lbm 5 fisiologi nifas

Download LBM 5 FISIOLOGI NIFAS

If you can't read please download the document

Upload: neng-geuliss

Post on 29-Jun-2015

136 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

FISIOLOGI NIFAS Masa nifas : mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. GENITALIA INTERNA & EKSTERNA Perubahan-perubahan alat-alat genital (interna & eksterna) dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi terjadi juga hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Laktasi terjadi karena pengaruh Lactogenic hormone dari kelenjar hipotisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma. Setelah janin dilahirkan, fundus uteri kira-kira setinggi pusat : segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai buah advokat gepeng, berukuran : P=+15 cm, L=+12 cm & tebal = + 10 cm. Dinding uterus + 5 cm, pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar & menonjol ke dalam kavum uteri setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm. Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gr 1 minggu post partum menjadi + 500 gr, 2 minggu post partum menjadi 300 gr dan setelah 6 minggu post partum, berat uterus jadi 40-60 gr (berat uterus normal + 30 gr). Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan miometrilium yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening. Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan. Perubahan pada serviks post partum : serviks agak menganga seperti corong, disebabkan korpus berkontraksi sedangkan serviks tidak. Warna serviks merah kehitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak. Segera setelah janin lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan pada cavum uteri. Setelah 2 jam, dapat dimasukkan 2-3 jari & setelah 1 minggu dapat dimasukkan 1 jari ke dalam cavum uteri. Perubahan pada endometrium = timbul trombosis, degenerasi & nekrosis di tempat implantasi plasenta. Hari I = tebal endometrium 2-5 mm, permukaan kasar Hari 3 = permukaan endometrium mulai rata akibat pelepasan sel-sel di bagian-bagian yang berdegenerasi. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis, memakan waktu 2-3 mg. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung lengkap, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implementasi plasenta. Ligamen-ligamen & diafragma pelvis serta fasia meregang sewaktu kehamilan & partus. Setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut, seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum jadi kendor, yang mengakibatkan uterus jatuh ke

belakang sehingga timbul keluhan kandungan turun. Untuk memulihkannya dapat dengan latihan-latihan tertentu. Fisioterapi yang dapat diberikan pada 2 hari post partum. Hemokonsentrasi Pada kehamilan terdapat shunt antara sirkulasi ibu & plasenta. Setelah melahirkan, shunt tersebut hilang tiba-tiba. Volume darah pada ibu relatif bertambah yang dapat menimbulkan beban jantung sehingga dapat terjadi dekompensasi kordis pada penderita vitum kardis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi yang terjadi pada hari-hari ke 3-15 hari post partum. Laktasi Perubahan yang terdapat pada kedua mamma pada sejak kehamilan muda : Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar & alveolus & lemak. Pada duktus laksiferus terdapat colostrum. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma. setelah partus, pengaruh menekan dari esterogen & progresteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone (prokeksin). Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran ASI dilaksanakan. Umumnya produksi asli berlangsung betul pada hari ke-2-3 post partum. Pada hari-hari I ASI mengandung colostrum, mengandung protein albumin dan globulin & benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001-0,025 mm dan mudah dicerna. Rangsangan terbaik untuk mengeluarkan ASI adalah dengan menyusui bayi itu sendiri. Kadar prolaktin meningkat dengan perangsangan fisik pada putting mamma. Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin LAKTASI dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek sampingan, memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui : menjelma rasa kasih sayang antara ibu dan anak. ASI dapat melindungi bayi terhadap infeksi seperti : Gastroenteris Radang jalan nafas & paru-paru Otitis media. Sehubungan ASI mengandung lactoferin, lysozyme & imunogbulin A. Perubahan Lain Pada Nifas After paru/ mules-mules akibat kontraksi uterus. Kadang-kadang sangat menganggu selama 2-3 hari post partum. Lebih terasa bila menyusui. Sesudah partus, suhu tubuh wanita dapat naik 0,5 0C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 380C. sesudah 12 jam pertama post partum, umumnya suhu kembali normal. Bila suhu > 380C, maka mungkin ada infeksi. Segera setelah partus terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kardis. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi post partum. Biasanya

akan hilang sendiri bila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya + 2 bulan tanpa pengobatan. Lokia = sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Hari I = lokia nibra/ lokia kruenta Darah segar + sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa, lanugo & mekonium. 1 6 hari = lokia sanguinolenta 1 2 mg = lokia serosa > 2 mg = lokia alba Biasanya lokia berbau sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi, akan berbau busuk, contoh : lokiostasis & infeksi. Hofbawer mengemukakan adanya suatu sistem pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri atas kelompokkelompok infiltrat sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap penyerbuan kuman-kuman, bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan-jaringan nekrotik. Perawatan Post Partum Dimulai sejak kala ini dengan menghindarkan kemungkinan perdarahan & infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir/ luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan & perawatan luka sebaik-baiknya 8 jam post partum wanita harus tidur telentang untuk mencegah terjadinya perdarahan sesudah 8 jam, badan miring kiri dan kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi bisa diletakkan dalam 1 kamar (rooming in) atau terpisah. Pada hari ke-2 bila perlu dapat dilakukan latihan-latihan senam. Hari ke-3 duduk, ke-4 berjalan, ke-5 dapat dipulangkan. Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, cukup protein, cairan serta buah-buahan karena wanita mengalami hemokosentrasi. Mitsi/ berkemih harus cepat dapat dilakukan sendi. Bila kandung kencing penuh & wanita tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai infeksi. Umumnya partus lama, yang kemudian diakhiri dengan ekstraksi valcum/ cunan, dapat mengakibatkan hal-hal yang demikian sampai terjadi retensio urin. Bila perlu, sebaiknya dipasang dawer catheter/ indwelling catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga tugasnya cepat pula kembali. Defekasi harus ada 3 hari post partum. Bila ada obstirasi, lakukan klisma/ beri laksans per os supaya tidak terjadi infeksi. Bila terdapat after panis/ mules beranalgetika/ sedativa supaya dapat tidur. 8 jam post partum disuruh menyusui bayi untuk merangsang laktasi. Kontra indikasi menyusui : Typus abdominalis TBC aktif Vitium kardis berat Tineotoksikosis DM berat Psikosis Retraded nipples Morbus hansen Pemeriksaan Post Natal

Keadaan umum Keadaan payudara & puttingnya Dinding perut, apakah ada hernia Keadaan perineum Kandung kencing, ada sistokel/ uretrokel atau tidak. Rektum, ada rektokel & pemeriksaan tonus. M. sfingerani. Adanya flour albus Keadaan serviks, uterus & adnexa. Perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari biasa disebabkan oleh adanya subinvolusi uteri terhadap penderita tidur dan diberi tablet ergomebin. Bila perdarahan tetap ada, lakukan kuretase untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa-sisa plasenta. Bila curiga ada keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi & eksisi percobaan untuk menyingkirkan keganasan. Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. PERAWATAN MASA NIFAS Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas : 1. Mobilisasi Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. 2. Diet / Makanan Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi. 3. Buang Air Kecil Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya. 4. Buang Air Besar Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat

pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam. 5. Demam Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C/ mungkin telah ada infeksi. 6. Mules-mules Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur. 7. Laktasi 8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae. Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde. PEMERIKSAAN PASCA PERSALINAN Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi : a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll b. Keadaan payudara dan puting susu. c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum. d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus). e. Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa). Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin menderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati. Nasihat untuk ibu post natal: 1. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan 2. Susukanlah bayi anda 3. Kerjakan senam hamil 4. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarganya. 5. Bawalah bayi untuk imunisasi.

INFEKSI NIFAS DEFENISI Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Pengertian Nifas a. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225) b. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Ne'bnatal, 2001:122) c. Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237) d. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115) e. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari 2 Di negara berkembang pelayanan kebidanan masih jauh dari sempurna, infeksi nifas masih besar. Demam nifas (morbiditas puerperalis) ialah : kenaikan suhu sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum, dengan mengecualikan hari pertama, suhu harus diukur sedikitnya 4 kali sehari. Penyebab dan Cara Terjadinya Infeksi Nifas Penyebab infeksi nifas Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah : 1) Streptococcus haemoliticus anaerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain). 2) Staphylococcus aureus Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum. 3) Escherichia Coli Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius 4) Clostridium Welchii

Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. 3 BAKTERIOLOGI Organisme yang menyerang penghuni normal dari servik dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Kuman-kuman penyebab infeksi nifas antara lain : 1. Streptokokus haemolyticus aerobicus 2. Staphylokokus aureus 3. E. coli 4. Clostridium welchii 4 Cara Terjadinya Infeksi 1. Tangan pemeriksa membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina dalam uterus. 2. Droplet infeksi 3. Kain-kain dan alat suci hama yang digunakan untuk merawat wanita bersalin/nifas 4. Koitus pada akhir kehamilan 5. Infeksi intrapartum 6. Cara terjadinya infeksi nifas Infeksi dapat terjadi sebagai berikut: 1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman. 2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin. 3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas. 4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban. 5 Faktor Predisposisi 1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita

2. Partus lama 3. Tindakan bedah vaginal 4. Tertinggalnya sisa placenta III. Faktor Predisposisi Infeksi Nifas Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan. Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim. Episiotomi atau laserasi. 6 PATOLOGI Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu : 1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium 2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium 7 Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium - Vulvitis - Vaginitis - Servisitis - Endometritis 8 Penyebaran melalui pembuluh darah : - Septikemia - Piemia Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain : - Peritonitis - Parametritis Penyebaran melalui permukaan endometrium - Salpingitis - Ooforitis 9 GAMBARAN KLINIK Infeksi pada perineum, vulva, vagina, dan serviks Gejalanya berupa

- Rasa nyeri dan panas tempat infeksi - Perih saat kencing. - Bilamana getah radang bisa keluar - Keadaan tidak berat - Suhu sekitar 38 0C - Nadi dibawah 100 x/menit - Bilamana luka infeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak bisa keluar - Demam bisa naik sampai 39 40 0C - Kadang-kadang menggigil. 10 Endometritis Gambarann klinik tergantung - Jenis dan virulensi kuman - Daya tahan penderita - Derajat trauma pada jalan lahir, - Uterus agak membesar serta nyeri dan lembek - Lokia biasanya bertambah dan kadang kadang berbau. 11 Septikemia dan Piemia Merupakan infeksi berat. Pada septikemia - Gejala timbul mendadak - Dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah - Suhu sekitar 39 40 0C - Nadi cepat 140-160 x/menit - Penderita bisa meninggal 4 6 hari postpartum. 12 Pada piemia - Penderita tidak lama setelah postpartum sudah merasa sakit - Perut nyeri - Suhu agak meningkat. - Setelah kuman dengan embolus memasuki peredaran darah barulah timbul gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi dan menggigil. Ciri khas piemia adalah : Berulang-ulang suhu yang meningkat dengan cepat disertai menggigil kemudian diikuti dengan turunnya suhu. 13

Peritonitis - Terjadinya karena meluasnya endometritis - Kadang-kadang ditemukan bersamaan dengan salpingo ooforitis dan sellulitis pelvika, peritonitis bisa terbatas pada daerah pelvis ataupun umum pada seluruh peritoneum. 14 Sellulitis pelvika Suhu tinggi menetap disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam. Salpingitis dan Ooforitis Gejalanya tidak dapat dipisahkan dari pelvioperitonitis. IV. Gambaran Klinis Infeksi Nifas a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 - 40C dengan kadang-kadang disertai menggigil. b. Endometritis Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. c. c. Septicemia dan piemia Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula

menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain. d. Peritonitis Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerahmerahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. e. Sellulitis pelvika (Parametritis) Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika. Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing. f. Salpingitis dan ooforitis Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis 15 PROGNOSIS - Septikemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas yang tinggi dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. - Piemia menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Penyakitnya berlangsung lebih lama. 16 PENCEGAHAN

Selama kehamilan - Cegah anemia dengan memperbaiki gizi dan diet yang baik. -Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang. Selama persalinan - Batasi masukknya kuman kedalam jalan lahir. - Jaga persalinan agar tidak berlarut. - Selesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin. - Cegah terjadinya perdarahan banyak. - Periksa dalam dilakukan hanya bila perlu. - Transfusi darah harus diberikan menurut keperluan. V. Pencegahan Infeksi Nifas a. Masa kehamilan 1) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. 2) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. 3) Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. b. Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir : 1) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut. 2) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin. 3) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas. 4) Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah. 5) Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin. 6) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. 7) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah. c. Selama nifas 1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril. 2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat. 3) Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin. 17 Selama nifas - Jaga luka-luka agar tidak dimasuki kuman. - Batasi pengunjung pada hari-hari pertama

nifas. - Penderita dengan tanda infeksi harus diisolasikan. 18 PENGOBATAN - Berikan antibiotika dengan spectrum luas. - Lakukan tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh. - Jika terjadi abses lakukan pembukaan jahitan. - Transfusi darah bila perlu.