latihan berbeban, pemberian whey protein, dan

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN PERTAMBAHAN AREA OTOT LENGAN ATAS PADA PRIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Freddy Ferdian G.0007073 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: ngokiet

Post on 12-Jan-2017

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN PERTAMBAHAN

AREA OTOT LENGAN ATAS PADA PRIA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Freddy Ferdian

G.0007073

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Latihan Berbeban, Pemberian Whey Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria

Freddy Ferdian, NIM: G.0007073, tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Kamis, tanggal 20 Januari 2011

Pembimbing Utama Nama : Widardo, Drs., M.Sc ( ) NIP : 19631216 199003 1 002 Pembimbing Pendamping Nama : Dr. Kiyatno, dr., M.Or., PFK., AIFO ( ) NIP : 19480118 197603 1 002 Penguji Utama Nama : Suhanantyo, drg., M.Si., Med ( ) NIP : 1951060 619860 1 001 Anggota Penguji Nama : S. Bambang Widjokongko, dr., M.Pd., PHK ( ) NIP : 19481231 197609 1 001

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. H. A A. Subijanto, dr., M.S NIP: 19660702 199802 2 001 NIP: 19481107 197310 1 003

Page 3: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 10 Juni 2010

Freddy Ferdian

NIM. G.0007073

Page 4: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

FREDDY FERDIAN, G0007073, 2010, Latihan Berbeban, Pemberian Whey Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan membandingkan perbedaan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang berlatih beban dengan pemberian whey protein dan pria yang berlatih beban saja.

Metode Penelitian: Penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan non-equivalent control group. Penelitian dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK-UNS) Surakarta. Subjek Penelitian diambil secara quota sampling (mahasiswa FK-UNS n= 34 orang, usia 18-25 tahun, tidak mengkonsumsi suplemen, sehat secara fisik). Subjek penelitian dikelompokkan secara acak ke dalam dua kelompok, kelompok latihan berbeban dengan pemberian whey protein (ORW) dan kelompok latihan berbeban tanpa whey protein (OR). Kedua kelompok melakukan latihan berbeban otot lengan atas selama 2 bulan (3 hari/minggu, 1 sesi/hari, 4 jenis latihan/sesi, 3 set/jenis latihan, 10 repetition maximum/set). Data yang diukur berupa pertambahan perkiraan area otot lengan atas (ΔPAO), diukur menggunakan rumus. Dilakukan pula penilaian variabel perancu berupa asupan makanan, jumlah latihan, BMI, dan usia. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan korelasi Pearson SPSS 17 for Windows. Analisis dilakukan pada mahasiswa pria yang melakukan latihan berbeban 17-24 kali (n= 14).

Hasil Penelitian: Rerata pertambahan area otot kelompok ORW lebih rendah dibanding kelompok OR (lengan kanan, p = 0,035; lengan kiri, p = 0,400). Asupan protein berkorelasi positif bermakna (p = 0,038) terhadap pertambahan area otot lengan kiri dan jumlah latihan berkorelasi negatif bermakna (p = 0,025) terhadap pertambahan area otot lengan kanan.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan pertambahan area otot lengan atas yang bermakna (lengan kanan, p = 0,035) antara kelompok latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan kelompok latihan berbeban tanpa whey protein.

Kata kunci: whey protein, latihan berbeban, pertambahan area otot

Page 5: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

FREDDY FERDIAN, G0007073, 2010, Resistance Training, Whey Protein Consumption and Upper Arms Muscle-Area Accretion in Men

Objective: The aim of this study was to compare upper arm muscle-area accretion between whey protein + resistance training group and resistance training group.

Methods: The design was quasi-experimental with non-equivalent control group. Experiment was held in Medical College of Sebelas Maret University (FK-UNS). Subject for the study were recruited intensely (FK-UNS students n= 34, 18-25 yr, not supplement user, physically healthy) with quota-sampling technique. Subject were allocated at random to two groups, whey protein + resistance training group (ORW) and resistance-training group (OR). Both of groups had resistance training focus on upper arms muscle for 2 mo (3 days/wk, 1 session/day, 4 exercises/session, 3 sets/exercise, 10 RM/set). The data which examined were arms muscle-area accretion (ΔPAO) calculated by formula for estimate arm muscle area. Besides, there were assessments for confounding factors such as foods intake, total resistance training, BMI and age. Then, the data were analysed by SPSS 17 for Windows using independent sample T-test and Pearson’s correlation. Analysis was done in students who had resistance training 17-24 times (n= 14).

Results: Mean arms muscle-area accretion of ORW group were lower than OR group (right arm, p = 0,035; left arm, p = 0,400). Protein intake (left arm) and total resistance training (right arm) were significantly correlated (p = 0,038, p = 0,025)

Conclusion: There was a significant difference between whey protein + resistance training group and resistance-training group (right arm p = 0,035).

Keywords: whey protein, resistance training, muscle-area accretion

Page 6: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus yang telah

memberi ide, inspirasi, kasih karunia, dan penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Latihan Berbeban, Pemberian Whey Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan dokter di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu:

1. Prof. Dr. H. A A. Subijanto, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan selaku pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi yang memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Widardo, Drs., M.Sc, selaku dosen ilmu gizi sekaligus pembimbing utama yang telah memberikan nasihat, pengarahan, dan motivasi bagi penulis.

4. Dr. Kiyatno, dr., M.Or., PFK., AIFO, selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan pengarahan berkaitan dengan latihan berbeban dan metode penelitian.

5. Suhanantyo, drg., M.Si. Med, selaku penguji utama yang telah memberikan masukan bagi penulis.

6. S. Bambang Widjokongko, dr., PHK., M.Pd, selaku anggota penguji atas masukan untuk penulis.

7. Seluruh Staf Laboratorium Ilmu Gizi, Laboratorium Fisiologi, Laboratorium Histologi, dan Bagian Skripsi FK-UNS yang telah memperlancar penyelesaian skripsi.

8. Sayangku tercinta, Ariyani Novitasari, yang telah membantu selama penelitian dan penyetakan skripsi.

9. Semua teman mahasiswa FK-UNS angkatan 2007 dan 2008 yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

10. Mami tercinta, papi, dan gege, terima kasih atas doa dan dukungannya.

11. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini

disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan, dan fasilitas yang dimiliki penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Surakarta, 5 Januari 2011

Freddy Ferdian

Page 7: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2

1. Umum................................................................................... 2 2. Khusus .................................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 2 1. Manfaat Ilmiah ..................................................................... 2 2. Manfaat Aplikatif ................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 4

1. Latihan Berbeban (Strength Training/Resistance Training) .............................................................................................. 4 a. Otot Rangka .................................................................. 4 b. Efek Latihan Berbeban ................................................. 5 c. Jenis Alat dalam Latihan Berbeban .............................. 9 d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Latihan Berbeban

....................................................................................... 9 e. Energi Selama Latihan Berbeban dan Olahraga ............ 10

2. Latihan Berbeban dengan Pemberian Whey Protein ............. 11 a. Whey Protein dan Jenisnya ............................................ 11 b. Efek Pemberian Whey Protein ....................................... 12 c. Metabolisme Protein ...................................................... 15 d. Pertambahan Area Otot dan Rumus Estimasi ................ 17

B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 18 C. Hipotesis ....................................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 20 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 20 C. Subyek Penelitian ......................................................................... 20 D. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................... 22

1. Variabel Bebas ...................................................................... 22 2. Variabel Terikat .................................................................... 22 3. Variabel Perancu ................................................................... 23

E. Teknik Sampling .......................................................................... 23 F. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 24

1. Variabel Bebas: Pemberian Whey Protein ............................ 24 2. Variabel Terikat: Pertambahan Area Otot (ΔPAO) .............. 24 3. Variabel Perancu ................................................................... 26

Page 8: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

a. Terkendali 1) Suplementasi ........................................................... 26 2) Latihan Berbeban .................................................... 26 3) Usia ......................................................................... 28

b. Tidak Terkendali 1) BMI ......................................................................... 28 2) Aktivitas Fisik Selain Jadwal Latihan Berbeban .... 28 3) Makanan dan Minuman .......................................... 29 4) Faktor Internal ......................................................... 29 5) Waktu Istirahat ........................................................ 29

G. Instrumen dan Bahan Penelitian ................................................... 30 1. Alat ........................................................................................ 30 2. Bahan .................................................................................... 31

H. Rancangan Penelitian ................................................................... 32 I. Prosedur Kerja .............................................................................. 33 J. Uji Statistik................................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Karakteristik Sampel Pretes dan Postes ....................... 37

1. Pretes ..................................................................................... 37 2. Postes .................................................................................... 38

B. Hasil Analisis Perbandingan Kelompok ORW dan Kelompok OR ...................................................................................................... 38 1. Uji t Tidak Berpasangan ....................................................... 38

a. Uji Prasyarat Normalitas ................................................ 38 b. Hasil Uji t Tidak Berpasangan ....................................... 39

2. Uji Korelasi Pearson ............................................................. 41 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 42 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...................................................................................... 47 B. Saran ............................................................................................. 47

1. Berkaitan Hasil Penelitian ..................................................... 48 2. Untuk Penelitian Selanjutnya ................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49 LAMPIRAN

Page 9: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Analisis Pretes Kelompok ORW dan OR .............................. 37 Tabel 2. Hasil Analisis Postes Kelompok ORW dan OR.............................. 38 Tabel 3. Hasil Analisis Kelompok ORW dan OR ......................................... 39

Page 10: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................ 18 Gambar 2. Rancangan Penelitian ................................................................... 32 Gambar 3. Diagram Mean Pertambahan Area Otot Lengan Atas .................. 40

Page 11: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kandungan Ultimate Nutrition® Prostar Whey Protein™ Lampiran 2 PAR-Q Revisi 2002, Canadian Society for Exercise Physiology Lampiran 3 Stretching, Anderson (1982) Lampiran 4 Barbell Curl, H. M. Furqon (1996) Lampiran 5 Reverse Curl, H. M. Furqon (1996) Lampiran 6 Triceps Press, H. M. Furqon (1996) Lampiran 7 Lying Triceps Extension, Rai, dkk (2007) Lampiran 8 Hasil Pretes Kelompok ORW Lampiran 9 Hasil Pretes Kelompok OR Lampiran 10 Hasil Postes Kelompok ORW Lampiran 11 Hasil Postes Kelompok OR Lampiran 12 Pertambahan Perkiraan Area Otot Lengan Atas Kelompok ORW Lampiran 13 Pertambahan Perkiraan Area Otot Lengan Atas Kelompok OR Lampiran 14 Analisis Asupan Gizi Kelompok ORW Lampiran 15 Analisis Asupan Gizi Kelompok OR Lampiran 16 Pemenuhan Kebutuhan Protein Kelompok ORW Lampiran 17 Pemenuhan Kebutuhan Protein Kelompok OR Lampiran 18 Group Statistic Uji t Tidak Berpasangan Lampiran 19 Hasil Uji t Tidak Berpasangan Sesuai Tampilan Output SPSS 17 Lampiran 20 Hasil Uji t Tidak Berpasangan untuk Variabel Perancu Lampiran 21 Hasil Uji Korelasi Pearson untuk Variabel Perancu Lampiran 22 Contoh Tabel Penilaian Latihan Berbeban Lampiran 23 Contoh Tabel Penilaian Asupan Makanan Harian (a) Lampiran 24 Contoh Tabel Penilaian Asupan Makanan Harian (b) Lampiran 25 Contoh Analisis Menu Makan Nutrisurvey 2007 Lampiran 26 Contoh Hasil Evaluasi Nilai Gizi Nutrisurvey 2007 Lampiran 27 Contoh Questionnaire Lampiran 28 Ethical Clearance Lampiran 29 Foto-foto Penelitian

Page 12: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Definisi dari penampilan fisik yang baik berbeda-beda untuk setiap

orang. Meskipun begitu salah satu definisi penampilan fisik yang baik adalah

lengan yang lebih besar dan berotot (Rai dkk., 2007). Berangkat dari definisi

ini, kini bermunculan produk-produk suplemen yang mengaku dapat

menstimulir dan mempercepat pembentukan otot pasca latihan beban. Salah

satu produk tersebut adalah whey protein. Whey protein dipercaya dapat

membentuk otot (Rai dkk., 2007, Anthony et al., 2007, & Wilkinson et al.,

2007). Penelitian menunjukkan konsumsi whey protein pada orang tua (57-72

tahun) sebelum dan sesudah latihan beban yang intensif mencegah penurunan

dari miostatin mRNA (Hulmi et al., 2007), namun demikian sumber lain

menunjukkan bahwa konsumsi whey protein tidak penting sebab konsumsi

whey protein tidak berbeda dengan konsumsi protein daging rendah lemak,

sementara efeknya dalam meningkatkan massa otot disebutkan hanya

merupakan promosi semata (Sizer & Whitney, 2006).

Penelitian ini diperlukan untuk mengkritisi produk whey protein yang

banyak dipromosikan sebagai produk stimulator otot dengan cara

membandingkan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang melakukan

latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria yang berlatih

berbeban saja. Jika terbukti efek whey protein sebagai stimulator

Page 13: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perkembangan otot maka produk ini akan sangat menguntungkan terutama bagi

para atlet binaraga dalam meningkatkan prestasi. Sebaliknya jika efeknya tidak

terbukti, maka konsumsi whey protein merupakan suatu pemborosan

mengingat produk ini relatif mahal.

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh pemberian whey protein terhadap pertambahan area

otot lengan atas pada pria yang melakukan latihan berbeban.

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Membandingkan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang

melakukan latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria yang

berlatih berbeban tanpa whey protein.

2. Khusus

Jika ada perbedaan pertambahan area otot lengan atas, berapa pertambahan

yang dihasilkan pada kelompok yang diberi whey protein.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Memberi tambahan informasi mengenai pengaruh pemberian whey protein

terhadap pria yang berlatih beban.

Page 14: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

2. Manfaat Aplikatif

a. Mengkritisi produk whey protein yang dipromosikan sebagai produk

stimulator otot.

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat mengenai efek

whey protein dan latihan beban terhadap tubuh.

c. Menginformasikan cara sederhana dalam menilai perkiraan ukuran otot

menggunakan lingkar lengan atas dan tricep skin fold pada orang-

orang yang berlatih beban.

Page 15: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Latihan Berbeban (Strength Training/Resistance Training)

a. Otot Rangka

Otot dibagi menjadi beberapa tipe serabut otot, yaitu tipe I

(slow-twich fibers), IIa (fast-twich oxidative fibers), dan IIb (fast-twich

glycolytic fiber). Tipe serabut otot ini tersebar di seluruh otot dan

dapat terletak di mana saja sehingga pembagian ini sering tidak jelas

(Saltin dan Gollnick, Essen-Gustavsson dan Henrickson dalam

Durstine et al., 1993)

Berbeda dengan serabut tipe I, serabut tipe II memiliki

kecepatan kontraksi yang relatif cepat, durasi kejut yang pendek, dan

aktivitas tinggi miosin-ATPase. Serabut tipe II dibagi menjadi serabut

tipe IIa dan IIb. Tipe IIa menggunakan glikolisis dan metabolisme

oksidatif dalam kapasitas sedang, suplai darah kapiler relatif tinggi,

dan diameter yang relatif kecil (25-40 µm); serabut tipe IIb memiliki

aktivitas glikolisis yang tinggi, sedikit mitokondria, kapasitas

metabolisme yang rendah, dan diameter yang besar (30-60 µm).

(Durstine et al., 1993)

Page 16: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

b. Efek Latihan Berbeban

Latihan beban bertujuan meningkatkan kapasitas kekuatan

maksimal otot rangka. Latihan beban resistensi tinggi juga

meningkatkan ukuran otot (hipertropi) melalui sintesis dari protein

kontraktil (aktin dan miosin) dan penebalan jaringan konektif

(connective tissue). Selain itu disebutkan pula adanya mekanisme

hiperplasi yang ikut berpengaruh dalam pertambahan ukuran

penampang lintang otot (McCall et al., 1996). Mekanisme sel satelit

dalam hipertrofi masih diperdebatkan (Durstine et al., 1993),

meskipun demikian Moss dan Leblond dalam Hikida et al. (2000)

menyebutkan bahwa aktivasi dari sel satelit menyebabkan penyatuan

ke serat otot sebagai mionuklei yang baru. Penelitian menunjukkan

adanya pertambahan pada penampang lintang otot (cross-sectional

area) dari biceps brachii sebanyak 17,4% pada 14 orang tua yang

berlatih beban selama 12 minggu (Brown et al., 1990).

Menurut Hulmi et al. (2008), aktivitas sel satelit dihambat oleh

miostatin. Miostatin adalah anggota superfamili TGF-β yang

mempunyai efek regulator negatif pada massa otot manusia (Schuelke

et al. dalam Hulmi et al., 2008) dan mamalia (Bogdanovich et al. dan

McPherron et al. dalam Hulmi et al., 2008). mRNA miostatin

mengalami penurunan setelah latihan berbeban tunggal tanpa

suplementasi (Kim et al. dan Raue et al. dalam Hulmi et al., 2008).

Page 17: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Pada orang tua yang jumlah sel satelitnya sudah mengalami

penurunan pun (Schmalbruch dan Hellhammer, Snow dalam Hikida et

al., 2000) tetap menunjukkan adanya pertambahan pada penampang

lintang otot sebanyak 30% setelah berlatih beban selama 16 minggu

(Hikida et al., 2000).

Tubuh melakukan respon terhadap latihan beban dengan dua

cara, yaitu dengan meningkatkan ukuran otot dan dengan

meningkatkan kekuatan otot. Kedua respon ini saling terkait.

Pertambahan diameter otot (terutama serabut tipe IIa) disebabkan

penambahan jumlah sarkomer yang paralel dengan miofibril yang

sudah ada (Saltin dan Gollnick dalam Durstine et al., 1993) sehingga

menyebabkan pertambahan diameter otot. Pertambahan ukuran otot

ini akan meningkatkan kontraktilitas serabut otot (kekuatan maksimal

yang diproduksi tiap milimeter persegi dari area penampang lintang

otot ataupun kekuatan yang diproduksi tiap interaksi jembatan silang).

Meskipun demikian, hal ini nampaknya tidak berkorelasi secara pasti.

Penelitian Goodpaster et al. (2006) menunjukkan bahwa luas

penampang lintang otot tidak berkorelasi terhadap kekuatan otot.

Latihan beban ada yang bersifat isotonik, isometrik, dan

isokinetik. Latihan beban isotonik tidak meningkatkan ataupun sedikit

meningkatkan aktivitas enzim glikolitik dan oksidatif pada otot rangka

(Saltin dan Gollnick dalam Durstine et al., 1993). Dalam sumber yang

sama disebutkan pula bahwa aktifitas enzim mitokondria bahkan dapat

Page 18: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

menurun karena adanya efek dilusi hipertrofi tanpa disertai

penambahan mitokondria. Latihan tipe isometrik meningkatkan

cytochrome oxidase dan aktivitas succinate dehydrogenase (Grimby

dalam Durstine et al., 1993). Latihan isokinetik juga meningkatkan

enzim. Latihan isokinetik selama 30 detik dari kontraksi maksimal

menunjukkan adanya peningkatan pada phosphorylase,

phosphofructokinase, creatine kinase, malate dehydrogenase, dan

succinate dehydrogenase. Apabila latihan isokinetik hanya selama 6

detik, maka akan menunjukkan peningkatan aktivitas

phosphofructokinase saja (Costill dalam Durstine et al., 1993).

Pada awal latihan kekuatan meningkat jauh lebih dulu daripada

ukuran otot. Peningkatan ini mungkin diakibatkan dari peningkatan

koordinasi dan pe-rekrut-an motor unit. (Durstine et al., 1993)

Tubuh melakukan adaptasi terhadap latihan beban. Adaptasi

yang terjadi meliputi adaptasi periferal dan sentral. (Durstine et al.,

1993)

Adaptasi periferal meliputi perubahan dalam tubuh seperti

peningkatan Creatine Phosphate (CP) yang berkaitan dengan

peningkatan massa otot, penurunan enzim oksidatif, perubahan

neurogenik (penurunan inhibisi dan pemakaian kekuatan yang lebih

efektif) yang terjadi di awal latihan, diikuti perubahan miogenik

(peningkatan protein kontraktil dan miofibril). Meskipun begitu

Page 19: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

perubahan-perubahan ini hanya signifikan pada otot yang terlibat

langsung selama latihan beban. (Durstine et al., 1993)

Pada saat berlatih beban intensif terjadi robekan mikro pada

otot (Durstine et al., 1993). Robekan mikro ini disebabkan aktifitas

gen-gen proteolitik melalui jalur ubiquitin/proteasomal menghasilkan

peningkatan mRNA MuRF-1, peningkatan aktifitas apoptosis melalui

jalur caspase (Yang et al., 2006), saat inilah biasanya terjadi Delay

Onset Muscle Soarness (DOMS) atau nyeri pada otot. Proses sintesis,

remodeling, dan recovery yang terjadi 2-4 hari setelah itu

menyebabkan ukuran otot bertambah. Proses perbaikan ini

dipengaruhi oleh myostatin dan myogenic regulatory factors (Hulmi et

al., Kim et al., Raue et al. dalam Hulmi et al., 2007) serta proliferasi

sel satelit (Dreyer et al. dalam Hulmi et al., 2007).

Adaptasi sentral tubuh terhadap latihan beban antara lain

terjadi hipertrofi jantung pada ventrikel kiri (Fleck dalam Durstine et

al., 1993). Latihan beban tidak meningkatkan kebugaran aerobik

seseorang, meskipun pada beberapa studi menyebutkan bahwa latihan

beban pada kaki (Hickson dalam Durstine et al., 1993) ataupun tangan

(Washburn dalam Durstine et al., 1993) menunjukkan peningkatan

dalam ketahanan jangka pendek (short-term endurance), meskipun

tidak terjadi peningkatan uptake oksigen maximal.

Efek tubuh terhadap latihan beban bergantung dan spesifik

pada otot yang digunakan, bentuk latihan (isometrik, isotonik, atau

Page 20: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

isokinetik), sudut gerakan, range of motion, dan kecepatan gerakan

saat berlatih. Meskipun demikian dapat pula terjadi efek silang yaitu

otot yang tidak dilatih ikut berkembang. Hal ini mungkin disebabkan

faktor neurogenik (pembelajaran, penurunan inhibisi, dan penurunan

dari tingkat stimulasi nervus pada bagian otot yang tidak dilatih.

(Durstine et al., 1993)

c. Jenis Alat dalam Latihan Berbeban

Dalam latihan beban terdapat banyak alat yang dapat

digunakan antara constant resistance machines, variable resistance

machines, isokinetic, dan beban lepas (free weight) (Durstine et al.,

1993).

d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Latihan Berbeban

Latihan berbeban seperti halnya olahraga jenis lain antara lain,

perlu memperhatikan spesifisitas olahraga (menentukan tipe serabut

otot yang terlibat); tipe kontraksi (statis atau dinamis, konsentrik atau

eksentrik); intensitas dan durasi kontraksi; mode olahraga; ekstrimitas

superior, inferior atau campuran keduanya; posisi tubuh saat

berolahraga; beban yang digunakan. (Durstine et al., 1993)

Page 21: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

e. Energi Selama Latihan Berbeban dan Olahraga

Latihan beban menggunakan otot sebagai alat gerak aktif. Otot

untuk berkontraksi memerlukan energi yang didapat dari hidrolisis

ATP. ATP harus tersedia dalam jumlah yang cukup agar otot dapat

terus melakukan kontraksi.

ATP dalam otot terdapat dalam jumlah yang terbatas. Setelah

dipecah oleh miosin ATPase, ATP akan menjadi ADP dengan

melepas satu atom P inorganik dan energi. Proses ini hanya terjadi

sebentar saja selama olahraga. Agar ATP tetap tersedia dalam jumlah

yang cukup, perlu resintesis ATP. ATP di-resintesis melalui tiga cara:

sistem CP, glikolisis (keduanya bersifat anaerobik), dan oksidatif

aerobik (siklus Kreb dan fosforilasi oksidatif. (Durstine et al., 1993)

Ketiga cara resintesis berlangsung dengan regulasi enzim

allosterik. Jika ADP banyak terbentuk akan mengaktifkan enzim

allosterik untuk memulai proses perombakan CP, glikolisis, dan

oksidatif aerobik. Sebaliknya peningkatan ATP seluler menyebabkan

inhibisi enzim allosterik. (Durstine et al., 1993)

Proses pembentukan ATP selama berolahraga merupakan

kombinasi proses anaerob (CP dan glikolisis) dan aerob (siklus Kreb

dan fosforilasi oksidatif). Kedua proses ini bergantung pada durasi

olahraga. Semakin singkat durasi olahraga, semakin banyak proses

anaerob berperan dalam pembentukan ATP. (Durstine et al., 1993)

Page 22: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Proses penggantian dari anaerob ke aerob berlangsung secara

bertahap, bukan serta-merta. Proses olahraga yang berlangsung selama

kurang dari 5 detik menggunakan perombakan CP saja untuk

resintesis ATP. Resintesis ATP akan memerlukan tambahan dari

proses glikolisis (lebih dari 30 detik) dan oksidatif aerobik (lebih dari

45 detik) seiring bertambahnya durasi olahraga. (Durstine et al., 1993)

Proses oksidatif aerobik dapat menggunakan karbohidrat,

lemak, dan protein sebagai sumber energi. Karbohidrat adalah sumber

energi utama yang digunakan selama permulaan olahraga dan selama

olahraga yang intensif (Power dan Howley; Gollnick et al.;

Newsholme dalam Durstine et al., 1993). Pada olahraga lebih dari 30

menit, terjadi perubahan bertahap dari penggunaan karbohidrat

menjadi penggunaan lemak sebagai sumber energi. Protein sangat

jarang mengalami perombakan pada individu yang sehat dan

mendapat asupan gizi yang baik. (Durstine et al., 1993)

2. Latihan Berbeban dengan Pemberian Whey Protein

a. Whey Protein dan Jenisnya

Whey protein adalah protein susu yang telah dipisahkan dari

komponen caseinate-nya, diekstrak dari whey cair (Williams, 2005).

Proses pemisahan ini dapat terjadi saat pembuatan keju. Bentuk whey

protein awalnya seperti adonan kue yang mana masih mengandung

lemak, abu mineral dan laktosa. Bentuk ini kemudian mengalami

Page 23: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pengolahan lebih lanjut pada temperatur rendah menghasilkan bubuk

berwarna pastel (whey protein). (Rai dkk., 2007)

Ada beberapa jenis whey protein, antara lain Whey Protein

Concentrate (WPC), Whey Protein Isolate (WPI), dan Whey Protein

Hydrolysate (WPH). WPI memiliki kandungan protein yang lebih

tinggi daripada WPC, sedangkan kandungan karbohidrat dan

lemaknya lebih rendah dibandingkan dengan WPC (Rai dkk., 2007).

Di samping kandungan protein yang tinggi (mencapai 90%), WPI

biasanya juga ditambah substansi lain, termasuk faktor pertumbuhan

(growth factors).

b. Efek Pemberian Whey Protein

Whey protein seperti kebanyakan protein lainnya, agar dapat

terserap dengan baik dan berguna bagi tubuh, perlu memperhatikan

kualitas protein. Kualitas protein bergantung pada kemudahannya

dicerna (digestibility), komposisi asam amino, dan reference protein.

Kualitas protein dapat dinilai melalui perhitungan Protein

Digestibility-Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) seperti yang

tercantum dalam Rolfes et al. (2006). Whey protein disebutkan

memiliki nilai biologis yang tertinggi (104) dibanding sumber protein

lainnya (Rai dkk., 2007). Nilai biologisnya bahkan melebihi protein

telur (100) (Rai dkk., 2007 & Rolfes et al., 2006).

Page 24: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Konsumsi whey protein menurut beberapa penelitian berefek

pada transkripsi dan translasi protein otot baik pada hewan maupun

manusia. Asupan whey protein pada tikus yang berolahraga terbukti

meningkatkan glikogen otot rangka dan liver secara signifikan

(Morifuji et al., 2005), di samping itu konsumsi whey protein juga

meningkatkan konsentrasi serum Branched-Chain Amino Acid

(BCAA), isoleucin dan leucine (Anthony et al., 2007). Penelitian pada

manusia tentang efek whey protein sebelum dan sesudah latihan beban

menunjukkan peningkatan kecepatan fraksional sintesis protein otot

secara signifikan jika dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat

maupun susu kedelai (Wilkinson et al., 2007). Whey protein yang

dikonsumsi sebelum dan sesudah latihan juga dapat meningkatkan

Follistatin-Related Gene (FLRG) protein, FLRG berfungsi mencegah

sekresi miostatin (Hill et al., Joulia-Ekaza dan Cabello dalam Hulmi et

al., 2008) sehingga otot dapat berkembang. Pada penelitian Hulmi et

al. (2008), kelompok yang diberi whey protein mengalami

peningkatan jumlah FLRG, namun jumlah miostatin juga mengalami

peningkatan. Pemberian protein dan suplemen asam amino dapat

menunda gejala DOMS setelah latihan beban intensif (Nosaka et al.

dalam Hulmi et al., 2008).

Meski dalam beberapa penelitian efek whey protein begitu

signifikan, tetapi menurut Burke et al. dalam Williams (2005) efek

whey protein hanya terbukti pada beberapa orang sampel, tidak pada

Page 25: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

semua sampel. Pada penelitian efek whey protein setelah berlatih

beban justru terbukti meningkatkan miostatin yang malah

menghambat dalam meningkatkan massa otot (Hulmi et al., 2008).

Produk whey protein memiliki kandungan protein dalam

jumlah yang besar. Protein adalah kumpulan asam amino yang

terhubung melalui ikatan peptida. Ikatan asam amino ini bervariasi,

ada yang hanya belasan ada pula yang mencapai ratusan (Rolfes et al.,

2006). Protein sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan dan

maintenance sangat diperlukan bagi atlet yang berlatih beban.

Menurut Wardlaw et al. (2004) kebutuhan protein untuk seorang atlet

angkat beban berkisar antara 1,6 sampai 1,8 gram protein per kilogram

berat badan (2 ¼ kali RDA). Sumber lain lain menyebutkan

kebutuhan protein untuk seseorang yang berlatih beban sebanyak 1,2 -

1,7 gr/kg/hari. Jumlah ini diperlukan terutama pada awal latihan beban

untuk suplai asam amino esensial yang berguna untuk menunjang

petumbuhan otot (American College of Sports Medicine, 2009).

Jumlah protein yang dikonsumsi menurut Rolfes et al. (2006) tidak

boleh melebihi 2 gram per kilogram berat badan karena jumlah protein

ini akan berdampak pada penggunaan asam amino sebagai sumber

energi dan sintesis glukosa; tidak ada pertambahan dari sintesis

protein otot. Jumlah protein yang berlebihan ini dibutuhkan untuk

sintesis jaringan baru pada latihan beban. Hal ini terjadi karena pada

Page 26: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

latihan beban terjadi robekan mikro pada otot yang diberi beban

berlebih (Durstine et al., 1993).

Penelitian menunjukkan pemberian protein dalam bentuk

kasein dan whey protein serta BCAA meningkatkan massa tanpa lemak

lebih dari kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan DEXA

untuk menilai komposisi tubuh. (Kerksick et al., 2006)

c. Metabolisme Protein

Protein setelah diserap (dalam bentuk asam amino) akan

mengalami metabolisme dalam tubuh. Secara sederhana Rolfes et al.

(2006) menjelaskan protein akan mengalami perubahan (protein

turnover). Di dalam sel, protein akan dipecah dan dibentuk kembali.

Protein yang dipecah akan melepaskan asam amino yang akan

bergabung dengan asam amino hasil pencernaan membentuk amino

acid pool. Amino acid pool terdapat dalam sel dan sirkulasi darah.

Saat dibutuhkan, asam amino-asam amino yang diperlukan dapat

diambil dari amino acid pool untuk membentuk protein tubuh,

senyawa yang mengandung nitrogen, atau dilepas nitrogennya untuk

digunakan sebagai energi. Proses pembentukan dan perombakan

protein ini berlangsung seimbang dalam keadaan normal dan pada

individu yang sehat, menghasilkan proses yang disebut keseimbangan

nitrogen (nitrogen balance).

Page 27: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Asam amino-asam amino dapat dibentuk kembali menjadi

protein oleh tubuh. Asam amino, terutama asam amino esensial

mutlak didapat dari intake makanan. Apabila kekurangan asam amino

jenis ini, maka tubuh harus merombak protein dalam tubuh untuk

mendapatkannya. (Rolfes et al., 2006)

Penelitian menunjukkan konsumsi suplemen yang

mengandung asam amino esensial menstimulasi sintesis protein otot.

Hal ini terjadi karena adanya microRNA dan gen-gen yang berkaitan

dengan pertumbuhan pada otot rangka berubah dari jam ke jam setelah

konsumsi asam amino esensial (Drummond et al., 2009).

Asam amino isoleucine, leucine dan valine disebut sebagai

BCAA. BCAA adalah asam amino yang digunakan pertama kali oleh

otot untuk memenuhi kebutuhan energi pada keadaan kekurangan

karbohidrat dan lemak (Wardlaw & Smith, 2005). Meskipun

digunakan sebagai energi, BCAA hanya menyumbangkan sedikit

energi untuk aktivitas otot (Sizer & Whitney, 2006, Wardlaw &

Smith, 2005). Sizer dan Whitney (2006) mengatakan bahwa atlet yang

mengkonsumsi cukup karbohidrat dan kalori tetap menyimpan BCAA

dalam otot mereka. Lebih jauh disebutkan bahwa konsumsi BCAA

dalam dosis besar dapat meningkatkan ammonia plasma yang

menyebabkan kelelahan (Wardlaw & Smith, 2005).

Page 28: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d. Pertambahan Area Otot dan Rumus Estimasi

Terdapat tiga jenis perkiraan ukuran otot, ketiganya adalah

diameter otot lengan (Brozek, McFie, & Frisancho dalam Frisancho,

1974), lingkar otot lengan (Jelliffe & Stini dalam Frisancho, 1974),

dan area otot lengan (Baker et al. & Gurney dalam Frisancho, 1974).

Berikut ini adalah rumus untuk masing-masing estimasi ukuran

otot (Frisancho, 1974):

1) Perkiraan diameter otot lengan atas (mm): 2) Perkiraan area otot lengan atas (mm2): 3) Perkiraan lingkar otot lengan (mm) : lingkar lengan atas – π(tricep skin fold)

Tricep skin fold diukur menggunakan kaliper dengan cara

jepitan vertikal pada posterior midline dari lengan kanan bagian atas

(pertengahan antara acromion dan olecranon). Tangan berada di

samping tubuh secara bebas. (Durstine et al., 1993)

Page 29: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Berpikir

penurun-an komposisi lemak tubuh

pengukurantricep skin fold megalami penurunan

Perkiraan area otot lengan atas bertambah

Whey protein

Ukuran lingkar lengan atas bertambah

Latihan berbeban otot lengan atas

recovery, remodeling, dan resintesis protein otot

Otot lengan hipertropi

FLRG meningkat

Miostatin menurun

Robekan mikro pada otot

Sel satelit aktif à mionuklei baru

Page 30: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan antara pertambahan area otot lengan atas antara

pria yang melakukan latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria

yang berlatih berbeban tanpa whey protein, Pemberian whey protein akan

menghasilkan pertambahan area otot yang lebih besar.

Page 31: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan

non-equivalent control group.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UNS setelah jam

perkuliahan 3 kali dalam seminggu. Penelitian dimulai pada bulan Agustus

2010 – Oktober 2010.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pria

dengan kriteria inklusi usia 18-25 tahun, sudah tidak berlatih beban secara

intensif selama satu bulan terakhir, tidak sedang mengkonsumsi suplemen

apapun, tidak memiliki riwayat penyakit ginjal dan tidak riwayat keluarga

menderita penyakit ginjal, tidak memiliki kelainan kardiovaskuler dan/atau

sistem respirasi yang diseleksi dengan Physical Activity Readiness

Questionnaire (PAR-Q) revisi 2002 salinan dari Canadian Society for Exercise

Physiology, tidak menderita alergi susu, memiliki anggota gerak atas yang

baik, dan bersedia mengikuti program latihan selama dua bulan (ditunjukkan

dengan inform consent).

Page 32: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Pria dipilih sebagai subyek penelitian mengingat perbedaan hormonal

antara pira dan wanita, yaitu pria memiliki hormon testosteron. Hormon

testosteron ikut berperan dalam membentuk massa otot yang dominan pada

pria (Ivey et al., 2000).

Pria-pria yang masuk dalam kriteria inklusi akan dikelompokkan ke

dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok tersebut adalah kelompok pria

latihan berbeban yang diberi whey protein (ORW) dan kelompok latihan

berbeban tanpa whey protein (OR). Jumlah anggota tiap kelompok ditentukan

berdasarkan rumus Federer, yaitu (k-1) (n-1) ≥ 15, dengan k = jumlah

kelompok perlakuan, n = jumlah ulangan untuk setiap perlakuan. Pada

penelitian jumlah kelompok perlakuan ada dua (ORW dan OR). Dari rumus ini

akan didapat jumlah ulangan untuk setiap perlakuan adalah 16. Ini berarti

dibutuhkan 16 orang untuk setiap kelompok perlakuan. Jadi total dibutuhkan

sampel minimal sebanyak 32 orang.

Untuk mengantisipasi resiko drop out maka peneliti menambah jumlah

subyek penelitian menjadi 34 orang. Ketiga puluh empat orang yang menjadi

subyek dipilih secara tidak acak (non-probability sampling) oleh peneliti dari

antara mahasiswa Fakutas Kedokteran UNS (populasi) untuk memudahkan

pemantauan menggunakan metode quota sampling. Setiap mahasiswa pria FK-

UNS yang ditemui di lingkungan FK-UNS, diberi formulir PAR-Q dan

formulir penyaring (kriteria inklusi), diberi penjelasan mengenai prosedur

penelitian, dan ditanya kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian.

Page 33: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Mahasiswa pria FK-UNS yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi

subyek penelitian didaftarkan sebagai sampel.

Selanjutnya 34 orang tersebut dikelompokkan secara acak (menggunakan

undian) ke dalam dua kelompok dengan perlakuan seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

Selama waktu penelitian hanya dua sampel yang menyelesaikan latihan

secara penuh (24 kali), keduanya berasal dari kelompok ORW. Jika dilihat dari

batasan satu bulan (12 kali latihan) maka dari kelompok ORW terdapat 9 orang

(53%) yang menyelesaikan, sedangkan dari kelompok OR terdapat 11 orang

(65%) yang menyelesaikan. Namun presentase ini berbeda jika jumlah latihan

dibagi menjadi tiga jenjang seperti pada lampiran 10 dan 11. Pada kelompok

ORW jumlah sampel yang berlatih 17-24 kali berjumlah 8 orang (47%), 9-16

kali latihan berjumlah 6 orang (35%), berlatih 2-8 kali berjumlah 2 orang

(12%), dan satu orang (6%) dropout. Pada kelompok OR jumlah sampel yang

berlatih 17-24 kali berjumlah 6 orang (35%), berlatih 9-16 kali berjumlah 5

orang (29%), berlatih 2-8 kali berjumlah 5 orang (29%), dan satu orang (7%)

dropout. Sampel yang hanya mengikuti latihan sekali dan tidak menyerahkan

pola menu makan dianggap drop out. Terdapat dua sampel drop out, satu dari

kelompok ORW dan satu dari kelompok OR. Sampel drop out tanpa alasan

yang jelas dan tidak dapat dihubungi.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : pemberian whey protein

2. Variabel Terikat : pertambahan area otot lengan atas (ΔPAO)

Page 34: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Variabel Perancu :

a. Terkendali

1) suplementasi

2) Latihan beban

3) Usia

b. Tidak terkendali

1) BMI

2) Aktivitas fisik selain jadwal latihan pada penelitian

3) Makanan dan minuman

4) Faktor internal

5) Waktu istirahat

E. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel quota

sampling. Kuota berjumlah 34 orang dipilih secara tidak acak (non-probability

sampling) oleh peneliti dari antara mahasiswa Fakutas Kedokteran UNS.

Selanjutnya 34 orang tersebut dikelompokkan secara acak (menggunakan

undian) ke dalam dua kelompok (ORW dan OR).

Page 35: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas: Pemberian Whey Protein

a. Definisi: Pemberian whey protein adalah pemberian protein susu yang

telah dipisahkan dari komponen caseinate-nya, diekstrak dari whey

cair (Williams, 2005).

b. Penggunaan dalam penelitian: Pemberian whey protein yang

digunakan pada penelitian adalah merek terdaftar dari Ultimate

Nutrition® Prostar Whey™ 10 Lbs Chocolate dengan kandungan

seperti pada tabel 1 (lampiran).

c. Cara membuat: Whey protein dibuat sesuai dengan dosis yang tertera

pada label kemasan (satu skop, setara dengan 30,4 gram) dicampur

dengan 6 Oz air dalam shaker.

d. Cara konsumsi: Whey protein diminum sebelum dan segera (kurang

dari 30 menit) sesudah latihan beban.

e. Hasil pengukuran: “diberi” atau “tidak diberi”. Jika “diberi” maka

bernilai 1, jika “tidak diberi” maka bernilai 0.

f. Skala yang digunakan: nominal

2. Variabel Terikat: Pertambahan Area Otot (ΔPAO)

a. Definisi: Pertambahan area otot lengan atas (ΔPAO) adalah hasil yang

didapat dari pengurangan perkiraan ukuran area otot lengan atas pretes

(PAO1) dan postes (PAO2).

Page 36: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

b. Cara mengukur: Perkiraan ukuran area otot lengan atas (PAO)

menggunakan rumus untuk perkiraan area otot lengan atas seperti

yang tercantum dalam dasar teori, dengan cara terlebih dahulu

mengukur lingkar lengan atas dan tricep skin fold, selanjutnya

memasukkan ke dalam formula perkiraan diameter otot lengan atas.

Perkiraan diameter otot lengan atas =

c. Hasil dari perhitungan perkiraan diameter otot lengan atas selanjutnya

dimasukkan ke dalam formula untuk mencari perkiraan area otot

lengan atas, (PAO, baik PAO1 maupun PAO2) perkiraan area otot

lengan.

Perkiraan area otot lengan (PAO) =

d. Selanjutnya ΔPAO baru dapat ditentukan dengan mengurangi PAO2

(postes) dengan PAO1 (pretes). Pertambahan area otot lengan:

ΔPAO = PAO2 – PAO1

e. Hasil pengukuran: angka perkiraan area oto lengan atas dalam satuan

milimeter persegi (mm2)

f. Skala yang digunakan: rasio

Page 37: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3. Variabel Perancu

a. Terkendali

1) Suplementasi

Suplementasi selain dari perlakuan (whey protein) yang

diberikan dapat menimbulkan bias hasil penelitian. Oleh karena itu

sampel penelitian dihimbau agar tidak mengkonsumsi suplemen

apapun selama latihan.

2) Latihan Berbeban

Sampel tidak diperkenankan melakukan latihan beban selain

perlakuan selama proses penelitian.

a) Definisi: Latihan beban dalam penelitian ini didefinisikan

sebagai latihan isotonik (isotonic training). Latihan beban

terdiri dari dua tipe kontraksi yaitu konsentrik dan

dinamik. (Durstine et al., 1993)

b) Prosedur latihan beban: Tiga kali latihan isotonik dalam

seminggu, dengan fokus beban pada otot lengan atas,

menggunakan beban lepas (free weight). latihan beban

yang dilakukan adalah barbell curls, reverse curl, lying

triceps extension, dan triceps press sesuai dengan yang

dicontohkan oleh Rai dkk. (2007) dan Fox (1984).

Latihan beban yang dilakukan bertujuan untuk

meningkatkan komposisi tubuh, dengan tipe latihan

Page 38: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mengkonsentrasikan pada penggunaan lemak sebagai

bahan bakar dan peningkatan masa otot, intensitas latihan

rendah (10 repetisi), lama latihan cukup lama (3 set untuk

setiap jenis latihan beban), dan frekuensi latihan tiga kali

dalam seminggu selama dua bulan. Total latihan beban

lengkap sebanyak 24 sesi latihan.

c) Cara menentukan beban: Untuk menentukan beban bagi

masing-masing individu dilakukan test 10 repetition

maximum (10 RM) terlebih dahulu untuk masing-masing

jenis latihan. 10 RM didefinisikan sebagai beban yang

mampu untuk diangkat dalam 10 kali ulangan (repetisi)

gerak penuh Range of Movement (ROM).

Beban yang sesuai kemudian digunakan untuk berlatih

dengan pengulangan sebanyak 3 set dengan set I sebanyak

10 repetisi pada ½ beban 10 RM, set II sebanyak 10

repetisi pada ¾ beban 10 RM, dan set III sebanyak 10

repetisi pada beban 10 RM. (Fox, 1984)

d) Terdapat waktu istirahat 1-2 menit antarset dan 2 menit

antarjenis latihan. (Hikida et al., 2006)

e) Hasil pengukuran: jumlah latihan beban yang diikuti

dalam satuan kali

f) Pada penelitian akan dilakukan pembatasan terhadap hasil

latihan beban. Individu yang diikutsertakan dalam

Page 39: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

perhitungan data penelitian hanya individu yang

melakukan latihan beban minimal sebanyak 17 kali

latihan.

3) Usia

Perbedaan usia kemungkinan mempunyai perbedaan dalam

status hormonal seperti hormon testosteron, kekuatan dan ketahanan

dalam mengangkat beban, fungsi pulmo dan kardiovaskular

(Chodzko-Zajko et al., 2009). Oleh karena itu dalam penelitian

terdapat pembatasan usia sampel yang digunakan (18-25 tahun).

b. Tidak Terkendali

1) Body Mass Index (BMI)

BMI yang berbeda menentukan cepat lambat terbentuknya

penampilan fisik selama latihan berbeban. Lemak tubuh berpengaruh

terhadap hasil pengukuran triceps caliper skinfold. BMI tidak

dikendalikan untuk mempercepat proses pencarian subyek penelitian.

2) Aktivitas Fisik Selain Jadwal Latihan Berbeban

Aktivitas fisik selain latihan dapat menurunkan lemak tubuh

secara keseluruhan (Sizer & Whitney, 2006) sehingga ada

kemungkinan akan mempengaruhi pada pengukuran tricep skin fold.

Page 40: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Aktifitas fisik misalnya: bersepeda, berenang, jalan kaki, dan lain

sebagainya.

3) Makanan dan Minuman

Makanan dan minuman yang dikonsumsi beraneka ragam dan

memiliki kandungan nilai gizi yang berbeda pula. Oleh karena itu,

sulit untuk menilai dan mengontrol makanan yang dikonsumsi.

Meskipun demikian akan dilakukan pemantauan nutrisi dan penilaian

asupan menggunakan software Nutrisurvey 2007 for Windows.

Pemantauan dilakukan berupa pencatatan asupan tiga kali dalam satu

minggu (dua hari biasa dan satu hari akhir pekan) selama latihan

beban.

Sampel yang diikutsertakan dalam perhitungan data adalah

sampel yang tidak sedang menjalankan puasa secara khusus.

4) Faktor Internal

Pengaruh gen, keadaan psikis, dan status hormonal sulit untuk

dikendalikan.

5) Waktu Istirahat

Istirahat diperlukan untuk proses penyembuhan dan

perbaikkan otot setelah latihan beban (Durstine et al., 1993). Di

samping itu selama tidur malam merupakan waktu sintesis hormon

Page 41: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pertumbuhan atau Growth Hormone (GH). GH membantu dalam

pertumbuhan otot (Rai dkk., 2007). Oleh karena itu waktu tidur yang

berbeda-beda dapat menimbulkan bias. Meskipun demikian, peneliti

menganjurkan kepada subyek penelitian agar waktu istirahat malam

minimal lima jam.

G. Instrument dan Bahan Penelitian

1. Alat :

a. Shaker (Universal Nutrition ®)

b. Gelas sejumlah kelomok ORW

c. Timbangan badan

d. Software penghitung gizi (nutrisurvey 2007 for windows)

e. Software statistik (SPSS 17 for windows)

f. Kertas untuk mencatat menu makanan selama 3 hari tertentu dan 1

hari akhir pekan

g. Dumbell (Kettler™)

h. Stik dumbell (MG™)

i. EZ bar (MG™)

j. Kaliper Skin fold (body fat caliper MetaCalTM)

k. Stopwatch

l. Measuring tape medline (OneMedTM)

m. Microtoise

n. Kalkulator

Page 42: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2. Bahan

a. Whey protein (Ultimate Nutriton® ProStar Whey Protein™)

b. Air

Page 43: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

H. Rancangan Penelitian

1 hari 30 menit <30 menit

1 hari 30 menit <30 menit

1 hari Perlakuan I-III dilakukan 3x dalam seminggu (di hari yang berbeda) selama 2 bulan 1 minggu

Gambar 2. Rancangan Penelitian

Analisis data Subyek penelitian

34 orang

Kelompok ORW 17 orang, pretes

Kelompok OR 17 orang, pretes

Perlakuan II Perlakuan III

postes

Perlakuan I

Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III

Page 44: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

I. Prosedur Kerja

1. Pria yang termasuk dalam kriteria, lolos seleksi PAR-Q, dan bersedia

mengikuti penelitian dikelompokkan secara acak melalui undian menjadi 2

kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 17 orang. Selanjutnya

dilakukan pretes dengan cara pria dalam tiap kelompok diukur lingkar lengan

atasnya dan tricep skin fold untuk menentukan perkiraan ukuran area otot

lengan atas (PAO1). Kemudian pria yang masuk dalam kelompok ORW dan

OR menetapkan sendiri jumlah beban yang tepat untuk masing-masing

individu (10 RM). Beban tersebut dipakai sebagai acuan pada latihan awal.

Beban selanjutnya coba dinaikkan bila lewat 2 minggu dapat mengangkat

beban lebih dari 10 kali tanpa kelelahan (dilakukan tes ulang beban 10 RM

tiap 2 minggu). Perlakuan dilakukan selama sekitar 2 bulan. Latihan selalu

diawali stretching dan pemanasan, diakhiri cooling down dan streching.

Beban yang sesuai kemudian digunakan untuk berlatih dengan pengulangan

sebanyak 3 set dengan set I sebanyak 10 repetisi pada ½ beban 10 RM, set II

sebanyak 10 repetisi pada ¾ beban 10 RM, dan set III sebanyak 10 repetisi

pada beban 10 RM.

2. Perlakuan I

Pria dalam kelompok ORW diberi minum whey protein 30 menit sebelum

berlatih beban.

Page 45: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3. Perlakuan II

a. Pria pada kelompok ORW dan OR melakukan latihan beban dengan

menggunakan beban lepas untuk melatih otot lengan atas yang terdiri atas

latihan barbell curls, reverse curl, lying triceps extension, dan triceps

press.

b. Latihan selalu diawali stretching dan pemanasan.

c. Beban yang digunakan adalah beban 10 RM.

d. Latihan sebanyak 3 set, set I sebanyak 10 repetisi pada ½ beban 10 RM, set

II sebanyak 10 repetisi pada ¾ beban 10 RM, dan set III sebanyak 10

repetisi pada beban 10 RM.

e. Istirahat 1-2 menit antarset

f. Istirahat 2 menit antarjenis latihan (misal: pergantian barbell curl menuju

reverse curl, istirahat 2 menit)

g. Latihan diakhiri cooling down dan streching.

4. Perlakuan III

Pria pada kelompok ORW diberi minum whey protein segera setelah latihan

beban (tidak lebih dari 30 menit).

5. Perlakuan I-III dilakukan tiga kali dalam seminggu (di hari yang berbeda)

selama dua bulan.

Page 46: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

6. Setiap minggunya setiap kelompok, baik ORW maupun OR, wajib

menuliskan menu makanannya yang meliputi menu makanan dalam tiga hari.

Tiga hari adalah dua hari biasa (Senin dan Kamis) dan satu hari weekend

(Sabtu). Menu makanan yang telah dilaporkan oleh kedua kelompok

selanjutnya diambil satu minggu yang dianggap mewakili pola makan selama

dua bulan. Menu makan dievaluasi nilai gizi dan kalorinya menggunakan

software Nutrisurvey 2007 for windows. Hasil analisis total nilai gizi dibagi

tiga untuk mendapat nilai rerata gizi perhari.

7. dilakukan tes ulang beban 10 RM tiap dua minggu

8. Apabila subyek penelitian dapat mengangkat beban lebih dari 10 kali tanpa

kelelahan, beban coba dinaikkan hingga tercapai beban 10 RM yang baru.

9. Di akhir penelitian (setelah satu minggu tidak berlatih) dilakukan postes

dengan cara mengukur kembali lingkar lengan atas dan tricep skin fold untuk

menentukan perkiraan ukuran area otot lengan atas setelah perlakuan (PAO2).

Kemudian dihitung ΔPAO dengan cara mengurangi PAO2 dengan PAO1.

10. Melakukan uji statistik hanya pada sampel yang memiliki jumlah data latihan

berbeban 17-24 kali (kelompok ORW n= 8, kelompok OR n=6).

Page 47: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

J. Uji Statistik

Data ΔPAO kanan dan kiri yang didapat dianalisis secara statistik

menggunakan software SPSS 17 dengan memakai uji t tidak berpasangan

(independent-samples T test). Uji t tidak berpasangan digunakan untuk menguji

hipotesis komparatif yang memiliki data tidak berpasangan dengan skala masalah

numerik dan terdiri dari dua kelompok penelitian. Selanjutnya data variabel

perancu (jumlah latihan, usia, BMI, dan asupan gizi per hari) dianalisis

menggunakan uji t tidak berpasangan dan korelasi Pearson. Nilai α yang

ditetapkan peneliti sebesar 5%, jadi sampel mempunyai kepercayaan 95%. Nilai

signifikansi ditetapkan p < 0,05

Page 48: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Karakteristik Sampel Pretes dan Postes

1. Pretes

Tabel 1. Hasil Analisis Pretes Kelompok ORW dan OR

variabel

Kelompok P value

Shapiro-

Wilk Test of

Normality

P value

independent-

sample t test

ORW OR

Mean SD Mean SD ORW OR

PAO

kanan

4413,31 1179,46 4274,64 1071,69 0,632 0,395 0,825

PAO kiri 4354,01 1239,08 4132,43 925,30 0,025 0,696

Tabel 1 menunjukkan variabel PAO kiri kelompok ORW memiliki

data yang tidak normal (Shapiro-Wilk Test of Normality, p < 0,05). Karena

memiliki data yang tidak normal, variabel PAO kiri tidak diikutsertakan

dalam uji t tidak berpasangan.

Analisis hasil pretes didapatkan variabel PAO kanan kelompok

ORW dan OR tidak berbeda secara bermakna (uji t tidak berpasangan, p >

0,05).

Page 49: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2. Postes

Tabel 2. Hasil Analisis Postes Kelompok ORW dan OR

variabel

Kelompok P value

Shapiro-Wilk

Test of

Normality

P value

independent-

sample t test

ORW OR

Mean SD Mean SD ORW OR

PAO kanan 4715,91 1174,51 5220,96 1038,30 0,325 0,496 0,420

PAO kiri 4946,73 1369,03 5080,56 905,09 0,379 0,042

Tabel 2 menunjukkan variabel PAO kiri kelompok OR memiliki

data yang tidak normal (Shapiro-Wilk Test of Normality, p < 0,05). Karena

memiliki data yang tidak normal, variabel PAO kiri tidak diikutsertakan

dalam uji t tidak berpasangan.

Analisis hasil postes didapatkan variabel PAO kanan kelompok

ORW dan OR tidak berbeda secara bermakna (uji t tidak berpasangan, p >

0,05).

B. Hasil Analisis Perbandingan Kelompok ORW dan Kelompok OR

1. Uji t Tidak Berpasangan

a. Uji Prasyarat Normalitas

Hasil uji normalitas untuk data ΔPAO kanan, ΔPAO kiri, dan

variabel perancu menunjukkan variabel asupan vitamin B1 kelompok

ORW dan asupan vitamin B6 kelompok OR mempunyai sebaran data

Page 50: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

tidak normal (p < 0,05). Karena memiliki sebaran data yang tidak

normal, variabel asupan vitamin B1 dan vitamin B6 tidak diikutsertakan

dalam uji t tidak berpasangan dan uji korelasi Pearson.

b. Hasil Uji t Tidak Berpasangan

Tabel 3. Hasil Analisis Kelompok ORW dan OR

Variabel

Kelompok P value

Shapiro-Wilk

Test of

Normality

P value

independent-

sample t test ORW OR

Mean SD Mean SD ORW OR

ΔPAO kanan 302,60 575,64 946,32 369,12 0,969 0,279 0,035

ΔPAO kiri 592,72 992,98 1008,13 694,80 0,832 0,655 0,400

jumlah latihan 22 2,07 20 2,32 0,274 0,801 0,182

energi dari

makanan

1324,32 314,48 1187,89 217,28 0,619 0,354 0,382

asupan protein 54,63 20,94 49,21 8,57 0,188 0,804 0,564

asupan lemak 53,58 13,97 49,34 10,61 0,837 0,517 0,619

asupan

karbohidrat

149,12 30,20 134,99 38,72 0,769 0,215 0,769

asupan vitamin

B1

0,46 0,12 0,35 0,08 0,104 0,015

asupan vitamin

B2

0,83 0,38 0,63 0,14 0,221 0,294 0,218

asupan vitamin

B6

0,98 0,27 0,86 0,22 0,402 0,040

BMI 23,42 3,43 24,12 1,71 0,242 0,838 0,629

Usia 21 0,76 21 1,03 0,093 0,473 0,497

Page 51: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil uji t tidak berpasangan

menunjukkan terdapat perbedaan pertambahan area otot lengan atas

antara kelompok ORW dan OR yang bermakna pada lengan kanan

(p = 0,035) sedangkan pada lengan kiri tidak bermakna (p = 0,400).

Gambar 1 menunjukkan rerata ΔPAO kanan dan ΔPAO kiri

kelompok ORW lebih rendah dibanding kelompok OR.

Uji t tidak berpasangan menunjukkan rerata data variabel

perancu kelompok ORW dan kelompok OR tidak berbeda secara

bermakna (jumlah latihan, p = 0,182; energi dari makanan, p = 382;

Gambar 3. Diagram Mean Pertambahan Area Otot Lengan atas

Error Bars +/- 1 SD

Kelompok OR ORW

Page 52: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

asupan protein, p = 0,564; asupan lemak, p = 0,547; asupan

karbohidrat, p = 0,457; BMI, p = 0,629; usia, p = 0,497; asupan

vitamin B2, p = 0,218)

2. Hasil Uji Korelasi Pearson

Hasil uji korelasi Pearson terhadap variabel perancu menunjukkan

variabel jumlah latihan berkorelasi negatif bermakna terhadap ΔPAO kanan

(p = 0,025) dan variabel asupan protein berkorelasi positif bermakna

terhadap ΔPAO kiri (p = 0,038).

Page 53: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB V

PEMBAHASAN

Pemberian whey protein tidak efektif dalam menambah area otot lengan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian whey protein tidak meningkatkan

ukuran area otot lengan atas pada pria yang berlatih beban. Hal ini didasarkan

pada uji t tidak berpasangan, pada kelompok yang melakukan latihan berbeban

dan diberi whey protein justru memiliki rerata pertambahan area otot lengan atas

yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok yang hanya melakukan

latihan berbeban. Hasil ini signifikan untuk analisis pada lengan kanan (p =

0,035), tetapi tidak pada lengan kiri (p = 0,400).

Pada penelitian ini digunakan hanya pendekatan perkiraan area otot lengan

atas menggunakan rumus. Pada beberapa sampel, sering kali pertambahan ini

justru bernilai negatif setelah melakukan latihan berbeban seperti terlihat pada

lampiran 12 dan 13. Hal ini belum tentu menandakan massa otot berkurang karena

latihan yang terlalu berat dan asupan makanan yang tidak seimbang dengan

aktivitas latihan berbeban. Bisa saja penurunan ini disebabkan kurang

sempurnanya model pendekatan perkiraan area otot lengan. Kurang sempurnanya

rumus tersebut dapat menyebabkan penurunan massa lemak disalahartikan

sebagai penurunan massa otot secara keseluruhan, mengingat model pendekatan

ini hanya menggunakan rumus yang bergantung pada nilai lingkar lengan atas dan

nilai triceps caliper skinfold.

Page 54: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

43

Ketidakseimbangan hasil antara lengan kanan dan kiri mungkin

disebabkan kecenderungan individu untuk menggunakan salah satu tangan yang

dominan, terutama pada individu yang jarang melakukan olahraga angkat beban.

Pada individu yang biasa melatih ototnya secara bersamaan seharusnya terbentuk

adaptasi terhadap latihan berbeban terutama adaptasi perifer (neural adaptation)

yang terjadi di awal latihan, yaitu terjadi peningkatan kekuatan baik lengan yang

digunakan maupun lengan yang tidak digunakan (efek silang) seperti yang

dikatakan Durstine et al. (1993) dan Ivey et al. (2000). Perbedaan ini yang

menjadi alasan pada penelitian lain yang telah dilakukan, sering kali latihan beban

hanya diberikan pada salah satu bagian tubuh (unilateral) untuk mengisolasi efek

yang ditimbulkan pada variabel dependen seperti pada penelitian Wilkinson et al.

(2010).

Analisis korelasi Pearson untuk variabel perancu menunjukkan variabel

jumlah latihan berkorelasi negatif bermakna terhadap ΔPAO kanan (p = 0,025)

dan variabel asupan protein berkorelasi positif bermakna terhadap ΔPAO kiri (p

= 0,038). Koefisien korelasi (r) variabel jumlah latihan yang bernilai negatif pada

lengan kanan menunjukkan pengaruh yang berkebalikan, artinya jika jumlah

latihan semakin tinggi, pertambahan area otot semakin rendah. Hal ini berbeda

dengan teori-teori yang ada yang menyebutkan jumlah latihan berbeban selalu

meningkatkan area otot yang dilatih (Kerksick et al., 2006; Hikida et al., 2000;

Ivey et al., 2000; McCall et al.,1996; Brown et al., 1990). Koefisien korelasi

Pearson yang bernilai negatif ini mungkin dikarenakan model pola hubungan

jumlah latihan berbeban dengan ΔPAO kanan yang lebih mendekati bentuk kurva

Page 55: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

44

cubic dan quadratic daripada pola kurva linear. Model kurva yang seperti ini

didapat jika 32 sampel (tanpa pembatasan jumlah latihan) dianalisis model

kurvanya berkaitan dengan jumlah latihan dan ΔPAO kanan.

Bentuk kurva cubic dan quadratic tidak cocok dianalisis dengan uji

korelasi Pearson. Hal ini disebabkan uji Pearson menguji korelasi hubungan

linear. Adanya pengurangan jumlah sampel yang dianalisa menjadi 14 orang (17-

24 kali latihan berbeban) menyebabkan bentuk kurva lebih menyerupai model

linear sehingga kesalahan interpretasi dapat terjadi.

Hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah terdapatnya koefisien

korelasi Pearson asupan protein yang berkorelasi positif. Artinya penambahan

asupan protein berhubungan dengan pertambahan area otot lengan kiri. Nilai r =

0,557 menunjukkan sifat hubungan yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori untuk

protein. Protein, terutama yang mengandung asam amino esensial sangat

diperlukan untuk pembentukan otot (Drummond et al., 2009).

Meskipun asupan protein berkorelasi positif terhadap pertambahan area

otot lengan atas, jumlah asupan protein jika dilihat dari anjuran RDA untuk atlet

angkat beban yaitu minimal sebesar 1,2 gr/kg BB/hari (American College of

Sports Medicine, 2009) belum terpenuhi hampir pada semua subyek baik

kelompok ORW ataupun OR (LAMPIRAN 16 dan 17). Hal ini mungkin

dikarenakan pada kebanyakan subyek tidak mempunyai pola makan tiga kali

perhari, meskipun peneliti sudah menganjurkan untuk makan tiga kali sehari.

Berdasarkan teori di atas seharusnya pertambahan area otot lengan

kelompok ORW lebih besar dibandingkan kelompok OR karena adanya

Page 56: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

45

penambahan asupan protein sebanyak 23 gram dalam bentuk whey protein, tetapi

pada penelitian ini pertambahan area otot lengan kelompok ORW lebih kecil

dibandingkan kelompok OR. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah asupan protein

yang kurang dapat mengakibatkan penurunan jumlah miostatin (Guernec et al.

dan Nakazato et al. dalam Hulmi et al., 2008). Sehingga pada kasus ini kelompok

OR memiliki jumlah miostatin yang lebih rendah dibandingkan kelompok ORW.

Hal inilah yang mungkin mengakibatkan pada kelompok OR justru mengalami

pertambahan area otot lengan atas yang lebih besar dibanding kelompok ORW.

Bagaimanapun penelitian ini masih belum dapat menyimpulkan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap pertambahan area otot. Kemungkinan faktor

internal menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini.

Faktor internal selain gen mungkin adalah motivasi berlatih. Motivasi

berlatih kemungkinan berpengaruh secara tidak langsung terhadap rutinitas

berlatih dan kemampuan mengangkat beban. Seseorang yang termotivasi untuk

meningkatkan area otot lengannya tidak akan malas dalam meningkatkan

kuantitas dan kualitas latihan beban.

Penelitian untuk menguji pengaruh whey protein terhadap perkembangan

otot sudah banyak dilakukan, namun selalu memberi hasil yang berubah-ubah.

Sampai saat ini belum ditemukan simpulan pasti berkaitan dengan pengaruh whey

protein terhadap perkembangan otot. Hal ini mungkin dikarenakan sulitnya

penelitian dengan subyek penelitian menggunakan manusia. Banyaknya variabel

perancu juga merupakan salah satu kesulitan tersebut.

Page 57: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

46

Dalam penelitian ini tidak lepas pula dari beberapa kelemahan yang

terjadi, antara lain karena:

1. Jumlah sampel yang sedikit dan waktu penelitian yang relatif singkat

jika dibandingkan dengan penelitian lain yang sejenis (biasanya 12

minggu).

2. Pengukuran area otot yang hanya menggunakan perkiraan dengan

rumus, sehingga data dapat terjadi overestimate ataupun

underestimate dari area otot yang sebenarnya.

3. Tidak dilakukannya model pemberian double-blind control sehingga

secara psikologis mungkin berpengaruh terhadap peneliti dan subyek

yang diteliti.

4. Penilaian terhadap asupan makanan menggunakan software

Nutrisurvey 2007 menggunakan porsi yang sama untuk setiap jenis

makanan, padahal pada kenyataannya belum tentu antarsampel

memiliki jumlah porsi yang sama untuk suatu jenis makanan.

5. Kuantitas dan kualitas latihan beban yang berbeda-beda dari subyek

penelitian menyebabkan perkembangan area otot bersifat subyektif.

Page 58: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,035) antara rerata

pertambahan area otot lengan kanan kelompok yang diberi whey protein

dan rata–rata kelompok kontrol. Perbedaan juga terjadi pada lengan kiri,

namun tidak bermakna (p = 0,400).

B. Saran

1. Berkaitan Hasil Penelitian

Bagi pria yang berlatih beban disarankan untuk lebih menitikberatkan

pada jumlah latihan dan asupan protein daripada konsumsi whey

protein.

2. Untuk Penelitian Selanjutnya

a. Perlu penelitian sejenis dengan jumlah subyek penelitian yang

lebih besar guna mendapatkan angka yang menunjukkan angka

populasi.

b. Subyek penelitian sebaiknya tidak hanya diambil dari mahasiswa

FK-UNS saja, tetapi dari lingkungan UNS secara menyeluruh

agar lebih mewakili populasi.

Page 59: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

c. Perlu dipikirkan adanya variabel lain yang mempengaruhi

pertambahan area otot.

d. Perlu dilakukan penilaian dan homogenisasi terhadap porsi

makanan, asupan gizi, dan motivasi berlatih.

Page 60: LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49