latihan - papankecil.files.wordpress.com · selama doa itu adalah kebaikan, allah maha mampu...

48
1 LATIHAN 1. Tentukan peubah, derajat dan suku konstanta dari suku banyak berikut ini: a) 2 5 4 t t b) ) 3 )( 4 ( x x x c) ) 1 )( 1 )( 2 2 ( 2 y y y y 2. Tentukan syarat jika dua lingkaran: a) sepusat b) lingkaran yang satu di dalam lingkaran yang lain c) berpotongan di dua titik d) saling lepas e) bersinggungan dalam f) bersinggungan luar g) saling lepas 3. Diketahui persamaan lingkaran 9 ) 3 ( 2 2 1 y x L dan lingkaran 25 ) 6 ( ) 3 ( 2 2 2 y x L . Hubungan kedua lingkaran tersebut adalah…. 4. Diberikan dua suku banyak: 8 ) 1 ( ) ( 2 4 x a x x f ) ( ) 1 2 ( ) 3 ( ) ( 2 3 4 d c x c x b ax x g Jika kedua suku banyak itu adalah suku banyak yang sama ( ) ( ) ( x g x f ) Maka nilai .... abcd 5. Tentukan hasil bagi dan sisa jika suku banyak: a) 1 2 3 4 x x x dibagi 1 x b) 9 6 3 2 3 x x x dibagi 1 2 x x 6. Tentukan sisa jika suku banyak 5 ) 3 ( 2 8 10 x x x x dibagi 1 x . 7. Tentukan nilai p jika: a) Suku banyak 8 4 2 3 px x x habis dibagi 2 x . b) ) 1 2 ( x adalah faktor dari 2 ) 1 ( 2 x x p c) Suku banyak 12 2 4 px x jika dibagi ) 3 ( x menghasilkan sisa 3.

Upload: others

Post on 11-Sep-2019

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

LATIHAN

1. Tentukan peubah, derajat dan suku konstanta dari suku banyak berikut ini:

a) 254 tt

b) )3)(4( xxx

c) )1)(1)(22(2 yyyy

2. Tentukan syarat jika dua lingkaran: a) sepusat b) lingkaran yang satu di dalam lingkaran yang lain c) berpotongan di dua titik d) saling lepas e) bersinggungan dalam f) bersinggungan luar g) saling lepas

3. Diketahui persamaan lingkaran 9)3(22

1 yxL dan lingkaran

25)6()3(22

2 yxL . Hubungan kedua lingkaran tersebut

adalah…. 4. Diberikan dua suku banyak:

8)1()(24 xaxxf

)()12()3()(234

dcxcxbaxxg

Jika kedua suku banyak itu adalah suku banyak yang sama ( )()( xgxf )

Maka nilai ....abcd 5. Tentukan hasil bagi dan sisa jika suku banyak:

a) 1234 xxx dibagi 1x

b) 96323 xxx dibagi 1

2 xx

6. Tentukan sisa jika suku banyak 5)3(2810 xxxx dibagi 1x .

7. Tentukan nilai p jika:

a) Suku banyak 8423 pxxx habis dibagi 2x .

b) )12( x adalah faktor dari 2)1(2 xxp

c) Suku banyak 1224 pxx jika dibagi )3( x menghasilkan sisa 3.

2

8. Tentukan semua nilai x bilangan real yang memenuhi persamaan:

a) 0432 xx .

b) 03 xx .

c) 06711223 xxx

d) )3)(3(92 xxx

9. Tentukan faktor-faktor linear dari suku banyak 1872 xx .

10. Diketahui bahwa )4( x adalah salah satu faktor dari suku banyak

)12()2(2 bxbx . Maka faktor lainnya adalah….

11. Benar atau salahkah pernyataan-pernyataan berikut ini?

a) Diketahui )(xp suku banyak berderajat 3, dan )(xq suku banyak berderajat 1.

Maka suku banyak )()( xqxp berderajat 4.

b) Apabila suku banyak )65(2 xx dibagi dengan )1( x didapatkan hasil

bagi )4( x dan sisa 2 . Dalam bentuk persamaan, dapat ditulis:

2)4()1(

)65(2

x

x

xx.

c) Sisa dari pembagian suku banyak 110)(2345 xxxxxxf

dengan )5( x adalah sama dengan ).5(f

12. Jika suku banyak )(xP dibagi )4( x sisanya –13, sedangkan jika dibagi

)1( x sisanya 2. Jika )(xP dibagi oleh )43(2 xx sisanya sama dengan

….

3

Bonus: (silahkan dibaca jika berminat)

Mukjizat Para Nabi Dalam artikel ini, disebutkan salah satu atau lebih mukjizat beberapa nabi, yaitu:

1. Nabi Nuh 5. Nabi Dawud

2. Nabi Ibrahim 6. Nabi Sulaiman

3. Nabi Yusuf 7. Nabi Isa

4. Nabi Musa 8. Nabi Muhammad

Selamat menyimak…

1. Nabi Nuh

Nabi Nuh disebut juga “bapak seluruh manusia” (Abul Basyar) selain Nabi Adam, karena semua manusia setelah kejadian banjir di zaman Nabi Nuh adalah anak keturunan beliau. Banjir Nabi Nuh terjadi pada seluruh dunia sehingga tidak ada manusia yang selamat kecuali yang berada di atas kapal bersama nabi Nuh.

Banjir nabi Nuh terjadi di seluruh dunia

Allah menurunkan banjir sampai-sampai gunung yang tinggi tidak bisa menjadi tempat berlindung. Salah satuaAnak Nabi Nuh tidak bisa selamat dari banjir padahal ia berlindung di atas gunung.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindung i hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan” (Huud : 42-43).

Seluruh orang kafir yang tidak beriman di muka bumi akan terkena banjir sehingga tidak tersisa sedikit pun, sebagaimana doa nabi Nuh:

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi” (Nuh : 26).

4

Semua yang tersisa di bumi yaitu yang tidak naik perahu nabi Nuh tenggelam. Allah berfirman,

“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tersisa.” (Asy-Syuara 119-120).

Hanya Anak Keturunan Nabi Nuh yang berlanjut

Beberapa ulama Menjelaskan bahwa terdapat anak Nabi Nuh yang berimana bersama beliau di atas kapal. Bersama itu pula ada orang-orang yang beriman bersama Nabi Nuh di atas kapal. Hanya saja Allah mentakdirkan yang terus mempunyai keturunan adalah Nabi Nuh dan anaknya saja. Dalam riwayat lainnya, yang manusia yang selamat selain Nabi Nuh dan anaknya meninggal karena wabah sehingga mereka tidak mempunya keturunan.

Jadilah nabi Nuh adalah “bapak seluruh manusia” setelah nabi Adam. Allah berfirman,

“Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan” (As-Shaffat: 77).

Ahli tafsir di kalangan tabi’in, Imam Qatadah, menafsirkan,

“Manusia semuanya adalah keturunan Nuh ‘alaihssalam”1.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab sejarah Al-Bidayah wan Nihayah,

“Allah tidak menjadikan seorangpun yang bersama Nabi Nuh dari orang-orang yang beriman anak dan keturunan kecuali Nuh ‘alaihis salam saja… Semua yang ada di muka bumi sekarang dinisbatkan kepada ketiga anak Nabi Nuh yaitu Sam, Ham dan Yafidz”2.

Al-Hamawi menjelaskan,

“Orang pertama yang turun kapal adalah Nuh ‘alaihis salam, ketika beliau keluar dari kapal, beliau bersama 80 manusia. Mereka membangun tempat tinggal di tempat itu dan menetap di sana. Kemudian mereka tertimpa wabah penyakit, sehingga 80 orang tersebut meninggal kecuali Nuh ‘alaihis salam dan anaknya. Maka beliau adalah Abul Basyar (bapak seluruh manusia)”3.

*** Artikel Muslim.or.id

5

2. Nabi Ibrahim

Kalau satu bukti kebesaran Allah Ta’ala adalah pada doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ketika membawa Hajar dan Ismail ke tanah ka’bah Masjidil Haram di Mekkah. Daerah sekitar Ka’bah tidak ada tanaman dan tandus bahkan sampai sekarang sulit untuk ditanami tanaman. Meskipun tahu dan mengakui dalam doanya bahwa tanah Mekkah demikian, tetapi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tetap berdoa agar daerah tersebut diberi rezeki buah-buahan oleh Allah. Doa Nabi Ibrahim terkabulkan, saat ini buah-buahan di tanah Mekkah sangat banyak, berlimpah dan beraneka ragam, buah-buahan tersebut didatangkan dari berbagai daerah di dunia.

Manusia yang terlalu pakai logika, tentu saat itu berpikir mustahil berdoa seperti itu, tidak ada tumbuhan tapi minta agar ada buah-buahan, akan tetapi tidak ada yang namanya mustahil dengan doa. Selama doa itu adalah kebaikan, Allah Maha Mampu mengabulkannya. Ini bukti bahwa manusia tidak bisa mengandalkan logika dan pikiran saja, karena logika manusia terbatas. Perlu bimbingan wahyu agar manusia bahagia hidup dunia-akhirat.

Berikut doa Nabi Ibrahim tersebut. Beliau ‘alaihis salam berdoa,

“ Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang TIDAK MEMPUNYAI TANAM-TANAMAN di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari BUAH-BUAHAN, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37).

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan bahwa tanah Mekkah memang tidak bisa digunakan untuk menanam, beliau berkata:

“Yaitu tanah Mekkah yang tidak cocok/layak untuk menanam tumbuhan” [Tafsir As-Sa’diy]

Ibnu Katsir menjelaskan ini adalah bentuk terkabulnya doa Nabi Ibrahim, beliau berkata:

“Ini adalah bentuk kelembutan, kedermawanan, kasih sayang dan keberkahan Allah, bahwa di tanah haram Mekkah tidak ada pohon berbuah, akan tetapi didatangkan buah-buahan dari sekitarnya, untuk mengabulkan doa kekasih-Nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.” [Tafsir Ibnu Katsir]

Syaikh Abdurraham As-Sa’diy menjelaskan bahwa buah-buahan yang ada saat ini, bukan hanya sedikit, tetapi berlimpah ruah dan beraneka ragam. Beliau berkata,

6

“Allah mengabulkan doa nabi Ibrahim dan didatangkan buah berbagai jenis. Engkau lihat sekarang di Mekkah semua macam buah-buahan yang banyak berlimpah ruah.” [Tafsir As-Sa’diy]

Satu pelajaran dari doa Nabi Ibrahim adalah agar kita yakin dengan doa kita dan jangan menganggap tidak mungkin atau sulit dikabulkan, karena Allah Maha Mampu Mengabulkan doa.

Hendaknya kita yakin dengan doa kita dan optimis. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“JANGANLAH seseorang di antara kalian yang berdo’a dengan ucapan : ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki’, atau berdo’a :’Ya Allah, rahmatilah aku jika Engkau menghendaki’, tetapi hendaklah meminta dengan SUNGGUH-SUNGGUH karena sesungguhnya Allah tidak ada sesuatupun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu” (HR. Bukhari & Muslim)

Doa kita pasti dikabulkan oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Rabbmu berfirman:“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Al Mukmin: 60).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh Allah malu untuk mengembalikan tangan yang dipanjatkan kepadanya dalam kondisi kosong”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan)

***

Artikel Muslim.or.id

3. Nabi Yusuf

Yusuf ‘Alaihissalam Bermimpi

Pada suatu malam ketika Yusuf masih kecil, ia bermimpi dengan mimpi yang

menakjubkan. Ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan

bersujud kepadanya. Ketika ia bangun, maka ia langsung mendatangi

ayahnya, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun

langsung memahami takwilnya, dan bahwa akan terjadi pada anaknya suatu

urusan yang besar. Maka ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak

7

menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya yang nantinya setan

akan merusak hubungan mereka dan berhasad kepadanya atas pemberian

Allah itu. Yusuf pun menaati saran ayahnya.

Saudara-saudara Yusuf Berniat Buruk Kepada Yusuf

Nabi Ya’qub ‘alaihissalam sangat sayang kepada Yusuf sehingga membuat

saudara-saudaranya merasa iri dengannya. Mereka pun berkumpul untuk

membuat makar kepadanya agar Yusuf dijauhkan dari ayahnya dan kasih

sayang itu beralih kepada mereka.

Salah seorang di antara mereka mengusulkan untuk membunuh Yusuf atau

membuangnya ke tempat yang jauh agar perhatian ayahnya hanya tertumpah

kepada mereka saja, setelah itu mereka bertobat kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala, akan tetapi di antara mereka ada yang menolak usulan dibunuhnya

Yusuf, ia hanya mengusulkan agar Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang

berada jauh agar nanti ditemukan oleh kafilah yang lewat, lalu mereka

mengambil dan menjualnya. Ternyata usulan inilah yang dipandang baik dan

diterima mereka. Dengan demikian, kesimpulan kesepakatan mereka adalah

hendaknya Yusuf diasingkan dan dijauhkan dari tengah-tengah mereka.

Mulailah mereka berpikir bagaimana caranya agar rencana mereka itu dapat

terlaksana dengan baik. Setelah itu, mereka pun menemukan caranya. Mereka

pun datang kepada ayah mereka dan berkata, “Wahai ayah kami, apa

sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal

sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan

baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat)

bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti

menjaganya.”

Nabi Ya’qub berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf sangat

menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan

kamu lengah darinya.”

Mereka menjawab, “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami

golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang

yang rugi.” (QS. Yusuf: 11-14)

Yusuf Dimasukkan ke Dalam Sumur

Maka pada pagi hari, mereka keluar membawa Yusuf ke gurun sambil

menggembala kambing-kambing mereka. Setelah mereka berada jauh dari

ayah mereka, maka mulailah mereka melakukan rencana itu, mereka berjalan

8

hingga tiba di sumur, lalu mereka melepas baju Yusuf dan melempar Yusuf ke

dalamnya. Ketika itu, Allah mewahyukan kepada Yusuf, “Sesungguhnya kamu

akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak

ingat lagi.” (QS. Yusuf: 15)

Setelah mereka berhasil memasukkan Yusuf ke sumur, maka mereka berpikir

kembali tentang apa yang akan mereka katakan nanti di hadapan ayah mereka

ketika ayahnya bertanya tentang Yusuf, hingga akhirnya mereka sepakat untuk

mengatakan bahwa seekor serigala memakannya, dan untuk menguatkan

pernyataan mereka itu, mereka sembelih seekor kambing lalu darahnya

mereka lumuri ke baju Yusuf.

Di malam hari, mereka pulang menemui ayahnya dalam keadaan pura-pura

menangis. Nabi Ya’qub pun melihat mereka dan ternyata Yusuf tidak ada di

tengah-tengah mereka, lalu mereka memberitahukan secara dusta, bahwa

ketika mereka pergi untuk pergi berlomba-lomba dan mereka tinggalkan

Yusuf di dekat barang-barangnya, lalu Yusuf dimakan serigala. Selanjutnya

mereka mengeluarkan gamisnya yang berlumuran darah untuk menguatkan

pernyataan mereka.

Tetapi Nabi Ya’qub melihat gamisnya dalam keadaan tidak robek, karena

mereka lupa merobeknya, lalu Ya’qub berkata kepada mereka, “Sungguh aneh

serigala ini, mengapa ia bersikap sayang kepada Yusuf, ia memakannya tanpa

merobek pakaiannya.” Maka Ya’qub berkata kepada mereka menerangkan

kedustaan mereka, “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik

perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku).

Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu

ceritakan.” (QS. Yusuf: 18).

Yusuf Dikeluarkan dari Sumur dan Dibawa ke Mesir

Adapun Yusuf, maka ia tetap berada dalam sumur menunggu adanya orang

yang mau menolongnya. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang

sebuah kafilah yang hendak menuju Mesir, lalu mereka ingin menambahkan

persediaan mereka, kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka ke

sumur untuk membawakan air. Ketika ia menurunkan timbanya, maka Yusuf

bergantung kepadanya, lalu orang itu melihat ke isi sumur, ternyata dilihatnya

seorang anak muda yang tampan berpegangan dengannya. Orang ini pun

merasa senang dan memberitahukan kepada kawan-kawannya yang lain, lalu

mereka mengeluarkan Yusuf dan membawanya bersama mereka menuju

Mesir untuk dijual.

9

Pada suatu hari, Al ‘Aziz berkeliling di pasar untuk membeli seorang anak buat

dirinya, karena ia tidak punya anak. Kemudian kafilah itu menawarkan Yusuf

kepadanya, lalu raja Al ‘Aziz membelinya dengan harga beberapa dirham saja.

Kemudian Al Aziz pulang ke istrinya dalam keadaan senang karena membeli

seorang anak. Ia juga menyuruh istrinya memuliakan anak tersebut dan

berbuat baik kepadanya, mungkin saja ia dapat bermanfaat bagi keduanya

atau dijadikan sebagai anak angkat. Demikianlah Allah memberikan kekuasaan

kepada Yusuf di bumi sehingga ia hidup di bawah kasih sayang Al ‘Aziz dan

pengurusannya.

Istri Al Aziz Menggoda Yusuf

Waktu pun berlalu dan Yusuf semakin dewasa, ia tumbuh sebagai pemuda

yang kuat dan sangat tampan. Istri Al ‘Aziz selalu memperhatikan Yusuf setiap

harinya dan tertarik kepadanya, mulailah ia menampakkan rasa sukanya

melalui isyarat dan sindiran, tetapi Yusuf berpaling darinya dan tidak peduli

terhadapnya, maka mulailah wanita ini berpikir bagaimana caranya agar dapat

merayu Yusuf.

Suatu hari, ketika suaminya pergi meninggalkan istana, istrinya memanfaatkan

kesempatan itu, ia berhias dan memakai pakaian yang indah, mengunci pintu

rumahnya dan mengajak Yusuf untuk masuk ke kamarnya serta memintanya

melakukan perbuatan keji dengannya.

Akan tetapi Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan sifat ‘iffah (menjaga diri) dan

sucinya menolak ajakannya, ia berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh

tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang

yang zalim tidak akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)

Lalu Yusuf segera pergi menuju pintu untuk keluar dari tempat itu, namun istri

Al ‘Aziz tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera menarik Yusuf dari

belakang untuk menghalanginya keluar dan menahan gamisnya hingga robek.

Tiba-tiba, suaminya yaitu Al Aziz (mentri Mesir) pulang, suasana pun semakin

kritis, istri Al ‘Aziz segera meloloskan diri dari keadaan kritis itu di hadapan

suaminya dan menuduh Yusuf sebagai orang yang khianat serta berupaya

menzaliminya, ia pun berkata kepada suaminya, “Apakah pembalasan terhadap

orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan

atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (QS. Yusuf: 25)

Terhadap tuduhan itu Nabi Yusuf segera membela diri dan berkata, “Dialah

yang merayu diriku.”

10

Maka suaminya meminta penyelesaian kepada salah seorang keluarganya, lalu

aggota keluarga itu berkata tanpa ragu, “Lihatlah! Jika baju gamisnya koyak di

depan, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.–

Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita Itulah yang dusta, dan

Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Yusuf: 26-27)

Lalu suaminya menoleh kepada istrinya, dan berkata

kepadanya, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu,

sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.” (QS. Yusuf: 28)

Selanjutnya Al ‘Aziz meminta Yusuf untuk membiarkan masalah ini dan tidak

membicarakannya di depan seorang pun, lalu suaminya meminta istrinya

meminta ampun kepada Allah atas dosa dan kesalahannya.

Penduduk Mesir meskipun mereka menyembah patung, namun mereka tahu

bahwa yang dapat mengampuni dan menyiksa hanyalah Allah Subhanahu wa

Ta’ala. Oleh karenanya Al ‘Aziz menyuruh istrinya meminta ampun kepada

Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berkumpulnya Wanita-wanita Mesir Atas Undangan Istri Al ‘Aziz

Semua pihak pun sepakat untuk menyembunyikan masalah ini, namun

demikian ternyata berita merayunya istri Al ‘Aziz kepada Yusuf telah tersebar

di istana, dan wanita-wanita kota itu pun telah membicarakannya, yakni bahwa

istri Al ‘Aziz menggoda pelayannya, yaitu Yusuf.

Istri Al ‘Aziz pun mengetahui keadaan itu hingga ia marah dan ingin

menunjukkan alasan terhadap tindakannya itu kepada kaum wanita yang

membicarakan dirinya, dan bahwa ketampanan Yusuf itulah yang membuat

dirinya melakukan hal itu.

Maka istri Al ‘Aziz mengundang kaum wanita kepadanya dan ia telah

mempersiapan untuk mereka tempat yang istimewa, ia juga telah memberikan

masing-masing mereka sebilah pisau beserta buahnya, lalu istri Al ‘Aziz

menyuruh Yusuf keluar.

Yusuf pun keluar menuruti perintah majikannya, maka ketika kaum wanita

melihatnya, mereka semua terpesona dengan ketampanannya dan tanpa sadar

mereka melukai tangan mereka dengan pisau, sampai-sampai mereka semua

mengira bahwa Yusuf adalah seorang malaikat. Istri Al ‘Aziz pun berkata,

“Itulah orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan

sesungguhnya aku telah menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku)

11

akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang

aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan

termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Yusuf: 32)

Yusuf Memilih di Dalam Penjara

Maka kaum wanita pun menerima alasan istri Al ‘Aziz, dan ketika Yusuf

melihat keadaan seperti itu, ia berdoa, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku

sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau

hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk

(memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang

bodoh.” (QS. Yusuf: 33)

Hampir saja terjadi fitnah di Madinah karena rasa cinta kaum wanita kepada

Yusuf, maka pihak berwenang memandang bahwa Yusuf perlu dipenjarakan

sampai waktu tertentu.

Mereka pun memenjarakan Yusuf dan tinggallah Yusuf di penjara selama

beberapa waktu, dan ternyata ada pula dua orang yang masuk penjara

bersamanya, yang satu sebagai tukang roti, sedangkan yang satu lagi tukang

pemberi minum raja. Keduanya melihat akhlak Nabi Yusuf yang begitu mulia

dan ibadah yang dilakukannya yang mengagumkan sehingga keduanya

mendatangi Yusuf dan menceritakan mimpi keduanya kepada Yusuf

sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya, “Berkatalah salah

seorang di antara keduanya, “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku

memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi,

bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.”

berikanlah kepada kami takwinya; sesungguhnya kami memandang kamu

termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi).” (QS. QS. Yusuf: 36)

Maka Nabi Yusuf menakwil mimpi keduanya, namun sebelumnya Nabi Yusuf

mengajak mereka beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah

kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Selanjutnya, Ia

menakwil mimpi mereka berdua, bahwa di antara mereka berdua ada yang

akan keluar dari penjara dan kembali bekerja seperti semula memberi minum

kepada raja, sedangkan yang satu lagi akan disalib dan burung akan memakan

kepalanya.

Sebelum pemberi minum dikeluarkan dari penjara, Nabi Yusuf meminta

kepadanya agar menyampaikan masalah dirinya kepada raja bahwa dia

tidaklah bersalah dan bahwa dia dipenjara secara zalim agar Ia dimaafkan dan

dikeluarkan dari penjara, tetapi setan membuat tukang pemberi minum raja ini

lupa tidak menyebutkan masalah Yusuf kepada raja sehingga Yusuf tetap

12

tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Maka berlalulah waktu dan

terjadilah apa yang ditakwikan Yusuf itu terhadap keduanya.

Kesedihan Ya’qub Semakin Bertambah Namun Tetap Tidak

Berputus Asa

Maka ayah mereka pergi meninggalkan anak-anaknya dan mulai menangisi

Yusuf dan saudaranya sampai matanya buta karena rasa sedih yang

mendalam, lalu anak-anak mereka berkata, “Demi Allah, kamu senantiasa

mengingat Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau

termasuk orang-orang yang binasa”.

Yakni sehingga badannya semakin kurus dan kekuatannnya semakin lemah.

Ya’qub menjawab, “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan

kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu

tidak mengetahuinya.”

Maka Nabi Ya’qub meminta mereka mencari Yusuf dan saudaranya, ia

menyadari sebagai seorang mukmin bahwa dirinya tidak boleh berputus asa

dari rahmat Allah. Selanjutnya anak-anaknya pergi menuju Mesir pada

kesekian kalinya untuk mencari saudara mereka dan mencari sebagian

makanan dengan membawa barang-barang yang kurang berharga. Ketika

mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata, “Wahai al-Aziz! Kami dan

keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa

barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk

kami, dan bersedekahlah kepada Kami, sesungguhnya Allah memberi balasan

kepada orang-orang yang bersedekah.”

Yusuf Memberitahukan Jati Dirinya

Lalu Yusuf menimpali kata-kata mereka secara tiba-tiba dengan ucapan ini,

“Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap

Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu

itu?”.

Mereka pun balik menjawab, “Mereka berkata, “Apakah kamu ini benar-benar

Yusuf?”.

Yusuf menjawab, “Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah

melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barang siapa yang

bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan

pahala orang-orang yang berbuat baik.”

13

Maka saudara-saudaranya pun meminta maaf kepadanya dan mengakui

kesalahannya, lalu Yusuf memaafkannya dan memintakan ampunan kepada

Allah untuk mereka, lalu Yusuf bertanya kepada mereka tentang ayahnya. Dari

berita yang disampaikan, Yusuf mengetahui bahwa ayahnya telah buta

matanya karena kesedihannya atas kehilangan Yusuf, lalu Yusuf berkata

kepada mereka, “Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu

letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah

keluargamu semuanya kepadaku.”

Kemudian mereka membawa gamisnya dan keluar dari Mesir menuju

kampung mereka di Palestina. Di tengah perjalanan, sebelum kafilah itu

datang, Nabi Ya’qub telah merasakan wangi Nabi Yusuf, ia berkata,

“Sesungguhnya aku mencium wangi Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku

lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)“.

Keluarganya berkata, “Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam

kekeliruanmu yang dahulu.”

Pertemuan Yusuf dengan Ayahnya

Setelah berlalu beberapa hari, saudara-saudara Yusuf kembali kepada ayahnya

dan memberitahukan kabar gembira tentang saudara mereka Yusuf, lalu

mereka mengeluarkan gamis Yusuf dan meletakkan ke wajah ayahnya, maka

penglihatannya pun kembali normal.

Ketika itu, saudara-saudara Yusuf meminta kepada ayahnya agar memintakan

ampunan untuk mereka kepada Allah, maka Nabi Ya’qub menjanjikan akan

memintakan ampunan untuk mereka nanti di waktu sahur, karena waktu

tersebut lebih mustajab.

Selanjutnya Ya’qub beserta anak-anaknya (Bani Israil) pergi meninggalkan

Palestina menuju Mesir, dan saat mereka masuk ke negeri Mesir, maka mereka

disambut dengan sambutan yang besar. Yusuf juga memuliakan kedua orang

tuanya dan menempatkannya di kursinya. Ketika itu, Ya’qub dan istrinya

beserta sebelas anaknya tidak sanggup menahan dirinya untuk sujud sebagai

penghormatan kepada Yusuf, dan ingatlah Yusuf akan mimpinya terdahulu

ketika ia masih kecil; dan bahwa matahari dan bulan adalah ibu dan bapaknya,

sedangkan sebelas bintang adalah saudara-saudaranya. Yusuf berkata, “Wahai

ayahku Inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah

menjadikannya suatu kenyataan. dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat

baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika

membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan

14

(hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha

Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Yusuf: 100)

Ketika Nabi Yusuf memegang pemerintahan Mesir, maka Yusuf menggunakan

kesempatan itu untuk mengajak rakyatnya menyembah Allah dan setelah

selesai urusannya dan ia merasa bahwa hidupnya tidak lama, ia pun berkata

sambil mengakui nikmat Allah, menyukurinya dan berdoa agar tetap di atas

Islam sampai akhir hayat, Yusuf berkata, ” Wahai Tuhanku, sesungguhnya

Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah

mengajarkan kepadaku sebahagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta

langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah

aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang

saleh.” (QS. Yusuf: 101)

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, bahwa Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang orang yang paling mulia? Beliau

menjawab, “Yaitu orang yang paling bertakwa.” Maka para sahabat berkata,

“Bukan ini maksud pertanyaan kami?” Beliau pun bersabda, “Yaitu Yusuf

seorang Nabi Allah putera Nabi Allah putera Nabi Allah putera kekasih Allah.”

Kisah Nabi Yusuf ini secara panjang lebar disebutkan Allah dalam surah Yusuf.

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa

nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

***

Artikel kisahmuslim.com

4. Nabi Musa

Maka berangkatlah Musa menuju Mesir bersama keluarganya, sehingga ketika

mereka merasakan kegelapan, mereka duduk beristirahat agar dapat

melanjutkan perjalanan lagi. Ketika itu, cuaca sangat dingin sekali, maka Musa

pun mencari sesuatu untuk dapat menghangatkan badannya, ia pun melihat

api dari jauh, lalu meminta keluarganya menunggu di situ agar ia dapat

mengambil sesuatu untuk menghangatkan badan. Maka Musa pun pergi

mendatangi api itu dengan membawa tongkatnya.

Lebih dari seorang mufassir baik dari kalangan salaf maupun khalaf berkata,

“Nabi Musa pergi menuju api yang dilihatnya itu dan setelah sampai di sana,

15

didapatinya api itu menyala-nyala di sebuah pohon hijau, yaitu pohon Ausaj

(jenis pohon yang berduri), apinya semakin menyala, kehijaun pohon itu juga

semakin bertambah, maka Musa berdiri dalam keadaan takjub dan ketika itu

pohon tersebut di kaki gunung di sebelah Barat dan berada di sebelah kanan

Nabi Musa sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan tidaklah kamu (Muhammad)

berada di sisi yang sebelah Barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada

Musa, dan tidak pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan.” (QS. Al

Qashshash: 44)

Saat itu Musa berada di lembah yang bernama Thuwa, sambil menghadap

kiblat, sedangkan pohon itu berada di kanannya di sebelah Barat, lalu

Tuhannya memanggilnya,

“Wahai Musa.–sesungguhnya aku Inilah Tuhanmu, maka lepaskanlah kedua

sandalmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci; Thuwa.– Dan Aku

telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan

(kepadamu).–Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang

berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk

mengingat Aku.– Segungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku

merahasiakan (waktunya) agar setiap diri itu dibalas dengan apa yang ia

usahakan.–Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh

orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa

nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa.” (QS. Thaahaa: 11-16)

Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla bertanya kepadanya tentang tongkat yang

dipegangnya –dan Dia lebih tahu-, Musa menjawab, “Ini adalah tongkatku, aku

bersandar kepadanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan

bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” (QS. Thaahaa: 18)

Maka Allah menyuruhnya untuk melempar tongkatnya. Musa pun

melemparnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular yang besar dan

bergerak dengan cepat, lalu Musa berpaling lari karena takut, lalu Allah

menyuruhnya kembali dan tidak takut, karena ular itu akan kembali menjadi

tongkat seperti sebelumnya, kemudian Musa mengulurkan tangannya ke ular

itu untuk mengambilnya, ternyata ular itu langsung berubah menjadi tongkat.

Nabi Musa kulitnya berwarna coklat, lalu Allah memerintahkan kepadanya

untuk memasukkan tangannya ke dalam bajunya kemudian mengeluarkannya,

Musa pun melakukannya, lalu tampaklah warna putih yang jelas. Keduanya

Allah jadikan sebagai mukjizat untuk Nabi Musa ‘alaihissalam di samping

16

mukjizat-mukjizat yang lain untuk menguatkan kerasulannya ketika

berhadapan dengan Fir’aun dan para pembesarnya.

Dakwah Nabi Musa ‘Alaihissalam kepada Fir’aun

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi Musa pergi

mendatangi Fir’aun untuk mendakwahinya, maka Nabi Musa mau

memenuhinya, akan tetapi sebelum ia berangkat, ia berdoa kepada Tuhannya

meminta taufiq dan meminta kepada-Nya bantuan, Musa berkata, “Ya

Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku–Dan mudahkanlah untukku

urusanku,–Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,–Agar mereka mengerti

perkataanku,–Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,–

(yaitu) Harun, saudaraku,–Teguhkanlah dengannya kekuatanku,–Dan

jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,–agar kami banyak bertasbih kepada

Engkau,–dan banyak mengingat Engkau.–Sesungguhnya Engkau adalah Maha

melihat (keadaan) kami.” (QS. Thaahaa: 25-35)

Maka Allah mengabulkan permohonannya, lalu Musa ingat bahwa ia pernah

membunuh orang Mesir, ia takut kalau nanti mereka membunuhnya, maka

Allah menenangkannya, bahwa mereka tidak akan dapat menyakitinya

sehingga Musa pun tenang (lihat Al Qashash: 35).

Musa pun melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan memberitahukan kepada

Harun apa yang terjadi antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala agar

Harun ikut serta menyampaikan risalah kepada Fir’aun dan kaumnya dan

membantunya mengeluarkan Bani Israil dari Mesir, maka Harun pun

bergembira atas berita itu, ia pun ikut berdakwah bersama Musa.

Fir’aun adalah seorang yang kejam dan berlaku zalim terhadap Bani Israil,

sehingga Nabi Musa dan Nabi Harun berdoa kepada Allah agar

menyelamatkan keduanya dari tindakan aniaya dari Fir’aun, lalu

Allah Ta’ala berfirman meneguhkan hati keduanya, “Janganlah kamu berdua

khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan

melihat”.–Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan Katakanlah,

“Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani

Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya

kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami)

dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti

petunjuk.–Sesungguhnya telah diwahyukan kepada Kami bahwa siksa itu

(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.” (QS.

Thaahaa: 46-48)

17

Maka ketika Musa dan harun berangkat, mulailah keduanya mengajak mereka

kepada Allah dan berusaha membawa Bani Israil dari penindasan Fir’aun, akan

tetapi Fir’aun mengejek keduanya dan mengolok-olok apa yang mereka

berdua bawa serta mengingatkan Musa, bahwa dirinyalah yang mengurus

Musa di istananya dan terus membesarkannya hingga ketika dewasa Musa

membunuh orang Mesir dan pergi melarikan diri.

Maka Nabi Musa ‘alaihissalam berkata, “Aku telah melakukannya, sedang aku

di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.–Lalu aku lari meninggalkan

kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku

ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.—Budi baik

yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah

memperbudak Bani Israil.” (Lihat Asy Syu’araa: 20-22)

Fir’aun pun bertanya, “Siapa Tuhan semesta alam itu?”

Musa menjawab, “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara

keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-

Nya”.

Fir’aun berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya, “Apakah kamu

tidak mendengarkan?”

Musa berkata (pula), “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu

yang dahulu”.

Fir’aun berkata, “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian

benar-benar orang gila.”

Musa berkata, “Tuhan yang menguasai Timur dan Barat dan apa yang ada di

antara keduanya; (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.”

Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selainku, aku akan

menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.” (Lihat Asy Syu’araa: 23-

29)

Kemudian Nabi Musa menawarkan kepadanya bukti yang membenarkan

kerasulannya. Maka Fir’aun meminta ditunjukkan buktinya jika Musa memang

benar. Nabi Musa pun melempar tongkatnya dan berubahlah tongkat itu

menjadi ular yang besar sehingga orang-orang terkejut dan takut terhadap

ular itu. Kemudian Musa menjulurkan tangannya ke ular itu, maka ular itu

18

kembali seperti biasa menjadi tongkat. Kemudian Musa memasukkan

tangannya ke leher bajunya, lalu ia keluarkan, tiba-tiba tampak warna putih

berkilau.

Perlawanan Nabi Musa ‘Alaihissalam dengan Para Penyihir dan

Masuk Islamnya Para Penyihir

Ketika ditunjukkan bukti-bukti itu, Fir’aun malah menuduhnya sebagai

penyihir, lalu ia meminta untuk dikumpulkan para penyihirnya dari segenap

tempat untuk melawan Musa. Maka ditetapkanlah hari raya sebagai hari

pertunjukan itu yang dimulai pada waktu dhuha di tempat yang lapang di

hadapan Fir’aun. Fir’aun juga mengumumkan pertemuan itu kepada kaumnya

agar mereka semua hadir menyaksikan.

Tibalah hari pertunjukan itu dalam keadaan ramai dihadiri oleh banyak

manusia, mereka ingin melihat apakah Musa yang menang ataukah para

penyihir?

Sebelum Fir’aun keluar mendatangi Musa, ia berkumpul terlebih dahulu

dengan para penyihir dan memberikan dorongan kepada mereka, dimana jika

mereka menang, maka ia akan memberikan berbagai kesenangan berupa

harta dan kedudukan.

Sesaat kemudian, Fir’aun keluar menuju lapangan pertandingan, sedangkan di

belakangnya terdapat para penyihir, lalu ia duduk di tempat khusus baginya

dengan didampingi para pelayannya, kemudian para penyihir berdiri di

hadapan Nabi Musa dan Harun.

Selanjutnya Fir’aun mengangkat tangannya untuk memberitahukan bahwa

pertandingan siap dimulai, lalu para penyihir menawarkan dua hal kepada

Musa, yaitu apakah Musa yang pertama kali melempar tongkatnya ataukah

merela lebih dulu? Maka Nabi Musa membiarkan mereka dulu yang memulai.

Para penyihir pun melempar tali dan tongkat, sambil menyihir mata manusia

sehingga menurut pandangan manusai bahwa tongkat dan tali tersebut

berubah menjadi ular yang gesit dan bergerak di hadapan mereka, sehingga

orang-orang takut terhadapnya, bahkan Nabi Musa dan Harun merasa takut

terhadapnya, lalu Alllah memberikan wahyu kepada Musa agar ia tidak takut

dan melempar tongkatnya, maka Nabi Musa dan saudaranya (Nabi Harun)

tenang karena perintah Allah itu.

19

Nabi Musa pun melempar tongkatnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular

yang besar yang menelan tali para penyihir dan tongkat mereka. Ketika para

penyihir melihat apa yang ditunjukkan Nabi Musa ‘alaihissalam, maka mereka

pun mengakui, bahwa itu adalah mukjizat dari Allah dan bukan sihir.

Kemudian Allah melapangkan hati mereka untuk beriman kepada Allah dan

membenarkan apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam, mereka pun

akhirnya hanya bersujud kepada Allah sambil menyatakan keimanan mereka

kepada Tuhan Musa dan Harun.

Ketika itulah Fir’aun semakin geram dan mulai mengancam para penyihir, ia

berkata kepada mereka, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa)

sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah

pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya

aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara

bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada

pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di

antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.” (QS. Thaahaa: 71)

Meskipun begitu, para penyihir tidak takut terhadap ancaman itu setelah Allah

mengaruniakan keimanan kepada mereka, mereka berkata, “Kami sekali-kali

tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat)

yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan

kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya

kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.–

Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni

kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami

melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).–

Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa,

maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan

tidak (pula) hidup.–Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan

beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka Itulah

orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),–(yaitu)

surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di

dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan

kemaksiatan).” (QS. Thaahaa: 72-76)

***

Artikel kisahmuslim.com

20

5. Nabi Daud

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami

berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang

bersama Daud," dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju

besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang

saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.”

(QS. 34:10-11) Abdullah bin Amru berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata

kepadaku: "Puasa yang paling Allah cintai adalah puasa Nabi Daud Alaihissalam,

yaitu dia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari dan shalat yang paling Allah

sukai adalah shalatnya Nabi Daud Alaihissalam pula, yaitu dia tidur hingga

pertengahan malam lalu bangun mendirikan shalat pada sepertiga malam dan tidur

lagi di akhir seperenam malamnya". (HR. Bukhari) No. 3167. Shahih.

Dari Abu Hurairah radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Telah dimudahkan bagi Nabi Daud alaihi salam membaca al-Qur an (Kitab

Zabur). Dia pernah memerintahkan agar pelana hewan-hewan tunggangannya

disiapkan, maka dia selesai membaca Kitab sebelum pelana hewan tunggangannya

selesai disiapkan, dan dia tidak memakan sesuatu kecuali dari hasil usaha

tangannya sendiri". Musa bin Uqbah meriwayatkan dari Shafwan dari Atha bin

Yasar dari Abu Hurairah radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.

(HR. Bukhari) No. 3164 / 3417 Fathul Bari. Shahih

6. Nabi Sulaiman

Kisah Nabi Sulaiman Menyembelih Kuda Karena Allah, Lalu Allah

Menggantinya dengan (Anugerah) Angin yang Tunduk Kepadanya

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba.

Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Tuhannya). (Ingatlah) ketika

dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat

21

waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai

kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat

Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. “Bawalah semua kuda itu

kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.” (Shaad: 30-33).

Allah menyebutkan, bahwa Dia menganugerahkan kepada Daud putera

bernama Sulaiman `alaihis salam. Allah memuji Sulaiman bahwa dia banyak

kembali kepada-Nya, lalu Allah menyebutkan perkaranya tentang kuda.

Berikut ini kisahnya:

Sulaiman `alaihis salam begitu cintanya kepada kuda untuk digunakan jihad di

jalan Allah. Beliau memiliki kuda-kuda yang kuat, cepat dan bersayap. Kuda-

kudanya berjumlah 20 ribu. Ketika ia memeriksa dan mengatur kuda-kuda

tersebut, ia ketinggalan shalat Ashar karena lupa, bukan di sengaja. Saat ia

mengetahui bahwa ia ketinggalan melakukan shalat karena kuda-kuda

tersebut, ia pun bersumpah, ‘Tidak, demi Allah, janganlah kalian (kuda-kudaku)

melalaikanku dari menyembah Tuhanku.’ Lalu beliau memerintahkan agar

kuda-kuda itu disembelih. Maka beliau memukul leher-leher dan urat-urat

nadi kuda-kuda tersebut dengan pedang. Ketika Allah mengetahui hamba-

Nya yang bernama Sulaiman menyembelih kuda-kuda tersebut karena Diri-

Nya, karena takut dari siksa-Nya serta karena kecintaan dan pemuliaan

kepada-Nya, karena dia sibuk dengan kuda-kuda tersebut sehingga habis

waktu shalat.

Sebab hal tersebut, Allah lalu menggantikan untuknya sesuatu yang lebih baik

dari kuda-kuda tersebut, yakni angin yang bisa berhembus dengan

perintahnya, sehingga akan menjadi subur daerah yang dilewatinya,

perjalanannya sebulan dan kembalinya juga sebulan. Dan tentu, ini lebih cepat

dan lebih baik daripada kuda. Karena itu, benarlah sabda Rasulullah shallallahu

`alaihi wasallam,

“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada

Allah kecuali Allah akan memberimu (sesuatu) yang lebih baik daripadanya.”

(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi, hadits shahih).

***

Artikel kisahmuslim.com

22

7. Nabi Isa

Lahirnya Nabi Isa bin Maryam

Nabi Isa adalah di antara nabi dan rasul Allah. Berbeda dengan manusia

lainnya, Nabi Isa terlahir tanpa seorang ayah. Dan ibunya adalah seorang

wanita suci dan shalihah. Demikianlah jika Allah menghendaki sesuatu terjadi,

maka ia akan terjadi.

Adam, Allah ciptakan tanpa perantara ayah dan ibu. Hawa lahir tanpa campur

tangan wanita. Dan Isa hanya dari seorang ibu.

Maryam Melahirkan Manusia Mulia

Maryam adalah seorang wanita shalihah yang menjaga diri dan kehormatan.

Berita tentang kelahiran Nabi Isa menyebar perlahan. Satu per satu orang

tahu, bahwa Maryam yang tak bersuami melahirkan anak laki-laki. Saat hendak

melahirkan putranya, Maryam menyendiri di ujung timur Masjid al-Aqsha.

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan

kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Quran: Maryam Ayat 22).

Lahirlah Nabi Isa di tempat tersebut.

Maryam menyepi dan menyendiri. Ia takut beredar fitnah tentang dirinya di

masyarakat. Tentu mereka akan bertanya dari mana ia peroleh anak itu? Mana

suamimu? Apakah dari zina? Siapakah bapaknya? Dan tuduhan lainnya. Ia

takut akan semua gunjingan itu. Peristiwa ini sangat berat baginya. Seorang

wanita tak akan tahan jika kehormatannya dijadikan hina. Maryam adalah

wanita shiddiqah. Ahli ibadah. Ia mengabdikan diri di tempat yang suci. Di

tanah yang mulia dan qudus.

Disebutkan, keluarganya pun menanyakan tentang putranya. Tentang Isa bin

Maryam. Mereka bertanya, “Apakah bisa tanaman tumbuh tanpa benih?” “Bisa.

Siapakah yang pertama menciptakan tanaman? Jawab Maryam, retoris.

23

Mereka kembali bertanya, “Bisakah pohon tumbuh tanpa air?” “Bisa. Siapakah

yang menciptakan pohon pertama kali?” jawab Maryam. Mereka bertanya lagi

untuk yang ketiga kali, “Bisakah seorang anak lahir tanpa seorang ayah?”

Maryam menjawab, “Bisa. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah

dan ibu”. Mereka pun diam.

Keluarga Maryam adalah orang yang mencintai dan mengenalnya Mereka pun

tetap mempertanyakan. Timbul sebersit rasa di hati mereka. Lalu bagaimana

pula dengan orang-orang yang jauh, orang-orang fasik, apa yang akan mereka

katakan?

Manusia dalam keadaan Nabi Isa ini terbagi menjadi tiga:

Pertama: Orang-orang Yahudi. Mereka menuduhnya sebagai anak zina, karena

menurut mereka Maryam berzina dengan Yusuf an-Najjar.

Kedua: Orang-orang Nasrani. Mereka menganggap Isa sebagai anak Allah.

Dan Maha Suci Allah dari yang demikian.

Ketiga: Orang-orang Islam. Mereka memuliakan Nabi Isa sebagai seorang nabi

dan rasul. Namun tidak berlebih-lebihan terhadapnya, dengan mengimaninya

sebagai hamba Allah.

Maryam pergi ke Betlehem. Saat sampai di sana ia berucap,

“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang

yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (Quran: Maryam Ayat 23).

Ia berharap seandainya mati, karena beratnya keadaan. Lalu Allah menghibur

Maryam dengan,

“Maka menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati,

sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan

goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan

menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan

bersenang hatilah kamu.” (Quran: Maryam Ayat 24-26).

24

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam dalam

ayat ini. Said bin Jubair, adh-Dhahhak, Amr bin Maimun dll. menyatakan

bahwa itu Jibril. Mujahid, al-Hasan, dll. menyatakan bahwa Nabi Isa berbicara

kepada Maryam. Ia menghiburnya, ‘Wahai Ibu, janganlah bersedih’. Sang anak

menunjukkan bahwa kelahirannya adalah mukjizat dan karunia dari Allah هلالج لج.

Maryam pun menjadi tenang.

Maryam Bertemu Kaumnya

Setelah merasakan ketenangan, Maryam pulang dan bertemu kaumnya.

Mereka berkata,

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya.

Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu

yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali

bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”.

(Quran: Maryam Ayat 27-28).

Berbeda dengan keluarganya yang mempertanyakan keadaannya, orang-

orang fasik langsung menuduh Maryam. Mereka cerca Maryam dengan telah

melakukan sesuatu yang sangat mungkar, yakni perzinahan. Mereka bawa-

bawa kedua orang tuanya yang baik-baik, agar Maryam semakin malu.

Mereka tuduh Nabi Zakariya lah yang menzinainya. Tanpa pengadilan, mereka

hakimi Zakariya dengan membunuhnya. Di antara mereka juga ada yang

menuduh Yusuf an-Najjar, sepupu Maryam, adalah bapaknya Isa.

Isa, Bayi Yang Penuh Berkah

Maryam mengetahui, anaknya mampu berbicara dan bersaksi untuk mereka. Ia

pun mengatakan,

“…maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana

kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (Quran:

Maryam Ayat 29).

25

Isa memberikan jawaban dan persaksian, membantah tuduhan keji yang

dilemparkan pada ibunya.

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil)

dan Dia menjadikan aku seorang nabi,” (Quran: Maryam Ayat 30).

Kalimat pertama dari lisan Isa menegaskan bahwa dia adalah hamba Allah هلالج لج,

bukan anak Tuhan. Sekaligus juga membantah tuduhan kaumnya terhadap

ibunya. Ia membantah orang yang mengatakannya anak Allah atau anak zina.

“…dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,

dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat

selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku

seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan

kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari

aku dibangkitkan hidup kembali”. (Quran: Maryam Ayat 31-33).

Penjelasan Al-Quran tentang Nabi Isa:

“Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang

mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah

mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka

Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.” (Quran: Maryam

Ayat 34-35).

Kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam Dalam Islam

Di dalam Alquran, Allah telah menjelaskan kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam yang sesungguhnya, bahwa beliau adalah salah satu hamba terbaik pilihan Allah dan juga utusan-Nya yang memiliki kedudukan tinggi dan mulia di sisi-Nya. Bukan sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Yahudi yang mengatakan beliau adalah anak zina. Bukan pula orang-orang Nasrani bahwa beliau adalah Allah atau anak Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah keyakinan buruk mereka ini dalam firman-Nya,

26

“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat kepadanya dan Kami jadikan Dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail.” (Az-Zukhruf: 59)

“Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah, kalimat-Nya yang Ia kirimkan kepada Maryam, dan juga roh (ciptaan) dari-Nya.” (An-Nisaa’: 171)

Syaikh Abdurrahman bin Hasan mengatakan bahwa maksud dari Isa adalah kalimat Allah yaitu Allah menciptakan beliau dengan kalimat-Nya, “”ن .ك

Sedangkan maksud dari Roh ialah Isa ‘alaihissalam merupakan salah satu dari sekian banyak roh yang telah Allah ciptakan.3 Dan beliau bukanlah roh kudus, karena roh kudus itu ialah Jibril ‘alaihissalam sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ahli tafsir dari kalangan sahabat dan yang setelah mereka.4

Dari ayat ini, kita dapati betapa mulia dan agungnya kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga Allah sebutkan beliau sebagai kalimat dan juga roh-Nya. Dan idhafah (penyandaran) pada ayat ini merupakan bentuk penghormatan kepada beliau.

Dakwah Nabi Isa ‘alaihissalam

Dakwah beliau tidak berbeda dengan dakwahnya para Nabi dan Rasul yang lain, yaitu mengajak manusia untuk beriman dan beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya saja, Nabi Isa ‘alaihissalam diutus khusus kepada Bani Israil. Berbeda dengan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang diutus kepada semua makhluk, dari kalangan jin dan manusia.

“Dan (Allah jadikan Isa) sebagai Rasul (yang diutus) kepada Bani Israil (dan berkata kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa ayat (mukjizat) dari Rabb-mu.” (Al-Quran Surat Ali ‘Imran: 49)

Di antara yang beliau serukan kepada Bani Israil adalah apa yang Allah abadikan dalam kitab-Nya,

“Dan (Isa) Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabb-ku dan juga Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah (dalam ibadahnya), maka Allah haramkan surga untuknya, dan tempat kembalinya ialah neraka. Dan orang-orang zalim itu tidak memiliki seorang penolong pun (yang akan menolongnya dari siksa api neraka).” (Al-Quran Surat Al-Maaidah: 72)

“Sesungguhnya Allah itu Rabb-ku dan juga Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Nya. Inilah jalan yang lurus.” (Al-Quran Surat Ali-‘Imran: 51)

27

Walau Allah telah menganugerahi banyak mukjizat yang menunjukkan kenabian beliau, dan membenarkan kerasulan beliau, hanya sebagian saja yang menyambut dan menerima dakwah beliau. Mereka adalah al-hawariyyun yang menjadi pengikut dan penolong setia beliau.

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.” Maka (dengan begitu), segolongan dari Bani Israil beriman (al-hawariyyun) dan segolongan lain kafir.” (Al-Quran Surat Ash-Shaff: 14)

Siapa yang disalib???

Sejak zaman Nabi Musa ‘alaihissalam, Bani Israil telah menunjukkan sikap-sikap melampaui batas. Mereka telah dikenal sebagai kaum yang sombong, berhati keras, pembangkang, suka berbohong dan ingkar janji, selalu mengingkari nikmat dan ayat-ayat Allah serta hobi mengakal-akali perintah dan larangan Allah. Karenanya, Allah selalu mengutus para Nabi kepada mereka untuk membimbing dan menuntun mereka ke jalan yang benar, serta menegakkan hukum Allah di tengah-tengah mereka.

Akan tetapi, ketika ada Nabi yang diutus kepada mereka, selalu saja mendapat ancaman kejahatan tangan-tangan mereka. Dan mereka tidak segan-segan membunuh para Nabi yang diutus kepada mereka. Di antara Nabi yang Allah utus kepada mereka adalah Isa ‘alaihissalam.

Tidak berbeda dengan nabi-nabi yang lain, Isa ‘alaihissalam juga mendapat perlakuan yang sama dari Bani Israil berupa pendustaan, pengingkaran, gangguan, dan permusuhan.

Tatkala Allah mengutusnya kepada mereka dengan bukti-bukti dan juga petunjuk, mulailah mereka iri dan dengki terhadap beliau karena kenabian dan mukjizat-mukjizat luar biasa yang Allah berikan kepada beliau. Karena dasar kedengkian itulah mereka mengingkari kenabian Isa ‘alaihissalam dan kemudian memusuhi serta menyakiti beliau.

Betapa besar permusuhan yang mereka sulutkan sehingga tidak membiarkan beliau ‘alaihissalam menetap di negeri bersama mereka. Bahkan beliau bersama ibunya selalu berkelana, berpindah-pindah tempat karena ulah orang-orang Yahudi tersebut.

Tidak sampai di sini. Karena kedengkian telah tertancap dan mendarahdaging, mereka berusaha membuat konspirasi untuk membunuh beliau dengan menghasut Raja Damaskus saat itu yang beragama penyembah bintang-bintang. Mereka membuat fitnah-fitnah serta tuduhan dusta tentang Nabi Isa ‘alaihissalam, sehingga Raja yang mendengar hal itu

28

menjadi marah dan memerintahkan perwakilannya di al-Quds/Yerussalem untuk menyalibnya.

Setelah menerima perintah dari raja, wakil raja yang berada di al-Quds itu langsung berangkat bersama sekelompok Yahudi menuju rumah yang sedang ditempati oleh Nabi Isa ‘alaihissalam dan kemudian mengepungnya.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Mereka telah merancang tipu muslihat, dan Allah juga membuat tipu muslihat (terhadap mereka). Sedangkan Allah adalah sebaik-baik perancang tipu muslihat.” (Ali ‘Imran: 54)

Dalam keadaan demikian, Nabi Isa ‘alaihissalam menanyakan kepada murid-muridnya tentang siapa yang bersedia diserupakan wajahnya seperti wajah beliau. Dan beliau menjanjikan surga bagi siapa yang bersedia. Maka, salah seorang pemuda di antara mereka ada yang merespon beliau dengan jawaban, “Saya bersedia”. Kemudian Allah serupakan wajahnya dengan wajah Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah itu, Nabi Isa tertidur dan diangkat Allah ke langit dari rumah tersebut dalam keadaan demikian. Tatkala para murid beliau keluar dari rumah itu, orang-orang Yahudi yang telah mengepung sejak sore menangkap dan menyalib lelaki tersebut.5 Setelah itu mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah membunuh Isa putra Maryam, yaitu utusan Allah” (An-Nisaa’: 157)

Namun, Allah membantah perkataan mereka ini pada ayat yang sama, “Dan mereka sama sekali tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. Akan tetapi, (orang yang mereka salib itu) adalah yang diserupakan (wajahnya dengan Isa) untuk mereka.”

Dalam satu riwayat, disebutkan bahwa sebelum menangkap lelaki tersebut, mereka menghitung jumlah orang-orang yang keluar dari rumah itu karena mendengar bahwa Isa telah diangkat ke langit. Setelah dihitung, ternyata mereka mendapatkan ada satu orang yang kurang. Sehingga mereka ragu apakah yang mereka tangkap itu benar-benar Isa atau bukan?6

Inilah mengapa Allah sebutkan di akhir ayat, “Dan sungguh, orang-orang yang berselisih padanya (urusan pembunuhan Isa) benar-benar dalam keraguan. Mereka itu tidak memiliki ilmu yang pasti tentangnya. Dan mereka tidak membunuhnya dalam keadaan yakin (bahwa yang dibunuh itu benar-benar Isa).” (An-Nisaa’: 157)

Keberadaan Beliau Saat Ini

Para ulama telah sepakat tentang keberadaan beliau saat ini, yaitu di langit dalam keadaan masih hidup dan sama sekali belum mati. Dan hal ini telah disebutkan Allah dalam firman-Nya,

29

“Mereka tidak membunuhnya dalam keadaan yakin. Akan tetapi (sebenarnya), Allah telah mengangkatnya (Isa) kepada-Nya. Dan Allah itu Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Quran Surat An-Nisaa’: 157-158)

Pengangkatan Nabi Isa ‘alaihissalam terjadi ketika beliau dikepung oleh orang-orang Yahudi untuk ditangkap dan disalib, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Allah mengangkat beliau kepada-Nya, yaitu ke langit.

Allah Ta’ala juga berfirman,

“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku serta membersihkanmu dari orang-orang yang kafir tersebut.” (Al-Quran Surat Ali-‘Imran: 55)

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud wafat pada ayat ini adalah tidur. Maksudnya, Allah menjadikan beliau tertidur sebelum diangkat ke langit.7

Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari al-Hasan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada orang Yahudi, “Sesungguhnya Isa itu belum mati. Dan ia akan kembali kepada kalian sebelum hari kiamat nanti.”

Dan sangat banyak hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan bahwa beliau saat ini masih hidup dan berada di langit.

Di antara hadis-hadis tersebut adalah kisah perjalanan mikraj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam kisah tersebut, beliau bertemu dengan Nabi Isa ‘alaihissalam di langit yang menyapa dan memberikan salam penghormatan kepada beliau.

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di Akhir Zaman

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam ke dunia pada akhir zaman nanti merupakan perkara yang pasti akan terjadi dan merupakan salah satu tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat. Tidak ada satu orang pun dari ulama kaum muslimin yang mengingkari kejadian ini. Bahkan mereka menganggap perkara tersebut termasuk perkara yang wajib diyakini oleh setiap muslim.

Hal itu dikarenakan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengisyaratkannya dalam Alquran. Begitu pula dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah mengabarkan akan terjadinya kejadian itu.

Allah Ta’ala berfirman,

“Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa alaihissalam) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisaa: 159)

30

Imam As-Saffarini menjelaskan bahwa mereka benar-benar akan beriman kepada Nabi Isa ‘alaihissalam sebelum wafatnya. Dan hal itu terjadi ketika beliau turun dari langit pada akhir zaman nanti, sehingga hanya akan ada satu agama, yaitu agama Ibrahim yang lurus.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya,

“Demi Allah, sungguh hampir tiba saatnya putra Maryam itu turun di tengah-tengah kalian sebagai seorang hakim yang adil.”

Bagaimana Beliau Turun??

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam akan turun di dekat ‘menara putih’ yang berada di bagian timur Damaskus dengan mengenakan pakaian yang dicelupkan wars12 dan za’faran.13 Saat turun, beliau meletakkan kedua telapak tangannya di sayap dua malaikat. Ketika beliau menundukkan kepala, maka akan menetes. Dan ketika beliau mengangkatnya, maka akan bercucuran air yang sangat bening seperti mutiara. Tidak ada seorang kafir pun yang mencium aroma nafas beliau kecuali ia akan mati. Sedangkan nafas beliau itu menjangkau jarak yang sangat panjang, sejauh matanya memandang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan bahwa ketika turun, Nabi Isa ‘alaihissalam akan disambut oleh Imam Mahdi beserta kaum muslimin, dan kemudian sholat bersama mereka.

“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku ini yang selalu berperang menampakkan kebenaran sampai hari kiamat tiba. Maka turunlah Isa alaihissalam, dan pemimpin mereka (Imam Mahdi) akan berkata (kepadanya), ‘Kemarilah anda dan sholatlah bersama kami (maksudnya jadilah imam dalam sholat kami-red).’ Kemudian ia menjawab, ‘Tidak, sungguh sebagian kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lain sebagai bentuk penghormatan Allah terhadap umat ini.’”

Apa Yang Beliau Bawa Ketika Diturunkan dan Untuk Apa Beliau

Turun??

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menetapkan suatu hal melainkan ia mempunyai misi tersendiri untuk itu. Dan Dia juga telah menetapkan misi khusus diturunkannya Nabi Isa ‘alaihissalam di akhir zaman nanti. Di antaranya adalah apa yang disebutkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,

“Demi Allah, sungguh hampir tiba saatnya putra Maryam itu turun di tengah-tengah kalian sebagai seorang hakim yang adil. Maka ia akan menghancur- kan salib, membunuh babi, menghapus jizyah/upeti. Dan (saat itu) harta

31

benda berhamburan sampai-sampai tidak ada seorang pun yang bersedia menerimanya (harta pemberian).” (HR. Bukhari no. 2222, Muslim no. 155)

Misi lain dari turunnya Isa ‘alaihissalam adalah untuk membunuh Dajjal. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Dajjal akan keluar di tengah-tengah umatku dan akan menetap selama 40 –salah seorang perawi berkata, aku tidak tahu apakah itu 40 hari, 40 bulan, atau 40 tahun–. Maka Allah utus Isa putra Maryam. Kemudian beliau mencarinya dan akan berhasil membinasakannya.”

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah beliau turun bukan sebagai Nabi yang membawa syariat baru setelah syariat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi, sebagai imam kaum muslimin atau hakim yang adil sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas.

Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam beribadah dengan syariat Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, baik dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Bukan dengan syariat beliau yang dahulu. Sebab, syariat tersebut telah dihapus.

Dengan demikian, beliau turun ke bumi sebagai khalifah bagi Nabi kita shallallaahu ‘alaihi wasallam, sekaligus sebagai hakim bagi umatnya.17

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Dan Isa itu masih hidup di langit dan sama sekali belum mati. Dan ketika turun nanti, ia tidak akan menerapkan hukum kecuali dengan hukum kitab dan sunah, bukan dengan yang menyelisihi itu.”

Inilah sedikit tentang hal-hal yang wajib kita yakini seputar Nabi Isa ‘alaihissalam. Semoga Allah menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengambil manfaat darinya.

Wallaahu a’lam.

muslim.or.id kisahmuslim.com

32

8. Nabi Muhammad

Seberkas Sinar Awal Mula Kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Awal Mula Diturunkannya Wahyu

Al-Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam Shahih mereka mencantumkan

sebuah kisah agung yang sarat dengan pelajaran dan ibrah, bersumber

dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, dia bercerita bahwa:

Awal mula diturunkannya wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam adalah dengan diperlihatkannya kepada beliau mimpi yang baik. Dan

tidaklah beliau bermimpi melainkan mimpi itu seperti terangnya waktu subuh.

Lalu timbul kesenangan untuk berkhalwah (menyepi), maka beliau pun

menyendiri di Gua Hira.

Beliau beribadah beberapa malam di sana sebelum kembali kepada

keluarganya dan meminta bekal secukupnya, setelah itu beliau pun kembali

kepada Khadijah radhiallahu ‘anha, dan berbekal kembali secukupnya sampai

datang al-haq kepadanya ketika beliau berada di Gua Hira.

Maka datanglah seorang malaikat seraya mengatakan, “Bacalah!” beliau

menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Lalu dia (malaikat) menarikku dan

mendekapku dengan erat hingga aku merasa kepayahan, lalu ia melepasku.

Kembali ia mengatakan, “Bacalah!” beliau menjawab, “Saya tidak dapat

membaca.” Lalu dia (malaikat) menarikku untuk kedua kalinya dan

mendekapku dengan erat hingga aku merasa kepayahan lalu ia melepaskanku.

Dia tetap memerintahkan, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Saya tidak bisa

membaca.” Lalu dia (malaikat) menarikku untuk ketiga kalinya dan

mendekapku dengan erat hingga aku merasa kepayahan, lalu melepaskanku

kemudian mengatakan,

33

“Bacalah dengan (menyebut) Nama Robbmu yang Menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Robbmulah yang

Maha pemurah.” (Quran: Al-‘Alaq : 1-3)

Kemudian beliau pulang dalam keadaan hatinya gemetar ketakutan.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Khadijah binti Huwailid seraya

berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Maka beliau pun diselimuti hingga hilang

dari diri beliau rasa takut tersebut. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun

bercerita kepada Khadijah tentang kejadian yang dialaminya, beliau

mengadukan: “Sungguh aku mengkhawatirkan diriku,” jawab khodijah

menenangkan: “Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, janganlah engkau merasa

khawatir, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah akan merendahkanmu

selamanya, sesungguhnya engkau adalah seorang yang menyambung tali

silaturahmi, engkau telah memikul beban orang lain, engkau suka membantu

seorang yang kesulitan, engkau menjamu para tamu, dan selalu membela

kebenaran.”

Lalu ia mengajak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Waroqoh

bin Naufal bin Asad bin Abdil Uzza anak paman Khadijah, dan beliau adalah

seorang Nashrani pada masa jahiliyyah. Waroqoh pandai menulis kitab

dengan bahasa Ibrani, maka Ia pun menulis Injil dengan bahasa Ibrani sesuai

dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Waroqoh adalah seorang yang

telah lanjut usia lagi buta, maka Khadijah berkata kepada beliau: “Wahai anak

pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh anak saudaramu

(keponakan) ini,” lalu Ia mengatakan: “Wahai keponakanku, kejadian apa yang

telah engkau lihat? Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan

semua peristiwa yang beliau alami? Mendengar penuturan itu lantas Waroqoh

mengatakan: sesungguhnya dia adalah Namus yang dahulu juga telah

mendatangi Musa. Aduhai seandainya di saat-saat itu aku masih muda, dan

seandainya kelak aku masih hidup tatkala engkau diusir oleh kaummu.”

Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Apakah mereka

akan mengusirku..?!!” Ia menjawab, “Benar, tidaklah datang seorang pun yang

membawa ajaran seperti apa yang engkau bawa melainkan ia akan diusir, dan

seandainya aku menjumpai hari itu, aku akan menolongmu dengan sekuat

34

tenaga.” Tidak berselang lama Waroqoh pun meninggal dunia, dan wahyu

tengah terputus.

Pelajaran Kisah

Sebelum diturunkannya wahyu kepada Nabi kita Muhammad shallallahu

‘alaihi wa sallam, maka terlebih dahulu diperlihatkan kepada beliau mimpi

yang benar. Dalam riwayat lain, mimpi baik yang demikian untuk meneguhkan

jiwa beliau sebelum datang wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya.

Al-Qodhi berkata, “Sebelum diturunkannya wahyu, maka dimulailah dengan

adanya mimpi-mimpi yang baik. Yang demikian agar nantinya beliau tidak

merasa kaget tatkala didatangi malaikat dan agar cahaya kenabian tidak

datang secara spontan, hingga jiwa manusia merasa berat dan akan

tergoncang. Maka dimulailah dengan salah satu perangai dan karomah

kenabian berupa kebenaran dalam hal mimpi. Dan juga sebagaimana telah

datang keterangan dalam hadis-hadis yang lain seperti beliau melihat cahaya

terang, mendengar suara dan salamnya batu, pohon serta yang selainnya dari

tanda-tanda kenabian. (Syarh Shahih Muslim, 1:349)

Kemudian setelah itu timbul rasa kesenangan untuk berkholwah (menyepi),

dan kholwah adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang sholih dan

hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa ingat kepada-Nya.

Abu Sulaiman al-Khottobi radhiallahu ‘anha berkata, “Timbul kesenangan

untuk berkholwah pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena

dengan hal tersebut akan timbul ketenangan hati, memudahkan dalam

berfirkir, dan hal itu pula berarti meninggalkan kebiasaan buruk kebanyakan

manusia, serta akan menjadikan hati menjadi Khusyu.”

(Syarh Shahih Muslim, 1:349)

Maka beliau pun berkholwah di sebuah gua yang dikenal dengan Gua Hira.

Gua Hira adalah sebauh gua di suatu bukit yang terletak kurang lebih 3 mil

dari Mekah.

Setelah beliau berkholwah dan beribadah di Gua Hira selama beberapa hari,

datanglah Jibril membawa wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala seraya

mengatakan “Bacalah!”. Namun beliau adalah seorang yang ummi yang tidak

35

bisa baca dan tulis. Oleh karena itu, beliau menjawab “Saya tidak dapat

membaca.” Kemudian Jibril mendekapnya dengan erat dan memerintahkan

agar beliau membaca kembali.

Hikmah dari dekapan Jibril sebagaimana dijelaskan para ulama adalah untuk

memusatkan perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan agar beliau

berkonsentrasi dengan menghadirkan hati sepenuhnya terhadap apa yang

akan dibacakan kepadanya. Jibril mengulanginya tiga kali, hal itu menunjukkan

kesungguhan dalam menggugah perhatiannya. Dari sini selayaknya bagi

seorang mu’aliim (pengajar) sebelum ia mengajarkan ilmu, hendaklah benar-

benar mengkondisikan para muridnya untuk memperhatikan pelajaran dan

menghadirkan hati dengan sepenuhnya. Wallahu a’lam.

Setelah beliau mendapatkan pengajaran dari Jibril, beliau pulang dalam

keadaan gemetar ketakutan dan meminta kepada sang pendamping setianya

untuk menyelimuti hingga hilang rasa takutnya tersebut.

Al-Qodhi berkata, “Gemetar dan ketakutannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam tidak berarti beliau ragu terhadap apa yang telah Allah Subhanahu wa

Ta’ala turunkan kepadanya, akan tetapi karena beliau khawatir tidak kuasa

mengemban perkara tersebut dan tidak mampu membawa amanat wahyu

Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sehingga bergetar jiwanya.” (Syarah

Shahih Muslim, 1:350)

Kemudian Khadijah membawanya menemui anak pamannya yaitu Waroqoh

bin Naufal bin Asad dan menceritakan peristiwa yang telah terjadi pada diri

suaminya. Waroqoh pun menanggapi bahwa dia adalah Namus yang juga

telah datang kepada Musa ‘alaihissalam.

Kata Namus artinya pembawa rahasia kebaikan sedangkan Jasus artinya

pembawa rahasia kejelekan. Adapun yang dimaksud oleh beliau adalah Jibril

sang pembawa wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Harawi berkata, “Beliau (Jibril) dinamakan dengan demikian karena

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengkhususkannya sebagai pembawa wahyu

dan perkara ghaib.” (Syarh Shahih Muslim, 1:350)

36

Kemudian Waroqoh memberi semangat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam untuk tetap tegar di atas jalan yang telah dilalui oleh nabi Musa dan

para nabi yang lainnya. Dia mengatakan: “Seandainya pada hari tatkala engkau

telah diutus menjadi seorang rasul dan tatkala kaummu mengusirmu

sedangkan aku masih gagah dan berusia muda, atau sekurang-kurangnya

apabila aku masih hidup, maka aku akan menolongmu mati-matian.”

Namun takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala menentukan lain, Waroqoh

meninggal dunia setelah waktu berlalu dan wahyu Allah Subhanahu wa

Ta’ala tengah berhenti. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kita

semua dan juga Waroqoh bin Naufal bin Asad. Wallahul Muwaffiq.

Mutiara Kisah

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisah di atas adalah:

1. Selayaknya bagi seorang pengajar untuk menggugah perhatian para

murid dan memerintahkan untuk menghadirkan hati dan tidak lalai dari

ilmu yang disampaikan. Seperti yang dilakukan Jibril kepada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mendekap dan

mengulang-ulang perintahnya untuk membaca.

2. Kisah ini sangat jelas menunjukkan bahwa ayat yang pertama kali

diturunkan adalah ayat-ayat di awal surat al-Alaq sebagaimana telah

disepakati oleh para ulama salaf dan khalaf dan tidak sebagaimana yang

diyakini oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa yang pertama

diturunkan adalah surat al-Mudatstsir.

3. Dalam kisah di atas nampak beberapa akhlak Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam di masa-masa sebelum beliau diangkat menjadi nabi

seperti menyambung tali silaturahmi, memikul beban orang lain yang

kepayahan, membantu orang yang kesulitan, menjamu tamu, dan lain

sebagainya dari akhlak-akhlak terpuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam.

4. Kebaikan akhlak seseorang merupakan sebab terjaganya diri dari

perkara-perkara jelek yang akan menimpanya. Sebagaimana hiburan

yang disampaikan Khadijah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam tatkala beliau mengkhawatirkan dirinya.

5. Dibolehkan memuji seseorang langsung di hadapannya bila yang

demikian mengandung maslahat. Seperti yang dilakukan Khadijah

tatkala ia menyebutkan kebaikan-kebaikan yang selama ini dilakukan

37

oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka untuk

meneguhkan hati beliau yang tengah dirundung ketakutan.

6. Kisah di atas menunjukkan kesempurnaan dan kecerdikan Khadijah,

kemapanan jiwa, ketegunan hati, dan mengetahui kondisi dan keadaan,

sehingga beliau menjadi pendamping hidup yang selalu memberikan

dorongan di kala sang suami membutuhkannya. Maka perhatikanlah

dengan baik wahai para istri, dan semoga Allah Subhanahu wa

Ta’ala senantiasa meneguhkan kita semua di atas jalan yang haq.

7. Merupakan adab, apabila seorang yang lebih muda memanggil orang

yang lebih tua maka dengan panggilan “Ya Ammi” (wahai paman), untuk

menghormati dan memuliakannya. Sebagaimana hal itu adalah

kebiasaan baik yang dilakukan oleh masyarakat Arab bahkan sebelum

datang cahaya Islam menerangi dunia ini.

8. Kebenaran tetap harus dipegang sekalipun kebanyakan manusia

meninggalkannya. Oleh karenanya, kita jangan terperdaya dengan

banyaknya manusia yang tersesat dan jangan berkecil hati dengan

sedikitnya pengikut kebenaran. Di awal mula diutusnya

Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi, banyak manusia

yang mengingkarinya bahkan mengusir beliau. Namun, kebenaran

tersebut suatu saat akan nampak dan manusia akan mengakui

kebenaran tersebut. Wallahu a’lam.

Mukjizat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Keluarnya Air dari Jari-Jari nya

Keluarnya air dari jari-jemari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam merupakan salah satu bukti kebenaran risalah beliau shallallahu ‘alaihi

wa sallam. Kejadian itu disaksikan oleh banyak orang dan terjadi diluar

kemampuan manusia. Di antara hadits yang menerangkan peristiwa itu, ialah

seperti diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik yang diriwayatkan Bukhari dan

Muslim:

“Saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ketika itu waktu

Ahsar telah tiba. Lalu manusia mencari air untuk berwudhu, tetapi tidak

38

memperolehnya. Lalu ada seseorang membawakan air untuk berwudhu. Maka

beliau meletakkan tangannya ke dalam bejana tempat air itu, dan menyuru

semua orang berwudhu dari situ.” Anas bin Malik Radiyallahu Anhu berkata:

“Saya melihat air keluar dari jari-jari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

sehingga semua orang dapat berwudhu dengan air itu.” (HR. Bukhari, 3573,

dalam kitab Manaqib, Bab: Alamat Nubuwwah fil-Islam, dan Muslim, 2279)

Pada suatu hari saat peperangan Hudaibaiyyah, orang-orang mengalami

kehausan. Mereka tidak mendapatkan air untuk minum dan berwudhu kecuali

sedikit yang ada di wadah minum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, lalu manusia berebut

untuk mendapatkan air karena sangat sedikitnya air, sehingga

beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah yang terjadi dengan

kalian?” Mereka menjawab, “Kami tidak memiliki air untuk berwudhu dan

minum melainkan yang engkau miliki.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam meletakkan tangannya di sebuah tempat, lalu air memancar dari jari-

jari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mata air. Kemudian kamipun

minum dan berwudhu.

Kemudian perawi hadits, Salim bin Abi Ja’d bertanya kepada Jaabir bin

Abdillah: “Berapakah jumlah kalian?” Jaabir menjawab, “Seandainya jumlah

kami seratus ribu, pastikan akan mencukupi. Akan tetapi jumlah kami hanya

lima ratus orang).” (HR. Al-Bukhari no. 3576, dan Muslim no. 1856)

Qadhi Iyadh berkata, “Kisah yang diriwayatkan oleh orang-orang

yang tsiqah (dipercaya) ini dari kalangan jamaah yang banyak, sanadnya

sampai kepada para sahabat. Dan peristiwa itu terjadi di tempat-tempat

berkumpulnya sebagian mereka, di tempat keramaian, dan di tempat

berkumpulnya pasukan perang. Tidak ada satu pun yang mengingkari perawi

tersebut. Sehingga hal ini merupakan sebuah tambahan yang menjelaskan

tentang kenabiannya.” (Fathul-Bari, 6/676)

Ibnu Abdil Barr menukil perkataan Imam Al-Muzani, bahwasanya ia berkata:

“Keluarnya air dari jari-jemari Rasulullah itu merupakan mukjizat yang lebih

agung ketimbang keluarnya air dari batu ketika Nabi Musa memukulkan

tongkatnya yang kemudian memancarkan air darinya. Karena keluarnya air

39

dari batu merupakan perihal yang telah dimengerti dan dikenal, berbeda

dengan keluarnya air di antara daging dan darah.” (Fathul-Bari, 6/677)

Sebuah syair berbunyi:

“Kalaupun dahulu Musa ‘alaihis salam dapat memancarkan air dengan

tongkatnya, maka dari tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

sungguh air menjadi meluap.”

Mukjizat Terbelahnya Bulan

Peristiwa terbelahnya bulan adalah di antara mukjizat Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam. Mukjizat ini adalah jawaban atas tantangan orang-orang kafir

Quraisy. Bagaimana peristiwa ini bisa terjadi? Simak kisahnya berikut ini.

Alquran Lebih Ajaib Dibanding Terbelahnya Bulan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang sangat

menginginkan agar kaumnya mendapatkan hidayah. Beliau juga adalah orang

yang paling semangat agar mereka selamat dari adzab Allah. Walaupun beliau

tahu kisah umat-umat terdahulu. Bagaimana para rasul didustakan. Dan

bagaimana akhir dari orang-orang yang mendustakan peringatan para rasul-

rasul tersebut. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan,

“Orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‘Mintalah pada Rabbmu agar menjadikan bukit Shafa emas untuk kami. Pasti

kami beriman padamu’. Nabi berkata, ‘Kalian akan lakukan itu (beriman)?’ ‘Iya’,

jawab mereka. Nabi pun berdoa. Kemudian Jibril menemui beliau dan berkata,

‘Sesungguhnya Rabmu Azza wa Jalla mengirim salam untukmu dan berfirman,

‘Kalau kau mau Shafa akan menjadi emas untuk mereka. Siapa yang kufur

setelah itu, Aku akan mengadzabnya dengan suatu adzab yang tidak pernah

ditimpakan pada seorang pun di alam semesta ini. Tapi jika engkau mau, Aku

bukakan pintu taubat dan rahmat untuk mereka’. Nabi menjawab, ‘Aku lebih

memilih pintu taubat dan rahmat’.” (HR. Ahmad 2166. Syu’aib al-Arnauth

mengatakan, “Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim. Al-Hakim 7601,

ia mengatakan hadits ini shahih).

40

Hadits ini menunjukkan bahwa pintu maaf Allah dan rahmat-Nya jauh lebih

bernilai dibanding gunung emas. Hakikat keduanya lebih agung dari emas

walau sebesar gunung. Meskipun manusia lebih suka pada apa yang tidak

mereka miliki (gunung emas). Dibanding kenikmatan besar yang tersedia

untuk mereka.

Pelajaran lainnya adalah di antara metode yang digunakan ahlul batil dalam

mendebat adalah meminta perkara-perkara ajaib semisal mukjizat. Tujuannya

bukan untuk merenungkan kemudian beriman. Bukan pula membuat tenang

hati mereka dengan kebenaran. Mereka hanya ingin menghalangi manusia

dari jalan Allah. Mereka hanya ingin mendebat saja. Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam telah mendatangkan sebuah mukjizat yang besar dan kekal

untuk mereka. Sebuah mukjizat yang dinalar oleh orang-orang Arab sebagai

sesuatu yang hebat dan istimewa. Yaitu Alquran. Bahkan Allah tantang mereka

dengan firman-Nya,

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat

yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang

serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi

sebagian yang lain”. [Quran, Al-Isra: 88].

Bahkan Allah tantang dengan suatu yang lebih ringan, sebagaimana dalam

Surat Hud:

Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”,

Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang

dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu

sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang

benar”. [Quran: Hud ayat 13].

Dan juga firman-Nya,

Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya”.

Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan

sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu

41

panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar”.

[Quran, Yunus: 38]

Orang-orang Quraisy tidak mampu menjawab tantangan ini. Walaupun hanya

dengan satu kali percobaan. Mereka tidak mampu menjawab tantangan

Alquran. Mereka sadar mereka lemah dan tak kuasa menjawab tantangan

Alquran, tapi mereka masih saja menantang dengan tantangan yang lain.

Tujuannya adalah debat kusir dan cari-cari alasan saja.

Demikianlah kaum muslimin, kalau Alquran tak mampu membuat kita sadar,

maka mukjizat terbelahnya bulan, gunung menjadi emas, dll. seandainya ada,

juga tak akan mampu membuat kita sadar.

Mukjizat Terbelahnya Bulan

Mereka meminta agar bulan dibelah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

berdiri. Kemudian mengarahkan tangannya ke bulan. Bulan pun terbelah dua.

Satu bagian di atas gunung. Bagian lainnya di gunung yang lain.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu:

“Penduduk Mekah meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar

mendatangkan mukjizat. Beliau perlihatkan pada mereka terbelahnya bulan.”

(HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3438 dan lafadz ini milik al-Bukhari.

Muslim dalam Kitab Sifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2802)

Dalam riwayat lain juga dari Anas, ia berkata,

“Beliau perlihatkan kepada mereka bulan terbelah. Sampai mereka lihat Hira

(nama tempat) di antara keduanya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-

Shahabah 3655).

Dalam riwayat lain,

“Terbelah dua. Satu belahan di atas gunung. Belahan lainnya di sisi yang

berbeda.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir Surat al-Qamar 4583).

Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

42

“Bulan terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Saksikanlah!’” (HR. al-

Bukhari dalam Kitab al-Manaqib 3437 dan Muslim dalam Kitab Sifat al-

Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2800).

Peristiwa ini terjadi dua kali. Bukan sekali saja. Hal ini berdasarkan riwayat dari

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Ia berkata,

“Dua kali beliau perlihatkan bulan terbelah.” (HR. Muslim dalam Kitab Sifat al-

Qiyamah wa al-Jannah wa an-Nar 2802 dan Ahmad 13177).

Peristiwa pertama terjadi di Mina. Yaitu ucapan Anas:

“Bulan terbelah. Saat itu kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di

Mina.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah 3656).

Dan kejadian kedua terjadi di Mekah. Yaitu sebagaimana diriwayatkan

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu:

“Bulan terbelah di Mekah.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadhail ash-Shahabah

3656)

Meskipun peristiwa besar ini terjadi dua kali, para pendusta itu berkata,

“Muhammad telah menyihir kalian.”

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

“Orang-orang Mekah meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk

mendatangkan sebuah mukjizat. Bulan pun terbelah dua kali di Mekah.

Turunlah firman Allah: ‘Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah

bulan. [Quran, Al-Qamar: 1]

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

“Aku melihat bulan terbelah menjadi dua bagian sebanyak dua kali. Peristiwa

ini terjadi di Mekah sebelum hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu

potongan di atas Gunung Abu Qubais dan potongan lainnya di atas as-

43

Suwaida. Mereka berkata, ‘Bulan telah disihir’. Turunlah firman-Nya: ‘Telah

dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan’.” (HR. al-Hakim 3757.)

Mereka mencari-cari alasan untuk mendustkan mukjizat ini. Sampai-sampai

mereka bertanya pada orang-orang yang baru datang dari safar. Dengan

sangkaan, kalau seandainya ini sihir, maka sihir itu tidak punya pengaruh pada

orang-orang yang berada di luar Mekah, yang sedang bersafar. Para musafir

ini menjawab bahwa mereka melihat bulan terbelah pada malam dan waktu

yang sama saat mereka melihatnya terbelah. Mendengar jawaban tersebut,

mereka malah berseloroh, “Ini adalah sihir yang terus-menerus.” Ini

menunjukkan, memang sejak awal niat mereka bukan untuk membenarkan

dan beriman. Mereka hanya ingin mendebat dan menghalangi manusia dari

kebenaran.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

“Bulan terbelah di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang

Quraisy berkata, ‘Ini adalah sihirnya Ibnu Abi Kabsyah (mereka gelari

Rasulullah dengan sebutan demikian)’. Kata mereka, ‘Tunggulah kedatangan

orang-orang yang bersafar. Karena Muhammad tak akan mampu menyihir

semua orang’. Kemudian datanglah orang-orang dari safar. Mereka malah

mengatakan seperti itu.” (HR. Abu Dawud 293. As-Saqaf berkata, “Riwayat Abu

Dawud ath-Thayalisi dengan sanad yang shahih).

Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,

“Bulan terbelah di Mekah hingga menjadi dua bagian. Orang-orang kafir

Mekah berkata, ‘Ini adalah sihir. Ibnu Abi Kabsyah menyihir kalian. Tunggulah

orang-orang yang bersafar tiba. Kalau mereka melihat seperti apa yang kalian

lihat, maka Muhammad benar. Kalau mereka tidak melihat apa yang kalian

lihat, maka Muhammad telah menyihir kalian’. Mereka bertanya pada para

muasafir yang datang dari berbagai penjuru. Kata mereka, ‘Kami melihatnya’.”

(HR. al-Baihaqi dalam Dala-il an-Nubuwah, 2/266-267. Abu Nu’aim al-

Ashbahani dalam Dala-il an-Nubuwah Hal: 281).

44

Permintaan Bodoh

Akhirnya, orang-orang musyrik mengajukan permintaan bodoh kepada

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dikisahkan Alquran:

Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu

memancarkan mata air dan bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah

kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang

deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami,

sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-

malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah

rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan

mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab

yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya

seorang manusia yang menjadi rasul?” [Quran, Al-Isra: 90-93]

Semua permintaan yang mereka ajukan tersebut lebih rendah keadaannya

dibandingkan keajaiban Alquran. Permintaan mereka itu hanya mencari-cari

alasan. Hanyalah penolakan dan kekalahan argument. Allah Subhanahu wa

Ta’ala menyifati mereka:

“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari

(pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah

mereka berkata: “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan

kami adalah orang orang yang kena sihir”. [Quran Al-Hijr: 14-15].

Demikian juga firman-Nya:

“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa

sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman

kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada

di sisi Allah”. Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila

mukjizat datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami

memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah

beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka

bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. Kalau sekiranya Kami turunkan

malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan

45

mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka,

niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki,

tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [Quran, Al-An’am: 109-111].

Meskipun demikian keadaan mereka. Penolakan mereka. Keadaan mereka

yang mencari-cari alasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap

bersemangat mendakwahi mereka. Tetap berkeinginan agar mereka

mendapatkan hidayah. Beliau tetap berusaha agar mereka selamat dari adzab

Allah. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:

“Orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‘Mintalah pada Rabbmu agar menjadikan bukit Shafa emas untuk kami. Pasti

kami beriman padamu’. Nabi berkata, ‘Kalian akan lakukan itu (beriman)?’ ‘Iya’,

jawab mereka. Nabi pun berdoa. Kemudian Jibril menemui beliau dan berkata,

‘Sesungguhnya Rabmu Azza wa Jalla mengirim salam untukmu dan berfirman,

‘Kalau kau mau Shafa akan menjadi emas untuk mereka. Siapa yang kufur

setelah itu, Aku akan mengadzabnya dengan suatu adzab yang tidak pernah

ditimpakan pada seorang pun di alam semesta ini. Jika engkau mau, Aku

bukakan pintu taubat dan rahmat untuk mereka’. Nabi menjawab, ‘Aku lebih

memilih pintu taubat dan rahmat’.” (HR. Ahmad 2166. Syu’aib al-Arnauth

mengatakan, “Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim. Al-Hakim 7601,

ia mengatakan hadits ini shahih).

Dalam riwayat lain, juga dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia berakta,

“Penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

untuk merubah bukit Shafa menjadi emas dan agar gunung-gunung diratakan

bagi mereka sehingga mereka bisa bercocok tanam. Bila mereka kufur, mereka

akan dibinasakan sebagaimana umat-umat sebelum mereka yang telah

dibinasakan. Beliau bersabda, ‘Tidak, akan tetapi aku menangguhkan mereka’.

Lalu Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan ayat: Dan sekali-kali tidak ada

yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda

(kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh

orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu

(sebagai mukjizat) yang dapat dilihat…”

46

[Quran, Al-Isra: 59] (HR. an-Nasai 11290. Ahmad 2333 dan ini lafadz dalam

riwayat Ahmad. Syu’aib al-Arnauth mengatakan, “Sanadnya shahih sesuai

dengan syarat al-Bukhari dan Muslim)

kisahmuslim.com

47

KESAMAAN PERKATAAN PARA NABI

Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi

peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu

Allah (saja), bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya

Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan

kamu[1516] sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya

ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau

kamu mengetahui."

(Al-Quran Surat Nuh ayat 2-4)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri

ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak

cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku,

sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan

daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka

sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang

mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.

(Al-Quran Surat Ibrahim ayat 35-36)

“Dan (Isa) Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabb-ku dan juga Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka Allah haramkan surga untuknya, dan tempat kembalinya ialah neraka. Dan orang-orang zalim itu tidak memiliki seorang penolong pun (yang akan menolongnya dari siksa api neraka).”

(Al-Quran Surat Al-Maaidah: 72)

[Keterangan: “mempersekutukan Allah” artinya menyembah Allah dan juga menyembah selain Allah, baik berupa batu, pohon, gunung, nabi, malaikat

ataupun yang lainnya]

“Sesungguhnya Allah itu Rabb-ku (Tuhanku) dan juga Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Nya. Inilah jalan yang lurus.”

(Al-Quran Surat Ali-‘Imran: 51)

48

Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.”

(Al-Quran Surat Yunus : 84)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah

(Nabi Muhammad) , ‘Dosa apakah yang paling besar?’ Beliau

menjawab, “Engkau mempersekutukan Allah padahal Dia yang

telah menciptakanmu.” Kemudian aku bertanya lagi, ‘Kemudian dosa

apa lagi?’ Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena takut

ia makan bersamamu.” Aku bertanya lagi ‘Kemudian dosa apa lagi?’

Beliau pun menjawab, “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.”

(Hadits shahih al-Bukhari Muslim)