan tinggi diwilayah

domisili hukumnya.

- Pasal 4 ayat (2)

Sumpah atau janji

sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) lafalnya sebagai

berikut:

- Demi Allah saya

bersumpah/saya berjanji

- Bahwa saya akan

berpegang teguh dan

mengamalkan pancasila

sebagai dasar Negara dan

UUD RI

- Bahwa saya akan

memperoleh profesi ini,

langsung atau tidak

langsung dengan

menggunakan nama atau

pemohon untuk sebagian.

- Menyatakan Pasal 4 ayat

(1) UU No. 18 tahun 2003

tentang Advokat

bertentangan dengan UUD

1945.

- Menyatakan Pasal 4 ayat

(1) UU No. 18 tahun 2003

tentang Advokat tidak

mempunyai kekuatan

hukum mengikat.

Page 23: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

71

cara apapun juga, tidal

memberikan atau

menjanjikan barang

sesuatu kepada siapapun

juga.

- Bahwa saya akan

melaksanakan tugas

profesi sebagai pemberi

jasa hukum akan bertindak

jujur, adil, dan

bertanggung jawab

berdasarkan hukum dan

keadilan.

- Bahwa saya akan

melaksanakan tugas

profesi didalam atau diluar

pengadilan tidak akan

memberikan atau

menjanjikan sesuatu

kepada hakim, pejabat

pengadilan atau pejabat

Page 24: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

72

lainnya agar memenangkan

atau menguntungkan bagi

perkara klien yang sedang

atau akan saya tangani.

- Bahwa saya akan menjaga

tingkah laku saya dan akan

menjalankan kewajiban

saya sesuai dengan

kehormatan, martabat, dan

tanggung jawab saya

sebagai advokat.

- Bahwa saya tidak akan

menolak untuk melakukan

pembelaan atau memberi

jasa hukum didalam suatu

perkara yang menurut

hemat saya merupakan

bagian daripada tanggung

jawab profesi saya sebagai

seorang advokat.

- Pasal 4 ayat (3)

Page 25: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

73

Salinan berita acara sumpah

sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) oleh panitera

Pengadilan Tinggi yang

bersangkutan dikirimkan

kepada MA, Menteri, dan

Organisasi Advokat.

Bahwa mengenai hak-hak konstitusi para pemohon, khususnya

para kandidat advokat Indonesia pada umumnya yang dirugikan

berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Dasar 1945

yang menyangkut ketentuan pasal-pasar berikut:

Pasal 27 ayat (2):

Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 28D ayat (1):

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan

hukum.

Pasal 28I ayat (2), (4), dan (5):

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat

diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan

perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

Page 26: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

74

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan hak asasi

manusia adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai

prinsip hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi

manusia dijamin, diatur, dan dituangkandalam peraturan

perundang-undangan.

Bahwa berdasarkan uraian dijabarkan secara jelas dan

transparan dalam posita yang diajukan untuk uji materil (judicial

review) oleh para pemohon memohon kepada Majelis Hakim

mahkamah Konstitusi yang bertugas memeriksa dan mengadili perkara

agar dapat memberikan putusan petitum yang dimohon oleh para

pemohon, diantaranya dadalah:

1. Mengabulkan permohonan dari para pemohon.

2. Menyatakan bahwa pasal 4 ayat (1) UU Advokat No. 18 Tahun

2003 bertentangan terhadap UUD 1945.

3. Menyatakan bahwa pasal 4 ayat (1) UU Advokat No. 18 Tahun

2003 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Apabila majelis hakim Mahkamah Konstitusi memiliki

pendapat lain, maka dimohon keputusan yang seadil-adilnya, sehingga

tidak ada lagi permasalahn yang mengakibatkan suatu lembaga yang

merasa dirugikan hak konstitusionalnya.

Page 27: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

75

E. Kewenangan Organisasi Advokat

Organisasi advokat merupakan organisasi yang bebas dan

mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang-undang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas profesi advokat.18

Organisasi

advokat di indonesia bermula dari masa kolonialisme dan advokat

hanya ada di daerah yang memiliki pengadilan tinggi yang tergabumg

dalam dalam organisasi advokat yang dibentuk pada saat pelaksanaan

seminar hukum nasional dan wadah organisasi tersebut adalah

Persatuan Advokat Indonesia (PAI).

Seiring dengan perjalanan waktu, organisasi advokat di

Indonesia semakin berkembang tetapi undang-undang advokat pada

saat itu belum ada hal ini yangbmembuat semangat para advokat

semakin besar untuk membentuk organisasi advokat dengan itu dibuat

kesepakatan bersama organisasi profesi advokat Indonesia nntuk

membentuk Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI) yang

dideklarasikan oleh:

1. Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN)

2. Asosiasi Advokat Indonesia (AAI)

3. Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI)

4. Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI)

18

Sartono, Bhekti Suryani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Advokat, (

Jakarta,Dunia Cerdas), h. 147

Page 28: BAB III PERAN LEGALITAS ADVOKAT

76

5. Serikat Pengacara Indonesia (SPI)

6. Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI)

7. Himpunan Konsultan Para Modal (HKPM)19

Dengan terpenuhinya persyaratan sesuai dengan pasal 2 ayat (2)

Undang-undang No. 18 tahun 2003 PRADI (perhimpunan Advokat

Indonesia) akan melakukan pengangkatan calon advokat dan dengan

demikian calon advokat tersebut berhak untuk melakukan praktik

sebagai professional hukum.

Sebagaimana yang tertera dalam KMA 052 bahwa pengadilan

tidak dalam posisi untuk mengakui atau tidak megakui suatu organisasi.

Dengan demikian secara tidak langsung ketua MA-RI mengakui ada

tiga organisasi advokat yang sah untuk mengambil sumpah advokat

diantaranya yaitu:

1. PRADI (Perhimpunan Advokat Indonesia)

2. KAI (Kongres Advokat Indonesia)

3. PERADIN (Persatuan Advokat Indonesia)

Berdasarkan KMA 052 kerua MA-RI menegaskan dalam

Undang-undang No. 18 Tahun 2003 disebutkan bahwa organisasi

advokat tersebut merupakan satu-satunya wadah profesi yang bebas

dan mandiri yang dibentuk sesuai ketentuan undang-undang.

19

V. Harlen Sinaga, Dasar-dasar Provesi Advokat, (Jakarta, Erlangga, 2011)

h. 11