legenda n cerpen kepariwisataan

5
LEGENDA TELAGA MEKAR Telaga Mekar adalah nama sebuah desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Kutacane. Pada zaman dahulu, desa ini merupakan tempat tinggal para ulama-ulama besar. Salah satunya yaitu Tengku Ipul. Dalam bahasa daerah kutacane (alas), tengku maksudnya ustad. Beliau, merupakan pejuang yang gugur di medan perang ketika mempertahankan Desa Telaga Mekar yang dijajah pada waktu itu. Konon, Tengku Ipul meninggal diatas pohon kayu. Jasad beliau baru diketahui ketika salah satu prajurit Belanda terkena tetesan darah beliau. Kematian Tengku Ipul samar-samar diketahui sebabnya, ada yang menyebutkan, beliau meninggal karena tertembak oleh Belanda, meskipun dalam keadaan luka parah dan tidak memungkinkan untuk perang, tapi beliau tetap bias hidup dan terus berperang, sampai akhirnya semua musuh mati terbunuh. Beliau telah wafat sebelum menghabisi Belanda. Konon, beliau menggunakan ilmu agamaketika hendak mempertahankan diri, beliau naik keatas pohon kayu, yang tersangkut diatas adalah jasad beliau, sedangkan yang berperang adalah ruh beliau. Jadi, beliau berperang tidak bias dilihat oleh belanda. Dalam bahasa Daerah Kutacane, beliau sering disebut perang dengan cara silem-silem (hilang-timbul). Tempat beliau berperang diabadikan namanya menjadi Tungipul, beliau dikuburkan di Tungipul tersebut, sampai saat ini kuburan beliau masih banyak yang menjiarahi, para pejiarah percaya jika berjiarah disana akan mendapatkan berkat dan doa yang dipanjatkan terkabul. Masyarakat percaya dan berspektif bahwa, doa yang dipanjatkan terkabul karena beliau Metuah. Konon beliau perang dengan menggunakan PisoMesikhat (pisau besar berukir) yang dipakai sebagai pedang dan pisau tersebut dijadikan sebagai symbol khas daerah Kutacane ketika melaksanakan acara pernikahan, maupun acara sunatan. Pisau mesikhat tersebut biasanya dipakai oleh laki-laki dan diletakkan di pinggang

Upload: makarina

Post on 14-Jul-2015

55 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Legenda n cerpen kepariwisataan

LEGENDA TELAGA MEKAR

Telaga Mekar adalah nama sebuah desa di Kabupaten Aceh Tenggara,

Kutacane. Pada zaman dahulu, desa ini merupakan tempat tinggal para ulama-ulama

besar. Salah satunya yaitu Tengku Ipul. Dalam bahasa daerah kutacane (alas), tengku

maksudnya ustad. Beliau, merupakan pejuang yang gugur di medan perang ketika

mempertahankan Desa Telaga Mekar yang dijajah pada waktu itu.

Konon, Tengku Ipul meninggal diatas pohon kayu. Jasad beliau baru

diketahui ketika salah satu prajurit Belanda terkena tetesan darah beliau. Kematian

Tengku Ipul samar-samar diketahui sebabnya, ada yang menyebutkan, beliau

meninggal karena tertembak oleh Belanda, meskipun dalam keadaan luka parah dan

tidak memungkinkan untuk perang, tapi beliau tetap bias hidup dan terus berperang,

sampai akhirnya semua musuh mati terbunuh.

Beliau telah wafat sebelum menghabisi Belanda. Konon, beliau menggunakan

“ilmu agama” ketika hendak mempertahankan diri, beliau naik keatas pohon kayu,

yang tersangkut diatas adalah jasad beliau, sedangkan yang berperang adalah ruh

beliau. Jadi, beliau berperang tidak bias dilihat oleh belanda. Dalam bahasa Daerah

Kutacane, beliau sering disebut perang dengan cara silem-silem (hilang-timbul).

Tempat beliau berperang diabadikan namanya menjadi Tungipul, beliau

dikuburkan di Tungipul tersebut, sampai saat ini kuburan beliau masih banyak yang

menjiarahi, para pejiarah percaya jika berjiarah disana akan mendapatkan berkat dan

doa yang dipanjatkan terkabul. Masyarakat percaya dan berspektif bahwa, doa yang

dipanjatkan terkabul karena beliau Metuah.

Konon beliau perang dengan menggunakan PisoMesikhat (pisau besar

berukir) yang dipakai sebagai pedang dan pisau tersebut dijadikan sebagai symbol

khas daerah Kutacane ketika melaksanakan acara pernikahan, maupun acara sunatan.

Pisau mesikhat tersebut biasanya dipakai oleh laki-laki dan diletakkan di pinggang

Page 2: Legenda n cerpen kepariwisataan

ketika memakai baju adat. Bukan hanya itu keunikan cerita sejarah yang ada di Desa

Telaga mekar, ada juga cerita yang bias dijadikan objek wisata keramat selain

kuburan Tengku Ipul, yaitu sebuah legenda tentang asal mula nama Desa Telaga

Mekar.

Konon, di desa ini ada sebuah sumur yang sangat jernih, bersih, dan sangat

dingin.Airnya tidak pernah habis meskipun musim kemarau melanda, banyak desa

tetangga yang berdatangan mengambil air kesana. Sayangnya, telaga/ sumur tersebut

tidak terawatt lagi karena kurangnya pengetahuan dan penyuluhan dari pemerintah

sehingga masyarakat setempat tidak sadar bahwa itu merupakan asset kekayaan

daerah yang bias dijadikan wisata. Meskipun telaga tersebut diacuhkan warga

setempat dan dipenuhi tanaman semak belukar yang menutupi mata airnya sekarang,

tapi tetap saja sumur tersebut mengeluarkan air yang jernih nan bersih. Itu sebabnya

desa tersebut dinamakan Desa Telaga mekar. Telaga yang berarti sumur (sumber

mata air), dan mekar berarti subur, cantik, indah nan bagus.

Nama sebuah desa yang indah, konon pola hidup warganya pun sangat

tenteram dan damai meskipun bertolak belakang dengan keadaan sekarang. Konon,

ketika berkumandang azan, siapa pun yang mahu melintas atau hanya sekedar

melewati desa tersebut, baik dalam keadaan berjalan kaki maupun sedang

berkendaraan, orang akan berhenti seketika, semua aktivitas berhenti sejenak, orang

enggan untuk lewat jika pakaiannya tidak sopan. Hal ini dipatuhi bukan karena ada

lampu merah atau ada aturan tertulis yang harus dilaksanakan, tetapi hal ini terlaksana

dengan sendirinya sesuai kesepakatan bersama saja, meskipun orang yang lewat

tersebut bukan penduduk Desa Telaga mekar, tapi semua orang tahu bagaimana dan

seperti apa desa tersebut.

Para ulama yang hidup disana dengan mudah pergi naik haji, konon alat

transportasi mereka hanya dengan menggunakan Bulung Kosap (daun kelor/ daun

talas) melalui sungai Alas. Kendaraan yang mereka pakai tidak menggunakan bensin,

Page 3: Legenda n cerpen kepariwisataan

mereka akan sampai hanya dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Tidak

masuk akal memang, konon begitulah kenyataannya. Uniknya, setiap pergi haji

mereka selalu membawa buah durian ke Makkah, sehingga terjadi dialog antara

Orang Arab (OA) dan Suku Alas (SA).

OA: Assalamu’alaikum ya akhi?

SA: wa’alaikum salam ya akhi…..

OA: apa yang kamu bawa itu?

SA: ini adalah buah-buahan yang paling enak di dunia dan akhirat.

OA: hah? Mana mungkin enak, diluarnya saja banyak duri yang tajam, aromanya pun

sangat menyengat. Lagi pula, mana ada buah-buahan yang enak di dua dunia

sekaligus.

SA: Kalau ini tidak enak, lantas buah-buahan apa menurut mu yang paling enak di

dunia dan akhirat wahai penghuni surga?

OA: buah kurma lah, rasanya saja sangat manis. Manisnya mengalahkan madu.

SA: hai orang arab, kamu jangan terlalu banyak mengharap, kamu belum coba buah-

buahan ini. Rasanya sangat sedap, aromanya pun nikmat. Percaya atau tidak,

aroma kentut mu akan berubah menjadi bau bunga kasturi. Hua …a…a…a. ini

saya tinggalkan satu untuk mu, kalau kamu suka, nanti saya akan memberikan

buah-buahan pilihan yang dapat merubah kamu. Assalamu’alaikum!

Page 4: Legenda n cerpen kepariwisataan

Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali saat orang dari suku Alas

tersebut hendak umroh kesana. Ternyata orang Arab itu masih mengingat tantangan

yang diberikan suku Alas saat pertemuan pertama mereka.

OA: hai saudaraku, masih ingatkah kau kepadaku?

SA: maaf penghuni surga, aku lupa. Tolong kau ingatkan.

OA: pertemuan kita waktu itu saat terjadi perdebatan sedikit mengenai buah-buahan

ternikmat di dunia dan akhirat.

SA: o…… iya, saya baru ingat. Maaf saudaraku. Bagaimana? Buah-buahan yang

mana menurutmu yang paling enak di dunia dan akhirat?

OA: kamu betul ya akhi, ternyata buah-buahan yang kamu bawalah yang paling enak.

bagaimana dengan tantangan yang kamu berikan mengenai buah-buahan yang

dapat merubah saya? Apa kamu masih ingat? Dulu kamu pernah berjanji akan

membawanya kepadaku.

SA: o…. mengenai itu, saya tidak membawanya wahai penghuni surga. Bagaimana

kalau buah-buahan tersebut saya bawa ketika saya pergi beribadah kesini?

OA: saya takut nanti kamu lupa, soalnya saya penasaran sekali ya akhi . . . mungkin

kamu ada alternatif lain?

SA: kalau saya balik ke daerah asal saya dan kembali lagi kesini khusus membawa

buah-buahan tersbut, tidak mungkin rasanya. Karena banyak hal yang perlu

dipertimbangkan, bagaimana kalau kamu pulang bersama kami dan langsung

Page 5: Legenda n cerpen kepariwisataan

melihat pohonnya dan merasakan reaksi buah-buahan yang dapat merubah

kamu tersebut?

Begitulah terjadi percakapan singkat antara orang Arab dan Suku Alas ketika

para ulama di Desa Telaga mekar pergi ke Makkah untuk beribadah. Tidak disangka,

canda yang ditimbulkan dari percakapan tersebut membuat keakraban yang terjadi

sehingga setiap penduduk Desa Telaga mekar pergi beribadah haji kesana

dipermudah, terutama saat hendak berbelanja.

Dialog tersebut ditulis bukan untuk membuat unsur SARA, menyudutkan

suatu kelompok maupun menjatuhkannya. Namun, begitulah cara orang Alas

melakukan pendekatan untuk bisa berbaur dan lebih akrab. Biasanya mereka akan

membuat atau bertingkah maupun berkata hal-hal yang lucu agar lawan bicara

mereka merasa senang, sehingga akhirnya timbul kenyamanan tersendiri saat

berjumpa.